BAMBANG SUBAGYO SH
TANTANGAN GLOBALISASI
Sertifikasi Nasional/Internasional :
- Jaminan Mutu Produk
- Sertifikasi Standar
- Masalah Lingkungan
- Hak Azasi Manusia
SIAPAKAH YANG HARUS
BERTANGUNG JAWAB ???????
Difinisi K-3
Filosofi
Pemikiran dan upaya untuk menjamin
Keutuhan dan kesempurnaan :
- Tenaga Kerja & Manusia pada umumya,
baik jasmani maupun rohani,
- hasil karya dan budaya menuju masyarakat
adil, makmur dan sejahtera;
Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam upaya mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran,
penyakit, dll
(ACCIDENT PREVENTION)
Tujuan
Melindungi para pekerja dan orang
lain di tempat kerja
Menjamin agar setiap sumber
produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien
Menjamin proses produksi berjalan
lancar
APAKAH SISTEM
PEKERJAAN SEPERTI INI
HARUS DIDIAMKAN..??
Masalah Pelaksanaan K3
Masyarakat pekerja
Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan
tunjangan kesejahteraan).
K3 belum menjadi tuntutan pekerja,
Pengusaha
Menekankan penghematan beaya produksi dan
meningkatkan efisiensi, untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Dan K3 dipandang sebagai beban
beaya operasional tambahan.
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA
TENAGA
KERJA
KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES
BAHAN ALAT
LINGKUNGAN
PASAL 3 (1)
Memuat 18 butir syarat K3
harus diimplementasikan di setiap tempat kerja
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
1. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pangangkutan orang, binatang. tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
PENGERTIAN/DIFINISI KECELAKAAN KERJA
KECELAKAAN KERJA
Kejadian yang tidak diduga sebelumnya
yang dapat mengakibatkan gangguan
terhadap suatu proses pekerjaan
yang telah direncanakan
KEBAKARAN
Adalah terjadinya api pada waktu
dan tempat yang tidak diinginkan
Klasifikasi kecelakaan
<> Insiden tanpa kerusakan tidak ada yang cidera
DANGER
PELUANG BAHAYA SUDAH TAMPAK
NSN RISK
PREDIKSI TINGKAT KEPARAHAN BILA
TERJADI BAHAYA
INSIDENT
MUNCULNYA KEJADIAN YANG
BERBAHAYA
ACCIDENT
KEJADIAN BAHAYA YANG DISERTAI
ADANYA KORBAN DAN/ATAU
KERUGIAN
ANDA MENYANYANGI SAYA
PAKAILAH ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
( ILCI model - Bird & German, 1985 )
Inadequate
Program Personal Substandard Contact People
Factors Acts With
Inadequate Property
Standard Job Substandard Energy or Process
Conditions Substance
Inadequate Factors (Profit)
Compliance
Logika terjadinya kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan
mata rantai sebab-akibat (Domino Squen)
BASIC
LACK OF CAUSES INSIDENT
IMMIDIATE
CONTROL CAUSES LOSSES
BAHAYA
Produksi
TIDAK TERKENDALI terganggu
KECELAKAAN
- konstruksi : 31,9%
- Insdustri : 31,6 %
- Tranport : 9,3%
- Pertambangan : 2,6%
- Kehutanan : 3,8%
- Lain-lain : 20 % Ref. ILO
DATA PENYEBAB KECELAKAAN
SEKTOR KONSTRUKSI
- Jatuh : 26%
- Terbentur : 12 %
- Tertimpa : 9%
- Mesin dan alat : 8%
- Alat tangan : 7%
- Transport : 7%
- Lain-lain : 6%
Ref. ILO
KECELAKAAN YANG HARUS
DILAPORKAN
kecelakaan kerja,
kebakaran atau peledakan atau
pencemaran dan
kejadian berbahaya lainya.
