Anda di halaman 1dari 385

Kementerian Ketenagakerjaan

Republik Indonesia

Materi

Pembinaan
Teknisi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
(K3) Listrik

2015
DAFTAR ISI
MATERI PEMBINAAN TEKNISI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3 No. : Kep.48/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan
Calon Teknisi K3 Bidang Listrik.

I. KELOMPOK DASAR :
1. Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
2. Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik

II. KELOMPOK INTI :


1. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik
2. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Transmisi Listrik
3. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Distribusi Listrik
4. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Pemanfaatan Listrik
5. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik
6. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Transmisi Listrik
7. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Distribusi Listrik
8. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik di Pemanfaatan Listrik
9. Persyaratan K3 Sistem Penyalur Petir
10. Persyaratan K3 Listrik Ruang Khusus
11. Praktek

III. KELOMPOK PENUNJANG :


1. Identifikasi potensi bahaya listrik
2. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di pekerjaan listrik

IV.1 EVALUASI :
IV.1. Evaluasi (Teori)
Pembinaan Teknisi K3 Listrik

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral


Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan
K3-Kementerian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga Pelatihan
K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para
Instruktur K3 Listrik pada Temu Teknis tanggal
4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta, dan Temu
Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.1.
Kebijakan
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.1.
Kebijakan Pembinaan
dan Pengawasan K3

MD1.
KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN K3

PEMBINAAN
TEKNISI K3 BIDANG LISTRIK

2
Tujuan Instruksional Umum
Pembinaan Teknisi K3 bidang Listrik bertujuan
memberikan pengetahuan sekurang-kurangnya:
• Memahami Filosofi K3
• Memahami regulasiK3
• Memahami mekanisme Pembinaan dan Pengawasan
K3
• Memahami Kelembagaan K3 dan SDM K3 bidang
listrik
• Memahami pelaksanaan 5 (lima) prinsip dasarSMK3
• Memahami Mekanisme penilaian penerapanSMK3

Tujuan Instruksional Khusus


Pembinaan Teknisi K3 bidang Listrik
bertujuan sekurang-kurangnya memberikan
ketrampilan melakukan:
• Mengidentifikasi persyaratan PJK3bidanglistrik
• Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pembinaan
• melakukan tugas dan fungsi Ahli K3 bidang Listrik
• mengawasi pelaksanaan tugas teknisi K3listrik

4
1. Tujuan Pelaksanaan K3
• setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional;
• setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin pula keselamatannya;
• setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan effisien;

. lanjutan 1. Tujuan Pelaksanaan K3

• untuk mewujudkan masyarakat yangsejahtera;


• meningkatkan kualitas tenaga kerja dan
peransertanya dalam pembangunan serta
peningkatan perlindungan tenaga kerja dan
keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan;
• mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
6
2. Pendekatan K3
• Pendekatan Hukum
• K3 merupakan ketentuan perundangan
• Pendekatan Ekonomi
• K3 mencegah kerugian
• Meningkatkan produktivitas
• Pendekatan Kemanusiaan
• Kecelakaan menimbulkan penderitaan
bagi sikorban/keluarganya.
• K3 melindungi pekerja dan masyarakat
• K3 bagian dari HAM
7

3. Sejarah Regulasi K3 di Indonesia


1. Peraturan K3 Periode Tahun 1847 s.d 12 januari 1970
•Tahun 1847 , Hindia Belanda melakukan pengawasan penggunaan mesin
uap.

•28 Pebruari 1852 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan staatblad no.


20 tentang Keselamatan kerja pemakaian mesin uap.

•VeiligheidReglement (VR) tahun 1910 Staatblad No 406 tentang


keselamatan kerja pemakaian diesel dan listrik di industri pengolahan.

•Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No. 225 dan
Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat uap ( sampai saat
ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan Peraturan Uap).

8
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

• Undang-Undang Penimbunan dan Penyimpan Minyak tanah dan bahan-bahan


cair lainnya yang mudah menyala (stbl 1927 No. 99.

• Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927 No. 214)

• Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang mengatur pengawsan
terhadap bahan yang mengandung racun (pabrik cat, accu, percetakan dll)

• Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143 dan no. 10 tahun
1932 dan tahun 1933, mengatur pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang dan peraturan petasan.

lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

• Industrienbaan Ordonantie dan Industriebaan Verordening Stbl. No. 595


dan No. 29 Tahun 1938 dan tahun 1939 tentang pengawasan terhadap
jalan kereta api, loko dan gerbongnya yang diginakan sebagai alat
angkut selain PJKA.

• Retribusi Ordonantie Stbl No. 424 tahun 1940 dan Retributie


Vorerdening Stbl No. 425 tahun 1940.

