DASAR-DASAR K3
May 2015 - Agustus 2015, HSE Consultant PT. Raka Utama (Construction Services)
September 2014 – Maret 2015, QHSE Coordinator & Trainer, MR PT. Galangan Kalimas
Agustus 2011 – September 2014, QHSE Coordinator, Internal Lead Auditor, HSE Supervisor
August 2010 – August 2011, Safety Officer PT. Marang Kayu Jaya Balikpapan
February 2008 – July 2010, Safety Supervisor CV. Catur Putri Mandiri
CSMS at PT. ALKON Trainindo Utama & PT. Indrabas Pulau Laut
Pengertian (Definisi) Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana
cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi. Termasuk insiden
ialah keadaan darurat.
Pengertian (Definisi) Kecelakaan Kerja ialah insiden yang menimbulkan cedera, penyakit akibat
kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).
Pengertian (Definisi) Nearmiss ialah insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja
(PAK) ataupun kefatalan (kematian).
Pengertian (Definisi) Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga) yang
memerlukan penanganan segera supaya tidak terjadi kecelakaan/kefatalan.
TEORI DOMINO
Investigasi (Penyebab) Kecelakaan Kerja | Efek Domino Kecelakaan Kerja (H.W. Heinrich)
Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui hubungan mata-
rantai sebab-akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga
menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat kerja / PAK) serta
beberapa kerugian lainnya.
Terdapat faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain : penyebab langsung kecelakaan kerja,
penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja.
faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak aman/berbahaya (unsafe condition)
dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe action).
Kondisi tidak aman, beberapa contohnya antara lain : tidak dipasang (terpasangnya) pengaman
(safeguard) pada bagian mesin yang berputar, tajam ataupun panas, terdapat instalasi kabel listrik
yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak
pakai, tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dst.
Termasuk dalam tindakan tidak aman antara lain : kecerobohan, meninggalkan prosedur kerja, tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD), bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak
mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun
APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan resiko/bahaya tinggi.
Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi.
Termasuk dalam faktor pekerjaan antara lain : pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak
sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada
upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai, dsj. Termasuk dalam faktor pribadi antara
lain : mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak
sesuai, dsb.
Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen dan
pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dsb.
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar penyebab kasus kecelakaan kerja
adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor
ketidaklayakan properti/aset/barang dan 2% faktor lain-lain. Gambar di bawah ialah ilustrasi dari
teori domino effect kecelakaan kerja H.W. Heinrich.
TEORI GUNUNG ES
Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)
Logistik 1.Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan, minuman, pakaian, selimut, pakaian, dsb).
1.Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap
Komunikasi Internal Darurat.
2.Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat dilangsungkan secara baik dan lancar.
1.Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
Komunikasi Eksternal
2.Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap darurat (Kepolisian/Warga).
1.Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal selama berlangsungnya tanggap darurat
Keamanan
Perusahaan.
DEFINISI API DAN KEBAKARAN
Pengertian (Definisi) Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur
yaitu panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan cahaya.
Sedangkan pengertian (definisi) Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat,
situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada umumnya sulit untuk
dikendalikan.
Kebakaran juga termasuk dalam salah satu kategori kondisi/situasi darurat di lingkungan Perusahaan baik
dari luar maupun dalam lokasi tempat kerja.
Tahapan Terjadinya Kebakaran
Kejadian kebakaran pada umumnya menimbulkan banyak kerugian baik itu korban jiwa maupun kerugian
harta benda. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya kebakaran sulit untuk dikendalikan (dipadamkan).
Untuk menghindari kerugian yang dimaksud, maka perlu kita kenali sifat-sifat terjadinya (tahap-
tahap) kebakaran tersebut.
Tahap-tahap kebakaran tersebut antara lain :
Untuk dapat memadamkan api (kebakaran) terdapat beberapa metode/cara berdasarkan teori
terbentuknya api (segitiga api) yaitu diantaranya ialah dengan metode pendinginan, isolasi, dilusi,
pemisahan bahan mudah terbakar dan pemutusan rantai reaksi api.
1. Cooling (Mendinginkan)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dari bahan yang
terbakar dengan menggunakan semprotan air sampai suhu dibawah titik nyala.
