Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY


(TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN)
CSR IN THE WORKPLACE
Dosen Pengampu: Drs. Karyono, MM.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. Dyah Ayu Pramesti 141150185


2. Mahdiah Kusuma R 141150196
3. Imroatussawiyyah Caesaria 141150198
4. Aniesha Tita Safitri Suharno 141150200
5. Nurcahyo Dwiprabowo 141150212

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
MARET, 2017

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan
manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat
dengan mempertimbangan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya
memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah
meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line.
Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi
ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya
merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya
dengan masyarakat dan lingkungan.
Namun saat ini – saat perubahan sedang melanda dunia – kalangan usaha juga tengah
dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing,
tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah kepentingan stakeholder
yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan
(partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus
meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusa
haan yang mampu bersaing.
Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai Corporate Social Responsibility
(CSR) atau corporate citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis
dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada
masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat
bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan
dibentuknya dunia usaha.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana program/kebijakan CSR in the workplace di PT Indofood dan PT. COCA
COLA AMATIL INDONESIA?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui program/kebijakan CSR in the workplace di PT. Indofood dan
PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA

D. KAJIAN TEORI

a. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility merupakan suatu elemen penting dalam kerangka
keberlanjutan usaha suatu industri dan perkembangan bisnis. CSR merupakan sebuah konsep
terintegrasi yang menggabungkan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dengan selaras.
Definisi secara luas mengenai CSR diungkapkan oleh World Business Council for
Sustainable Development (WBCD) dalam publikasinya Making Good Business Sense. CSR
diartikan sebagai suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk terus-menerus
bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan memberikan kontribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan
dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. (Wibisono, 2007)
Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen perusahaan
untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas secara sukarela melalui kebijaksanaan praktek
bisnis dan kontribusi dari sumberdaya perusahaan. (Philip Kotler dan Nancy Lee, 2005).
Pengertian CSR menurut Lingkar Studi CSR adalah upaya manajemen yang dijalankan
entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan
ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif tiap pilar. Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai
tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Pendapat tentang pengertian CSR yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Prince of
Wales International Business Forum lewat lima pilar, yaitu:
a. Pertama, building human capital, menyangkut kemampuan perusahaan untuk
memiliki dukungan sumber daya manusia yang andal (internal). Di sini perusahaan
dituntut melakukan pemberdayaan, biasanya melalui community development.
b. Kedua, strengthening economies yaitu melalui pemberdayakan ekonomi komunitas.
c. Ketiga, assessing social, maksudnya perusahaan menjaga keharmonisan dengan
masyarakat sekitar agar tak menimbulkan konflik.
d. Keempat, encouraging good governance, artinya perusahaan dikelola dalam tata
pamong/birokrasi yang baik.
e. Kelima, protecting the environment, yaitu perusahaan harus mengawal dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Versi lain mengenai definisi CSR juga dikemukakan oleh World Bank. Menurut World
Bank, CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi
berkelanjutan, memperhatikan karyawan dan masyarakat lokal, dan masyarakat luas untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. Sejumlah pendapat mengenai pengertian CSR tersebut
memiliki kesamaan mengenai definisi CSR yakni CSR merupakan komitmen sebuah
perusahaan untuk mengembangkan taraf kehidupan masyarakat sekitar, masyarakat luas, dan
karyawan, serta komitmen perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan melalui praktik
bisnis yang bertanggung jawab.
Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia seiring telah disahkannya Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, adapun isi Undang-Undang tersebut yang berkaitan
dengan CSR, yaitu:
Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal menyatakan kepada
setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Dari kedua pasal diatas dapat kita lihat bagaimana pemerintah Indonesia berusaha untuk
mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan atau penanam modal.

b. Konsep Piramida CSR


Gambar 1. Piramida Corporate Social Responsibilty (Carroll, 2003)
Konsep Piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol menjelaskan berbagai
tingkatan tanggung jawab perusahaan dalam aktivitasnya. Piramida CSR tersebut antara lain:
1. Tanggung jawab ekonomis
Perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat berkembang dan
mempertahankan eksistensinya. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba.
Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi
sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.
Ringkasnya, be profitable.
2. Tanggung jawab legal
Hukum adalah aturan mengenai benar dan salah dalam masyarakat. Dalam tujuannya
mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum dengan
mentaati hukum yang berlaku. Ringkasnya, obey the law.
3. Tanggung jawab etis
perusahaan juga harus bertanggung jawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik
dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma-norma kemasyarakatan.
Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar,
adil dan fair Perusahaan harus menjauhi berbagai tindakan yang merugikan
masyarakat. Ringkasnya, be ethical.
4. Tanggung jawab filantropis
Perusahaan dituntut untuk memberi kontribusi sumber daya yang dapat dirasakan
secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. Para pemilik dan pegawai yang
bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan
kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility.
Ringkasnya, be a good corporate citizen. (Saidi, 2004)

