Anda di halaman 1dari 36

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR)

Makalah Oleh:

BERRY SATRIA 01012682125039


FARADILLAH 01012682125019
INTAN AYU KARTIKA NP 01012682125036
NABILA PRATIWI 01012682125025
RINALDI SALEH 01012682125021

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
MAGISTER MANAJEMEN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Manajemen yang
berjudul Corporate Social Responsibility (CSR). Makalah ini membahas
mengenai pengertian Corporate Social Responsibility berikut pengungkapannya
dalam bentuk laporan yang dikenal dengan istilah Sustainability Reporting.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun bentuk. Oleh karena itu, kritik maupun
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah
ini dimasa yang akan datang. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan meningkatkan motivasi serta
semangat yang tinggi terhadap mata kuliah Akuntansi Manajemen.

Palembang, 08 Desember 2021

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbincangan tentang etika bisnis semakin mengemuka mengingat arus
globalisasi semakin deras terasa. Globalisasi memberikan tatanan ekonomi
yang baru. Para pelaku bisnis dituntut melakukan bisnis secara adil. Demi
menjaga kelangsungan hidup perusahaan, setiap perusahaan akan berusaha
mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang
sekecil mungkin sebagai bentuk pertanggung jawabannya kepada investor
perusahaan. Usaha perusahaan yang hanya terfokus untuk mengejar
keuntungan yang maksimal tersebut membuat perusahaan melupakan
masyarakat dan lingkungan disekitar area kegiatan operasional perusahaan
yang akhirnya membuat dampak yang dilakukan perusahaan terhadap
masyarakat yang disebabkan dari kegiatan tersebut menjadi cukup besar dan
semakin lama semakin besar sehingga sulit dikendalikan seperti polusi,
keracunan, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan,
bahkan mengatur kebijakan publik untuk menguntungkan perusahaan,
merusak moral birokrat, pejabat dan sebagainya. Bahkan berbagai bencana
alam dinilai disebabkan oleh kegiatan manusia khususnya korporasi yang
mengeksploitasi bumi secara besar-besaran hanya untuk mengejar target
ROI, ROA dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Harahap: 395, 2011).
Besarnya dampak yang ditimbulkan dalam kehidupan masyarakat
tersebut membuat masyarakat pun menginginkan agar dampak tersebut
dapat dikontrol agar tidak menjadi semakin besar. Sehingga dari sinilah
munculnya tanggung jawab sosial perusahaan yang menjadikan perusahaan
tidak lagi hanya memikirkan untuk mengejar laba yang maksimal dengan
pengorbanan minimal tetapi juga mulai memperhatikan cara untuk
meningkatkan kepercayaan stakeholders agar tetap mendukung serta
memberikan kemudahan bagi jalannya kegiatan operasional perusahaan
tersebut sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang bersifat
jangka panjang dari para stakeholders tersebut. Hal ini dilakukan dengan
cara memperhatikan masyarakat dan juga lingkungan di sekitar area
kegiatan operasional perusahaan serta dengan memberikan bentuk
pertanggung jawaban sosial perusahaan kepada para stakeholders tersebut.
Banyak peneliti yang menemukan terdapat hubungan positif antara
Corporate Social Responbility (CSR) dengan kinerja keuangan. Walaupun
dampaknya dalam jangka panjang, penerapan CSR tidak lagi dianggap
sebagai beban melainkan investasi bagi perusahaan. CSR diharapkan dapat
mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitas
operasionalnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk bagi
masyarakat maupun lingkungan hidup sehingga perusahaan dapat bertahan
secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi
tujuan dibentuknya suatu perusahaan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Corporate Social Responsibility dalam keberlanjutan
perusahaan.
2. Bagaimana pengaruh Sustainability Report terhadap nilai perusahaan.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan dan penyusunan makalah ini diantaranya ialah:
1. Memahami dan menjelaskan mengenai Corporate Social Responsibility
berperan dalam keberlanjutan perusahaan.
2. Memahami dan menjelaskan mengenai pengaruh Sustainability Report
terhadap nilai perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility


Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun
bukan hanya) perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.
Pada iklim bisnis saat ini, perusahaan tidak hanya dituntut untuk
menghasilkan produk dan layanan yang berkualitas bagi konsumen dan
konstituen perusahaan tetapi juga dituntut untuk dapat menjalankan praktik
bisnis yang bersih dan adil serta bertindak sebagai warga yang baik dengan
memberikan suatu bentuk corporate social responsibility (CSR) kepada
masyarakat di sekitar perusahaan (Putri, 2015).
CSR merupakan suatu komitmen untuk memperbaiki kehidupan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan kontribusi sumber daya
perusahaan. Yang dimaksud sebagai kehidupan dalam definisi tersebut
meliputi kondisi hidup manusia serta isu-isu mengenai lingkungan (Kotler et
al, 2005).
World Business Council for Sustainable Development menjelaskan
CSR sebagai komitmen dunia bisnis untuk memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan
mereka dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat pada umumnya
untuk memperbaiki kualitas hidup mereka (Kotler & Lee, 2005).
Sedangkan menurut panduan ISO 26000 mengenai Corporate Social
Responsibility (CSR), CSR adalah Tanggung jawab organisasi terhadap
dampak yang diakibatkan oleh kebijakan dan kegiatannya (proses, produk/
jasa) terhadap masyarakat & lingkungan melalui perilaku yang transparan
dan beretika, konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat dengan mempertimbangkan ekspektasi semua
stakeholder, taat terhadap hukum yang berlaku, konsisten dengan norma
internasional dan terintegrasi ke dalam proses organisasi.
CSR sebagai sebuah gagasan yang menganggap perusahaan tidak
lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line,
yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus
berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain
finansial juga adalah sosial dan lingkungan, atau perusahaan tidak hanya
mempunyai kewajiban ekonomi dan legal kepada pemegang saham
(shareholder), tetapi juga kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stakeholder). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan
memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta
bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu
muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak
memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya. Jadi,
CSR menunjukkan tanggung jawab perusahaan yang harus berpijak pada
triple bottom lines yaitu tanggung jawab perusahaan pada aspek sosial,
lingkungan dan keuangan.
Pelaksanaan konsep CSR terdiri dari dua prinsip, yaitu prinsip charity
(amal) dan stewardship (pendampingan). Berdasarkan prinsip charity,
perusahaan memberikan bantuan secara sukarela untuk kemiskinan
masyarakat. Sedangkan menurut prinsip stewardship, perusahaan bertindak
sebagai steward atau pendamping bagi masyarakat maupun isu tertentu
dengan cara mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang dipengaruhi
oleh keputusan serta kebijakan perusahaan (Frederick, 1988).
Prinsip charity pada CSR dapat dilihat dari tindakan-tindakan seperti
corporate philanthropy atau kedermawanan perusahaan serta tindakan sosial
perusahaan untuk mempromosikan kebaikan sosial perusahaan. Sedangkan
dalam prinsip stewardship dapat terlihat dalam tindakan untuk menjawab
ketergantungan perusahaan dan masyarakat serta menyeimbangkan
kepentingan dan kebutuhan berbagai kelompok masyarakat.
CSR menekankan setiap bentuk perusahaan mempunyai tanggung
jawab untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui program-
program sosial seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan
beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk
pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak,
khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai adanya tanggung
jawab sosial perusahaan yang terdiri dari:
1. Teori Legitimasi
Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang
diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat. Teori tersebut
dibutuhkan oleh institusi-institusi untuk mencapai tujuan agar kongruen
dengan masyarakat luas. Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi
atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat
menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan
dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri.
2. Teori Agency
Teori Agency menjelaskan ada konflik kepentingan antara manajer
(agen) dan principal (pemilik). Pemilik ingin mengetahui semua
informasi di perusahaan termasuk aktifitas manajemen dan sesuatu
yang terkait investasi/dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan
untuk meminta pertanggungjawaban atas kinerja manajer. Untuk
menghindari hal tersebut diperlukan akuntan publik yang mengevaluasi
kinerja manajer.
3. Teori Stakeholders
Stakeholder didefinisikan seperti sebuah kelompok atau individual yang
dapat memberi dampak atau terkena dampak oleh hasil tujuan
perusahaan termasuk dalam stakeholder yaitu investor, kreditor,
customers, suppliers, pemerintah, karyawan, dan masyarakat.
Perkembangan konsep stakeholder dibagi menjadi tiga yaitu model
perencanaan perusahaa, kebijakan bisnis dan corporate social
responsibility. Model perencanaan perusahaan dan kebijakan bisnis
fokus pada perkembangan dan penentuan nilai startegi perusahaan yang
dibuat oleh kelompok yang mendukung serta menghendaki perusahaan
terus berlangsung. Model CSR dari analisis stakeholder melanjutkan
model perencanaan perusahaan yang meliputi pengaruh eksternal dalam
perusahaan yang diasumsikan sebagai posisi lawan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan bentuk
pertanggung jawaban perusahaan terhadap lingkungan dengan melakukan
kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

2.2 Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)


Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social
Responsibility of the Businessman tahun 1953. Konsep yang digagas
Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia bisnis.
Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk
perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu
pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat
marketable, melalui CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan
bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan
yang tidak berorientasi profit. John Elkington dalam buku ”Triple Bottom
Line” dengan 3P tipe yaitu: Profit (mendukung laba perusahaan), People
(meningkatkan kesejahteraan masyarakat) dan Planet (meningkatkan
kualitas lingkungan). Ada beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan
bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi
atau pendekatan CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity,
corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan corporate community
relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih
bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun
1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals
with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya
John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan social
equity yang digagas the World Commission on Environment and
Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987). Perusahaan yang
baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal
pada tahun 1980-an, namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-
an. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Indonesia dikenal
dengan nama CSA ( Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial
perusahaan. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena
konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama. Sejak tahun 2003
Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada
berbagai perusahaan nasional. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability
Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk
mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia
dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat
laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Sampai dengan ISRA 2007
perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan
dalam ISRA.
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan
pada masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF
(yang dalam bahasa Inggris berarti tuli), sebuah akronim dari Dehumanisasi,
Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007:103-104).
a. Dehumanisasi industri
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah
menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh
di perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan.
‘merger mania’ dan perampingan perusahaan telah menimbulkan
gelombang pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, ekspansi dan
eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan kerusakan
lingkungan yang hebat.
b. Equalisasi hak-hak publik
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung
jawaban perusahaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali
ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin
menuntut akuntabilitas (accountability) perusahaan bukan saja dalam
proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian
perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkan.
c. Aquariumisasi dunia industri
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah
akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan
cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan filantropis tidak akan
mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat
menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.
d. Feminisasi dunia kerja
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut
penyesuaian perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan internal
organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan
kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial,
seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau
hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan
masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian
fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan
olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’
sosial terhadap isu ini.

