Anda di halaman 1dari 73

DASAR – DASAR KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA
ALMUSA, SH
PEGAWAI PENGAWAS KETENAGAKERJAAN
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
SEJARAH PERKEMBANGAN K3
 1700 SM, raja Hamurabi dari Babylonia dalam
kitab undang-undangnya menyatakan “seorang
ahli bangunan pembuat rumah
bertanggungjawab apabila rumah tersebut
roboh dan menimpa pemilik rumah hingga
mati, maka ahli bangunan tersebut dihukum
mati”.
 Zaman Mozai, 5 abad setelah Hamurabi, para
ahli bangunan harus bertanggungjawab atas
keselamatan pekerjanya dengan memasang
pagar pengaman pada setiap sisi luar atap
rumah
 Sekitar 80 th SM, para pekerja tambang
diwajibkan memakai penutup hidung
 Tahun 1450, Dominico Fontana, pembangun
obelisk mewajibkan pekerjanya memakai topi
baja
 Tahun 1825, di Inggris terjadi revolusi industri.
Banyak terjadi kecelakaan kerja yang
memakan korban. Para pekerja mendesak
agar adanya pelanggulangan terhadap
kecelakaan kerja, memberi perawatan kepada
korban, dan pemberian kompensasi
kecelakaan kerja bagi korban.
 Pada tahun 1931 di Amerika Serikat
diberlakukan Works Compensation Law,
yaitu Undang- Undang yang mengatur bahwa
apabila terjadi kecelakaan kerja,tidak
memandang apakah kecelakaan tersebut
terjadi akibat kesalahan si korban atau tidak,
yang bersangkutan berhak atas ganti rugi .
 Undang-undang ini menandai pemulaan
usaha pencegahan kecelakaan yang lebih
terarah
DEFINISI K3
Menurut Filosofi (Mangkunegara)
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Keilmuan
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.

Menurut OHSAS 18001:2007


 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
semua kondisi dan faktor yang dapat
berdampak pada keselamatan dan kesehatan
kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di
tempat kerja
DASAR HUKUM
1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2)
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
3. Undang –Undang Nomor 13 Tahun 2003
pasal 86 - 87
3 Unsur pokok penerapan k3 :
• Tempat dimana
dilakukan pekerjaan
Tempat bagi suatu usaha.
Kerja • Tempat lain yang
berhubungan dengan
pekerjaan

• Adanya tenaga kerja


yang bekerja di sana.
Orang • Orang lain yang
berada di tempat
kerja

• Adanya resiko bahaya


Bahaya kerja di tempat itu.
TUJUAN K3
 Melindungi dan menjamin
keselamatan setiap tenaga
kerja dan orang lain di
tempat kerja.
 Menjamin setiap sumber
produksi dapat digunakan
secara aman dan efesien.
 Proses produksi berjalan
lancar.
KECELAKAAN

Kecelakaan itu sesungguhnya merupakan


kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang
telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia
dan atau harta benda.
Istilah dalam K3
 Insiden (incident) ialah kejadian yang
berkaitan dengan pekerjaan dimana
cedera, penyakit akibat ataupun kefatalan
(kematian) dapat terjadi.
 Kecelakaan Kerja (accident) ialah insiden yang
menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja
(PAK) ataupun kefatalan (kematian).
 Hampir celaka (nearmiss) ialah insiden yang
tidak menimbulkan cedera, penyakit akibat
kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).
Bahaya & Resiko
 Bahaya (hazard) ialah semua sumber,
situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja)
dan atau penyakit akibat kerja (PAK).
 resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian
yang bisa diakibatkan apabila berkontak
dengan suatu bahaya ataupun terhadap
kegagalan suatu fungsi. (OHSAS 18001:2007)
SUMBER BAHAYA
Secara umum digolongkan dalam 5 (lima)
sumber , antara lain :
 Manusia
 Material
 Metode
 Mesin
 Lingkungan
FAKTOR – FAKTOR BAHAYA
Secara umum terdapat 5 (lima) faktor
bahaya di tempat kerja, antara lain :
 faktor bahaya biologis
 faktor bahaya kimia
 faktor bahaya fisik/mekanik
 faktor bahaya biomekanik
 faktor bahaya sosial-psikologis.
FAKTOR BAHAYA BIOLOGIS
 Jamur.
 Virus.
 Bakteri.
 Tanaman.
 Binatang.
FAKTOR BAHAYA KIMIA

 Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap
Berbahaya.
 Beracun.
 Reaktif.
 Radioaktif.
 Mudah Meledak.
 Mudah Terbakar/Menyala.
 Iritan.
 Korosif.
FAKTOR BAHAYA FISIK/MEKANIK
 Ketinggian.
 Konstruksi (Infrastruktur).
 Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
 Ruangan Terbatas (Terkurung).
 Tekanan.
 Kebisingan.
 Suhu.
 Cahaya.
 Listrik.
 Getaran.
 Radiasi.
FAKTOR BAHAYA BIOMEKANIK
 Gerakan Berulang.
 Postur/Posisi Kerja.
 Pengangkutan Manual.
 Desain tempat kerja/alat/mesin.
FAKTOR BAHAYA SOSIAL-
PSIKOLOGIS
 Stress.
 Kekerasan.
 Pelecehan.
 Pengucilan.
 Intimidasi.
 Emosi Negatif.
Teori domino effect
 Menurut H.W Heinrich kecelakaan terjadi
melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari
beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang
saling berhubungan sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja, cedera ataupun penyakit akibat
kerja (PAK) serta beberapa kerugian lainnya.
PENYEBAB KECELAKAAN
TEORI DOMINO

CEDERA / KERUSAKAN

BIAYA
KURANGNYA PENGAWASAN

TEORI DOMINO

PROGRAM K3

CEDERA / KERUSAKAN

BIAYA
PENYEBAB KECELAKAAN
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA :

• penyebab dasar

• penyebab tidak langsung

• penyebab langsung
PENYEBAB DASAR
 Termasuk dalam faktor penyebab dasar
kecelakaan kerja ialah lemahnya
manajemen dan pengendaliannya,
kurangnya sarana dan prasarana,
kurangnya sumber daya, kurangnya
komitmen, dsb.
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
 faktor pekerjaan antara lain :
pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja,
pekerjaan tidak sesuai sesuai dengan kondisi
sebenarnya, pekerjaan beresiko tinggi namun
belum ada upaya pengendalian di dalamnya,
beban kerja yang tidak sesuai, dsb.
 faktor pribadi :
mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai
dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian
yang tidak sesuai, dsj.
PENYEBAB LANGSUNG
 kondisi tidak aman/berbahaya (unsafe
condition)
 tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe
action).
Kondisi tidak aman (unsafe condition)
 tidak dipasang (terpasangnya) pengaman
(safeguard) pada bagian mesin yang
berputar, tajam ataupun panas,
 terdapat instalasi kabel listrik yang
kurang standar (isolasi terkelupas, tidak
rapi),
 alat kerja/mesin/kendaraan yang kurang
layak pakai,
 tidak terdapat label pada kemasan bahan
(material) berbahaya, dsb
Tindakan tidak aman (unsafe action)
 Kecerobohan
 meninggalkan prosedur kerja
 tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
 bekerja tanpa perintah
 mengabaikan instruksi kerja
 tidak mematuhi rambu-rambu di tempat
kerja
 tidak melaporkan adanya kerusakan
alat/mesin ataupun APD
 tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum
memulai pekerjaan dengan resiko/bahaya
tinggi.
 Menurut teori efek domino H.W Heinrich
juga bahwa kontribusi terbesar penyebab
kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari
faktor kelalaian manusia yaitu sebesar
88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari
faktor ketidaklayakan properti/aset/barang
dan 2% faktor lain-lain.
UPAYA
PENCEGAHAN

UNSAFE CONDITION UNSAFE ACTION


UPAYA PENCEGAHAN
 Terjadinya kecelakaan kerja merupakan
suatu bentuk kerugian baik bagi korban
kecelakaan kerja maupun
Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja diperlukan untuk
menghindari kerugian-kerugian yang
timbul serta untuk meningkatkan kinerja
keselamatan kerja di tempat kerja.
UPAYA PENCEGAHAN
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan
Kerja melalui Pengendalian Bahaya
Di Tempat Kerja :
a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak
Aman di tempat kerja.
b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak
Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui
Pembinaan dan Pengawasan :
a. Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
b.Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3
bersama tenaga kerja.
c. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang
berkaitan dengan peningkatan penerapan K3 di tempat
kerja.

