Anda di halaman 1dari 14

Tanggung jawab dari para pihak yang terkait

dengan K3
a. Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja menunjuk
Direktur yang bertanggung jawab dalam pengawasan
terhadap pelaksanaan Undang Undang tentang
keselamatan dan kesehatan Kerja dan peraturan
perundang undangan yang terkait dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan tujuannya. Dalam
pelaksanaan tugasnya Direktur ini dibantu oleh Pengawas
K3 di tingkat pusat/propinsi/kabupaten / kota, Ahli K3,
Panitia Banding bila terjadi permasalahan tentang K3,
Dokter bidang K3 dan P2K3 .
b. Pengusaha bertanggung jawab atas terselenggaranya
K3 ditempat kerjanya dan menyediakan segala keperluan
yang berkaitan dengan hal ini disesuaikan dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku dan
kemampuan perusahaan.
Dalam pelaksanaanya ditunjuk pimpinan perusahaan/
Direktur Operasi yang bertanggung jawab atas K3 dibantu
pimpinan Unit K3 dan pimpinan Unit Unit Kerja diseluruh
Divisi/ Bagian , Ahli k3 dan Dokter / Tenaga medis
Hiperkes tergantung dengan jumlah besar/ kecilnya
tenaga kerja yang ada ( lebih dari 100 orang ) atau
bekerjasama dengan pihak pihak terkait disesuaikan
dengan persyaratan perundang undangan yang berlaku
dan kemampuan perusahaan.
Pengusaha harus membentuk Panitia Pembina K3
ditempat kerjanya, membuat Program Kerja tentang
aktifitas K3 agar tidak terjadi kecelakaan kerja karena
keadaan tidak aman (Unsafe Condition) dan tindakan tidak

aman ( Unsafe Action ), penyediaan APD, rambu rambu K3


,pembinaan sumber daya secara terstruktur dan
terpogram mengenai K3, serta pemeriksaan berkala
kesehatan bagi tenaga kerja agar tetap sehat dan
terhindar penyakit akibat kerja.
c. Tenaga Kerja berkewajiban mentaati semua ketentuan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
antara lain pemakaian pakaian kerja dan alat pelindung
diri , pemeriksaan kesehatan , mentaati SOP dan rambu
rambu K3, memberikan keterangan yang benar jika
diminta oleh Pengawas dan atau ahli K3
Meminta kepada pengurus/ pengusaha agar dilaksanakan
semua syarat K3 yang diwajibkan disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan, dan mengajukan keberatan
kerja untuk pekerjaan yang syarat syarat K3 dan APD
yang diwajibkan tidak dipenuhi.
d. Lingkungan Masyarakat berkewajiban memantau dan
memberikan masukan hal hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan K3 yang dapat berdampak langsung atau
tidak langsung terhadap masyarakat disekitar tempat
kerja.

Teori Piramida kecelakaan dari Frank Bird dan Teori


Domino tentang faktor faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja dari HW Heinrich .
Ilustrasi piramida kecelakaan kerja dari Frank Bird :

Piramida Kecelakaan Kerja

Google+TwitterPinterest

Piramida kecelakaan kerja ini menggambarkan setiap kecelakaan


kerja yang fatal tidaklah berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat
kecelakaan ringan yang mengiringi ( 10 kali ) dan secara berurutan
bahwa setiap kecelakaan fatal terdapat kecelakaan yang
menimbulkan kerusakan aset ( 30 kali ) dan setiap kecelakaan
fatal terdapat 600 insiden yang mengiringi dan 10.000 perbuatan
dan kondisi tidak aman ( berbahaya ).
Menurut teori domino effect kecelakaan kerja H.W Heinrich,
kecelakaan terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari
beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling
berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja ( penyebab
langsung kecelakaan kerja dan penyebab tidak langsung
kecelakaan kerja:cedera ) ataupun penyakit akibat kerja / PAK)
serta beberapa kerugianl ainnya.

Gambar di bawah ialah ilustrasi dari teori domino


effect kecelakaan kerja H.W. Heinrich.

Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Hierarki pengendalian resiko bahaya K3 , matriks


resiko ditinjau dari tingkat
keparahan dan
frekuensi kejadian dan 5 Faktor bahaya ditempat
kerja ;
HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3
ELIMINASI
Eliminasi Sumber Bahaya
SUBSTITUSI
Substitusi Alat/Mesin/Bahan
Tempat Kerja/Pekerjaan Aman
Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/Tempat Mengurangi Bahaya
PERANCANGAN
Kerja yang Lebih Aman
Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja,
ADMINISTRASI
Tenaga Kerja Aman
Tanda Bahaya,Rambu, Poster, Label
Mengurangi Paparan
APD
Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja

Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi


memiliki tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi
tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan
hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan
proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di
bawah :

Hierarki Pengendalian Resiko

Metode matriks resiko seperti pada tabel matriks resiko di


bawah :
Tabel Matriks Resiko

FREKUENSI

Sangat Sering
Sering
Sedang
Jarang
Sangat Jarang

Sangat Ringan
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah

KEPARAHAN
Ringan Sedang Berat
Tinggi Tinggi Ekstrim
Sedang Tinggi Tinggi
Sedang Sedang Tinggi
Sedang Sedang Tinggi
Rendah Sedang Sedang

Sangat Berat
Ekstrim
Ekstrim
Ekstrim
Tinggi
Tinggi

Tabel di bawah merupakan representasi kategori resiko


yang dihasilkan dari penilaian matriks resiko :
Rendah

Perlu Aturan/Prosedur/Rambu

Sedang

Perlu Tindakan Langsung

Tinggi

Perlu Perencanaan Pengendalian

Ekstrim

Perlu Perhatian Manajemen Atas

Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun


aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera
(kecelakaan kerja) dan ataupenyakit akibat kerja (PAK)
definisi bahaya berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara
umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja
yaitu :
1. Jamur.
2. Virus.
Faktor Bahaya Biologi

3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang.