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya perusahaan memfokuskan


perhatiannya kepada 3 (tiga) hal yaitu : profit, lingkungan (planet) dan masyarakat (people).
Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivits-aktivitas
serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki di
berbagai bidang. Kompetensi yang meningkat ini pada gilirannya diharapkan akan mampu
dimanfaatkan bagi peningktan kualitas hidup masyarakat.
Dengan menjalankan CSR, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan
jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.
Elkington menjelaskan bahwa ketiga unsur yakni profit, people, dan planet senantiasa
berada dalam kondisi kait-mengkait. Keuntungan memang merupakan bagian yang terpenting
dan juga sebagai tujuan utama dari setiap aktivitas ekonomi perusahaan. Dengan
diperolehnya keuntungan, perusahaan dapat memberikan deviden bagi pemegang saham,
mengalokasikan sebagian keuntungan yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan
pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak. Alokasi dana yang tercantum di
dalam laporan tahunan yang diperoleh guna membiayai pembangunan usaha di masa depan
merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan bisnisnya terhadap sosial
dan lingkungan sekitar. Bentuk alokasi dana yang diberikan untuk pengembangan usaha di
masa mendatang ini memiliki corak yang berbeda, semua tergantung kepada perusahaan itu
sendiri.
Perusahaan memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar dengan berpartisipasi
dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan manusia
dalam jangka panjang. Perusahaan juga ikut ambil bagian dalam aktivitas manajemen
bencana. Manajemen bencana bukan hanya sekedar memberikan bantuan kepada korban
bencana, namun juga berpartisipasi dalam usaha-usaha mencegah terjadinya bencana serta
meminimalkan dampak bencana melalui usaha-usaha pelestarian lingkungan sebagi tindakan
preventif untuk meminimalisir bencana. Masyarakat yang berada di sekitar perusahaan adalah
salah satu pemangku kepentingan utama dari sitem perusahaan. Ini tidak terlepas dari hakekat
bahwa masyarakat memberikan dukungan akan keberlangsungan operasinal perusahaan.
Sebagai pihak yang memangku kepentingan (stakeholders) utama, maka masyarakat setempat
harus dianggap sebagai bagian dari perusahaan.
Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-
aktivitas serta perbuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kompetensi yang
dimiliki di berbagai bidang. Kompetensi yang meningkat ini pada gilirannya diharapkan akan
mampu dimanfaatkan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya
mengejar keuntungan jangka pendek, namun turut juga berkontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.
Dalam artian bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan tidak hanya untuk mendapatkan
nilai tambah dari masyarakat tetapi tanggung jawab ini haruslah berkesinambungan sampai
waktu yang cukup panjang.
Piramida Tanggung jawab Sosial Perusahaan yang dikemukakan oleh Archie B. Carrol
harus dipahami sebagai satu kesatuan. Karenanya secara konseptual, TSP merupakan
Kepedulian perusahaan yang didasari 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple
Bottom Lines yaiu, 3P :
1. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi
pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan
kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema
perlindungan sosial bagi warga setempat.
3. Plannet, Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman
hayati. Beberapa program TSP yan berpijak pada prinsip ini biasanya berupa
penghijaunan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman,
pengembangan pariwisata (ekoturisme).

c. Pengertian Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang
berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak
terlepas dalam berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan
terdapat hubungan yang erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan,
karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan sekitar ditempat
mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan, setiap pegawai akan
berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat di linkungan pekerja.
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito,
1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan
kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang
bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun
sebagai kelompok.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan
kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-
lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak
dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti,
2001:12).
Menurut Bambang (1991;122), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja y
mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik,
sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan
tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan
akan malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala
sesuatu yang ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik,
langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat
bekerja.

d. Jenis Lingkungan Kerja


Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu (Sedarmayanti,
2001:21):

- Lingkungan Kerja Fisik


Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar
tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Lingkungan kerja yang langsung berhubungan dengan pegawai seperti pusat kerja,
kursi, meja, dan sebagainya.
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja
yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya temparatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanik, bau tidak sedap, warna dan lain-
lain.
Untuk dapat memperkecil penguruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah
pertama harus mempelajari manusia, baik mengenal fisik dan tingkah lakunya, kemudian
digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.

