Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI EFEK DOMINO DAN PROSEDUR DARURAT PADA


PEKERJAAN KONTRUKSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Dosen Pengampu:
Siti Asyiah, M.T

Disusun Oleh:

Nama : ANDRI APRILIANDI


NIM : 3336220033
Kelas :A

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teori Efek Domino dan
Prosedur Darurat Pada Pekerjaan Kontruksi” tepat pada waktunya. Saya juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah K3,
yaitu Ibu Siti Aisyah, M.T., yang telah bersedia membimbing penulis untuk menyelesaikan
makalah ini.

Selain itu penulis juga tidak lupa meminta maaf apabila ada kesalahan yang di sengaja
ataupun yang tidak di sengaja yang membuat pembaca tidak nyaman. Penulis juga menyadari
bahwa makalah yang telah di buat memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu, penulis
berharap dengan adanya kritik dan saran yang membangun guna membuat laporan ini jadi
lebih baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada pembaca yang telah
meluangkan waktunya untuk membaca makalah yang di buat oleh penulis, dan penulis
berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca terutama untuk
kalangan Teknik Sipil.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam
meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu
K3 mempunyai dampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, isu
K3 pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja,
akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan.

Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah
menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan. Sebagai
gambaran bahwa demikian luar biasanya korban kecelakaan yang diambil perbandingan
antara korban perang dengan korban akibat kecelakaan kerja. Jumlah korban perang di
negara Amerika Serikat pada Perang Dunia Kedua Tahun 1939-1945 sebanyak 22.088
(luka dan meninggal), sedangkan korban kecelakaan kerja di perusahaan adalah 1.219
meninggal dunia dan 160.747 luka-luka. Demikian pula untuk Inggris, korban peperangan
mencapai 8.126, sedangkan korban kecelakaan di perusahaan adalah 107 kematian dan
22.002 luka-luka (Suma’mur, 2009). Sedangkan data statistik untuk kematian yang
disebabkan oleh peperangan antara Spanyol-Amerika Serikat dan kematian yang
disebabkan oleh industri selama 2 satu tahun antara 1906-1907 tercatat ada kematian
sebanyak 385 kasus yang selama peperangan, dan 520 kematian yang disebabkan oleh
industri (Hammer, 1989).

Herbert William Heinrich adalah salah satu pionir dalam dunia keselamatan kerja.
Beliau lahir di tahun 1881 dan pernah menjadi Assistant Superintendent of The
Engineering and Inspection Division di sebuah perusahaan asuransi dan juga pernah
menjadi Dosen Mata Kuliah Keselamatan Kerja di Universitas New York.

Salah satu karya Heinrich yang terkenal adalah bukunya yang berjudul Accident
Prevention: A Scientific Approach yang telah diterbitkan dalam 3 edisi. Dalam buku
tersebut, terdapat banyak konsep-konsep keselamatan kerja yang masih dipakai hingga
sekarang, misalnya adalah konsep yang dikenal Teori Domino.
Domino theory Heinrich merupakan teori yang menggambarkan terjadinya kecelakaan
kerja sebagai akibat dari jatuhnya domino-domino penyebab kecelakaan. Prinsipnya, jika satu
domino jatuh, maka selanjutnya akan menjatuhkan 4 domino di depannya. Untuk mencegah
keseluruh domino jatuh, maka salah satu domino harus dicabut. Biasanya cara termudah dan
dianggap paling efektif adalah menghilangkan bagian tengah yang memiliki label “unsafe act
or condition”. Teori ini dianggap cukup jelas dan dianggap bisa diaplikasikan di lapangan.

Teori ini biasa digunakan pada aktivitas inspeksi dan investigasi insiden. Pada investigasi
insiden, teori ini digunakan untuk menilai 5 elemen yang dianggap menjadi penyebab
terjadinya insiden. Sedangkan pada aktivitas inspeksi, elemen elemen pada domino
diidentifikasi jika ditemukan adanya kekurangan dari 5 elemen tersebut akan menjadi temuan
yang menghasilkan rekomendasi-rekomendasi perbaikan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah yaitu resiko yang akan
terjadi jika pekerja tidak mematuhi prosedur dengan benar dan tidak mengetahui teori efek
domino yang menggambarkan terjadinya kecelakaan kerja sebagai akibat dari jatuhnya
domino-domino penyebab kecelakaan untuk mencegah keseluruh domino jatuh.

