Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan saat ini perusahaan dituntut agar meningkatkan

perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya

mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan

kreditur) tetapi juga harus memperhatikan juga karyawan, konsumen,

masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaannya. Menghadapi kondisi yang

demikian setiap perusahaan yang ingin menjaga kelangsungan hidup

perusahaan yang bergerak dibidang pemanfaatan sumber daya alam baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan dampak pada

lingkungan di sekitarnya seperti masalah-masalah polusi, limbah, keamanan

produk dan tenaga kerja untuk itu perusahaan harus melakukan tanggung

jawab sosial atau biasa dikenal dengan CSR (Corporate Social

Responsibility).

CSR atau tanggungjawab sosial perusahaan ini merupakan suatu sikap

yang harus ditunjukkan oleh perusahaan atas komitmennya terhadap para

pemangku kepentingan peusahaan atau stakeholder dalam

mempertanggungjawabkan dampak operasi atau aktivitas-aktivitas yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan tersebut baik itu dalam segi aspek sosial,

ekonomi, maupun dalam suatu lingkungan, serta menjaga agar dampak yang

timbul dapat memberikan manfaat kepada masyarakat maupun lingkungannya

1
2

(Arief, 2014). Dan pada dasarnya pengungkapan CSR perusahaan adalah

untuk memperlihatkan kepada masyarakat tentang aktivitas-aktivitas sosial

yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Pengungkapan CSR merupakan suatu aktivitas perusahaan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat, karena banyak disorot oleh para

stakeholder. Perusahaan-perusahaan saat ini selalu dituntut untuk lebih

transparan dalam melakukan pengungkapan CSR melalui laporan tahunan,

sehingga para stakeholder dapat memperoleh informasi tersebut melalui

pengungkapan CSR di laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan

melalui bursa efek Indonesia (Eriandani, 2013). Pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan merupakan sebuah gagasan yang menjadikan

perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada

single bottom line (Wijaya,2012)

Pengungkapan Corporate Social Responsibillity (CSR) menjadi

sebuah daya tarik dan perhatian dari kedua pihak peneliti akademis dan

praktisi bisnis (Oh dan Chang, 2011 : 2). CSR adalah komitmen suatu

perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial yang secara sukarela. Di

Indonesia yang berkaitan dengan kesadaran publik dalam tanggungjawab

sosial dan lingkungan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan

wajib dilakukan. Corporate Social Responsibility sebagai konsep akuntansi

yang baru yang transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas

sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, dimana transparansi


3

informasi mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan

lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan (Sha, 2014).

Sesuai UU perseroan Terbatas No. 40 pasal 74 tahun 2007 yang

menjelaskan bahwa dalam menjalankan suatu kegiatan usaha yang

berhubungan dengan sumber daya alam wajib dalam melakukan tanggung

jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dapat digambarkan

sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan dengan interaksi

yang dilakukan oleh organisasi perusahaan baik itu lingkungan fisik maupun

lingkungan sosialnya. Jika hal tersebut dilaksanakan maka perseroan tersebut

akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dengan

dampak-dampak yang timbul dari aktivitas-aktivitas perusahaan, maka

muncul konsep triple bottom line, karena para investor menuntut perusahaan

tempat mereka berinvestasi untuk melakukan pengungkapan CSR dalam

laporan tahunan. Dengan demikian membuktikan CSR menjadi elemen yang

sangat penting dan dapat memberikan manfaat-manfaat bagi perusahaan

(Purwanto, 2011).

Kesadaran akan pentingnya pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan dilandasi dengan pemikiran bahwa perusahaan tidak hanya

mempunyai kewajiban ekonomi dan legal kepada pemegang saham, tetapi

juga kewajiban terhadap pihak-pihak kepentingan lainnya (Wijaya, 2012).

Munculnya kesadaran publik karena aktivitas perusahaan ditengah

masyarakat yang memunculkan masalah sosial, polusi, eksploitasi, sumber

daya limbah, mutu produk, tingkat keamanan produk serta hak dan status dari
4

karyawan. Dalam menjalankan usaha tersebut maka suatu entitas tidak

terlepas dari masyarakat dan lingkungan disekitarnya, sehingga menciptakan

hubungan timbal balik antara masyarakat dan perusahaan. Perusahaan-

perusahaan membutuhkan banyaknya respon positif dari masyarakat karena

masyarakat merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan kesuksesan

suatu usaha, respon tersebut diperoleh melalui apa yang dilakukan oleh

perusahaan kepada para stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan

sekitarnya (Kamil dan Herusetya, 2012).

Isu lingkungan saat ini di Indonesia sedang sangat hangat dibicarakan

oleh masyarakat saat ini, khususnya berbagai macam dampak yang

disebabkan kegiatan-kegiatan dari perusahaan. Dampak yang terjadi saat ini

adalah kerusakan lingkungan yang tercemar yang terjadi pada lokasi di

bantaran sungai Cicatih. Kerusakan lingkungan tersebut dilakukan oleh PT

Sukabumi Silica Resources (SSR) yang bergerak dalam pencucian pasir

kuarsa dengan membuang limbahnya kesungai. Akibatnya sungai tersebut

menjadi keresahan bagi sejumlah warga masyarakat, diantaranya warga

kampung Bantarmuncang, Desa Sekarwangi, kecamatan Cibadak yang

mengeluhkan kondisi sungai Cicatih yang mengalami kekeruhan sehingga

menyebabkan sungai yang biasa digunakan untuk mengaliri ladang sawah,

namun sekarang kondisinya tercemar (Pojokjabar, 10 Oktober 2018).

Dampak yang terjadi pada perusahaan yang tidak melakukan CSR tergantung

dari karakteristik perusahaan. Fenomena yang terjadi tersebut seperti pada

kasus di sungai Cicatah, sebagai peringatan bagi perusahaan untuk lebih dan
5

harus memperhatikan pengungkapan CSR dari aktivitas tersebut perusahaan

juga dapat manfaat dari aktivitas CSR seperti memaksimalkan citra

perusahaan dalam jangka panjang, untuk memperoleh legitimacy dari para

stakeholder. Manfaat-manfaat lain yang diperoleh adalah produk semakin

disukai oleh konsumen, dan perusahaan semakin diminati oleh para investor.

Pengungkapan CSR selain memberikan manfaat bagi perusahaan

maupun masyarakat juga mempunyai tujuan positif. Tujuan dari CSR ini

adalah menciptakan standar kehidupan yang lebih tinggi untuk

mempertahankan kesinambungan laba usaha untuk pihak pemangku

kepentingan sebagaimana yang diungkapkan dalam laporan keuangan entitas

(Kamil dan Herusetya, 2012). Pentingnya pengungkapan CSR ini membuat

banyak peneliti-peneliti melakukan penelitian dan diskusi mengenai praktik

dan motivasi perusahaan-perusahaan dalam melakukan CSR. Beberapa

penelitian mengemukakan beberapa faktor yang mendorong pengungkapan

CSR. Yang diterapkan dalam perusahaan, antara lain Ukuran Perusahaan yang

merupakan variabel yang banyak digunakan dalam menjelaskan variasi

pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan positif antara pengungkapan

CSR dengan ukuran perusahaan (Darwis 2009 dan Sha 2014). Namun ada

beberapa juga hasil penelitian lainnya yang dilakukan menunjukkan adanya

hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan pengungkapan CSR (Arista

2015 dan Ardhani 2015).


6

Beberapa penelitian berhasil membuktikan juga adanya hubungan

positif antara profitabilitas dan pengungkapan CSR yang dilakukan Erline

Chandra (2014). Profitabilitas ini merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba sehingga mampu meningkatkan nilai pemegang saham

perusahaan. Dengan profitabilitas yang tinggi dapat memberikan kesempatan

bagi managemen dalam mengungkapkan serta melakukan program CSR nya.

Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang tidak

signifikan antara profitabilitas dan pengungkapan CSR (Wijaya 2016, Sri

2014 dkk).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR lainnya adalah

Dewan komisaris yang memiliki kewenangan untuk memberi petunjuk dan

arahan serta mengawasi pengelola perusahan salah satunya adalah dengan

memberikan petunjuk atau arahan kepada manajemen unntuk

mengungkapkan CSR (Agung, 2015) Adanya hubungan antara dewan

komisaris dan pengungkapan CSR juga menunjukkan hasil yang tidak

konsisten. penelitian yang dilakukan oleh (Lipton and Lorsh, 1992; Eisenberg

et al., 1998; Raheja, 2003) menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh

negatif terhadap pengungkapan CSR. Akan tetapi berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Agung (2015) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Perusahaan yang memiliki umur yg lebih lama pasti memiliki

hubungan yang baik dengan kualitas pengungkapan CSR. Alasan utama

perusahaan memiliki umur yang lebih lama pasti mrmiliki pengalaman yang
7

lebih banyak akan aktivitas CSR dalam mempublikasikan laporan tahunan

perusahaan. Oleh karena itu semakin luas pengungkapan CSR dalam laporan

tahunan dari perusahaan yang terdaftar di BEI (Rawi et. al., 2010). Dari

penelitian terdahulu membuktikan bahwa umur perusahaan memiliki

pengaruh terhadap pengungkapan CSR (Andriayani, 2015).

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan

dari sebuah industri (Rhamadhaningsih, 2013). Kepemilikan institusional

pada umumnya dapat menjadi pihak yang mendorong kinerja pengawasan

lebih optimal terhadap kinerja managemen (Eriandani, 2013). Beberapa

penelitian yang telah membuktikan adanya hubungan positif antara

kepemilikan institusional dan pengungkapan CSR (Suaryana 2014 dan Oh

et.al. 2010). Dan adanya penelitian lain membuktikan adanya hubungan

negatif antara kepemilikan institusional dan pengungkapan CSR (Priantana,

2011).

Kepemilikan asing dari penelitian oleh Sari, dkk. (2010) serta Politon

dan Sri (2013) menunjukan bahwa foreign ownership berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan namun hasil tersebut

berbeda dengan penelitian Anggraini (2011) yang tidak menemukan

hubungan antara dua variabel tesrbut. Dan kepemilikan manajerial

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2011) kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada pengungkapan corporate

social responsibility. Artinya, ada atau tidaknya kepemilikan manajerial

tidak akan mempengaruhi kebijakan pengungkapan corporate social


8

responsibiliy. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Edison (2017),

Setryani dan Paramitha (2011) yang menunjukkan adanya hubungan positif

terhdap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut berdasarkan beberapa

faktor-faktor yang memepengaruhi pengungkapan CSR yang dilakukan oleh

penelitian terdahulu maka mendorong penulis untuk menguji kembali

penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di

BEI Tahun 2016-2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan diteliti

dalam penelitian adalah “Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi

pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? ”

C. Pertanyaan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas dapat dijabarkan dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR?

3. Apakah dewan komisaris berpengaru terhadap pengungkapan CSR?

4. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR?


9

5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan

CSR?

6. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR?

7. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan

CSR?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR.

2. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR.

3. Untuk menguji pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan CSR.

4. Untuk menguji pengaruh dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR.

5. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan

CSR.

6. Untuk menguji pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan CSR

7. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan

CSR

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang berhubungan dengan pengungakapan CSR dan


10

memberikan perhatian agar perusahaan lebih memperhatiakan

pengungkapan CSR.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat mampu

memperluas ilmu pengetahuan khususnya tentang pengaruh CSR, sebagai

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengungkapan CSR.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Teori Stakeholder

Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan meliputi karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat,

pemerintah selaku regulator, pemegang saham, kreditur, pesaing, dan lain-

lain. Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukan hanya entitas

yang beroperasi untuk kepentingan sendiri tetapi juga memberikan

manfaat bagi stakeholder (Purwanto, 2011). Untuk itu, tanggungjawab

perusahaan yang semula yang hanya diukur sebatas indikator ekonomi

(economics focused) dalam laporan keuangan, kini harus juga

memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap

stakeholders, baik internal maupun eksternal (Terzaghi, 2012).

Teori stakeholder muncul disebabkan adanya pandangan bahwa

suatu organisasi pada dasarnya tidak hanya memikirkan kepentingan

kepentingan organisasinya, namun sebuah organisasi juga harus memiliki

rasa tanggung jawab terhadap para pemilik kepentingan yang lain,

diantaranya masyarakat, pemerintah, bahkan lingkungan dimana organisasi

tersebut menjalankan operasionalnya (Amsyari, 2013). Dari pengertian

diatas, perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya sangat

11
12

dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan dan faktor eksternal

perusahaan seperti yang dikatakan oleh Terzaghi (2012).

Teori stakeholder merupakan sistem yang secara eksplisit berbasis

pada pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungan, mempunyai sifat

yang saling mempengaruhi antara keduanya oleh perusahaan dan

lingkungan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hubungan sosial keduanya

yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas (Nur dan Priantinah,

2012). Oleh karena itu organisasi memiliki akuntabilitas terhadap

stakeholdernya. Praktik pengungkapan CSR memainkan peran yang

penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup di tengah lingkungan

masyarakat sehingga aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan.

Perusahaan diharapkan oleh masyarakat mampu memenuhi kebutuhan

informasi yang dibutuhkan melalui pengungkapan CSR (Kristi, 2013).

Dengan demikian perusahaan perlu mendapatkan dukungan dari para

stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan

khususnya kelompok aktivis yang sangat memperhatikan isu-isu yang

sedang terjadi (Sembiring, 2003).

Menurut Daud dan Amri (2008) stakeholder theory dimana teori

ini lebih menitik beratkan pada posisi para stakeholder yang dipandang

lebih memiliki pengaruh. Kelompok ini menjadi sebuah pengaruh dan

sebuah pertimbangan utama bagi perusahaan untuk mengungkapkan atau

tidak mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan. Sama

halnya yang dikemukakan oleh Anggraini (2014) adanya pihak yang


13

diutamakan di dalam sebuah perusahaan adalah stakeholders. Terdapat

sejumlah para stakeholders, dengan adanya pengungkapan CSR

merupakan cara untuk mengelola hubungan organisasi dengan kelompok

stakeholder yang berbeda. Tujuan utama dari perusahaan adalah

menyeimbangkan konflik dengan para stakeholder. Teori stakeholder

digunakan untuk menjelaskan perilaku pengungkapan sosial dan

lingkungan. Perusahaan akan berusaha memuaskan stakeholder agar tetap

bertahan yaitu dengan mengungkapkan informasi yang dibutuhkan.

Beberapa kelompok stakeholder sangat membutuhkan informasi tanggung

jawab sosial dan lingkungan (Suaryana, 2011).

Ansoff (1965) adalah orang pertama yang menggunakan istilah

“Teori Stakeholder” yang mendefinisikan tujuan dari sebuah perusahaan.

tujuan dari perusahaan adalah untuk mencapai kemampuan untuk

menyeimbangkan konflik tuntutan sebagai pemangku kepentingan dalam

perusahaan. Freeman (1965) dalam Roberts (1992) mengkategorikan

konsep pemangku kepentingan menjadi model tanggung jawab sosial dan

model kebijakan bisnis guna untuk mempengaruhi atau terpengaruhi

dengan pencapaian tujuan suatu perusahaan. Peran utama managemen

perusahaan adalah menilai seberapa penting stakeholder dalam sebuah

perusahaan dengan tuntutan untuk mencapai strategis tujuan perusahaan

dan sebagai tingkat taruhan kedudukan agar meningkatkan tingkat

pentingnya pemangku kepentingan dalam sebuah perusahaan

(Freeman,1983). Berpedoman pada pengertian stakeholders diatas, dapat


14

dikatakan bahwa suatu aktivitas perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor-

faktor dari luar dan maupun dari dalam perusahaan, dan keduanya dapat

disebut sebagai stakeholders. Pengungkapan CSR sangat penting bagi

sebuah perusahaan, hal demikian karena para stakeholder perlu

mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan dalam

melaksanakan perannya sesuai dengan keinginan stakeholders, sehingga

menuntut adanya akuntabilitas perusahaan atas kegiatan CSR yang telah

dilakukannya (Riswari, 2012).

