Anda di halaman 1dari 133

Sertifikasi dan

Pembinaan
Calon Ahli K3 Listrik
3-8 Juli 2023

Ir.H.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU,ASEAN Eng.

1
Sertifikasi dan
Pembinaan
Calon Ahli K3 Listrik
3-8 Juli 2023

Part # 4
Ir.H.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU,ASEAN Eng.

2
3
4
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa
K3),dan para Instruktur K3 Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus
2015 di Yogyakarta, dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di
Bandung

II. KELOMPOK INTI :


1). Senin 3 Juli 2023 :
Persyaratan K3 Pemasangan di Pembangkit
Persyaratan K3 Pemeliharaan di Pembangkit
2). Selasa 4 Juli 2023 :
Persyaratan K3 Pemeliharaan di Pemanfaatan
3). Rabo 5 Juli 2023 :
Persyaratan K3 Perencanaan di Transmisi
Persyaratan K3 Pemasangan di Transmisi
4). Kamis 6 Juli 2023 :
Persyaratan K3 Instalasi Penyalur Petir
Persyaratan K3 Listrik Ruang Khusus
5). Jum’at 7 Juli 2023 :
Persyaratan K3 Pemeliharaan di Distribusi
Pemeriksaan & Pengujian listrik Pertama dan Perubahan
5). Sabtu 8 Juli 2023 :
Persyaratan K3 Perencanaan di Distribusi
Persyaratan K3 Pemasangan di Distribusi

5
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.13.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur Petir

6
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia)
Kepmenaker No.131/2018
KODE UNIT :

M.71KKKO2.17.1

JUDUL UNIT :

Menerapkan Persyaratan K3 pada Sistem


Penyalur Petir
DESKRIPSI UNIT :

Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,


keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menerapkan persyaratan K3 pada sistem penyalur petir.
7
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan penerapan 1.1 Peraturan perundang-


persyaratan K3 pada sistem undangan, ketentuan tentang
penyalur petir sistem penyalur petir disiapkan.
1.2 Perkakas kerja dan alat ukur
diinventarisir sesuai kebutuhan
pekerjaan.
1.3 Prosedur pemeriksaan dan
pengujian sistem penyalur petir
disiapkan sesuai kebutuhan
pekerjaan.
1.4 Gambar rangkaian sistem
penyalur petir disiapkan.
1.5 Potensi bahaya di lingkungan
kerja sistem penyalur petir
diidentifikasi.

8
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mempersiapkan penerapan 1.6 Alat Pelindung Diri (APD)


persyaratan K3 pada sistem ditentukan sesuai hasil identifikasi
penyalur petir potensi bahaya.
1.7 Log Out Tag Out (LOTO)
disediakan sesuai ketentuan.
1.8 Checklist pemeriksaan dan
pengujian dibuat berdasarkan As
Built Drawing (ABD) atau gambar
terlaksana.
2. Melaksanakan penerapan 2.1 APD dipakai sesuai hasil
persyaratan K3 pada sistem identifikasi potensi bahaya.
penyalur petir
2.2 Rambu-rambu K3 dan LOTO
dipasang pada posisi sesuai
pedoman K3.
2.3 Gambar rangkaian sistem
penyalur petir digunakan. 9
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

2. Melaksanakan penerapan 2.4 Perkakas kerja dan


persyaratan K3 pada sistem alat ukur digunakan.
penyalur petir
2.5 Checklist diisi berdasar
hasil penerapan K3.
3. Mengevaluasi penerapan 3.1 Penerapan K3 pada sistem
persyaratan K3 pada sistem penyalur petir diverifikasi
penyalur petir sesuai dengan ketentuan K3.
3.2 Hasil penerapan K3 pada
sistem penyalur petir disusun
sesuai dengan format yang
berlaku.
3.3 Hasil penerapan K3 pada
sistem penyalur petir dilaporkan
kepada atasan untuk memperoleh
pengesahan.
3.4 Laporan hasil penerapan K3
pada sistem penyalur petir
didokumentasikan sesuai dengan10
prosedur.
BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menerapkan persyaratan K3
pada sistem penyalur petir.
1.2 Sistem penyalur petir merupakan rangkaian yang terdiri dari di
terminal, penghantar penurun dan pembumian.
1.3 Air terminal adalah bagian sistem penyalur petir yang terbuat
dari logam, dipasang pada bagian tertinggi dari sebuah bangunan
dan berfungsi untuk menangkap sambaran petir.
1.4 Penghantar penurun adalah hantaran yang berfungsi
menyalurkan arus listrik sambaran petir dari air terminal ke
pembumian.
1.5 Pembumian merupakan sebatang logam yang ditanam kedalam
bumi, memiliki tahanan maksimal 5 ohm.
1.6 Setiap peserta uji harus memiliki surat tugas dan surat ijin
untuk melaksanakan sistem penyalur petir
1.7 Sebagai pengganti surat tugas dari butir 1.6 di atas, bagi
peserta uji perorangan harus menyertakan surat pernyataan dari
LembagaDiklat Profesi (LDP) atau Tempat Uji Kompetensi (TUK).

11
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 APD
2.1.2 Alat LOTO
2.1.3 Rambu-rambu K3
2.1.4 Checklist penerapan terkait K3
2.1.5 Perkakas kerja
2.1.6 Alat ukur Earth Tester/ Earth Resistant Meter
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat Tulis Kantor (ATK)
2.2.2 Standar K3
2.2.3 Buku manual produk
2.2.4 Prosedur yang terkait K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
3.2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan
3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Mananjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

12
3.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/MEN/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 31
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 02/MEN/ 1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir
3.5 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat
Kerja,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat
Kerja
4. Norma dan standar
4.1 Norma
4.1.1 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3 Nomor KEP.47/PPK8&K3/VIII/2015
tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Listrik
4.1.2 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3 Nomor KEP.48/PPK&SK3/VIII/2015
tentang Pembinaan Calon Teknisi K3 Listrik
13
4.2 Standar
4.2.1 Prosedur yang terkait penerapan persyaratan K3 pada
system penyalur petir
4.2.2 Standar Nasional Indonesia Nomor 0225:2011 tentang
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011)
4.2.3 Spesifikasi peralatan dan perlengkapan sistem penyalur
petir
4.2.4 Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN) yang terkait K3

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1 Peserta uji harus memenuhi semua kriteria unjuk kerja dari
unit kompetensi yang diujikan.
1.2 Metode penilaian dapat dilakukan dengan cara verifikasi
portofolio yang diikuti dengan wawancara, uji tulis, uji lisan, uji
praktek, observasi dan simulasi sesuai dengan kebutuhan uji
kompetensi.
1.3 Uji kompetensi dilakukan di tempat uji kompetensi yang
memenuhi ketentuan atau tempat kerja.