Cara yang dilakukan untuk menurunkan suhu temperatur bahan bakar dibawah titik nyala
yaitu dengan :
Semprotan air
Ditimbun dengan pohon yg mengandung air.
Dengan Co2
2 .Smothering (Isolasi/Menyelimuti)
Pasal 2 Ayat 1 :
Bahwa setiap Pengurus atau Perusahaan wajib
mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan
penganggulangan kebakaran di tempat kerja.
ALAT PELINDUNG DIRI
DASAR HUKUM PENGGUNAAN APD
• Undang-undang No.1 tahun 1970
Pasal 3 ayat (1) butir f : Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan
Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD yang diwajibkan
Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyedikan secara cuma-cuma Alat
Perlindungan Diri yang diwajibkan pada pekerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja.
• Permenakertrans No. Per: 01/Men/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma
Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja (PAK).
DASAR HUKUM PENGGUNAAN APD
• Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982
Pasal 2 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempmat kerja,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelanggaraan makanan ditempat kerja.
• Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi pekerja/buruh
ditempat kerja.
Pasal 5 menyebutkan pengusaha atau pemgurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang
rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan Alat Perlindungan Diri ditempat kerja.
Pasal 6 ayat (1) menyebutkan pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai
atau menggunakan APD sesyai dengan potensi bahaya dan risiko
Pasal 7 ayat (1) menyebutkan pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan manajemen Alat Perlindungan
Diri di tempat kerja
APD merupakan cara terakhir untuk melindungi tenaga kerja. Dalam proses pemilahan APD, kita harus
mempertimbangkan kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang ada dan mampu mengurangi atau bahkan
menghilangkan risiko yang dapat ditimbulkan. Sehingga lakukanlah identifikasi secara benar sebelum
menentukan jenis APD yang digunakan.
Pengertian (Definisi) Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai
dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain
di tempat kerja.
ALAT PELINDUNG DIRI KEPALA
Masing-masing Alat Pelindung Diri (APD) memiliki fungisnya masing-
masing. Dalam hal ini kita akan membahas jenis alat pelindung
diri untuk bagian kepala. Tujuan dari pelindung kepala untuk
melindungi kepala dari benturan, kejatuhan benda dari atas kepala
ataupun benda keras yang melayang dan meluncur di udara, terpapar
oleh radiasi panas, percikkan api dan bahaya-bahaya lainnya yang
mungkin dapat membahayakan area kepala. Untuk beberapa jenis
pelindung kepala juga ditujukkan untuk melindungi rambut-rambut
pekerja agar tidak terjerah oleh mesin-mesin yang berputar.
1. Safety Helmet
Safety helmet sendiri memiliki empat jenis yaitu Hard Hat kelas G, kelas E,
Kelas C dan Bump cap.
Bagian dalam topi pengaman ini umumnya ada hammock/cradle yang
berfungsi untuk menyerap keringat. Untuk beberapa kondisi seperti
pekerja yang membutuhkan penerangan seperti pekerja diterowongan
atau tambang, safety helmetnya dilengkapi dengan lampu penerangan
dibagian depannya.
Berdasarkan ANSI/ISEA Z89.1-2014 Safety Helmet dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
Tipe 1 : Tipe 1 merupakan safety helmet yang digunakan untuk melindungi
kepala dari bahaya yang berasal dari arah atas misalnya kejatuhan benda.
Tipe 2 : Tipe 2 merupakan safety helmet yang digunakan untuk melindungi
kepala dari bahaya yang berasal baik dari arah atas atau samping.
Selain kedua tipe diatas, berdasarkan ANSI/ISEA Z89.1-2014 Safety
Helmet juga dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Kelas G : Merupakan jenis safety helmet yang dirancang untuk
melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi arus listrik
sampai 2.200 volt
2. Kelas E : Merupakan jenis safety helmet yang dirancang untuk
melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi arus listrik
sampai 20.000 volt
3. Kelas C: Merupakan jenis safety helmet yang dirancang untuk
melindungi kepala dari benda yang jatuh namun tidak untuk
kejutan listrik ataupun bahan korosif.