2. Teori Legitimacy

Teori legitimasi berfokus pada interaksi antar perusahaan dengan

masyarakat. Menurut Ghozali dan Chariri (2007), yang melandasi teori

legitimasi adalah kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan

masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber

ekonomi. Legitimasi penting bagi sebuah perusahaan karena legitimasi

dari masyarakat itu sendiri dianggap menjadi faktor strategis bagi

perkembangan perusahaan kedepannya (Prakasa dan Astika, 2017). Jika

dalam sebuah lingkungan masyarakat bahwa merasa bahwa telah

melanggar isi dari kontrak sosial tersebut maka keberlangsungan hidup

organisasi akan terancam (Jupe, 2005).

Apabila perusahaan melakukan pengungkapan sosial, maka

keberadaan perusahaan dan aktivitasnya akan mendapat “status” dari

masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi atau


15

dapat dikatakan terlegitimasi. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai

sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaaan dan sesuatu yang

diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat (Mulia, 2009). Teori

legitimasi menyatakan bahwa organisasi harus secara terus menerus

mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai

dengan batasan dan norma-norma masyarakat. Maka dalam sebuah

hubungan sosial, harus terjadi keselarasan antara keinginan perusahaan

dengan keinginan masyarakat (Amsyari, 2013).

Aktivitas dari perusahaan dapat menimbulkan dampak positif

maupun negatif kepada masyarakat maupun lingkungan sehingga, jika

meimbulkan dampak negatif dan masyarakat tidak puas akan akibat dari

perusahaan yang tidak menjalankan operasinya dengan sah, maka

masyarakat akan mencabut “kontrak perusahaan tersebut (Rahayu dan

Cahyati, 2014). Oleh karena itu untuk menghadapi dampak buruk dalam

menghadapi kegagalan kinerja perusahaan dalam pengungkapan sosial

yang diungkapkan oleh Nur dan Priantinah (2012) ada empat cara untuk

menghadapinya:

a. Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuan suatu

perusahaan atau organisasi dalam perusahaan untuk meningkatkan

kinerjanya.

b. Mencoba merubah presepsi stakeholder terhadap suatu kejadian

(tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi).


16

c. Mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif yang tidak

berhubungan dengan kegagalan-kegagalan.

d. Mencoba merubah ekspetasi eksternal tentang kinerjanya.

Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan

bahwa praktek pengungkapan tanggung jawab sosial penting (Nur dan

Priantinah, 2012). Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau

perusahaan akan terus berlanjut keberadaanya jika masyarakat menyadari

bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan

sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan

perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat

diterima oleh masyarakat sehingga perusahaan menggunakan laporan

tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab

lingkungan. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut

diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan. hal tersebut dapat

mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan

keputusan investasi. Legitimasi memiliki manfaat untuk mendukung

keberlangsungan hidup suatu perusahaan karena perusahaan berorientasi

dengan berpihak pada masyarakat (society).

B. Variabel Dependen

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social

responsibility merupakan suatu konsep bahwa perusahaan memiliki suatu


17

tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, para pemegang saham,

komunitas, dan lingkungan serta aspek-aspek operasional perusahaan. Karena

perusahaan bukan lagi merupakan suatu perusahaan yang mementingkan diri

sendiri, alienasi dan atau eksklusifitas dar lingkungan masyarakat, melainkan

entitas suatu usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan

lingkungan sosial.

Pengungkapan (Disclousure) adalah penyajian informasi-informasi

yang dibutuhkan dalam pengoperasian secara optimal pada pasar modal yang

ada. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatoy) dan ada yang bersifat

sukarela (voluntary). Pengungkapan informasi yang bersifat wajib dilakukan

oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan sedangkan pengungkapan

informasi yang bersifat sukarela adalah pengungkapan informasi yang

dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan

yang berlaku atas pengungkapan melebihi yang diwajibkan.

Di Indonesia, pengungkapan pertanggung-jawaban sosial merupakan

praktik pengungkapan yang wajib (mandatory disclosure) dilaksanakan bagi

perusahaan karena telah diatur dalam beberapa peraturan dan perundangan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada

pasal 66 ayat 1 menyatakan bahwa hal-hal yang harus dimuat dalam laporan

tahunan perusahaan diantaranya adalah pelaporan pelak-sanaan tanggung

jawab sosial perusahaan. Pedoman pengungkapan pertanggungjawaban sosial

di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009)


18

paragraf 12, yang berbunyi sebagai berikut:“Entitas dapat pula menyajikan,

terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan

laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana

faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri

yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang

memegang peranan penting”. PSAK No. 1 (Revisi 2009) tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia diberikan suatu

kebebasan dalam mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan

lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan. Peraturan mengenai perlunya

pengungkapan oleh perusahaan juga diberikan oleh Bapepam. Bapepam

selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar modal dan

lembaga keuangan di Indonesia telah mengeluarkan bebe-rapa aturan

mengenai pengungkapan (disclosure) yang harus dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah

perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah

pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor,

pemerintah, supplier, bahkan juga kompetitor. Keberhasilan melaksanakan

corporate social responsibility akan menghasilkan siklus positif pada outside

stakeholders, tatanan efektivitas produk atau jasa sehingga akan diperoleh

kinerja berlanjut (Santioso dan Chandra, 2012).


19

Sesuai dengan konsep triple bottom line merupakan konsep

pengukuran kinerja perusahaan yang hanya memasukkan ukuran kinerja

ekonomis berupa perolehan profit, tetapi juga ukuran kepedulian sosial dan

pelestarian lingkungan. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga

harus berperan dalam menjaga kelestarian (planet) dan kesejahteraan

masyarakat (people). Konsep ini bisa disebut konsep BL (triple bottom line)

atau 3P (profit, planet, people).

a. Profit

Profit merupakan unsur yang penting dan menjadi tujuan utama

dari setiap kegiatan utama. Perusahaan tetap harus berorientasi dalam

mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus

beroperasi dan berkembang. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk

mendongkrak profit yaitu dengan meningkatkan produktivitas dan

melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan memiliki nilai tambah

dalam keunggulan kompetitif.

b. Planet

Hubungan perusahaan dengan lingkungan adalah hubungan sebab

akibat dimana jika perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan

akan memberikan manfaat kepada perusahaan.

c. People

Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

masyarakat. Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan


20

salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan dari

masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, keberlangsungan hidup,

dan perkembangan perusahaan.

Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila korporasi juga

turut memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Konsep CSR

dapat memberikan suatu perubahan baru dalam sebuah perusahaan karena

aktivitas-aktivitas CSR yang telah dilakukan dapat memberikan sisi positif

bagi lingkungan masyarakat sosialnya. Tujuan utama dari praktik CSR adalah

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, agar praktik ini dapat diketahui

oleh banyak kalangan, perlu adanya sebuah pelaporan untuk mengungkapkan

praktik CSR (Amsyari, 2013).

Pengungkapan CSR diukur berdasarkan pada laporan tahunan yang

dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility Index(CSRI) akan dinilai

dengan membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan

dengan jumlah pengungkapan yang disyaratkan dalam GRI meliputi 79 item

pengungkapan : economic, environment, labour practicies, human rights,

society, dan product responsibility. Untuk mengukur variabel dependen,

maka digunakan sejumlah indikator berdasarkan beberapa penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya, yaitu :

1. Indikator Kinerja Ekonomi (Economic Performance Indicator)

2. Indikator Kinerja Lingkungan (Environmental Performance Indicator)

3. Indikator Kinerja Sosial (Social Performance Indicators), terdiri dari 4

aspek, yaitu:
21

a. Indikator Kinerja Praktek Kerja & Kelayakan Kerja (Labor Practices


& Decent Work Performance Indicator)
b. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (Human Rights Performance
Indicator)
c. Indikator Kinerja Masyarakat (Society Performance Indicator)
d. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk (Product Responsibility
Performance Indicator)
C. Variabel Independen

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang berfungsi untuk

mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Skala ukuran

perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam

laporan keuangan. Perusahaan yang besar biasanya memiliki aktivitas

yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar

terhadap masyarakat dan mendapat perhatian lebih dari kalangan publik,

maka dari itu perusahaan besar mendapat tekanan yang lebih untuk

mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya (Dermawan dan

Deitiana, 2014).