Kerugian Material
- Bangunan (Rp)
- Peralatan/Mesin (Rp)
- Bahan Baku (Rp)
- Bahan setengah jadi (Rp)
- Bahan jadi (Rp)
2. Terpukul
6. Tergelincir.
7. Terpapar
8. Penghisapan, penyerapan
10. Lain-lain.
Kondisi berbahaya (Kode D)
1. Pengamanan yang tidak sempurna
2 Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur yang tidak aman
5. Penerangan tidak sempurna
6. Iklim kerja yang tidak aman
7. Tekanan udara yang tidak aman
8. Getaran yang berbahaya
9. Pakaian, kelengkapan yang tidak aman
10. Kejadian berbahaya lainnya
Tindakan berbahaya (Kode E)
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono /
berkelakar, mengagetkan dan lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang
ditentukan.
10. Lain-lain.
IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA
a Perencanaan
a pemasangan
a comisioning
a pemakaian,
aperawatan
PENGENDALIAN
Administratif,
Legalitas/perijinan,
Standarisasi
Sertifikasi
STANDARDISASI DIKAITKAN DENGAN
MUTU, LINGKUNGAN, HAM, DAN TERMASUK K3
Industri yang tidak mengikuti persyaratan
Standar produknya dapat ditolak
di pasaran internasional
Polecy Nasional K-3
Menteri Tenaga Kerja RI
Pelaksana Umum Kelembagaan
Dirjen Binawas Cq Dir. PNKK P2K3
Pengawasan Langsung
Pengawas & Ahli K3)
Pengurus/Pengusaha
Tenaga kerja & orang
lain
UTAMAKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
Analisa proses pekerjaan
dari aspek K3
Langkah-langkah :
uraikan tahapan pekerjaan,
identifikasi potensi bahaya yang
mungkin ada,
tetapkan tindakan untuk
mengendalikan bahaya atau
menghilangkannya sama sekali
Pengamatan anak buah dalam
melaksanakan pekerjaan aspek K3
Meliputi :
penilaian resiko bahaya
penilaian cara kerja yang tidak
aman
penilaian cara kerja yang aman,
melakuan koreksi
memberi penghargaan cara
kerja yang aman
POLA & ARAH K3
KEBIJAKAN K3 MANDIRI
DI SETIAP
TEMPAT KERJA
PENERAPAN SMK 3
PERMEN
05/MEN/1999
VISI
MISI
STRATEGI
PROGRAM
K-3
RANGKUMAN
1. K-3 bertujuan perlindungan tenaga kerja dari masyarakat
2. Manfaat K-3 menjamin keamanan penggunaan mesin,
instalasi, proses produksi dan pada gilirannya akan
keningkatkan produktifitas kerja.
3. Kecelakaan kerja, kejadian berbahaya , kebakaran,
peledakan, pencemaran dan kejadian berbahaya lainnya
akan minimbulkan kerugian ekonomis baik langsung maupun
tidak langsung.
4. Setiap kecelakaan kerja termasuk yang nyaris kecelakaan
harus dianalisis dan dilaporkan.
5. Tata cara pelaporan dan analisis kecelakaan telah diatur
dengan peraturan perundangan K3.
6. Laporan kecelakaan sangan berguna sebagai bahan
kebijakan baik Nasional, regional maupun di tingkat
perusahaan.
7. Indonesia sebagai anggota ILO bertanggung jawab dan
melaporkan kinerja K3 di tingkat Internasional (ILO).
Pernyataan Presiden RI
dalam
Konvensi Nasional K3 2000
Bangsa yang beradab akan menempatkan
K-3 pada posisi yang utama
UNDANG-UNDANG
NO. 1 Tahun 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
Oleh :
BAMBANG SUBAGYO, SH
VELIGHEIDS REGLEMENT
TAHUN, 1910
TEMPAT KERJA
Setiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya.
