Anda di halaman 1dari 21

MATERI PROYEK

PROMOSI KESEHATAN (PROMKES) DAN PELATIHAN


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
KLINIK PABRIK GANDUM SEGITIGA EMAS

1. PENGERTIAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)


a) Filosofi (Mangkunegara) :
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya
serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
b) Keilmuan :
Semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.

2. DASAR HUKUM PENERAPAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA) DI TEMPAT KERJA
a) UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :
 Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
 Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
 Adanya bahaya kerja di tempat itu.
b) Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat
kerja (PAK).
c) Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) :
 Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100
orang atau lebih.
 Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus
orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki
resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
pencemaran radioaktif.

3. TUJUAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)


DI TEMPAT KERJA
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

4. PENGERTIAN BAHAYA DAN FAKTOR BAHAYA K3 DI TEMPAT KERJA


a) Pengertian
Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera
dan atau penyakit akibat kerja (PAK).
b) Faktor
 Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Tanaman, Binatang).
 Kimia (Bahan/Material/Cairan/Gas/Uap/Debu Beracun, Reaktif,
Radioaktif, Mudah Meledak/Terbakar, Iritan, Korosif).
 Fisik/Mekanik (Ketinggian, Konstruksi, Mesin/Alat/Kendaraan/Alat
Berat, Ruang Terbatas, Tekanan, Kebisingan, Suhu, Cahaya, Listrik,
Getaran, Radiasi).
 Biomekanik (Gerakan Berulang, Postur/Posisi Kerja, Pengangkutan
Manual, Desain Tempat Keja/Alat/Mesin).
 Psikologi/Sosial (Stress, Kekerasan, Pelecehan, Pengucilan,
Lingkungan, Emosi Negatif).
c) Sumber
 Manusia.
 Mesin.
 Material.
 Metode.
 Lingkungan.
d) Jenis
 Tindakan.
 Kondisi.

5. PENGERTIAN RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO K3


a) Pengertian
Potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila terdapat kontak dengan suatu
bahaya (contoh : luka bakar, patah tulang, kram, asbetosis, dsb).
b) Penilaian dan Kategori
Perkalian antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu resiko.

Tabel Matriks Resiko KEPARAHAN


Sangat Ringan Sedang Berat Sangat
Ringan Berat
FREK Sangat Sering Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
UENSI Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Sangat Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi

Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu

Sedang Perlu Tindakan Langsung

Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian

Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas


6. HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO / BAHAYA K3

HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3


ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya
SUBSTITUSI Substitusi Alat/Mesin/Bahan Tempat
Modifikasi/Perancangan Kerja/Pekerjaan Aman
PERANCANGAN Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Mengurangi Bahaya
Lebih Aman
Prosedur, Aturan, Pelatihan,
ADMINISTRASI Durasi Kerja, Tanda
Tenaga Kerja Aman
Bahaya, Rambu, Poster, Label
Mengurangi Paparan
Alat Perlindungan Diri Tenaga
APD
Kerja

7. PENGERTIAN INSIDEN KECELAKAAN KERJA


Pengertian Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana
cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi.
Termasuk insiden ialah keadaan darurat.
Pengertian Kecelakaan Kerja ialah insiden yang menimbulkan cedera,
penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).
Pengertian Nearmiss ialah insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).
Pengertian Keadaan Darurat ialah keadaan sulit yang tidak diduga (terduga)
yang memerlukan penanganan segera supaya (agar) tidak terjadi kecelakaan.

8. PENYEBAB KECELAKAAN KERJA – Teori Domino Effect (H.W.


HEINRICH)

9. KERUGIAN KECELAKAAN KERJA (TEORI GUNUNG ES KECELAKAAN


KERJA)
Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di
permukaan laut dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada
ukuran es sesungguhnya secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan
kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian keseluruhan.
Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung
untuk penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan kerja tanpa
memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya
daripada biaya langsung untuk korban kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja
yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja
ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut. Kerugian-kerugian (biaya-biaya) tersebut
antara lain :
a) Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja :
 Biaya Pengobatan & Perawatan Korban Kecelakaan Kerja.
 Biaya Kompensasi (yang tidak diasuransikan).
b) Biaya Tidak Langsung :
 Kerusakan Bangunan
 Kerusakan Alat dan Mesin
 Kerusakan Produk dan Bahan/Material
 Gangguan dan Terhentinya Produksi
 Biaya Administratif
 Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
 Sewa Mesin Sementara
 Waktu untuk Investigasi
 Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
 Biaya Perekrutan dan Pelatihan
 Biaya Lembur (Investigasi)
 Biaya Ekstra Pengawasan
 Waktu untuk Administrasi
 Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali karena Cedera
 Kerugian Bisnis dan Nama Baik

