Anda di halaman 1dari 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang

mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh

perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju

pasar bebas.Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan

ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA (Asean Free Trade Area) yaitu

kawasan perdagangan bebas di Asia Tengara, APEC (Asia Pacific Economic

Coorporation) yaitu Organisasi antar Negara di bidang ekonomi, dan sebagainya,

telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama

melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di

sekitarnya (Setyaningsih, 2012).

Wacana tersebut muncul dilandasi pemikiran bahwa keberadaan

perusahaan tidak lepas dari lingkungannya. Oleh karena itu,setiap tindakan yang

diambil perusahaan berdampak nyata terhadap kualitas kehidupan manusia, baik

individu, masyarakat, dan seluruh kehidupan di bumi. Gagasan corporate social

responsibility menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan sekedar

kegiatan ekonomi, yaitu menciptakan laba demi kelangsungan usaha, melainkan

juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dasar pemikirnya adalah bahwa

menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak menjamin

perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan (Djatmiko, 2006).


2

Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan

mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di

sekitarnya yang disebut Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social

Responsibility (CSR). CSR merupakan salah satu upaya juga untuk menciptakan

keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara

mencetak keuntungan, fungsi fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup

(triple bottom line) (Wibisono, 2007).

Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan menurut Plunkett dan Arthur

(1993) dalam Kusumadilaga (2010), yaitu:

The moral and ethical content o f managerial and corporate decision, that

is, the value used in business decision over and abore the pragmatic

imposed by legal principles and the market economy.

Corporate Social Responsibility adalah kewajiban organisasi bisnis untuk

mengambil bagian dalam kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.Disiplin akuntansi juga merespon

perkembangan pertanggungjawaban sosial perusahaan, yaitu dengan melahirkan

wacana baru.Salah satunya adalah tema yang dikembangkan dalam wacana Social

Responsibility Accounting (SRA) atau akuntansi pertanggungjawaban sosial. Tema

ini bertujuan untuk mengungkapkan item-item individual yang mempunyai

dampak sosial (Belkaoui 2006).

Praktik pengungkapan CSR telah banyak diterapkan oleh perusahaan

publik di Indonesia. Pada laporan tahunannya, perusahaan telah menyebutkan


3

aspek pertangungjawaban sosial walaupun dalam bentuk yang relatif sederhana.

Perusahaan berhak memilih bentuk pengungkapan yang sesuai dengan kebutuhan

dan kompleksitas organisasinya. Meskipun informasi mengenai corporate social

responsibility yang diungkap dalam laporan tahunan tersebut belum mendetail,

itikad baik perusahaan ini perlu untuk mendapatkan apresiasi, setidaknya

perusahaan telah menyadari pentingnya informasi yang terkait dengan corporate

social responsibility (Kusumadilaga, 2010).

Penerapan corporate social responsibility di Indonesia baru dimulai pada

awal tahun 2000, walaupun kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan

sejak tahun 1970-an. CSR dilakukan oleh perusahaan dengan tingkat yang

bervariasi, mulai dari yang paling sederhana seperti donasi sampai kepada yang

komprehensif, yang terintegrasi ke dalam strategi perusahaan dalam

mengoperasikan usahanya (Prasetyono, 2011).

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

disahkan DPR tanggal 20 Juli 2007, menandai babak baru pengaturan CSR di

Indonesia. Keempat ayat dalam pasal 74 Undang-Undang tersebut menetapkan

kewajiban semua perusahaan di bidang sumber daya alam untuk melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan. Substansi dalam ketentuan pasal tersebut

mengandung makna, mewajibkan tanggung jawab sosial dan lingkungan

mencakup pemenuhan peraturan perundangan terkait, penyediaan anggaran

tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kewajiban untuk

melaporkannya.Dengan ketentuan tersebut maka perusahaan tidak hanya wajib

melaksanakan program corporate social responsibility tetapi juga mempunyai


4

kewajiban untuk melaporkan dan mengungkapkan program corporate social

responsibility-nya kepada seluruh pemangku kepentingannya.

Komitmen dan tanggung jawab perusahaan di Indonesia dalam menjaga

lingkungannya dapat dilihat dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

(PROPER) yang merupakan salah satu upaya Kementerian Negara Lingkungan

Hidup untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan

hidup melalui instrumen informasi. PROPER yang diumumkan tanggal 10

Desember 2013 menunjukkan bahwa pada periode tahun 2012-2013, jumlah

perusahaan yang diawasi kinerja pengelolaan lingkungannya sebanyak 1.812

perusahaan. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 38% dimana pada periode

sebelumnya berjumlah 1.317 perusahaan yang meliputi sektor manufaktur,

pertambangan, energi dan migas, agroindustri serta sektor kawasan dan jasa

(Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2013).

Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan, dibutuhkan komitmen

perusahaan serta jajarannya untuk tetap melaksanakan dan ikut serta dalam

mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan.Hal ini sejalan dengan sebuah

definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) yaitu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan

yang secara khusus bergerak di bidang "pembangunan berkelanjutan" (sustainable

development) yang menyatakan bahwa: "corporate social responsibility

merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis

dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas


5

setempat atau pun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup

pekerjanya beserta seluruh keluarganya”.

Komitmen manajemen didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri

individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan

organisasi (Kusumadilaga, 2010). Keberhasilan suatu komitmen manajemen dari

sebuah perusahaan juga tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang diterapkan

manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik. George R. Terry

(2003) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri

orang perorangan atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama

secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan

pemimpin. Jadi keberhasilan seorang pemimpin tergantung dari kecakapan

berinteraksi, komunikasi, dan keteladanan.

Berkaitan dengan hal itu, DuBrin (2005) mengemukakan bahwa

kepemimpinan itu adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi

untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah,

tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespons dan

menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan

mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk

menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan

organisasional dapat tercapai.


6

Perkembangan corporate social responsibility pada era globalisasi juga

semakin menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan reputasi sebagai alat

untuk mengukur kinerja secara keseluruhan dimata konsumennya. Dolphin (2004)

dalam Kartikasari (2008) menyatakan bahwa reputasi merupakan satu-satunya

cara untuk mengukur karakter perusahaan. Reputasi perusahaan memiliki

pengaruh positif terhadap kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan, serta

merupakan mekanisme yang efektif untuk mempertahankan atau memperoleh

keunggulan bersaing.

Reputasi perusahaan merefleksikan penilaian pelanggan terhadap

perusahaan, baik itu merupakan penilaian mereka sendiri terhadap perusahaan

secara keseluruhan maupun didapat dari membandingkan dengan perusahaan

pesaing.Selain tentang kualitas produk dan harganya, terlebih dalam industri jasa,

reputasi dapat tercipta dengan hubungan antara perusahaan dengan lingkungan

sekitar sebagai bentuk rasa tanggung jawab sosial (Corporate Social

Responsibility) terhadap keputusan yang dibuat oleh perusahaan (Kartikasari,

2008).

Investor mengapresiasi praktik CSR ini dan melihat aktivitas CSR sebagai

rujukan untuk menilai potensi keberlanjutan suatu perusahaan. Bila perusahaan

tidak mengungkapkan program CSR, bisa jadi stakeholder menganggap

perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan tanggung jawab sosialnya dan

meragukan goingconcern-nya (Pambudi, 2006). Selanjutnya, investor akan

menilai perusahaan tidak mampu mempertahankan keberlanjutan usahanya


7

sehingga investor tidak tertarik untuk mengivenstasikan dananya pada perusahaan

tersebut.

Mengacu pada fenomena tersebut peneliti ingin menguji kembali

penelitian yang dilakukan Kartikasari (2008), tentang pengaruh tanggung jawab

sosial dan tata kelola perusahaan terhadap reputasi organisasi dalam rangka

peningkatan kinerja Jamsostek. Selain itu pada penelitian ini, komitmen

manajemen, dan gaya kepemimpinan ditambahkan sebagai variabel yang

mempengaruhi reputasi organsasi. Variabel komitmen manajemen dan gaya

kepemimpinan dipilih untuk memperbaiki keterbatasan penelitian sebelumnya,

serta diyakini bahwa dalam sebuah reputasi organsasi dibutuhkan komitmen

perusahaan dan gaya kepemimpinan dari jajarannya untuk tetap melaksanakan dan

ikut serta dalam mewujudkan reputasi organisasi yang baik. Dalam memelihara

komitmen organisasi, peran seorang pemimpin sangat dibutuhkan dan

kepemimpinan yang efektif menjadi syarat utama. Kepemimpinan yang efektif

bisa membantu organisasi untuk bisa bertahan dalam situasi ketidakpastian dimasa

yang akan datang (Regina, 2010).

Objek dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di

bidang Palm Oil yang tersebar di Kabupaten Batanghari,Provinsi Jambi.Alasan

pemilihan objek ini dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan perusahaan

yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam masalah-masalah tanggung

jawab sosial. Pemilihan objek yang dikhususkan pada bidang Palm oil karena

pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke

tahun, terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama
8

2004-2014 sebesar 7,67%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata

11,09% per tahun di Indonesia. Hal itu berselaras dengan perkembangan kelapa

sawit di Provinsi Jambi terbukti dengan dimulainya perkembangan sekitar tahun

80an hingga sekarang (idcall.co.id 2014/10/09).

Pertumbuhan industri kelapa sawit di Kabupaten Batanghari lebih besar

dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Jambi hal ini terbukti pada

akhir tahun 2014 angka sementara tercatat seluas 68.316,2 Ha dengan lahan yang

terdiri dari 9.531,8 Ha tanaman yang belum menghasilkan (TBM), 54.875,44 Ha

tanaman menghasilkan (TM), dan 3.909 Ha tanaman tua/tanaman rusak (TT/TR),

dengan produksi 181,335 Ha Ton Tbs/tahun. Oleh karena itu, peneliti ingin

melihat apakah pertumbuhan industri Palm oil ini sejalan dengan penerapan

tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang, dan fenomena tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate Social

Responsibility Komitmen Manajemen dan Gaya Kepemimpinan terhadap

Reputasi Organisasi pada Perusahaan Palm Oil Di Kabupaten Batanghari”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan penelitian berupa :

1. Apakah Corporate Social Responsibility, komitmen manajemen, dan gaya

kepemimpinan berpengaruh secara simultan terhadap reputasi organisasi?


9

2. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh secara parsial terhadap

reputasi organisasi?

3. Apakah komitmen manajemen berpengaruh secara parsial terhadap reputasi

organisasi?

4. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh secara parsial terhadap reputasi

organisasi?

1.3 Tujuan Peneliatian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini

dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengetahui adanya pengaruh secara simultan dari corporate social

responsibility, komitmen manajemen, dan gaya kepemimpinan terhadap

reputasi organisasi.

2. Mengetahui adanya pengaruh secara parsial dari corporate social

responsibility terhadap reputasi organisasi.

3. Mengetahui adanya pengaruh secara parsial dari komitmen manajemen

terhadap reputasi organisasi.

4. Mengetahui adanya pengaruh secara parsial dari gaya kepemimpinan terhadap

reputasi organisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang

diterapkan adalah sebagai berikut:


10

1. Peneliti

Dapat menjawab rasa keingintahuan dan menambah wawasan serta

pengetahuan yang lebih luas mengenai fenomena corporate social

responsibility dan permasalahan yang terjadi.

2. Bagi perusahaan

Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya

pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan

yang disebut sustainibility reporting dan sebagai pertimbangan dalam

pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan

kepeduliannya pada lingkungan sosial.

3. Bagi investor

Memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang

perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran

moneter.

4. Bagi masyarakat

Memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku-

perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan

hak-hak yang harus diperoleh.