BUM CAP
Bum Cap : Pelindung kepala ini terbuat dari plastik sehingga hanya
digunakan untuk melindungi benturan dari benda yang menonjol.
Bump cap tidak cocok untuk melindungi kepada dari benda yang jatuh atau
bisa dikatakan tidak dapat menggantikan peran hard hat kelas G, E dan C.
Kita juga harus memperhatikan tanda-tanda yang terdapat di helm. Dari
beberapa tanda dibawah ini juga dapat menunjukkan bahwa masing-masing
helm memiliki peruntukkan yang berbeda-beda pula.
• LT : Digunakan untuk Suhu Bawah (sampai -30 C atau -22 F)
• HT : Digunakan untuk Suhu Tinggi
• HV : Digunakan Visibilitas Tinggi (Lebih dari 140 F)
HOOD
Jika bahaya-bahaya yang ada
ditempat kerja anda adalah berupa
bahan kimia, api, dan panas radiasi
yang tinggi, maka type Hood
adalah yang paling
tepat. Pelindung kepala ini
biasanya terbuat dari bahan asbes,
kulit, wool, katun yang dicammpuri
aluminium dan lain-lain. Sehingga
bahan ini akan sangat padat dan
tidak ada celah lubangnya.
HAIR CAP
Di perusahaan farmasi, atau perusahaan-
perusahaan yang sangat critical dengan
kontiminasi terhadap produknya. Biasanya
menggunakan hair cap untuk melindungi
rambut pekerjanya. Selain melindungi
produk mereka, hair cup juga difungsikan
untuk melindungi kepala dari debu
ataupun bahaya terjeratnya rambut pada
mesin-mesin berputar. Dengan
menggunakan hair cap, umumnya rambut
akan lebih rapi karena berada didalam
hair cap tersebut.
Safety Spectacles
Dimaksudkan untuk melindungi mata
pemakainya dari bahaya seperti fragmen
terbang, benda, dan partikel. Pekerja diwajibkan
menggunakan kacamata keselamatan mata
dengan perisai sisi ketika ada bahaya dari benda
terbang. Safety spectachles dengan perisai sisi
digunakan sebagai perlindungan utama untuk
melindungi mata dari bahaya panas. Untuk
melindungi memadai mata dan wajah dari
paparan suhu tinggi, gunakan kacamata
keselamatan dalam kombinasi dengan
pelindung wajah panas-reflektif.
Safety Goggles
Memiliki jenis pelindung yang mengelilingi
area mata dan memungkinkan melindungi dari
asap, uap, cairan dan kabut. Kacamata sesuai
dengan wajah yang mengelilingi mata dan
membentuk segel pelindung di sekitar mata.
Hal ini untuk mencegah obyek masuk di
bawah atau di sekitar kacamata. Safety
goggles membentuk segel pelindung di sekitar
mata, mencegah benda atau cairan masuk di
bawah atau di sekitar kacamata. Hal ini
terutama penting ketika bekerja dengan atau
sekitar logam cair yang mungkin percikan.
Face Shields
Merupakan jenis perlindungan wajah
penuh. Untuk menghindari terjadinya
cipratan kilat api. Ketika dipakai sendiri,
wajah perisai tidak melindungi
karyawan dari bahaya dampak.
Gunakan pelindung wajah dalam
kombinasi dengan kacamata
keselamatan atau kacamata untuk
perlindungan tambahan.
Welding Helmet
Merupakan jenis APD yang melindungi kepada. Namun rupanya secara
fisik, APD ini digunakan untuk melindungi mata dan muka.
Jenis Perlindungan Pendengaran
Berikut untuk Foam and PVC Earplugs
Kelebihan dari “Foam and PVC Earplugs” adalah:
• Kecil & ringan;
• Nyaman di lingkungan yang panas; dan
• Mudah digunakan dengan peralatan keselamatan
lainnya.
Anda harus memakai alat pelindung pendengaran setiap kali terkena kebisingan
yang terdiri dari 85 desibel atau lebih besar selama 8 jam.
