Pembinaan
Calon Ahli K3 Listrik
3-8 Juli 2023
1
Sertifikasi dan
Pembinaan
Calon Ahli K3 Listrik
3-8 Juli 2023
Part # 4
Ir.H.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU,ASEAN Eng.
2
3
4
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa
K3),dan para Instruktur K3 Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus
2015 di Yogyakarta, dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di
Bandung
5
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.13.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur Petir
6
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia)
Kepmenaker No.131/2018
KODE UNIT :
M.71KKKO2.17.1
JUDUL UNIT :
8
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menerapkan persyaratan K3
pada sistem penyalur petir.
1.2 Sistem penyalur petir merupakan rangkaian yang terdiri dari di
terminal, penghantar penurun dan pembumian.
1.3 Air terminal adalah bagian sistem penyalur petir yang terbuat
dari logam, dipasang pada bagian tertinggi dari sebuah bangunan
dan berfungsi untuk menangkap sambaran petir.
1.4 Penghantar penurun adalah hantaran yang berfungsi
menyalurkan arus listrik sambaran petir dari air terminal ke
pembumian.
1.5 Pembumian merupakan sebatang logam yang ditanam kedalam
bumi, memiliki tahanan maksimal 5 ohm.
1.6 Setiap peserta uji harus memiliki surat tugas dan surat ijin
untuk melaksanakan sistem penyalur petir
1.7 Sebagai pengganti surat tugas dari butir 1.6 di atas, bagi
peserta uji perorangan harus menyertakan surat pernyataan dari
LembagaDiklat Profesi (LDP) atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).
11
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 APD
2.1.2 Alat LOTO
2.1.3 Rambu-rambu K3
2.1.4 Checklist penerapan terkait K3
2.1.5 Perkakas kerja
2.1.6 Alat ukur Earth Tester/ Earth Resistant Meter
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat Tulis Kantor (ATK)
2.2.2 Standar K3
2.2.3 Buku manual produk
2.2.4 Prosedur yang terkait K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
3.2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan
3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Mananjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
12
3.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/MEN/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 31
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 02/MEN/ 1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir
3.5 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat
Kerja,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat
Kerja
4. Norma dan standar
4.1 Norma
4.1.1 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3 Nomor KEP.47/PPK8&K3/VIII/2015
tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Listrik
4.1.2 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3 Nomor KEP.48/PPK&SK3/VIII/2015
tentang Pembinaan Calon Teknisi K3 Listrik
13
4.2 Standar
4.2.1 Prosedur yang terkait penerapan persyaratan K3 pada
system penyalur petir
4.2.2 Standar Nasional Indonesia Nomor 0225:2011 tentang
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011)
4.2.3 Spesifikasi peralatan dan perlengkapan sistem penyalur
petir
4.2.4 Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) yang terkait K3
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Peserta uji harus memenuhi semua kriteria unjuk kerja dari
unit kompetensi yang diujikan.
1.2 Metode penilaian dapat dilakukan dengan cara verifikasi
portofolio yang diikuti dengan wawancara, uji tulis, uji lisan, uji
praktek, observasi dan simulasi sesuai dengan kebutuhan uji
kompetensi.
1.3 Uji kompetensi dilakukan di tempat uji kompetensi yang
memenuhi ketentuan atau tempat kerja.
14
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.71KKKO02.007.1 : Mengelola Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3.1.2 Peraturan perundang-undangan dibidang K3
3.1.3 Pedoman Pekerjaan Instalasi Ketenagalistrikan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan perkakas kerja
3.2.2 Menggunakan alat ukur earth tester
3.2.3 Menganalisa gangguan akibat sambaran petir
3.2.4 Membuat studi kelayakan pemasangan sistem penyalur
petir
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Teliti
4.2 Disiplin
4.3 Bertanggung jawab
5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengidentifikasi potensi bahaya listrik
5.2 Ketepatan dalam menggunakan APD dan LOTO
15
1. Teori Petir
Fenomena Terjadinya Petir
1). Petir merupakan mekanisme listrik di udara, yang terjadi :
a). Diantara awan-awan
b). Antara pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut.
c). Antara awan dan tanah.