Perbandingan jumlah biaya di atas diilustrasikan pada gambar di bawah


berikut :
10. PIRAMIDA KECELAKAAN KERJA
Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian)
kejadian yang terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen).
Lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam teori piramidakecelakaan kerja sebagai
berikut :

11. UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka
terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara
lain :
a) Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di
Tempat Kerja :
 Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
 Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
b) Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
 Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
 Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga
kerja.
 Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan
dengan peningkatan penerpan K3 di tempat kerja.
c) Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
 Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
 Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat
kerja.
 Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja oleh
tenaga kerja.

12. PENGERTIAN, CONTOH, PENYEBAB DAN PENCEGAHAN PENYAKIT


AKIBAT KERJA (PAK)
Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan
baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas
kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain :silicosis (karena
paparan debu silica), asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena
pengangkutan manual), white finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat
kerja), dsb.
Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain :Biologi
(Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik
(Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).
Untuk mencegah penyakit akibat kerja dapat dilakukan berbagai upaya antara
lain :
1) Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2) Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3) Pelayanan Kesehatan.
4) Penyedian Sarana dan Prasarana serta perbaikan tempat kerja yang lebih
nyaman.

13. TIM TANGGAP DARURAT K3 (EMERGENCY RESPONSE TEAM)


a) Pengertian Keadaan Darurat
Keadaan sulit yang tidak diduga yang memerlukan penanggulangan segera
supaya tidak terjadi kecelakaan.
b) Ruang Lingkup
 Kebakaran yang gagal dipadamkan regu pemadam kebakaran
Perusahaan.
 Peledakan.
 Kebocoran gas/cairan/material berbahaya yang tidak dapat diatasi
dalam waktu singkat.
 Keracunan.
 Bencana Alam.
 Perampokan.
 Ancaman Bom.
 Demonstrasi / Unjuk Rasa.
 Huru-hara.
c) Tanggap Darurat
 Matikan/hentikan seluruh proses/mesin/aktivitas produksi/kerja.
 Segera menuju titik evakuasi dengan mengikuti jalur evakuasi darurat.
 Selamatkan aset yang memungkinkan untuk diselamatkan.
 Tetap tenang dan cepat bertindak.
 Informasikan kepada petugas Tanggap Darurat apabila ada rekan yang
masih tertinggal/terperangkap/terluka.
 Tetap di area aman hingga ada instruksi lanjutan dari petugas
berwenang.

14. PENGERTIAN API DAN KEBAKARAN


Pengertian Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar) yang menghasilkan panas dan
cahaya. Ilustrasi unsur api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api.
Sedangkan pengertian Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar
pada tempat, situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan
pada umumnya sulit untuk dikendalikan.
Segitiga Api

15. TAHAP - TAHAP KEBAKARAN


Tahap-tahap kebakaran tersebut antara lain :
1) Tahap Kebakaran Muncul
a. Reaksi 3 (tiga) unsur api (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar).
b. Dapat padam dengan sendirinya apabila api tidak dapat mencapai
tahap kebakaran selanjutnya.
c. Menentukan tindakan pemadaman atau untuk menyelamatkan diri.
2) Tahap Kebakaran Tumbuh
a. Api membakar bahan mudah terbakar sehingga panas meningkat.
b. Dapat terjadi flashover (ikut menyalanya bahan mudah terbakar lain di
sekitar api karena panas tinggi).
c. Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka ataupun kematian
bagi petugas pemadam.
3) Tahap Kebakaran Puncak
a. Semua bahan mudah terbakar menyala secara keseluruhan.
b. Nyala api paling panas dan yang paling berbahaya bagi siapa saja yang
terperangkap di dalamnya.
4) Tahap Kebakaran Reda (Padam)
a. Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama di antara tahap-
tahap kebakaran lainnya.
b. Penurunan kadar O2 (oksigen) atau bahan mudah terbakar secara
signifikan yang menyebabkan padamnya api (kebakaran).
c. Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala berpotensi
menimbulkan nyala api baru secara.
d. Berpotensi menimbulkan backdraft (ledakan yang terjadi akibat
masuknya pasokan oksigen secara tiba-tiba dari kebakaran ruang
tertutup yang dibuka mendadak saat kebakaran berlangsung).

