Anda di halaman 1dari 61

Penerapan SMK3 pada

Pengawasan Norma K3 Listrik


DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3
Pasal 27 (2) UUD1945

Undang-undang
13 Thn 2003

Pasal 86 Pasal 87

• UU No.1/1970 PP 50 Tahun 2012


ttg Penerapan
SMK3

Sanksi
Sejarah Kebijakan SMK3
• Pelaksanaan K3 sesuai UU 1/1970 secara
eksplisit merupakan pelaksanaan K3
secara sistem
• SMK3 dikeluarkan sejak 1996 melalui
Permenaker No. 05/Men/1996
• Di Internasional perkembangan sistem
manajemen K3 mulai berkembang
melalui ILO Guidline Tahun 2001
• SMK3 ditegaskan kembali dalam UU
13 tahun 2003 pasal 87
• Dan mengamanatkan pedoman
penerapan melalui Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012
tentang Penerapan SMK3 (12 April
2012)
Perkembangan OHSAS 18.000
• Ohsas dikembangkan oleh British Standards
Institute (BSI) yaitu Occupational Health and
Safety Assesment Series (OHSAS) 18001:1999.
OHSAS 18001 diterbitkan oleh BSI
• tim penyusun : 12 lembaga standarisasi maupun
sertifikasi beberapa negara di dunia seperti,
Standards Australia, SFS Certification dan
International Certification Services
• dibentuk atas masukan beberapa badan
sertifikasi & kebutuhan Sistem Manajemen
OH&S oleh dunia usaha
Perkembangan OHSAS 18.000
 Seri standar OHSAS 18000:
OHSAS 18001:2007 OHSMS-Specification
OHSAS 18002:2000 OHSMS-Guidelines for the
implementation of OHSAS 18001
 Dikembangkan melalui kerjasama +/- 43 badan
standarisasi, lembaga sertifikasi dan lembaga
konsultan profesional dari beberapa negara
 15 April 1999. OHSAS sendiri sudah mengalami
revisi pada bulan Juli 2007 menjadi OHSAS
18001:2007
• ISO telah membentuk Komite ISO / PC 283 – SMK3 untuk
mengembangkan dan menerbitkan standar internasional untuk SMK3
berdasarkan OHSAS 18001. Standar baru akan dikenal sebagai ISO
45001
• Pihak yang terlibat dalam pengembangan ISO 45001 yaitu 47 negara
sebagai peserta dan 17 negara sebagai Observer serta dari
Organisasi/Asosiasi K3 International
 IIOC, Independant International Organization for Certification
 ILO, International Labour Organization
 IOE , International Organisation of Employers ),
 IOSH, Institution of Occupational Safety and Health —
 ITUC International trade union confederation
• ISO 45001 (International Standard / ISO) akan diterbitkan pada bulan
Oktober 2016.

ISO 45001:2016
• Mengadopsi “Desain Spesifikasi”
untuk pengembangan ISO 45001
dalam dokumen N69 termasuk PP
50/2012 Tentang SMK3
PEDOMAN PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT BERKELANJUTAN (INDONESIAN
SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO)

Permentan NO. 19/Permentan/OT.140/3/2011


Disempurnakan dlm Permentan Nomor
11/Permentan/OT.140/3/2015 tanggal 18 Maret 2015
tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan
Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification
System/ISPO)
PERMEN ESDM NOMER 38 TAHUN 2014
TENTANG SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang
terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan dan keselamatan operasi pertambangan
Latar Belakang

• UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara pasal 140, Menteri
(ESDM) melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan usaha pertambangan yang
dilaksanakan Pemprov dan pemkab/pemkot.
• Menteri juga dapat melimpahkan kepada
Gubernur untuk melakukan pengawasan
tersebut terhadap kewenangan pengelolaan yang
dilaksanakan oleh pemkab/pemkot
Latar Belakang

• Pengawasan tersebut termasuk keselamatan dan


kesehatan kerja pertambangan yang pelaksanaan
diatur dalam PP No. 55 Tahun 201 meliputi :
Keselamatan kerja; Kesehatan kerja; Lingkungan kerja; dan SMK3
• Permen ESDM No. 38/2014 :
 LA terakreditasi dan mendpt persetujuan oleh KAIT
(Kepala Inspektur Tambang)
 kriteria hasil pencapaian emas untuk >90%, perak =
80%-90%, perunggu 70%-80% dan penghargaan
diserahkan oleh KAIT
DASAR HUKUM PENERAPAN SMK3

