Tahun Ajaran 2021/2021 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
A. Apakah Tanggung Jawab Sosial itu?
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah konsep manajemen di mana perusahaan mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan pemangku kepentingan mereka. CSR umumnya dipahami sebagai cara di mana perusahaan mencapai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial, sementara pada saat yang sama memenuhi harapan pemegang saham dan pemangku kepentingan. Dalam pengertian ini, penting untuk membedakan antara CSR, yang dapat berupa konsep manajemen bisnis strategis, dan amal, sponsorship, atau filantropi. Meskipun yang terakhir juga dapat memberikan kontribusi yang berharga untuk pengentasan kemiskinan, secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan dan memperkuat kesadaran merek dalam suatu bisnis, konsep CSR jelas lebih dari itu. Mempromosikan penggunaan CSR di kalangan UKM membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas masing-masing bisnis ini, dan tidak mempengaruhi kelangsungan ekonomi mereka. Akan lebih baik bagi suatu bisnis mendasarkan program CSRnya pada Pendekatan Triple Bottom Line (TBL), yang telah terbukti menjadi alat yang berhasil bagi UKM di negara berkembang untuk membantu mereka memenuhi standar sosial dan lingkungan tanpa mengorbankan daya saing mereka. Pendekatan TBL digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan melaporkan kinerja perusahaan terhadap kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Ini adalah upaya untuk menyelaraskan perusahaan swasta dengan tujuan pembangunan global yang berkelanjutan dengan memberi mereka serangkaian tujuan kerja yang lebih komprehensif daripada hanya keuntungan semata. Perspektif yang diambil adalah agar organisasi dapat berkelanjutan, organisasi harus aman secara finansial, meminimalkan (atau idealnya menghilangkan) dampak lingkungan negatifnya dan bertindak sesuai dengan harapan masyarakat. Isu-isu CSR utama: pengelolaan lingkungan, eko-efisiensi, sumber yang bertanggung jawab, keterlibatan pemangku kepentingan, standar ketenagakerjaan dan kondisi kerja, hubungan karyawan dan masyarakat, kesetaraan sosial, keseimbangan gender, hak asasi manusia, tata kelola yang baik, dan tindakan anti-korupsi. Konsep CSR yang diimplementasikan dengan benar dapat membawa berbagai keunggulan kompetitif, seperti peningkatan akses ke modal dan pasar, peningkatan penjualan dan keuntungan, penghematan biaya operasional, peningkatan produktivitas dan kualitas, basis sumber daya manusia yang efisien, peningkatan citra merek dan reputasi, peningkatan pelanggan loyalitas, pengambilan keputusan yang lebih baik dan proses manajemen risiko.
B. Definisi Corporate Social Responsibility
Menurut (Widjaja & Yeremia, 2008) CSR merupakan bentuk kerjasama antara perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan segala hal (stake-holders) yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan tersebut. Pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu CSR adalah: pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran ini; Kedua, disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi. Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat. Pemahaman CSR selanjutnya didasarkan oleh pemikiran bahwa bukan hanya Pemerintah melalui penetapan kebijakan public (public policy), tetapi juga perusahaan harus bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial. Bisnis didorong untuk mengambil pendekatan pro aktif terhadap pembangunan berkelanjutan. Konsep CSR juga dilandasi oleh argumentasi moral. Tidak ada satu perusahaan pun yang hidup di dalam suatu ruang hampa dan hidup terisolasi. Perusahaan hidup di dalam dan bersama suatu lingkungan. Perusahaan dapat hidup dan dapat tumbuh berkat masyarakat dimana perusahaan itu hidup, menyediakan berbagai infrastruktur umum bagi kehidupan perusahaan tersebut, antara lain dalam bentuk jalan, transportasi, listrik, pemadaman kebakaran, hukum dan penegakannya oleh para penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim)
C. Manfaat Aktivitas Corporate Social Responsibility
Menurut Wahyuningrum (2015:111) manfaat CSR Perusahaan yang telah meyakini CSR sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan, maka dengan sendirinya perusahaan telah melaksanakan investasi sosial. Sebagai investasi sosial maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam bentuk manfaat yang akan diperoleh, antara lain yaitu: 1. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh, misalnya lewat efisiensi lingkungan. 2. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi. 3. Mendorong komitmen karyawan, Karena mereka diperhatikan dan dihargai. 4. Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas. 5. Mempertinggi reputasi dan corporate building
Bagiamanapun pelaksanaan CSR tidak akan berjalan dengan baik
tanpa adanya masyarakat yang menjadi sasaran perusahaan, baik masyarakat secara khusus maupun masyarakat secara umum. Adapun manfaat CSR bagi masyarakat menurut Clark (dalam Mardikanto, 2014:134) adalah: 1. Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja, dan pelatihan. 2. Pendanaan investasi komunitas dalam pengembangan infrastruktur. 3. Keahlian komersial (keahlian berlaba).
Pemerintah memegang peranan penting dalam pelaksanaan CSR, baik
dibidang kebijakan untuk membuat regulasi (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati) dan lain sebagainya, maupun dibidang pengawasan. Menurut Mardikanto (2014:135) yang mana manfaat CSR bagi pemerintah adalah: 1. Dukungan pembiayaan 2. Dukungan sarana dan prasarana 3. Dukungan keahlian. Dari ketiga hal diatas pada dasarnya adalah segala macam kegiatan CSR tujuannya untuk membantu pemerintah setempat.