14
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.71KKKO02.007.1 : Mengelola Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3.1.2 Peraturan perundang-undangan dibidang K3
3.1.3 Pedoman Pekerjaan Instalasi Ketenagalistrikan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan perkakas kerja
3.2.2 Menggunakan alat ukur earth tester
3.2.3 Menganalisa gangguan akibat sambaran petir
3.2.4 Membuat studi kelayakan pemasangan sistem penyalur
petir
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Teliti
4.2 Disiplin
4.3 Bertanggung jawab
5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam mengidentifikasi potensi bahaya listrik
5.2 Ketepatan dalam menggunakan APD dan LOTO
15
1. Teori Petir
Fenomena Terjadinya Petir
1). Petir merupakan mekanisme listrik di udara, yang terjadi :
a). Diantara awan-awan
b). Antara pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut.
c). Antara awan dan tanah.

2). Petir awan-tanah ini sudah cukup besar untuk dapat


menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda-benda di
permukaan tanah.

3). Petir terjadi karena lompatan elektron-elektron dari awan


bermuatan negatif ke Bumi yang bermuatan positif

16
1). Muatan negatif terbentuk pada awan
2). Terjadi peningkatan Medan Listrik
3). Muatan listrik terbentuk padatanah
4). Breakdown pada udara mengawali pelepasan 17
1). Streamer dan stepleader bertemu
2). Terbentuk kanal
3). Potential sama
4). Tampak Sambaran petir 18
2. Jenis-jenis Proteksi terhadap Petir

Sambaran langsung Sambaran tidak langsung


(Direct Strike) (InDirect Strike)

Konsep Sistem Proteksi Petir (SPP)


pada Bangunan Gedung 19
GPS (Gawai Proteksi Surja)
PUIL 2020 Bagian 6). 4-44: Proteksi untuk keselamatan -
Proteksi terhadap gangguan voltase dan gangguan
Elektromagnetik, halaman 10 dari 48.

20
PUIL 2020 Bagian 6). 4-44: Proteksi untuk keselamatan -
Proteksi terhadap gangguan voltase dan gangguan
Elektromagnetik, halaman 46 dari 48.

21
Lightning Arrester (LA) pada Gardu (Trafo) Distribusi

22
2.1. Instalasi Penyalur Petir (IPP)
Jenis-jenis IPP :
IPP terdiri dari beberapa jenis yaitu Franklin Rod, Faraday Cage, Radio
Actve, Electrostatic.

2.1.1. IPP jenis Franklin Rod


(Batang Franklin)
Pada jenis Batang Franklin ini,
Komponen :
- Air terminal yaitu lat penerima berupa logam tembaga (logam bulat
panjang runcing)
- Down Conductor yaitu kawat penyalur dari tembaga telanjang (bare
conductor)
- Ground Rod yaitu Pentanahan kawat penyalur sampai pada bagian
tanah basah, dilengkapi dengan Bak control (Control Box) untuk
memudahkan Pemeriksaan dan Pengujian. 23
Perlindungan :
- Sistem perlindungan dengan bentuk sudut 45 0
- Batang yang runcing dipasang paling atas
- Sistem ini cukup praktis dan biayanya relative murah tetapi jangkauan
perlindungannya terbatas.

Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Franklin Rod (Batang Franklin)24


2.1.2. IPP jenis Faraday Cage
(Sangkar Faraday)
Faraday Cage (Sangkar Faradai) merupakan sebuah Ruang
tertutup yang terbuat dari bahan-bahan penghantar listrik, yang
mampu merintangi medan listrik statis eksternal.
Sistem pemasangannya dibuat memanjang sehingga
jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan Franklin Rod tetapi
biayanya lebih mahal dan agak mengganggu keindahan.

Komponen :
Alat Penerima kawat mendatar
Kawat dari tembaga (bare copper)
Ground Rod yaitu Pentanahan kawat penyalur sampai pada bagian
tanah basah, dilengkapi dengan Bak control (Control Box) untuk
memudahkan Pemeriksaan dan Pengujian.

25
Perlindungan :
Perlindungan bangunan dengan memasang jala dengan konduktor
untuk menutupi permukaan bangunan
Jarak antar kawat mendata tidak melebihi dari 20 meter pada
titik-titik tertentu diberi ujung vertical 0,5 meter

Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Faraday Cage (Sangkar Faraday)(a)


26
Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Faraday Cage (Sangkar Faraday)(b)
27
2.1.3. IPP jenis Radio Active (sudah tidak boleh
digunakan)

Sebagaimana sudaj kita ketahui bahwa Petir terjadi karena


muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi, maka
penggagalan dapat dilakukan dengan prose ionisasi dengan cara
menggunakan radiasi zat misalnya Radiun 225 dan Ameresium
235. Kedua bahan ini mampu menghamburka ion radiasinya
yang bisa menetralkan muatan listrik awan.

Keberadaan proteksi petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya


berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan
mengurangi pemakaian zat berradiasi di masyarakat.
Oleh karena itu jika mendapati IPP jenis ini maka harus diganti
dengan jenis yang lain.

28
Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Radio Active,
yang sudah tidak boleh digunakan lagi
29
2.1.4. IPP jenis Electrostatic
Prinsip kerja IPP jenis Electrostatic ini mengadopsi sebagian IPP
jenis Radio Active, yaitu menambahkan muatan pada ujung
Finial / Splitzer agar Petir selelu memilih ujung ini untuk
disambar. Pada IPP jenis Electrostatic ini, energy listrik
dihasilkan dari muatan listrik awan yang menginduksi bumi.

Grounding system harus dibuat sebaik mungkin dengan tahanan


pentanahan yang sekecil mungkin

Bahan yang digunakan juga harus baik dan tahan terhadap


karat. karena karat akan menyebabkan penurunan fungsi dan
kualitas.
Jika bahan tidak terbuat dari kualitas yang baik maka tidak
dapat menahan arus petir yang besar apalagi untuk menghadapi
sambaran langsung.