5. Bagi lembaga-lembaga pembuat peraturan/standar

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

penyusunan standar akuntansi lingkungan dan sebagai bahan masukan dalam

meningkatkan kualitas standar dan peraturan yang sudah ada.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Fenomena Umum Akuntansi Manajemen

Prosedur perhitungan biaya pokok dan akuntasi manajemen yang

digunakan pada abad ke-20 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. Sebelum

tahun 1914, banyak perkembangan awal yang menekankan pada perhitungan

biaya produk sampai menelusuri biaya hingga ke tingkat produk dan

menggunakan informasi ini untuk pengambilan keputusan yang strategis. Akan

tetapi, penekanan pada hal tersebut mulai ditinggalkan sejak tahun 1925 seiring

dengan munculnya pendekatan perhitungan biaya perediaan, mengalokasian biaya

manufaktur ke produk agar biaya persediaan dapat dilaporkan kepada pengguna

laporan eksternal perusahaan (Mulyadi, 2002).

Pelaporan keuangan telah menjadi pendorong untuk membentuk desain

sistem akuntansi biaya. Manajer dan perusahaan bersedia menerima informasi

biaya rata-rata secara agregat atas setiap produk karena mereka merasa tidak

membutukan informasi biaya dari setiap produk yang terperinci dan akurat

mengenai setiap produk. Sepanjang perusahaan memproduksi produk-produk

sejenis yang membutuhkan sumber daya pada tingkat yang hampir sama,

informasi biaya rata-rata yang disediakan oleh sistem biaya (Mulyadi, 2002).

Usaha-usaha untuk meningkatkan kegunaaan manajerial dari sistem biaya

konvensional dilakukan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Para pengguna


12

mendiskusikan kelemahan informasi yang disediakan oleh sistem yang didesain

untuk menyelesaikan laporan keuangan. Akan tetapi, usaha-usaha pada perbaikan

sistem tersebut pada dasarnya terpusat untuk membuat informasi keuangan yang

lebih berguna bagi penggunanya daripada untuk mengasilkan seperangkat

informasi dan prosedur baru yang terpisah dari sistem pelaporan eksternal

(Mulyadi, 2002).

Akuntansi manajemen tradisional pada tahun 1980-an dan 1990-an, yang

sudah tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial banyak ditemukan.

Beberapa pihak menyatakan sistem akuntansi manajemen yang sudah ada sudah

usang dan tidak berguna. Peritungan biaya produk dan sumber daya yang lebih

akurat dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan kualitas dan

produktivitas, serta mengurangi biaya. Sebagai tanggapan terhadap kelemahan

sistem akuntansi manajemen tradisional, berbagai usaha dilakukan untuk

mengembangkan sistem akuntansi manajemen baru yang dapat memenuhi

kebutuhan lingkungan ekonomi dewasa ini (Mulyadi, 2002).

Lingkungan ekonomi telah mensyaratkan perkembangan praktik-praktik

akuntansi manajemen yang efektif dan relevan. Konsekuensinya sistem akuntansi

manajemen berdasarkan aktifitas banyak dikembangkan dan diimplementasikan

oleh organisasi. Selain itu fokus sistem informasi manajemen telah diperluas agar

memungkinkan para manajer memeuhi kebutuan pelanggan lebih baik dan

mengelola rantai nilai (value chain) perusahaan. Lebih jauh lagi, para manajer

harus lebih menekankan waktu, efisiensi, kualitas untuk mengamankan dan

mempertahankan keunggulan bersaing. Selain itu, informasi akuntansi harus


13

dibuat untuk membentuk tiga tujuan fundamental organisasi tersebut. Akhir-akhir

ini munculnya e-business mensyaratkan sistem akuntansi manajemen untuk

menyediakan informasi yang memungkinkan para manajer menghadapi

lingkungan baru (Mulyadi, 2002).

Riset akuntansi adalah untuk memperbaiki pemahaman terhadap

lingkungan akuntansi agar praktik akuntansi tidak dipahami sebagai sesuatu yang

diterima begitu saja (taken for granted). Riset akuntansi dalam hal ini berperan

untuk memahami fenomena akuntansi dan memperbaiki praktik akuntansi yang

terjadi.Secara garis besar tujuan dilakukannya riset akuntansi tersebut adalah

untuk mendeskripsikan (to describe), menjelaskan (to explain), dan memprediksi

fenomena akuntansi (to predict) (Mulyadi, 2002).

Akuntansi manajemen adalah bagian dari akuntansi yang bertujuan

membantu manajer untuk menjalankan tiga fungsi pokoknya, yaitu perencanaan,

pengendalian, dan pengambilan keputusan. Kehadiran akuntansi manajemen atau

sistem informasi manajemen dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang

akan memberikan informasi kepada manajemen untuk membantu pihak-pihak

internal untuk mencapai tujuan organisasinya (Mulyadi, 2002).

2.1.2 Teori Stakeholder

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai

kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-

nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,


14

serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara

berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value)

secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. Teori

stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi

stakeholdernya.Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan

memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun

lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan

sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk

kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau

klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008). Mereka adalah pemasok, pelanggan,

pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi

perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga

mempunyai hak terhadap perusahaan (Waryanti, 2009).

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang

digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar

kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan

Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi


15

pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses

terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau

kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan

perusahaan (Sumarno, 2005).Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan

sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi

dengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder” (Kusumadilaga, 2010).

Atas dasar argument di atas, teori stakeholder umumnya berkaitan dengan cara-

cara yang digunakan perusahaan untuk memanage stakeholdernya.

Perusahaan melakukan berbagai cara untuk memanage stakeholdernya

tergantung dari strategi perusahaan yang diadopsi. Organisasi dapat mengadopsi

strategi aktif atau pasif. Strategi aktif adalah apabila perusahaan berusaha

mempengaruhi hubungan organisasinya dengan stakeholder yang dipandang

berpengaruh/penting. Sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif

cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara

sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder.

Akibat dari kurangnya perhatian terhadap stakeholder adalah rendahnya tingkat

pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan, Ullman,

(1982) dalam Kartikasari (2008).

2.1.3 Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi

untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial

kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi


16

tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Menurut The World

Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate Social

Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai

komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi

berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka,

keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk

meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis

sendiri maupun untuk pembangunan (Kusumadilaga, 2010)

Corporate Social Responsibility diungkapkan di dalam laporan yang

disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja

organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai

ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.

Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang

menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang

membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. (Suharto,

2007)

Pelaksanaan corporate social responsibility, perusahaan bisa

dikelompokkan kedalam beberapa kategori. Meskipun cenderung

menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan

komitmen perusahaan dalam menjalankan corporate social responsibility.

Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program


17

corporate social responsibility, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline

untuk menentukan model corporate social responsibility yang tepat. Dengan

menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan.

Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan progresif.Tentu saja dalam

kenyataannya, kategori ini bisa saja saling bertautan. (Suharto, 2007)

Gambar 2.1
Kategori Perusahaan Berdasarkan Profit Perusahaan dan Anggaran CSR

Profit Perusahaan Perusahaan Perusahaan


Ekonomis - Pelit Reformis - Maju

Perusahaan Perusahaan
Minimalis - Humanis -
Kecil - Lemah Baik
hati/dermawan
Anggaran CSR
Sumber : Suharto (2007)

1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR:

 Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran

CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk

kategori ini.

 Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi,

namun anggaran CSR-nya rendah. Perusahaan yang termasuk kategori

ini adalah perusahaan besar, namun pelit.


18

 Perusahaan Humanis. Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi

anggaran CSRnya relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut

perusahaan dermawan atau baik hati.

 Perusahaan Reformis. Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran

CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan

sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju.

Gambar 2.2
Kategori Perusahaan Berdasarkan Promosi Perusahaan dan Pemberdayaan

Promosi Perusahaan Perusahaan


Impresif – Tebar Progresif – Tebar
Pesona pesona dan karya

Perusahaan
Perusahaan
Pasif- Tidak tebar
Agresif – Tebar
pesona dan karya
karya

Pemberdayaan

Sumber : Suharto (2007)

2. Berdasarkan tujuan CSR: apakah untuk promosi atau pemberdayaan

masyarakat:

 Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan

jelas, bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekadar

melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi

dan CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.


19

 Perusahaan Impresif. CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada

untuk pemberdayaan. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan

“tebar pesona” daripada “tebar karya”.

 Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan

daripada promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya

nyata daripada tebar pesona.

 Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan

promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang

sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi

kemajuan perusahaan.

2.1.4 Komitmen manajemen

Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu

keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan

keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.

Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku

pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi.

Bentuk komitmen kerja yang muncul bukan hanya bersifat loyalitas yang

pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang

memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan organisasi kerja

yang bersangkutan (Sumarno,2005). Mowday (1982) dalam Kusumadilaga (2010)

mendefinisikan komitmen kerja sebagai kekuatan relatif dari identifikasi individu

dan keterlibatannya dengan organisasi kerja. Sementara Mitchell (1982) dalam


20

Herianto (2013) memandang komitmen kerja sebagai suatu orientasi nilai

terhadap kerja yang menunjukkan bahwa individu sangat memikirkan

pekerjaannya, pekerjaan memberikan kepuasan hidup, dan pekerjaan memberikan

status bagi individu. Selanjutnya Steers dan Porter (1983) dalam Herianto (2013)

mengemukakan adanya tiga karakteristik yang bisa digunakan sebagai

pedomantelah komitmen kerja, yaitu:

a. Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan tujuan serta nilai-nilai yang

dimiliki organisasi kerja.

b. Terdapatnya keinginan untuk mempertahankan diri agar tetap dapat

menjadi anggota organisasi tersebut.

c. Adanya kemauan untuk berusaha keras sebagai bagian dari organisasi

kerja.

Komitmen manajemen yaitu sikap manajemen perusahan terhadap

tanggungjawab yang wajib dijalan perusahaan baik kepada stakeholder maupun

lingkungan sosialnya. Manajemen sangat dibutuhkan untuk menjaga

keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran,dan kegiatan-kegiatan

perusahaan. Komitmen manajemen dipandang sebagai suatu keyakinan dan

dukungan yang kuat dari manajemen untuk melakukan, menjalankan dan

mengaplikasikan suatu kebijakan yang telah ditetapkan secara bersama sehingga

tujuan atas diterapkannya kebijakan tersebut dapat tercapai (Handoko, 2003).


21

2.1.5 Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan itu adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui

komunikasi untuk mencapai tujuan,cara mempengaruhi orang dengan petunjuk

atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespons

dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi

dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan

untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan

organisasional dapat tercapai (Dubrin, 2005).

Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa

sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara

pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Nimran (2004) mengemukakan

bahwa kepemimpinan atau leadership adalah merupakan suatu proses

mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang akan

dikehendaki. Robbins (1996) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya

tujuan.

Peranan pemimpin atau kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan

ada tiga bentuk yaitu peranan yang bersifat interpersonal, peranan yang bersifat

informasional, dan peran pengambilan keputusan. Yang dimaksud dengan peranan

yang bersifat interpersonal dalam organisasi adalah bahwa seorang pemimpin

dalam perusahaan atau organisasi merupakan simbol akan keberadaan organisasi,

seorang pemimpin bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan


22

kepada bawahan, dan seorang pemimpin mempunyai peran sebagai penghubung.

Peranan yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang pemimpin

dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima dan penganalisa

informasi. Sedangkan peran pemimpin dalam pengambilan keputusan mempunyai

arti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan

diambil berupa strategi-strategi bisnis yang mampu untuk mengembangkan

inovasi, mengambil peluang atau kesempatan dan bernegosiasi dan menjalankan

usaha dengan konsisten. (Siagian, 2002)

Luthans (2002) dalam Regina (2010) mengemukakan bahwa peran

kepemimpinan dalam organisasi adalah sebagai pengatur visi, motivator,

penganalis, dan penguasaan pekerjaan. Yasin (2001) mengemukakan bahwa

keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi, sebagian besar ditentukan

oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak

organisasi untuk investasi energi yang diperlukan maupun usaha-usaha pribadi

pimpinan.

Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis,

Demokratis, dan Laissez Faire:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai

sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang

sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya

menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun

mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan
23

tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala

sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak

pada pemimpin (Regina, 2010).

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang

kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi

kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan

organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari

keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas

untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi (Regina,

2010).

3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para

bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan

sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak

memberikan contoh-contoh kepemimpinan (Purwanto, 2009).

Gaya kepemimpinan akan mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-

beda, tergantung pada faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Seorang

pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh faktor,

baik yang berasal dari dalam diri pribadinya maupun faktor yang berasal dari luar

individu pemimpin tersebut (Regina, 2010)


24

Anoraga et al. (1995) mengemukakan bahwa ada sembilan peranan

kepemimpinan seorang dalam organisasi yaitu pemimpin sebagai perencana,

pemimpin sebagai pembuat kebijakan, pemimpin sebagai ahli, pemimpin sebagai

pelaksana, pemimpin sebagai pengendali, pemimpin sebagai pemberi hadiah atau

hukuman, pemimpin sebagai teladan dan lambang atau simbol, pemimpin sebagai

tempat menimpakan segala kesalahan, dan pemimpin sebagai pengganti peran

anggota lain.

2.1.6 Reputasi Organisasi

Reputasi merupakan masalah yang utama bagi setiap perusahaan sehingga

perlu mendapat perhatian sama seperti risiko yang terdapat dalam operasional,

strategis, dan masalah keuangan. Reputasi yang baik merupakan aset bagi

perusahaan sebaliknya, reputasi yang buruk adalah beban bagi

perusahaan.Sebagai aset strategis dari perusahaan, reputasi memainkan peranan

dalam mencapai keunggulan bersaing dan meningkatkan kinerja usaha. Jika

reputasi dianggap beban bagi perusahaan, maka tujuan perusahaan adalah

mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan dari reputasi tersebut (Kartikasari,

2008).

Fombrun (1996) dalam Kartikasari (2008) mendefinisikan reputasi

perusahaan sebagai kombinasi dari kenyataan (kinerja sosial dan ekonomi) dan

persepsi (kinerja yang dianggap penting oleh stakeholder). Fomburn juga

menjelaskan bahwa reputasi perusahaan merupakan representasi persepsi dari

tindakan perusahaan di masa lalu dan prospek di masa mendatang yang


25

menggambarkan secara keseluruhan keingginan dari konstituennya (stakeholder)

dibandingkan dengan pesaing. Stakeholder mengembangkan harapan bagaimana

perusahaan akan bertindak dalam berbagai kondisi, gagal dalam memenuhi

harapan itu maka akan memberikan reputasi yang jelek.

Reputasi perusahaan adalah persepsi masing-masing stakeholder secara

agregat mengenai seberapa baik respon organisasional. Reputasi sangat penting

bagi perusahaan karena di mata pelanggan dan masyarakat luas, dimana reputasi

memberi gambaran terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Herbig et al.

(1994) dalam Handoko (2003) menjelaskan bahwa reputasi perusahaan dapat

dilihat dari kompetensi perusahaan tersebut dan keunggulannya dibanding

perusahaan pesaing.

Reputasi perusahaan yang positif, mewakili kinerja perusahaan dan dari

sisi sosialnya, telah menjadi tujuan dari para eksekutif perusahaan dan jajaran

direksi selama dekade terakhir. Tidak mengenali arti pentingnya reputasi maka

akan menjadi kesalahan terburuk yang dilakukan oleh suatu perusahaan.

Perusahaan harus mempertimbangkan bahwa reputasi merupakan alat yang

berguna dalam mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan di industri dan

pasar, bahkan reputasi merupakan satu-satunya cara untuk mengukur karakter

perusahaan. Menurut responden yang tergabung dalam “Voices of the Leaders

Survey” meyakini bahwa pada tahun belakangan ini, reputasi perusahaan telah

menjadi lebih penting bagi perusahaan. Lebih lanjut, mereka meyakini bahwa,

corporate brand atau reputation mewakili 40% lebih dari kapitalisasi dari pasar

perusahaan tersebut (Kartikasari, 2008).


26

Perusahaan sering diminta untuk menyelaraskan tindakan dan kebijakan

yang mereka buat terhadap kriteria sosial dan etis. Jika berhasil melakukannya

maka akan membantu untuk membangun reputasi perusahaan, akan tetapi jika

mengalami kegagalan maka akan menjadi sumber risiko pada reputasi perusahaan.

Oleh karena itu, minat yang meningkat terhadap kebijakan mengenai tanggung

jawab sosial, peletakan standar telah industri yang meningkat pesat karena mereka

sendiri. Kegiatan ini tidak hanya mendorong manajemen perusahaan untuk

menjalin hubungan yang harmonis dengan stakeholders tetapi untuk membentuk

citra dan kepercayaan baru, informasi mengenai kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan ternyata juga berdampak positif bagi profitabilitas perusahaan

(Kartikasari, 2008).

Reputasi perusahaan merupakan hal yang dianggap penting bagi

keberlangsungan perusahaan, reputasi dapat menjelaskan mengapa pelanggan

lebih memilih produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan daripada

produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing, yang membedakannya

antara kegagalan atau kesuksesan. Semakin kredibel kelompok akreditasi, maka

perusahaan akan semakin percaya diri untuk mempertahankan dirinya sendiri

menghadapi klaim eksternal dan publikasi yang negative (Kartikasari, 2008).

Perkembangan konsep reputasi menjadi lebih luas yaitu reputasi sebagai

persepsi para stakeholder terhadap keseluruhan kinerja perusahaan.Tujuan dari

penelitian yang mereka lakukan adalah untuk menggambarkan keragaman sumber

informasi yang dipakai oleh para stakeholder untuk mengevaluasi dan

membangun reputasi perusahaan, dimana reputasi adalah penilaian publik secara


27

kumulatif selama beberapa waktu Fomburn dan Shanley (1990) dalam Kartikasari

(2008).

Reputasi dianggap sebagai serangkaian atribut yang melekat pada

perusahaan, berasal dari tindakan yang diakukan perusahaan di masa lalu.

Reputasi perusahaan menciptakan harapan mengenai beberapa faktor yang

dianggap penting bagi perusahaan, dan bagaimana mereka akan bertindak di masa

depan. Hal tersebut termasuk membangun reputasi perusahaan dengan

memastikan kualitas dari produk, keuangan yang sehat, praktek manajemen yang

handal melalui komunikasi yang jujur dan sering dengan karyawan, menyediakan

sarana pelatihan dan pengembangan yang memadai.Jika terdapat skandal yang

terdapat dalam perusahaan, dimana perusahaan harus lebih memperhatikan tidak

hanya sekadar membicarakannya saja (Pambudi 2006).

Reputasi juga dapat dianggap sebagai aset tidak terlihat yang dimiliki oleh

suatu perusahaan dimana memiliki dampak positif pada nilai pasar suatu

perusahaan. Keinginan untuk menjalin dan melanjutkan hubungan dengan suatu

perusahaan labih banyak didasarkan oleh pengalaman yang didapat selama

berhubungan dengan perusahaan tersebut atau pengalaman dari pihak lain yang

pernah berhubungan dengan perusahaan tersebut. Darwin (2004) memberikan

alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk membentuk dan

mempertahankan reputasi, yaitu:

1. Reputasi yang baik dibangun dari dalam perusahaan. Perusahaan harus

memiliki model bisnis dan strategi yang solid, nilai dan budaya yang baik,

serta produk dan jasa yang mampu menciptakan nilai bagi konsumen.
28

2. Hubungan baik dengan stakeholder akan membentuk reputasi perusahaan.

3. Dalam jangka panjang dibandingkan promosi melalui public relation,

perilaku yang ditunjukkan perusahaan akan lebih dapat membentuk

reputasi.

Reputasi adalah persepsi dari tindakan di masa lalu dan perilaku di masa

depan yang dilihat dari sisi apa yang dilakukan oleh pelaku lain dalam pasar.

Semua yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh perusahaan akan memiliki

dampak terhadap reputasi yang dimiliki perusahaan. Untuk membangun reputasi

diperlukan waktu yang lama, sedangkan untuk menghancurkan reputasi hanya

diperlukan waktu yang tidak lama.Dampak dari reputasi yang buruk tidak hanya

dalam hal keuangan perusahaan, tetapi juga mengenai hilangnya kepercayaan

pada perusahaan (Kartikasari, 2008)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian empiris terdahulu terkait topik, antara lain :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Metode
No Nama Peneliti Variabel Hasil
statistic

1 Rimba - Corporate Social Regresi  Variabel Corporate


Kusumadilaga Responsibility Linier Social Responsibility
(2010) / Pengaruh Berganda berpengaruh
Corporate Social - Nilai Perusahaan signifikan terhadap
Responsibility nilai perusahaan
Terhadap Nilai - Profitabilitas  Variabel Profitabilitas
Perusahaan dengan sebagai variabel
Profitabilitas moderating tidak
Sebagai Variabel dapat mempengaruhi
Moderating Corporate Social
Responsibility
terhadap nilai
29

perusahaan.
 Terdapat perbdaan
luas pengungkapa
Corporate Social
Responsibility priode
sebelum dan sesudah
berlakunya undang-
undang No.40 tahun
2007 tentang
perseroan terbatas.
2 Prasetyono (2011) / - Ukuran Perusahaan Analisis Jalur  Ukuran Perusahaan,
Analisis Ukuran (Path Penerapan Etika
Perusahaan, - Penerapan Etika Analysis) Bisnis, dan Praktik
Penerapan Etika Bisnis Corporate
Bisnis dan Praktik Governance secara
“Corporate - Praktik Corporate simultan berpengaruh
Governance” Governance positif dan signifikan
terhadap Penerapan terhadap penerapan
Tanggung Jawab - Penerapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Sosial Perusahaan.
 Penerapan Etika
Bisnis dan Praktik
Corporate
Gofernance
berpengaruh .positif
dan signifikan
terhadap Penerapan
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Sedangkan ukuran
perusahaan secara
parsial tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Penerapan Tanggung
Jawab Sosial
Perusahaan.
3 J. Sumarno (2005) / - Komitmen Moderated  Terdapat pengaruh
Pengaruh Komitmen Organisasi Regression dan hubungan negatif
Organisasi, dan Analysis yang kuat antara
Gaya - Gaya partisipasi anggaran
Kepemimpinan Kepemimpinan dan kinerja
Terhadap Hubungan manajerial
Partisipasi - Partisipasi Anggaran  Pengaruh komitmen
Anggaran, dan organisasi terhadap
Kinerja Manajerial. - Kinerja Manajerial.
hubungan partisipasi
anggaran dan kinerja
manajerial adalah
positif dan signifikan
 Pengaruh gaya
kepemimpinan
terhadap hubungan
antara partisipasi
anggaran dan kinerja
manajerial adalah
30