1.3 Tujuan

1) Memberikan informasi kepada pembaca


2) Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada pembaca.
3) Untuk melatih penulis agar mampu menyusun kata-kata dengan baik
4) Sebagai salah satu memenuhi tugas K3
5) Menganalisis terjadinya kecelakaan kerja sebagai akibat dari jatuhnya domino-
domino penyebab kecelakaan
6) Mengetahui prosedur pada pekerjaan kontruksi
BAB II

2.1 TEORI EFEK DOMINO

Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan terjadi
melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja
yang saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit
akibat kerja / PAK) serta beberapa kerugian lainnya. Terdapat faktor-faktor penyebab
kecelakaan kerja antara lain : penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung
kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja.

Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak
aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe action).
Kondisi tidak aman, beberapa contohnya antara lain : tidak dipasang (terpasangnya)
pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang berputar, tajam ataupun panas, terdapat
instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat
kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak pakai, tidak terdapat label pada kemasan bahan
(material) berbahaya, dsj. Termasuk dalam tindakan tidak aman antara lain : kecerobohan,
meninggalkan prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri(APD), bekerja tanpa
perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak
melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya
sebelum memulai pekerjaan dengan resiko/bahaya tinggi.

Dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan
faktor pribadi. Termasuk dalam faktor pekerjaan antara lain : pekerjaan tidak sesuai dengan
tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko
tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dsj.
Termasuk dalam faktor pribadi antara lain : mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai
dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai, dsj.

Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen
dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya
komitmen, dsb.
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar penyebab
kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu sebesar 88%.
Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2% faktor
lain-lain

Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan
yaitu :

1) Kondisi kerja
2) Kelalaian manusia
3) Tindakan tidak aman
4) Kecelakaan
5) Cedera

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh,
maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Jadi
apabila ada satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang
menyebabkan robohnya bangunan lain.

Faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja adalah (kondisi kerja). Faktor
tersebut meliputi pekerjaan yang tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan yang tidak
sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan berisiko tinggi namun belum ada upaya
pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dan sebagainya. Sedangkan faktor
pribadi antara lain mental atau kepribadian tenaga kerja tidak sesuai dengan pekerjaan,
konflik, stres, dan keahlian yang tidak sesuai.

Faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak aman atau berbahaya
(unsafe condition) dan tindakan tidak aman atau berbahaya (unsafe action). Kondisi tidak
aman, contohnya adalah tidak adanya safetyline, safetydesk, yang dipasang di sekitar
bangunan, tidak adanya label/tanda padada bagian mesin yang berputar, masih adanya kabel
yang tergenang air, alat kerja/mesin/kendaraan yang rusak, tidak terdapat label pada kemasan
bahan (material) berbahaya, dan 14 sebagainya. Sedangkan yang masuk dalam tindakan tidak
aman antara lain mengerjakan sesuatu tidak sesuai SOP, tidak menggunakan alat pelindung
diri (APD), mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi rambu yang dipasang di sekitar
proyek, tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD, dan lain-lain.
2.2 Prosedur darurat pada pekerjaan kontruksi

Kesiapsiagaan darurat membantu meminimalkan cidera pada manusia, kerusakan


lingkungan, kerugian asset/ peralatan dan dampak reputasi yang dapat terjadiakibat dari
keadaan darurat. Perlu dipahami bahwa ukuran dan kompleksitas proyek, serta akses dan
lokasi, memiliki pengaruh pada tingkat perencanaan yang diperlukan untuk keadaan darurat.
Oleh karena itu sangat disarankan agar konstruktor memastikan bahwa anggota staf di lokasi
membantu mengembangkan rencana tanggap darurat.

Perencanaan harus dimulai sebelum pekerjaan apapun dimulai pada proyek. Meski mungkin
ada sedikit waktu antara pemberian kontrak dan dimulainya proyek, tanggap darurat yang baik
rencana dapat bersifat umum dan, dengan beberapa perubahan kecil, dapat dengan mudah
diadaptasi ke situs tertentu dan siap diimplementasikan. Hal ini terutama terjadi ketika
kontraktor mengkhususkan diri pada tipe yang serupa proyek.

Pengembangan ERP harus mencakup beberapa elemen berikut:


1. Prosedur dan Strategi Implementasi Tertulis
2. Tim Penanganan Keadaan Darurat
3. Pelatihan dan Kompetensi
4. Fasilitas Tanggap Darurat
5. Perencanaan dan Implementasi ERP
6. Tanggap Darurat Medis
7. Pelatihan / Drill
8. Komunikasi dan Pelaporan
9. Inspeksi, Audit dan Tinjauan Berkala
Masing-masing poin ini dijelaskan di bagian berikut:

a. Prosedur dan Strategi Implementasi Tertulis


Memastikan rencana penanggulangan keadaan darurat / emergency response plan
(ERP), ada secara tertulis dan mencakup seluruh skenario keadaan darurat terburuk yang
mungkin dapat terjadi di lingkungan proyek. Identifikasi dan menjabarkan seluruh skenario
keadaan darurat terburuk yang mungkin terjadi di lingkungan dan kegiatan kerja proyek,
berdasarkan analisis dari:
• Risiko Utama (Major Risk) dari kegiatan kerja pada proyek.