(1) Setiap perusahaan wajib


menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan
Pasal 87
UU No.13/2003

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
PP NO. 50 TAHUN 2012
Tanggal 12 April 2012

• 22 Pasal
• Lampiran 1 ttg Pedoman
Penerapan SMK3
• Lampiran 2 ttg Pedoman Penilaian
Penerapan SMK3
• Lampiran 3 ttg Laporan audit
SMK3
Pengertian
Pasal 1
• SMK3
bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
termasuk pengendalian potensi bahaya
listrik
TUJUAN PENERAPAN SMK3
Pasal 2

a. meningkatkan efektifitas perlindungan


keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman,
nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
TUJUAN PELAKSANAAN K3
LISTRIK /ELEVATOR ESKALATOR
a. melindungi keselamatan dan kesehatana tenaga
kerja dan orang lain yang berada di dalam
lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya
listrik;
b. Menciptakan instalasi listrik yang aman, handal
dan memberikan keselamatan bangunan beserta
isinya; dan
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman,
dan efisien untuk mendorong produktivitas.
KEWAJIBAN PENERAPAN SMK3

• Wajib bagi perusahaan:


– memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100
(seratus) orang; atau
– mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
• Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Dlm menerapkan SMK3 memperhatikan peraturan
perUU, konvensi atau standar internasional
Penerapan SMK3

1. penetapan kebijakan K3;


2. perencanaan K3;
3. pelaksanaan rencana K3;
4. pemantauan dan evaluasi kinerja
K3; dan
5. peninjauan dan peningkatan
kinerja SMK3.
1. Penetapan kebijakan K3
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
• identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
• perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor
lain yang lebih baik;
• peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
• kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya
yang berkaitan dengan keselamatan; dan
• penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3
secara terus-menerus; dan
c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh.
Kebijakan K3 paling sedikit
memuat
a. visi;
b. tujuan perusahaan;
c. komitmen dan tekad melaksanakan
kebijakan; dan
d. kerangka dan program kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat
umum dan/atau operasional.
Pengusaha harus menyebarluaskan
kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada
seluruh pekerja/buruh, orang lain selain
pekerja/buruh yang berada di perusahaan,
dan pihak lain yang terkait
Peran Ahli K3 Listrik
pada Penerapan - 1

1. Memastikan bahwa tinjauan ulang terhadap


potensi bahaya listrik telah dilaksanakan
2. Memastikan terdapat kinerja manajemen terhadap
upaya pengendalian potensi bahaya listrik
3. Masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian
potensi bahaya listrik
4. selalu diperhatikan dan ditinjau.
5. Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi
bahaya listrik
2. Perencanaan K3
Disusun untuk menghasilkan rencana K3
mengacu pada kebijakan K3
Mempertimbangkan :
a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko; peraturan
perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
c. sumber daya yang dimiliki.
Rencana K3
Paling sedikit memuat :
a. tujuan dan sasaran;
b. skala prioritas;
c. upaya pengendalian bahaya;
d. penetapan sumber daya;
e. jangka waktu pelaksanaan;
f. indikator pencapaian; dan
g. sistem pertanggungjawaban.
Peran Ahli K3 listrik dalam
Penerapan - 2

Memastikan bahwa pengendalian potensi


bahaya listrik
sudah dimasukkan dalam perencanaan/program
K3 keseluruhan
3. Pelaksanaan Rencana K3
• Di dukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana
dan sarana.
• Sumber daya manusia harus memiliki:
– kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
– kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat
izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi
yang berwenang.
• Prasarana dan sarana sebagaimana paling sedikit terdiri dari:
– organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
– anggaran yang memadai;
– prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
– instruksi kerja.
Peran Ahli K3 Listrikdalam
Penerapan – 3

SDM bidang Listrik a.l :


Ahli/ Teknisi Permenaker No. 12
K3 Listrik Tahun 2015

Sesuai dengan Permenaker dan atau


standar Yang berlaku
Prasarana dan sarana bidang Elev dan Eska
Unit Penanggulangan Kemenaker RI No.
Kebakaran Kep.186/MEN/1999

Regu Penanggulangan Kemenaker RI No.