tidak signifikan
4 Ida Ayu Brahmasari - Motivasi Kerja Structural  Motivasi kerja
dan Agus Equation berpengaruh positif
Suprayetno (2008) / - Kepemimpinan Modeling dan signifikan
Pengaruh Motivasi terhadap kepuasan
Kerja, - Budaya Organisasi kerja karyawan
Kepemimpinan, dan  Kepemimpinan
Budaya Organisasi - Kepuasan Kinerja
berpengaruh negatif
terhadap Kepuasan Karyawan
dan signifikan
Kinerja Karyawan terhadap kepuasan
- Kinerja Perusahaan
serta dampaknya kerja karyawan
pada Kinerja  Budaya organisasi
Perusahaan. berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepuasan
kerja karyawan
 Motivasi kerja tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja perusahaan
 Kepemimpinan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
perusahaan
 Budaya organisasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
perusahaan
 Kepuasan kerja
karyawan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
perusahaan
5 Andri Amsyah - Regulasi Pemerintah Path Analysis  Regulasi pemerintah
Heriyanto, Bambang - Tekanan Masyarakat berpengaruh
Heriyadi, dan Anis - Tekanan Organisasi signifikan terhadap
Wulandari. (2013) / Lingkungan tanggung jawab sosial
Analisis Faktor - Tekanan Media perusahaan
Yang Massa  Tekanan masyarakat,
Mempengaruhi - Komitmen tekanan organisasi
Penerapan Manajemen lingkungan, tekanan
Tanggung Jawab - CSR media massa,
Sosial dan - Akuntansi Sosial komitmen manajemen
Akuntansi Sosial tidak berpengaruh
(corporate social secara signifikan
responsibility and terhadap tanggung
social accounting) jawab sosial
Perusahaan perusahaan perbankan
Perbankan di  Tekanan masyarakat,
JawaTimur tekanan organisasi
lingkungan, tekanan
31

media massa,
komitmen manajemen
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pengungkapan
akuntansi sosial
perusahaan
6 Ceacelia Mita - Tanggung Jawab AnalisisConfi  Tanggung Jawab
Kartikasari Sosial rmatory Sosial Berpengaruh
(2008)/Pengaruh - Tata Kelola Factor positif terhadap
Tanggung Jawab Perusahaan Analysis Reputasi Organisasi
Sosial dan Tata - Reputasi Organisasi  Tata Kelola
Kelola Perusahaan Perusahaan
teerhadap Reputasi berpengaruh positif
Organisasi terhadap Reputasi
Organisasi.
7 Regina Aditya Reza - Gaya kepemimpinan Analisis  Terdapat pengaruh
(2010) / Pengaruh - Motivasi regresi linier positif antara
Gaya Kepemiminan, - Disiplin kinerja berganda motivasi dan kinerja
Motivasi, dan - Kinerja karyawan karyawan
Disiplin Kinerja  Terdapat pengaruh
terhadap Kinerja positif antara gaya
Karyawan kepemimpinan dan
kinerja karyawan
 Terdapat pengaruh
positif antara
disiplin kerja dan
kinerja karyawan

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah

pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui

satu model penelitian sebagai berikut:


32

Gambar 2.3
Model Penelitian

Corporate Social Responsibility

(X1)

Komitmen Manajemen Reputasi Organisasi

(X2) (Y)

Gaya Kepemimpinan

(X3)

Keterangan Gambar :

: Menyatakan hubungan variable X1, X2, dan X3 terhadap Y secara


simultan

: Menyatakan hubungan variable X1, X2, dan X3 terhadap Y secara


parsial

2.4 Perumusan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen, dan

Gaya Kepemimpinan secara simultan terhadap Reputasi Organisasi

Tanggung jawab perusahaan merupakan wujud tindakan etis yang

dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan.

Tangung jawab sosial perusahaan muncul dari salah satu prinsip etika bisnis yang
33

dilakukan oleh perusahaan, penerapan tanggung jawab sosial ini tidak terlepas

dari komitmen manajemen yang dijalankan oleh manajer perusahaan. Komitmen

manajemen perusahaan akan mempengaruhi penerapan tanggung jawab sosial,

semakin baik komitmen manajemen yang dilakukan oleh perusahaan maka

tanggung jawab sosial perusahaan akan berlangsung terus menerus. Penerapan

komitmen manajemen dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh gaya

kepemimpinan yang diterapkan oleh manajemen. Reputasi perusahaan dianggap

sebagai cerminan dari keberhasilan perusahaan (Kartikasari, 2008).

2.4.2 Pengaruh Corporate Social Responsibility secara parsial terhadap

Reputasi Organisasi

Pengetahuan konsumen akan produk yang diusung bukan sekedar

tergantung pada kualitas, harga, dan keunikan, tetapi pada bagaimana mereka

berinteraksi dengan tenaga kerja perusahaan, komunitas, dan lingkungan. Hal ini

terkait dengan tanggung jawab sosial dari perusahaan bagi lingkungan di sekitar

mereka, bagi praktek kerja terbaik, dan demi kelanggengan hubungan dengan

komunitas lokal. Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan

akanmembantu meningkatkan image perusahaan dimata stakeholder dan jika

dilakukan secara berkesinambungan akan melekat dibenak mereka dan menjadi

reputasi yang baik bagi perusahaan (Kartikasari, 2008).

Penelitian tentang hubungan tanggung jawab sosial perusahaan dan

reputasi antara lain: Dahlia dan Siregar (2008) yang melakukan penelitian tentang

reputasi berkenaan dengan penghargaan masyarakat terhadap perilaku sosial yang

dilakukan oleh perusahaan bagi masyarakat dan lingkungan. Hubungan antara


34

perilaku sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab

perusahaan terhadap kinerja keuangannya. Reputasi perusahaan tergantung bukan

hanya perilaku sosial yang dilakukan saat ini tetapi masyarakat juga menilai

perilaku sosial perusahaan di masa lalu.

Tanggung jawab sosial merupakan konsekuensi dari hasil kebijakan

perusahaan terhadap norma, nilai dan kinerja perusahaan yang diharapkan

terhadap sistem sosial masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, Brahmasari (2008)

meneliti persepsi masyarakat terhadap citra perusahaan yang berhubungan dengan

perilaku sosial yang dilakukannya melalui kinerja pemasaran (penjualannya).

Menurut survey yang dilakukan oleh Smith, ditemukan bahwa sebanyak 88%

konsumen cenderung lebih suka membeli produk yang memiliki tanggung jawab

sosial yang baik.

2.4.3 Pengaruh Komitmen Manajemen terhadap Reputasi Organisasi

Pratiwi (2010) mengemukakan bahwa komitmen manajemen terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki peranan yang penting

bagi perusahaan.Adanya pelaporan akuntansi sosial perusahaan menunjukkan

komitmen manajemen perusahaan terhadap tanggung jawab sosial. Semakin

tinggi komitmen manajemen terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial,

maka akan semakin sering perusahaan untuk membuat pelaporan akuntansi sosial.

Wibisono (2007) menyatakan bahwa manajemen merupakan bagian dari

stakeholder internal perusahaan. Pratiwi (2010) dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap

tanggung jawab sosial perusahaan. Komitmen manajemen pada perusahaan akan


35

memberikan proses operasional yang baik, dengan adanya pengaturan sistem

bisnis yang baik pada perusahaan sehingga memberikan strategi bisnis yang tepat

bagi perusahaan dengan adanya integrasi proses yang dapat memberikan

peningkatan kinerja perusahaan yang akan mempengaruhi reputasi dari

perusahaan tersebut.

2.4.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Reputasi Organisasi

Gaya kepemimpinan yang tepat adalah yang diarahkan kepada

keterbukaan dan lebih bersifat humanis yang disebut dengan consideration

(Muslimah, 1998). Hasil penelitiannya menunjukkan gaya kepemimpinan tersebut

mempunyai dampak positif terhadap adanya dorongan reputasi organisasi.

Efektivitas reputasi organisasi sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan

manajemen seperti dikutip oleh Muslimah (1998). Signifikansi koefisien interaksi

perubahan strategik dan gaya manajemen tidak bisa dijadikan indikator untuk

mengetahui adanya pengaruh interaksi antara perubahan strategik dan gaya

manajemen terhadap kinerja organisasi (Regina, 2010).

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang diuraikan diatas,

maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 :Corporate social responsibility, komitmen manajemen, gaya

kepemimpinan berpengaruh secara simultan terhadap reputasi organisasi.


36

H2 :Corporate Social Responsibility berpengaruh secara parsial terhadap

reputasi organisasi.

H3 :Komitmen manajemen berpengaruh secara parsial terhadap reputasi

organisasi.

H4 :Gaya kepemimpinan berpengaruh secara parsial terhadap reputasi

organisasi.
37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

bergerak di bidang Palm oil yang terdaftar di Kabupaten Batanghari.Lokasi

penelitian merupakan tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh

data yang berasal dari responden. Berdasarkan hal tersebut, objek dan lokasi

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini tersaji dalam tabel 3.1 berikut

ini:

Tabel 3.1
Daftar Nama Perusahaan, Alamat, No.Izin Industri, Kapasitas PKS.

Kapasitas PKS (Ton TBS/jam) % TBS


No Perusahaan Lokasi terpak
Izin Terpasang Terpakai
ai/jam
1 PTP. Nusantara Desa Durian Luncuk Kec.
VI (Aur Batin XXIV 30 30 30 100
Gading)
2 PT. Asiatic Desa Bungku Kec.
45 45 40 98
Persada Mersam
3 PT. Humusindo Desa Ampelu Kec. Muara
12 12 10 83
Makmur Sejati Tembesi
4 PT. Inti Desa Bulian Jaya Kec.
Indosawit Marosebo Ilir 80 80 60 75
Subur
5 PT. Kedaton Desa Durian Luncuk Kec.
45 45. 30 67
Mulia Primas Batin XXIV
6 PT. Delimuda Desa Sengketi Baru Kec.
80 80 41 51
Perkasa Mersam

(Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi tahun 2014)


38

3.2 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data merupakan data seperti apa yang harus dikumpulkan oleh

peneliti. Berdasarkan kenyataan di lapangan, ketika kuesioner diberikan kepada

responden (subjek), kita memperoleh informasi sesuai dengan tuntutan kuesioner

itu.Informasi yang kita peroleh itu adalah data yang menurut jenisnya berupa data

subjek dan wujudnya biasanya tertulis (Sanusi, 2013).

Sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh (Sanusi, 2013).

Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan

oleh peneliti (Sanusi, 2013). Data primer secara khusus dikumpulkan peneliti

untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan kuesioner

yang bersifat tertutup dan dibagikan langsung pada responden. Data sekunder

adalah data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan

mengumpulkan (Sanusi, 2013). Penelitian ini juga menggunakan data sekunder

yang merupakan data profil perusahaan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah mengumpulkan data primer dari

responden dengan cara metode survei.Metode survei merupakan cara

pengumpulan data di mana peneliti atau pengumpul data mengajukan pertanyaan

kepada responden, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis (Sanusi, 2013).

Operasional penyebaran kuesioner ini dilakukan dengan cara mendatangi dan

membagi kuesioner secara langsung ke setiap perusahaan. Kuesioner terdiri dari


39

dua bagian, yaitu: Pertama, berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang demografi

responden. Kedua, berisikan pertanyaan-pertanyaan data yang berkaitan dengan

variabel penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah manajer dan stafnya yang berkaitan

langsung dengan program tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur

dalam bidang Palm Oil yang berada di Kabupaten Batanghari. Namun,

perusahaan yang akan diteliti hanya yang termasuk dalam industri besar dengan

kapasitas TBS/jam terpasang yang termasuk katagori 3 tertinggi dan % TBS

terpakai/jam diatas 75%.

Tabel 3.2
Populasi Penelitian

Kapasitas % TBS Jumlah


Jumlah Divi
No Nama Perusahaan PKS terpakai staff dan Populasi
manajer si
terpasang /jam karyawan
1 PT. Inti Indosawit
80 75 3 10 13 PR
Subur
2 PT. Asiatic Persada 45 98 3 11 14 PR
3 PTP. Nusantara VI
30 100 2 9 11 PR
(Aur Gading)
Jumlah 38
(Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2014 dan Data primer hasil wawancara)
40

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan metode sampel jenuh.Sampel jenuh adalah teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012).

Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 38 orang responden.

3.5 Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena

memiliki nilai atau kategori (Silalahi, 2010). Variabel yang diamati dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi dua variabel yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Corporate Social Responsibility, etika bisnis dan gaya kepemimpinan.