- Lingkungan Kerja Non Fisik


Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan
hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan, maupun hubungan dengan sesama rekan kerja
ataupun hubungan dengan bawahan.
Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antar
tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status yang sama. Kondisi yang hendaknya
diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri
(Nitisemito, 2000:171). Jadi lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok
lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.

e. Manfaat Lingkungan Kerja


Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan
gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat. Sementara itu, manfaat
yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat
terselesaikan dengan tepat, yang artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar
dan dalam skala waktu yagn ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan, dan tidak akan menimbulkan terlalu banyak pengawasan serta semangat
juangnya akan tinggi.

f. Hubungan Program CSR dengan Lingkungan Kerja


Kemajuan organisasi dan industri yang pesat dewasa ini tidak lepas dari pentingnya
unsur sumber daya manusia di dalam organisasi, karena sumber daya manusia adalah salah
satu faktor pelaku dari semua kegiatan yang ada dalam semua organisasi. Sumber daya
manusia yang sangat penting dan sangat menentukan, karena jika tidak ada sumber daya
manusia yang handal maka akan sulit bagi organisasi dalam mencapai tujuannya (Ghomes,
1995:2). Dalam hal ini, karyawan menjadi kekayaan tersendiri dalam organisasi, mereka
menjadi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang selalu berperan aktip dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Karyawan sebagai penunjang tercapai tujuan, akan tetapi
mere ka memilki pikiran, perasaan dan keinginan yang mempengaruhi sikap-sikapnya
terhadap pekerjaannya. Sikap ini yang dikenal sebagai kepuasan kerja yang ditimbulkan oleh
pekerjaan, peralatan dan lingkungan (Hasibuan. 2006:202).
Kepuasan kerja memilki pengertian sebagai tingkat kesenangan atau rasa puas dalam
bekerja sehingga pekerjaan memilki sense of belongin kepada pekerjaan atau perusahaan,
loyal dan miliki rasa aman dalam bekerja. Sehingga pekerjaan tidak mudah untuk pindah
atau mengundurkan diri dari perusahaan tempat dia bekerja. Karyawan memilki semangat
dan gairah tinggi dalam melaksanakan pekerjaaannya, sehingga hasil dari pekerjaannya akan
lebih fokus dan miliki pencapaian yang berkualitas. Kepuasan kerja karyawan bermanfaat
bagi peningkatan kinerja, dedikasi dan kedisiplinan karyawan, karena kepuasan kerja
merupakan sikap emosional yang menyenangkan dalam pekerjaan, sikap ini dapat
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Sikap ketidakpuasan kerja
akan dapat berakibat pada produktivitas kedisiplinan karyawan menjadi menurun, yang pada
akhirnya mengganggu jalannya organisasi itu secara keseluruhan. Banyak pendapat -pendapat
tentang tingkat atau tolak ukur tingkat kepuasan kerja sehingga hal ini tersebut menjadi lebih
objektif. Karena tingkat kepuasan suatu individu berbeda-beda. Sulit untuk memuaskan
semua orang sehingga semua hanya dapat dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk menciptakan lingkungan yang produktif memang tidak mudah. Butuh kontribusi
langsung dari masing-masing anggota tim, agar suasana kerja yang nyaman dan
menyenangkan bisa tercapai dengan sendirinya. Hal ini perlu diperhatikan para pimpinan
perusahaan, mengingat kondisi lingkungan kerja yang kondusif akan mendorong tiap anggota
di dalamnya untuk menyelesaikan tugas mereka dengan baik.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik dan kondusif dapat mempengaruhi
produktivitas karyawan yang dengan kata lain dapat meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan. Hubungan antara pekerja di dalam lingkungan kerja dan instrument-instrumen
yang terdapat di dalamnya menjadi bagian dalam pekerjaan itu sendiri. Manajemen dapat
menentukan bagaimana untuk memaksimalkan kinerja karyawan dengan menciptakan
kepuasan kerja untuk mereka. Hal tersebut difokuskan kepada motivasi personal dan
infrastruktur dari lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja tentunya memegang peranan
penting terhadap baik buruknya kualitas kinerja karyawan. Bila lingkungan kerja cukup
nyaman dan komunikasi di dalamnya berjalan lancar, maka kinerja yang dihasilkan pun tentu
akan maksimal. Seharusnya lingkungan kerja memberi rasa nyaman dan puas. Namun
sebaliknya, apabila lingkungan kerja tidak nyaman, dipenuhi dengan kekacauan dan
persaingan tidak sehat, maka akan tercipta kejenuhan dari para karyawan yang pada akhirnya
akan menurunkan motivasi kerja mereka dan menciptakan tidak kepuasan dalam bekerja.
Fenomena yang terjadi diperusahaan tersebut dikarenakan karyawan kurang terpenuhi
lingkungan fisik seperti: tidak adanya ruang rapat. Oleh sebab itu lingkungan kerja segala
sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik berbentuk fisik yang langsung
atau tidak langsung dan dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja
(Sedarmayanti 2007:17)
Pada hakekatnya setiap orang, kelompok dan organisasi mempunyai tanggung jawab
sosial (social responsibility) pada lingkungannya. Tanggung jawab sosial seseorang atau
organisasi adalah etika dan kemampuan berbuat baik pada lingkungan hidup berdasarkan
aturan, nilai dan kebutuhan masyarakat. Berbuat baik atau kebajikan merupakan bagian dari
kehidupan sosial. Dari segi kecerdasan, berbuat kebajikan adalah salah satu unsur kecerdasan
spiritual. Sementara dalam konteks perusahaan, tanggung jawab sosial itu disebut tanggung
jawab social perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR).Empat tahun belakangan ini
Corporate Social Responsibility atau CSR memang sedang menjadi trend di Indonesia.
Banyak orang berbicara tentang CSR dan semuanya bagus serta perusahaan yang melakukan
corporate social responsibility (CSR) semakin banyak. Namun upaya sosialisasi harus terus
dilakukan agar lebih banyak perusahaan menyadari dan memahami pentingnya CSR.
Memang diakui, di satu sisi sektor industri atau korporasi skala besar telah mampu
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi di sisi lain ekploitasi
sumber-sumber daya alam oleh sektor industri seringkali menyebabkan terjadinya degradasi
lingkungan yang parah.
Seberapa penting CSR bagi perusahaan tetap menjadi wacana dalam praktis bisnis,
pro dan kontra ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena perbenturan kepentingan antara
pencapaian profit dengan pencapaian tujuan sosial. Jika diperhatikan, masyarakat sekarang
hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai bidang, serta dibekali
kecanggihan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pola seperti ini mendorong terbentuknya cara
pikir, gaya hidup, dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. CSR dapat diartikan sebagai
komitmen industri untuk mempertanggung-jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial,
serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan
perusahaannya. Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan
menumbuhkan rasa masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Internal CSR adalah
kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan terhadap pihak-pihak didalam
perusahaan. Internal yang dimaksud dalam hal ini adalah karyawan. Pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) tidak hanya membawa
konsekuensi logis terhadap baik tidaknya citra perusahaan di masyarakat. Pelaksanaan CSR
juga berperan dalam peningkatan kinerja dan sumber daya perusahaan yang semakin baik
dari sebelumnya. Dalam hal ini kesejahteraan hidup para karyawannya. Pelaksanaan CSR
yang tepat adalah mengutamakan lingkungan internal perusahaan terlebih dahulu.
Kesejahteraan kehidupan karyawan penting untuk menjaga kualitas kinerja dan sumber daya
perusahaan.
Bentuk tanggung jawab sosial yang diberikan di lingkungan internal perusahaan.
Kedalam, tanggungjawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas
dan pertumbuhan. Seperti diketahui pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya
yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh
karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan
perusahaan sehingga kesejahteraan mereka dimasa depan juga akan mengalami peningkatan.
Oleh karena itu perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam
jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan dimasa depan. Disamping
kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial kedalam atau internal juga diarahkan kepada
karyawan, Karena hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah
perusahaan dapat menjalankan berbagai aktivitas serta meraih kesuksesan. Tentu saja
hubungan antara perusahaan dengan karyawan ini harus didasarkan pada prinsip hubungan
yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan
prinsip-prinsip keadilan, namun dipihak lain karyawan dituntut untuk memberikan kontribusi
yang maksimal bagi kemajuan perusahaan. Kegiatan-kegiatan sosial yang
dilakukanperusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap (CSR internal)
perusahaan adalah :
1. Memberikan bantuan pendidikan beasiswa terhadap keluarga karyawan yang
berprestasiyang berguna untuk pengembangan sumber daya manusia. bila beban
biaya pendidikan telah ditanggung perusahaan, maka minimal setengah dari biaya
hidup keluarga karyawan dapat digunakan untuk kesejahteraan hidup mereka.
2. Pendekatan Religi. Program peduli terhadap kebutuhan momen ibadah dan hari
besar keagamaan. Misalnya sebelum bulan puasa diadalan sukuran dan memanggil
anak yatim piatu.
3. Program wisata. Dalam hal ini karyawan yang berprestasi diberikan apresiasi dalam
bentuk wisata
4. Pelayanan kesehatan. Dalam hal ini karyawan dan keluarganya diberikan bantuan
pelayanan dan jaminan kesehatan.

