Dosen Pengampu :
Ir. Andi Maddeppungeng, M.T.
Oleh :
Khairul fazri arizal
3336220034
Kelas D
Konsep pembangunan berkelanjutan kini menjadi prioritas pembangunan bagi seluruh negara
didunia. Pembangunan berkelanjutan menjadi sebuah isu yang penting karena implikasinya
akan menyelamatkan seluruh kehidupan yang ada di bumi maka dari itu, seluruh
pembangunannya dirancang dan mempertimbangkan aspek yang komprehensif, baik dari segi
pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial, maupun perlindungan terhadap lingkungannya.
Beberapa negara di dunia seperti China bahkan sudah mulai memberlakukan prinsip ini
dalamberbagai aspek, salah satunya adalah aspek perlindungan lingkungan yang mewajibkan
warga negaranya untuk menggunakan ‘Green Bag’ atau inovasi tas ramah lingkungan yang
kini tengahberkembang di masyarakat terutama masyarakat yang berada didaerah perkotaan.
Pemberlakuan tersebut merupakan salah satu bukti atau upaya bahwa negara mendukung
konsep pembangunan berkelanjutan karena mampu mereduksi sampah plastik yang tidak
mudah terurai dan dapat mencemari lingkungan.
MAJU
PENDAHULUAN
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan
pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya.
Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible)
yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya
alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan
manusia.
Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga untuk
kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa
kita tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do
the thing right), tetapi juga dituntut untuk mampu)
A. Pertumbuhan ekonomi
a. Inklusi sosial
Inklusi sosial didefinisikan sebagai upaya menempatkan martabat dan
kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal
(KOMPAK, 2017). Upaya penempatan ini diharapkan mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat dan juga mengupayakan agar masyarakat bisa mengakses
berbagai layanan publik dengan mudah. Inklusi sosial juga bisa dimaknai sebagai
upaya agar setiap individu mampu mengambil peran di masyarakat dan terlibat dalam
proses perubahan sosial. Adanya inklusi sosial ini juga akan memangkas stigma-
stigma masyarakat atas belenggu yang selama ini disematkan kepada kaum minoritas
seperti, kaum difabel, kaum ODHA, masyarakat miskin, kaum LGBT dan sebagainya
(Butler, 2017:22).
Konsep inklusi sosial berbicara mengenai moral, keadilan, dan kesamaan hak karena
SDG‟s percaya bahwa keterbukaan sosial mampu untuk menuntun masyarakat
kedalam kehidupan yang damai dan berkelanjutan. Inklusi sosial akan
memperjuangkan keadilan bagi para minoritas untuk bisa hidup layak dan normal
seperti orang-orang kebanyakan. Selanjutnya, hal yang tidak kalah menarik dari
inklusi sosial adalah terdapat poin dimana kita harus bisa memanusiakan manusia
dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat. Banyaknya tantangan globalisasi
dan tingginya angka isu identitas misalnya bisa membuat masyarakat atau individu
menjadi apatis dan bertindak diskriminatif terhadap suatu hal baik fisik maupun non-
fisik. Maka dari itu, konsep inklusi sosial hadir dan membawa perubahan bagaimana
cara memandang keberagaman itu bisa diimplementasikan dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat.
hayati, pembakaran hutan, dan masih banyak lagi seputar kasus mengenai
pengrusakan alam. Perlindungan lingkungan yang digagas menjadi indikator harus
diperjuangkan bersama-sama agar bumi kita masih tetap menjadi tempat yang layak
huni.
PEMBAHASAN
Analisis 3 pilar konsep pembangunan berkelanjutan di China
1. Pertumbuhan ekonomi
Sebagai negara dengan populasi terbanyak didunia, China memiliki tingkat populasi
sebesar 0,59% per tahun. Kondisi ini sangat memengaruhi banyak sektor di China baik, dari
segi politik, sosial, maupun ekonominya. Pada tahun 1950, China memutuskan untuk
mendirikan sektor industrialisasi secara menyeluruh. Gebrakan ini juga ternyata
memengaruhi kondisi sosial masyarakatnya, semenjak sektor industri mulai berkembang,
muncul pula ideologi yang memaksa rakyat China untuk meninggalkan kebiasaan buruk
seperti korupsi serta menolak hal-hal yang berbau westernisasi karena dapat menghambat
etos kerja dan aktivitas ekonomi masyarakat China.