Sedangkan variabel terikatnya adalah reputasi organisasi. Berikut ini akan

diuraikan definisi dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen (independent variables) disebut juga dengan variabel

bebas merupakan jenis variabel yang diamati dalam hubungan antar variabel

menunjukkan adanya urutan temporal. Urutan temporal berarti bahwa suatu

variabel mendahului variabel lain berdasarkan waktu (Silalahi, 2010). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah corporate social responsibility, komitmen

manajemen dan gaya kepemimpinan.


41

3.5.1.1 Corporate Social Responsibility

Corporate social responsibility adalah suatu konsep bahwa suatu

organisasi khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu

tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan

lingkungan dalam aspek operasional perusahaan. Variabel tanggung jawab sosial

perusahaan diukur menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan dengan

indikator 3P (profit, people dan planet) oleh Wibisono (2007) menggunakan skala

likert 5 poin.

3.5.1.2 Komitmen Manajemen

Komitmen manajemen merupakan perhatian manajemen terhadap

tanggung jawab sosial perusahaan (Pratiwi, 2010). Variabel komitmen manajemen

diukur menggunakan daftar pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Herianto

(2013) dengan skala likert 5 poin.

1.5.1.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinan merupakan cara pemimpin memanfaatkan kekuatan

yang tersedia untuk memimpin para karyawannya. Regina (2010) mengemukakan

dua kategori gaya dasar ini, orientasi karyawan dan orientasi tugas, menyusun satu

modal empat tingkat efektifitas manajemen. Variabel gaya kepemimpinan diukur

menggunakan daftar pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Regina (2010)

dengan skala likert 5 poin.


42

1.5.2 Variabel Dependen

Menurut Silalahi (2010), variabel dependen (dependent variables)

merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Oleh karena itu,

variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas.Ia

merupakan hasil dari pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah reputasi organisasi.

3.5.2.1. Reputasi Organisasi

Reputasi organisasi adalah kombinasi dari kenyataan (kinerja sosial dan

ekonomi) dan persepsi (kinerja yang dianggap penting oleh stakeholder). Variabel

reputasi organisasi diukur menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan

dengan indikator kombinasi dari kenyataan (kinerja sosial dan ekonomi) dan

persepsi (kinerja yang dianggap penting oleh stakeholder).

3.5.3 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

tabel berikut:

Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel

No. Item
Jenis Variabel Dimensi Variabel Indikator Skala
Instrumen
Corporate Social 1. Efektifitas 1
Responsibility Profit 2. Efisiensi 2
(CSR) 3. Fleksibilitas 3
X1 1. Welfare 4, 5
Wibisono (2007) People 2. Health Ordinal 6
3. Safety 7
1. Environmental Quality 8
Planet
2. Disturbances 9
Komitmen Perhatian 1. Manajemen membuat Ordinal 1
Manjemen manajemen rencana CSR
teradap reputasi 2. Manajemen melakukan 2
43

X2 organisasi pencatatan semua


aktifitas program CSR
Herianto (2013) 3. Manajemen membuat 3
laporan program sosial
lingkungan
4. Manajemen melakukan 4
evaluasi terhadap
aktifitas program
sosial lingkungan
Gaya Gaya 1. Standar dan metode
Kepemimpinan kepemimpinan pelaksanaan bersifat
mengemukakan kaku dan ditetapkan
1
X3 dua kategori oleh manajer
dasar, orientasi 2. Bawahan diberi
Regina (2010) karyawan dan berbagai fleksibilitas
orientasi tugas untuk melaksanakan
2
tugas mereka dalam
batasan dan prosedur
yang ditetapkan
3. Manajer menetapkan
Ordinal
tujuan dan
memberikan perintah
3
setelah mendiskusikan
terlebih dahulu dengan
bawahan
4. Tujuan dan keputusan
ditetapkan oleh
kelompok. Manajer
4
secara formal
membuat keputusan
dari saran anggota
Reputasi Kombinasi dari 1. Perusahaan 1
Organisasi kenyataan mewujudkan visi
(kinerja sosial dan perusahaan
Y ekonomi) dan 2. Produk perusahaan 2
persepsi (kinerja diproduksi sesuai
Ordinal
Kartikasari yang dianggap tujuan
(2008) penting oleh 3. Hubungan internal 3
stakeholder) organisasi
4. Profesionalitas 4,5
organisasi

3.6 Teknik Dan Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert.

Skala likert dikembangkan oleh Rensis Likert, merupakan variasi skala rating

akhir yang paling sering digunakan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ghozali

(2011) skala yang sering dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala
44

ordinal atau sering disebut skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial (Sugiyono, 2012). Skala Likert yang berisi lima tingkat preferensi jawaban

dengan pilihan sebagai berikut:

 Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

 Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

 Skor 3 untuk jawaban tidak berpendapat

 Skor 4 untuk jawaban setuju

 Skor 5 untuk jawaban sangat setuju

3.7 Uji Instrumen

Data dalam penelitian ini merupakan data primer sehingga instrumen

dalam penelitian ini harus diuji validitas dan reliabilitasnya.

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,

2011). Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson

Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh
45

dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki

nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2011).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Pengukuran reliabilitas dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu: Repeated Measure atau pengukuran ulang dan

One Shot atau pengukuran sekali saja. Dalam penelitian uji reliabilitasnya

menggunakan pengukuran One Shot karena pengukuran hanya dilkukan sekali

saja kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur

korelasi antar jawaban pertanyaan.

3.8. Transformasi Data Menggunakan Method Of Successive Interval


(MSI)

Skala pengukuran yang dipilih oleh peneliti berkaitan erat dengan metode

analisis data yang digunakan. Metode analisis yang digunakan peneliti

mensyaratkan data sekurang-kurangnya berskala interval. Skala yang sering

dipakai dalam penyusunan kuisoner adalah skala ordinal atau sering disebut skala

Likert (Ghozali, 2011). Skala Likert dikatakan ordinal karena masing-masing

jawaban memiliki prefensi berbeda (Ghozali, 2011). Maka sebelum lanjut ke uji

selanjutnya, data ordinal yang diperoleh dari hasil kuesioner harus diubah menjadi
46

data interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (Riduwan,

2010).

Penelitian ini untuk mentransformasi data ordinal menjadi data interval

penulis menggunakan bantuan program MSI by Azuar. Adapun untuk perhitungan

secara manual langkah-langkahnya sebagai berikut (Riduwan, 2010):

a. Mengambil data ordinal dari hasil kuesioner dan kemudian menentukan

frekuensi untuk masing-masing jawaban (1,2,3,4 dan 5)

b. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut

proporsi

c. Tentukan proporsi kumulatif

d. Menghitung nilai densitas (Z) untuk setiap proporsi kumulatif dengan

menggunakan tabel distribusi normal

e. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap Z yang diperoleh

f. HitungScale Value (SV) dengan rumus:

g.

Keterangan:
Scale value = Nilai interval
Density at lower limit = Kepadatanbatasbawah
Density at upper limit = Kepadatanbatasatas
Area at below density upper limit = Daerah dibawahbatasatas
Area at below density lower limit = Daerah dibawahbatasbawah

h. Menetukan nilai transformasi denganmenggunakanrumus:


47

3.9 Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2011) mengemukakan bahwa uji asumsi klasik terdiri dari: uji

multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.

Khusus untuk penelitian ini uji autokorelasi tidak digunakan karena data yang

dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini merupakan data Cross Section,

sedangkan autokorelasi sering terjadi pada Time Series. Dengan kata lain uji

autokorelasi tidak digunakan karena data penelitian merupakan data primer dan

tidak berhubungan dengan model data yang memakai rentang waktu. Dengan

demikian uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah, uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas.

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui

bahwa uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk menguji data terdistribusi normal atau

tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik atau uji statistik.

3.9.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
48

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance

dan VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah

yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,1 atau

sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2011).

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari satu residual pengamatan kepengamatan

lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau

tidak terjadi Heteroskedastisistas. Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat

(dependen) dengan residualnya. Dasar analisis grafik plot adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteriskedastisitas.


49

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

(Ghozali, 2011)

3.10 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi dengan menggunakan regresi linear berganda. Tujuannya yaitu untuk

menggunakan variabel-variabel independen yang nilainya diketahui untuk

memprediksi nilai dependen tunggal yang dipilih oleh peneliti (Silalahi, 2010)

Y = α + β1X1 +β2X2 +β3X3+ e

Keterangan:

Y = Reputasi Organisasi

a = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Corporate Social Responsibility

X2 = Komitmen Manajemen

X3 = Gaya Kepemimpinan

3.11. Uji Hipotesis

3.11.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian hipotesis secara simultan (keseluruhan) menunjukkan apakah

variabel bebas secara keseluruhan atau bersama-sama mempunyai pengaruh


50

terhadap variabel tak bebas (Ghozali, 2011). Adapun langkah-langkah pengujian

hipotesis tersebut adalah:

a. Menentukan Fhitung bedasarkan hasil output analisis regresi

b. Tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak

c. Kriteria pengujian

 Jika Fhitung>Ftabel, berarti H0 ditolak


 Jika Fhitung< Ftabel, berarti H0 diterima

Alternatif lain untuk menerima atau menolak hipotesis ini yaitu dengan

melihat signifikansinya (p-value). Apabila tingkat signifikansinya lebih kecil dari

α yang telah ditentukan yaitu 0,05 maka H α diterima, secara bersama-sama semua

variabel bebas berpengaruh secara signifikan F lebih besar dari α = 0.05 maka H 0

diterima artinya secara bersama-sama semua variabel bebas tersebut tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3.11.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)

Pengujian parameter individual dimaksudkan untuk melihat apakah

variabel secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas dengan

asumsi variabel bebas lainnya konstan (Ghozali, 2011).

t=
51

Keterangan :

βi = adalah koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas

Sβi = adalah standard error dari βi

Perhitungan tersebut maka selanjutnya membandingkan antara nilai t hitung

dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95% (α = 0,05), dengan kriteria keputusan:

 Jika- ttabel ≤ thitung ≤ ttabel : H0 diterima atau Hα ditolak

 Jika- thitung< - ttabel atau thitung > ttabel : Hα diterima atau H0 ditolak

Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis yang

dirumuskan, yaitu dengan melihat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H 0

ditolak atau Hα diterima artinya secara parsial variabel bebas tersebut bepengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikat (Ghozali, 2011).

3.11.3. Koefesien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2011).

Cara mengetahui keeratan hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen, digunakan kriteria dengan koefesien korelasi sebagai berikut

(Sujianto, 2009):
52

1. 0,00-0,20 = korelasi keeratan sangat lemah

2. 0,21-0,40 = korelasi keeratan lemah

3. 0,41-0,70 = korelasi keeratan kuat

4. 0,71-0,90 = korelasi keeratan sangat kuat

5. 0,91-0,99 = korelasi keeratan sangat kuat sekali

6. 1 = korelasi keeratan sempurna


53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Responden

Sebanyak 38 kuisioner pada penelitian ini disebarkan kepada responden

yang berada pada 3 perusahaan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari. Setiap

responden menjawab 10 pertanyaan corporate social responsibility, 6 pertanyaan

tentang komitmen manajemen, 4 pertanyaan tentang gaya kepemimpinan, dan 5

pertanyaan tentang reputasi organisasi. Berikut rincian dan pengembalian

kuisioner:

Tabel 4.1
Distribusi Kuisioner

No. Nama Perusahaan Kuisione Kuisioner


r Disebar Kembali
1. PT. Inti Indosawit Subur 13 10
2. PT. Asiatic Persada 14 12
3. PTP. Nusantara VI (Aur Gading) 11 9
Total 38 31
Sumber : Data Primer yang Diolah

Adapun jumlah sampel dan tingkat pengembalian tercantum dalam table berikut:

Tabel 4.2
Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian

Penyebaran Kuisioner Jumlah


Kuisioner yang disebar 38
Kuisioner yang kembali 31
Kuisioner yang tidak kembali 7
Kuisioner yang dapat diolah 31
54

Kuisioner yang tidak dapat diolah 7


Tingkat pengembalian kuisioner 81,57%
Sumber : Data Primer yang Diolah

Hasil data pada tabel 4.2 tersebut menunjukan bahwa tingkat

pengembalian kuisioner sebesar 81,57% atau 31 kuisioner, yang berarti hampir

semua kuisioner yang disebar kembali pada peneliti. Kuisioner yang dapat diolah

sebanyak 31 kuisioner. Hal ini menunjukan bahwa responden pada penelitian ini

cukup memiliki pemahaman dan keseriusan untuk memberikan presepsinya

terhadap kuisioner yang diisi.