30
Instalasi Penyalur Petir (IPP) jenis Electrostatic 31
Cara kerja IPP jenis Electrostatic

1. Sebelum terjadi sambaran petir, awan petir melepaskan


sejumlah ion-ion negative yang dikenal dengan istilah Down
Tracers atau Leaders. Ion-ion negative tersebut akan secara
cepat menuju tanah / bangunan dimana sifat ion-ion ditanah
/ bangunan lebih positif.

1. IPP jenis Electrostatic ini akan membuat kondisi lebih positif


dari sekitarnya.

32
Air Terminal, Down Conductor, Grounding

Air Terminal, Down Coductor, Grounding 33


Air Terminal :

Sebagai penerima dapat digunakan:


1). Logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga;
2). Hiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong-cerobong dari
logam yang disambung baik dengan instalasi penyalur petir;
3). Atap-atap dari logam yang disambung secara elektris dengan
baik.
4). Dimensi minimum air terminal :
– Cu : 35 mm2
– Fe : 50 mm2
– Al : 70 mm2

34
Berbagai macam Air Terminal

35
2.2. Arrester
Lokasi Penempatan Arrester
• Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan
yang dilindungi
• Jika jarak arrester terlalu jauh, maka tegangan yang tiba
pada peralatan dapat melebihi tegangan yang dapat
dipikulnya

36
3. Pengukuran Tahanan Pentanahan
Instalasi penyalur Petir
Pentanhan pada Instalasi Penyalur Petir diukur dengen
menggunakan alat Erth Resistance Tester dengan nilai maksimum
5 Ohm, sebagaimana sudah dibahas pada modul-modul
sebelumnya.

Pengukuran Tahanan Pentanahan, cara uji tahanan pentanahan


termasuk cara uji tahanan pentanahan untuk Instalasi Penyalur
Petir ada berberapar metod yaitu Metoda 3 kutub, Metoda 2
Kutub, dan Metoda 62%.

Yang paling sederhana, praktis dan populer untuk uji tahanan


pentanahan pada Instalasi Penyalur Petir adalah Metoda 62 %
seperti diilustrasikan pada dibawah ini.

37
38
39
40
Pengukuran resistansi elektroda pentanahan
menggunakan Metoda 62% 41
Urutan pelakasanaan Uji tahanan pentanahan untuk Instalasi
penyalur Petir.
1). Siapakan alat ujinya yaitu Ërath Resistance Tester dengan
memeriksa baterai, kabel dan Tuas Besi Penancap dan keadaan
baik dan siap pakai.
Earth Resistance Tester ini dilengkapi dengan 3 kabel dengan
standar warna Hijau, Kuning, dan Merah.
2). Pasang Kabel Hijau, Kuning, dan Merah pada alat uji Earth
Resistance Tester ada yang digital ada yang analog.

42
Alat uji Earth Resistance Tester ada yang digital ada yang analog
Memasang Kabel Hijau, Kuning, dan Merah
pada alat uji Earth Resistance Tester

1). Jepitkan kabel Hijau ke Grounding dari Sistem penyakur Petir

43
2.). Jepitkan kabel Kuning ke Tuas Besi Penancap dari Sistem
penyalur Petir, dan tarik kabel kuning sampai ujung dan
tancapkan Tuas Besi Penancap ke tanah.

3.). Jepitkan kabel Merah ke Tuas Besi Penancap dari Sistem


penyalur Petir, dan tarik kabel merah tersebut Searah dengan
Kabel Kuning sampai ujung dan tancapkan Tuas Besi Penancap ke
tanah. 44
5). Sekarang “On” kan alat uji Earth Resistance Tester, lihat
penunjukan tahanannya, tidak boleh lebih dari 5 Ohm. Jika lebih
dari 5 Ohm maka system pentanahan harus diperbaiki misanya
dengan memperpanjang batang pentanahan dan/atau
memperbesar/memperbesar batang pentanahan, atau
meletakkan Grounding kedalam tanah yang tahanan jensinya
kecil. Besarnya tahanan pentanahan (earth resistance) menurut
NFPA, IEEE, dan PUIL 2000 halaman 81 dari 552 adalah
maksimum 5 Ohm. Sedangkan di PUIL 2011 Amandemen 3 tahun
2013 halaman 7 dari 29, tidak dinyatakan secara tegas.
45
4. Pemasangan dan Pemeliharaan Instalasi
Penyalur Petir
Pemasangan Instalasi Penyalur Petir :
Pastikan bahwa Air Terminal, Down Conductor, dan Grounding
yang akan dipasang sesuai dengan yang telah direncanakan dan
lengkap, dan dipasang sesuai dengan standar pemasangan yang
baik.

Pemeliharaan Instalasi Penyalur Petir:


Pastikan bahwa Air Terminal, Down Conductor, dan Grounding
telah dilakukan pemeliharaan yang baik yaitu adilaksanaknnya PM,
PdM dan CM.

46
5. Zona Proteksi Petir
1. Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah
dapat mencegah terjadinya
petir.

2. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang


sesuai dengan standar ini, tidak dapat menjamln proteksi
terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara
mutlak, namun demikian penggunaan Standar ini akan
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan
petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.

47
3. Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya
dipertimbangkan secara seksama pada tahap perancangan
suatu bangunan gedung baru, sehingga bagian bangunan
gedung yang secara listrik bersifat konduktif dapat
dimanfaatkan secara maksimum. Dengan demikian rancangan
dan konstruksi instalasi secara keseluruhan akan leblh rnudah
dilaksanakan dan efektivitas sistem proteksi petir dapat
ditingkatkan dengan biaya dan usaha yang minimum.