• Undang No. 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan pemerintah


pengganti Undang No. 1 Tahun 1962 Tentang barang (Lembaran Negara
No. 251 tahun 1961)

• Peraturan Khusus (peraturan pemberlakuan peraturan Belanda di


Indonesia)

10
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

• Peraturan-Peraturan Khusus :
• Peraturan khusus Direktur pekerjaan Umum No. 119966/Swt.
• Peraturan Khusus AA untuk P3K
• Peraturan Khusus BB tentang Instalasi listrik arus kuat dalam pabrik,
bengkel dan bangunan (dicabut)
• Peraturan khusus CC mengenai pabrik gula
• peraturan khusus DD untuk Bejana berisi dengan udara yang dikempa
dan dipergunakan utnuk menggerakkan motor bakar (dicabut)
• Peraturan khusus EE mengenai perusahaan, pabrik dan bengkel yang
menggunakan bahan mudah terbakar (dicabut)
• Peraturan Khusus FF mengenai perusahaan, bengkel yang membuat,
memakai gas dalam botol baja (dicabut)

11

lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

• Peraturan khusus mengenai instalasi untuk memproyektorgambar


bayang-bayang dalam gambar.
• Peraturan khusus HH mengenai perusahaan, pabrik dan tempat
kerja yang mengolah timah kering.
• Peraturan khusus II mengenai instalasi untuk pembuatan askarbit
bagi keperluan-keperluan teknik (dicabut)
• Peraturan khusus KKmengenai pabrik dan tempat kerja yang
mengolah bahan yang mudah meledak(dicabut)
• Peraturan khusus LLmengenai usaha keselamatan kerja untuk
pekerjaan dalam tangki apung.
• Peraturan khusus NN mengenai perusahaan dan pabrik yang
membuat gelas atau barang-barang darigelas.
• Peraturan terhadap penggunaan phospos putih Stbl. 1912 No. 275.

12
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

• Ketentuan tentang pengangkutan obat peledak, dan bahan petasan


dengan kereta api (Stbl. No. 501 Tahun1907)
• Penetapan pelarangan bagi pembuatan import, mempunyai, mengangkut
dan menjual kereta api yang mengandung phospor putih.
• Ketetapan tentang pemasangan dan pemakaian jaringan saluran listrik di
Indonesia (stbl. 1927-1890 N0. 190)
• Aturan bekenaan dengan mnyimpan, menimbun dan memiliki minyak
tanah dan semacam zat-zat cair yang mudah menyala 9stbl. 1927 No. 200
terakhir dirobah stbl 1940 No. 150) (dicabut)
• Ketetapan umum tentang jalanan kereta api dan trem (ABSTtahun 1927)
Stbl 1927 N0. 25B Jo stbl 1928 No. 415)
• Peraturan jalanan kereta api trem (Stbl 1928 N. 202)
• Peraturan Menteri No. 7/PMP/1964 tentang syarat-syarat kesehatan,
kebersihan dan penerangan di tempat kerja.
• Peraturan Menteri TenagaKerja R.I No. 65 tahun 1969 tentang
penyelenggaraan kursus/latihan kader keselamatan kerja.

13

lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

• 2. Peraturan K3 periode 12 Januari 1970 s.d. sekarang


• UU no. 1 tahun 1970 menggantikan VR 1910
• Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan
keselamatan kerja di bidang pertambangan
• PPNo. 07 Tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan
penggunaan pestisida.
• PPNo. 11 tahun 1975 tentang keselamatan dan kesehatan kerja radiasi
• PPNo. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan
miyak dan gasbumi.

• Peraturan Pelaksana UU No. 1 tahun 1970 berlaku sampai saat ini


• Peraturan-Peraturan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

• UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berlaku sampai saat ini

• Peraturan Pemerintah no 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

14
4. UU Nomor 1 Tahun 1970 dan
Peraturan Pelaksanaannya
1. Pengertian tempat kerja

a. tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi


sesuatu usaha.
b. adanya tenaga kerja yang bekerja disana
c. adanya bahaya kerja di tempat itu.

15

4. UU Nomor 1 Tahun 1970 dan


Peraturan Pelaksanaannya
2. Ruang Lingkup Pelaksanaan K3
a. tempat kerja yang berasa di Wilayahhukum
Republik Indonesia
b. Tempat kerja yang mempunyai sumber potensi
bahaya

16
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

3. Syarat keselamatan Kerja


dengan peraturan pemerintah dan peraturan
menteri diatur pedomanuntuk:
 mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
 meminimalisasi cidera dan kerugian
 menciptakan tempat kerja yang sehatdan
selamat
 menciptakan pekerjaan yang sehat dan selamat

17

Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

4. Pola Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 dilaksanakan secara menyeluruh
di setiap kegiatan :
 perencanaan
 pembuatan/pemasangan
 pengangkutan, peredaran, perdagangan,
 pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan
18
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

5. Pengawasan
Pengawasan K3 dilakukan oleh
• Pengawas ketenagakerjaan
• Ahli K3

19

Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

6. Kewajiban Pengurus
 menjamin kesehatan pekerja
 memberikan pembinaan K3
 membentuk P2K3
 melaporkan kecelakaan kerja
 menjamin orang lain selain pekerja yang berada
ditempat kerja
 menyediakan sarana K3 dan Alat pelindung diri

20
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

7. Hak dan Kewajiban tenaga kerja


a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta
oleh pegawai pengawas dan atau keselamatankerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yangdiwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yangdiwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua
syarat-syarat keselamatan dan
e. kesehatan kerja yang diwajibkan