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui


Sistem Manajemen :
a. Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya
di tempat kerja.
b. Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di
tempat kerja kepada tenaga kerja.
METODE PENGENDALIAN RESIKO
HIERARKI PENGENDALIAN
RESIKO K3
Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya
Substitusi Substitusi
Alat/Mesin/Bahan
• Tempat Kerja/Pekerjaan
Aman
Perancangan Modifikasi/Perancangan • Mengurangi Bahaya
Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang Lebih Aman

Administrasi Prosedur, Aturan,


Pelatihan, Durasi Kerja,
Tanda Bahaya, Rambu,
Poster, Label Tenaga Kerja Mengurangi Paparan
Aman
APD Alat Perlindungan Diri
Tenaga Kerja
RAMBU K3
RAMBU K3
RAMBU K3
POSTER K3
POSTER K3
APD
 Pengertian (Definisi) Alat Pelindung Diri
(APD) ialah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi sesorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja.
(Permenakertrans no. 8 th 2010)
Kewajiban Pengusaha:
Pasal 2
1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja.
2) APD harus sesuai standar Nasional Indonesia
(SNI) atau standar yang berlaku.
3) APD diberikan secara Cuma-cuma.

Pasal 5
Pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan
secara tertulis dan memasang rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di
tempat kerja.
Kewajiban Pekerja
Pasal 6
1. Pekerja/buruh dan orang lain yang
memasuki tempat kerja wajib memakai
atau menggunakan APD sesuai dengan
bahaya dan resiko.
2. Pekerja/buruh berhak menyatakan
keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan.
1)Safety Boot
Gunanya untuk melindungi kaki supaya tidak cedera.
Dengan syarat safety boot terlindung metal bagian depan,
dengan daya tahan terhadap tekanan sampai 2500 pounds
tahan panas, anti minyak dan bahan kimia serta non
conductif, dapat menahan benturan 450 kg dari ketinggian
30 cm.

2)Safety Belt (Sabuk Pengaman)


Safety belt biasa disebut dengan sabuk pengaman atau
harnest sangat penting bagi mereka di tempat ketinggian
terutama diatas tiga meter. Selain APD pada saat tenaga
kerja melakukan seharusnya disiapkan seorang atau dua
orang pembantu karena sendirian beresiko
WARNA HELM SESUAI POSISI KERJA
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
 ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah oleh aktivitas kerja ataupun
kondisi lain yang berhubungan dengan
pekerjaan.
 Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK)
antara lain : silicosis(karena paparan debu
silica), asbestosis (karena paparan debu
asbes), low back pain (karena pengangkutan
manual), white finger syndrom(karena getaran
mekanis pada alat kerja), dsb.
 Beberapa faktor penyebab penyakit akibat
kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri,
Virus Jamur, Binatang, Tanaman)
; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif), Fisik (Tekanan,
Suhu, Kebisingan,
Cahaya), Biomekanik (Postur, Gerakan
Berulang, Pengangkutan
Manual), Psikologi(Stress, dsb).
Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
 Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
 Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
 Pelayanan Kesehatan.
 Penyedian Sarana dan Prasarana serta
perbaikan tempat kerja yang lebih aman,
sehat dan ergonomis.
Keadaan Darurat
 keadaan sulit yang tidak diduga yang
memerlukan penanganan segera supaya
tidak terjadi kecelakaan/kefatalan.
 Unit Tanggap Darurat ialah unit kerja yang
dibentuk secara khusus untuk
menanggulangi keadaaan darurat di
tempat kerja.
Potensi Keadaan Darurat
 Kebakaran yang tidak mampu dipadamkan Regu
Pemadam Kebakaran Perusahaan dalam waktu singkat.
 Peledakan spontan pada tangki, bin, silo, dsb.
 Kebocoran gas/cairan/bahan material berbahaya
lainnya dalam sekala besar dan tidak bisa diatasi dalam
waktu singkat.
 Bencana alam di lingkungan Perusahaan (Banjir, Gempa
Bumi, Angin Ribut, Gunung Meletus, dsb).
 Terorisme (Ancaman Bom, Perampokan, dsb).
 Demonstrasi/Unjuk Rasa/Huru-hara di dalam/di luar
lingkungan Perusahaan.
 Kecelakaan / Keracunan Massal.
Pelaksanaan Tanggap Darurat Secara
Umum
1. Matikan/hentikan seluruh proses/mesin/aktivitas
produksi/kerja.
2. Segera menuju titik evakuasi dengan mengikuti jalur evakuasi
darurat.
3. Selamatkan aset yang memungkinkan untuk diselamatkan.
4. Tetap tenang dan cepat bertindak.
5. Informasikan kepada petugas Tanggap Darurat apabila ada
rekan yang masih tertinggal/terperangkap/terluka.
6. Tetap di area aman hingga ada instruksi lanjutan dari petugas
berwenang.
Unit Tanggap Darurat