4. Pemilihan tingkat proteksi untuk sistem proteksi petir

a).Tingkat proteksi adalah untuk mengurangi risiko kerusakan,


di bawah tingkat toleransi maksimum, oleh sambaran petir
langsung ke bangunan ruang yang diproteksi.
Pemilihan tingkat proteksi yang petir memadai untuk SPP
(Sistem Penyalur Petir) harus berdasarkan frekuensi sambaran
langsung setempat (Nd) yang diprakirakan ke bangunan gedung
yang diproteksi dan frekuensi sambaran petir tahunan setempat
yang dibolehkan (NqJ.
48
b).Frekuensi samharan petir yang dibolehkan pada bangunan
gedung
Harga yang harus diprakirakan melalui analisa risiko kerusakan
dengan mernperhitungkan faktor yang cocok sebagai berikut:
a) jenis bangunan;
b) keberadaan bahan nrudah terbakar dan mudah meledak;
c) langkah tindakan
d) jumlah manusia
e) jenis

Frekuensi rata-rata tahunan sambaran di hitung menjadi


perhatian yang diprakirakan pada bangunan petir langsung No
ke bangunan gedung.
Idensitas sambaran ke tanah rata-rata tahunan. sambaran petir
per kilometer persegi
per tahr;n, dalam daerah ditempat bangunan gedung berada.
Au= area cakupan ekivalen daribangunan gedung

49
Area cakupan ekivalen dari bangunan gedung adalah area
permukaan tanah yang
dianggap sebagai bangunan gedung yang mempunyai frekuensi
sambaran petir langsung
tahunan.

5. Rancangan sistem Proteksi

a). SPP yang dirancang menurut standar ini adalah memproteksi


kehidupan, harta benda dan peralatan dari kerusakan akibat
petir.
Perancang SPP harus mampu mengkaji pengaruh listrik dan
mekanis darisambaran petir dan juga memahami prinsip umum
kesesu'aian elektromaknetik
Perancang SPP harus marnpu mengkaji pengaruh korosi dan
mempertimbangkan untuk menggunakan tenaga ahli jika
diperlukan.

50
b). Pemasang SPP harus terlatih memasang secara benar
komponen Spp menurut
persyaratan peraturan nasional mengenai pekerjaan konstruksi
bangunan gedung.
Sebelum memulai pekerjaan perancangan rinci, perancang SPP
harus meneari
informasi dasar mengenai fungsi, perancangan umurn, konstruksi
dan lskasi bangunan
gedung.
Bila SPP belum ditentukan oleh pemilik bangunan, perancang SPP
harus mengklasifikasikan bangunan gedung menurut ketentuan
yang berlaku dan menentukan perlu tidaknya mengarnankan
bangunan gedung dengan SPP dengan mengikuti prosedur, untuk
pernilihan tingkat proteksi SPP yang benar.

51
c). Bila bangunan gedung sudah diklasifikasikan sebagai
bangunan gedung dan tingkat proteksi sudah ditentukan,
perancang SPP sebaknya menggunakan Kode Praktek ini, dengan
petunjuk penerapan yang komprehensif.
Bila bangunan gedung sudah diklasifikasikan sebagai bangunan
gedung yang membahayakan sekitarnya dan tingkat proteksi
sudah diteitukan, harus mempertimbangkan standar dan
ketentuan lain terkait yang berlaku untuk-merancang
SPP yang komprehensif.

52
Contoh ZPP (Zona Proteksi Petir)
53
54
65
66
Menimbang :

a) bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada di


tempat kerja perlu dijaga keselamatan dan produktivitasnya;

b) bahwa sambaran petir dapat menimbulkan bahaya baik


tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja
serta bangunan dan isinya;

c) bahwa untuk itu perlu diatur ketentuan tentang instalasi


penyalur petir dan pengawasannya yang ditetapkan dalam
suatu Peraturan Menteri.

Mengingat :

1. Undang-undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan


Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan No. 23
Tahun 1948 dari Republik Indonesia;

2. Undang-undang No. 14 tahun1969 tentang Ketentuan-


ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja;
67
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;

4. Keputusan Presiden RI No. 64/M Tahun 1988 tentang


Pembentukan Kabinet Pembangunan V;

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi


No. PER03/MEN/1978 tentang Persyaratan Penunjukan dan
Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja;

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-03/MEN/1984


tentang Pengawasan Ketenagakerjaan terpadu;

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-04/MEN/1987


tentang Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA


TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR. 68
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

a. Direktur ialah Pejabat sebagaimana yang dimaksud dalam


Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja;

b. Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan


yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja;

c. Ahli Keselamatan Kerja ialah Tenaga Teknis berkeahlian


khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

d. Pengurus ialah orang atau badan hukum yang bertanggung


jawab penuh terhadap tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri;

69
e. Pengusaha ialah orang atau badan hukum seperti yang
dimaksud pasal 1 ayat (3) Undang-undang No. 1 Tahun 1970;

f. Tempat kerja ialah tempat sebagaimana dimaksud pasal 1


ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970;

g. Pemasang instalasi penyalur petir yang selanjutnya disebut


Instalasi ialah badan hukum yang melaksanakan pemasangan
instalasi penyalur petir;

h. Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur


petir terdiri atas penerima (Air Terminal/Rod), Penghantar
penurunan (Down Conductor), Elektroda Bumi (Earth
Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan
satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan
menyalurkannya ke bumi;

i. Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam


yang menonjol lurus ke atas dan atau mendatar guna
menerima petir;

70
71
j. Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan
penerima dengan elektroda bumi;

k. Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang


ditanam dan kontak langsung dengan bumi;

l. Elektroda kelompok ialah beberapa elektroda bumi yang


dihubungkan satu dengan lain sehingga merupakan satu
kesatuan yang hanya disambung dengan satu penghantar
penurunan;

m. Daerah perlindungan ialah daerah dengan radius tertentu yang


termasuk dalam perlindungan instalasi penyalur petir;

n. Sambungan ialah suatu konstruksi guna menghubungkan


secara listrik antara penerima dengan penghantar penurunan,
penghantar penurunan dengan penghantar penurunan dan
penghantar penurunan dengan elektroda bumi, yang dapat
berupa las, klem atau kopeling;

72
73
74
o. Sambungan ukur ialah sambungan yang terdapat pada
penghantar penurunan dengan sistem pembumian yang dapat
dilepas untuk memudahkan pengukuran tahanan pembumian;

p. Tahanan pembumian ialah tahanan bumi yang harus dilalui


oleh arus listrik yang berasal dari petir pada waktu peralihan,
dan yang mengalir dari elektroda bumi ke bumi dan pada
penyebarannya di dalam bumi;

q. Massa logam ialah massa logam dalam maupun massa logam


luar yang merupakan satu kesatuan yang berada di dalam atau
pada bangunan, misalnya perancahperancah baja, lift, tangki
penimbun, mesin, gas dan pemanasan dari logam dan
penghantar-penghantar listrik.