21

Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

8. Sanksi
 hukum denda dan kurungan
 tindakan pidana merupakan pelanggaran

22
Peraturan Pelaksanaan UU No 1 tahun
1970
 PeraturanPemerintah
 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang
PengawasanAtas Peredaran,
 Penyimpanan dan PeredaranPestisida
 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
 Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
 Peraturan Menteri TenagaKerja
 Pedoman teknik pelaksanaan K3

23

lanjutan peraturan pelaksana terkait listrik

• UU Uap Tahun 1930


• Peraturan Uap Tahun 1930
• Permen No 12/Men/2015Permenaker No 187/Men/ 1999
• Permen No 4/Men/1985
• Permen No 5/Men/1985
• Permen No. 2/Men/1989
• Permen No 3/Men/1999
• Permen No 1/Men/1982
• Permen No 1/Men/1980
• Permen No 02/Men/1989
• Permen No 03/Men/1999

24
5. Sistem Pengawasan K3 Nasional

1. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas


ketenagakerjaan.
2. Ahli K3 di perusahaan/tempat kerja
membantu pelaksaanaannya ditingkat
perusahaan sesuai penunjukannya
3. Ahli K3 di perusahaan jasa K3 melakukan
kegiatan sesuai dengan bidang penunjukan
jasanya.

25

6. Kewenangan pemerintah pusat dan daerah


terkait pengawasan ketenagakerjaan
• Pemerintah Pusat (Kemnaker) :
– penetapan sistem pengawasan
– pengelolaan SDM pengawasan (Pengawas
ketenagakerjaan dan Ahli K3 serta personil K3)
• Pemerintah Daerah (Provinsi) :
– Penyelenggaraan pengawasan K3

26
7. Tugas dan Fungsi Pengawas Ketenagakerjaan
dalam melakukan Pembinaan dan Pengawasan K3

• Tugas Pengawas Ketenagakerjaan :


– memeriksa tempat kerja
– menguji mesin,peralatan,instalasi,bahan, sarana
kerja, lingkungan dll terkait sumberbahaya
– memberikan pembinaan/ saran tindak perbaikan
secara lisan
– memberikan nota pemeriksaan
– melalukan penegakan hukum

27

• Fungsi Pengawas ketenagakerjaan u ntuk :


a. Mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;

b. Memberikan keterangan teknis dan nasehat kepada pengusaha


dan pekerja/buruh mengenai tata cara yang paling efektif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;

c. Memberitahukan kepada pihak yang berwenang mengenai


terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara
khusus tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.

28
8. Kelembagaan dan Personil K3 : PJK3, P2K3,
Dewan K3, Asosiasi K3 dan Pusat K3/Balai K3

• P2K3 merupakan lembaga bipartite untuk


meningkatkan kerja sama pengusaha/pengurus
perusahaan terkait pelaksanaan K3 di tempat
kerja
• Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (PJK3) adalah perusahaan yang usahanya
dibidang jasa K3 untuk membantu pelaksanaan
pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yangberlaku.

29

• Dewan K3 suatu lembaga dewan yang bertugas


memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta atau tidak kepada pemerintahmengenai
kebijakan dan pelaksanaan K3m terdiri dari DK3
ansional dan provinsi
• Asosiasi K3 merupakan asosiasi profesi bidang K3
(contoh A2K3, A2K4, AlPK3i dll)
• Pusat K3/Balai K3 merupakan isntalsi yang
memberikan pelayanan K3 ( pemerilsaan
kesehatan tenaga kerja dan pemantauan
lingkungan kerja)

30
9. Dokumen Surat penunjukan
PJK3 dan Ahli K3
• Contoh SKPPJK3
• Sertifikat SKPdan Kartu Kewenangan

31

Contoh dokumen Surat penunjukan


PJK3dan Ahli K3

32
10. Pedoman pembinaan calon Ahli
K3 bidang listrik dan teknisi K3Listrik
Bertujuan untuk
a. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pelaksanaan norma K3 listrik di
tempat kerja;
b. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pembinaan danpengawasan
norma K3 listrik di tempat kerja;dan
c. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, pemeliharaan dan
pemeriksaan serta pengujian instalasi,perlengkapan
dan peralatan listrik secara aman di tempat kerja

33

11. Checklist pengawasan pelaksanaan pembinaan


Calon Ahli K3 bidang Listrik dan Teknisi K3 Listrik

• templet checlist

34
Contoh Sertfikat, SKPdan kartu
Kewenangan

35

12. Tugas dan kewajiban dan kewenangan Ahli K3


bidang listrik dan teknisi K3Listrik

• TugasAhli K3 bidang Listrik


– perencanaan, pemasangan, perubahan,
pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian
• Tugas Teknisi K3 Listrik
– pemasangan dan pemeliharaan

36
lanjutan 12. Tugas..

• Kewajiban dan Kewenangan Ahli K3 Bidang


Listrik :
– mengawasi pelaksanaan K3listrik
– memberikan laporan
– merahasiakan keterangan

37

13. Checklist pelaksanaan tugas ahli


K3 bidang Listrik dan Teknisi K3Listrik
• Templet

38
Quis
• Sebutkan Kewajiban pengurus
perusahaan/tempat kerja terkait K3!
• Sebutkan Peraturan yang menjelaskan tugas
dan kewenangan Ahli K3 bidang Listrik !
• Sebutkan tugas ahli K3 bidang Listrik !

