Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Dosen Pengajar : EKO EDY SUSANTO, S.E., M.Ak

Disusun oleh :
Riezka Rosdiana Putri (2017.62.000983)
Camelia Fitrianty (2018.62.001068)
Jangkung Wijaya Rantau (2018.62.001097)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan


Tahun Ajaran 2021/2021
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

A. Apakah Tanggung Jawab Sosial itu?


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah konsep manajemen di mana perusahaan
mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis
mereka dan interaksi dengan pemangku kepentingan mereka. CSR
umumnya dipahami sebagai cara di mana perusahaan mencapai
keseimbangan antara kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial,
sementara pada saat yang sama memenuhi harapan pemegang saham dan
pemangku kepentingan.
Dalam pengertian ini, penting untuk membedakan antara CSR, yang
dapat berupa konsep manajemen bisnis strategis, dan amal, sponsorship,
atau filantropi. Meskipun yang terakhir juga dapat memberikan kontribusi
yang berharga untuk pengentasan kemiskinan, secara langsung akan
meningkatkan reputasi perusahaan dan memperkuat kesadaran merek
dalam suatu bisnis, konsep CSR jelas lebih dari itu. Mempromosikan
penggunaan CSR di kalangan UKM membutuhkan pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas masing-masing bisnis ini, dan tidak
mempengaruhi kelangsungan ekonomi mereka.
Akan lebih baik bagi suatu bisnis mendasarkan program CSRnya pada
Pendekatan Triple Bottom Line (TBL), yang telah terbukti menjadi alat
yang berhasil bagi UKM di negara berkembang untuk membantu mereka
memenuhi standar sosial dan lingkungan tanpa mengorbankan daya saing
mereka. Pendekatan TBL digunakan sebagai kerangka kerja untuk
mengukur dan melaporkan kinerja perusahaan terhadap kinerja ekonomi,
sosial dan lingkungan. Ini adalah upaya untuk menyelaraskan perusahaan
swasta dengan tujuan pembangunan global yang berkelanjutan dengan
memberi mereka serangkaian tujuan kerja yang lebih komprehensif
daripada hanya keuntungan semata.
Perspektif yang diambil adalah agar organisasi dapat berkelanjutan,
organisasi harus aman secara finansial, meminimalkan (atau idealnya
menghilangkan) dampak lingkungan negatifnya dan bertindak sesuai
dengan harapan masyarakat.
Isu-isu CSR utama: pengelolaan lingkungan, eko-efisiensi, sumber
yang bertanggung jawab, keterlibatan pemangku kepentingan, standar
ketenagakerjaan dan kondisi kerja, hubungan karyawan dan masyarakat,
kesetaraan sosial, keseimbangan gender, hak asasi manusia, tata kelola
yang baik, dan tindakan anti-korupsi.
Konsep CSR yang diimplementasikan dengan benar dapat membawa
berbagai keunggulan kompetitif, seperti peningkatan akses ke modal dan
pasar, peningkatan penjualan dan keuntungan, penghematan biaya
operasional, peningkatan produktivitas dan kualitas, basis sumber daya
manusia yang efisien, peningkatan citra merek dan reputasi, peningkatan
pelanggan loyalitas, pengambilan keputusan yang lebih baik dan proses
manajemen risiko.

B. Definisi Corporate Social Responsibility


Menurut (Widjaja & Yeremia, 2008) CSR merupakan bentuk
kerjasama antara perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan
segala hal (stake-holders) yang secara langsung maupun tidak langsung
berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap menjamin keberadaan dan
kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan tersebut.
Pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok,
yaitu CSR adalah: pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary)
dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan
lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk
melakukan atau tidak melakukan peran ini; Kedua, disamping sebagai
institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk
kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial
dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi.
Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk
peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan
yang terus meningkat. Pemahaman CSR selanjutnya didasarkan oleh
pemikiran bahwa bukan hanya Pemerintah melalui penetapan kebijakan
public (public policy), tetapi juga perusahaan harus bertanggungjawab
terhadap masalah-masalah sosial. Bisnis didorong untuk mengambil
pendekatan pro aktif terhadap pembangunan berkelanjutan. Konsep CSR
juga dilandasi oleh argumentasi moral. Tidak ada satu perusahaan pun
yang hidup di dalam suatu ruang hampa dan hidup terisolasi. Perusahaan
hidup di dalam dan bersama suatu lingkungan. Perusahaan dapat hidup
dan dapat tumbuh berkat masyarakat dimana perusahaan itu hidup,
menyediakan berbagai infrastruktur umum bagi kehidupan perusahaan
tersebut, antara lain dalam bentuk jalan, transportasi, listrik, pemadaman
kebakaran, hukum dan penegakannya oleh para penegak hukum (polisi,
jaksa dan hakim)