Kebakaran Kep.186/MEN/1999

P2K3 Permenaker R.I. No. : Per-


04/MEN/1987
PJK3 Bidang Permennaker No. Per. 04/Men/1995

Standar bidang K3 Permenaker 12/2105


listrik Permenaker 33/2015
Permenaker 2/1989
Permenaker 31/2015
 anggaran utk K3 bidang Listrik;
 prosedur operasi/kerja, informasi, dan
pelaporan serta pendokumentasian;
terkait dengan pelaksanaan K3 listrik
 instruksi kerja pekerjaaan berbahaya
pada kegiatan pengoperasian/
perawatan/pemasangan serta riksa uji
nya
3. Pelaksanaan Rencana K3
• Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan
dalam pemenuhan persyaratan perUU.
• Kegiatan tersebut :
a. Tindakan pengendalian
b. perancangan (design) dan rekayasa;
c. prosedur dan instruksi kerja;
d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. produk akhir;
g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat
3. Pelaksanaan Rencana K3
• Kegiatan a – f dilaksanakan berdasarkan
identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko.
• Kegiatan g dan h dilaksanakan
berdasarkan potensi bahaya, investigasi
dan analisa kecelakaan
Peran Ahli K3 Listrik/ ELEV ESKA
dalam Penerapan – 3

 Memastikan kegiatan a s/d h dilaksanakan


dalam rangka pengendalian potensi bahaya
listrik;
 Membuat seluruh dokumen yang terkait
dengan K3 listrik, mengevaluasi dan
mendokumentasikan
4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja

• melalui pemeriksaan, pengujian,


pengukuran dan audit internal
SMK3 dilakukan oleh sumber daya
manusia yang kompeten
• Dalam hal perusahaan tidak
mempunyai SDM dapat
menggunakan pihak lain
Peran Ahli K3 Listrik dalam
Penerapan – 4
 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian
bidang listrik dengan tepat;
 Memastikan bahwa riksa uji tsb
menggunakan prosedur sesuai perat perUU
atau standar Elev dan Eska Membuat
Dilakukan oleh personil yang kompeten yaitu
pengawas atau ahli K3 listrik dan Eska
Peralatan dan metode riksa uji
Peran personil K3 listrik dalam
Penerapan – 4

 Apabila terjadi insiden terkait


penggunaan lisrik dilakukan investigasi
yang memadai sesuai standar
 Hasil investigasi dimasukkan dalam
tinjauan manajemen dan digunakan
sebagai bahan tindakan perbaikan
5. Peninjauan dan Peningkatan
Kinerja SMK3
• menjamin kesesuaian dan
efektifitas penerapan SMK3,
• dilakukan terhadap kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi
Peran Ahli K3 Listrik dalam
Penerapan – 5

 melakukan tinjauan terhadap


pelaksanaan penerapan 1 - 4
 Hasil tinjauan dan digunakan sebagai
bahan tindakan perbaikan dan
peningkatan kinerja manajemen
Penilaian
Penerapan SMK3

• Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh


lembaga audit independen yang ditunjuk oleh
Menteri atas permohonan perusahaan
• Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya
tinggi wajib melakukan penilaian penerapan
SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Hasil audit sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya peningkatan SMK3

Pasal 16
Penilaian melalui Audit SMK3
meliputi:
1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
3. pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
4. pengendalian dokumen;
5. pembelian dan pengendalian produk;
6. keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
7. standar pemantauan;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan;
9. pengelolaan material dan perpindahannya;
10. pengumpulan dan penggunaan data;
11. pemeriksaan SMK3; dan
12. pengembangan keterampilan dan kemampuan
PENGAWASAN
• Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan
pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
• Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. organisasi;
3. sumber daya manusia;
4. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
5. keamanan bekerja;
6. pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan
SMK3;
7. pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
8. pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
9. tindak lanjut audit.
KETENTUAN PERALIHAN

• Pada saat Peraturan Pemerintah


telah berlaku, perusahaan yang
telah menerapkan SMK3, wajib
menyesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah ini paling
lama 1 (satu) tahun
Sanksi Administratif
Pasal 190 UU No 13 Tahun 2003
(1) Pelanggaran pasal 87 dikenakan sanksi administratif
(2) Sanksi administratif berupa :

a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat
produksi;
h. pencabutan ijin.
Pedoman Penilaian Penerapan
SMK3
 kriteria Audit SMK3;
 penetapan kriteria audit tiap
tingkat pencapaian penerapan
SMK3; dan
 ketentuan penilaian hasil Audit
SMK3.
KRITERIA AUDIT SMK3