SAFETY SHOES
• EN ISO 20345: 2011 atau sering disebut ISO 20345:2011 merupakan
standar keselamatan dan keamanan yang wajib diberlakukan pada
sepatu pengaman (safety shoes). Standar tersebut merupakan
standar Eropa dan sudah menjadi standar internasional yang kini
wajib dimiliki oleh semua safety shoes.
• Di dalam standar tersebut, terdapat standar baku tentang bagian
mana dan jenis proteksi apa yang wajib dimiliki oleh safety shoes.
Standar EN ISO 20345:2011 menyebutkan bahwa safety shoes harus
melindungi pemakainya dari bahaya yang dapat mengakibatkan
cedera, dengan toe cap yang mampu menahan dampak bahaya ketika
diuji pada hentakan dasar (basic impact) minimal 200 Joule (setara
dengan 20 Kg).
EN ISO 20345:2011 juga merekomendasikan beberapa poin
yang harus diperhatikan dalam memilih safety shoes, di
antaranya:
1. Pastikan sepatu memenuhi EN ISO 20345
2. Bahan sepatu: kulit atau sintetis
3. Penggunaan safety shoes di indoor atau outdoor
4. Suhu area kerja: panas atau dingin
5. Iklim di lingkungan kerja: terik matahari, salju, atau hujan
6. Bahaya: minyak atau penggunaan bahan kimia
• Di Indonesia, selain EN ISO 20345:2011, standar keamanan yang wajib
dimiliki oleh setiap produk safety shoes adalah SNI 0111:2009 dan SNI
7079:2009. Standar nasional mengharuskan safety shoes dilengkapi
pengeras depan dari baja sebagai pelindung jari-jari kaki dari pukulan
dan benturan serta bahaya lain yang berhubungan dengan lingkungan
kerja.
• Ada poin penting yang harus Anda ingat saat membeli safety shoes,
yakni pastikan produk yang Anda beli sudah memiliki sertifikasi standar
keselamatan dan keamanan internasional atau nasional. Safety
shoes yang baik bukanlah sepatu yang berat dan tebal, tetapi safety
shoes yang mampu melindungi telapak kaki Anda ketika
menggunakannya di tempat kerja ekstrem dan kemampuannya
melindungi kaki yang dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat tadi.
Pengertian dan Prosedur LOTO
(Lockout Tagout)
Pengertian / Definisi LOTO (Lockout Tagout) ialah suatu prosedur untuk
menjamin mesin/alat berbahaya secara tepat telah dimatikan dan tidak akan
menyala kembali selama pekerjaan berbahaya ataupun pekerjaan perbaikan /
perawatan sedang berlangsung sampai dengan pekerjaan tersebut telah selesai.
Prosedur Umum LOTO (Lockout Tagout) antara
lain
2. Rapi
Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan
penggunaannya, keseragaman, fungsi dan batas waktu
penggunaannya.
Pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan/barang mudah
ditemukan, teratur dan selalu pada tempatnya.
3. Resik
Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
4. Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
5. Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Adapun manfaat penerapan budaya 5R (5S) di tempat kerja antara lain :
2.Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang.
3.Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik.
Budaya 5R (5S) saat ini sudah banyak diterapkan pada banyak perusahaan (organisasi),
tumbuh berkembang menjadi perusahaan maju dan berdaya saing tinggi. Budaya 5R (5S)
berkelanjutan.
Pengendalian (Manajemen) Visual
Dalam Penerapan 5R (5S) di Tempat Kerja
Pengendalian Visual merupakan bentuk penerapan 5R
langkah R yang ke-2 (dua) yaitu "Rapi". Langkah ini dilakukan
dengan cara menata / mengurutkan peralatan/barang
berdasarkan alur proses kerja dan juga menata
/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan
penggunaan serta pengaturan/pengendalian (manajemen)
secara visual peralatan/barang di tempat kerja dengan
label/tanda dengan maksud/tujuan barang ataupun
peralatan lebih cepat dan mudah ditemukan sehingga
tercapai keteraturan di tempat kerja.
Manfaat dari pengaturan (pengendalian) visual ialah
supaya orang ataupun orang lain (tamu/pengunjung) di
tempat kerja dapat dengan mudah mengetahui
(memahami) situasi tempat/area kerja secara langsung
bahkan tanpa harus menanyakan kepada petugas/orang
lain yang bekerja di tempat kerja.