Gambar di bawah mengilustrasikan tahap-tahap kebakaran dari muncul api sampai


kebakaran reda (padam) :

16. METODE MEMADAMKAN API / KEBAKARAN


Metode/cara berdasarkan teori terbentuknya api (segitiga api) yaitu
1) Pendinginan
 Menghilangkan unsur panas.
 Menggunakan media bahan dasar air.
2) Isolasi
 Menutup permukaan benda yang terbakar untuk menghalangi unsur O2
menyalakan api.
 Menggunakan media serbuk ataupun busa.
3) Dilusi
 Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.
 Menggunakan media gas CO2.
4) Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
 Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api.
 Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari jangkauan api.
5) Pemutusan Rantai Reaksi
 Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan tertentu untuk
mengikat radikal bebas pemicu rantai reaksi api.
 Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan Halon sekarang
dilarang karena menimbulkan efek rumah kaca).

17. KELAS (KLASIFIKASI) KEBAKARAN MENURUT NFPA (NATIONAL FIRE


PROTECTION ASSOCIATION)
Klasifikasi (kelas) kebakaran menurut NFPA (National Fire Protection Association)
Amerika, yaitu :

KELAS KEBAKARAN PEMADAM

Kertas, Kain, Plastik, Kayu


Air, Uap Air, Pasir, Busa,
Padat Non Logam CO2, Serbuk Kimia
Kering, Cairan Kimia

Metana, Amoniak, Solar

Gas/Uap/Cairan CO2, Serbuk Kimia


Kering, Busa
Arus Pendek

Listrik CO2, Serbuk Kimia


Kering, Uap Air

Aluminium, Tembaga, Besi,


Baja
Serbuk Kimia sodium
Klorida, Grafit
Logam

<Belum Diketahui Secara


Bahan-Bahan Radioaktif
Spesifik>

Radioaktif

Lemak dan Minyak Masakan

Cairan Kimia, CO2


Bahan Masakan

18. TATA CARA PENGGUNAAN APAR (ALAT PEMADAM API RINGAN) /


TABUNG PEMADAM
Pengertian (Definisi) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat yang
ringan serta mudah dilayani untuk satu orang untuk memadamkan apipada mula
terjadi kebakaran (berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan). Dan berikut ialah
tata cara penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Tabung Pemadam :
a) Tarik/Lepas Pin pengunci tuas APAR / Tabung Pemadam.
b) Arahkan selang ke titik pusat api.
c) Tekan tuas untuk mengeluarkan isi APAR / Tabung Pemadam.
d) Sapukan secara merata sampai api padam.
Yang perlu diperhatikan :
a) Perhatikan arah angin (usahakan searah dengan arah angin) supaya media
pemadam benar-benar efektif mengarah ke pusat api.
b) Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang sesuai dengan
klasifikasi sumber kebakaran.

19. ALAT PELINDUNG DIRI


Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat
bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga
kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja. Terdapat berbagai macam/jenis
APD di antaranya ialah sebagai berikut :