Ukuran perusahaan atau size dapat dilihat dari total aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka

semakin luas pengungkapan informasi yang akan disajikan karena

masyarakat akan mengawasi terkait hal-hal yang dilakukan perusahaan

dalam aktivitas perusahaan (Hastuti, 2014). Dan juga perusahaan dengan

ukuran yang bertahan lebih lama dibandingkan perusahaan kecil, karena

semakin besar entitas, semakin besar pula sumber daya yang dimiliki
22

entitas, maka entitas tersebut lebih banyak berhubungan dengan

stakeholder, sehingga diperlukan tingkat pengungkapan atas aktivitas

entitas yang lebih besar, termasuk pengungkapan dalam tanggung jawab

sosial.

2. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan

fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapakan

kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara luas

(Farianti, 2012). Menurut Mutia, dkk (2011) profitabilitas diartikan

sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit

sebagai upaya untuk meningkatkan nilai para pemegang saham

perusahaan akan tetapi lebih dari itu para pemegang saham juga

membutuhkan sejauh mana perusahaan dapat menggunakan pendapatan

yang dimiliki untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan baik

internal maupun eksternal perusahaan.

Sembiring (2005) menjelaskan bahwa ketika perusahaan memiliki

laba yang tinggi, manajemen menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal

yang dapat menganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan.

Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para

pengguna laporan akan membaca “goodnews” kinerja perusahaan,


23

misalnya dalam lingkup sosial dan dengan demikian investor akan tetap

berinvestasi di perusahaan tersebut.

3. Dewan Komisaris

Dewan komisaris memiliki tugas untuk mengawasi, memberikan

pengarahan pada pengelola perusahaan dan bertangungg jawab untuk

menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka

dalam mengembangkan, serta menyelenggarakan pengendalian intern

perusahaan (Budiman, 2015). Ukuran dewan komisaris adalah jumlah

anggota dewan komisaris dalam perusahaan dan merupakan

pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola

perusahaan secara efektif. Dewan komisaris terdiri dari inside dan

outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang

berharga dan sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya

sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian.

4. Umur Perusahaan

Umur perusahaan adalah seberapa lama perusahaan mampu

bertahan di pasar modal. Semakin lama umur perusahaan, maka

menunjukkan bahwa perusahaan dapat bertahan di tengah persaingan

bisnis dan berpengalaman, maka semakin besar pula pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang umur sudah lama

diasumsikan telah banyak memiliki pemangku kepentingan, sehingga

tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin

meningkat (Budiman, 2015).


24

5. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-

pihak yang berbentuk institusi, seperti yayasan, bank, perusahaan

asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk

perseroan terbatas (PT), dan institusi lainnya. Institusi biasanya dapat

menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang

lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Karena

menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan

pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih besar

dibandingkan dengan pemegang saham lain (Gabriella, 2011).

Dengan kepemilikan saham yang besar, investor institusional

memiliki insentif yang kuat untuk memantau praktik pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, manajer dapat

mengungkapkan secara sukarela informasi untuk memenuhi harapan

pemegang saham besar. Untuk itu kepemilikan institusional dapat

mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan yang besar, investor institusional memiliki

insentif yang kuat untuk memantau praktik pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan (Budiman, 2015).

6. Kepemilikan Asing

Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh

pihak asing (luar negri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap

saham perusahaan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki kepemilikan


25

saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas.

Kepemilikan asing merupakan mekanisme kontrol yang tepat untuk

mengurangi konflik karena dapat meningkatkan proses pengawasan

dalam perusahaan.

Pengungkapan tanggung jawab sosial ini adalah salah satu cara

yang digunakan untuk memperlihatkan kepeduliaan perusahaan pada

masyarakat sekitar. Adanya saham yang dimiliki investor asing dapat

mempengaruhi kelengkapan pengungkapan tanggung jawab sosial oleh

perusahaan. Sebab semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi

tentang perusahaan untuk melakukan investasi, maka semakin banyak

pula tuntutan akan informasi yang diungkapkan dalam tanggung jawab

sosial perusahaan (Budiman, 2015).

7. Kepemilikan Manajerial

Menurut Downes dan Goodman (1999) kepemilikan manajerial

adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai

pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut

dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan.

Kepemilikan manajerial merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa

manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus

sebagai pemegang saham perusahaan (Rustiarini, 2008). Pihak tersebur

adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi

perusahaan.
26

Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang

yang berbeda, antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham

institusi, kedua, mereka adalah tenaga-tenaga profesional yang diangkat

oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Ketiga,

mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki

saham.

D. Pengembangan Hipotesis

1. Hubungan antara Teori dan Pengungkapan Corporate Social

Responsibility.

Pengungkapan sosial sebagai suatu pelaporan atau penyampaian

informasi kepada stakeholders mengenai segala aktivitas perusahaan

yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hasil penelitian di

berbagai negara membuktikan bahwa laporan tahunan (annual report)

merupakan media yang tepat untuk menyampaikan tanggung jawab sosial

perusahaan. Pengungkapan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan

merupakan dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya dan

menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat

mengubah persepsi dan ekspektasi (Adam dan McNicholas, 2007).

Pengungkapan tersebut dilakukan dengan harapan dapat memenuhi

kebutuhan informasi bagi para stakeholder serta mendapatkan dukungan

dari para stakeholder demi kelangsungan hidup suatu perusahaan Semakin

baik pengungkapan CSRyang dilakukan oleh perusahaan maka


27

stakeholder akan semakin memberikan dukungan penuh kepada

perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk meningkatkan

kinerja dan mencapai laba yang diharapkan perusahaan.

Teori Legitimasi merupakan teori lain yang melandasi CSR serta

berhubungan erat dengan teori stake-holder Legitimasi akan mengalami

perge-seran seiring dengan perubahan lingkungan dan masyarakat tempat

perusahaan berada (Dowling dan Pfeffer 1975:122). Menurut Deegan, et

al (2002: 319-320) dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan

akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika pihak manajemen

menganggap bahwa hal tersebut adalah yang diharapkan oleh komunitas

Perusahaan akan terus berupaya untuk memastikan bahwa perusahaan

beroperasi dalam norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dari

tempat perusahaan berada (Deegan 2004).

2. Hubungan antara Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR)

Ukuran perusahaan mengambarkan besar kecilnya sebuah

perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang besar banyak mendapat

sorotan dari masyarakat. Karena perusahaan yang besar memiliki kegiatan

yang lebih kompleks dan mungkin menimbulkan dampak yang besar bagi

masyarakat dan lingkungan sekitarnya (Budiman, 2015). Selain itu

perusahaaan yang besar yang banyak mendapat sorotan dari masyarakat

dengan pengungkapan yang lebih besar merupakan wujud dari tanggung


28

jawab sosial perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka akan

semakin besar pula pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan

informasi dan laporan keuangan mereka. Secara umum perusahaan besar

akan mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan perusahaan

kecil (Anggraini, 2011).

Dalam teori legitimasi ukuran perusahaan memiliki hubungan

dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan besar yang lebih

banyak melakukan aktivitas memiliki pengaruh yang besar terhadap

terhadap masyarakat, memiliki lebih banyak pemegang saham yang punya

perhatian terhadap program sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan

laporan tahunan merupakan alat yang efisien untuk mengkomunikasikan

informasi ini.