39

Terimakasih

40
Pembinaan Teknisi K3 Listrik

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan


Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3 Listrik

MD2.
Pembinaan dan pengawasannorma
K3 Listrik

2
1. Pola Pembinaan dan Pengawasan
Norma K3Listrik
• Perencanaan /gambar rencana
• pembuatan/pemasangan
• Penggunaan
• Pemeriksaan dan pengujian pertama
• pemeliharaaan
• pemeriksaan dan pengujian berkala

2. Sejarah Pemberlakuan AVE1938, PUIL


1964, PUIL 1977, PUIL 1988, PUIL2000
• diawali dengan Penerapan Standar yang
berlaku di negara Belanda
• Pemberlakukan standar Belanda dengan
peraturan Menteri bidang ketenagakerjaan
• Penyusunan SNI berdasarkan standar Belanda
• Penyusunan SNI sesuai dengan Penerapan
listrik di Indonesia

4
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

Peraturan Terbaru di bidang listrik

6
Standar Kelistrikan yang sebagai acuan
a.Standar Nasional Indonesia;
b.Standar Internasional; dan/atau
c.S tandar Nasional Negara lain yang
ditentukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.

3. Persyaratan K3 listrik di tempat


Kerja
a. Ruanglingkup
 pembangkitan listrik;
 transmisi listrik;
 distribusi listrik; dan
 pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih
dari 50 (lima puluh) volt arus bolak balik
atau 120 (seratus dua puluh) volt arus
searah.

8
Lanjutan 3. Persyaratan

• Tujuan Pelaksanaan K3 Listrik


– K3 bagi tenaga kerja dan orang lain
– keamanan instalasi listrik
– mendorong produktifitas

Lanjutan 3. Persyaratan

• Perencanaan, pemasangan, penggunaan,


perubahan, dan pemeliharaan
– wajib mengacu kepada standar bidang kelistrikan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
– dilakukan oleh Ahli K3 bidangListrik
• Kewajiban keberadaan Ahli K3 bidang Listrik
– tempat kerja yang mempunyai pembangki lebih
dari 200 kVa

10
Lanjutan 3. Persyaratan

• Pemeriksaan Dan Pengujian


– wajib dilakukan pada perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, dan pemeliharaan
– mengacu kepada standar bidang kelistrikan dan
peraturan perundang-undangan
– dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
K3 Listrik dan/atau Ahli K3 bidang Listrik
– pelaksanannnya :
• sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna;
• setelah ada perubahan/perbaikan; dan
• secara berkala

11

Lanjutan 3. Persyaratan

• Pengesahan
– Hasil pemeriksaan dan pengujian sesuai
standar
– dilakukan oleh oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan
Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3
– diterbitkan oleh Dinas yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan provinsi

12
Lanjutan 3. Persyaratan

• Pemeriksaan berkala
– 1 (satu) tahun sekali
• Pengujian berkal
– 5 (lima) tahun sekali
• hasil pemeriksaan dan pengujian
– dilaporkan ke dinas yang membidnagi
pengawasan setempat
– sebagai bahan pembinaan dan penegakan hukum

13

Lanjutan 3. Persyaratan

• Perlengkapan dan Peralatan tersertifikasi dari


lembaga yan berwenang
– LMK atau
– lembaga lain yang diakui
• Pengawasan norma listrik dilakukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
• Sanksi : UU no 1 tahun 1970 dan UU no 13
tahun 2003

14
4. Checklist pemeriksaan persyaratan
K3 listrik
• templet

15

5. Sumber bahaya listrik


• Arus kejut
• panas
• medan listrik

16
Bahaya kejut listrik

t : 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik)


E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
17

6. Bahaya Listrik
• Dampak arus listrik bagi tubuh manusia
– gagal kerja jantung
– gangguan pernafasan
– kerusakan sel
– terbakar
• Tiga Faktor penentu tingkat bahaya listrik
– tegangan
– arus
– tahan

18
Keterangan :
Ru1 = Tahanan penghantar
Rki = Tahanan tubuh
Ru2 = Tahanan penghantar
Rk = Tahanan total = Ru1 + Rki +
Ru2

19

• Proses Terjadinya Sengatan Listrik


– Terdapat dua cara listrik bisa menyengat tubuh
kita, yaitu melalui sentuhan langsung dan tidak
langsung.