16
1). Muatan negatif terbentuk pada awan
2). Terjadi peningkatan Medan Listrik
3). Muatan listrik terbentuk padatanah
4). Breakdown pada udara mengawali pelepasan 17
1). Streamer dan stepleader bertemu
2). Terbentuk kanal
3). Potential sama
4). Tampak Sambaran petir 18
2. Jenis-jenis Proteksi terhadap Petir
20
PUIL 2020 Bagian 6). 4-44: Proteksi untuk keselamatan -
Proteksi terhadap gangguan voltase dan gangguan
Elektromagnetik, halaman 46 dari 48.
21
Lightning Arrester (LA) pada Gardu (Trafo) Distribusi
22
2.1. Instalasi Penyalur Petir (IPP)
Jenis-jenis IPP :
IPP terdiri dari beberapa jenis yaitu Franklin Rod, Faraday Cage, Radio
Actve, Electrostatic.
Komponen :
Alat Penerima kawat mendatar
Kawat dari tembaga (bare copper)
Ground Rod yaitu Pentanahan kawat penyalur sampai pada bagian
tanah basah, dilengkapi dengan Bak control (Control Box) untuk
memudahkan Pemeriksaan dan Pengujian.
25
Perlindungan :
Perlindungan bangunan dengan memasang jala dengan konduktor
untuk menutupi permukaan bangunan
Jarak antar kawat mendata tidak melebihi dari 20 meter pada
titik-titik tertentu diberi ujung vertical 0,5 meter
28
Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Radio Active,
yang sudah tidak boleh digunakan lagi
29
2.1.4. IPP jenis Electrostatic
Prinsip kerja IPP jenis Electrostatic ini mengadopsi sebagian IPP
jenis Radio Active, yaitu menambahkan muatan pada ujung
Finial / Splitzer agar Petir selelu memilih ujung ini untuk
disambar. Pada IPP jenis Electrostatic ini, energy listrik
dihasilkan dari muatan listrik awan yang menginduksi bumi.
30
Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Electrostatic 31
Cara kerja IPP jenis Electrostatic
32
Air Terminal, Down Conductor, Grounding
34
Berbagai macam Air Terminal
35
2.2. Arrester
Lokasi Penempatan Arrester
• Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan
yang dilindungi
• Jika jarak arrester terlalu jauh, maka tegangan yang tiba
pada peralatan dapat melebihi tegangan yang dapat
dipikulnya
36
3. Pengukuran Tahanan Pentanahan
Instalasi penyalur Petir
Pentanhan pada Instalasi Penyalur Petir diukur dengen
menggunakan alat Erth Resistance Tester dengan nilai maksimum
5 Ohm, sebagaimana sudah dibahas pada modul-modul
sebelumnya.
37
38
39
40
Pengukuran resistansi elektroda pentanahan
menggunakan Metoda 62% 41
Urutan pelakasanaan Uji tahanan pentanahan untuk Instalasi
penyalur Petir.
1). Siapakan alat ujinya yaitu Ërath Resistance Tester dengan
memeriksa baterai, kabel dan Tuas Besi Penancap dan keadaan
baik dan siap pakai.
Earth Resistance Tester ini dilengkapi dengan 3 kabel dengan
standar warna Hijau, Kuning, dan Merah.
2). Pasang Kabel Hijau, Kuning, dan Merah pada alat uji Earth
Resistance Tester ada yang digital ada yang analog.
42
Alat uji Earth Resistance Tester ada yang digital ada yang analog
Memasang Kabel Hijau, Kuning, dan Merah
pada alat uji Earth Resistance Tester
43
2.). Jepitkan kabel Kuning ke Tuas Besi Penancap dari Sistem
penyalur Petir, dan tarik kabel kuning sampai ujung dan
tancapkan Tuas Besi Penancap ke tanah.