• Risiko dari kondisi lingkungan kerja (kegiatan masyarakat umum, aktifitas tetangga,
jalur transportasi / pelayaran / udara, dan sebagainya).

• Risiko dari potensi bencana alam di area kerja.

• Risiko Kejadian Pengamanan (Security).

• Risiko tumpahan bahan berbahaya di area kerja.

b. Tim Penanganan Keadaan Darurat


Untuk memastikan bahwa dalam penerapan ERP proyek, perlu dilakukan identifikasi
kebutuhan Tim Penanganan Keadaan Darurat sesuai dengan ruang lingkup dan risiko aktifitas
proyek. Memastikan semua peran dan tanggung jawab Tim Penanganan Keadaan Darurat
yang diperlukan untuk menjalankan prosedur ERP proyek telah diidentifikasi dan dijabarkan.

c. Pelatihan dan Kompetensi


Perlu dipastikan tersedianya sumber daya personil yang kompeten dan memadai dalam tim
penanganan keadaan darurat untuk implementasi rencana penanggulangan keadaan darurat
dengan benar. Semua peran yang terlibat dalam penerapan ERP proyek harus terlatih dan
memenuhi persyaratan kompetensi tim penanganan keadaan darurat. Kompetensi harus
ditetapkan untuk semua peran. Untuk dapat menetapkan kompetensi untuk suatu peran
tertentu, harus dilakukan penilaian tingkat pengetahuan, keahlian dan penalaran yang
diperlukan untuk menjalankan peran tersebut secara aman. Kompetensi yang ditetapkan harus
didokumentasikan sebagai bagian dari prosedur yang terkait dengan ERP proyek dan
digunakan untuk menetapkan pesyaratan kompetensi dan pelatihan bagi pekerja yang
diharapkan untuk menjalankan peran ERP proyek tersebut.
d. Fasilitas Tanggap Darurat
Perlu dipastikan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk implementasi rencana
penanggulangan keadaan darurat. Fasilitas penanggulangan keadaan darurat dapat
diidentifikasi berdasarkan pertimbangan risiko kegiatan proyek, fasilitas external yang dapat
di akses oleh proyek, serta lokasi proyek. Fasilitas tanggap darurat boleh menggunakan
fasilitas external di luar area proyek dengan menggunakan perjanjian kerjasama /
Memorandum of Understanding (MoU).

e. Perencanaan dan Implementasi ERP


Memberikan pedoman untuk melakukan tindakan awal dalam penanggulangan keadaan
darurat. Perencanaan tindakan yang perlu dilakukan harus diidentifikasi dan dijabarkan
didalam ERP, walaupun demikian pada pelaksanaan kejadian sebenarnya tentu akan
dilakukan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Prosedur ERP proyek harus memasukan
initial checklist yang berisi arahan langkah-langkah awal yang perlu dilakukan dalam
melakukan penanganan keadaan darurat sesuai dengan skenario yang sudah diidentifikasi.
Checklist ini hanya merupakan checklist awal, tentunya dalam pengembangan penanganan
keadaan darurat ada penyesuaian dalam melakukan langkah-langkah pengendalian.

Initial Checklist yang dikembangkan wajib:


• Melingkupi seluruh skenario potensi keadaan darurat yang memungkinkan.

• Menjabarkan tindakan awal yang perlu dilakukan oleh masing-masing jabatan


dalam tim penanganan keadaan darurat.

f. Tanggap Darurat Medis


Untuk memastikan adanya perencanaan penanggulangan keadaan darurat medis, serta
memastikan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk penanganan keadaan
darurat medis di area kerja proyek. Fasilitas penanggulangan keadaan darurat dapat
diidentifikasi berdasarkan risiko kegiatan proyek, fasilitas external yang dapat di akses oleh
proyek, serta kondisi lokasi proyek.