20
• Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat
Sengatan Listrik
– Besar arus listrik
– Lintasan aliran arus dalamtubuh
– Lama waktu terkena sengatan listrik

21

22
7. Sistem pengamanan terhadap bahaya
listrik
• Pengamanan terhadap sentuhan langsung
– isolasi

23

– penghalang
– Menggunakan
peralatan
INTERLOCKING

24
• Pengamanan terhadap
tegangan sentuh (tidak
langsung)
– Pentanahan
(Grounding/Earthing)

25

• Alat Proteksi
Otomatis
– Residual Current
Device (RCD), Earth
Leakage Circuit
Breaker (ELCB)dan
Ground Fault
Circuit Interruptor
(GFCI)

26
• Pengaman pada
peralatan
portabel
– Alat Kelas Idan
Kelas II

27

8. Prosedur Keselamatan Kerja listrik

• umum
 Hanya orang-orang yang berwenang, dan
berkompeten yang diperbolehkan bekerja pada
atau di sekitar peralatan listrik
 Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan
prosedur (jangan merusak atau membuat tidak
berfungsinya alat pengaman)
 Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja
di daerah instalasi listrik

28
lanjutan umum

• Pelihara alat dan sistem dengan baik


• Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika
terjadi kecelakaan
Prosedur shut-down :
• tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus
mudah diraih.
• Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan
cara yang aman sebelum dilakukan pertolongan
pertama.
• Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan
pertama harus dilakukan oleh orang yang
berkompeten

29

lanjutan 8. prosedur
• Khusus
– Prosedur
Lockout/Tagout

30
9. Bahaya dan pengendalian
Kebakaran dan Peledakan akibat listrik
• Penyebab
Kebakaran dan
Peledakan
– Ukurankabel
yang tidak
memadai

31

– Penggunaan
adaptor atau
stop kontak
yang salah.

32
– Instalasi
kontak yang
tidak
memadai

33

– Percikan bunga api


pada peralatan
listrik atau ketika
memasukkan dan
mengeluarkan
soket ke stop-
kontak pada
lingkungan kerja
yang berbahaya di
mana terdapat
cairan, gas atau
debu yang mudah
terbakar

34
• Pengendalian Kebakaran dan peledakan
– penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan
sesuai dengan IP (indeks protection)
– perlindungan terhadap masuknya benda padat
– perlindungan terhadap masuknya benda cair
– perlindungan pada kondisi khusus

35

Tabel Elemen Kode IP

1 2 3 4
Elemen Angka/ Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi) (tanpa Proteksi)
Karakteristi 1 diameter ≥ 50 mm belakang telapak
k pertama 2 diameter ≥ 12,5 mm tangan
3 diameter ≥ 2,5 mm jari
4 diameter ≥ 1,0 mm perkakas
5 debu kawat
6 kedap debu kawat
kawat

36
Tabel Elemen Kode IP

1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda asing Dari sentuh langsung
cair ke bagian berbahaya
dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi)
karakteristrik 1 tetesan air secara vertical
kedua 2 tetesan air miring (150)
3 semprotan air/ butiran halus
4 semprotan air/butiran besar
5 pancaran air
6 pancaran air kuat
7 perendaman sementara
8 perendaman kontinu 37

Tabel Elemen Kode IP


1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Huruf A Belakang telapak
tambahan B tangan
(Opsi) C Jari
D Perkakas
kawat
Informasi suplemen
khusus untuk :
Huruf H Aparat tegangan tinggi
suplemen M Gerakan selama uji air
(Opsi) S Stasioner selama uji air 38
W Kondisi cuaca
Simbol-simbol yang
digunakan untuk
berbagai jenisproteksi
menurut
EN60529.

39

9. Checklist pemeriksaan
keselamatan Kerja listrik
• templet

40
Quis
• sebutkan kewajiban pengurus/pimpinan
perusahan dalams pelaksanaan K3 listrik!
• Sebutkan sumber potensi bahaya listrik!
• Sebutkan Prosedur keselamatan listrik!

41

Terimakasih

42
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut  II.1. oleh Direktorat Jendral Pembinaan


ini dibuat
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Persyaratan K3 Pemasangan
Ketenagakerjaan Instalasi,
Republik Indonesia,Perlengkapan, dan
ALPK3 (Asosiasi Lembaga
PelatihanListrik
Peralatan K3), PJK3
di (Perusahaan
PembangkitanJasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :


Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.1.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1

1. Jenis-jenis pekerjaan pemasangan


instalasi listrik di sistem pembangkitan
tenaga listrik, yang meliputi:

 Jenis jenis Pembangkit


 Ruang Lingkup Pemasangan
Perlengkapan & peralatan Pembangkitan
 Instalasi listrik / LIST DRAWING

2
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di Pembangkitan
Tenaga Listrik, yang meliputi:

• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Checklist pekerjaan
pemasangandi Pembangkitan
3

3. Prosedur Penilaian Kerja di Sistem


Pembangkit Tenaga Listrik (Work
Assesment ), yang meliputi:

• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Work Assesment

4
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:

• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Standard Pemasangan yang aman di Pembangkit

5. Teknik analisis potensi bahaya pada


kegiatan pemasangan instalasi listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
(HAZOP, JSA, JSO, PHA,) dan PDKB

Teknik Analisis HAZOP, JSA, JSO, PHA,)


dan PDKB

6
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

 Format analisis potensi bahaya

7. Jenis dan persyaratan K3 peralatan (alat


kerja dan alat pelindung diri) yang
digunakandalam proses pemasangan di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Jenis dan persyaratan K3