4.1.1 Usia

Responden dikelompokan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Umur Frekuensi Persen


21-30 Tahun 11 35,48%
31-40 Tahun 12 38,70%
41-50 Tahun 6 19,35%
51-60 Tahun 2 6,45%
Total 31 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah

Hasil data pada tabel 4.3 menunjukan responden yang dikelompokan

berdasarkan usia 21-30 tahun sebanyak 11 orang atau 35,48%, usia 31-40 tahun

sebanyak 12 orang atau 38,70%, usia 41-50 tahun sebanyak 6 orang atau 19,35%,

dan usia 51-60 tahun sebanyak 2 orang atau 6,45%. Hal ini berarti responden pada

kisaran usia 31-40 tahun lebih mendominasi dibandingkan responden pada kisaran
55

usia yang lain. Dengan kisaran usia ini, menunjukkan responden telah memiliki

pengalaman kerja yang cukup banyak sehingga dapat memberikan jawaban sesuai

dengan pengalamannya.

4.1.2. Jenis Kelamin

Responden dikelompokan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persen


Laki-laki 25 80,64%
Perempuan 6 19,36%
Total 31 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah

Hasil data pada tabel 4.4 menunjukan responden terbanyak berjenis

kelamin laki-laki dengan jumlah 25 orang atau 80,64%, sedangkan responden

perempuan berjumlah 6 orang atau 19,36%. Berdasarkan keterangan tersebut

terlihat bahwa jumlah responden laki-laki lebih mendominasi jika dibandingkan

pada jumlah responden perempuan. Hal ini juga menunjukan bahwa karyawan

laki-laki pada perusahaan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari lebih banyak

terlibat dalam proses operasional perusahaan.

4.1.3. Tingkat Pendidikan

Responden dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat

berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
56

Tingkat Penididikan Frekuensi Persen


SMA/Sederajat 9 29,03%
Diploma 0 0%
Sarjana 20 64,51%
Magister/Pasca Sarjana 2 6,46%
Total 31 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah

Hasil data pada tabel 4.5 menunjukan bahwa responden memiliki tingkat

pendidikan SMA/Sederajat sebesar 9 orang atau 29,03%, pendidikan Diploma

sebesar tidak ada atau 0%, Sarjana sebesar 20 orang atau sebesar 64,51%, dan

Magister/Pasca Sarjana sebesar 2 orang atau 6,46%. Dengan tingkat pendidikan

yang didominasi oleh sarjana strata satu ini diharapkan responden telah memiliki

pengetahuan akademik yang cukup tinggi sehingga dapat memahami dengan baik

setiap pertanyaan di dalam kuesioner yang diberikan.

4.1.4. Masa Kerja

Responden dikelompokan berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Sumber : Data Primer yang Diolah
Masa Kerja Frekuensi Persen
<5 Tahun 12 38,70% Hasil
6-15 Tahun 14 45,16%
data 16-20 Tahun 2 6,45% pada
>20 Tahun 3 9,67%
tabel Total 31 100% 4.6

menunjukan bahwa responden yang dikelompokan berdasarkan masa kerja <5

tahun terdiri dari 12 orang atau 38,70%, masa kerja 6-15 tahun terdiri dari 14

orang atau 45,16%, masa kerja 16-20 tahun terdiri dari 2 orang atau 6,45%, dan
57

masa kerja >20 tahun terdiri dari 3 orang atau 9,67%. Berdasarkan keterangan

tersebut terlihat bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar memiliki

masa kerja lebih dari 6-15 tahun. Dengan dominasi masa kerja 6-15 tahun dapat

terlihat bahwa responden mempunyai ide-ide dan strategi manajemen yang lebih

inovatif.

4.2. Transformasi Data

Ghozali (2011), data yang diperoleh dari pengukuran yang mengunakan

skala likert adalah data ordinal.Maka sebelum masuk ke uji selanjutnya, data

ordinal yang diperoleh dari hasil kuesioner harus diubah menjadi data interval

dengan menggunakan Methode of Successive Interval. Hal ini bertujuan untuk

memenuhi syarat dalam analisis parametrik dimana data setidak-tidaknya berskala

interval sebagaimana yang dinyatakan dalam Riduwan (2010). Hasil transformasi

data dapat dilihat pada lampiran data olahan.

4.3. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan metode Bivariate

Pearson (Korelasi Pearson Product Moment) dengan bantuan komputer melalui

program SPSS 19 for Windows. Validitas diukur dengan cara mengkorelasikan

antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor

(total keseluruhan faktor). Nilai korelasi yang diperoleh r hitung dibandingkan

dengan nilai Bivariate Pearson untuk mengetahui apakah nilai korelasi yang
58

diperoleh signifikan atau tidak. Jika rhitung lebih besar dari rtabel dan nilai positif

maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2011).

Cara mengetahui rtabel tersebut dari degree of freedom (df) = n-2, dalam hal

ini n adalah jumlah sampel atau jumlah responden dari kuisioner yang dapat

diolah yaitu sebanyak 31 orang, jadi dapat diketahui besarnya df diperoleh dari df

= n -2 (n adalah jumlah data yang kembali) atau 31 – 2 = 29, dengan df 29 dan

alpha = 0,05 dapat rtabel sebesar 0,3550 (dilihat rtabel pada df 31 dengan uji dua sisi).

Pengujian realibilitas yang digunakan oleh peneliti dengan melihat nilai

cronbach alpha dengan bantuan komputer melalui program SPSS 19 for Windows.

Dalam penelitian ini, uji realibilitas dilakukan satu kali pengukuran saja. Suatu

konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan Cronbach Alpha >0,70

(Ghozali,2011).

4.3.1. Hasil Uji Validitas dan Reabillitas Variabel Corporate Social

Responsibilitiy (X1)

Tabel 4.7 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item

pertanyaan corporate social responsibilitiy (Variabel X1).

Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas terhadap Item Pertanyaan
Corporate Social Responsibilitiy (Variabel X1)

Item Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan


1 0,378 0,3550 Valid
2 0, 637 0,3550 Valid
3 0, 711 0,3550 Valid
4 0, 685 0,3550 Valid
5 0, 698 0,3550 Valid
59

6 0, 804 0,3550 Valid


7 0, 747 0,3550 Valid
8 0, 835 0,3550 Valid
9 0,719 0,3550 Valid
10 0,708 0,3550 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian pada tabel 4.7 setiap item pertanyaan menghasilkan

koefisien korelasi rhitung yang lebih besar dari rtabel (> 0,3550). Dengan kata lain,

instrumen penelitian yang berjumlah sepuluh pertanyaan dalam penelitian ini

dinilai telah mampu mengukur variabel corporate social responsibilitiy .

Tabel 4.8 berikut ini menyajikan hasil reliabilitas terhadap item

pertanyaan variabel corporate social responsibilitiy.

Tabel 4.8
Hasil Uji Reliabilitas terhadap Item Pertanyaan
Corporate Social Responsibilitiy (Variabel X1)
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Based on

Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.883 .880 10

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 yaitu sebesar 0,880, berdasarkan hasil ini

dapat dinyatakan bahwa semua pertanyaan dari variabel corporate social

responsibilitiy (Variabel X1) teruji reliabilitasnya sehingga dinyatakan reliabel.


60

4.3.2. Hasil Uji Validitas dan Reabillitas Variabel Komitmen Manajemen

(X2)

Tabel 4.9 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item

pertanyaan komitmen manajemen (Variabel X2).

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas terhadap Item Pertanyaan
Komitmen Manajemen (Variabel X2)

Item Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan


1 0, 913 0,3550 Valid
2 0, 904 0,3550 Valid
3 0, 895 0,3550 Valid
4 0, 901 0,3550 Valid
5 0, 937 0,3550 Valid
6 0, 876 0,3550 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian pada tabel 4.9 setiap item pertanyaan menghasilkan

koefisien korelasi rhitung yang lebih besar dari rtabel (> 0,3550). Dengan kata lain,

instrumen penelitian yang berjumlah enam pertanyaan dalam penelitian ini dinilai

telah mampu mengukur variabel komitmen manajemen.

Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil reliabilitas terhadap item

pertanyaan variabel komitmen manajemen.

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas terhadap ItemPertanyaan
Komitmen Manajemen (Variabel X2)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Based on

Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.952 .956 6
61

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 yaitu sebesar 0,956, berdasarkan hasil ini

dapat dinyatakan bahwa semua pertanyaan dari variabel komitmen manajemen

(Variabel X2) teruji reliabilitasnya sehingga dinyatakan reliabel.

4.3.3. Hasil Uji Validitas dan Reabillitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X3)

Tabel 4.11 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item

pertanyaan gaya kepemimpinan (Variabel X3).

Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas terhadap Item Pertanyaan
Gaya Kepemimpinan (Variabel X3)

Item Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan


1 0, 937 0,3550 Valid
2 0, 968 0,3550 Valid
3 0, 937 0,3550 Valid
4 0, 968 0,3550 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian pada tabel 4.11 setiap item pertanyaan menghasilkan

koefisien korelasi rhitung yang lebih besar dari rtabel (> 0,3550). Dengan kata lain,

instrumen penelitian yang berjumlah empat pertanyaan dalam penelitian ini dinilai

telah mampu mengukur variabel gaya kepemimpinan.

Tabel 4.12 berikut ini menyajikan hasil reliabilitas terhadap item

pertanyaan variabel Gaya Kepemimpinan.


62

Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas terhadap Item Pertanyaan
Gaya Kepemimpinan (Variabel X3)
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Based on

Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.964 .966 4

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 yaitu sebesar 0,966, berdasarkan hasil ini

dapat dinyatakan bahwa semua pertanyaan dari variabel Gaya Kepemimpinan

(Variabel X3) teruji reliabilitasnya sehingga dinyatakan reliabel.

4.3.4. Hasil Uji Validitas dan Reabillitas Variabel Reputasi Organisasi (Y)

Tabel 4.13 berikut ini menyajikan hasil uji validitas terhadap item

pertanyaan kinerja manajerial (Variabel Y).

Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas terhadap Item Pertanyaan
Reputasi Organisasi (Variabel Y)
Item Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
1 0, 910 0,3550 Valid
2 0, 890 0,3550 Valid
3 0, 847 0,3550 Valid
4 0, 933 0,3550 Valid
5 0, 851 0,3550 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian pada tabel 4.13 setiap item pertanyaan menghasilkan

koefisien korelasi rhitung yang lebih besar dari rtabel (> 0,355). Dengan kata lain,
63

instrumen penelitian yang berjumlah lima pertanyaan dalam penelitian ini dinilai

telah mampu mengukur variabel Reputasi Organisasi.

Tabel 4.14 berikut ini menyajikan hasil reliabilitas terhadap item

pertanyaan variabel reputasi organisasi.

Tabel 4.14
Hasil Uji Reliabilitas terhadap ItemPertanyaan
Reputasi Organisasi (Variabel Y)
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Based on

Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items

.931 .932 5
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 yaitu sebesar 0,932, berdasarkan hasil ini

dapat dinyatakan bahwa semua pertanyaan dari variabel Reputasi Organisasi

(Variabel Y) teruji reliabilitasnya sehingga dinyatakan reliabel.