Pelaksanaan CSR juga berperan dalam meningkatkan kinerja dan sumber daya
perusahaan agar lebih baik dari sebelumnya. Saat ini sejumlah perusahaan menilai bahwa
pelaksanaan CSR Internal adalah bagian dari peran sosial yang dijalankan perusahaan.
Melalui implementasi CSR Internal diharapkan karyawan dapat merasakan tingkat kepuasan
kerja yang lebih tinggi.

E. PEMBAHASAN (Kasus CSR in the workplace PT. Indofood dan PT. COCA COLA
AMATIL INDONESIA)

a. PT. INDOFOOD
Memang pada saat ini di Indonesia, praktek Corporate Social Responsibility (CSR)
belum menjadi suatu keharusan yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi
serta adanya desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan
CSR akan semakin besar. Tidak menutup kemungkinan bahwa CSR menjadi kewajiban baru
standar bisnis yang harus dipenuhi seperti layaknya standar ISO. Dan diperkirakan pada akhir
tahun 2008 mendatang akan diluncurkan ISO 26000 on Social Responsibility, sehingga
tuntutan dunia usaha menjadi semakin jelas akan pentingnya program Corporate Social
Responsibility (CSR) dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari
perusahaan tersebut.
Corporate Social Responsibility (CSR) akan menjadi strategi bisnis yang inheren
dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan
kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi
keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak,
adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-
kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang.
Implementasi kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu proses yang
terus menerus dan berkelanjutan.
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh INDOFOOD, ini
dilakukan supaya perusahaan ini dapat lebih dekat dengan masyarakat maka dari itu
perusahaan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR), Sepanjang tahun 2011,
Indofood terus melanjutkan program tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility
atau “CSR”) yang merefleksikan misi Perseroan yakni “Memberikan kontribusi bagi
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan”. Landasan tujuan yang
digunakan dalam melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) Perseroan
adalah: Menciptakan Hidup Yang Lebih Baik Setiap Hari, yang kemudian dituangkan ke
dalam lima pilar Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu Pembangunan Sumber Daya
Manusia, Partisipasi Aktif Dalam Kegiatan Komunitas, Peningkatan Nilai Ekonomi, Menjaga
Kelestarian Lingkungan, dan Solidaritas Kemanusiaan.
Berikut program-program yang dilakukan oleh indofood:

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia


Indofood meyakini pendidikan sebagai faktor utama dalam pembangunan sumber
daya manusia. Dukungan Perseroan diwujudkan dengan cara membuka kesempatan bagi
masyarakat untuk mengikuti pendidikan formal maupun non–formal, mendukung kegiatan
pengembangan riset, dan meningkatkan kompetensi para guru.

2. Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA)


Setiap tahun Perseroan memberikan beasiswa bagi anak–anak karyawan yang
berprestasi. Selama tahun 2011, sekitar 1.570 anak–anak telah memperoleh bantuan beasiswa
yang diberikan untuk tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Melalui bantuan
pendidikan ini, Perseroan ingin mendorong siswa yang merupakan putra putri dari karyawan
Indofood untuk sepenuhnya menggali potensi diri. Lebih dari 15.000 anak karyawan telah
menerima beasiswa ini.

3. Program Bantuan Sarana Pendidikan


 Guna mendukung pendidikan, SIMP, salah satu anak perusahaan Indofood mengelola
sekolah–sekolah yang berlokasi di sekitar area perkebunan yang meliputi Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Sekolah–
sekolah tersebut kini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk laboratorium
komputer dan biologi, perpustakaan, serta fasilitas olah raga dan ekstra kurikuler
seperti perangkat drum band. Pada tahun 2011 SIMP melakukan penambahan 22
ruang kelas pada sekolah–sekolah yang dikelolanya.
 Perhatian Indofood bagi pendidikan anak–anak petani kentang yang merupakan mitra
usaha binaan diwujudkan dalam bentuk pembangunan perpustakaan dan arena
bermain di Pangalengan dan Kertasarie, Jawa Barat
 Indofood juga memberikan dukungan berupa alat peraga edukasi kepada anak–anak
usia Pra Sekolah/ Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berlokasi di sekitar kantor
Indofood di seluruh Indonesia. Indofood juga melengkapi sarana taman bermain
anak–anak bagi sekolah–sekolah tersebut. Bekerja sama dengan Indonesian Heritage
Foundation, Perseroan mendidik para guru Sekolah Dasar di Jempang, Sumatra Utara
untuk membantu mereka dalam mengaplikasikan model pendidikan holistik, yang
diharapkan dapat memberikan dampak positif pada awal perkembangan anak.
 Pada tahun 2011, guna membantu memberikan pendidikan multi kultur kepada anak–
anak sejak dini, Indofood membagikan buku ensiklopedi Pustaka Anak Nusantara ke
ratusan perpustakaan sekolah dasar dan menengah pertama di seluruh Indonesia.
Selain itu Indofood juga memberikan kumpulan buku dongeng cerita rakyat Indonesia
yang kaya akan pesan–pesan moral.

4. Rehabilitasi Rumah Tinggal


Bekerja sama dengan Yayasan Tzu Chi Indonesia, Indofood mendukung program
rehabilitasi rumah–rumah dalam kondisi buruk. Perseroan telah membantu memperbaiki
rumah–rumah di wilayah kumuh di Cilincing, Jakarta Utara.

5. Kegiatan Sosial dan Keagamaan


Perseroan juga selalu berpartisipasi dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan, khususnya yang terkait dengan pendidikan dan peringatan hari besar
keagamaan.
 Indofood Berbagi Kasih, dilaksanakan pada peringatan hari besar keagamaan seperti
Ramadhan dan Natal. Kepedulian diwujudkan dalam bentuk pemberian paket produk
dan peralatan sekolah kepada komunitas–komunitas yang membutuhkan.
 MTQ adalah program yang dikelola sejak tahun 1974 oleh Lonsum. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Quran bagi anak–anak
karyawan Indofood dan masyarakat di sekitar area perkebunan.
Setiap tahun, Perseroan bersama anak perusahaannya juga memberikan sumbangan
qurban untuk memperingati hari Idul Adha yang diberikan kepada masyarakat di sekitar area
operasional Perseroan
6. Peningkatan Nilai Ekonomi
Indofood terus membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dengan para stakeholders melalui program kemitraan guna meningkatkan dan mendorong
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. Program kemitraan Indofood ditujukan bagi
keluarga petani, peternak, pengusaha UKM dan masyarakat sekitar.