8
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

 Checklist pemeriksaan dan pengujian

9.Persyaratan keselamatan kegiatan pemasangan


di Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Persyaratan keselamatan kegiatan


pemasangan

10
10.Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Checklist pemeriksaan dan pengujian


keselamatan kerja
11

11.Penyesuaian pemasangan instalasi,


perlengkapan dan peralataan listrik dengan
perencanaan

 Kesesuaian pemasangan dengan


perencanaan

12
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan

 Checklist Kesesuaian pemasangan dan


perencanaan

13

13. Objek pemeriksaan pemasangan instalasi


listrik di Sistem Pembangkit Tenaga Listrik,
yang meliputi:
• instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Objek pemeriksaan pemasangan

14
14.Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

. Checklist pemeriksaan dan


pengujian hasil pemasangan

15

15. Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning

16
16.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

Checklist pemeriksaan pelaksanaan


komisioning
17

17.Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan

18
18.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

Checklist pemeriksaan dan pengawasan


tindakan tanggap darurat
19

19. Contoh Dokumen sertifikasi


perlengkapan peralatan

Contoh Dokumen sertifikasi teknisi


K3 listrik

 Contoh Dokumen
sertifikasi

20
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang

Checklist identifikasi sertifikasi


perlengkapan

21

21.Contoh Dokumen sertifikasi


Ahli /teknisi K3 listrik

Contoh Dokumen sertifikasi


Ahli/ teknisi K3 listrik

22
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM

 Checklist identifikasi sertifikasi SDM

23
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut  II.2. oleh Direktorat Jendral Pembinaan


ini dibuat
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Persyaratan K3 Pemasangan
Ketenagakerjaan Instalasi,
Republik Indonesia, Perlengkapan,
ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa
dan Peralatan Listrik di Transmisi ListrikK3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :


Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.2.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1

1. Jenis-jenis pekerjaan pemasangan


instalasi listrik di sistem transmisi
tenaga listrik, yang meliputi:

 Jenis jenis Komponen pada


Transmisi
 Ruang Lingkup Pemasangan
Perlengkapan & peralatan transmisi
 Assesoris Pada Transmisi

2
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di transmisi Tenaga
Listrik, yang meliputi:

• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Checklist pekerjaan
pemasangandi transmisi
3

3. Prosedur Penilaian Kerja di Sistem


transmisi(Work Assesment ), yang
meliputi:

• Instalasi listrik
• perlengkapanlistrik
• peralatan listrik

 Work Assesment

4
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di transmisi, yang meliputi:

• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

Penyusunan Standard Pemasangan yang aman Di


Transmisi

5. Teknik analisis potensi bahaya pada


kegiatan pemasangan instalasi listrik di
Sistem transmisi Listrik (HAZOP, JSA,
JSO, PHA,) dan PDKB

 Teknik JSA, JSO,


 Bekerja Pada ketinggian

6
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisiListrik

 Format analisis potensi bahaya

7. Jenis dan persyaratan K3 peralatan (alat


kerja dan alat pelindung diri) yang
digunakandalam proses pemasangan di
Sistem Transmisi Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Jenis dan persyaratan K3

8
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisi Tenaga Listrik

 Checklist pemeriksaan dan pengujian

9.Persyaratan keselamatan kegiatan pemasangan


di Sistem transmisi Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Persyaratan keselamatan kegiatan


pemasangan

10
10.Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem transmisi
Listrik, yang meliputi:
• instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Checklist pemeriksaan dan pengujian


keselamatan kerja
11

11.Penyesuaian pemasangan instalasi,


perlengkapan dan peralataan listrik dengan
perencanaan

 Kesesuaian pemasangan dengan


perencanaan

12
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan

 Checklist Kesesuaian pemasangan dan


perencanaan

13

13. Objek pemeriksaan pemasangan instalasi


listrik di Sistem transmisi Listrik, yang
meliputi:
• instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Objek pemeriksaan pemasangan

14
14.Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Transmisi
Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

. Checklist pemeriksaan dan


pengujian hasil pemasangan

15

15. Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di transmisi, yang
meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning

16
16.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
transmisi , yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

Checklist pemeriksaan pelaksanaan


komisioning

17

17.Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di transmisi yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

 Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan

18
18.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
transmisi Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik

Checklist pemeriksaan dan pengawasan


tindakan tanggap darurat

19

19. Contoh Dokumen sertifikasi


perlengkapan peralatan

Contoh Dokumen sertifikasi teknisi


K3 listrik

 Contoh Dokumen
sertifikasi

20
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang

Checklist identifikasi sertifikasi


perlengkapan

21

21.Contoh Dokumen sertifikasi


Ahli /teknisi K3 listrik

Contoh Dokumen sertifikasi


Ahli/ teknisi K3 listrik

22
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM

 Checklist identifikasi sertifikasi SDM

23
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut  II.3. oleh Direktorat Jendral Pembinaan


ini dibuat
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Persyaratan K3 Pemasangan
Ketenagakerjaan Instalasi,
Republik Indonesia, Perlengkapan,
ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa
dan Peralatan Listrik di Distribusi ListrikK3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :


Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.3.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1