• Penilaian tingkat awal sebanyak 64 kriteria;


• Penilaian tingkat transisi sebanyak 122
kriteria;
• Penilaian Tingkat Lanjutan 166 kriteria;
Kriteria pada Tingkat Penerapan SMK3
NO ELEMEN TINGKAT AWAL TINGKAT TRANSISI TINGKAT LANJUTAN (Seluruh
(Seluruh tingkat awal dan tingkat awal, transisi dan lanjutan)
transisi)
1 2 3 4 5
1 Pembangunan dan pemeliharaan 1.1.1, 1.1.3, 1.2.2, 1.2.4, 1.2.5, 1.1.2, 1.2.1, 1.2.3, 1.3.1, 1.1.4, 1.1.5, 1.2.7, 1.3.2, 1.4.10,
komitmen 1.2.6, 1.3.3, 1.4.1, 1.4.3, 1.4.4, 1.4.2 1.4.11
1.4.5, 1.4.6, 1.4.7, 1.4.8, 1.4.9

2 Strategi pendokumentasian 2.1.1, 2.4.1 2.1.2, 2.1.3, 2.1.4, 2.2.1, 2.1.5, 2.1.6, 2.2.2, 2.2.3, 2.3.3
2.3.1, 2.3.2, 2.3.4
3 Peninjauan ulang desain dan kontrak 3.1.1, 3.2.2 3.1.2, 3.1.3, 3.1.4, 3.2.1 3.2.3, 3.2.4
4 Pengendalian dokumen 4.1.1 4.1.2, 4.2.1 4.1.3, 4.1.4, 4.2.2, 4.2.3
5 Pembelian 5.1.1, 5.1.2, 5..2.1 5.1.3 5.1.4, 5.1.5, 5.3.1, 5.4.1, 5.4.2
6 Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 6.1.1, 6.1.5, 6.1.6, 6.1.7, 6.2.1, 6.1.2, 6.1.3, 6.1.4, 6.2.2, 6.1.8, 6.6.1, 6.6.2, 6.9.1
6.3.1, 6.3.2, 6.4.1, 6.4.2, 6.4.3, 6.2.3, 6.2.4, 6.2.5, 6.5.1,
6.4.4, 6.5.2, 6.5.3, 6.5.4, 6.5.7, 6.5.5, 6.5.6, 6.5.10, 6.7.1,
6.5.8, 6.5.9, 6.7.4, 6.7.6, 6.8.1, 6.7.2, 6.7.3, 6.7.5, 6.7.7
6.8.2

7 Standar pemantauan 7.1.1, 7.2.1, 7.2.2, 7.2.3, 7.4.1, 7.1.2, 7.1.3, 7.1.4, 7.1.5, 7.3.1, 7.3.2
7.4.3, 7.4.4, 7.4.5 7.1.6, 7.1.7, 7.4.2

8 Pelaporan dan perbaikan 8.3.1 8.1.1, 8.2.1, 8.3.2 8.3.3, 8.3.4, 8.3.5, 8.3.6, 8.4.1
9 Pengelolaan material dan 9.1.1, 9.1.2, 9.2.1, 9.2.3, 9.3.1, 9.1.3, 9.1.4, 9.3.5 9.2.2, 9.3.2
perpindahannya 9.3.3, 9.3.4
10 Pengumpulan dan penggunaan jasa 10.1.1, 10.1.2, 10.2.1, 10.1.3, 10.1.4
10.2.2
11 Audit SMK3 11.1.1, 11.1.2, 11.1.3
12 Pengembangan keterampilan dan 12.2.1, 12.2.2, 12.3.1, 12.5.1 12.1.2, 12.1.4, 12.1.5, 12.1.1, 12.1.3, 12.1.7, 12.3.3
kemampuan 12.1.6, 12.3.2, 12.4.1
Tingkat Penilaian Penerapan
SMK3
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-
59% termasuk tingkat penilaian
penerapan kurang.
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan
60-84% termasuk tingkat penilaian
penerapan baik.
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan
85-100% termasuk tingkat penilaian
penerapan memuaskan
PENILAIAN TINGKAT PENERAPAN SMK3

