Anda di halaman 1dari 13

Ilmu lingkungan

Dosen Pengampu :
Ir. Andi Maddeppungeng, M.T.

Oleh :
Khairul fazri arizal
3336220034
Kelas D

JURUSAN TEKNIK SPILFAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA2021
ABSTRAK

Konsep pembangunan berkelanjutan kini menjadi prioritas pembangunan bagi seluruh negara
didunia. Pembangunan berkelanjutan menjadi sebuah isu yang penting karena implikasinya
akan menyelamatkan seluruh kehidupan yang ada di bumi maka dari itu, seluruh
pembangunannya dirancang dan mempertimbangkan aspek yang komprehensif, baik dari segi
pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial, maupun perlindungan terhadap lingkungannya.
Beberapa negara di dunia seperti China bahkan sudah mulai memberlakukan prinsip ini
dalamberbagai aspek, salah satunya adalah aspek perlindungan lingkungan yang mewajibkan
warga negaranya untuk menggunakan ‘Green Bag’ atau inovasi tas ramah lingkungan yang
kini tengahberkembang di masyarakat terutama masyarakat yang berada didaerah perkotaan.
Pemberlakuan tersebut merupakan salah satu bukti atau upaya bahwa negara mendukung
konsep pembangunan berkelanjutan karena mampu mereduksi sampah plastik yang tidak
mudah terurai dan dapat mencemari lingkungan.

Kata Kunci : konsep pembangunan berkelanjutan, negara maju


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN NEGARA

MAJU

(Studi terhadap Pembangunan Berkelanjutan di Cina )

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan mengandung arti sudah tercapainya
keadilan sosial dari generasi ke generasi. Dilihat dari pengertian lainnya, pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan nasional yang melestarikan fungsi dan
kemampuan ekosistem. Pada proses pelaksanaannya Pembangunan berkelanjutan
harus memerhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungannya
agar kualitas lingkungan tetap terjaga. Kelestaraian lingkungan yang tidak terjaga, akan
menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang, atau bahkan akan hilang.
China merupakan salah satu negara maju yang sudah berhasil menerapkan
konsep Millenuim Development Goals, prestasi tersebut akhirnya menjadi pelopor
diadakannya Simposium ASEAN – China yang diselenggarakan pada tahun 2016
(Wikanto,2017). Simposium ini juga menjadi deklarasi bagi China untuk menyatakan
diri bahwa mereka siap menyambut konsep baru mengenai tujuan pembangunan yang
telah dirumuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) yakni, Sustainable
Development Golas (SDGs). Melalui simposium ini, dapat dilihat bahwa China
menjadi kiblat bagi negara-negara di benua Asia untuk menerapkan konsep SDGs.
Pertemuan ini akhirnya menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa China siap
bekerjasama dengan negara-negara ASEAN dan Badan Pengembangan PBB (UNDP)
untuk mensukseskan konsep pembangunan berkelanjutan di wilayah Asia.

China menyambutnya sebagai bukti keterlibatannya terhadap upaya


pembangunan yang lebih baik. Adapun cara cihina meng-implementasikan konsep
pembangunan berkelanjutan dinegaranya. Oleh karena itu, makalah ini akan
menjelaskan mengenai bangunan berkelanjutan yang diterapkan oleh China. Makalah
ini akan membahas pem konsep SDGs negara china melalui tiga pilar yakni,
pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial, dan perlindungan lingkungan.
mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh (to do the right thing
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau
menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan
pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya.
Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible)
yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya
alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan
manusia.

Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam


pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya
tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.

Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga untuk
kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan demikian diharapkan bahwa
kita tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do
the thing right), tetapi juga dituntut untuk mampu)

Adapun tujuan penulisan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan penerapan konsep
pembangunan berkelanjutan di China.
2. Makalah ini bertujuan untuk melihat proses pelaksanaan pembangunan
berkelanjutadi China.
3. Makalah ini bertujuan untuk menemukan kesenjangan (kekurangan-
kelebihan)pelaksanaan konsep pembangunan berkelanjutan di China.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan konsep pembangunan


berkelanjutan yang lahir pada tahun 2012, tepatnya pada Konferensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Rio de Jainero (Santoso, 2015:154).
Konsep ini dibentuk sebagai pengganti konsep yang sudah ada sebelumnya yakni,
Millenium Development Goals (MDGs). MDGs merupakan konsep pembangunan yang
dibentuk dengan delapan tujuan dan dirancang untuk rentang tahun 2000-2015. Setelah
MDGs berakhir, SDGs kemudian dilegitimasi pada pertemuan yang dilaksanakan pada
25-27 September 2015, tepatnya dilaksanakan di Markas Besar PBB, NewYork,
AmerikaSerikat. SDGs memiliki tujuan pembangunan lebih banyak dibanding MDGs,
yakni terdapat 17 tujuan pembangunan yang komprehensif berdasarkan isu-isu global
yang memiliki urgensi untuk segera diatasi.