2.3 Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)


Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34. Dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74, berisi:
a) Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan.
b) Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan &
kewajaran.
c) Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
d) Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial &
lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15,17 & 34)
berisi :
a. Pasal 15, Setiap penanam modal berkewajiban:
1) menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
2) melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
3) membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
4) menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal; dan
5) mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
b. Pasal 17, Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam
yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap
untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan
hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pasal 34, berisi:
1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif
berupa:
a) peringatan tertulis;
b) pembatasan kegiatan usaha;
c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;
atau
d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain dikenai sanksi
administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai
sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2.4 Implementasi Corporate Social Responsibility


Dalam menjalankan kegiatan CSR, tidak ada standar atau praktik
tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan mempunyai karakteristik
serta situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana memandang
tanggung jawab sosial. Implementasi CSR yang dilaksanakan oleh setiap
perusahaan sangat bergantung pada misi, lingkungan, budaya dan profil risiko.
Meskipun tidak terdapat standar maupun praktik tertentu yang dinilai terbaik
dalam pelaksanaan CSR, namun kerangka kerja (frame work) yang luas dalam
hal implementasi CSR masih dapat dirumuskan dengan berdasarkan pada
pengalaman serta pengetahuan dalam bidang-bidang seperti manajemen
lingkungan (Susanto, 2007).
ISO 26000 merupakan salah satu pedoman yang dapat digunakan
oleh perusahaan dalam mengimplementasikan CSR dan bukanlah merupakan
suatu sertifikasi. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat
sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua
sektor badan publik maupun swasta baik di negara berkembang maupun di
negara maju. ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap
aktivitas CSR yang berkembang saat ini dengan cara mengembangkan suatu
konsensus terhadap pengertian CSR serta isu terkait CSR, menyediakan
pedoman tentang penerjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang
efektif dan memilah praktik-praktik terbaik yang sudah berkembang dan
disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional
(Romauli, 2012).
Berdasarkan konsep ISO 26000, implementasi CSR hendaknya
terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi mencakup 7 (tujuh) isu pokok, yaitu
pengembangan masyarakat, konsumen, praktek kegiatan institusi yang sehat,
lingkungan, ketenagakerjaan, hak asasi manusia dan tata kelola organisasi. Jika
suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu
perusahaan sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun perusahaan tersebut
masih mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus
kebutuhan pegawai sesuai dengan gender tertentu, maka sesuai dengan konsep
ISO 26000, perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan CSR
secara utuh (Jalal, 2010).
Dalam implementasi program-program CSR, diharapkan ketiga
elemen, yaitu perusahaan, pemerintah dan masyarakat dapat saling berinteraksi
dan mendukung. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi aktif dari masing-
masing stakeholder agar dapat bersinergi untuk mewujudkan dialog secara
komprehensif. Partisipasi aktif para stakeholder diharapkan dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan, menjalankan keputusan dan pertanggung
jawaban dari implementasi CSR akan di emban secara bersama (Putri, 2015).

2.5 Manfaat Melaksanakan CSR


Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan kegiatan
CSR baik bagi perusahaan, masyarakat, maupun pemangku kepentingan
lainnya (Wibisono, 2007), antara lain:
a. Bagi perusahaan
1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan serta
perusahaan akan mendapatkan citra positif dari masyarakat atas
kegiatan CSR yang baik yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut;
2. Perusahaan dapat lebih mudah memperoleh akses modal;
3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia yang
berkualitas;
4. Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal
kritis serta mempermudah pengelolaan manajemen risiko.
b. Bagi masyarakat
1. Meningkatkan nilai tambah suatu perusahaan sehingga penyerapan
tenaga kerja oleh perusahaan yang diambil dari masyarakat lokal juga
dilakukan untuk meningkatkan kualitas sosial masyarakat disuatu
daerah dan pekerja tersebut mendapatkan perlindungan akan haknya
sebagai pekerja;
2. Praktik CSR akan menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal
suatu masyarakat.
c. Bagi lingkungan
1. Mencegah eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam;
2. Perusahaan akan terlibat dalam menjaga kualitas lingkungan sehingga
kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik.
d. Bagi negara
1. Mencegah terjadinya corporate misconduct atau malpraktik bisnis
seperti penyuapan kepada aparat negara atau aparat hokum yang
memicu terjadinya korupsi;
2. Negara menerima pendapatan dari pajak yang wajar oleh perusahaan.
Berdasarkan manfaat dari pelaksanaan praktik CSR yang diuraikan diatas,
dapat diketahui bahwa praktik CSR memberikan banyak manfaat bagi
kelangsungan suatu perusahaan karena hasil dari praktik CSR menjadikan
suatu perusahaan memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak terhadap
kegiatan operasionalnya.

2.6 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)


Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutkahir, muncul gagasan
yang lebih komperehensif mengenai lingkup Corporate Social Responsibility
(CSR). Sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai
ruang lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu:
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang
berguna bagi kepentingan masyarakat luas.
Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial
perusahaan, perusahaan diharapkan terlibat dalam berbai kegiatan yang
terutama untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini
terutama terwujud dalam ikut melakukan kegiatan tertentu bagi
masyarakat.
Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya
melakukan kegiatan bisnis demi mencari keuntungan, melainkan ikut
juga memikirkan kebaikan, kemajuan , dan kesejahteraan masyarakat
dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna bagi
masyarakat. Kegiatan sosial tersebut sangat beragam misalnya
meminjamkan dana untuk membangun rumah ibadah, membangun
prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, air, jalan,
tempat rekreasi, dsb), melakukam penghijauan, menjaga sungai dari
pencemaran limbah, melakukan pelatihan dengan cuma-cuma, memberi
beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu ekonominya
dan lain sebagainya.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar keterlibatan
perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial tersebut, yaitu:
a) Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral
dari masyarakat setempat. Karena itu, wajar mereka pun harus ikut
bertanggung jawab atas kemajuan dan kebaikan masyrakat tersebut.
Keterlibatan sosial merupakan wujud nyata dari tanggung jawab
sosial dan kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari
masyarakat atas kemajuan maysrakat tersebut.
b) Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak mengelola
sumber daya alam yang ada di masyarakat tersebut dengan
mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian pula,
sebagai tingkat tertentu masyarakat telah menyiapkan tenaga-tenaga
profesional bagi perusahaan yang berjasa mengembangkan
perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial merupakan
semacam balas jasa terhadap masyarakat.
c) Tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang merugikan
kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan
sosial, perusahaan mempunyai kepedulian punya tanggungjawab
terhadap masyarakat dan dengan demikian dapat mencegahnya untuk
tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.
d) Menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Ini
akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut dan
dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman,
kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan
tersebut.
2. Keuntungan ekonomis
Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan demi
mempertahankan kelangsungan bisnis dan perusahaan yang menyangkut
semua orang yang terkait dalam bisnis tersebut. Setiap pelaku bisnis dan
perushaan secara moral dibenarkan untuk mengejar kepentingan
pribadinya yang dalam bisnis dibaca sebagai keuntungan karena hanya
dengan demikian ia dapat mempertahankan kelangsungan bisnis dan
perusahaan tersebut. Maka, mengejar keuntungan tidak lagi dilihat sebagai
hal yang egoistis dan negatif secara moral, melainkan justru dilihat sebagai
hal yang moral sangat positif. Dalam hal ini keuntungan ekonomi dilihat
sebagai sebuah lingkup tanggungjawab moral dan sosial yang sah dari
suatu perusahaan.
3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat
Perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk
menjaga ketertiban dan keteraturan sosial. Salah satu bentuk dan wujud
yang paling nyata dari menjaga ketertiban dan keteraturan sosial ini
sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah dengan
mematuhi aturan hukum yang berlaku karena jika tidak mematuhi aturan
hukum yang berlaku maka ketertiban dan keteraturan masyarakat tidak
akan terwujud.
4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang
berkepentingan dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan.
Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak
terkait yang mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung dengan
kegiatan bisnis suatu perusahaan. Perusahaan secara moral dituntut dan
menuntut diri untuk bertanggung jawab atas hak dan kepentingan pihak-
pihak terkait yang punya kepentingan. Artinya dalam kegiatan bisnisnya
suatu perusahaan perlu memperhatikan hak dan kepentingan pihak-pihak
tersebut: konsumen, buruh, investor, kreditor, pemasok, penyalur,
masyarakat setempat, pemerintah dan seterusnya. Tanggung jawab sosial
perusahaan lalu menjadi hal yang begitu kongkret, baik demi terciptanya
suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelangsungan dan
keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Adapun 5 pilar yang
mencakup kegiatan CSR yaitu:
1. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan
maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.
2. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja
perusahaan.
3. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan
sosialnya yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang
kerentanan konflik.
4. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
5. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial serta budaya