 Menentukan dan menanggulangi keadaan


darurat Perusahaan.
 Melaksanakan latihan tanggap darurat
bersama serta melibatkan seluruh
karyawan secara berkala.
 Melaksanakan pertemuan rutin/non-rutin
kinerja Unit Tanggap Darurat.
TEORI API DAN KEBAKARAN
 Pengertian (Definisi) Api ialah suatu
reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk
dari 3 (tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan
bahan mudah terbakar yang menghasilkan
panas dan cahaya.
 Sedangkan pengertian (definisi) Kebakaran
ialah nyala api baik kecil maupun besar pada
tempat, situasi dan waktu yang tidak
dikehendaki yang bersifat merugikan dan
pada umumnya sulit untuk dikendalikan.
TAHAPAN KEBAKARAN
 Tahap Kebakaran Muncul
◦ Reaksi 3 (tiga) unsur api (panas, oksigen dan bahan
mudah terbakar).
◦ Dapat padam dengan sendirinya apabila api tidak dapat
mencapai tahap kebakaran selanjutnya.
◦ Menentukan tindakan pemadaman atau untuk
menyelamatkan diri.
 Tahap Kebakaran Tumbuh
◦ Api membakar bahan mudah terbakar sehingga panas
meningkat.
◦ Dapat terjadi flashover (ikut menyalanya bahan mudah
terbakar lain di sekitar api karena panas tinggi).
◦ Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka
ataupun kematian bagi petugas pemadam.
TAHAPAN KEBAKARAN
 Tahap Kebakaran Puncak
◦ Semua bahan mudah terbakar menyala secara keseluruhan.
◦ Nyala api paling panas dan yang paling berbahaya bagi siapa saja
yang terperangkap di dalamnya.
 Tahap Kebakaran Reda (Padam)
◦ Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama di antara
tahap-tahap kebakaran lainnya.
◦ Penurunan kadar O2 (oksigen) atau bahan mudah terbakar
secara signifikan yang menyebabkan padamnya api (kebakaran).
◦ Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala
berpotensi menimbulkan nyala api baru.
◦ Berpotensi menimbulkan backdraft (ledakan yang terjadi akibat
masuknya pasokan oksigen secara tiba-tiba dari kebakaran ruang
tertutup yang dibuka mendadak saat kebakaran berlangsung).
METODE PEMADAMAN API
 Pendinginan
◦ Menghilangkan unsur panas.
◦ Menggunakan media bahan dasar air.
 Isolasi
◦ Menutup permukaan benda yang terbakar untuk
menghalangi unsur O2 menyalakan api.
◦ Menggunakan media serbuk ataupun busa.
 Dilusi
◦ Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2
menyalakan api.
◦ Menggunakan media gas CO2.
 Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
◦ Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur
api.
◦ Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh
dari jangkauan api.
 Pemutusan Rantai Reaksi
◦ Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan
bahan tertentu untuk mengikat radikal bebas
pemicu rantai reaksi api.
◦ Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan
Halon sekarang dilarang karena menimbulkan
efek rumah kaca).
APAR
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ialah alat yang ringan
serta mudah dilayani untuk satu orang guna memadamkan
api/kebakaran pada mula terjadi kebakaran
(Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).

Hal yang perlu diketahui dalam penggunaan APAR :


 Perhatikan arah angin (usahakan badan/muka menghadap
searah dengan arah angin) supaya media pemadam benar-
benar efektif menuju ke pusat api dan jilatan api tidak
mengenai tubuh petugas pemadam.
 Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang
sesuai dengan klasifikasi sumber kebakaran.
Klasifikasi Kebakaran
Kelas Media
Kebakaran Pemadam
A Padat Non Air, Uap Air, Serbuk Kimia,
Logam Busa
B Gas/Uap/Cairan Serbuk Kimia, CO2,
Busa
C Aliran Listrik Serbuk Kimia, CO2, Uap
Air
D Logam Serbuk Kimia Sorium Klorida,
Grafit, dsj
E Bahan Belum Diketahui Secara
Radioaktif Spesifik
K Bahan Masakan Cairan Kimia, Serbuk Kimia,
CO2
Sumber : National Fire Protection Association (NFPA) Amerika
Tata cara penggunaan APAR