Masing-masing proyek wajib mengembangkan Medical Emergency / Evacuation Response


Plan, dengan mengevaluasi beberapa hal berikut:
1) kebutuhan peralatan darurat medis yang diperlukan ada di area kerja beserta dengan
personil yang berkompeten untuk menggunakan alat tersebut.
2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan (evaluasi kelengkapan peralatan medik
darurat, kapabilitas / kompetensi medis, ketersediaan ambulan, jarak dan waktu
tempuh ke lokasi, dan sebagainya).
3) Penetapan tempat rujukan untuk kasus darurat medik tertentu yang telah
diidentifikasi.
4) Administratif dan pembiayaan fasilitas pelayanan kesehatan dan apakah bisa
diselesaikan melalui MoU dengan proyek.
5) Sarana transportasi evakuasi medik.
Dari hasil kajian ini maka kontraktor dapat mengidentifikasi kebutuhan sarana / pra sarana
kebutuhan medis darurat, misal:
• Kebutuhan tenaga medis di lapangan

• Kebutuhan peralatan medis darurat yang perlu disiapkan sendiri

g. Pelatihan / Drill
Memastikan perencanaan ERP terpelihara sesuai perkembangan keadaan dan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta memastikan kompetensi tim penanganan
keadaan darurat terjaga, maka perlu dikembangkan program drill / exercise sesuai dengan
ERP yang dikembangkan.

h. Komunikasi dan Pelaporan


Mengidentifikasi pihak-pihak yang perlu dikomunikasikan terkait dengan perencanaan dan
ERP, serta persyaratan pelaporan yang diperlukan ketika pelaksanaan maupun proses de-brief
penanggulangan keadaan darurat. Merencanakan dan menentukan jalur komunikasi dalam
keadaan darurat (misal radio channel khusus, hatapp group khusus untuk tim penanganan
keadaan darurat, penggunaan telepon land line, penggunaan hand phone dan/atau penggunaan
telepon satelit).

i. Inspeksi, Audit dan Tinjauan Berkala


Agar konsistensi dalam penerapan ERP proyek, sangat penting untuk melakukan program
inspeksi, audit dan tinjauan secara berkala. Inspeksi / audit harus dilaksanakan dan dibuat
rekomendasi perbaikan untuk peningkatan dalam penerapan ERP dengan benar, termasuk
pendokumentasian, tindakan pengendalian, pelatihan dan kompetensi. Setiap penyimpangan
yang ditemukan harus ditinjau di setiap lokasi dan dikomunikasikan ke manajemen dengan
persyaratan bahwa rencana tindakan perbaikan akan disusun dan diselesaikan secara tepat
waktu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwasannya sangat penting sekali adanya K3 dalam suatu pembangunan konstruksi


yang berfungsi untuk menghindari terjadinya berbagai macam kecelakaan dan sebagai
antisipasi terhindar dari macam penyakit, jadi perlu sekali para pekerja untuk memahami
prosedur-prosedur yang telah di terapkan baik dalam undang-undang maupun perusahaan
mengenai K3.

3.2 Saran

1) Penulis mengharapkan semoga makalah yang di buat bisa di baca dengan baik oleh
pembaca sehingga bisa mewujudkan pemahaman dan pengetahuan bagi pembacanya.
2) Di harapkan dengan dibuatnya makalah ini saya sebagai penulis bisa berfikir secara
cermat dan menambah ilmu baru khususnya di bidang K3.
3) Penulis berharap ketika pembaca membaca makalah ini ada kritikan dan saran yang
masuk kepada penulis sebagai acuan untuk belajar lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

1) AFRIANDI, Fadli; ARIYADI, Fachriza. Efek Domino Pasca Dibangkitkannya


Kesultanan Kutai Kartanegera Ing Martadipura. Reformasi, 2020, 10.2: 127-141.

2) AMAM, Amam; HARSITA, Pradiptya A.; SOETRIONO, Soetriono. EFEK


DOMINO INDUSTRI 4.0: PELUANG DAN ANCAMAN USAHA TERNAK SAPI
PERAH. UNEJ e-Proceeding, 2019.

3) PANGKEY, Febyana; MALINGKAS, Grace Y.; WALANGITAN, D. R. O.


penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada proyek
konstruksi di indonesia (studi kasus: Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno-
Manado). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 2012, 2.2.
4) SYAFRIAL, Herry; ARDIANSYAH, Ahmad. Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada PT. Satunol Mikrosistem Jakarta. Abiwara: Jurnal Vokasi
Administrasi Bisnis, 2020, 1.2: 60-70.
5) HANDAYANA, Maulana Said; SUROTO, Suroto; KURNIAWAN, Bina. Analisis
Manajemen Pelaksanaan Pada Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat di Gedung
Perkantoran X. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2016, 4.1: 322-331.

Anda mungkin juga menyukai