RUANG LINGKUP BAB II PASAL 2
MELIPUTI
1. Yang diatur oleh undang-undang keselamatan kerja dalam segala tempat
kerja, di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di
udara yang berada di wilayah kekuasaan Hukum Republik Indonesia
2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) berlaku dalam tempat kerja :
a. Dibuat, dicoba, dipakai, atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan atau kebakaran
b. Dibuat, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan
bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar mengigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan, pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung, atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah, dimana
dilakukan perkerjaan persiapan
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu, atau hasil hutan lainnya. Peternakan, perikanan
dan lapangan kesehatan
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, atau biji
logam batu, batuan, gas, atau mineral lainnya, baik dipermukaan, atau
didalam bumi maupun didasar perairan
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik di daratan,
melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara.
g. Di kerjakan bongkar muat barang muatan kapal, perahu, dermaga, dok,
stasiun dan gudang
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam
air
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah dan
perairan
j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan terkena pelantingan benda , terjatuh, terperosok, hanyut atau
terpelanting
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur, atau lubang
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,
gas hembusan angin, cuaca, sinar, atau radiasi, suara atau getaran
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran, atau penerimaan radio, radar
televisi atau telepon
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan, atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan,
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air
r. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselengarakan
rekreasi lainnya yang memakai peralatan, Instalasi Listrik, atau
mekanik
Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada setiap
tenaga kerja baru tentang :
1. Kondisi-kondisi dan bahaya serta yang timbul dalam
tempat kerjanya.
2. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya.
3. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
4. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
KEWAJIBAN DAN HAK
TENAGA KERJA
a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja.
b) Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
c) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja.
d) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat-syarat keselamatan kesehatan kerja.
KEWAJIBAN PENGURUS
Melaksanakan serta mentaati Undang-Undang dan semua
peraturan pelaksanaannya.
Memasang gambar/Poster K3 pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja.
Menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja, dan menyediakan
bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja.
UNDANG-UNDANG 1945
PASAL, 27 (1)
AMANDEMEN, 2000
PASAL, 28 D (2)
Pasal 4
TENTANG
Pasal 4
Teknisi lift sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 harus memiliki surat ijin operasi
KERJA dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB II
PERS YARATAN TEKNISI LIFT
Pasal 5
Pasal 7
Untuk mendapatkan surat ijin operasi teknisi penyetel (adjuster) lift sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf c harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berpendidikan serendah-rendahnya STM jurusan mesin atau listrik atau SMU IPA;
b. Pengalaman kerja pada pemasangan, perawatan atau perbaikan lift sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun;
c. Lulus bimbingan teknis bagi teknisi penyetel (adjuster) lift.
Pasal 8
Untuk mendapatkan surat ijin operasi penyelia/pengawas operasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf d harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berpendidikan serendah-rendahnya STM jurusan mesin atau listrik atau SMU IPA;
b. Pengalaman kerja pada bagian teknik/engineering sekurang-kurangnya selama 3
(tiga) tahun;
c. Lulus bimbingan teknis bagi penyelia/pengawas operasi lift.
(1) Bimbingan teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c, pasal 6 huruf
c, pasal 7 huruf c dan pasal 8 huruf c diselenggarakan oleh perusahaan jasa
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Kurikulum bimbingan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan lampiran II Keputusan ini.
(3) Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Direktur dapat
mengubah kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 10
(1) Pemberian surat ijin operasi teknisi lift sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 berdasarkan permohonan tertulis pengurus atau
pengusaha tempat kerja atau perusahaan jasa keselamatan dan
kesehatan kerja pemasang, perawatan dan atau perbaikan lift
kepada Menteri dengan melampirkan:
a. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
b. Salinan ijazah sesuai dengan yang dipersyaratkan;
c. Salinan sertigikat bimbingan teknis sesuai dengan yang
dipersyaratkan;
d. Surat keterangan pengalaman kerja sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
Pasal 11
(1) Surat ijin operasi teknisi lift sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan setelah
berakhir dapat diperpanjang lagi.