Dari hasil penelitian Darwis (2009) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar

luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sama halnya

penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2009) dan Sha (2014) yang

menunjukkan hasil yang signifikan antara ukuran perusahaan dan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H1: Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


29

3. Hubungan antara Profitabilitas dengan Pengungkapan Corporate

Social Responsibility

Hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan CSR didasari

oleh teori legitimasi dimana pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dari legitimasi

masyarakat. Adanya profitabilitas memberikan keyakinan perusahaan

untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya

dengan profitabilitas yang mencukupi, perusahaan tetap akan

mendapatkan keuntungan positif, yaitu mendapatkan legitimasi dari

masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak meningkatnya

keuntungan perusahaan di masa yang akan datang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Keni (2013)

menunjukkan menunjukkan hasil signifkan positif karena semakin tinggi

tingkat profitabilitas maka manajer lebih termotivasi untuk memberikan

informasi yang lebih terperinci termasuk kebebasan dan keleluasan untuk

menunjukkan dan mempertanggungjawabkan seluruh program sosial dan

meyakinkan investor akan profitabilitas perusahaan. Sama halnya yang

dilakukan oleh Utama (2013), Indrawari dan Astika (2015), Pradayani

dan Sisdyani (2015), Lucianda dan Siagian (2012) yang menunjukkan

hasil positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka akan dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:
30

H2: Profitabilitas berpengaruh Positif terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

4. Hubungan antara Dewan Komisaris dengan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan.

dengan wewenang yang dimiliki. Ukuran dewan komisaris merupakan

suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan. Berdasarkan teori

stakeholder, dewan komisaris merupakan mekanisme akuntabilitas yang

berperan dalam meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi semua

kepentingan, bukan hanya kepentingan pemegang saham (Anggraini,

2011). Ukuran dewan komisaris dilihat dari jumlah anggotanya. Semakin

besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk

mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin

efektif serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

(Coller dan Gregory, 1999).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maulana dan Yuyetta

(2014) menyatakan bahwa hasil penelitiannya mendapatkan dewan

komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan

CSR dengan arah positif. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan

jumlah anggota dewan komisaris yang lebih besar akan mengungkapkan

CSR yang lebih luas. Peneltian yang dilakukan oleh Budiman (2015),

Rahayu dan Cahyadi (2014), Pradayani dan Sisdyani (2015) juga


31

menunjukkan hasil penelitiannya berpengaruh positif maka hipotesis dari

penelitian ini adalah:

H3: Dewan Komisaris Berpengaruh positif terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

5. Hubungan antara Umur Perusahaan dengan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu

bertahan. Hal ini dapat dikaitkan dengan teori legitimasi. Menurut teori

ini, legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan

masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari

perusahaan dari masyarakat. Semakin lama perusahaan maka semakin

banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan

tersebut. Dengan demikian legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat

atau sumber potensial bagi perusahaan dalam bertahan hidup. Selain itu,

teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa

aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga

semakin lama perusahaan dapat bertahan maka perusahaan semakin

mengungkapkan informasi sosialnya dalam bentuk tanggung jawab sosial

(Utami dan Prastiti, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2015) menunjukkan

adanya pengaruh antara umur perusahaan dengan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan, hal ini karena semakin lama umur
32

perusahaan maka perusahaan semakin meningkatkan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Dari penjelasan tersebut dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

H4: Umur Perusahaan Berpengaruh Positif terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

6. Hubungan antara Kepemilikan Institusional dengan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

Berkaitan dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa

stakeholder merupakan pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan

yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas

perusahaan. Kepemilikan institusional yang besar akan sangat

berpengaruh dan berdampak pada keputusan manajemen yang akan

diambil. Salah satu keputusannya adalah pengungkapan informasi CSR

sebagai transparansi kepada stakeholder. Hal ini dikarenakan

kepemilikan institusional yang besar akan menyebabkan tekanan

terhadap manajemen yang mengungkapkan tanggung jawab sosial

perusahaan secara lebih luas.

Penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2015), Pratiwi (2017)

yang menunjukkan pengaruh positif antara kepemilikan institusional dan

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka hipotesis dan

penjelasan diatas dapat disimpulkan:


33

H5: Kepemilikan Institusional Berpengaruh positif terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility

7. Hubungan antara Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Corporate

Social Responsibility

Pengungkapan tanggung jawab sosial dianggap sebagai media

untuk membuktikan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Jika

perusahaan mempunyai ikatan dengan stakeholder asing, maka

perusahaan akan mendapat dukungan dalam mengungkapkan tanggung

jawab sosial (Oktariani dan Mimba, 2014). Dan sesuai dengan teori

stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi stakeholder, maka semakin

besar kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasi diri terhadap

keinginan para stakeholdernya.

Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan aktivitas

pertanggungjawaban sosial dan lingkungannya atas aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan tersebut (Mulia dan Mutmainah, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk. (2010), Politon dan Sri (2013),

Budiman (2015) menunjukkan bahwa foreign ownership berpengaruh

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka

hipotesis dari penelitian ini adalah:

H6: Kepemilikan Asing Berpengaruh Positif terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility


34

8. Hubungan antara Kepemilikan Manajerial dan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility

Dalam penelitian Utama (2013) menyatakan bahwa jika suatu

perusahaan memiliki kepemilikan saham manajer yang tinggi,

perusahaan akan mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan

perusahaan yaitu dengan cara mengungkapkan informasi sosial seluas-

luasnya dalam rangka untuk meningkatkan reputasi perusahaan.

Sesuai dengan teori stakeholder ini berfokus pada pengambilan

keputusan manajerial. Berdasarkan asumsi teori stakeholder maka

perusahaan tidak dapat terbebas diri dari lingkungan sosial. Perusahaan

perlu memelihara stakeholders serta mendudukannya dalam konteks

kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat membantu

tercapainya tujuan perusahaan, yaitu kemantapan usaha dan jaminan

going concern (Ardianto dan Machfudz, 2011) seperti yang dikatakan

Utama (2013) dalam meningkatkan reputasi perusahaan maka perusahaan

bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun

harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian,

keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang

diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan tersebut. Dari penelitian

yang dilakukan oleh Edisom (2017), Setriani dan Paramitha (2011) yang

menunjukkan adanya hubungan positif terhdap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan., maka hipotesis dari penjelasan tersebut:


35

H7: Kepemilikan Managerial berpengaruh positif terhadap

pengungkapan Corporate Social Responsibility

E. Model Penelitian

Ukuran Perusahaan (X1)

Prifitabilitas (X2) H1 +

H2 +
Dewan Komisaris (X3)
H3 + Pengungkapan

H4 + CSR
Umur Perusahaan (X4)
H5 +
(Y)
Kepemilikan Institusional H6 +
(X5)
H7 +
Kepemilikan asing (X6)

Kepemilikan managerial
(X7)

Gambar model penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam model

penelitian terdiri dari 7 variabel independen seperti ukuran perusahaan,

profitabilitas, dewan komisaris, umur perusahaan, kepemilikan institusional,

kepemilikan saham asing, kepemilikan manajerial dan variabel ini sebagai

variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen dalam pengungkapan

CSR.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data kuantitaif, karena data

yang digunakan berupa angka yang dapat diukur dengan satuan berupa

laporan keuangan perusahaan selain itu sifat penelitian ini bersifat kausalitas

yaitu penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan adanya kemungkinan

hubungan sebab akibat antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih

variabel independen (Janra, 2015). Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder adalah data yang diperoleh dari situs resmi

Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) menggunakan data laporan tahunan

perusahaan tahun 2013-2017.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan elemen yang memenuhi persyaratan

tertentu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (Janra, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa

Efek Indonesia tahun 2013-2017. Seluruh perusahaan manufaktur yang

menjadi populasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga sektor yaitu sektor

industri dasar, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar BEI dari periode 2013-2017.

36
37

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian adalah mendapatkan sampel yang sesuai dengan

kriteria yang ditentukan. Kriteria-kriteria dalam pemelihan sampel adalah

sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di situs Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id) yang mempublikasikan laporan tahunan dari tahun 2013-

2017.

b. Perusahaan yang mengungkapkan laporan tanggung jawab sosial melalui

laporan tahunannya.

c. Laporan tahunan dan laporan keuangan yang disajikan lengkap dengan

informasi terkait dengan semua variabel yang diteliti.

d. Perusahaan sampel tidak mengalami delisting selama periode pengamatan.

e. Laporan keuangan yang menggunakan mata uang rupiah.