2.7 Pelaporan Corporate Social Responsibility


Dalam upaya menciptakan Sustainable Development Goals (SDGs),
negara dan perusahaan harus memiliki kemampuan untuk mengukur kemajuan,
memantau dampak dari perkembangan yang terjadi serta melaporkan
pencapaian di bidang-bidang terkait pengentasan kemiskinan, melindungi bumi
dari risiko hilangnya sumber daya dan memastikan kemakmuran bagi semua
penghuninya. Semuanya dapat dicapai dengan mengkapitalisasi elemen-elemen
dasar akuntansi dan pelaporan keuangan dengan memasukkan elemen yang
komprehensif seperti penggunaan sustainability reporting, yang mencakup
aktivitas penting dalam perusahaan seperti sosial, ekonomi dan lingkungan.
Hasil survey yang dilakukan PWC terhadap 470 perusahaan di 17 negara,
menjelaskan 62% perusahaan dunia telah menyebutkan SDGs dalam laporan
mereka, namun hanya 37% perusahaan yang benar-benar serius menetapkan
prioritas target SDGs yang menjadi sasaran perusahaan mereka. Selebihnya,
masih banyak perusahaan yang tidak benar-benar menautkan target-target
perusahaan dengan SDGs (Price Water House Coopers, 2017).
Sustainability reporting menyajikan bagaimana perusahaan
mengkonsolidasi faktor non keuangan yang berkaitan dengan sosial,
lingkungan dan isu governance perusahaan yang dapat mempengaruhi
kinerja dan reputasi perusahaan di masa yang akan datang. Corporate
sustainability merupakan pendekatan keseimbangan antara perkembangan
sosial, ekonomi dan manajemen lingkungan, bukan hanya bagaimana
mengurangi polusi dan penggunaan sumber daya tetapi merupakan
transformasi dimana penggunaan sumber daya untuk keseimbangan tujuan
ekonomi, mengharmonisasikan kesehatan dan keamanan (Koh, Morris,
Ebrahimi, & Obayi, 2016).
GRI dengan versi yang pertama menggunakan karakteristik
mengenai ekonomi perusahaan, sosial dan lingkungan. Saat ini ada
pembaharuan mengenai standar GRI dengan menyajikan multi-stakeholder
processes dimana hubungan dengan stakeholder dapat terindentifikasi yang
sifatnya material. GRI menjadi popular karena komprehensif atau lebih
dikenal “the most credible sources for extraction of CSR indicators”
(Rahdari and Rostami, 2015). Pengukuran kinerja atas sustainability
reporting sangat penting untuk menganalisis dan memonitor perusahaan
dalam proses pengambilan keputusan dan manajemen yang berkaitan
dengan sosial dan lingkungan.
Mengingat pentingnya sustainability report dalam dunia bisnis dan
ekonomi pada masa sekarang ini, pemerintah telah menunjukkan keseriusan
serta perhatian terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan bisnis. Hal
ini diwujudkan secara yuridis formal, melalui pemberlakuan UU No. 40
Tahun 2007, yang mana dalam undang-undang tersebut pemerintah
mewajibkan perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) untuk
membuat laporan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan. Selain itu,
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK)
juga mengeluarkan peraturan serupa dalam peraturan Bapepam-LK nomor
X.K.6. Dengan adanya peraturan ini, menurut National Center for
Sustainability Reporting (NCSR), sustainability reporting di Indonesia terus
berkembang. Namun demikian, jumlah perusahaan di Indonesia yang
melaporkan sustainability report masih sangat sedikit bila dibandingkan
dengan negara-negara maju.
NCSR memandang kesadaran perusahaan di Indonesia untuk
melaporkan sustainability report masih rendah (L. Josua & Tarigan, 2014).
Sedangkan pelaporan kegiatan keberlanjutan (sustainability activities) dalam
sustainability report terbukti berkolerasi positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan (Weber, Koellner, Habegger, Steffensen & Ohnemus, 2008).
Selain itu, pengungkapan sustainability reporting yang sesuai dengan
standard GRI juga dapat membantu meningkatkan kinerja keuangan pada
sisi profitabilitas dan likuiditas perusahaan, meningkatkan kinerja
keberlanjutan, meningkatkan manajemen risiko dan komunikasi investor,
melibatkan pemangku kepentingan dan meningkatkan hubungan pemangku
kepentingan, memotivasi dan melibatkan karyawan, membangun kredibilitas
sebagai warga korporasi yang berkomitmen dan efektif, memperkuat
manajemen data internal dan sistem pelaporan, meningkatkan strategi
keberlanjutan dan pemilihan indikator dan target kinerja dan sebagai tolok
ukur keberlanjutan kinerja terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pelaporan akuntansi CSR sebagai suatu bentuk dari
pertanggungjawaban perusahaan sebaiknya dipisahkan dari laporan
keuangan perusahaan (Chariri & Nugroho, 2011), karena:
a. Belum adanya standar baku yang mengatur tata cara pelaporan
akuntansi sosial ekonomi ke dalam suatu pelaporan yang konvensional.
Hal ini membuat pemilik perusahaan, akuntan, auditor, maupun
pembaca laporan keuangan mengalami kesulitan dalam menyusun,
membaca, maupun memeriksa suatu laporan keuangan berdasarkan
standar akuntansi yang berlaku. Sehingga tidak mungkin standar
akuntansi CSR yang belum baku digunakan sebagai standar pelaporan
periodik suatu perusahaan.
b. Terdapat kekhawatiran yang timbul dari banyak pihak yang
menyebutkan bahwa pelaporan akuntansi CSR yang tidak dipisahkan
dengan laporan keuangan periodik perusahaan akan dijadikan alat
rekayasa bagi perusahaan untuk memanipulasi keadaan perusahaan.
Manipulasi dapat terjadi jika social cost dan social benefit dilaporkan di
dalam laporan laba rugi tahunan perusahaan untuk tujuan-tujuan
tersebut.
Berdasarkan alasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pelaporan akuntansi CSR sebaiknya dipisahkan dari laporan keuangan
periodik perusahaan. Pelaporan akuntansi CSR sebaiknya diposisikan
sebagai supplement information (informasi tambahan) yang terpisah dari
laporan keuangan utama (Chariri & Nugroho, 2011). Pelaporan akuntansi
CSR dijadikan informasi tambahan bagi pelaporan keuangan periodik
perusahaan yang akan masuk di dalam bursa efek negara tersebut. Informasi
tambahan ini berguna untuk memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
melihat tingkat pertanggungjawaban sosial dari suatu perusahaan sehingga
pelaporan ini harus disajikan dengan jujur, wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan walau belum ada standar baku dari penyajian
laporan pertanggungjawaban tersebut.
Prinsip-prinsip yang dirancang untuk digunakan secara bersamaan
untuk menentukan konten laporan keberlanjutan sesuai dengan GRI antara
lain (GRI, 2013):
1. Pelibatan Pemangku Kepentingan
Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya dan
menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan
kepentingan wajar dari mereka.
2. Konteks Keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks
keberlanjutan yang lebih luas.
3. Materialitas
Laporan harus mencakup aspek yang mencerminkan dampak ekonomi,
lingkungan dan sosial yang signifikan dari organisasi atau secara
substantial memengaruhi penilaian dan keputusan pemangku
kepentingan.
4. Kelengkapan
Laporan harus berisi cakupan aspek material dan boundary, cukup
untuk mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang
signifikan, serta untuk memungkinkan pemangku kepentingan dapat
menilai kinerja organisasi dalam periode pelaporan.
Prinsip untuk memandu pilihan-pilihan dalam memastikan kualitas
informasi dalam laporan keberlanjutan, termasuk penyajian yang tepat.
Keputusan yang berkaitan dengan proses persiapan informasi dalam laporan
harus konsisten dengan prinsip-prinsip ini. Semua Prinsip-prinsip tersebut
merupakan hal yang mendasar untuk mencapai transparansi. Kualitas
informasi adalah hal yang penting untuk memungkinkan para pemangku
kepentingan dapat membuat penilaian kinerja yang logis dan masuk akal,
serta mengambil tindakan yang tepat. Prinsip tersebut antara lain (GRI,
2013):
1. Komparabilitas
Organisasi harus memilih, mengumpulkan dan melaporkan informasi
secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan
cara yang memungkinkan para pemangku kepentingan menganalisis
perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan yang dapat
mendukung analisis relatif terhadap organisasi lain.
2. Akurasi
Informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan terperinci bagi para
pemangku kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi.
3. Ketepatan Waktu
Organisasi harus membuat laporan dengan jadwal yang teratur sehingga
informasi tersedia tepat waktu bagi para pemangku kepentingan untuk
membuat keputusan yang tepat.
4. Kejelasan
Organisasi harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat
dimengerti dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang
menggunakan laporan.
5. Keandalan
Organisasi harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis
dan mengungkapkan informasi serta proses yang digunakan untuk
menyiapkan laporan agar dapat diuji dan hal itu akan menentukan
kualitas serta materialitas informasi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Corporate Social Responsibility (CSR)


Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal yaitu keuntungan/laba (profit), masyarakat
(people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat
profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan
untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya Dengan
perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada
pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan,
mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan
pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada pemerintah,
dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat.
Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap
masyarakat dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-
aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang.
Dengan memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi
dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat
manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi
dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak
bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan menjalankan
tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba
jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas
hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan sekitar) dalam
jangka panjang.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi
pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi
dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih
keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan
untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan
yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan
ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-
keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang
dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk
bertanggungjawab sosial.
Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi
dari konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance).
Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan
mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan
(stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah
kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Konsep
ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk
mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan
masyarakat didalam dan diluar perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung, meski perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang
kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu mengembangkan dan
membangun masyarakat dari berbagai bidang. Kegiatan CSR penting dalam
upaya membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya
meningkatkan kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra bisnis
perusahaan tersebut.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
investasi jangka panjang yang berguna untuk meminimalisasi risiko sosial,
serta berfungsi sebagai sarana meningkatkan citra perusahaan di mata
publik. Salah satu implementasi program CSR adalah dengan
pengembangan atau pemberdayaan masyarakat (Community Development).
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai
sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan
(profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk
mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan
yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan
ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-
keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang
dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung
jawab sosial. Dengan pemahaman tersebut, maka pada dasarnya CSR
memiliki fungsi atau peran strategis bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian
dari manajemen risiko khususnya dalam membentuk katup pengaman sosial
(social security). Selain itu melalui CSR perusahaan juga dapat membangun
reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun pemegang
sahamnya, posisi merek perusahaan maupun bidang usaha perusahaan.

3.2 Pengaruh Sustainability Report terhadap Nilai Perusahaan


Sustainability Report mempunyai fungsi untuk menginformasikan
bagaimana kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan.
Sustainability Report ditujukan sebagai bentuk bukti pertanggung jawaban
perusahaan terhadap stakeholder dan bukti bahwa perusahaan berada dalam
batasan peraturan yang ada. Perusahaan perlu melakukan pengungkapan
Sustainability Report untuk memperoleh kepercayaan stakeholder, karena
kepercayaan stakeholder dibutuhkan untuk kelangsungan bisnis
perusahaan. Kepercayaan stakeholder tersebut dapat berupa keputusan
investasi maupun kerjasama yang berpotensi meningkatkan produktivitas
dan penjualan perusahaan. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat laba
bersih perusahaan, dimana meningkatnya laba bersih perusahaan akan
meningkatkan nilai ROA pada perusahaan. Nilai ROA yang meningkat
dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan meningkat.
Penelitan Wijayanti (2016) dan Bernadha, et al., (2017), menyatakan
bahwa pengungkapan Sustainability Report mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan. Semakin terpenuhinya indeks pengungkapan
maka kinerja perusahaan juga meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dewi & Sudana (2015) juga menyatakan bahwa pengungkapan
sustainability report memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan yaitu profitabilitas.
Sustainability Report memiliki 3 aspek kinerja, yaitu Kinerja
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Ketiga aspek ini menggambarkan
bagaimana bentuk pertanggung jawaban perusahaan kepada stakeholder
terhadap kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan ketika perusahaan
melakukan kegiatan operasionalnya. Hasil penelitian Wijayanti (2016),
menunjukkan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan dalam Sustainability
Report berpengaruh pada kinerja perusahaan yang diproksikan pada
profitabilitas yang dalam hal ini adalah ROA.
Sebagai bagian dari stakeholder, pemegang saham perlu adanya
transparansi informasi terkait kinerja ekonomi perusahaan. Dengan adanya
informasi mengenai kinerja ekonomi perusahaan, pemegang saham dapat
memberikan kebijakan. Dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
shareholders inilah perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan laba
bersih perusahaan agar pemegang saham tidak menarik kembali saham
mereka. Kepercayaan dari pemegang saham akan mendorong perusahaan
untuk meningkatkan tingkat laba bersih mereka dari total asset yang ada.
Dimensi sosial dalam sustainability report menyangkut dampak
organisasi terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan menjelaskan
risiko dari interaksi dengan institusi sosial lainnya. Dimensi sosial ini dibagi
dalam empat aspek, yaitu hak asasi manusia, masyarakat, tanggungjawab
atas produk dan tenaga kerja dan pekerjaan layak. Oleh karena itu
pengungkapan kinerja sosial dalam Sustainability Report dalam penting dan
berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Sejati & Prastiwi (2015),
pengungkapan kinerja sosial dapat berpengaruh pada persepsi stakeholder
tentang bagaimana perlakuan perusahaan terhadap sumber daya manusia di
sekitarnya. Perusahaan membutuhkan sumberdaya yang handal, kompetitif,
kreatif dan efektif untuk mengelola aset perusahaan agar dapat
menghasilkan laba atau keuntungan yang maksimal dari aset perusahaan
tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Burhan & Rahmanti (2012)
dan Susanto & Tarigan (2013) menyatakan bahwa aspek sosial dalam
sustainability report berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Maka dapat dikatakan pemangku kepentingan seperti karyawan,
pemasok, pemerintah, kelompok aktivis, investor dan masyarakat
sekitar bisnis sangat penting untuk dipertimbangkan, dan tanpa kredibilitas
dan kepercayaan yang diberikan oleh mereka, bisnis tidak dapat dijalankan
dengan baik.
Aspek penting dalam Sustainability Report yang terakhir adalah
kinerja lingkungan. Pengungkapan kinerja lingkungan bertujuan untuk
memberikan informasi yang relevan dan akurat mengenai kinerja lingkungan
perusahaan kepada stakeholder. perlu diungkapkan sustainability report
untuk menjawab tuntutan dari para stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja perusahaan yang peduli akan lingkungan yang selanjutnya akan
merespon positif dengan memberikan pendanaan bagi perusahaan. Hasil
penelitian Wijayanti (2016) menyatakan bahwa kinerja lingkungan memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Menurut
Ernst & Young (2013), kemampuan perusahaan untuk mengkomunikasikan
kegiatan lingkungan dinilai penting untuk meningkatkan reputasi dan
kepercayaan stakeholders, termasuk konsumen yang dapat mengakibatkan
peningkatan pendapatan perusahaan.
3.2.1 Sustainability Reporting Berdasarkan Aspek Kinerja Ekonomi terhadap
Nilai Perusahaan
Secara umum, penelitian terkait dampak sustainability reporting
terhadap nilai perusahaan merupakan bidang yang relatif baru dan terus
tumbuh dengan cepat karena semakin pentingnya sustainability reporting
bagi perusahaan. Mengingat pertimbangan para pemangku kepentingan
lebih menekankan pada laporan-laporan tersebut. Di samping itu, jumlah
perusahaan yang merilis laporan ini semakin berkembang pesat.
Sustainability reporting dimungkinkan memiliki efek yang jauh lebih besar
pada nilai perusahaan di masa depan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Bartlet, 2012) yang menyebutkan bahwa sustainability
reporting berdasarkan aspek kinerja ekonomi berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.