Kategori Tingkat Pencapaian Penerapan


Perusahaan 0-59% 60-84% 85-100%

Kategori Tingkat Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian


tingkat awal Penilaian Penerapan Baik Penerapan
(64 kriteria) Penerapan Memuaskan
Kurang
Kategori Tingkat Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
tingkat Penilaian Penerapan Baik Penerapan
transisi (122 Penerapan Memuaskan
kriteria) Kurang
Kategori Tingkat Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
tingkat Penilaian Penerapan Baik Penerapan
lanjutan (166 Penerapan Memuaskan
kriteria) Kurang
PENILAIAN KRITERIA

• Kategori Kritikal
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.
• Kategori Mayor
Tidak memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3;
dan
Terdapat temuan minor untuk satu kriteria
audit di beberapa lokasi.
• Kategori Minor
Ketidakkonsistenan dalam pemenuhan
persyaratan peraturan perundang-undangan,
standar, pedoman, dan acuan lainnya.
KRITERIA AUDIT SMK3 TERKAIT DENGAN
PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA ELEV DAN
ESKA

1.2.2 Penunjukan penanggung jawab K3 PJ K3 listrikdan regu tim tanggap


harus sesuai peraturan darurat (Kepmenaker 186/1999).
perundang-undangan.

1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab Telah ditunjuk personil atau


bagian yang menangani keadaan
untuk penanganan keadaan darurat, pernah mengikuti
darurat telah ditetapkan dan pelatihan khusus dalam bidang
mendapatkan pelatihan. ini
1.4.10 Dibentuk kelompok-kelompok Adanya penunjukan Sub P2K3
dalam bidang listrik
kerja dan dipilih dari wakil-wakil
tenaga kerja yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab K3 di tempat
kerjanya dan kepadanya diberikan
pelatihan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2.3.3 Persyaratan pada peraturan perundang- Prosedur dan IK
undangan, standar, pedoman teknis, dan memasukan
persyaratan peraturan
persyaratan lain yang relevan di bidang
perundangan
K3 dimasukkan pada prosedur-prosedur
dan petunjuk-petunjuk kerja.
2.3.4 Perubahan pada peraturan perundang- Jika ada perundangan
undangan, standar, pedoman teknis, dan K3 yang berubah untuk
persyaratan lain yang relevan di bidang dilakukan up date dari
K3 digunakan untuk peninjauan SOP dan WI.
prosedur-prosedur dan petunjuk-
petunjuk kerja.
2.4.1 Informasi yang dibutuhkan mengenai Adaya mekanisme
kegiatan K3 disebarluaskan secara dalam
menyebarluaskan
sistematis kepada seluruh tenaga kerja, informasi
tamu, kontraktor, pelanggan, dan K3
pemasok.
3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan Saat perancangan dilakukan
produk, pengoperasian mesin dan peralatan, apakah juga telah dibuat
instalasi, pesawat atau proses serta informasi WI / prosedur khusus untuk
lainnya yang berkaitan dengan K3 telah produk/sarana/proses yang
dikembangkan selama perancangan dan/atau dirancang
modifikasi.
3.1.3 Petugas yang berkompetenmelakukan Ada personil yang ditunjuk
untuk melakukan verifikasi
verifikasi bahwa perancangan dan/atau
aspek K3. Personil mi bisa
modifikasi memenuhi persyaratan K3 yang internal (misal Ahli K3) atau
ditetapkan sebelum penggunaan hasil eksternal (misal petugas
rancangan. pengawas K3, konsultan atau
Perusahaan Jasa K3 yang
ditunjuk)
5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana
produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi catatan purchase order yang
spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan memasukkan item K3 saat
peraturan perundang-undangan dan standar pembeliannnya secara jelas.
K3.
5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung Kebutuhan pelatihan, APD,
diri dan perubahan terhadap prosedur kerja dIl bisa disebutkan dalam
harus dipertimbangkan sebelum pembelian prosedur pembelian dan
dan penggunaannya. dapat dibuktikan pd
purchase order yang
dilengkapo aspek item K3-
nya.
5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa
kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.

