PENDAHULUAN
kesepakatan dari negara anggota ASEAN dalam rangka meningkatkan daya saing
membanjiri pasar tanah air, sehingga dikhawatirkan produk Indonesia dapat kalah
bersaing dengan produk impor dari negara lain (Depkeu, 2015). Oleh karena itu,
1
yaitu dengan meningkatkan keterampilan yang harus dipenuhi agar dapat bersaing
secara global, (2) memberikan inovasi produk yang lebih berkualitas yaitu dengan
menciptakan produk yang unik dan berbeda agar memberikan nilai tambah untuk
daya saing tinggi, (4) memiliki mental yang tangguh yang berarti sumber daya
manusia yang berada dalam perusahaan mampu mencari peluang, belajar berpikir
kreatif, dan memiliki karakter mental yang kuat dalam menghadapi persaingan di
era global, (5) memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mencintai produk
dalam negeri di mana perusahaan juga harus meningkatkan mutu dan kualitas
produk dalam negeri untuk bersaing di era MEA (Depkeu, 2015). Di sisi lain,
2013).
dipertimbangkan, yaitu (1) faktor pemberian sanksi keras yang ditujukan untuk
Selain itu, tingkat keberhasilan perusahaan setidaknya ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu kualitas, profitabilitas, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan (Roth
dan Keller, 1997). Saat ini tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
tidak hanya menggunakan konsep Single Bottom Line dimana kegiatan
saat ini didasari oleh konsep Triple Bottom Lines sebagai konsep stakeholder
sosial menuntut adanya tanggung jawab pihak terkait. Perusahaan tidak hanya
jawab terhadap pihak-pihak lain yang secara tidak langsung terlibat dan
masyarakat sekitar, dan pelanggan. Seperti yang diatur dalam Pasal 74 UU No. 40
Modal, dan peraturan bertaraf internasional yaitu ISO 14001 tentang Sistem
pada Pasal 66 UU No. 40 Tahun 2007 telah ditetapkan kewajiban bagi perseroan
Dengan adanya peraturan tersebut, saat ini telah banyak perusahaan yang mulai
tersebut tidak hanya terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan tetapi juga
tanggung jawab sosial menurut The World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD)
Responsibility adalah bentuk komitmen dunia usaha untuk bertindak etis secara
CSR bukan lagi menjadi hambatan bagi perusahaan dalam mencapai keuntungan,
2011). Oleh karena itu, perusahaan kini memilih untuk tidak hanya mementingkan
memiliki kepekaan dan kepedulian sosial dan lingkungan. Dengan adanya konsep
sekitar. Karena konflik yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat dapat
ditelusuri dari dua penyebab, yaitu (1) tidak adanya kesesuaian kepentingan antara
mengenai konsep “adil” (Heal, 2004). Ketika perusahaan memiliki citra yang
legitimasi sosial yang baik, sehingga perusahaan dapat diterima oleh publik dan
dengan stakeholder serta dapat mengurangi biaya modal (Fombrun et al., 2000).
bahwa pelaporan informasi sosial dan lingkungan sebagai metode yang digunakan
menjadi daya tarik tersendiri bagi investor (Anggraini, 2006). Oleh karena itu,
dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan
harga saham. Menurut Kiroyan dalam Sayekti dan Wondabio (2007), perusahaan
berharap jika dengan menerapkan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan
untuk jangka waktu yang panjang. Pada penelitian Balabanis, Phillips, dan Lyall
perusahaan yang baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan
yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2013), yang
Namun, hasil berbeda yang dilalukan oleh Putri (2014), dalam penelitiannya
menemukan bahwa CSR tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap nilai
profitabilitas, dan leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-
2010.
diperlukan suatu variabel yang dapat memoderasi pengaruh CSR terhadap nilai
kinerja keuangan saja sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994)
tanggung jawab sosial (kegiatan CSR) sebagai salah satu keunggulan kompetitif
dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen perusahaan saat ini tidak
hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan, namun juga
dan sosial.
perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROE dan CAR. Selain itu
tersebut akan diminati oleh para investor dan berpengaruh pada nilai jual saham
rasio keuangan. Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
sendiri merupakan salah satu bentuk dari rasio profitablitas untuk mengukur
aktiva yang ada. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
Sebaliknya jika ROA negative menunjukkan total aktiva yang digunakan tidak
memberikan keuntungan. Oleh karena itu dengan semakin positif nya nilai dari
ROA maka akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik pula yang akan di ikuti
kesejahteraan sosial. Agar harapan ini dapat diwujudkan, maka upaya serius
diperlukan dalam mengoptimalisasi keberadaan perusahaan sebagai pilar ekonomi
di Indonesia.
perusahaan?
perusahaan.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
3) Bagi Stakeholder