3.2.2 Sustainability Reporting Berdasarkan Aspek Kinerja Lingkungan


terhadap Nilai Perusahaan
Perspektif keberlanjutan memberikan kerangka kerja dari mana kita
dapat mempelajari praktik-praktik yang diadopsi untuk menciptakan nilai.
Penciptaan nilai mengacu pada pencapaian laba yang cukup dan untuk
memenuhi permintaan berbagai kelompok pemangku kepentingan.
Perusahaan dan investor menyadari bahwa berinvestasi sesuai dengan
prinsip keberlanjutan memiliki kapasitas untuk menciptakan nilai jangka
panjang (Bebbington & Rob Gray, 2001; Lopez, Garcia, & Rodriguez,
2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bartlet
(2012) terkait pengaruh sustainability reporting terhadap nilai perusahaan,
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa selain aspek ekonomi dalam
sustainability reporting, aspek kinerja lingkungan juga berpengaruh
terhadap penciptaan nilai perusahaan di masa depan.
3.2.3 Sustainability Reporting Berdasarkan Aspek Kinerja Sosial terhadap
Nilai Perusahaan
Pengungkapan kinerja sosial sangat penting untuk dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini karena pengungkapan tersebut akan memberikan kesan
yang positif di mata publik seperti halnya pengungkapan kinerja
lingkungan. Dengan demikian, maka di mata publik perusahaan akan
mendapat predikat sebagai perusahaan yang memiliki simpati dan empati
pada masyarakat terkait hal-hal apa yang dilakukan perusahaan demi
kemaslahatan masyarakat, sehingga kepercayaan dari masyarakat pada
perusahaan akan terbentuk semakin kuat. Dampaknya loyalitas akan
meningkat. Konsumen-konsumen yang dimiliki perusahaan akan menjadi
konsumen yang setia dan terus menggunakan produk perusahaan. Kesetiaan
konsumen menjadi jaminan penting akan terus berlangsungnya operasi
perusahaan. Dengan demikian, maka nilai perusahaan di masa depan akan
semakin baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian (Guthrie & Parker,
1989) dalam Chariri & Nugroho (2009) yang menyatakan bahwa melalui
praktik pengungkapan kinerja sosial, perusahaan bertujuan untuk
memperoleh legitimasi sebagai respon atas tekanan publik. Dengan adanya
legitimasi dari masyarakat, maka akan dapat meningkatkan nilai perusahaan
sehingga image perusahaan pun akan meningkat serta mempengaruhi nilai
penjualan dan meningkatkan laba perusahaan (Soelistyoningrum, 2011).
BAB IV
CONTOH PELAKSANAAN PROGRAM CSR

4.1 Gambaran CSR pada PT Djarum


Dalam melakukan kegiatan CSR PT Djarum membuat suatu lembaga yaitu
Djarum Bakti Sosial atau Djarum Foundation yang telah ada sejak
perusahaan ini berdiri pada tahun 1951 dan terus tumbuh bersama dan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Dilandasi
semangat persaudaran, gotong-royong dan saling tolong-menolong, Djarum
Bakti Sosial terus mencoba menjadi yang terdepan dan terus berusaha
berbuat semaksimal mungkin bagi kepentingan masyarakat. Lembaga CSR
pada PT Djarum merupakan lembaga CSR terbaik karena sifatnya yang
berbentuk lembaga terpisah dari perusahaan Djarum sendiri dan kegiatannya
berkelanjutan sampai sekarang.
Kegiatan CSR pada PT Djarum dilakukan sebagai strategi bisnis
serta sebagai tanggungjawab moral. Sebagai strategi bisnis karena untuk
kepentingan corporate atau untuk kegiatan promosi produk perusahaan serta
menaikan citra perusahaan, sedangkan tanggung jawab moral sebagai wujud
kepedulian terhadap masyarakat dan negeri. Dan laporan CSR pada PT
Djarum disusun hanya untuk kepentingan internal saja dan bersifat rahasia.
Laporan formal tidak disusun dan dipublikasikan karena masih bersifat
voluntary dan tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak melakukan
pelaporan CSR, hanya sebagian saja yang dimasukan dalam CALK pada
laporan keberlanjutan / sustainability report.