5.4.1 Semua produk yang digunakan dalam proses Tahapan produksi dapat
produksi dapat diidentifikasi di seluruh diindentifikasi prosesnya
dimana jika terdapat
tahapan produksi dan instalasi, jika terdapat kesalahan produk berdampak
potensi masalah K3. K3
di ketahui proses kesalahan
ada diproses mana dapat
dilihat dengan adanya WI
atau SOP.
5.4.2 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk Adanya SOP mampu
penelusuran produk yang telah terjual, jika telusur produk yang
mencakup antisipasi dari
terdapat potensi masalah K3 di dalam potensi masalah K3.
penggunaannya.
6.1.5 Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko Terdapat dokumen tertulis
prosedur/WI di tempat
tinggi. kerja pekrjaaan irisko
tinggi misalnya hot work
permit confined space
permit, ketinggian,
penggalian/kedalaman,
radiasi dll,
6.1.6 Alat pelindung diri disediakan sesuai APD disediakan sesuai
dengan matriks
kebutuhan dan digunakan secara benar serta kebutuhan APD atau yang
selalu dipelihara dalam kondisi layak pakai. tercantum dalam
prosedur/WI berdasarkan
job safety analysisnya,
APD dipakai dengan benar
sesuai Permenaker 08
Tahun 2010
6.4.4 Rambu-rambu K3 harus Rambu K3 (safety sign, warning sign,
poster, rambu APD, dll) dan tanda pintu
dipasang sesuai dengan standar
dipasang sesuai standar berdasarkan
dan pedoman teknis. pedoman teknis/SNI, mempunyai sinyal
penerangan min 10 Lux dan berwarna
hijau serta tulisan putih serta
mempunyai tanda bertulis “Keluar’” atau
“Exit” di atasnya dan menghadap
koridor.
6.5.1 Penjadualan pemeriksaan dan Perusahaan mempunyai dokumen berupa
pemeliharaan sarana produksi jadwal pemeliharaan sarana produksi yang
serta peralatan mencakup dipergunakan di tempat kerja mencakup
safety device atau alat-alat pengaman.
verifikasi alat-alat pengaman
Verifikasi mencakup alat pengaman dapat
serta persyaratan yang
dilihat dari checklist pemeriksaan masing-
ditetapkan oleh peraturan masing sarana produksi
perundang-undangan, standar
dan pedoman teknis yang
relevan.
6.5.2 Semua catatan yang memuat data Perusahaan mempunyai catatan
lengkap tentang kegiatan riksa uji dll
secara rinci dari kegiatan pemeriksaan,
terhadap sarana & peralatan
pemeliharaan, perbaikan dan
perubahan yang dilakukan atas sarana
dan peralatan produksi harus disimpan
dan dipelihara.
6.5.3 Sarana dan peralatan produksi memiliki Perusahaan memiliki sertifikat
sertifikat yang masih berlaku sesuai sarana produksi yang masih beriaku
dengan persyaratan peraturan PEMASANGAN
perundang-undangan dan standar. HASIL RIKSA UJI
6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharaan, perawatan, Yang melakukan riksa uji adalah
perbaikan dan setiap perubahan harus Ahli K3 spesialis Elev dan Eska
dilakukan petugas yang kompeten dan pd perusahaan dan atau PJK3
berwenang. yang mempunyai SKP sesuai
bidangnya
6.5.7 Terdapat sistem untuk penandaan Penandaan pada mesin/sarana
bagi peralatan yang sudah tidak produksi yang sedang diperbaiki atau
aman lagi untuk digunakan atau rusak mi dapat dituangkan dalam
sudah tidak digunakan. prosedur pemeliharaan yang mencakup
Lock Out dan Tag Out (LOTO) atau
prosedur Lock Out dan Tag Out (LOTO)
bila terpisah.
6.5.8 Apabila diperlukan dilakukan Terdapat mekanisme penguncian (lihat
penerapan sistem penguncian bentuk/sistem penguncian yang
pengoperasian (lock out system) digunakan) terkait dengan prosedur
untuk mencegah agar sarana pemeliharaan/perbaikan atau prosedur
produksi tidak dihidupkan Lock Out dan Tag Out (LOTO)
sebelum saatnya.
6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di
dalam dan/atau di luar tempat Perusahaan telah mengidentifikasi
keadaan darurat yg mungkin terjadi
kerja telah diidentifikasi dan
(fire, spill, ledakan, banjir, huru
prosedur keadaan darurat telah hara,dll) yg dibuktikan dengan adanya
didokumentasikan dan dokumen tertulis berupa prosedur
diinformasikan agar diketahui keadaan darurat perusahaan. Lihat
oleh seluruh orang yang ada di potensi keadaan darurat di dalam
prosedur
tempat kerja.
6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan Prosedur KD dievaluasi/ditinjau ulang
prosedur keadaan darurat oleh petugas yang kompeten Evaluasi
berdasarkan hasil identifikasi dan mencakup kesesuaian terhadap skenario
diuji serta ditinjau secara rutin prosedur, kesiapan peralatan dan target
oleh petugas yang berkompeten kecepatan dan ketepatan untuk setiap
dan berwenang. prosedur KD.