Kemunculan konsep pembangunan berkelanjutan sejatinya diawali dengan


kepedulian yang besar terhadap keberlanjutan lingkungan (Larasati, 2016:30).
Kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk transedental yang banyak mengeksploitasi
alam seharusnya bisa mengingat bahwa ada sumber daya yang bisa diperbaharui dan
sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui. Fakta tersebut menjadi acuan bahwa
alam/lingkungan harus dijaga dan dilestarikan agar daya gunanya bisa dimanfaatkan
dimasa depan bagi generasi yang akan datang. Kemudian, perhatian terhadap isu
lingkungan ini akhirnya menjadi salah satu poin penting yang terdapat dalam SDGs

Indikator yang terdapat dalam konsep pembangunan berkelanjutan adalah adanya


keseimbangan antara tiga pilar besar yakni, pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial, dan
perlindungan lingkungan (Sutopo, 2014:17). Tiga pilar ini dipandang sangat strategis
karena perkembangannya saling berkorelasi dan memengaruhi. Selama ini banyak
terjadi eksploitasi sumber daya alam yang tidak berbasis pada konsep berkelanjutan
dan lebih mementingkan faktor komersial dan ekonomi semata. Kegiatan eksploitasi
tersebut memang menghasilkan banyak keuntungan terutama ekonomi tetapi hal
tersebut tidak diimbangi dengan pendistribusian kesejahteraannya yang tidak merata
sehingga menyebabkan banyak kesenjangan sosial yang bisa memancing timbulnya
tidak diskriminasi dan berujung pada ketidakstabilan nasional. Berikut penjelasan
ketiga indikator tersebut secara rinci :

A. Pertumbuhan ekonomi

Indikator pertama dalam konsep pembangunan berkelanjutan adalah pertumbuhan


ekonomi atau sering disebut dengan keberlanjutan ekonomi. Indikator ini menjadi
tumpuan karena melalui ekonomi, pemenuhan kebutuhan dasar dapat terpenuhi.
Bahkan, ada banyak skala yang digunakan untuk mengukur derajat keberhasilan suatu
negara melalui pendapatan perkapita masyarakatnya, dan hal tersebut pasti merupakan
bagian dari ekonomi atau hasil dari aktivitas ekonomi masyarakatnya. Pembahasan
keberlanjutan ekonomi meliputi keberlanjutan ekonomi makro dan keberlanjutan
ekonomi sektoral. Selanjutnya, didalam keberlanjutan ekonomi makro, terdapat tiga
elemen penting yakni, efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang memiliki
kesinambungan, dan pemerataan distribusi kesejahteraan (Erwandari, 2017:875).
Namun, pada faktanya konsep ekonomi berkelanjutan banyak memiliki
ketidakseimbangan terutama dalam hal pemerataan distribusi kesejahteraan kepada
publik. Hal ini nyatanya terjadi pada seluruh negara, baik negara berkembang maupun
negara maju.

a. Inklusi sosial
Inklusi sosial didefinisikan sebagai upaya menempatkan martabat dan
kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal
(KOMPAK, 2017). Upaya penempatan ini diharapkan mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat dan juga mengupayakan agar masyarakat bisa mengakses
berbagai layanan publik dengan mudah. Inklusi sosial juga bisa dimaknai sebagai
upaya agar setiap individu mampu mengambil peran di masyarakat dan terlibat dalam
proses perubahan sosial. Adanya inklusi sosial ini juga akan memangkas stigma-
stigma masyarakat atas belenggu yang selama ini disematkan kepada kaum minoritas
seperti, kaum difabel, kaum ODHA, masyarakat miskin, kaum LGBT dan sebagainya
(Butler, 2017:22).

Konsep inklusi sosial berbicara mengenai moral, keadilan, dan kesamaan hak karena
SDG‟s percaya bahwa keterbukaan sosial mampu untuk menuntun masyarakat
kedalam kehidupan yang damai dan berkelanjutan. Inklusi sosial akan
memperjuangkan keadilan bagi para minoritas untuk bisa hidup layak dan normal
seperti orang-orang kebanyakan. Selanjutnya, hal yang tidak kalah menarik dari
inklusi sosial adalah terdapat poin dimana kita harus bisa memanusiakan manusia
dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat. Banyaknya tantangan globalisasi
dan tingginya angka isu identitas misalnya bisa membuat masyarakat atau individu
menjadi apatis dan bertindak diskriminatif terhadap suatu hal baik fisik maupun non-
fisik. Maka dari itu, konsep inklusi sosial hadir dan membawa perubahan bagaimana
cara memandang keberagaman itu bisa diimplementasikan dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat.