75
Pasal 2

1) Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang


dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dan atau standard yang diakui;

2) Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut:

a. kemampuan perlindungan secara teknis;

b. ketahanan mekanis;

c. ketahanan terhadap korosi,

3) Bahan dan konstruksi instalasi penyalur petir harus kuat dan


memenuhi syarat;

4) Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda


hasil pengujian dan atau sertifikat yang diakui.

76
Pasal 3

Sambungan-sambungan harus merupakan suatu sambungan


elektris, tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat menahan
kekuatan tarik sama dengan sepuluh kali berat penghantar yang
menggantung pada sambungan itu.

Pasal 4

1) Penyambungan dilakukan dengan cara:

a. dilas.

b. diklem (plat klem, bus kontak klem) dengan panjang sekurang-


kurangnya 5 cm;

c. disolder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm dan


khusus untuk penghantar
penurunan dari pita harus dikeling.

77
2) Sambungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
berkarat;

3) Sambungan-sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa


sehingga dapat diperiksa dengan mudah.

Pasal 5

Semua penghantar penurunan petir harus dilengkapi dengan


sambungan pada tempat yang mudah dicapai.

Pasal 6

1) Pemasangan instalasi penyalur petir harus dilakukan oleh


Instalasi yang telah mendapat pengesahan dari Menteri atau
Pejabat yang ditunjuknya;

2) Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud


ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

78
Pasal 7

Dalam hal pengaruh elektrolisa dan korosi tidak dapat dicegah


maka semua bagian instalasi harus disalut dengan timah atau cara
lain yang sama atau memperbaharui bagian-bagiannya dalam
waktu tertentu.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 8

Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi Penyalur


Petir non radioaktif di tempat kerja.

Pasal 9
1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu
dipasang instalasi penyalur petir antara lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada
bangunan sekitarnya seperti: menara-menara, cerobong, silo,
antena pemancar, monumen dan lain-lain;
79
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan
yang mudah meledakatau terbakar seperti pabrik-pabrik
amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;

c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah,


rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar,
stasiun, candi dan lain-lain;

d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar


diganti seperti: museum, perpustakaan, tempat penyimpanan
arsip dan lain-lain;

e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang


Golf, Stadion Olah Raga dan tempat-tempat lainnya.

2) Penetapan pemasangan instalasi penyalur petir pada tempat


kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan
memperhitungkan angka index seperti tercantum dalam
lampiran I Peraturan Menteri ini.
80
BAB III
PENERIMA (AIR TERMINAL)

Pasal 10

1) Penerima harus dipasang di tempat atau bagian yang


diperkirakan dapat tersambar petir dimana jika bangunan
yang terdiri dari bagian-bagian seperti bangunan yang
mempunyai menara, antena, papan reklame atau suatu blok
bangunan harus dipandang sebagai suatu kesatuan;

2) Pemasangan penerima pada atap yang mendatar harus benar-


benar menjamin bahwa seluruh luas atap yang bersangkutan
termasuk dalam daerah perlindungan;

3) Penerima yang dipasang di atas atap yang datar sekurang-


kurangnya lebih tinggi 15 cm dari pada sekitarnya;

4) Jumlah dan jarak antara masing-masing penerima harus


diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin bangunan
itu termasuk dalam daerah perlindungan.
81
Pasal 11
Sebagai penerima dapat digunakan:

a. logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga;

b. hiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong-cerobong dari


logam yang disambung baik dengan instalasi penyalur petir;

c. atap-atap dari logam yang disambung secara elektris dengan


baik.

Pasal 12

Semua bagian bangunan yang terbuat dari bukan logam yang


dipasang menjulang keatas dengan tinggi lebih dari 1 (satu) meter
dari atap harus dipasang penerima tersendiri.

82
Pasal 13

Pilar beton bertulang yang dirancangkan sebagai penghantar


penurunan untuk suatu instalasi penyalur petir, pilar beton
tersebut harus dipasang menonjol di atas atap dengan
mengingat ketentuan-ketentuan penerima, syarat-syarat
sambungan dan elektroda bumi.

PerMen 02-1989 Ttg Pengawasan Instalasi Penyalur Petir

Pasal 14

1) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima dengan


jenis Franklin dan sangkar Faraday yang berbentuk runcing
adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak 112°;

2) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima yang


berbentuk penghantar mendatar adalah dua bidang yang saling
memotong pada kawat itu dalam sudut 112°;

83
r
s

tan 560=s/r , jika r ditetapkan = 1,


→ s = r x tan 560 = 1 x 1,4825
= 1,4825 84
3) Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis
lain adalah sesuai dengan ketentuan teknis dari masing-masing
penerima;

BAB IV
PENGHANTAR PENURUNAN

Pasal 15

(1) Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan


(nok) dan atau sudutsudut bangunan ke tanah sehingga
penghantar penurunan merupakan suatu sangkar dari
bangunan yang akan dilindungi;

(2)Penghantar penurunan harus dipasang secara sempurna dan


harus diperhitungkan pemuaian dan penyusutannya akibat
perubahan suhu;

(3) Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan satu


dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 1,5 meter;

85
(4) Penghantar penurunan harus dipasang lurus ke bawah dan jika
terpaksa dapat mendatar atau melampaui penghalang;

(5) Penghantar penurunan harus dipasang dengan jarak tidak


kurang 15 cm dari atap yang dapat terbakar kecuali atap dari
logam, genteng atau batu;

(6) Dilarang memasang penghantar penurunan di bawah atap


dalam bangunan.

Pasal 16

Semua bubungan (nok) harus dilengkapi dengan penghantar


penurunan, dan untuk atap yang datar harus dilengkapi dengan
penghantar penurunan pada sekeliling pinggirnya, kecuali
persyaratan daerah perlindungan terpenuhi.

86
Pasal 17

(1)Untuk mengamankan bangunan terhadap loncatan petir dari


pohon yang letaknya dekat bangunan dan yang diperkirakan
dapat tersambar petir, bagian bangunan yang terdekat dengan
pohon tesebut harus dipasang penghantar penurunan;

(2)Penghantar penurunan harus selalu dipasang pada bagian-


bagian yang menonjol yang diperkirakan dapat tersambar
petir;

(3)Penghantar penurunan harus dipasang sedemikian rupa,


sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan
tidak mudah rusak.

Pasal 18

(1) Penghantar penurunan harus dilindungi terhadap kerusakan-


kerusakan mekanik, pengaruh cuaca, kimia (elektrolisa) dan
sebagainya.