China memisahkan sektor produksi menjadi dua yakni, sektor agrikultur dan non-
agrikultur. Kemudian, langkah selanjutnya adalah melegitimasi pemisahan perusahaan milik
negara dan milik swasta, hal ini dilakukan dengan harapan bahwa keuntungan yang
didapatkan untuk negara bisa maksimal karena dengan diresmikannya perusahaan swasta,
perusahaan tersebut tidak akan terikat banyak peraturan yang bisa menghambat aktivitas
ekonomi maupun produksinya. Akan tetapi, Pemerintah China memberlakukan kebijakan
bahwa proteksi atas segala sektor yang dimiliki oleh warga negaranya adalah tanggung jawab
negara dan akan selalu dilindungi sehingga keseimbangan dan keamanan baik dari pihak
swasta maupun pihak pemerintah bisa berjalan secara harmonis. Faktor kepedulian
Pemerintah China ini akhirnya berimplikasi terhadap kemajuan ekonomi China dan China
bisa menjadi kiblat bagi seluruh negara di Asia dalam pengembangan ekonomi berskala
internasional.
2. Inklusi Sosial
Seperti pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa pertumbuhan manusia di China sangat
pesat dan paling tinggi didunia, hal ini juga nampaknya sejalan dengan kemajuan ekonominya. Akan
tetapi, menurut menurut data di Riding the Wave: An East Asian Miracle for the 21st Century
menyatakan bahwa kesenjangan di China sangat tinggi karena jumlah warga miskin sangat banyak.
Kesenjangan ekonomi ini akhirnya membuat kesenjangan sosial terutama hubungan sosial antar
sesama masyarakatnya. Selanjutnya, kesenjangan ini semakindiperburuk dengan maraknya tindak
diskriminasi terhadap warga miskin di China yang berusaha untuk mengakses layanan publik. Bahkan
dalam beberapa kasus, diskriminasi ini bisa berujung pada tindak kriminal. Inklusi sosial di China
ternyata tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonominya yang dinilai telah berhasil, justru faktor
kemiskinan disana bisa mengancam keamanan dan keselamatan warganya.
3. Perlindungan lingkungan
Pada tahun 2016, pihak yang berwenang terhadap masalah lingkungan di China mengabarkan
bahwa 23 kota di wilayah utara mengeluarkan tanda bahaya karena karena tingginya ancaman polusi
udara (Sagol, 2016). Sebelumnya, China pernah mengeluarkan peringatan bahaya kabut asap pertama
diwilayah Beijing pada desember 2015.Fenomena kabut asap tersebut ternyata berasal dari gas-gas
ataupun limbah udara hasil aktivitas industri di China. Banyaknya limbah membuat kabut hitam pekat
melanda sebagian besar kota di China. Akibat asap tersebut, banyak warga China yang menderita
sesak napas dan penyakit paru-paru karena saluran pernapasannya terkontaminasi. Melalui peristiwa
ini, terlihat bahwa terjadi ketidakseimbangan antara padatnya aktivitas industri dengan kualitas udara
yang dihirup masyarakat sehingga perlindungan lingkungan yang ramah tidak bisa didapatkan oleh
warga China selama beberapa tahun terkahir.
PENUTUP
Kesimpulan
Melalui analisis diatas, bisa disimpulkan bahwa negara China sebagai negara maju
memiliki masalah terhadap realisasikonsep pembangunan berkelanjutan dinegaranya. Ditinjau
dari tiga pilar konsep pembangunan berkelanjutan, ada persamaan China yaitu, peran
pemerintah sebagai eksekutor, pemegang kebijakan, dan pembuat keputusan masih
mengalami intervensi dari pihak kapital yang melakukan aktivitas ekonominya.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi/keberlanjutan ekonomi dengan
perlindungan lingkungan akhirnya memunculkan kesenjangan pada inklusi sosial
masyarakatnya. Pembahasan mengenai negara china dalammeng-implementasikan konsep
pembangunan berkelanjutan setidaknya memberikan makna bahwa realisasi program besar
seperti SDGs harus dilaksanakan dengan sinergitas antara pemerintah, pihak swasta,dan
masyarakat agar masing-masing pihak bisa memiliki peran dan saling mengawasi sehingga
pembangunan bisa berjalan sesuai dengan target tujuan pembangunan berkelanjutan yang
telah direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Saseno, “SDGs Bisa Sebagai Panduan Menjadi Negara Maju”, http://www.koran-
jakarta.com/sdgs-bisa-sebagai-panduan-menjadi-negara-maju/ , (diakses pada
19 Mei2018, pukul 21.30).
Butler, Mark Hon. 2017. Social Inclusion in Australia: How Australia is faring . Australian
Inclusion Social Board. Page : 22-28.