7. Kemitraan dengan Petani


Perseroan mengembangkan program–program kemitraan pertanian secara
berkelanjutan, dengan para mitra yang terdiri dari petani kentang, singkong, gula kelapa,
cabai dan kelapa sawit. Dalam program kemitraan ini, Indofood memberikan pelatihan,
bimbingan dan pendampingan di bidang pembudidayaan, penanaman, pemanenan dan pasca
pemanenan komoditas.
Pada tahun 2011, dilaksanakan pelatihan bagi para petani kelapa sawit di Rambong
Sialang Traning Center (RSTC) bekerja sama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia
(APKASINDO). Program pelatihan yang diadakan selama satu minggu ini bertujuan
meningkatkan produktivitas petani dalam melakukan pengelolaan perkebunan.

8. Pemberdayaan Wanita melalui Program Pojok Selera


Indofood mendukung program pemberdayaan wanita melalui Program Pojok Selera.
Program ini diperuntukan bagi para istri petani dan keluarga karyawan perkebunan.
 Pada tahun 2011, Indofood mengembangkan program kewirausahaan dan pembuatan
makanan berbahan dasar tepung terigu bagi para istri petani singkong di Malangbong,
Jawa Barat; petani cabai di Jember dan Lumajang, serta penderes gula kelapa di
Banyuwangi, Jawa Timur dan petani kentang di Garut, Jawa Barat.
 Program pelatihan sejenis juga dilaksanakan untuk para keluarga karyawan dan
komunitas di sekitar Perkebunan Rambong Sialang dan Turagie di Sumatra Utara,
Perkebunan Tirta Agung di Sumatra Selatan, Perkebunan Pahum Makmur di
Kalimantan Timur dan Perkebunan Balombessie di Sulawesi Selatan. SIMP
menyelenggarakan kelas–kelas pelatihan pembuatan makanan bagi ibu rumah tangga
yang dikenal dengan SIMP Bakery and Culinary Center. Selain mendorong
pemberdayaan wanita, Perseroan juga mendukung pengembangan UKM.
 Indofood mendukung program Desa Sejahtera melalui pelatihan UKM di Cipule,
Karawang, Jawa Barat yang diikuti oleh 30 mitra UKM. Program tersebut merupakan
kelanjutan program kerjasama dengan SIKIB di Tanjung Pasir, Banten pada tahun
2010.

9. Program Mahesa
Sebagai bagian program berkelanjutan “Feed the World,” Indofood menyumbangkan
ternak kerbau, sapi dan peralatan pertanian bagi komunitas petani, termasuk Karya Harapan
Al–ijabah di Pandeglang, Banten dan kelompok peternak Sarwon Guno di Desa Hargo Tirto,
Yogyakarta.

b. PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA (LINGKUNGAN KERJA)


PT. CCAI percaya bahwa pekerjaan merupakan tempat eksplorasi, kreativitas dan
pertumbuhan profesional dimana setiap orang dapat terinspirasi dan termotivasi untuk
mencapai hasil yang luar biasa. Itulah sebabnya mengapa Pengembangan Kompetensi
Karyawan menjadi salah satu fokus utama manajemen kami untuk menciptakan lingkungan
kerja yang terbuka dan inklusif dimana tenaga kerja yang bermotivasi tinggi, produktif, dan
berkomitmen mendorong bisnis menuju kesuksesan dengan eksekusi yang unggul.

1. PENGEMBANGAN KARYAWAN
a. Graduate Trainee Program
Graduate Trainee Program (GTP) dirancang untuk mendorong talenta berbakat
untuk meraih peran level manajemen yang menantang di dalam perusahaan. Dalam
program satu tahun ini, para graduate akan mendapatkan manfaat dari jalur karir yang
terstruktur dalam departemen Sales & Marketing, Supply Chain, Finance, Human
Resources and Business Services. Mereka berkesempatan untuk memegang tanggung
jawab nyata yang berdampak pada bisnis sejak hari pertama. Sejak 1995, lebih dari 500
karyawan telah dihasilkan dari program ini, menciptakan pemimpin dengan kapabilitas
kompetitif untuk menghadapi dinamika bisnis.

b. Employee Training
Untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik, kami menyadari pentingnya
investasi dalam pengembangan karyawan. PT CCAI memberdayakan karyawan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengasah keahlian terbaik mereka.
Program pelatihan dan pengembangan dimulai pada hari pertama karyawan dan terus
berlangsung sepanjang karir mereka di CCAI.Dari tahun - ketahun, PT CCAI merancang
dan mengimplementasikan program pelatihan yang terbagi dalam tiga kategori:

1. Core Competencies Training: Bertujuan untuk memberikan perilaku, keterampilan,


atau kualitas esensial yang harus dimiliki oleh seluruh karyawan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan, terlepas dari pekerjaan atau pemereka atau peran dalam
organisasi.