4.2 Mekanisme Kegiatan CSR PT. Djarum


Beragam kegiatan sosial telah dilakukan oleh PT. Djarum melalui
Djarum Foundation (Djarum Bakti Sosial) sebagai bukti kepeduliannya
pada kesejahteraan rakyat Indonesia, diantaranya:
a. Bakti Sosial Djarum Foundation
Suatu Kegiatan Bakti Sosial yang bermanfaat untuk masyarakat dan
kegiatan kemanusiaan.
b. Bakti Olahraga Djarum Foundation
Untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia, program Bakti
Olahraga Djarum Foundation menyelenggarakan kegiatan Djarum
Badminton All Stars di daerah yang berbeda setiap kali penyelenggaraan.
c. Bakti Lingkungan Djarum Foundation
Pada tahun 1979, Djarum telah mengelola usaha pelestarian lingkungan,
menciptakan keteduhan, melestarikan ekosistem lokal, mencegah erosi
tanah dan untuk membantu resapan air. Ribuan jenis tanaman peneduh
telah ditanam, dan usaha tersebut berkembang luas juga menjangkau
sebagian besar wilayah pulau Jawa bagian tengah. (anonymous, 2012)
d. Bakti Pendidikan Djarum Foundation
Sejak tahun 1984, Djarum Beasiswa Plus secara konsisten berperan aktif
memajukan pendidikan melalui pembudayaan dan pemberdayaan
mahasiswa berprestasi tinggi, dalam berbagai pelatihan soft skills untuk
membentuk manusia Indonesia yang disiplin, mandiri dan berwawasan
luas serta menjadi pemimpin yang ber-intelektual dan cerdas emosional.
e. Bakti Seni dan Budaya Djarum Fondation
Djarum Bakti Budaya melakukan berbagai usaha untuk memperkenalkan,
mengembangkan dan memelihara warisan luhur budaya bangsa, antara
lain menggandeng Perkumpulan Rumah Pesona Kain, menyelenggarakan
Pesona Batik Kudus.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep voluntary
atau kesukarelaan dari perusahaan untuk peduli terhadap stakeholdersnya
atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut
secara langsung maupun tidak langsung. CSR sendiri tidak hanya
berkomitmen terhadap philantropy ataupun amal saja, community
development atau pengembangan masyarakat pun menjadi bagian kecil
namun penting demi terlaksananya cita-cita pembangunan berkelanjutan di
Indonesia.
Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan
memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu keuntungan/laba (profit),
masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Dengan perolehan laba yang
memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang saham,
memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian
laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa
depan, membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier
effect yang diharapkan kepada masyarakat.
Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan dengan memperhatikan
lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian
lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka
panjang. Pada dasarnya CSR memiliki fungsi atau peran strategis bagi
perusahaan yaitu sebagai bagian dari manajemen risiko khususnya dalam
membentuk katup pengaman sosial (social security). Selain itu melalui CSR
perusahaan juga dapat membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra
perusahaan maupun pemegang sahamnya, posisi merek perusahaan maupun
bidang usaha perusahaan.
5.2 Saran
Untuk mewujudkan Triple Bottom Line yang merupakan konsep
dasar dalam penerapan Corporate Social Responsibility, perusahaan di
Indonesia hendaknya juga menerapkan program Creating Shared Value
(CSV) yang merupakan pengembangan dari Corporate Social Responsibility
itu sendiri dimana perusahaan juga melibatkan komunitas/masyarakat di
suatu wilayah kerja perusahaan untuk dapat menciptakan suatu yang
bermanfaat baik bagi masyarakat itu sendiri maupun bagi perusahaan dalam
bentuk profit bagi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A., & Juwenah. (2017). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report


terhadap Nilai Perusahaan yang Tergabung dalam LQ 45 Tahun 2012-
2013.
Burhan, A. H., & Rahmanti, W. (2012). The Impact of Sustainability Reporting
on Company Performance. Journal of Economics, Business, and
Accountancy Ventura.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali, 2007, Teori Akuntansi, Fakultas Ekonomi:
Universitas Diponegoro, Semarang.
Chariri, A. dan Firman Aji Nugroho, 2009, “Retorika dalam Pelaporan Corporate
Social Responsibility: Analisis Semiotik atas Sustainibility Reporting PT.
Aneka Tambang, Tbk”, Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang,
4-6 November 2009.
Ernst & Young. (2013). Sustainability Reporting - the time is now.
Safitri, D. (2015). Sustainability Report terhadap Kinerja Keuangan dan
Pasar. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi.
Fuji Astuti Erni, dkk. 2016. Makalah Corporate Social Responsibility.
Fakultas Ekonomi Universitas Kuningan : Kuningan
GRI, 2013, “Pedoman Pelaporan Keberlanjutan G4: Prinsip-prinsip
Pelaporan dan Pengungkapan Standar”.
GRI, 2013, “Pedoman Pelaporan Keberlanjutan G4: Panduan Penerapan”.
Idowu, Samuel O and Celine Louche, 2011, “Theory and Practice of
Corporate Social Responsibilty”, Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
ISO, 2014, “GRI G4 Guidelines and ISO 26000:2010 How to use the GRI
G4 Guidelines and ISO 26000 in conjunction”.
Kotler, Phillip and Nancy Lee, 2005, “Corporate Social Resposibility:
Doing the Most Good for Your Company and Your Cause”, John Wiley & Son.
Loko Adreas. 2016. Transformasi Menuju Akuntansi Hijau : Desain
Konsep dan Praktik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata :
Semarang
Sekar Saraswati Yuko. 2014. Implementasi dan Pelaporan CSR : Strategi
Bisnis atau Tanggungjawab Moral (Studi Kasus pada Praktik CSR PT Djarum).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponogoro : Semarang
Sejati, B., & Prastiwi, A. (2015). Pengaruh Pengungkapan Sustainability
Report terhadap Kinerja dan Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of
Accounting.
Simbolon, J., & Sueb, M. (2016). Pengaruh Pengungkapan Sustainability
Report Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi Lampung.
Susanto, Y., & Tarigan, J. (2013). Pengaruh Pengungkapan Sustainability
Report terhadap Profitabilitas Perusahaan. Business Accounting Review.
Wijayanti, R. (2016). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Syariah Paper Accounting FEB UMS.

Website:

http://Budyutama.blogspot.co.id/2013/10/corporate-social-responsibility
contoh.html?m=1

http://www.globalreporting.org

http://i-makalah.blogspot.com/2013/02/tanggung-jawab-sosial-perusahaancsr.html

http://romannaart.blogspot.com/2013/05/makalah-csr.html

http://www.academia.edu/4773325/Program_CSR_PT._Unilever_Indonesia

http://www.djarumfoundation.org

Anda mungkin juga menyukai