D. Tanggung Jawab Sosial dan Manajemen Hijau
Tanggung jawab sosial manajemen adalah untuk memaksimalkan profit (menciptakan pengembalian finansial) dengan mengoperasikan bisnis sesuai dengan kepentingan utama pemilik saham (pemilik perusahaan). Membelanjakan sumberdaya perusahaan untuk melakukan “kebaikan sosial” meningkatkan biaya yang akan menurunkan laba dan meningkatkan harga. Sedangkan Manajemen hijau adalah sebuah bentuk manajemen yang mempertimbangkan dampak organisasi terhadap lingkungan alam. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Sebagai perusahaan yang bahan bakunya tanaman, PT. Sido Muncul tidak ingin kehadirannya menghasilkan limbah yang dapat merusak alam, sehingga berupaya untuk melestarikan aneka tanaman obat yang ada di Indonesia. Untuk menangani limbah cair, di lokasi pabrik dipasang instalasi pengolahan air limbah sehingga air limbah dapat diolah menjadi air yang bisa digunakan untuk menyirami tanaman. Sedangkan limbah padat dari buangan sisa ekstraksi akan dilolah menjadi pupuk organik, yang bisa digunakan untuk memupuk tanaman. Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang menerapkan manajemen hijau, seringkali perusahaan memberikan laporan lengkap mengenai performa lingkungan mereka menggunakan panduan yang dikembangkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Cara lain yang digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap manajemen hijau adalah dengan mengejar standar yang dikembangkan oleh Organisasi Standarisasi Internasional (ISO). Walaupun ISO telah mengembangkan lebih dari 17.000 standar internasional yang paling terkenal adalah ISO 9000 (manajemen kulitas) dan ISO 14000 (manajemen lingkungan). Sebuah perusahaan yang ingin memenuhi ISO 14000 harus mengembangkan system manajemen untuk memenuhi standar lingkungan. Hal ini berarti mereka harus meminimalkan efek dari aktivitas mereka pada lingkungan. Cara terakhir untuk mengevaluasi manajemen hijau dari perusahaan adalah menggunakan daftar Global 100 dari korporasi yang paling berdaya tahan di dunia. Untuk masuk dalam daftar ini, perusahaan harus menunjukkan kemampuan mereka untuk secara efektif mengatur faktor lingkungan dan sosial.
E. Teori yang Mendukung Corporate Social Responsibilty
1. Agency Theory / teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antar dua pihak yang salah satu pihak menjadi agen dan pihak yang lain bertindak sebagai prinsipal. Teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul ketika salah satu pihak prinsipal menyewa pihak lain agen untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingannya yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas pembuatan keputusan kepada agen. Yang dimaksud dengan prinsipal adalah pemegang saham atau investor, sedangkan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan adanya konflik kepentingan dalam hubungan keagenan. Konflik kepentingan ini terjadi dikarenakan perbedaan tujuan dari masing- masing pihak. Adanya perbedaan tujuan antara prinsipal dan agen serta adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan akan menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal. Akibatnya, manajer akan mengambil tindakan yang dapat memperbaiki kesejahteraannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan pemegang saham. Maka, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan disclosure informasi akuntansi. 2. Legitimacy Theory Legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu, dan kelompok masyarakat. Menurut yang dijelaskan Sefrilia 2012, legitimasi menyamakan persepsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai kepercayaan, dan defenisi yang dikembangkan secara sosial. Untuk mencapai tujuan ini organisasi berusaha untuk mengembangkan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang dihubungkan dengan kegiatannya dan norma-norma dari perilaku yang diterima dalam sistem sosial yang lebih besar pada organisasi itu berada serta menjadi bagiannya. Dari uraian tersebut, teori legitimasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR. Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSR perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. Dan juga akan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut. 3. Stakeholders Theory Stakeholders Theory Teori Stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Stakeholders adalah semua pihak, internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
F. Implementasi dan Model atau Pola Corporate Social
Responsibility Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi CSR perusahaan diIndonesia mencakup hal-hal berikut ini: 1. Bantuan sosial Meliputi: bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan, rumah ibadah, jalandan sarana umum lainnya, penganggulangan bencana alam, pengentasan kemiskinan danpembinaan masyarakat. 2. Pendidikan dan pengembangan Meliputi: penggadaan sarana pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan memberikan program beasiswa kepada anak-anak usia sekolah. 3. Ekonomi Meliputi: mengadakan program kemitraan, memberikan dana atau pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan memberdayakan masyarakat sekitar. 4. Lingkungan Meliputi: pengelolaan lingkungan, penanganan limbah, melakukan reklamasi, dan melestarikan alam dan keanekaragaman hayati. 5. Konsumen Meliputi: perbaikan produk secara berkesinambungan, pelayanan bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk. 6. Karyawan Meliputi: program jaminan hari tua, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan program renumerasi yang baik
Pola Corporate Social Responsibility
Sedikitnya ada empat pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu: 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes,Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar). 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati Bersama. DAFTAR PUSTAKA
Hamdani. 2018. Good Corporate Governance, Jakarta, Mitra Wacana
Media Marnelly, Romi (2012) CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. JURNAL APLIKASI BISNIS Vol. 2 No. 2, April 2012. Herman (2018). Manfaat Corporate Social Responsibility oleh Stakeholder Primer dan Sekunder (Studi Kasus Pada PT. Asia Sawit Makmur Jaya Provinsi Riau). Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 2 No. 2 Tahun 2018. [PDF] tanggung jawab sosial dan etika