kedalam kehidupan yang damai dan berkelanjutan. Inklusi sosial akan


memperjuangkan keadilan bagi para minoritas untuk bisa hidup layak dan normal
seperti orang-orang kebanyakan. Selanjutnya, hal yang tidak kalah menarik dari
inklusi sosial adalah terdapat poin dimana kita harus bisa memanusiakan manusia
dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat. Banyaknya tantangan globalisasi
dan tingginya angka isu identitas misalnya bisa membuat masyarakat atau individu
menjadi apatis dan bertindak diskriminatif terhadap suatu hal baik fisik maupun non-
fisik. Maka dari itu, konsep inklusi sosial hadir dan membawa perubahan bagaimana
cara memandang keberagaman itu bisa diimplementasikan dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat.
b. Perlindungan lingkungan
Seperti pada pembahasan sebelumnya, indikator mengenai perlindungan
lingkungan atau keberlanjutan ekologis memiliki bargaining position yang paling
menentukan dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Terjaminnya perlindungan
lingkungan maka, terjaminnya keberlanjutan seluruh ekosistem di bumi. Namun, pada
kenyataannya, posisi perlindungan lingkungan selalu dikesampingkan oleh banyak
masyarakat karena kemunculan implikasinya yang cukup lama sehingga apabila
lingkungannya tereksploitasi maka, dampak yang dirasakan tidak akan muncul secara
cepat. Faktor tersebut membuat banyak masyarakat terlena dan akhirnya secara
sadar/tidak sadar, mereka sudah merusak dan mencemari lingkungan. Hal ini juga
bermakna bahwa aktifitas manusia menjadi faktor penyebab rusaknya ekosistem
lingkungan (PriyoPurnomo, 2016)
Proses perlindungan lingkungan membutuhkan sinergi dan pengawsan yang
ketat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, civil society, ataupun masyarakat itu
sendiri(Rahman, 2012:7). Hal ini diperlukan karena untuk membenahi sebuah alam
yang rusak atau lingkungan yang sudah terkontaminasi membutuhkan kerjasama,
komitmen, dan waktu sehingga apabila seluruh pihak yang berkepentingan bersinergi
maka, perbaikan dan perlindungan lingkungan akan dapat terjaga dengan baik. Sinergi
ini juga diharapkan mampu memangkas segala macam tindak pengrusakan alam baik
dalam skala kecil maupun skala besar. Seperti kasus – kasus yang tengah marak yakni,
alih fungsi lahan, penipisan lapisan ozon, matinya keanekaragaman

hayati, pembakaran hutan, dan masih banyak lagi seputar kasus mengenai
pengrusakan alam. Perlindungan lingkungan yang digagas menjadi indikator harus
diperjuangkan bersama-sama agar bumi kita masih tetap menjadi tempat yang layak
huni.
PEMBAHASAN
Analisis 3 pilar konsep pembangunan berkelanjutan di China

1. Pertumbuhan ekonomi
Sebagai negara dengan populasi terbanyak didunia, China memiliki tingkat populasi
sebesar 0,59% per tahun. Kondisi ini sangat memengaruhi banyak sektor di China baik, dari
segi politik, sosial, maupun ekonominya. Pada tahun 1950, China memutuskan untuk
mendirikan sektor industrialisasi secara menyeluruh. Gebrakan ini juga ternyata
memengaruhi kondisi sosial masyarakatnya, semenjak sektor industri mulai berkembang,
muncul pula ideologi yang memaksa rakyat China untuk meninggalkan kebiasaan buruk
seperti korupsi serta menolak hal-hal yang berbau westernisasi karena dapat menghambat
etos kerja dan aktivitas ekonomi masyarakat China.

China memisahkan sektor produksi menjadi dua yakni, sektor agrikultur dan non-
agrikultur. Kemudian, langkah selanjutnya adalah melegitimasi pemisahan perusahaan milik
negara dan milik swasta, hal ini dilakukan dengan harapan bahwa keuntungan yang
didapatkan untuk negara bisa maksimal karena dengan diresmikannya perusahaan swasta,
perusahaan tersebut tidak akan terikat banyak peraturan yang bisa menghambat aktivitas
ekonomi maupun produksinya. Akan tetapi, Pemerintah China memberlakukan kebijakan
bahwa proteksi atas segala sektor yang dimiliki oleh warga negaranya adalah tanggung jawab
negara dan akan selalu dilindungi sehingga keseimbangan dan keamanan baik dari pihak
swasta maupun pihak pemerintah bisa berjalan secara harmonis. Faktor kepedulian
Pemerintah China ini akhirnya berimplikasi terhadap kemajuan ekonomi China dan China
bisa menjadi kiblat bagi seluruh negara di Asia dalam pengembangan ekonomi berskala
internasional.

2. Inklusi Sosial
Seperti pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa pertumbuhan manusia di China sangat
pesat dan paling tinggi didunia, hal ini juga nampaknya sejalan dengan kemajuan ekonominya. Akan
tetapi, menurut menurut data di Riding the Wave: An East Asian Miracle for the 21st Century
menyatakan bahwa kesenjangan di China sangat tinggi karena jumlah warga miskin sangat banyak.
Kesenjangan ekonomi ini akhirnya membuat kesenjangan sosial terutama hubungan sosial antar
sesama masyarakatnya. Selanjutnya, kesenjangan ini semakindiperburuk dengan maraknya tindak
diskriminasi terhadap warga miskin di China yang berusaha untuk mengakses layanan publik. Bahkan
dalam beberapa kasus, diskriminasi ini bisa berujung pada tindak kriminal. Inklusi sosial di China
ternyata tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonominya yang dinilai telah berhasil, justru faktor
kemiskinan disana bisa mengancam keamanan dan keselamatan warganya.
3. Perlindungan lingkungan
Pada tahun 2016, pihak yang berwenang terhadap masalah lingkungan di China mengabarkan
bahwa 23 kota di wilayah utara mengeluarkan tanda bahaya karena karena tingginya ancaman polusi
udara (Sagol, 2016). Sebelumnya, China pernah mengeluarkan peringatan bahaya kabut asap pertama
diwilayah Beijing pada desember 2015.Fenomena kabut asap tersebut ternyata berasal dari gas-gas
ataupun limbah udara hasil aktivitas industri di China. Banyaknya limbah membuat kabut hitam pekat
melanda sebagian besar kota di China. Akibat asap tersebut, banyak warga China yang menderita
sesak napas dan penyakit paru-paru karena saluran pernapasannya terkontaminasi. Melalui peristiwa
ini, terlihat bahwa terjadi ketidakseimbangan antara padatnya aktivitas industri dengan kualitas udara
yang dihirup masyarakat sehingga perlindungan lingkungan yang ramah tidak bisa didapatkan oleh
warga China selama beberapa tahun terkahir.
PENUTUP

Kesimpulan

Melalui analisis diatas, bisa disimpulkan bahwa negara China sebagai negara maju
memiliki masalah terhadap realisasikonsep pembangunan berkelanjutan dinegaranya. Ditinjau
dari tiga pilar konsep pembangunan berkelanjutan, ada persamaan China yaitu, peran
pemerintah sebagai eksekutor, pemegang kebijakan, dan pembuat keputusan masih
mengalami intervensi dari pihak kapital yang melakukan aktivitas ekonominya.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi/keberlanjutan ekonomi dengan
perlindungan lingkungan akhirnya memunculkan kesenjangan pada inklusi sosial
masyarakatnya. Pembahasan mengenai negara china dalammeng-implementasikan konsep
pembangunan berkelanjutan setidaknya memberikan makna bahwa realisasi program besar
seperti SDGs harus dilaksanakan dengan sinergitas antara pemerintah, pihak swasta,dan
masyarakat agar masing-masing pihak bisa memiliki peran dan saling mengawasi sehingga
pembangunan bisa berjalan sesuai dengan target tujuan pembangunan berkelanjutan yang
telah direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Arungbudoyo, Wikanto . 2018. “ASEAN Belajar Pembangunan Berkelanjutan dari China”,


https://news.okezone.com/read/2016/09/19/18/1492705/asean-belajar-
pembangunan- berkelanjutan-dari-china, (diakses pada 19 Mei 2018, pukul
21.00).

Budi Saseno, “SDGs Bisa Sebagai Panduan Menjadi Negara Maju”, http://www.koran-
jakarta.com/sdgs-bisa-sebagai-panduan-menjadi-negara-maju/ , (diakses pada
19 Mei2018, pukul 21.30).

Butler, Mark Hon. 2017. Social Inclusion in Australia: How Australia is faring . Australian
Inclusion Social Board. Page : 22-28.

PriyoPurnomo, E. (2016). Implementasi CRS (Corporate Social Responsibility) PT. Agung


Perdana Dalam Mengurangi Dampak Kerusakan Lingkungan (Study Kasus Desa Padang
Loang, Seppang, dan Desa Bijawang Kec. Ujung LoeKab. Bulukumba).
IlmuPemerintahan dan Kebijakan Publik, 3(2), 203 – 225.
Raharjo, Santoso. (2015). Sustainable Development Goals dan Pengentasan Kemiskinan.
SocialWork Jurnal 8(2): 154-27

Anda mungkin juga menyukai