Curricullum Vitae
•Penjelasan tujuan pembelajaran
•Rencana Sesi pembelajaran

2
1.Jenis-jenis pekerjaan pemasangan
Instalasi di Distribusi listrik

1. Instalasi listrik
2. perlengkapan listrik
3. peralatan listrik
Ruang Lingkup Instalasi Distribusi tenaga Listrik

1,1. Jenis-jenis Instalasi pada pekerjaan pemasangan


Instalasi di
Distribusi listrik
1.1. Instalasi listrik
a. Simbol gambar satu garis Listrik
b. Contoh SLD
c. No Gambar / DokRKS

4
1.2. Jenis-jenis Perlengkapan pada pekerjaan
pemasangan Instalasi di
Distribusi listrik

1.2. Perlengkapanlistrik
a. JenisTiang
b. CrossArm
c. Isolator
d. SUTM / Saluran UdaraTegangan Menengah
e. SKTM / Saluran Kabel TeganganMenengah
f. Gardu Distribusi
g. Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah / SUTRdanSKTR

1.3. Jenis-jenis Peralatan pada pekerjaan


pemasangan Instalasi di
Distribusi listrik

1.3. Peralatan listrik


Peralatan Utama sistemdistribusi
a) TrafoDistribusi
b) Papan Hubung BagiTR/ PHBTR
c) Alat Pengukur dan Pembatas/ APP
d) Pentanahan /Grounding
e) Proteksi Sistem Distribusi,
f) Peralatan Kerja & Alat Uji

6
2. Checklist pekerjaan pemasangan
di Distribusi
1. Checklist gambar instalasi
2. Checklist perlengkapan Listrik
3. Checklist peralatan Listrik

Cheklist General
Cheklist Distribusi

3. Prosedur Kerja Pemasangan


di Distribusi (work assesment
)
1.instalasi Listrik
3.2.perlengkapanlistrik
3.3peralatan listrik

Electrical Safety Prosedur

8
4.Penyusunan standar pemasangan yang aman
di Distribusi listrik
1.Instalasi, listrik
4.2.Perlengkapan listrik
4.3.Peralatan listrik
SPLNPERALATANKERJA

STANDARD LAIN

IEC
SNI - TRANSFORMATOR
9

5.Teknik analisis potensi bahaya


kegiatan pemasangan
5.1.HAZOP / Hazard & Operability Analysis
5.2.JSA dan JSO,/ Job Safety Analysis , JobSafety
Observations
5.3. Potensi Bahaya Bekerja di Ketinggian

10
6. Format analisis potensi bahaya pada kegiatan
pemasangan instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik di Distribusi listrik

6.1 Format analisis potensi bahaya pada kegiatan


pemasangan instalasi,
6.2. Format analisis potensi bahaya pemasangan
pada Perlengkapan Listrik
6.3 .Format analisis potensi bahaya pada
pemasangan pada Peralatan Listrik

11

7. Jenis dan persyaratan K3 yang digunakan


dalam proses pemasangan di distribusi
1.Instalasi, listrik
7.2.Perlengkapan listrik
7.3.Peralatan listrik ( AlatKerja )

12
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan , peralatan alat kerja dan alat pelindung diri
yang digunakan dalam proses pemasangan instalasi di
Distribusi

8.1.Cheklist peralatan alat kerja


8.2.Cheklist alat pelindung diri apd 2
3. Cheklist perlengkapan
4. Cheklist peralatan listrik
 General
 8.1.8.3.8.4

13

9. Persyaratan keselamatan kegiatan


pemasangan di Distribusi listrik

1.Instalasi, listrik
9.2.Perlengkapan listrik
9.3.Peralatan listrik

9. KESELAMATANPADAPEMASANGAN PEKERJAAN
SUTM / OVERHEAD

14
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian keselamatan
kegiatan di Distribusi listrik, meliputi :

1.Checklist pemeriksaan dan pengujian pada


Instalasi, listrik
2.Checklist pemeriksaan dan pengujian pada
Perlengkapan listrik
3.Checklist pemeriksaan dan pengujian pada
Peralatan listrik
10. Checklist SAFETYWORK

15

11. Penyesuaian pemasangan instalasi, perlengkapan,


peralatan listrik denganperencanaan

1. Pada Distribusi Instalasi, listrik


2. Pada Perlengkapan Distribusi listrik
3. Pada Peralatan Distribusi listrik
11. Checklist KESESUAIAN PEMASANGAN

16
12.Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan dengan perencanaan
1. Pada Instalasi, listrik
2. Pada Perlengkapan listrik
3.Pada Peralatan listrik
12. Checklist KESESUAIAN

17

13. Objek pemeriksaan pemasangan di


Distribusi listrik :

1.Pada Instalasi, distribusi listrik


13.2.Perlengkapan distribusi listrik
13.3.Peralatan distribusi listrik

• 13. PEMERIKSAANPEMASANGAN
Power Switchgear Assemblies and Distribution
Boards according to IECEN61439

18
14.Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Distribusi listrik,
1.Instalasi, listrik
14.2.Perlengkapan listrik
14.3.Peralatan listrik

14. Checklist PEMERIKSAAN DAN


PENGUJIANPEMASANGAN GARDU
INDOOR

19

15. Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning di DistribusiListrik
1. Pada Instalasi, listrik
2. Pada Perlengkapan listrik
3. Pada Peralatan listrik
15. a.PROSEDURAMAN PELAKSANAAN
KOMISIONING PADAPEKERJAANDISTRIBUSI