1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
Faktor Bahaya Kimia
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.
Faktor Bahaya Fisik/Mekanik
1. Ketinggian.

2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.
6. Kebisingan.
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.

1. Gerakan Berulang.
2. Postur/Posisi Kerja.
Faktor Bahaya Biomekanik
3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.

1. Stress.
2. Kekerasan.
3. Pelecehan.
Faktor Bahaya Sosial-Psikologis
4. Pengucilan.
5. Intimidasi.
6. Emosi Negatif.

Klasifikasi Kebakaran menurut NFPA (National Fire


Protection Association) Amerika.

NFPA membagi klasifikasi (kelas) kebakaran menjadi 6


(enam) kelas yaitu : Kebakaran Kelas A, Kebakaran Kelas
B, Kebakaran Kelas C, Kebakaran Kelas D, Kebakaran Kelas
E dan Kebakaran Kelas K.
Klasifikasi (kelas) kebakaran ini berguna untuk
menentukan media pemadam efektif menurut sumber
api / kebakaran, juga berguna untuk menentukan aman
tidaknya jenis media pemadam tertentu untuk
memadamkan kelas kebakaran tertentu berdasarkan
sumber api/kebakarannya.
KELAS

KEBAKARAN

PEMADAM

Kertas, Kain, Plastik,


Kayu
Air, Uap Air, Pasir, Busa, CO2, Serbuk Kimia
Kering, Cairan Kimia

Padat Non Logam

Metana, Amoniak, Solar


Gas/Uap/Cairan

CO2, Serbuk Kimia Kering, Busa

Arus Pendek
Listrik

CO2, Serbuk Kimia Kering, Uap Air

Aluminium, Tembaga,
Besi, Baja
Serbuk Kimia sodium Klorida, Grafit
Logam

Bahan-Bahan Radioaktif
Radioaktif

<Belum Diketahui Secara Spesifik>

Lemak dan Minyak


Masakan
Bahan Masakan

Cairan Kimia, CO2

Cara memadamkan api (kebakaran) terdapat beberapa


metode/cara berdasarkan teori terbentuknya api (segitiga
api) yaitu diantaranya ialah dengan metode pendinginan,
isolasi, dilusi, pemisahan dan pemutusan.
1. Pendinginan
o Menghilangkan unsur panas.
o Menggunakan media bahan dasar air.
2. Isolasi
o Menutup permukaan benda yang terbakar untuk
menghalangi unsur O2 menyalakan api.
o Menggunakan media serbuk ataupun busa.
3. Dilusi
o Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur
O2 menyalakan api.
o Menggunakan media gas CO2.
4. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
o Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur
api.
o Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh
dari jangkauan api.

5. Pemutusan Rantai Reaksi


o Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan
bahan tertentu untuk mengikat radikal bebas
pemicu rantai reaksi api.
o Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan
Halon sekarang dilarang karena menimbulkan
efek rumah kaca).

Rambu Rambu Keselamatan Kerja


Rambu-rambu Keselamatan (Safety Sign)
DEFINISI :
Rambu-rambu keselamatan adalah peralatan yang
bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan
dan keselamatan karyawan dan pengunjung yang
sedang berada di tempat kerja.
KEGUNAAN :
Menarik perhatian terhadap adanya kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja
Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin
tidak terlihat
Menyediakan informasi umum dan memberikan
pengarahan.

Mengingatkan para karyawan dimana harus


menggunakan peralatan keselamatan kerja ( Alat
perlindungan diri )
Mengindikasikan dimana tempat dan peralatan
darurat keselamatan berada.
Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa
tindakan yang atau perilaku yang tidak
diperbolehkan.
Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b :
Pengusaha berkewajiban memasang di dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja

Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kriteria audit 6.4.4 : Rambu-rambu mengenai
keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang
sesuai dengan standar dan pedoman
PENGELOMPOKAN RAMBU
Kelompok rambu-rambu dibagi dalam tiga bagian
yakni :
PERINTAH

: Larangan , kewajiban

WASPADA

: Bahaya, Peringatan, perhatian

INFORMASI

PETUNJUK PEMASANGAN RAMBU


Rambu-rambu harus terlihat jelas, ditempatkan pada jarak
pandang dan tidak tertutup atau tersembunyi.
Kondisikan rambu-rambu dengan penerangan yang baik.
Siapapun yang berada di area kerja harus bisa membaca
rambu dengan mudah dan mengenali warna keselamatannya.
Pencahayaan juga harus cukup membuat bahaya yang akan
ditonjolkan menjadi terlihat dengan jelas.
Siapapun yang ada di area kerja harus memiliki waktu yang
cukup untuk membaca pesan yang disampaikan dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga
keselamatan.
Posisikan rambu-rambu yang berhubungan bersebelahan,
tetapi jangan menempatkan lebih dari empat rambu dalam
area yang sama.
Pisahkan rambu-rambu yang tidak berhubungan.
Pastikan bahwa rambu-rambu pengarah terlihat dari semua
arah. Termasuk panah arah pada rambu keluar disaat arah
tidak jelas atau membinggungkan. Rambu arah arus
ditempatkan secara berurutan sehingga rute yang dilalui
selalu jelas.
Rambu-rambu yang di atap harus berjarak 2.2 meter dari
lantai.

Anda mungkin juga menyukai