1. Tarik/Lepas Pin pengunci


tuas APAR / Tabung
Pemadam.
2. Arahkan selang ke titik
pusat api.
3. Tekan tuas untuk
mengeluarkan isi APAR /
Tabung Pemadam.
4. Sapukan secara merata
sampai api padam.
 Pengertian / Definisi LOTO (Lockout Tagout)
ialah suatu prosedur untuk menjamin mesin/alat
berbahaya secara tepat telah dimatikan dan tidak akan
menyala kembali selama pekerjaan berbahaya ataupun
pekerjaan perbaikan / perawatan sedang berlangsung
sampai dengan pekerjaan tersebut telah selesai.
 Prosedur Umum LOTO (Lockout Tagout)
antara lain
1) Mengidentifikasi Sumber Energi.
2) Mengisolasi dan mematikan Sumber Energi.
3) Mengunci dan Memberi Tanda Bahaya pada
Sumber Energi.
4) Memastikan Efektivitas Isolasi Sumber Energi.
Hidran

Pilar Hidran
Perlengkapan Nozzl
Hidran e

Hidran digunakan untuk mengatasi kebakaran


Formasi Penggunaan Hidran besar dengan sistem serupa keran air dengan
tekanan air yang tinggi.
Penggunaan hidran sebagai pemadaman
kebakaran harus memastikan bahwa aliran listrik
dimatikan supaya tidak membahayakan petugas
pemadam.
 Izin Kerja diperlukan khusus untuk pekerjaan non-
rutin yang mengandung bahaya/resiko K3 tinggi.
Tujuan dari izin kerja ialah untuk memantau
seluruh potensi bahaya dari area/situasi/aktivitas
operasional di tempat kerja serta untuk
memastikan segala area/situasi/aktivitas pekerjaan
berbahaya/ beresiko tinggi sudah terdapat
pengendalian sehingga aman untuk dilangsungkan
perkerjaan bersangkutan.
 Pengurusan izin kerja dilaksanakan oleh tenaga
kerja bersangkutan (ataupun kontraktor, pemasok,
tamu, dsj) dengan petugas/pengawas K3 serta
Kepala/Manajer Area bersangkutan.
Pekerjaan yang termasuk diatur
dalam izin kerja antara lain :
 Izin Kerja Pekerjaan Panas (Las, Gerinda, dsb).
 Izin Kerja bekerja di ketinggian ekstrim (Pekerjaan
Konstruksi/Perbaikan di atas 2 meter).
 Izin Kerja Pekerjaan Listrik Tegangan Tinggi (Arus
Besar).
 Izin Kerja bekerja di ruang terbatas (terkurung).
 Izin Kerja Pekerjaan Tangki dan Perpipaan.
 Izin Kerja Pekerjaan dengan Alat Berat
(Crane, Excavator, Backhoe, Shovel, dsj).
 Izin Kerja Pekerjaan Galian.
Kode warna pipa
Label (tanda) dan Kode Warna Perpipaan secara
umum merujuk pada standar ANSI A13.1-2007
(American National Standards Institute)
Label (tanda) wajib mudah dilihat dan terdapat di
setiap belokan pipa, sambungan pipa, juga pipa
yang melewati dinding. Penempatan label (tanda)
dipasang setiap interval 7 meter - 15 meter.

terdapat 6 (enam) kode warna dan label (tanda)


perpipaan yang sebagaimana tabel berikut :
Air yang dapat diminum.
Air Boiler.
Air Pendingin.
Air Lainnya.

Gas Bertekanan.

Pipa Pemadam Kebakaran.

Bahan Mudah Terbakar.

Bahan Mudah Menyala (Bahan Bakar).

Bahan Beracun.
Bahan Korosif.
PENTINGNYA K3
 Menyelamatkan karyawan, dari :
sakit, kesedihan, kehilangan masa depan,
kehilangan gaji/nafkah
 Menyelamatkan keluarga, dari :
kesedihan, masa depan yg tak menentu, kehilangan
pendapatan
 Menyelamatkan perusahaan, dari :
kehilangan tenaga kerja, pengelauaran biaya akibat
kecelakaan, kehilangan waktu karena terhenti kegiatan,
melatih atau mengganti karyawan yang celaka, bahkan
bisa sampai terhentinya produksi
PRESS HERE

Anda mungkin juga menyukai