46
5. Zona Proteksi Petir
1. Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah
dapat mencegah terjadinya
petir.
47
3. Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya
dipertimbangkan secara seksama pada tahap perancangan
suatu bangunan gedung baru, sehingga bagian bangunan
gedung yang secara listrik bersifat konduktif dapat
dimanfaatkan secara maksimum. Dengan demikian rancangan
dan konstruksi instalasi secara keseluruhan akan leblh rnudah
dilaksanakan dan efektivitas sistem proteksi petir dapat
ditingkatkan dengan biaya dan usaha yang minimum.
49
Area cakupan ekivalen dari bangunan gedung adalah area
permukaan tanah yang
dianggap sebagai bangunan gedung yang mempunyai frekuensi
sambaran petir langsung
tahunan.
50
b). Pemasang SPP harus terlatih memasang secara benar
komponen Spp menurut
persyaratan peraturan nasional mengenai pekerjaan konstruksi
bangunan gedung.
Sebelum memulai pekerjaan perancangan rinci, perancang SPP
harus meneari
informasi dasar mengenai fungsi, perancangan umurn, konstruksi
dan lskasi bangunan
gedung.
Bila SPP belum ditentukan oleh pemilik bangunan, perancang SPP
harus mengklasifikasikan bangunan gedung menurut ketentuan
yang berlaku dan menentukan perlu tidaknya mengarnankan
bangunan gedung dengan SPP dengan mengikuti prosedur, untuk
pernilihan tingkat proteksi SPP yang benar.
51
c). Bila bangunan gedung sudah diklasifikasikan sebagai
bangunan gedung dan tingkat proteksi sudah ditentukan,
perancang SPP sebaknya menggunakan Kode Praktek ini, dengan
petunjuk penerapan yang komprehensif.
Bila bangunan gedung sudah diklasifikasikan sebagai bangunan
gedung yang membahayakan sekitarnya dan tingkat proteksi
sudah diteitukan, harus mempertimbangkan standar dan
ketentuan lain terkait yang berlaku untuk-merancang
SPP yang komprehensif.
52
Contoh ZPP (Zona Proteksi Petir)
53
54
65
66
Menimbang :
Mengingat :
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
69
e. Pengusaha ialah orang atau badan hukum seperti yang
dimaksud pasal 1 ayat (3) Undang-undang No. 1 Tahun 1970;
70
71
j. Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan
penerima dengan elektroda bumi;
72
73
74
o. Sambungan ukur ialah sambungan yang terdapat pada
penghantar penurunan dengan sistem pembumian yang dapat
dilepas untuk memudahkan pengukuran tahanan pembumian;
75
Pasal 2
b. ketahanan mekanis;
76
Pasal 3
Pasal 4
a. dilas.
77
2) Sambungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
berkarat;
Pasal 5
Pasal 6
78
Pasal 7
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 8
Pasal 9
1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu
dipasang instalasi penyalur petir antara lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada
bangunan sekitarnya seperti: menara-menara, cerobong, silo,
antena pemancar, monumen dan lain-lain;
79
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan
yang mudah meledakatau terbakar seperti pabrik-pabrik
amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;
Pasal 10
Pasal 12
82
Pasal 13
Pasal 14
83
r
s
BAB IV
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15
85
(4) Penghantar penurunan harus dipasang lurus ke bawah dan jika
terpaksa dapat mendatar atau melampaui penghalang;
Pasal 16
86
Pasal 17
Pasal 18
87
(2)Jika untuk melindungi penghantar penurunan itu dipergunakan
pipa logam, pipa tersebut pada kedua ujungnya harus
disambungkan secara sempurna baik elektris maupun mekanis
kepada penghantar untuk mengurangi tahanan induksi.
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
90
(3)Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai
penghantar penurunan harus digunakan kolom beton bagian
luar.