ANSI A13.1-2007
(American National Standards Institute)
Prinsip Ergonomi:
Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
Efisiensi Kerja.
Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
Faktor Manusia dalam Ergonomi.
Beban Kerja :
Mengangkat dan Mengangkut.
Kelelahan.
Pengendalian Lingkungan Kerja.
1. JANGAN PANIK
2. AMATI LOKASI KEJADIAN: AMAN?
3. APA YANG TERJADI?
4. BERAPA JUMLAH KORBAN?
5. ADAKAH YANG MEMBANTU?
6. TENTUKAN HAL UTAMA YANG MENGANCAM KORBAN
7. PANGGIL BANTUAN MEDIS
PRINSIP DASAR
D DANGER = BAHAYA
RESPONSE = KESADARAN
R
AIRWAY = JALAN NAFAS
A
B BREATHING = PERNAFASAN
TUJUAN:
MEMERIKSA APAKAH ADA NAFAS, BILA TIDAK, SEGERA
MEMBERIKAN NAFAS BUATAN
TEHNIK:
LOOK : LIHAT PERGERAKAN DADA DAN
PERUT
LISTEN : DENGARKAN SUARA NAFAS
FEEL : RASAKAN HEMBUSAN NAFAS
POSISI DALAM MEMERIKSA NAFAS
TIDAK BOLEH
LEBIH DARI 10
DETIK
B - BREATHING
TEHNIK PEMBERIAN NAFAS BUATAN:
TUJUAN:
• MEMERIKSA NADI
(PEREDARAN DARAH)
DAN BILA TIDAK ADA
DENYUT, MEMBERIKAN
TEKANAN DADA
(KOMPRESI JANTUNG)
TIDAK BOLEH
LEBIH DARI
5-10 DETIK
Tehnik memeriksa nadi
C - CIRCULATION
TEHNIK MEMBERIKAN TEKANAN DADA
(KOMPRESI JANTUNG):
NB:
Tidak ada batasan waktu sampai berapa lama kita
melakukan CPR
POSISI PEMULIHAN (RECOVERY POSITION)
TUJUAN:
• MEMBEBASKAN JALAN NAFAS KORBAN YANG TIDAK SADAR
• TEKNIK:
• BERLUTUTLAH DI SAMPING KORBAN
• LENGAN YANG TERJAUH MEMBUAT SUDUT DENGAN TUBUH KORBAN. LETAKKAN LENGAN
TERDEKAT ( SATUNYA ) DI ATAS DADA KORBAN
• BENGKOKKAN LUTUT TERDEKAT, LALU GULINGKAN KORBAN MENJAUH DARI ANDA,
TOPANGKAN TANGAN PADA RAHANG AGAR JALAN NAPAS TETAP TERBUKA.
Pengertian evakuasi korban
Sheet
Evacuation Chair
Kursi
Teknik evakuasi
Teknik satu orang penolong
Shoulder Drag
Scooping
PEMBALUT LUKA
Mencegah pergerakan
Mengurangi terjadinya cidera baru
Mengistirahatkan
Mengurangi rasa nyeri
Mempercepat penyembuhan
Prinsip Pembidaian
1. Utamakan DR-ABC
2. Atasi pendarahan
3. Lepaskan pakaian atau perhiasan pada daerah yang patah
4. Jangan reposisi tulang apabila tidak pengalaman
5. Hati-hati, dan minimalisir pergerakan pada bagian tubuh
yang akan dibidai
6. Sebelum bidai dipasang, ukur panjang bidai terlebih
dahulu
7. Perhatikan prinsip pembidaian
Cara pembidaian
1. Sebelum dan sesudah pembidaian kita harus mengevaluasi capillary refill time
2. Bidai korban sesuai kondisi awal ditemukan
3. Ikatan dimulai dari distal ke proksimal
4. Alat tersedia dengan baik dan sesuai
5. Bidai dibungkus sebelum digunakan
6. Ikatan tidak terlalu kencang atau longgar, jumlah ikatan menyesuaikan
7. Tinggikan anggota gerak yang telah dibidai (apabila memungkinkan)
8. Pastikan selalu memantau keadaan pasien, perhatikan denyut nadi dan warna kulit
untuk mencegah terhambatnya aliran darah ke daerah distal akibat di bidai
Memahami Tujuan dan Manfaat
Safety Induction
1.INSPEKSI K3
2.KARTU OBSERVASI K3
3.AUDIT K3
INSPEKSI K3
Inspeksi K3 adalah suatu upaya untuk
memeriksa atau mendeteksi semua
faktor (peralatan, proses kerja,
material, area kerja, prosedur) yang
berpotensi menimbulkan cedera atau
PAK, sehingga kecelakaan kerja
ataupun kerugian dapat dicegah atau
diminimalkan. Inspeksi K3 diperlukan
untuk menemukan sumber-sumber
bahaya yang mengakibatkan kerugian
dan segera menentukan tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk
mengendalikan bahaya tersebut.