87
(2)Jika untuk melindungi penghantar penurunan itu dipergunakan
pipa logam, pipa tersebut pada kedua ujungnya harus
disambungkan secara sempurna baik elektris maupun mekanis
kepada penghantar untuk mengurangi tahanan induksi.

Pasal 19

(1)Instalasi penyalur petir dari suatu bangunan paling sedikit


harus mempunyai 2 (dua) buah penghantar penurunan;

(2)Instalasi penyalur petir yang mempunyai lebih dari satu


penerima, dari penerima tersebut harus ada paling sedikit 2
(dua) buah penghantar penurunan;

(3)Jarak antara kaki penerima dan titik pencabangan penghantar


penurunan paling besar 5 (lima) meter.

Pasal 20

Bahan penghantar penurunan yang dipasang khusus harus


digunakan kawat tembaga atau bahan yang sederajat dengan
ketentuan: 88
89
a. penampang sekurang-kurangnya 50 mm2;

b. setiap bentuk penampang dapat dipakai dengan tebal


serendah-rendahnya 2 mm.

Pasal 21

(1)Sebagai penghantar penurunan petir dapat digunakan


bagian-bagian dari atap, pilar-pilar, dinding-dinding, atau
tulang-tulang baja yang mempunyai massa logam yang baik;

(2)Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus memenuhi


syarat, kecuali:

a. sudah direncanakan sebagai penghantar penurunan dengan


memperhatikan syarat-syarat sambungan yang baik dan
syarat-syarat lainnya;

b. ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air di


bawah tanah sepanjang waktu.

90
(3)Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai
penghantar penurunan harus digunakan kolom beton bagian
luar.

Pasal 22

Penghantar penurunan dapat digunakan pipa penyalur air hujan


dari logam yang dipasang tegak dengan jumlah paling banyak
separuh dari jumlah penghantar penurunan yang diisyaratkan
dengan sekurang-kurangnya dua buah merupakan penghantar
penurunan khusus.

Pasal 23

(1) Jarak minimum antara penghantar penurunan yang satu


dengan yang lain diukur sebagai berikut;

a. pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter maximum


20 meter;

b. pada bangunan yang tingginya antara 25-50 meter maka


jaraknya (30 - 0,4 x tinggi bangunan); 91
c. pada bangunan yang tingginya lebih dari 50 meter maximum 10
meter.

(2) Pengukuran jarak dimaksud ayat (1) dilakukan dengan


menyusuri keliling bangunan.

Pasal 24
Untuk bangunan-bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang
tidak sama tingginya, tiaptiap bagian harus ditinjau secara
tersendiri sesuai pasal 23 kecuali bagian bangunan
yang tingginya kurang dari seperempat tinggi bangunan yang
tertinggi, tingginya kurang dari 5 meter dan mempunyai luas
dasar kurang dari 50 m2

Pasal 25

(1) Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter dan


mempunyai bagian-bagian yang menonjol kesamping harus
dipasang beberapa penghantar penurunan dan tidak menurut
ketentuan pasal 23;

92
(2) Pada bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter, semua
bagian-bagian yang menonjol ke atas harus dilengkapi dengan
penghantar penurunan kecuali untuk menara-menara.

Pasal 26

Ruang antara bangunan-bangunan yang menonjol kesamping


yang merupakan ruangan yang sempit tidak perlu dipasang
penghantar penurunan jika penghantar penurunan yang dipasang
pada pinggir atap tidak terputus.

Pasal 27

(1) Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Franklin dan


sangkar Faraday, jenis-Jenis bahan untuk penghantar dan
pembumian dipilih sesuai dengan daftar pada lampiran II
Peraturan Menteri ini;

93
(2) Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Elektrostatic
dan atau jenis lainnya, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan
pembumian dapat menggunakan bahan sesuai dengan daftar pada
lampiran II Peraturan Menteri ini dan atau jenis lainnya sesuai
dengan standard yang diakui;

(3) Penentuan bahan dan ukurannya dari ayat (1) dan ayat (2)
pasal ini, ditentukan berdasar-kan beberapa faktor yaitu
ketahanan mekanis, ketahanan terhadap pcngaruh kimia terutama
korosi dan ketahanan terhadap penganih lingkungan lain dalam
batas standard yang diakui;

(4) Semua penghantar dan pengebumian yang digunakan harus


dibuat dan bahan yang memenuhi syarat. sesuai dengan standard
yang diakui.

94
BAB V
PEMBUMIAN

Pasal 28

(1) Elektroda bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa


sehingga tahanan pembumian sekecil mungkin;

(2) Sebagai elektroda bumi dapat digunakan:

a. tulang-tulang baja dan lantai-lantai kamar di bawah bumi dan


tiang pancang yang sesuai dengan keperluan pembumian;

b. pipa-pipa Jogam yang dipasang dalam bumi sccara tegak;

c. pipa-pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi


secana mendatar;

d. pelat logam yang ditanam;

95
e. bahan logam lainnya dan atau bahan-bahan yang cara
pemakaian menurut ketentuan pabrik pembuatnya.

(3)Elektroda bumi tersebut dalam ayat (2) harus dipasang


sampai mencapai air dalam bumi.

Pasal 29
(1) Elektroda bumi dapat dibuat dan:

a. Pipa baja yang disepuh dengan Zn (Zincum) dan ganis tengah


sekurang-kurangnya 25 mm dan tebal sckurang-kurangnya 3,25
mm;

b. Batang baja yang disepuh dengan Zn dan ganis tengah


sekurang-kurangnya 19 mm;

c. Pita baja yang disepuh dengan Zn yang tebalnya sekurang-


kurangnya 3 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm;

(2) Untuk daerah-daerah yang sifat korosifnya lebih besar,


elektroda bumi harus di buat dari:
96
a. Pipa baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah dalam
sekurang-kurangnya 50 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,5
mm;

b. Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang
disepuh dengan tembaga atau bahan yang sederajat dengan ganis
tengah dalam sekurangkurangnya 16 mm dan tebal sekurang-
kurangnya 3 mm;

c. Batang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah


sekurang-kurang nya 25 mm;

d. Batang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja


yang disalut dengan tembaga atau yang sederajat dengan garis
tengah sekurang-kurangnya 16 mm;

e. Pita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-


kurangnya 4 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm.