C. Definisi Operional Variabel

1. Variabel Dependen

Pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diukur

dalam penelitian ini adalah pengungkapan pertanggungjawaban sosial

perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) (Purwanto, 2011).

Menurut Purwanto (2011) pengungkapan CSR adalah komitmen

perusahaan untuk melakukan tanggungjawab sosial yang bersifat sukarela.

Dalam mengukur pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah


38

dengan menggunakan indikator Global Reporting Intiative (GRI) dengan

jumlah 78 pengungkapan yang meliputi economic (EC), environment (EN),

human right (HR), labor practice (LP), Product Responsibility (PR) dan

Society (S) (Dermawan, 2014).

Indikator variabel ini adalah dengan mengukur pengungkapan

sosial laporan tahunan dilakukan dengan pengamatan mengenai ada

tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan keuangan,

apabila item informasi CSR tidak ada dalam laporan keuangan maka diberi

skor 0, dan apabila item informasi CSR yang ditentukan ada dalam laporan

keuangan maka diberi skor 1. Jumlah item yang mungkin dipenuhi oleh

perusahaan sebanyak 78, rumus perhitungan Indeks Pengungkapan

Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility

Disclousure Index) adalah sebagai berikut:

∑ ij
CSRDIj = nj

Keterangan :

CSRDIj: Corporate Social Responsibility Disclousure Index

perusahaan j

nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78

Xij : Dummy variabel: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika

item i tidak diungkapkan


39

2. Variabel Independen

a. Ukuran persahaan

Ukuran perusahaan merupakan besarnya lingkup atau luas

perusahaan dalam menjalankan operasinya. Ukuran perusahaan

didasarkan pada total asset (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-

lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar.

Dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan

karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan dalam

mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

Ukuran perusahaan yang diukur dengan total asset akan

ditransformasikan ke dalam logaritma of natural (ln) karena total aset

perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-variabel lain

dalam penelitian (Kurnianingsih, 2013).

Firm Size = ln of Total Asset

b. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba melaui penjualan, total aktiva, dan modal sendiri

(Suaryana, 2011). Dalam penelitian ini digunakan indikator Return On

Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh

kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit,

dalam upaya meningkatkan aset yang dimiliki entitas. Tingkat

profitabilitas diukur dengan rasio Return on Asset (ROA), yaitu


40

merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Pengukuran profitabilitas menggunakan rumus sebagai berikut:

Lababersih setelah pajak


ROA =
total Asset

c. Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris

yang diangkat untuk bertugas bertanggungjawab dalam mengawasi

dan memberi nasihat kepada direksi. Semakin besar jumlah anggota

dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan

CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif (Yuliana.

Dkk, 2008). Untuk mengukur dewan komisaris:

DK = ∑Dewan Komisaris Perusahaan

d. Umur Perusahaan

Umur perusahaan adalah seberapa lama perusahaan dalam

bertahan di pasar modal. Semakin lama suatu perusahaan bertahana

maka akan semakin besar pula pengungkapan tanggungjawab sosial

perusahaan. Karena perusahaan dengan umur yang sudah lama

diasumsikan telah banyak pemangku kepentingan, sehingga tingkat

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin

meningkat (Budiman, 2015). Perhitungan umur perusahaan dilakukan

dengan rumus sesuai dengan Santioso dan Chandra (2012):


41

Umur Perusahaan = Tahun ke-n (tahun first issue di BEI)

e. Kepemilikan Institusioal

Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan

saham oleh investor istitusi terhadap total jumlah saham yang

beredar. Dengan kepemilikan saham yang besar, investor

institusional mempunyai tingkat insentif yang kuat untuk memantau

praktik pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Budiman,

2015). Proporsi kepemilikan institusional diukur berdasarkan

persentase kepemilikan:

Jumlah saham Institusional


% kepemilikan Instituional =
Jumlah saham yang beredar

f. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham yang dimiliki

oleh investor asing dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan karena dengan banyak investor

yang membutuhkan informasi tentang pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan (Budiman, 2015). Variabel ini diukur

berdasarkan jumlah persentase yang dimiliki oleh pihak asing

dengan jumlah yang diterbitkan sesuai dengan penelitian Said et.al

(2009). Apabila suatu perusahaan terdapat lebih dari satu pemilikan

asing yang memiliki saham perusahaan, maka kepemilikan diukur

dengan menghitung total seluruh saham yang dimiliki oleh seluruh

pemilikan institusi.
42

jumlah kepemilikan saham oleh pihak asing


Kepemilikan Asing =
jumlah saham yang beredar

g. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham

yang dimiliki oleh pihak manajerial perusahaan (dalam hal ini

komisaris, direksi, dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam

pembuatan keputusan perusahaan) dengan jumlah saham yang

diterbitkan (Said et.al, 2009).

Kepemilikan manjerial =

proporsi saham yang dimiliki olehmanajemen


jumlah saham yang diterbitkan

D. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa

laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan sektor manufaktur yang

terdaftar di BEI. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengambilan data dengan

cara, mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari laporan

tahunan yang dipublikasikan. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara melakukan penelusuran laporan tahunan dari tahun

2013-2017. Sumber data yang diperoleh dari website www.idx.co.id.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Statistik Deskriptif


43

Statistik deskriptif digunakan dalam mendeskripsikan

variabel-variabel dalam penelitian ini dan juga digunakan untuk

mendeskripsikan profil data atau sampel yang meliputi antara lain

mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi. Penelitian ini untuk

menganalisis ukuran perusahaan, profitabilitas, dewan komisaris,

umur perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing,

kepemilikan manjerial.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi berganda dapat dilakukan setelah model dari

penelitian ini memenuhi syarat-syarat lolos dari asumsi klasik. Uji

asumsi klasik harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui

apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak dan juga untuk

memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten dan

penaksiran koefisien regresinya efisien (Karimah, 2014).

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang

terdiri dari uji multikolearitas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji

heterokedasitas sebelum melakukan pengujian hipotesis, berikut ini

adalah penjelasan asumsi klasik yang digunakan:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan untuk

menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,

apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak.

Dalam uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam


44

model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dideteksi

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari

grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka data tersebut terdistribusi dengan normal.

Dalam alat uji normalitas ini akan digunakan uji One

Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan tarif

signifikansi 0,05. Dan dinyatakan terdistribusi normal jika

signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolieniritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(independen). Model regresi seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel-variabel independen ini tidak ortogonal.

Multikolinearitas dideteksi dengan nilai Tolerance dan

Variace Infation Factors (VIF). Batas Tolerance value adalah 0,1

dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF

>10 maka terjadi multikoliniearitas. Sebaliknya apabila tolerance

value > 0,1 atau VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas

(Putri, 2013).

c. Uji Heterokedastisitas
45

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari

residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lain. Cara untuk

mendeteksi ada tidaknya heterodestisitas dapat dilakukan dengan

melihat grafik plot uji heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya

heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat titik yang

menyebar pada sumbu Y. Apabila titik menyebar secara acak

serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 maka tidak

terjadi heterokedastisitas. Jika masih terjadi heterokedastisitas

maka alternatif solusi lain yang dilakukan adalah uji Glejser

untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila sig > 0,05 maka

terdapat gejala heterokedastisitas (Putri, 2013).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model

regresi liniear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka adanya

masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan muncul sepanjang waktu yang satu dengan yang

lainnya.

Cara untuk mendeteksi ada tidak autokorelasi adalah

dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW Test). Dengan

menggunakan uji Durbin Watson ini, akan didapatkan nilai DW.

Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan


46

menggunakan nilai signifikansi 5% jumlah sampel (n) dan jumlah

variabel. Suatu model dapat dikatakan bebas dari autokorelasi

positif maupun negatif, maka nilai DW diperbandingkan nilai d L

dan du yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson (DW) pada taraf

α, n dan k tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut:

Deteksi Autokorelasi Positif

Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif,

Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif

Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau

tidak dapat disimpulkan

Deteksi Autokorelasi Negatif

Jika (4 – d) < dL atau d > 4 – dL maka terdapat autokorelasi

negatif

Jika (4 – d) > dU atau d < 4 maka tidak terdapat

autokorelasi negatif

Jika dL < (4 – d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan

atau tidak dapat disimpulkan.

3. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan

regresi berganda, dan juga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dewan komisaris, umur

perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan


47

manajerial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε

Keterangan:

Y: Pengungkapan Corporate Social Responsibility

α: Konstanta

β: Koefisien Regresi

X1: Ukuran perusahaan

X2: Profitabilitas

X3: Dewan komisaris

X4: Umur perusahaan

X5: Kepemilikan institusional

X6: Kepemilikan asing

X7: Kepemilikan manajerial

ε : Eror

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji Statistik F

Menurut Gozali (2005) uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan signifikansi model penelitian. Hasil uji dilihat dari

pengaruh semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model

mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05

(α = 5%). Terdapat dua cara yang bisa digunakan untuk mengetahui


48

ada tidaknya pengaruh signifikan dalam uji F. Cara yang pertama

iaitu membandingkan F hitung dengan nilai F tabel. Sedangkan

cara yang kedua iaitu dengan membandingkan nilai signifikansi

dari hasil perhitungan SPSS apakah nilai signifikansi tersebut lebih

besar atau lebih kecil dari nilai standar statistik yakni 0,05.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan F hitung

dan F tabel:

1. Jika nilai F hitung > F tabel maka variabel bebas secara simultan

berpengaruh terhadap variabel terikat

2. Sebaliknya, jika nilai F hitung < F Tabel maka variabel bebas

secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat

Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan nilai

signifikansi dari output SPSS:

1. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

b. Uji Statistik t

Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2006). Uji t dalam


49

analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan untuk uji t dalam analisis regresi

Berdasarkan nilai t hitung dan nilai t tabel

1. Jika nilai t hitung > t tabel maka variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel terikat.

2. Jika nilai t hitung < t tabel maka variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat

Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS

1. Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat

2. Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendeteksi satu variabel-variabel independen memberikan

hampir informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data


50

silang (crossection) relatif rendah karena variasi yang besar antara

masing-masing pengamatan (Ghozali, 2007).


DAFTAR PUSTAKA

Ardianto., & Dindin M. Machfudz. 2011. Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Amsyari, Hafiz Akbar. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi Luas


pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan (studi empiris
terhadap perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia). Jurnal
akuntansi: Universitas Brawijaya Malang

Anggraini, F. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta). Paper presented at the Simposium Nasional
Akuntansi 9.

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Tahunan. Makalah dipresentasikan pada Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang.

Anugerah, Rita dkk. 2010. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan


Profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Jurnal Ekonomi Vol 18
No !: Universitas Riau

Budiman, NA. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengungkapan


tanggungjawab sosial pada perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Mercu
Buana Vol 1 NO. 1 ISSN 2460-1233: UMB Yogyakarta

Chariri, Charless. 2012. Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance


Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus

51
52

Pada Bank Syariah Di Asia). Diponegoro Journal Of Accounting:


Universitas Diponegoro

Darwis, Herman. 2009. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Finansial Leverage


terhadap pengungkapan CSR Perusahaan High Profile di BEI. Jurnal
Keuangan dan Perbankan Vol. 13 No.1, Hal.52-61: Universitas Khairun
Ternate

Daud, RM & Abrar Amri. 2008. Pengaruh Intellectual Capital dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Telaah dan
Riset Akuntansi Vol. 1 No. 2, Hal 213-231: Universitas Syiah Kuala.

Deegan, C. 2000. Financial Accounting Theory. NSW: McGraw-Hill Australia.

Dermawan, dkk. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR.


Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 16 No.2 ISSN 1410-9875: STIE Trisaksti

Dewi dan Keni, 2013. Pengaruh Umur Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran


Perusahaan dan Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan. Karya Ilmiah Dosen: Universitas Tarumanegara

Downes, J. & Goodman, JE. 1998 Dictionary of Finance and Investment Term,
Barrons Educational Series.

Eisenberg, T., Sundgren, S. and Wells, M. (1998), ‘‘Larger board size and
decreasing firm value in small firms’’, Journal of Financial Economics,
Vol. 48, pp. 35-54.

Edison, Acep. 2017 Struktur Kepemilikan Asing, Kepemilikan Institusional Dan


Kepemilikan Manajerial Pengaruhnya Terhadap Luas Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (Csr) (Studi Empiris Pada Perusahaan
Sektor Utama Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 -
2014). Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.11 No. 2: Universitas Widyatama
53

Eriandani, Rizky. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap


Kinerja Keuangan Pada Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pada Periode 2010-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol.2 No.1:
Universitas Surabaya

Febriana, AS. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan


Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal ilmiah akuntansi dan bisnis:
Universitas Udayana

Febriani, W., Iwan Hermansyah, S. E., & Ak, M. S (2013). Pengaruh Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Serta Dampaknya
Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal. Tasikmalaya: Fakultas Ekonomi
Universitas Siliwangi.

Freeman, IL, Strategic Management a Stakeholder Approach, Advances m


Strategic Management (1983) pp 31-60.

Freeman, IL, Strategic Management.. a Stakeholder Approach (Marshall, MA


Pitman, 1984)

Gabriella, Erida, 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap CSR Disclosure


Perusahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Skripsi.
Semarang.

Ghozali Imam dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Ghozali Imam. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:


Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Gray, Rob, R. Kouhy, dan S. Lavers. 1995. “Corporate Social and Environmental
Reporting: A Review of The Literature and A Longitudinal Study of UK
54

Disclosure”. Accounting, Auditing, and Accountability Journal, Vol. 8,


No. 2, pp. 47-77.
Coller, P., & Gregory, A. (1999). Audit committee activity and agency cost.
Journal of Accounting and Public Policy, 18 (4-5), 311-332.

Harahap, Sofyan Safri. 2005. Teori Akuntansi. Edisi Kelima, Jakarta: PT


Grafindo Perkasa

Handayani, Mutia. (2007). “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Penerapan Good


Corporate Governance Terhadap Tingkat Pengungkapan CSR”. Skripsi.
Universitas Negeri Padang.

Hastuti, Widya. 2014. Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan


tipe industri terhadap pengungkapan CSR perusahaan dalam laporan
tahunan. Jurnal akuntansi: Univeristas Negeri Padang

Indrawari. 2015. Pengaruh Profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan


saham publik terhadap CSR. E-Jurnal Akuntansi Hal.289-302, ISSN 2302-
8556: Universitas Udayana

Janra, DM. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas Dan


Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi
Pertanggungjawaban Sosial Perusahan. Jurnal Akuntansi: Universitas
Negeri Padang

Jensen, M. 1993. The modern industrial revolution, exit, and the failure of internal
control systems. Journal of Finance, Vol. 48, pp. 831-80.

Jupe, Robert. 2005. Disclosure in Corporate Environmental Reports: A Test of


Legitimacy Theory. Working Paper No. 91.

Karimah, Husna. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas,


Dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility
Disclousure: Stain Pekalongan
55

Karina, LAD. 2013. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan


CSR. Journal of Accounting Vol.2 N0. 2 Hal.1, ISSN 2337-3806:
Universitas Diponegoro

Kamil, Ahmad dan Antonius Herusetya. 2012. Pengaruh karakteristik perusahaan


terhadap luas pengungkapan CSR. Media Riset Akuntansi ISSN 2088-
2106: Universitas Bakrie dan Universitas Indonesia

Kristi, AA. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate


Social Responsibility Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB: Universitas Brawijaya

Kurnianingsih, HT. 2013. Pengaruh Profitabilitas dan Size Perusahaan terhadap


CSR. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol.13 No.1: Universitas Islam
Sumatera Utara

Lipton, M. and Lorsh, J. 1992. A modest proposal for improved corporate


governance. The Business Lawyer, Vol. 48, pp. 59-77.