4.4. Uji Asumsi Klasik

Model regesi berganda yang digunakan dalam pengujian hipotesis

dikatakan model yang baik apabila model tersebut memenuhi normalitas data dan

terbebas dari asumsi-asumsi klasik yaitu: multikolenieritas, autokorelasi, dan

heterokedastisitas (Sujianto 2009). Dalam penelitian ini, asumsi klasik

autokorelasi tidak diuji dengan alasan data yang dikumpulkan dan diolah

merupakan data cross section. Sedangkan masalah autokorelasi sering terjadi

pada data time series. Dengan demikian, dalam penelitian ini asumsi model
64

regresi yang akan diuji adalah normalitas, multikolinieritas dan

heteroskedastisitas.

4.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak (Ghozali, 2011). Data yang terdistribusi normal akan memperkecil

kemungkinan terjadinya bias. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji statistik

One Sample Kolmogrov Smirnov. Jika hasil One Sample Kolmogrov Smirnov

diatas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 menunjukan pola distribusi normal, maka

regresi memenuhi standar asumsi normalitas. Akan tetapi, jika hasil One Sample

Kolmogrov Smirnov dibawah tingkat kepercayaan 5% tidak menunjukan pola

distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi syarat asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas dengan grafik probability plot dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Gambar 4.1
Grafik P-Plot Normalitas Data
65

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil uji normalitas dengan One Sample Kolmogrov Smirnov dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hasil


Unstandardized
Residual

N 31

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.56981005

Most Extreme Differences Absolute .190

Positive .122

Negative -.190

Kolmogorov-Smirnov Z 1.057

Asymp. Sig. (2-tailed) .214

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

pengujian One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dapat dilihat bahwa nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 yaitu 0,214 sehingga dapat diyatakan

bahwa data berdistribusi secara normal. Dengan demikian asumsi normalitas

taksiran model yang diperoleh terpenuhi.


66

4.4.2. Uji Multikolinieritas

Ghozali (2011) mengemukakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan

untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antara

variabel independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diatara

variabel independen. Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan

untuk menghindari kebiasan dalam pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh

uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil

uji Multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Standardized

Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1.539 2.322 .663 .513

CSR -.017 .043 -.032 -.393 .698 .785 1.273

KM .315 .119 .369 2.644 .013 .267 3.742

GY .712 .172 .576 4.130 .000 .268 3.735

a. Dependent Variable: RO

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

bebas. Uji multikolinearitas dapat dilihat dengan nilai Varience inflation factor

(VIF) dari masing-masing variabel terikatnya. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10,

maka tidak terjadi gejala multikolinearitas (Suliyanto, 2011). Diatas menunjukan

bahwa variabel independen memiliki nilai Varience inflation factor (VIF) dibawah

10.
67

4.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut

homoskedastisitas sebaliknya jika varian berbeda maka disebut

heteroskedastisitas.Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Cara menguji apakah ada masalah

heteroskedastisitas pada persamaan regresi atau tidak dapat dilakukan dengan

melihat pola sembarangan pada grafik scatter plot. Apakah nilai grafik scatter plot

tidak memperlihatkan sebaran yang memiliki pola (sebaran terjadi secara acak)

maka dapat dipastikan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada

persamaan tersebut.

Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatter

plot dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.2
Grafik Uji Heteroskedastisitas
68

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil analisis grafik scatter plot pada gambar 4.2 di atas menunjukkan

tidak ada pola yang jelas, sehingga dapat dinyatakan bahwa data pada penelitian

ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.5. Metode Analisis Data

4.5.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua

variabel independen dan satu variabel dependen. Analisis regresi berganda

digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan

(naik turunnya) variable dependen, bila dua atau lebih variabel independen

sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi, analisis

regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua

(Ghozali, 2011).

Hasil pengujian regresi linier berganda yang disajikan pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.17
Hasil Regresi Linier Berganda
Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen, dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Reputasi Organisasi
69

Coefficientsa

Standardized

Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1.539 2.322 .663 .513

CSR -.017 .043 -.032 -.393 .698 .785 1.273

KM .315 .119 .369 2.644 .013 .267 3.742

GY .712 .172 .576 4.130 .000 .268 3.735

a. Dependent Variable: RO

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian pada tabel 4.17 maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:

Y = α+ β1X1 + β2X2 +β3X3 +e

Reputasi Organisasi = 1,539 − 0,17X1 + 0,315X2 + 0,712X3

Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat diinterprestasikan

sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 1,539 memberikan arti bahwa apabila corporate social

responsibility (X1), komitmen manajemen (X2), dan gaya kepemimpinan

(X3) konstan, maka reputasi organisasi (Y) akan meningkat sebesar 1,539.

2. Koefisien regresi variabel corporate social responsibility (X1) sebesar

−0,17 memberikan arti jika variabel corporate social responsibility (X1)


70

meningkat maka akan menurunkan variabel reputasi organisasi (Y) sebesar

0,17 dengan asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.

3. Koefisien regresi variabel komitmen organisasi (X2) sebesar 0,315

memberikan arti jika variabel komitmen manajemen (X2) meningkat maka

akan menaikan variabel reputasi organisasi (Y) sebesar 0,315 dengan

asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.

4. Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan (X 3) sebesar 0,712

memberikan arti jika variabel gaya kepemimpinan (X 3) meningkat maka

akan menaikan variabel reputasi organisasi (Y) sebesar 0,712 dengan

asumsi variabel independen yang lain nilainya tetap.

4.6. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 19.00 for

Windows dan alat ujinya berupa regresi linier berganda, sehingga dapat diketahui

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan 2 tahap yaitu :

1. Tahap 1 adalah menguji hipotesis dengan Uji t. Uji t digunakan untuk

mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen teradap variabel

dependen.

2. Tahap 2 adalah menguji model penelitian dengan Uji F. Model penelitian

dapat dikatakan fit Uji Probabilitas signifikansi <0,05.

4.6.1. Uji Statistik t


71

Uji t berguna untuk menjawab rumusan masalah 2, 3, dan 4 dalam

penelitian ini. Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y).

Pengujian parameter individual dimaksudkan untuk melihat apakah variabel

secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas dengan asumsi

variabel bebas lainnya konstan (Ghozali, 2011)

Hasil pengujian Uji t berguna untuk mengetahui apakah pengaruh itu

signifikan atau tidak adalah melalui perhitungan yang dapat digunakan untuk

menerima atau menolak hipotesis yang dirumuskan, yaitu dengan melihat

perbandingan antara nila thitung dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95% (α = 0,05),

dengan kretiria keputusan:

 Jika thitung < ttabel : H0 diterima atau Hα ditolak


 Jika thitung >ttabel : Hα diterima atau H0 ditolak

Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis yang

dirumuskan, yaitu dengan melihat signifikansi lebi kecil dari 0,05 maka H 0 ditolak

atau Ha diterima (Ghozali, 2011). Berikut merupakan hasil pengujian statisitik t

yang disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.18
Hasil Uji Statistik t
Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen dan Gaya Kepemimpinan
terhadap Reputasi Organisasi
72

Coefficientsa

Standardized

Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 1.539 2.322 .663 .513

CSR -.017 .043 -.032 -.393 .698 .785 1.273

KM .315 .119 .369 2.644 .013 .267 3.742

GY .712 .172 .576 4.130 .000 .268 3.735

a. Dependent Variable: RO
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Berdasarkan tabel 4.18 maka hasil pengujian hipotesis 2, 3, dan 4

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengujian koefisien regresi variabel corporate social responsibility (X1)

Hasil pengujian tabel 4.18 dapat dijelaskan bahwa pengujian hipotesis 2,

koefisien regresi variabel corporate social responsibility (X1), nilai t

variabel corporate social responsibility (X1) adalah sebesar 0,393 berarah

negatif (< 2,05183) dengan signifikan sebesar 0,698 (p > 0,05). Dengan

demikian diterima dan menolak Ha dan dapat dinyatakan bahwa

corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap kinerja

manajerial.

2. Pengujian koefisien regresi variabel komitmen manajemen (X2)

Hasil pengujian tabel 4.18 dapat dijelaskan bahwa pengujian hipotesis 3,

koefisien regresi variabel komitmen manajemen (X 2), nilai t variabel komitmen

manajemen (X2) adalah sebesar 2,644 berarah positif (>2,05183) dengan

signifikan sebesar 0,013 (p < 0,05). Dengan demikian ditolak dan menerima Ha
73

dan dapat dinyatakan bahwa komitmen manajemen berpengaruh terhadap reputasi

organisasi.

3. Pengujian koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan (X3)

Hasil pengujian tabel 4.18 dapat dijelaskan bahwa pengujian hipotesis 4,

koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan (X 3), nilai t variabel budaya

organisasi (X3) adalah sebesar 4,130 berarah positif (>2,05183) dengan signifikan

sebesar 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak dan menerima Ha dan dapat

dinyatakan bahwa secara signifikan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap

reputasi organisasi.

4.6.2. Uji Statistik F

Uji statistik F berguna untuk menjawab rumusan masalah 1, dalam

penelitian ini. Uji statistik F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011).

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan tingkat F hitung dengan Ftabel

ditentukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, α = 5%, df(n – k) atau

31 – 4 = 27 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel dependen dan

independen). Dan hasil yang diperoleh untuk Ftabel = 2,966.

Dengan dasar pengambilan keputusan untuk menentukan H0 dan Ha yang diterima

adalah dengan kretiria sebagai berikut:

 Jika Fhitung > Ftabel berarti H0 diterima

 Jika Fhitung < Ftabel berarti Ha ditolak


74

Berikut merupakan hasil pengujian statistik F yang disajikan pada tabel

dibawah ini:

Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik F
Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen dan Gaya Kepemimpinan
terhadap Reputasi Organisasi
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 451.394 3 150.465 54.952 .000a

Residual 73.929 27 2.738

Total 525.323 30

a. Predictors: (Constant), GY, CSR, KM

b. Dependent Variable: RO

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

Hasil pengujian tabel 4.19 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 54,952 dengan

p-value sebesar 0,000 dan nilai Ftabel lebih kecil dari nilai Fhitung (2,966 < 54,952).

Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan

bahwa secara simultan corporate social responsibility, komitmen manajemen, dan

gaya kepemimpinan secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh

terhadap reputasi organisasi.

Dari pengujian hipotesis 1, 2, 3, dan 4 dapat disimpulkan hasilnya sebagai

berikut:

Tabel 4.20
Hasil Pengujian Perbandingan thitung dan ttabel
Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen dan Gaya Kepemimpinan
terhadap Reputasi Organisasi

thitung ttabel Fhitung Ftabel hasil


No. Hipotesis Hasil
1. H1: 54,952 2,966 H0 ditolak H1
Corporate social Ha diterima Berpengaruh
75

responsibility,komitmen
manajemen, dan gaya
kepemimpinan
berpengaruh secara
simultan terhadap reputasi
organisasi
2. H2: −0,393 2,05183 H0 diterima H2
Corporate social Ha ditolak Tidak
responsibility Berpengaruh
berpengaruh terhadap
reputasi organisasi
3. H3: 2,644 2,05183 H0 ditolak H3
Komitmen manajemen Ha diterima Berpengaruh
berpengaruh terhadap
reputasi organisasi
4. H4: 4,130 2,05183 H0 ditolak H4
Gaya kepemimpinan Ha diterima Berpengaruh
berpengaruh terhadap
reputasi organisasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

4.6.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2011). Menurut Ghozali (2011) kelemahan mendasar penggunaan koefsien

determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2

pasti meningkat tidak perduli apakah variabel berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted R Square pada saat mengevaluasi mana model

regresi terbaik. Tidak seperti R 2, nilai Adjusted R Square dapat naik atau turun

apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.