2. Leadership Competencies Training: Keterampilan kepemimpinan dan pengembangan


perilaku untuk level manajerial.

3. Technical Competencies Training: Mengembangkan keterampilan teknis tertentu


untuk meningkatkan kinerja sehari-hari.
Sejak 2011, kami telah melaksanakan lebih dari 80.000 hari pelatihan untuk semua
karyawan kami di seluruh Indonesia. Kami membantu memastikan setiap karyawan memiliki
bekal yang lengkap untuk mencapai performa terbaik mereka, karena kami percaya
berinvestasi dalam kompetensi tidak hanya menguntungkan karyawan, tetapi juga
perusahaan, pemangku kepentingan, serta investor kami.

2. EMPLOYEE ENGAGEMENT

Sebagai perusahaan dengan lebih dari 12.000 karyawan, PT CCAI ingin memastikan
bahwa setiap karyawan memiliki akses yang sama terhadap informasi bisnis, mengetahui apa
yang sedang terjadi di dalam perusahaan, dan melihat bagaimana masing-masing peran dapat
berkontribusi untuk visi perusahaan. PT CCAI menjunjung tinggi nilai-nilai keterbukaan dan
membangun komunikasi melalui beragam saluran sebagaimana beragamnya pasar yang PT
CCAI layani, dimana orang-orang terinspirasi untuk menciptakan hasil.

a. Townhall
Selama bertahun-tahun kami terus meningkatkan konsep komunikasi kami, dari
transfer satu-arah, hingga berbagi pengetahuan secara aktif untuk menciptakan budaya
kolaboratif. Salah satu kegiatan yang aktif dijalankan di semua area operasional kami di
Indonesia adalah Townhall. Tim manajemen kami secara pribadi menyajikan update bisnis
dalam suatu seminar dan menyorot prestasi perusahaan saat ini, aktivitas bisnis yang sedang
berjalan, dan rencana-rencana program yang akan datang. Melalui dialog terbuka, karyawan
berkesempatan untuk mendiskusikan isu-isu yang terkait dengan pekerjaan atau pertanyaan
yang mungkin terbersit dalam pikiran mereka. Hal ini telah membantu semua orang untuk
menyelaraskan tujuan dan bergerak ke arah yang sama.

b. Bapak/Ibu Program
Program Bapak/Ibu menyediakan sebuah platform bagi karyawan untuk membawa
isu-isu terkait pekerjaan kepada para penasihat, yaitu ‘Bapak/Ibu’. Bapak/Ibu adalah seorang
senior yang ditunjuk dan terbuka untuk semua karyawan CCAI di masing-masing area
operasional. Mereka membantu memberikan pilihan dan rekomendasi kepada individu untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang objektif.
c. Intranet
Intranet kami menyampaikan berita sehari-hari dan dirancang dengan konsep
komunikasi dua arah. Intranet ini juga berfungsi sebagai portal untuk mengakses layanan
karyawan, versi online dari majalah internal, penyimpanan dokumen, dan keterlibatan lebih
dalam dengan komunitas CCA. Intranet memungkinkan karyawan untuk mengakses
informasi kapan saja dan dimana saja, termasuk melalui perangkat mobile mereka.

d. Majalah Internal
Majalah internal bulanan kami, Antarkita, adalah satu dari sekian medium yang PT
CCAI gunakan untuk memperkuat jaringan internal CCAI. Sejak 2008, majalah ini telah
memberikan cerita yang mendalam tentang tema-tema tertentu, nilai-nilai dan strategi
perusahaan, serta profil dari tim pimpinan dan karyawan yang menginspirasi di perusahaan.
Pada tahun 2012, Antarkita menerima penghargaan Silver sebagai Best Internal Magazines
for Multinational Corporations dan penghargaan Gold untuk kategori yang sama pada tahun
2013 dari Serikat Pers Indonesia.

e. Berita dari Presiden Direktur


Presiden Direktur PT CCAI memberikan update bulanan dari bisnis PT CCAI
melalui newsletter yang beliau tulis secara pribadi. Berita tersebut menyoroti berbagai
kegiatan usaha, update mengenai pasar, target dan prestasi perusahaan. Hal ini membantu
untuk memastikan setiap karyawan memahami posisi CCAI dan termotivasi untuk berkinerja
dengan lebih baik.

3. KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN


PT CCAI percaya bahwa seluruh keberhasilan jangka panjang kami terletak
pada keselamatan karyawan dan pengunjung area operasional PT CCAI dan ini adalah hak
dasar setiap individu. Prioritas PT CCAI adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan
sehat untuk mempertahankan produktivitas kerja dalam setiap bagian dari perusahaan kami.

a. Pelatihan Kesehatan dan Keamanan Kerja


Keselamatan adalah prioritas kami dan kami menanganinya dengan serius. Melalui
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHS), kami menyediakan pelatihan keselamatan
substansial untuk semua karyawan dengan menggunakan persyaratan pelatihan yang ketat,
Coca-Cola Requirements (KORE) sebagai standar global. Sampai saat ini, kami telah melatih
lebih dari 8.000 orang dan meminimalkan risiko kecelakaan, cedera dan paparan bahaya
kesehatan bagi seluruh karyawan.

b. Pusat Pelayanan Medis


Manusia yang sehat adalah manusia yang produktif. Karyawan PT CCAI telah
mendedikasikan sebagian besar waktu dan energi mereka untuk menjamin keberlanjutan
bisnis PT CCAI. Ini sebabnya PT CCAI membangun akses gratis ke pusat pelayanan medis di
setiap pabrik. PT CCAI mendukung kebutuhan dasar medis bagi lebih dari 12.000 karyawan
berikut 25.000 anggota keluarga mereka. Inisiatif ini tidak hanya dapat diakses bagi
karyawan, tetapi juga bagi masyarakat sekitar area manufaktur PT CCAI.

F. KESIMPULAN
Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program Corporate
Social Responsibility (CSR) secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang
rasional. Sebab implementasi program-program Corporate Social Responsibility (CSR) akan
menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh perusahaan dan
seluruh stakeholder-nya. Melalui Corporate Social Responsibility (CSR), Kesejahteraan dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin.
Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi
perusahaan serta pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya
kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin
ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang diambil dari alam.
Bila Corporate Social Responsibility (CSR)benar-benar dijalankan secara efektif
maka dapat memperkuat atau meningkatkan akumulasi modal sosial dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti
kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Melalui beragam mekanismenya,
modal sosial dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan publik,
meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan
menurunnya tingkat kekerasan dan kejahatan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui
pelaksanaan program-program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkelanjutan dan
menyentuh langsung aspek-aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian realisasi
program-program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sumbangan perusahaan
secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara keseluruhan. Berbeda halnya
dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif, maka modal sosial tidak
dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat ditegaskan bahwa pengeluaran
biaya untuk program-program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan investasi
perusahaan untuk memupuk modal sosial.
Jadi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tuntutan pilihan yang tidak
bisa dihindarkan lagi karena suka tidak suka kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
harus dikerjakan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap shareholder (pemegang saham).
Dan Corporate Social Responsibility (CSR) juga suatu pilihan yang mana pilihan tersebut di
landasi oleh kesadaran dari perusahaan yang tidak hanya pada pemegang saham dan
konsumen saja tetapi ia juga harus memenuhi harapan para stakeholder (pemangku
kepentingan) seperti keluarga, karyawan, rekan bisnis, pemerintah dan masyarakat sekitar.
Kepuasan kerja memilki pengertian sebagai tingkat kesenangan atau rasa puas dalam
bekerja sehingga pekerjaan memilki sense of belongin kepada pekerjaan atau perusahaan,
loyal dan miliki rasa aman dalam bekerja. Sehingga pekerjaan tidak mudah untuk pindah
atau mengundurkan diri dari perusahaan tempat dia bekerja. Karyawan memilki semangat
dan gairah tinggi dalam melaksanakan pekerjaaannya, sehingga hasil dari pekerjaannya akan
lebih fokus dan miliki pencapaian yang berkualitas. Kepuasan kerja karyawan bermanfaat
bagi peningkatan kinerja, dedikasi dan kedisiplinan karyawan, karena kepuasan kerja
merupakan sikap emosional yang menyenangkan dalam pekerjaan, sikap ini dapat
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Sikap ketidakpuasan kerja
akan dapat berakibat pada produktivitas kedisiplinan karyawan menjadi menurun, yang pada
akhirnya mengganggu jalannya organisasi itu secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social Responsibility; Dari Voluntary Menjadi


Mandatory. Jakarta: Raja Wali Pers
Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility; Transformasi Konsep
Sustainability Management Dan Implementasi Di Indonesia.
Jakarta: Refika Aditama

Prastowo, Joko & Huda, Miftachul. 2011. Corporate Social Responsibility.


Yogyakarta: Samudra Biru

Solihin, Ismail. 2008. Corporate Social Responsibility; From Charity to


Sustainability. Jakarta: Salemba Empat

Wahyudi, Isa & Azheri, Busyra. 2011. Corporate Social Responsibilty; Prinsip,
Pengaturan & Implementasi. Malang: Setara Press.

http://coca-colaamatil.co.id

Anda mungkin juga menyukai