97
Pasal 30

(1) Masing-masing penghantar penurunan dan suatu instalasi


penyalur petir yang mempunyai beberapa penghantar penurunan
harus disambungkan dengan elektroda kelompok;

(2) Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang tegak dalam


bumi tidak boleh kurang dan 4 meter, kecuali jika sebagian dan
elektroda bumi itu sekurang-kurangnya 2 meter di bawah batas
minimum permukaan air dalam bumi;

(3) Tulang-tulang besi dan lantai beton dan gudang di bawah


bumi dan tiang pancang dapat digunakan sebagai elektroda
bumi yang memenuhi syarat apabila sebagian dan tulang-tulang
besi ini berada sekurang-kurangnya 1 (satu) meter di bawah
permukaan air dalam bumi;

(4) Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar harus


ditanam sckurang-kurangnya 50 cm didalam tanah.

98
Pasal 31

Elektroda bumi dan elektroda kelompok harus dapat diukur


tahanan pembumiann secara tersendiri maupun kelompok dan
pengukuran dilakukan pada musim kemarau.

Pasal 32

Jika keadaan alam sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian


tidak dapat tercapai secara teknis, dapat dilakukan cara sebagai
berikut:

a. masing-masing pcnghantar penurunan harus disambung


dengan penghantar lingkar yang ditanam lengkap dengan
beberapa elektroda tegak atau mendatar sehingga jumlah
tahanan pembumian bersama memenuhi syarat;

b. membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang


ditanam bersama dengan elektroda schingga tahanan
pembumian memenuhi syanat.
99
Pasal 33

Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi


listrik tidak boleh digunakankan
untuk pembumian instalasi penyalur petir.

Pasal 34

(1)Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar dapat


dibuat dan pita baja yang disepuh Zn dengan tebal sekurang-
kurangnya 3 mm dan lebar sckurang-kurangnya 25 mm atau
dan bahan yang sederajat;

(2)Untuk daerah yang sifat korosipnya lebih besar, clektroda


bumi mendatar atau penghantar lingkar harus dibuat dari:

a. Pita baja yang disepuh Zn dengan ukuran lebar sekurang-


kurangnya 25 mm dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm atau
dan bahan yang sederajat;

100
b. Tembaga atau bahan yang sederajat, bahan yang disepuh
dengan tembaga atau bahan yang sederajat, dengan luas
penampang sekurang-kurangnya 50 mm dan bila bahan itu
berbentuk pita harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 2
mm;

c. Elektroda pelat yang terbuat dan tembaga atau bahan yang


sederajat dengan luas satu sisi pcrmukaan sekurang-kurangnya
0,5 m2 dan tebal sekurang-kurangnya 1 mm. Jika bcrbentuk
silinder maka luas dinding silinder tersebut harus sekurang-
kurangnya 1 m2.

101
BAB VI
MENARA

Pasal 35

(1) Instalasi Penyalur Petir pada bangunan yang menyerupai


menara sepenti menara air, silo, mesjid, gereja, dan lain-lain
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahaya meloncatnya petir;

b. Hantaran listrik;

c. Penempatan penghantar;

d. Daya tahan terhadap gaya mekanik;

e. Sambungan antara massa logam dan suatu bangunan.

102
(2) Instalasi penyalur petir dan menana tidak boteh dianggap
dapat melindungi bangunanbangunan yang berada disekitannya.

Pasal 36

(1)Junmlah dan penempatan dan penghantar penununan pada


bagian luar dan menara harus diselenggarakan menurut pasal
23 ayat (1);

(2) Dalam menara dapat pula dipasang suatu penghantar


penurunan untuk memudahkan penyambungan dari bagian-
bagian logam menara itu.

Pasal 37

Menara yang seluruhnya terbuat dan logam dan dipasang pada


pondasi yang tidak dapat menghantar, harus dibumikan
sekurang-kurangnya pada dua tempat dan pada jarak yang sama
diukur menyusuri keliling menara tersebut.

103
Pasal 38

Sambungan-sambungan pada instalasi penyalur petir untuk


menara harus betul-betul diperhatikan terhadap sifat korosif dan
elektrolisa dan harus secara dilas karena kesukaran pemeriksaan
dan pemeliharaannya.

BAB VII
BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA

Pasal 39

(1)Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir


dengan menggunakan penyalur tegangan lebih, kecuali jika
antena tersebut berada dalam daerah yang dilindungi dan
penernpatan antena itu tidak akan menimbulkan loncatan
bunga api;

(2) Jika antena sudah dibumikan secara tersendiri, maka tidak


perlu dipasang penyalur tegangan lebih;

104
(3) Jika antena dipasang pada bangunan yang tidak mempunyai
instalasi penyalur petir,antena harus dihubungkan kebumi
rnelalui penyalur tegangan lebih.

Pasal 40

(1)Pemasangan penghantar antara antena dan instalasi penyalur


petir atau dengan bumi harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga bunga api yang timbul karena aliran besar tidak
dapat menimbulkan kerusakan;

(2) Besar penampang dan penghantar antara antena dengan


penyalur tegangan lebih penghantar antara tegangan lebih
dengan instalasi penyalur petir atau dengan elektroda bumi
harus sekurang-kurangnya 2,5 mm2;

(3) Pemasangan penghantar antara antena dengan instalasi


penyalur petir atau dengan elektroda bumi harus dipasang
selurus mungkin dan penghantar tersebut dianggap sebagai
penghantar penurunan petir.

105
Pasal 4l

(1)Pada bangunan yang mempunyai instalasi penyalur petir,


pemasangan penyalur tegangan lebih antara antena dengan
instalasi penyalur petir harus pada tempat yang tertinggi;

(2) Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut
harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir;

Pasal 42

(1) Pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur


petir, pemasangan penyalur tegangan lebih antara antena dengan
elektroda bumi harus dipasang di luar bangunan;

(2) Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi,
tiang besi ini harus dihubungkan dengan bumi.

106
BAB VIII
CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M

Pasal 43

1) Pemasangan instajasj penyalur petir pada cerobong asap


pabrik dan lain-lain yang mempunyai ketinggian lebih dari 10
meter harus diperhatikan keadaan seperti di bawah ini:

a. Timbulnya karat akibat adanya gas atau asap terutama untuk


bagian atas dan instalasi
b.
Banyaknya penghantar penurunan petir;

c. Kekuatan gaya mekanik.