TUJUAN INSPEKSI K3
1. Memeriksa apakah pelaksanaan program K3 atau standar K3 sudah berjalan efektif
atau belum
2. Mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang pekerjaan dan tugas
3. Mengidentifikasi bahaya yang ada di area kerja dan bahaya tersembunyi
4. Menemukan penyebab bahaya
5. Merekomendasikan tindakan perbaikan untuk mengendalikan bahaya
6. Memantau langkah-langkah perbaikan yang diambil untuk menghilangkan bahaya atau
mengendalikan risiko (misalnya, memantau perihal administratif, kebijakan, prosedur,
peralatan kerja, alat pelindung diri dll.)
7. Meningkatkan kembali kepedulian tentang K3, karena dengan inspeksi, pekerja merasa
bahwa keselamatannya diperhatikan
8. Menilai kesadaran pekerja akan pentingnya K3
9. Mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor terhadap K3.
PELAKSANA INSPEKSI K3
Inspeksi K3 biasanya dilakukan oleh supervisor, manajer, perwakilan
departemen K3, pekerja yang kompeten, dan/ atau pihak ketiga dari luar
perusahaan. Tim inspeksi K3 dibedakan menjadi dua, yaitu:
Eksternal perusahaan
• Inspeksi K3 yang dilaksanakan oleh pengawas dari instansi pemerintah atau
pihak ketig
Internal perusahaan
• Inspeksi K3 dilakukan oleh orang yang kompeten di dalam perusahaan
seperti supervisor atau manajer dan juga yang memiliki spesialisasi di
bidangnya seperti safety advisor dan teknisi atau pekerja yang kompeten
dari level terendah sampai level tertinggi (top management).
KOMPETENSI INSPEKTOR K3
Tim inspeksi K3 adalah mereka yang sudah
familier dengan area kerja, tugas, pekerjaan
atau mereka yang telah menerima pelatihan
atau sertifikasi. Kriteria lain untuk memilih
tim inspeksi K3 di antaranya:
1. Pengetahuan tentang peraturan dan
prosedur K3, termasuk menguasai
undang-undang dan berbagai peraturan
K3 yang dikeluarkan pemerintah maupun
standar internasional
2. Pengetahuan tentang potensi bahaya
3. Pengalaman dengan prosedur kerja.
DURASI INSPEKSI K3
1. Inspeksi tidak terencana
• Waktu pelaksanaan inspeksi ini tidak
menentu, sehingga umumnya bersifat
dangkal dan tidak sistematis. Inspeksi tidak
terencana mencakup beberapa hal berikut ini:
• Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak
aman (kondisi tidak aman yang memerlukan
perhatian besar yang sering terlewati)
• Fokus lebih besar pada kepentingan produksi
• Tidak tercatat atau tidak didokumentasikan
• Tindakan perbaikan dan pencegahan tidak
sampai mendetail.
DURASI INSPEKSI K3
2. Inspeksi terencana, dibagi menjadi dua, yakni:
a. Inspeksi rutin atau umum
• Inspeksi rutin biasanya dilakukan minimal satu bulan sekali, tetapi ada juga yang melakukannya
setiap enam bulan sekali hingga setahun sekali, tergantung kebijakan perusahaan. Inspeksi harus
dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan manajemen K3.