Lucyanda J, Siagian LGP. 2012. The Influence of Company Characteristics


Toward Corporate Social Responsibility Disclosure. International
Conference on Business and Management. 1(1): 601-612.

Luqman Hakim. (2010). Pertimbangan Investor Berinvestasi Dan Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Indonesia. Disertasi. UM

Lovink Angel Dwikarina, Etna Afri Yuyetta. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Corporate Social Responsibility, 2(2).

Mulia dan Siti Mutmainah, 2009. Pengaruh Karakteristik Good Corporate


Governance terhadap luas pengungkapan CSR. Wahana Akuntansi Jurnal
Ilmiah. Diponegoro: Universitas Diponegoro
56

Maulana. 2014. Pengaruh Karakteristik Prusahaan Terhadap Pengungkapan CSR.


Journal Of Accounting Vol 3 No. 2 Hal 1-14, ISSN 2337-3806. Semarang:
Universitas Diponegoro

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia.” Simposium
Nasional Akuntansi X, IAI, Makassar2007.

Nur, Marzully dan Denies Priantinah. 2012. Analisis Faktor-faktor yang


mempengaruhi pengungkapan CSR di Indonesia. Jurnal Nominal Vol 1
No. 1: Universitas Negeri Yogyakarta

Oktariani, Ni Wayan. 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Tanggung


Jawab Lingkungan Pada Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Udayana ISSN 2302-8556: Universitas
Udayana

O’Donovan, Gary. 2002. “Environmental Disclosures in The Annual Report:


Extending The Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory”.
Accounting, Auditing, and Accountability Journal,Vol. 15, No.3, pp. 344-
371.

Oh, Won Yong. 2011. The effect of ownership structure on corporate social
responsibility: Empirical evidence from Korea. Journal of business ethics.

Polinton, Sontry Oktaviana. 2013. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan


Tanggung jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik. Jurnal
riset manajemen dan akuntansi, Vol. 1 No. 1, Februari 2013. Madium:
Universitas Katolik Widya Mandala.

Pradayani. 2015. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran


dewan komisaris pada pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. E-
Jurnal Akuntansi Hal 384-397 ISSN 2302-8556: Universitas Udayana
57

Prakasa, Silla dan Astka IBP. 2017. Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Dan
Kepemilikan Manajemen Pada Corporate Social Responsibility
Disclousure Perusahaan Pertambangan. E-Jurnal Akuntansi Vol 18 No. 1,
hal 189-215: Universitas Udayana.

Priantana, RD. 2011. Pengaruh Struktur GCG terhadap pengungkapan CSR pada
perusahaan keuangan yang terdaftar. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi
Vol 4 No. 1 Hal 65-78: Universitas Syiah Kuala

Putri. 2014. Pengaruh profitablitas, likuiditas, dan leverage terhadap


pengungkapan CSR pada perusahaan-perusahaan yang mendapat
penghargaan ISRA dan Listed di BEI (2010-2012). Bussinesa Accounting
Review: Universitas Kristen Petra

Rahayu. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR pada


Perbankan Syariah. Jurnal Akuntansi Vol 5 No 2 Hal. 74-87. Bekasi:
UNISMA

Rawi dan M. Muchlish. 2010. “Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi,


Leverage dan Corporate Social Responsibility”. Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto

Rustiarini, N. W. (2010). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada


Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Riset Akuntansi.

Robert, RW. 1992, “Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure:


An Application of Stakeholder Theory”, Accounting, Organization and
Society, Vol.17, No. 6, pp. 595-612

Riswari, Dyah Ardana. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility


Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai
Variabel Moderating. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
58

Robert, RW. 1992, “Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure:


An Application of Stakeholder Theory”, Accounting, Organization and
Society, Vol.17, No. 6, pp. 595-612

Sari. A.R, Sutrisno dan Eko.G.S. 2013. Pengaruh Kepemilikan Institusional,


Komposisi Dewan Komisaris, Kinerja Perusahaan terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Sustainability
Report pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal Aplikasi
Manajemen Vol. 2 No.3: Universitas Brawijaya.

Said, R., Y. Zainuddin, dan H. Haron.2009. "The Relationship Between


Corporate Social responsibility Disclosure and Corporate Govemance
Characteristics in Malaysian Public Listed Companies". Social
Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, Hal. 212-226

Sari, E. E. K. (2010).Pengaruh return on assets (ROA), debt equity ratio (DER),


dan earning per share (EPS) terhadap pengungkapan tanggungjawab
sosial pada perusahaan high profile di Indonesia. Universitas Negeri
Malang: Skripsi.

Sari NMP, Kholisoh L. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap


Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur.
E-journal Ekonomi. 1(1): 2-16.

Setriayani, Yulia dan Melvie Paramitha. 2011. Pengaruh Mekanisme Good


Corporate Governance Terhadap Social Responsibility. Jurnal
Kewirausahaan Vol. 5 No. 2, ISSN 1978-4724: Universitas Widya Kartika

Santioso. 2012. Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan,leverage, umur


perusahaan dan dewan komisaris independen dalam pengungkapan CSR.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 14 No 1 hlm 17-30: Universitas
Tarumanegara
59

Sari, R. A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social


Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, 1.

Sembiring, E. R. (2003). Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan


pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Paper presented at the Simposium Nasional Akuntansi VI.

Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung


Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Paper presented at the Simposium Nasional Akuntansi VII.

Sha, Thio Lie. 2014. Pengaruh ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris,
profitabilitas, leverage terhadap pengungkapan Tanggungjawab Sosial
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi Vol
XVIII No 1 Hal 86-98: Universitas Tarumanegara

Sriayu, GA. 2013. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap CSR disclousure.


E-Jurnal Akuntansi Vol 5 No 2 Hal 326-344, ISSN 2302-8556. Bali:
Universitas Udayana

Sembiring, Eddy Rismandi. 2006. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan


Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada perusahaan yang tercatat di
Bursa efek Jakarta. Jurnal Maksi. Sumatera Utara: Universitas Katolik St.
Thomas

Terzaghi, Muhammad Titan. (2012). “Pengaruh Earning Management Dan


Mekanisme CG Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Jurnal Ekonomi Dan
Informasi Akuntansi Vol. 2 No. 1. Hlm 31-47

Trisnawati, Rina. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,


Ukuran Dewan Komisaris Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
60

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr) Industri Perbankan


Di Indonesia. Seminar Nasional Dan Call For Paper ISBN 978-602-
70429-2-6. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme


Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi
Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur).” Simposium Nasional
Akuntansi X, IAI, Makassar2007.

Utama, MD & Devica Pratiwi. 2017. Pengaruh Biaya Corporate Social


Responsibility (CSR COST) Berdasarkan Motif Keuangan, Motif Etika,
Dan Motif Altruistik Terhadap Corporate Financial Performance. Jurnal
Akuntansi Bisnis Vol.9 No. 1: Universitas Bunda Mulia

Utama, ARIMK. 2013. Pengaruh Indikator GCG dan Profitabilitas pada


Pengungkapan CSR. E-Jurnal Akuntansi Vol 3 No 2 Hal 368-386 ISSN
2302-8556. Bali: Universitas Udayana

Utami, Sri. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure.


Jurnal Ekonomi Bisnis 16(1), 63-69,201: Universitas Negeri Malang

Wakid, NL. 2013. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan


Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi 4 (1): Universitas
Brawijaya

Wijaya, Maria. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengungkapan


tanggungjawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1 No 1
61

Yuliana, Rita. 2008. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan


CSR dan dampaknya terhadap reaksi investor. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Vol 5 No 2: Universitas Trunojoyo

Zuraida. 2011. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan


komisaris terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol 4 No 2 Hal 187-201:
Universitas Syiah Kuala

http://jabar.Pojoksatu.id/sukabumi/2018/10/10/lagi-dan-lagi-sungai-cicatih
tercemar-limbah-pencucian-pasir-kuarsa/

Anda mungkin juga menyukai