6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi Perusahaan telah membuat instruksi


dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat dan telah diinformasikan
keadaan darurat yang sesuai kepada seluruh karyawan dan telah
dengan tingkat risiko. memberikan pelatihan dalam bentuk
evakuasi Drill.
6.7.4 Petugas penanganan keadaan Petugas penanganan KD telah diberi
darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan spesifik darurat ssuai dengan
pelatihan khusus serta peran dan tugasnya. Rekaman dapat
diinformasikan kepada seluruh berupa daftar hadir dan atau sertifikat
orang yang ada di tempat kerja. pelatihan serta catatan pelatihan terkait.
Untuk tim kebakaran dapat mengacu ke
Kepmenaker 186/MEN/i 999.
6.7.5 Instruksi/prosedur keadaan darurat bukti rekaman yaitu IK, peta evakuasi,
dan hubungan keadaan darurat terdapat arah panah menuju pintu keluar
diperlihatkan secara jelas dan terdekat & aman menuju titik berkumpul
menyolok serta diketahui oleh seluruh terlihat jelas dan terang pada jarak 20 M
tenaga kerja di perusahaan. mempunyai penerangan min 10 lux.
Dimana instruksi tsb jelas, singkat, terlihat
pada jarak 20 M dan semua tenaga kerja
memahaminya. Dan hubungan KD (nomor
kontak KD terpampang jelas) dan diketahui
oleh seluruh tenaga kerja.
6.7.6 Peralatan, dan sistem tanda bahaya Seperti peralatan Hydran, sprinkle, detector,
keadaan darurat disediakan, diperiksa, fire alarm, APAR, pompa hydran, emergency
diuji dan dipelihara secara berkala lamp, emergency shower, breathing
sesuai dengan peraturan perundang- Apparatus dIl.
undangan, standar dan pedoman Instalasi proteksi kebakaran 02/MEN/1983
teknis yang relevan.
6.7.7 Jenis, jumlah, penempatan dan Kesesuaian, penempatan dan kemudahan &
posisi alat darurat (APAR, Hidran, Spill Kit,
kemudahan untuk mendapatkan alat
Shower, kotak mendapatkan alat keadaan
keadaan darurat telah sesuai dengan darurat telah dinilai P3K,dll) jelas dilihat,
peraturan perundang-undangan atau tidak terhalang dan bertanda jelas oleh oleh
standar dan dinilai oleh petugas yang petugas yang berkompeten. karyawan.
berkompeten dan berwenang. Termasuk ketepatan dalam spesifikasi alat
KD yang disediakan berdasarkan potensi
bahayanya.
8.2.1 Terdapat prosedur terdokumentasi
yang menjamin bahwa semua - Dokumen berupa prosedur tata cara pelaporan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
- Ada dokumen pelaporan kecelakaan dan atau
kerja, kebakaran atau peledakan serta penyakit akibat kerja kepada pihak Disnaker
kejadian berbahaya lainnya di tempat setempat atau dalam laporan triwulan P2K3
kerja dicatat dan dilaporkan sesuai perusahaan ke Disnaker. Ketentuan mi diatur
dalam Permenaker No.03/MEN/1998 tentang
dengan peraturan perundang-
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
undangan. Kecelakaan.

12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem yang


menjamin kepatuhan terhadap
persyaratan lisensi atau kualifikasi Perusahaan melakukan identifikasi terhadap
sesuai dengan peraturan perundangan kebutuhan pelatihan yang memang
untuk melaksanakan tugas khusus, dipersyaratkan dalam peraturan perundangan.
melaksanakan pekerjaan atau Lihat pada TNA atau matriks pelatihan yang ada.
mengoperasikan peralatan. Yang terkait dengan SDM Elev dan Eska

Anda mungkin juga menyukai