• Inspeksi rutin biasanya dilakukan untuk memeriksa sumber-sumber bahaya di tempat kerja atau
kegiatan identifikasi terhadap bahaya, tugas-tugas, proses operasional, peralatan, mesin-mesin
yang memiliki risiko tinggi dan alat pelindung diri.
b. Inspeksi khusus
• Inspeksi khusus biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya
terhadap objek-objek kerja tertentu yang memiliki risiko tinggi atau setiap kali ada proses atau
mesin baru yang diperkenalkan di tempat kerja, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
pencegahan dan pengendalian risiko di tempat kerja.
• Perbedaan antara inspeksi umum dan khusus adalah inspeksi umum direncanakan dengan
cara walk-through surveyke seluruh area kerja dan bersifat komprehensif, sedangkan inspeksi
khusus direncanakan untuk fokus kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti mesin, peralatan, atau
area kerja yang memiliki risiko tinggi.
OBYEK INSPEKSI K3
• Bahaya yang berpotensi menimbulkan cedera atau PAK di tempat
kerja, meliputi:
OBYEK INSPEKSI K3
• Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar yang
berkaitan dengan bahaya, tugas-tugas, proses produksi tertentu, alat
pelindung diri, dll.
OBYEK INSPEKSI K3
• Permasalahan K3 yang terjadi sebelumnya meskipun risikonya kecil
juga perlu dipertimbangkan.
TAHAPAN PELAKSANAAN INPEKSI K3
1. Tahap persiapan
• Keberhasilan suatu pemeriksaan di tempat kerja bergantung pada sejauh mana persiapan yang telah Anda
lakukan terkait informasi yang diperlukan sebelum melakukan inspeksi K3. Agar pelaksanaan inspeksi K3
berjalan lancar dan efektif, ada beberapa hal yang harus Anda persiapkan, di antaranya:
1. Komitment
2. Persiapan
3. Identifikasi Bahaya
4. Akibat – Peluang
5. Penilaian Resiko
6. Penanganan Resiko
7. Monitor & Review
KOMITMEN
• Harus mendapat dukungan dari lini manajemen
karena:
1. Manajemen paling banyak terlibat dalam
pengambilan keputusan
2. Terkait pada kebijakan organisasi secara
keseluruhan
3. Terkait pada alokasi SDM dan finansial
PERSIAPAN
• Agar kegiatan Manajemen Resiko berjalan dengan lancar
diperlukan
1. Ruang lingkup kegiatan
2. Personil
3. Standar / acuan penetapan resiko
4. Prosedur
5. Dokumentasi
DEFINISI BAHAYA
1.Karyawan
2.Kontraktor
3.Tamu
4.Pihak Ketiga
BAGAIMANA CIDERA BISA TIMBUL?
1. Jatuh dari ketinggian
2. Tertimpa
3. Terbentur / tertabrak
4. Terjebak / Terjepit
5. Kontak dengan suhu ekstrim
6. Tersengat listrik
7. Kontak dengan Bahan kimia berbahaya
TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA
1. Inspeksi
2. Work Through Survey
3. Audit
4. Kuisoner
5. Data Statistik
6. HAZOP / Fault Tree Analysis
Analisa dan Penilaian Resiko
Setelah Bahaya diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan analisa dan penilaian resiko.
Dalam melakukan analisa dan penilaian resiko parameter yang digunakan adalah AKIBAT
(Consequences) dan PELUANG (frequency)
Akibat adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi dari suatu insiden yang melibatkan manusia,
properti, lingkungan ataupun reputasi perusahaan.
Contoh:
Yang berakibat pada manusia seperti Fatal, cacat, perawatan medis, P3K.
Yang berakibat pada properti seperti kerusakan fasilitas pabrik
Peluang adalah Frekuensi terjadinya insiden yang bisanya dinyatakan dalam satuan waktu
Contoh :
– Pernah terjadi pada perusahaan sejenis
– pernah terjadi di perusahaan ini
– Pernah terjadi diperusahaan ini beberapa kali dalam satu tahun
Beberapa acuan yang digunakan untuk melakukan
penilaian resiko adalah sebagai berikut :
KUALITATIF
KUANTITATIF
SEMI KUALITATIF
KUALITATIF