20. PENGERTIAN DAN PROSEDUR LOTO (LOCKOUT TAGOUT)


Pengertian / Definisi LOTO (Lockout Tagout) ialah suatu prosedur untuk
menjamin mesin/alat berbahaya secara tepat telah dimatikan dan tidak akan menyala
kembali selama pekerjaan berbahaya atapun pekerjaan perbaikan / perawatan sedang
berlangsung sampai dengan pekerjaan tersebut telah selesai.
Prosedur Umum LOTO (Lockout Tagout) antara lain :
a) Mengidentifikasi Sumber Energi.
b) Mengisolasi dan mematikan Sumber Energi.
c) Mengunci dan Memberi Tanda Bahaya pada Sumber Energi.
d) Memastikan Efektivitas Isolasi Sumber Energi.
21. IZIN KERJA K3
Izin Kerja diperlukan khusus untuk pekerjaan non-rutin yang mengandung
bahaya/resiko tinggi. Tujuan dari izin kerja ialah unyuk memantau seluruh potensi
bahaya dari area/situasi/aktivitas operasional di tempat kerja serta untuk memastikan
segala area/situasi/aktivitas pekerjaan berbahaya/beresiko tinggi sudah terdapat
pengendaliansehingga aman untuk dilangsungkan perkerjaan bersangkutan.
Pengurusan izin kerja dilaksanakan oleh tenaga kerja bersangkutan (ataupun
kontraktor, pemasok, dsb) dengan petugas/pengawas K3 serta Manajer Area
bersangkutan. Pekerjaan yang termasuk diatur dalam izin kerja antara lain :
1) Izin Kerja Pekerjaan Panas (Las, Gerinda, dsb).
2) Izin Kerja bekerja di ketinggian ekstrim (Pekerjaan Konstruksi/Perbaikan di
atas 2m).
3) Izin Kerja Pekerjaan Listrik Tegangan Tinggi (Arus Besar).
4) Izin Kerja bekerja di ruang terbatas (terkurung).
5) Izin Kerja Pekerjaan Tangki dan Perpipaan.
6) Izin Kerja Pekerjaan dengan Alat Berat (Crane, Excavator, Backhoe, Shovel,
dsj).
7) Izin Kerja Pekerjaan Galian.

22. LABEL (TANDA) KODE WARNA PERPIPAAN


Label (tanda) dan Kode Warna Perpipaan secara umum merujuk pada standar ANSI
A13.1-2007 (American National Standards Institute) dimana terdapat 6 (enam) kode
warna dan label (tanda) perpipaan yang diatur sebagaimana tabel di bawah berikut :
23. LABEL (TANDA/SIMBOL) TRANSPORTASI BAHAN (MATERIAL)
BERBAHAYA
Label Transportasi Bahan/Material Berbahaya (B3) secara umum merujuk pada U.S
Department of Transportation (DOT) atau Departement Transportasi Amerika Serikat.
Label (plakat) secara umum dipasang pada kendaraan pengangkut juga pada kemasan
paket baik itu transportasi darat, udara dan laut ataupun transportasi khusus lainnya.
24. LABEL (TANDA/SIMBOL) KEMASAN BAHAN (MATERIAL) BERBAHAYA
/ B3
Label (Simbol) Kemasan Bahan (Material) Berbahaya / B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya) secara umum merujuk pada Globally Harmonized System - United
Nations (GHS) yang diterbitkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa - Bangsa). Label
dipasang per satuan kemasan bahan berbahaya ataupun paket kemasan bahan
(material) berbahaya.

25. RAMBU K3 : KUMPULAN RAMBU BAHAYA K3 (SAFETY SIGN)


Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu bahaya K3 di tempat kerja yang
bermanfaat sebagai manajemen visual di tempat kerja.
         

         

         

         

         

         
         

         

   

26. KEWAJIBAN PENGUSAHA (PENGURUS) TERHADAP PENERAPAN K3


Kewajiban Pengusaha (Pengurus) Terhadap Penerapan K3(Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 14 dimana terdapat 3 (tiga) kewajiban pengusaha
(pengurus) terhadap penerapan K3 antara lain :
a) Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
b) Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua
bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang
dipimpinnya.
c) Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang dipimpin maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pegawai pengawas atau Ahli K3
di tempat kerja yang dipimpinnya.
27. KEWAJIBAN TENAGA KERA TERHADAP PENERAPAN K3

28. SYARAT-SYARAT PENERAPAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA) DI TEMPAT KERJA
Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ditempat kerja
tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3.
Di dalamnya terdapat 18 (delapan belas)syarat-syarat dasar keselamatan kerja di
tempat kerja di antaranya sebagai berikut :
a) Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
b) Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
c) Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
d) Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
e) Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
f) Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
g) Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
h) Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
i) Penerangan yang cukup dan sesuai.
j) Suhu dan kelembaban udara yang baik.
k) Menyediakan ventilasi yang cukup.
l) Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
m) Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
n) Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman &
barang.
o) Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
p) Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan
barang
q) Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
r) Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya
bertambah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai