Anda di halaman 1dari 9

PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SUSTAINABLE DEVELOPMENT

GOALS

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Deni Akmal
20230313009

Dosen pengampu:
1. Evi Sulistia Wati, S. Pd., M. Pd.
2. Febrizka Alya Rahma, M. Pd.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMAD AZIM JAMBI
TAHUN 2023
Pembangunan yang bijak bagi masyarakat adalah pembangunan yang berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang maupun yang
akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumberdaya alam yang melebihi kapasitas dan
daya dukung bumi. Tujuan tersebut bisa dicapai melalui empat elemen tujuan pembangunan
berkelanjutan: (1) Pertumbuhan dan keadilan ekonomi; (2) Pembangunan sosial; (3) Konservasi
sumberdaya alam (perlindungan lingkungan); (4) Pemerintahan yang baik (good governance).
Keempat elemen tersebut saling mendukung satu dengan lainnya, menciptakan tujuan
pembangunan yang berkaitan dan berkelanjutan.

Dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diadakan di Rio de Janeiro


(Brasil) pada Juni 2012 dibahas agenda pembangunan berkelanjutan yang disebut Sustainable
Development Goals (SDGs). SDGs merupakan seperangkat tujuan, sasaran, dan indikator
pembangunan yang berkelanjutan yang bersifat universal. SDGs merupakan kelanjutan dan
perluasan dari Millennium Development Goals (MDGs) yang telah dilakukan oleh negara-negara
sejak 2001 hingga akhir 2015.

Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati tahun 2015 merupakan


keberlanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). SDGs menjadi sejarah baru dalam
pembangunan global, karena dalam kesepakatan SDGs dalam Sidang Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 ini memiliki tujuan pembangunan universal baru yang dimulai pada
tahun 2016 hingga tahun 2030. Menurut Panuluh (2016) SDGs membawa 5 prinsip-prinsip
mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan, yaitu:

1. People (manusia),

2. Planet (bumi),

3. Prosperty (kemakmuran),

4. Peace (perdamaian), dan

5. Partnership (kerjasama).
Kesepakatan SDGs ini memiliki 17 tujuan dan 169 sasaran, berbeda dengan MDGs yang
hanya memiliki 8 tujuan dan 21 sasaran. Secara proses MDGs juga memiliki kelemahan karena
penyusunan hingga implementasinya ekslusif dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran
stakeholder non-pemerintah, seperti civil society organization, universitas/akademisi, sektor
bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya (Panuluh & Fitri, 2016). Akan tetapi, penyusunan
SDGs sendiri memiliki beberapa tantangan karena masih terdapat beberpa butir-butir target
MDGs yang belum bisa dicapai dan harus diteruskan di dalam SDGs (Erwandari, 2017). SDGs
disepakati oleh 193 kepala negara dan pemerintahan yang merupakan anggota PBB dan termasuk
Negara Indonesia. Penerapan SDGs di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
59 Tahun 2017. Pemerintah Indonesia berusaha untuk menghindari keterlambatan implementasi
SDGs, hal ini dikarenakan sebelumnya dalam implementasi MDGs Indonesia mengalami
keterlambatan 10 tahun dari pengesahannya pada tahun 2000.

Pemerintah Indonesia menjelaskan bahwa keterlambatan tersebut dikarenakan Indonesia


pada saat itu masih dalam proes peulihan dari situasi ekonomi setelah terjadinya krisis pada
tahun 1998. Dalam Perpres tersebut menguraikan 17 tujuan dari implementasi SDGs yang mana
termasuk dalam sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2015-2019 di Indonesia. Penerapan Sustainable Development Goals dalam Perpres Nomor
59 tahun 2017 memuat antara lain:

1) Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.

2) Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.

3) Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua
usia.

4) Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua.

5) Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.

6) Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua.
7) Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.

8) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja


yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.

9) Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan,


serta mendorong inovasi.

10) Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.

11) Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

12) Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

13) Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.

14) Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera
untuk pembangunan berkelanjutan.

15) Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan,


mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan,
serta menghenti-kan kehilangan keanekaragaman hayati.

16) Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.

17) Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan (Humas Setkab, 2017).

MDGs bertujuan mengurangi kemiskinan, tetapi gagal memperhatikan dan mengatasi


akar masalah kemiskinan. MDGs tidak secara khusus memperhatikan pentingnya mencapai
tujuan perbaikan pembangunan ekonomi. MDGs kurang memperhatikan sifat holistik, inklusif,
dan keberlanjutan pembangunan. Demikian juga MDGs dinilai kurang memperhatikan
kesetaraan gender dan hak azasi manusia. Secara teoretis MDGs ingin diterapkan di semua
negara, tetapi kenyataannya MDGs hanya diterapkan pada negara berkembang atau miskin,
dengan bantuan pendanaan dari negara kaya.
Sustainable Development Goals secara eksplisit bertujuan memberantas kemiskinan dan
kelaparan, mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara, memperbaiki manajemen air dan
energi, dan mengambil langkah urgen untuk mengatasi perubahan iklim. Berbeda dengan MDGs,
SDGs menegaskan pentingnya upaya mengakhiri kemiskinan agar dilakukan bersama dengan
upaya strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menerapkan langkah kebijakan
sosial untuk memenuhi aneka kebutuhan sosial (seperti pendidikan, kesehatan, proteksi sosial,
kesempatan kerja), dan langkah kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim dan proteksi
lingkungan.

Pada pertemuan tingkat tinggi di markas PBB pada September 2015, sebanyak 193
negara anggota PBB sepakat untuk menjadikan SDGs sebagai kerangka agenda pembangunan
dan kebijakan politis selama 15 tahun ke depan mulai 2016 hingga 2030. Pemerintah di setiap
negara anggota PBB– baik negara kaya, menengah, maupun miskin, baik negara maju maupun
berkembang – memiliki tanggungjawab mengimplementasikan SDGs untuk mencapai SDGs.
Negara adalah pihak yang memiliki tanggungjawab utama dalam pembangunan sosial dan
ekonomi, pembuatan kebijakan nasional, menentukan strategi pembangunan, yang diperlukan
untuk tujuan mencapai pembangunan berkelanjutan. Pemerintah semua negara diharapkan
menerapkan agenda dan kebijakan politis pembangunan ekonomi nasional, untuk meningkatkan
kemakmuran dan sekaligus melindungi planet bumi.

SDG terdiri atas 17 tujuan dan 169 target, yang meliputi aneka isu pembangunan
berkelanjutan. Salah satu tujuan atau sasaran dari ketujuhbelas SDGs tersebut adalah
“Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan
pekerjaan yang layak untuk semua” yang merupakan sasaran/tujuan kedelepan.

Pertumbuhan ekonomi sebagian besar mengacu pada perubahan dalam Produk Domestik
Bruto (PDB). Matrik ini umumnya digunakan sebagai standar hidup suatu negara atau disebut
juga sebagai kesejahteraan ekonomi. Selain itu, perubahan PDB (atau pertumbuhan ekonomi)
dipahami untuk mencerminkan perubahan dalam kesejahteraan. Akan tetapi, terkadang PDB
tidak mencerminkan kesehjateraan masyarakat suatu Negara secara pasti, hal ini dikarenakan
PDB tidak secara pasti menghitung output yang dihasilkan oleh seseorang secara rinci melainkan
secara agregat. “influsif” memiliki arti “termasuk di dalamnya” yang memiliki maskud bahwa
pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak hanya menciptakan peluang ekonomi baru, akan tetapi
juga menjamin aksesibilitas yang sama terhadap peluang ekonomi yang terjadi terhadap seluruh
segmen khususnya masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah.

Sedangkan makna berkelanjutan adalah, dalam hal peningkatan pertumbuhn ekonoi, kita
juga perlu memperhatikan aspek lingkungan hidup serta social budaya. Ilmu pengetahuan terbatu
menunjukkn bahwa produktifitas kerja dan pekerjaan yang layak merupakan kunci untuk
pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Seseorang yang Memiliki pekerjaan tidak menjamin bahwa orang tersebut terbebas dari
belenggu kemiskinan. Kurangnya lapangan pekerjaan yang layak secara terus menerus, investasi
yang rendah dan tidak memadai serta konsumsi yang rendah adalah factor yang mempengaruhi
kemiskinan. Menempatkan penciptaan kesempatan kerja sebagai pusat dari pembuatan kebijakan
ekonomi dan rencana pembangunan, tidak hanya akan menghasilkan peluang kerja yang layak
namun juga pertumbuhan yang lebih kuat, inklusif dan dapat mengurangi kemiskinan. Ini
merupakan lingkaran positif yang baik bagi perekonomian maupun bagi masyarakat serta
mendorong pembangunan berkelanjutan. SDGs berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dengan mencapai produktivitas lebih tinggi serta melalui inovasi teknologi.
Mempromosikan kebijakan yang mendorong kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja
adalah kuncinya, dan ini juga merupakan cara efektif untuk menghentikan kerja paksa,
perbudakan, dan perdagangan manusia. Dengan target-target tersebut, diharapkan tujuan untuk
meraih ketenagakerjaan penuh dan produktif serta pekerjaan layak bagi semua orang bisa dicapai
pada 2030 mendatang.

Untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk usia kerja di seluruh dunia yang mencapai
sekitar 40 juta per tahunnya, diperkirakan lebih dari 600 juta pekerjaan baru perlu diciptakan
hingga tahun 2030. Kondisi sekitar 780 juta pekerja perempuan dan laki-laki dengan penghasilan
kurang dari dua dolar per hari dan tidak memadai untuk mengangkat diri dan keluarga mereka
keluar dari kemiskinan, juga perlu ditingkatkan. Di tingkat internasional, Indonesia telah
membuat komitmen yang sangat kuat untuk mewujudkan pekerjaan layak dan memainkan
peranan penting guna memastikan bahwa persoalan ketenagakerjaan dan tenaga kerja
dimasukkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Pentingnya kerja layak dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan disoroti oleh Tujuan 8 yang bertujuan untuk “mendorong
pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja produktif serta kerja layak
untuk semua”. Pemerintah Indonesia akan mengintegrasikan SDGs ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) sebagai badan koordinator untuk penerapan SDGs yang bersifat lintas sektor.

Penerapan SDGs di Indonesia bagaimanapun harus dilakukan oleh pemerintah dan


bermitra dengan berbagai komunitas bisnis maupun pemberdayaan dan lingkungan di
masyarakat. Masyarakat harus teredukasi lewat program - program sosial bahwa penjagaan
lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Jika masyarakat telah teredukasi mulai dari
komponen terkecil, yakni keluarga maka tujuan pembangunan yang berkelanjutan untuk
generasi masa depan di Indonesia, dalam jangka panjang konsep ini akan menjadi kesadaran
jamak yang berpotensi membangun motivasi masyarakat untuk mengaktualisasikan diri agar
dapat bangkit dari kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, T. (2010). Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan. 1.


Sustainable Development Goals. (2017). Retrieved from
https://www.sdg2030indonesia.org/#:~:text=Sustainable%20Development%20Goals
%20(SDGs)%20merupakan,dapat%20dicapai%20pada%20tahun%202030
BIODATA PENULIS

1. Nama lengkap penulis : Deni Akmal


2. Sub-tema yang diambil : Ekonomi
3. Judul karya tulis ilmiah : pembangunan ekonomi berbasis sustainable development
goals
4. Tempat/tanggal lahir :
5. Jurusan/fakultas : Jurusan ekonomi syariah/Fakultas syariah dan hukum
6. Semester :
7. No. telp/HP :
8. Email :
9. Alamat :
10. Moto :

Anda mungkin juga menyukai