C. Manfaat Aktivitas Corporate Social Responsibility


Menurut Wahyuningrum (2015:111) manfaat CSR Perusahaan yang
telah meyakini CSR sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan, maka
dengan sendirinya perusahaan telah melaksanakan investasi sosial.
Sebagai investasi sosial maka perusahaan akan memperoleh keuntungan
dalam bentuk manfaat yang akan diperoleh, antara lain yaitu:
1. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh,
misalnya lewat efisiensi lingkungan.
2. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi.
3. Mendorong komitmen karyawan, Karena mereka diperhatikan dan
dihargai.
4. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas.
5. Mempertinggi reputasi dan corporate building

Bagiamanapun pelaksanaan CSR tidak akan berjalan dengan baik


tanpa adanya masyarakat yang menjadi sasaran perusahaan, baik
masyarakat secara khusus maupun masyarakat secara umum. Adapun
manfaat CSR bagi masyarakat menurut Clark (dalam Mardikanto,
2014:134) adalah:
1. Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja, dan
pelatihan.
2. Pendanaan investasi komunitas dalam pengembangan infrastruktur.
3. Keahlian komersial (keahlian berlaba).

Pemerintah memegang peranan penting dalam pelaksanaan CSR, baik


dibidang kebijakan untuk membuat regulasi (Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati) dan
lain sebagainya, maupun dibidang pengawasan. Menurut Mardikanto
(2014:135) yang mana manfaat CSR bagi pemerintah adalah:
1. Dukungan pembiayaan
2. Dukungan sarana dan prasarana
3. Dukungan keahlian.
Dari ketiga hal diatas pada dasarnya adalah segala macam kegiatan CSR
tujuannya untuk membantu pemerintah setempat.

D. Tanggung Jawab Sosial dan Manajemen Hijau


Tanggung jawab sosial manajemen adalah untuk memaksimalkan
profit (menciptakan pengembalian finansial) dengan mengoperasikan
bisnis sesuai dengan kepentingan utama pemilik saham (pemilik
perusahaan). Membelanjakan sumberdaya perusahaan untuk melakukan
“kebaikan sosial” meningkatkan biaya yang akan menurunkan laba dan
meningkatkan harga.
Sedangkan Manajemen hijau adalah sebuah bentuk manajemen
yang mempertimbangkan dampak organisasi terhadap lingkungan alam.
Sebagai contoh, di Indonesia terdapat PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul. Sebagai perusahaan yang bahan bakunya tanaman, PT. Sido
Muncul tidak ingin kehadirannya menghasilkan limbah yang dapat
merusak alam, sehingga berupaya untuk melestarikan aneka tanaman obat
yang ada di Indonesia. Untuk menangani limbah cair, di lokasi pabrik
dipasang instalasi pengolahan air limbah sehingga air limbah dapat diolah
menjadi air yang bisa digunakan untuk menyirami tanaman. Sedangkan
limbah padat dari buangan sisa ekstraksi akan dilolah menjadi pupuk
organik, yang bisa digunakan untuk memupuk tanaman.
Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang menerapkan
manajemen hijau, seringkali perusahaan memberikan laporan lengkap
mengenai performa lingkungan mereka menggunakan panduan yang
dikembangkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Cara lain yang
digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan komitmen mereka
terhadap manajemen hijau adalah dengan mengejar standar yang
dikembangkan oleh Organisasi Standarisasi Internasional (ISO).
Walaupun ISO telah mengembangkan lebih dari 17.000 standar
internasional yang paling terkenal adalah ISO 9000 (manajemen kulitas)
dan ISO 14000 (manajemen lingkungan). Sebuah perusahaan yang ingin
memenuhi ISO 14000 harus mengembangkan system manajemen untuk
memenuhi standar lingkungan. Hal ini berarti mereka harus
meminimalkan efek dari aktivitas mereka pada lingkungan. Cara terakhir
untuk mengevaluasi manajemen hijau dari perusahaan adalah
menggunakan daftar Global 100 dari korporasi yang paling berdaya tahan
di dunia. Untuk masuk dalam daftar ini, perusahaan harus menunjukkan
kemampuan mereka untuk secara efektif mengatur faktor lingkungan dan
sosial.