(2) Untuk mendapatkan perpanjangan surat ijin operasi teknisi lift
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengurus atau pengusaha
tempat kerja atau perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan
kerja pemasang, perawatan dan atau perbaikan lift harus
mengajukan permohonan perpanjangan secara tertulis kepada
Menteri dengan melampirkan :
a. Salinan surat ijin operasi teknisi lift;
b. Laporan kegiatan selama 4 (empat) tahun terakhir;
Pasal 12
(1) Perpanjangan surat ijin operasi teknisi lift sebagaimana dimaksud dalam pasal 11. dikeluarkan setelah
dilakukan evaluasi oleh Direktur.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kemampuan dan keterampilan teknisi
lift.
(3) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Direktur dalam waktu selama-
lamanya 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya permohonan perpanjangan menetapkan persetujuan
atau penolakan perpanjangan.
(4) Tata cara evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Direktur
(1) Surat ijin operasi teknisi lift sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) tidak berlaku apabila yang
bersangkutan :
a. Mengundurkan diri;
b. Meninggal dunia;
c. Cacat jasmani atau rohani akibat kecelakaan kerja sehingga tidak mampu menjalankan tugas.
(2) Surat ijin operasi teknisi lift disebut apabila yang bersangkutan terbukti :
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja;
b. Melakukan kesalahan, kelalaian atau kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan berbahaya;
Pasal 14
loknisi lift sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) berkewajiban untuk :
a. Mentaati peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja;
b. Melaporkan kondisi lift yang menjadi tanggung jawabnya jika tidak aman atau
tidak layak pakai kepada atasan langsung;
c. Bertanggungjawab atas hasil pemasangan, perbaikan, perawatan dan pengoperasian
lift;
d. Membantu pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam pelaksanaan pemeriksaan
pengujian lift.
Pasal 16
Hak dan kewajiban teknisi lift harus sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi dan
kompetensi masing-masing teknisi, sebagaimana ditetapkan dalam lampairan 1
Keputusan ini.
Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
Undang-undang Uap Tahun 1930 ( Stoom Ordonantie 1930/Stb
No. 225 Tahun 1930)
Peraturan Uap 1930 ( Stoom Ordonantie 1930/Stb339 Tahun
19930)
MENETAPKAN :
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tentang Klasifikasi dan syarat-syarat
operator pesawat uap
KETENTUAN UMUM
Menteri ialah :
1. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan
2. Pegawai Pengawas adalah Pegawai sebagai mana dimaksud
pada pasal 1 ayat (2) Undang-undang No.1 tahun 1970
3. Pemakai adalah pemakai sebagai dimaksud dalam pasal 1
Stoom Ordonantie 1930
4. Operator adalah tenaga kerja berkeahlian khusus untuk
melayani pemakaian pesawat uap
RUANG LINGKUP :
Peraturan Menteri ini meliputi kualifikasi wewenang syarat-syarat dan
kewajiban Operator Pesawat uap.
1. Operator kelas I
2. Operator kelas II
(1) Operator kelas I
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA Jurusan Mekanik,
Listrik, atau IPA
b. Telah berpengalaman di bidang pelayanan pesawat uap
sekurang-kurangnya 2 tahun
c. Berkelakuan baik dari kepolisian
d. Berbadan sehat dari dokter
e. Umur sekurang-kurangnya 23 tahun
f. Harus lulus paket A1+A2
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga
Kerja cq. Ditjen Binawas.
(1) Operator kelas II
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTPdan diutamakan
teknis Mekanik, Listrik,
b. pernah sebagai pembantu operator selama 1 tahun
c. Berkelakuan baik dari kepolisian
d. Berbadan sehat dari dokter
e. Umur sekurang-kurangnya 20 tahun
f. Harus lulus paket A1
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga
Kerja cq. Ditjen Binawas.
TRAINING OPERATOR PESAWAT UAP