2) Akibat kesukaran yang timbul pada pemeriksaan dan


pemeliharaan, pelaksanaan Pemasangan dan instalasi penyalur
petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lainnya harus
diperhitungkan juga terhadap korosi dan elektrolisa yang
mungkin terjadi.
107
Pasal 44

instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh


dianggap dapat melidungi bangunan yang berada disekitarnya.

Pasal 45
(1)Penerima petir harus dipasang menjulang sekurang
kurangnya 50 cm di atas pinggir cerobong;

(2)Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian


puncak cerobong dapat digunakan sebagai penerima petir;

(3)Penerima harus disambung satu dengan lainnya dengan


penghantar lingkar yang dipasang pada pinggir atas dan
cerobong atau sekeliling pinggir bagian luar, dengan jarak
tidak lebih dari 50 cm di bawah puncak cerobong;

(4) Jarak antara penerima satu dengan lainnya diukur


sepanjang keliling cerobong paling besar 5 meter. Penerima itu
harus dipasang dengan jarak sama satu dengan lainnya pada
sekelilingnya;
108
(5)Batang besi, pipa besi dan cincin besi yang digunakan sebagai
penerima harus dilapisi dengan timah atau bahan yang
sederajat untuk mencegah korosi.

Pasal 46

(1)Pada tempat-tempat yang terkena bahaya termakan asap, uap


atau gas sedapat mungkin dihindarkan adanya sambungan;

(2)Sambungan-sambungan yang terpaksa dilakukan pada tempat-


tempat ini, harus dilindungi secara baik terhadap bahaya korosi;

(3) Sambungan antara penerima yang dipasang secara khusus dan


penghantar penurunan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2
meter di bawah puncak dari cerobong.

Pasal 47

(1)Instalasi penyalur petir dan cerobong sekurang-kurangnya


harus mempunyai 2 (dua) penghantar penurunan petir yang
dipasang dengan jarak yang sama satu dengan yang lain;
109
(2)Tiap-tiap penghantar penurunan harus disambungkan
langsung dengan penerima.

Pasal 48

(1)Cerobong dan logam yang berdiri tersendiri dan ditempatkan


pada suatu pondasi yang tidak dapat menghantar harus
dihubungkan dengan tanah;

(2)Sabuk penguat dari cerobong yang terbuat dari logam harus


disambung secara kuat dengan penghantar penurunan.

Pasal 49

(1)Kawat penopang atau penarik untuk cerobong harus


ditanahkan ditempat pengikat pada alat penahan di tanah
dengan menggunakan elektroda bumi sepanjang 2 meter;

(2)Kawat penopang atau penarik yang dipasang pada bangunan


yang dilindungi harus disambungkan dengan instalasi penyalur
petir bangunan itu.
110
Oleh Permenaker No.31/2015 diselipkan Pasal 49A dan
Pasal 49 B.

PASAL 49 A

Pembuatan, pemasangan, dan/atau perubahan intalasi penyalur


petir harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas
Ketenakerjaan spesialis K3 listrik dan/atau Ahli K3 Bidang
Listrik.

PASAL 49 B

Hasil Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada


Pasal 49 A digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan
dan/atau tindakan hokum oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

111
BAB IX
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 50

(1)Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar


selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat;

(2) Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:

a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir


kepada pemakai;

b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan


atau instalasi penyalur petir;

c. Secara berkala setiap dua tahun sekali;

d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir;

112
Pasal 51

(1)Pemeriksaan dan pengujian instalasj penyalur petir dilakukan


oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa
inspeksi yang ditunjuk;

(2)Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban


membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan
atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyediaan alat-alat
bantu

Pasal 52

Dalam pemeriksaan berkala harus diperhatikan tentang hal-hal


sebagai berikut:

a. elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat


menimbulkan karat;

113
b. kerusakan-kerusakan dan karat dan penerima, penghantar
dan sebagainya;

c. sambungan-sambungan;

d. tahanan pembumian dan masing-masing elektroda maupun


elektroda kelompok.

Pasal 53

(1)Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan


pembumian harus dicatat dalam buku khusus tentang hari
dan tanggal hasil pemeriksaan;

(2) Kerusakan-kerusakan yang didapati harus segara diperbaiki.

Pasal 54

(1) Tahanan pembumian dan seluruh sistem pembumian tidak


boleh lebih dan 5 ohm;

114
(2)Pengukuran tahanan pembumian dan elektroda bumi harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-kesalahan yang
timbul disebabkan kesalahan polarisasi bias dihindarkan;
(3)Pemeriksaan pada bagian-bagian dan instalasi yang tidak
dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran secara listrik.

BAB X
PENGESAHAN
(Dihapus oleh Permenaker No.31/2015)

Pasal 55

(1)Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi


dengan gambar rencana instalasi;

(2) Gambar rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


menunjukkan : gambar bagan tampak atas dan tampak samping
yang mencakup gambar detail dan bagianbagian instalasi beserta
keterangan terinci termasuk jenis air terminal, jenis dari atap
bangunan, bagian-bagian lain peralatan yang ada di atas atap dan
bagian bagian logam pada atau di atas atap.
115
Pasal 56

(1)Gambar rencana instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal


55 harus mendapat pengesahan dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya;

(2)Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

Pasal 57

(1)Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dan


Menteri atau pejabat yang ditunjuknya;

(2)Setiap penerima khusus seperti elektrostatic dan lainnya harus


mendapat sertifikat dan Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya;

(3)Tata cara untuk mendapat sertifikat sebagaimana dimaksud


ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
116
Pasal 58

Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur petir, maka


pengurus atau pemilik harus mengajukan permohonan
perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah
yang ditunjuknya dengan melampiri gambar rencana perubahan.

Pasal 59

Pengurus atau pemilik wajib mentaati dan melaksanakan semua


ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

117
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
(Dihapus oleh Permenaker No.31/2015)

Pasal 60
Pengurus atau pemilik yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 6
ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 56 ayat (1), pasal 57 ayat (1)
dan (2), pasal 58 dan pasal 59 diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) sebagaimana
dimaksud pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja.

BAB XII
ATURAN PERALIHAN

Pasal 61
Instalasi penyalur petir yang sudah digunakan sebelum Peraturan
Menteri ini ditetapkan, Pengurus atau Pemilik wajib
menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam waktu 1 (satu) tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
118
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62

Peraturan Menteri ini rnulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 21 Februari 1989
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA

ttd.

DRS. BATUBARA COSMAS

119
120
121
122
130
132
133

Anda mungkin juga menyukai