E. Teori yang Mendukung Corporate Social Responsibilty


1. Agency Theory / teori keagenan menjelaskan tentang hubungan
antar dua pihak yang salah satu pihak menjadi agen dan pihak yang
lain bertindak sebagai prinsipal. Teori ini menyatakan bahwa
hubungan keagenan timbul ketika salah satu pihak prinsipal
menyewa pihak lain agen untuk melakukan beberapa jasa untuk
kepentingannya yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas
pembuatan keputusan kepada agen. Yang dimaksud dengan
prinsipal adalah pemegang saham atau investor, sedangkan yang
dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola
perusahaan. Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan adanya
konflik kepentingan dalam hubungan keagenan. Konflik
kepentingan ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-
masing pihak. Adanya perbedaan tujuan antara prinsipal dan agen
serta adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian
perusahaan akan menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai
dengan keinginan prinsipal. Akibatnya, manajer akan mengambil
tindakan yang dapat memperbaiki kesejahteraannya sendiri tanpa
memikirkan kepentingan pemegang saham. Maka, manajer dapat
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor
guna memaksimalkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan disclosure
informasi akuntansi.
2. Legitimacy Theory Legitimasi merupakan sistem pengelolaan
perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap
masyarakat, pemerintah individu, dan kelompok masyarakat.
Menurut yang dijelaskan Sefrilia 2012, legitimasi menyamakan
persepsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas
merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai
dengan sistem norma, nilai kepercayaan, dan defenisi yang
dikembangkan secara sosial. Untuk mencapai tujuan ini organisasi
berusaha untuk mengembangkan keselarasan antara nilai-nilai
sosial yang dihubungkan dengan kegiatannya dan norma-norma
dari perilaku yang diterima dalam sistem sosial yang lebih besar
pada organisasi itu berada serta menjadi bagiannya. Dari uraian
tersebut, teori legitimasi merupakan salah satu teori yang
mendasari pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR perusahaan
dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari
masyarakat. Dan juga akan meningkatkan reputasi perusahaan
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan
tersebut.
3. Stakeholders Theory Stakeholders Theory Teori Stakeholder
mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para
stakeholders. Stakeholders adalah semua pihak, internal maupun
eksternal, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

F. Implementasi dan Model atau Pola Corporate Social


Responsibility
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi CSR
perusahaan diIndonesia mencakup hal-hal berikut ini:
1. Bantuan sosial
Meliputi: bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan, rumah ibadah,
jalandan sarana umum lainnya, penganggulangan bencana alam,
pengentasan kemiskinan danpembinaan masyarakat.
2. Pendidikan dan pengembangan
Meliputi: penggadaan sarana pendidikan dan pelatihan,
melaksanakan pelatihan dan memberikan program beasiswa
kepada anak-anak usia sekolah.
3. Ekonomi
Meliputi: mengadakan program kemitraan, memberikan dana atau
pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan memberdayakan
masyarakat sekitar.
4. Lingkungan
Meliputi: pengelolaan lingkungan, penanganan limbah, melakukan
reklamasi, dan melestarikan alam dan keanekaragaman hayati.
5. Konsumen
Meliputi: perbaikan produk secara berkesinambungan, pelayanan
bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk.
6. Karyawan
Meliputi: program jaminan hari tua, keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dan program renumerasi yang baik

Pola Corporate Social Responsibility


Sedikitnya ada empat pola CSR yang umumnya diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan
ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah
perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti
corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari
tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau
groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan
di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan
secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan
perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan
Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra,
Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.
3. Bermitra dengan pihak lain.
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga
sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah,
universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang
bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain
adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes,Depsos); universitas (UI,
ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan
dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah
perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau
lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan
lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang
disepakati Bersama.
DAFTAR PUSTAKA

 Hamdani. 2018. Good Corporate Governance, Jakarta, Mitra Wacana


Media
 Marnelly, Romi (2012) CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. JURNAL APLIKASI
BISNIS Vol. 2 No. 2, April 2012.
 Herman (2018). Manfaat Corporate Social Responsibility oleh Stakeholder
Primer dan Sekunder (Studi Kasus Pada PT. Asia Sawit Makmur Jaya
Provinsi Riau). Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial -
Vol. 2 No. 2 Tahun 2018.
 [PDF] tanggung jawab sosial dan etika

Anda mungkin juga menyukai