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Untuk bangunan-bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang
tidak sama tingginya, tiaptiap bagian harus ditinjau secara
tersendiri sesuai pasal 23 kecuali bagian bangunan
yang tingginya kurang dari seperempat tinggi bangunan yang
tertinggi, tingginya kurang dari 5 meter dan mempunyai luas
dasar kurang dari 50 m2
Pasal 25
92
(2) Pada bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter, semua
bagian-bagian yang menonjol ke atas harus dilengkapi dengan
penghantar penurunan kecuali untuk menara-menara.
Pasal 26
Pasal 27
93
(2) Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Elektrostatic
dan atau jenis lainnya, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan
pembumian dapat menggunakan bahan sesuai dengan daftar pada
lampiran II Peraturan Menteri ini dan atau jenis lainnya sesuai
dengan standard yang diakui;
(3) Penentuan bahan dan ukurannya dari ayat (1) dan ayat (2)
pasal ini, ditentukan berdasar-kan beberapa faktor yaitu
ketahanan mekanis, ketahanan terhadap pcngaruh kimia terutama
korosi dan ketahanan terhadap penganih lingkungan lain dalam
batas standard yang diakui;
94
BAB V
PEMBUMIAN
Pasal 28
95
e. bahan logam lainnya dan atau bahan-bahan yang cara
pemakaian menurut ketentuan pabrik pembuatnya.
Pasal 29
(1) Elektroda bumi dapat dibuat dan:
b. Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang
disepuh dengan tembaga atau bahan yang sederajat dengan ganis
tengah dalam sekurangkurangnya 16 mm dan tebal sekurang-
kurangnya 3 mm;
97
Pasal 30
98
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 34
100
b. Tembaga atau bahan yang sederajat, bahan yang disepuh
dengan tembaga atau bahan yang sederajat, dengan luas
penampang sekurang-kurangnya 50 mm dan bila bahan itu
berbentuk pita harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 2
mm;
101
BAB VI
MENARA
Pasal 35
b. Hantaran listrik;
c. Penempatan penghantar;
102
(2) Instalasi penyalur petir dan menana tidak boteh dianggap
dapat melindungi bangunanbangunan yang berada disekitannya.
Pasal 36
Pasal 37
103
Pasal 38
BAB VII
BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA
Pasal 39
104
(3) Jika antena dipasang pada bangunan yang tidak mempunyai
instalasi penyalur petir,antena harus dihubungkan kebumi
rnelalui penyalur tegangan lebih.
Pasal 40
105
Pasal 4l
(2) Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut
harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir;
Pasal 42
(2) Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi,
tiang besi ini harus dihubungkan dengan bumi.
106
BAB VIII
CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M
Pasal 43
Pasal 45
(1)Penerima petir harus dipasang menjulang sekurang
kurangnya 50 cm di atas pinggir cerobong;
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
PASAL 49 A
PASAL 49 B
111
BAB IX
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Pasal 50
112
Pasal 51
Pasal 52
113
b. kerusakan-kerusakan dan karat dan penerima, penghantar
dan sebagainya;
c. sambungan-sambungan;
Pasal 53
Pasal 54
114
(2)Pengukuran tahanan pembumian dan elektroda bumi harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-kesalahan yang
timbul disebabkan kesalahan polarisasi bias dihindarkan;
(3)Pemeriksaan pada bagian-bagian dan instalasi yang tidak
dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran secara listrik.
BAB X
PENGESAHAN
(Dihapus oleh Permenaker No.31/2015)
Pasal 55
Pasal 57
Pasal 59
117
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
(Dihapus oleh Permenaker No.31/2015)
Pasal 60
Pengurus atau pemilik yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 6
ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 56 ayat (1), pasal 57 ayat (1)
dan (2), pasal 58 dan pasal 59 diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) sebagaimana
dimaksud pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.
BAB XII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 61
Instalasi penyalur petir yang sudah digunakan sebelum Peraturan
Menteri ini ditetapkan, Pengurus atau Pemilik wajib
menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam waktu 1 (satu) tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
118
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 62
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 21 Februari 1989
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
119
120
121
122
130
132
133