Hasil pengujian determinasi berganda yang disajikan pada tabel di bawah

ini:
76

Tabel 4.21
Koefisien Determinasi
Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen dan Gaya Kepemimpinan
terhadap Reputasi Organisasi
Hasil
b
Model Summary

Std. Error of the

Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .927a .859 .844 1.65473

a. Predictors: (Constant), GY, CSR, KM

b. Dependent Variable: RO
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19, 2015

pengujian tabel di atas diperoleh angka adjusted R square sebesar 0,844 atau

84,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (corporate

social responsibility, komitmen manajemen dan gaya kepemimpinan) terhadap

variabel dependen (reputasi organisasi) sebesar 84,4%. sedangkan 15,6%

dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

model penelitian ini.

4.7. Pembahasan

4.7.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility, Komitmen Manajemen dan

Gaya Kepemimpinan secara simultan terhadap Reputasi Organisasi

Hasil uji simultan F, diperoleh bahwa corporate social responsibility,

komitmen manajemen dan gaya kepemimpinan bersama-sama mempengaruhi

reputasi organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai statistik F sebesar 54,592

pada tingkat signifikansi 0.00. Dari hasil pengujian statistik secara signifikan

tersebut dapat disimpulkan bahwa reputasi organisasi dapat dipengaruhi oleh

corporate social responsibility, komitmen manajemen dan gaya kepemimpinan

secara bersama-sama.
77

4.7.2. Pengaruh Corporate Social Responsibility secara parsial terhadap

Reputasi Organisasi

Hasil regresi berganda menunjukan bahwa corporate social responsibility

berpengaruh negatif terhadap reputasi organisasi. Hal ini ditunjukan dengan level

signifikansi variabel sebesar 0.698 lebih besar dari 0,05, dan nilai koefisien

regresinya menunjukan hasil sebesar -0,393 (t hitung) lebih kecil dari 2,05183(ttabel).

Hal tersebut berarti bahwa corporate social responsibility mempengaruhi secara

negatif terhadap reputasi organisasi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Kartikasari (2008) yang

menyatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan

terhadap reputasi organisasi. Hal ini juga didukung oleh beberapa peneliti terdaulu

diantaranya Dahlia dan Siregar (2008), yang mengemukakan bahwa kegiatan

corporate social responsibility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

reputasi organisasi. Beberapa pendapat para ahli yang juga memperkuat bahwa

dalam aktivitas corporate social responsibility dianggap tidak akan memberikan

tingkat pengembalian yang sepadan sehingga manajer lebih sering berinvestasi

untuk hal-hal yang menurutnya lebih pasti demi berkelanjutan usahanya (Sri

Pambudi, 2006). Terkadang manajer melaksanakan program corporate social

responsibility hanya untuk memenuhi regulasi yang ada sehingga tidak

mengherankan apabila beberapa program corporate social responsibility yang

dilakukan perusahaan tidak berkelanjutan, sekali menggelar aksi kemudian

ditinggalkan tanpa monitoring serta evaluasi (Hasibuan, 2006). Perusahaan terlalu


78

memberikan perhatian pada corporate social responsibility tanpa mengimbangi

dengan aktivitas utama perusahaan, justru akan menghancurkan perusahaan itu

sendiri, hal ini tentunya dapat merusak reputasi perusahaan yang sekaligus

menurunkan nilai perusahaan (Henderson, 2001).

4.7.3. Pengaruh Komitmen Manajemen secara parsial terhadap Reputasi

Organisasi

Hasil regresi berganda menunjukan bahwa komitmen manajemen

berpengaruh positif terhadap reputasi organisasi. Hal ini ditunjukan dengan level

signifikansi variabel sebesar 0.013 lebih kecil dari 0,05, dan nilai koefisien

regresinya menunjukan hasil sebesar 2,644 (thitung) lebih besar dari 2,05183(ttabel).

Pengujian statistik ini membuktikan bahwa komitmen manajemen berpengaruh

positif terhadap reputasi organisasi. Artinya bahwa ada pengaruh antara variabel

komitmen manajemen terhadap reputasi organisasi diperusahaan palm oil

dikabupaten Batanghari.

Variabel komitmen manajemen ini merupakan variabel tambahan dalam

penelitan ini yang merupakan pengujian kembali dari penelitian Kartikasari tahun

2008. Keberhasilan suatu organisasi tidak terlepas dari adanya komitmen

manajemen yang baik yang dilakukan oleh perusahaan, komitmen manajemen itu

didasari oleh dorongan dari dalam individu dalam mengutamakan kepentingan

organisasi.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan beberapa pendapat penelitian

diantaranya adalah Kartikasari (2008), yang menyebutkan bahwa perusahaan


79

harus memperbaiki sistem manajemen perusahaan, karena pembentukan reputasi

tanpa manajemen yang baik merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini berkaitan

dengan prosedur dan kebijakan yang diambil oleh manjemen perusahaan.

Pengelolaan manajemen yang baik tentunya akan meningkatkan reputasi

perusahaan. J. Sumarno (2005) juga mengemukakan bahwa komitmen organisasi

berpengaruh positif terhadap hubungan partisipasi anggaran, dan kinerja

manajerial. Manajer dituntut untuk melaksanakan komitmen manajemen yang

diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi

serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya

dalam organisasi, dengan meningkatnya kinerja manajerial perusahaan tentunya

akan meningkatkan citra dan reputasi organisasi tersebut.

4.7.4. Pengaruh Gaya Kepemimpinan secara parsial terhadap Reputasi

Organisasi

Hasil regresi berganda menunjukan bahwa komitmen manajemen

berpengaruh positif terhadap reputasi organisasi. Hal ini ditunjukan dengan level

signifikansi variabel sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05, dan nilai koefisien

regresinya menunjukan hasil sebesar 4,130 (thitung) lebih besar dari 2,05183(ttabel).

Pengujian statistik ini membuktikan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh

positif terhadap reputasi organisasi. Artinya bahwa ada pengaruh antara variabel
80

gaya kepemimpinan terhadap reputasi organisasi diperusahaan palm oil

dikabupaten Batanghari.

Variabel gaya kepemimpinan ini juga merupakan variabel tambahan yang

ditambahkan peneliti dalam pengujian kembali penelitian yang dilakukan

Kartikasari tahun 2008. kepemimpinan merupakan upaya mempengaruhi banyak

orang melalui komunikasi dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara member

petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau

merespons dan menimbulkan perubahan positif. Kepemimpinan yang baik tidak

terlepas dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin agar organisasi

dapat mencapai tujuan organisasi.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

beberapa peneliti, diantaranya oleh Regina (2010), yang mengemukakan bahwa

gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil

penelitian tersebut dapat diartikan bahwa dengan meningkatnya kinerja karyawan

dalam sebuah organisasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara

keseluruhan yang nantinya akan meningkatkan nilai dan reputasi dari perusahaan

tersebut. Hasil penelitian dari Yasin (2001) juga mendukung hasil penelitian ini

yang mengemukakan bahwa suatu keberhasilan kegiatan usaha dalam proses

pengembangan organisasi, sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan

atau pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak organisasi untuk investasi

yang diperlukan maupun usaha-usaha pribadi pimpinan. Keberhasilan seorang

pemimpin dalam mengelola kegiatan usaha pengembangan organisasi tentunya

dapat mempengaruhi reputasi organisasi tersebut. Oleh karena itu, semakin baik
81

kepemimpinan yang dimiliki seseorang dalam organisasi maka semakin tinggi

pula reputasi organisasi yang tercipta.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel corporate

social responsibility, komitmen manajemen, dan gaya kepemimpinan

berpengaruh terhadap reputasi organisasi.


82

2. Corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap reputasi

organisasi. Hal ini berarti bahwa penerapan corporate social responsibility

oleh manajer tidak meningkatkan reputasinya dalam suatu organisasi.

3. Komitmen manajemen berpengaruh terhadap reputasi organisasi. Hal ini

mengindikasikan bahwa semakin kuat komitmen manajemen yang

dilakukan manajer dalam sebuah organisasi dapat meningkatkan reputasi

perusahaan.

4. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap reputasi organisasi. Hal ini

berarti bahwa semakin baik gaya kepemimpinan seorang manajer maka

akan semakin meningkatkan reputasi organisasinya. Sehingga hal ini

menjadi suatu kewajiban seorang manajer agar menerapkan gaya

kepemimpinan yang baik dalam memimpin bawahannya.

5. Pengaruh corporate social responsibility, komitmen manajemen dan gaya

kepemmpinan terhadap reputasi organisasi di perusahaan manufaktur

dibidang palm oil diKabupaten Batanghari adalah sebesar 84,4% dan

termasuk dalam kategori keeratan yang sangat kuat. Hal ini berarti

corporate social responsibility, komitmen manajemen, dan gaya

kepemimpinan telah dilakukan secara baik pada objek penelitian tersebut.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kelemahan. Beberapa

keterbatasan ini diharapkan dapat diatasi pada penelitian berikutnya, keterbatasan-

keterbatasan itu antara lain:


83

1. Jangka waktu penelitian dan pengamatan yang relatif singkat sehingga

menyebabkan terbatasnya waktu penelitian dan pengamatan yang dapat

memungkinkan pengaruh antar variabel tidak dapat terlihat jelas.

2. Penelitian ini, masih banyak variabel-variabel lain yang diduga

mempengaruhi reputasi organisasi seperti variabel kinerja manajerial,

motivasi, disiplin kerja dan variabel lainnya yang belum dimasukkan pada

penelitian ini.

3. Data penelitian yang berasal dari jawaban responden yang disampaikan

secara tertulis dengan bentuk instrumen kuesioner mungkin mempengaruhi

validitas hasil. Jawaban responden secara tertulis belum tentu

mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan akan berbeda jika data

diperoleh dengan wawancara.

4. Subjek pada penelitian ini masih dalam lingkup yang kecil yaitu hanya

perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang palm oil, dan ruang

lingkup penelitian yang dilakukan hanya pada Kabupaten Batanghari.

5.3. Saran

Berbeda dari kesimpulan penelitian maka penulis memberikan masukan

atau pertimbangan berupa saran-saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan variabel corporate social responsibility,

komitmen manajemen, gaya kepepemimpinan dalam mempengaruhi

reputasi organisasi, disarankan dalam penelitian selanjutnya peneliti dapat

mengembangkan variabel-variabel lain seperti, karakteristik perusahaan,


84

budaya organisasi serta kinerja perusahaan dengan dimensi yang lebih

komperhensif.

2. Perusahaan diharapkan dapat terus mengembangkan program-program

corporate social responsibility secara berlanjut. Sehingga pelaksanaan

corporate social responsibility bukan hanya sebagai suatu bentuk

pencitraan perusahaan semata namun sebagai tujuan keberlanjutan

perusahaan secara nyata dan bertanggung jawab.

3. Penelitian ini menujukan penerapan corporate social responsibility yang

dilakukan perusahaan tidak mempengaruhi reputasi organisasi, disarankan

dalam penelitian selanjutnya peneliti dapat memperluas subjek penelitian

dengan mengambil sampel perusahaan yang lebih besar dalam penerapan

corporate social responsibility.

4. Pengukuran variabel corporate social responsibility, komitmen

manajemen, gaya kepemimpinan dan reputasi organisasi dalam penelitian

ini hanya menggunakan metode pengumpulan data primer berdasarkan

penyebaran kuisioner, disarankan dalam penelitian selanjutnya peneliti

dapat menggunakan data sekunder dari perusahaan sebagai acuan rekam

jejak perusahaan serta ditunjang dengan wawancara dan observasi

langsung.

5. Penelitian ini melihat pengaruh reputasi organisasi pada perusahaan

manufaktur dibidang Palm Oil di Kabupaten Batanghari, disarankan dalam

penelitian selanjutnya peneliti dapat memperluas subjek penelitian yang


85

digunakan tidak hanya dalam bidang Palm Oil, tetapi perusahaan

manufaktur lainya yang ada di Provinsi Jambi.

Anda mungkin juga menyukai