20
16.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
1.Pada Instalasi, listrik
16.2.Perlengkapan listrik
16.3.Peralatan listrik
a. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
b. SPLNChecklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
21

17. Tindakan tanggap darurat dalam pemasangan


instalasi, perlengkapan dan peralatanlistrik di
Distribusi listrik
1.Instalasi Distribusi listrik
17.2.Perlengkapan Distribusi Listriklistrik
17.3.Peralatan distribusi listrik
• PDKBPUIL 2011/ Kemungkinan kondisi
darurat pada saat penyambungan
17.Tindakan tanggap darurat

22
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
instalasi

1. Checklist pemeriksaan dan pengawasan dalam


pemasangan instalasidi Distribusi listrik
2. Checklist pemeriksaan dan pengawasan dalam
perlengkapan di Distribusilistrik
3. Checklist pemeriksaan dan pengawasan peralatan
listrik di Distribusilistrik

18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan tindakan


tanggap darurat 23

19.Dokumen sertifikasi perlengkapan peralatan

19.1. Contoh Dokumen sertifikasi perlengkapan


peralatan

• CONTOH

24
20.Checklist identifikasi sertifikasi
• 20.1 Cheklist perlengkapan listrik yang akan
dipasang
• 20.2 Cheklist peralatan listrik yang akan
dipasang
PERSONAL

25

21. Dokumen sertifikasi teknisi K3listrik

1. contoh Dokumen sertifikasi teknisi K3 listrik

26
22. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu
kewenangan dan lisensi lembaga/SDM

22.1. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu


kewenangan dan lisensi lembaga/SDM

27
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut  II.4. oleh Direktorat Jendral Pembinaan


ini dibuat
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Persyaratan K3 Pemasangan
Ketenagakerjaan Instalasi,
Republik Indonesia,Perlengkapan, dan
ALPK3 (Asosiasi Lembaga
PelatihanListrik
Peralatan K3), PJK3di(Perusahaan
PemanfaatanJasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :


Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.4.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1

K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

2
K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

1. Bio Data
(CuriculumVitae)

K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

2. Kurikulum Persyaratan K3 Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

Prosedure Keselamatan Listrik


(Electrical Safety Procedures)

K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

Keselamatan K3 Listrik Yangdiperlukan


(Electrical Safety Requirements)

6
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

Flow Chart Metodelogi

Proses Pembangkitan Tenaga Listrik Sampai Dengan


di Pemanfaatan Tenaga Listrik
PLTA/ PLTGU

GARDUINDUK
PLTG
STEPUP

UNITPENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDUINDUK
70 kV
PLTD

GARDUINDUK
SALURAN
150 kV
TRANSMISI

KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRIMENENGAH TM / TR
/ KECIL

SEKOLAH/ PERGURUAN PERUMAHAN


TINGGI 8
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

3.1. Peraturan Bangunan 2010


(Building regulations2010)

3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

3.2. Gambar Rencana berdasarkan PUIL 2000,


bab 4, halaman 105-106

10
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

3.3. Spesifikasi Teknik atau Uraian Teknik

11

3. Contoh Dokumen Kontrak


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

3.4. Contoh Gambar Rencana Pekerjaan


Pemasangan Instalasi , Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik

12
3. Contoh Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

3.5. Contoh Spesifikasi Teknik atau Uraian Teknik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

13

4.1. Pelanggan Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

4.1.1. Macam-macam Pelanggan Listrik


Berdasarkan Keperluan Pelayanan
(PUIL 2000, Halaman 117 sampai dengan 122)

14
4.1. Pelanggan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

4.1.2. Macam-macam Pelanggan Listrik Berdasarkan


Ketentuan Untuk berbagai Ruang dan Instalasi Khusus
(PUIL 2000 Halaman 359 Sampai Dengan 431)

15

4.1. Pelanggan Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

4.1.3. Macam-macam Pelanggan Berdasarkan


Golongan Tarif TenagaListrik
PERMENESDM NOMOR 09 Tahun2014

16
4.2. Lingkup Pekerjaan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

4.2.1. Lingkup Pekerjaan Listrik (Scope of Work)

17

3.Perlengkapan dan Peralatan Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

1. Macam-macam Perlengkapan dan


Peralatan Listrik berdasarkan PUIL 2000, Bab 5,
halaman 163 sampai dengan 214

18
4.3. Perlengkapan dan Peralatan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

4.3.2. Contoh Format Surat Keaslian Barang


Perlengkapan dan Peralatan Listrik

19

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

1. Macam-macam Peralatan Kerja yang


aman (Hand and Power Tools Safety)

20
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.2. Peraturan-Peraturan Dasar Keselamatan


Untuk Peralatan Kerja

21

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.3. Tingkatan Resiko, Identifikasi Hazard


(Level of Risk)

22
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.4. Pencegahan Keselamatan Umum,


Keselamatan Sebelum Operasional
(General Safety Precautions)

23

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.5. Tindakan Pencegahan Keselamatan


Pengoperasian Peralatan Kerja

24
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.6. Pemeliharaan dan Penyimpanan


(Misuse and Poor Maintenance)

25

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.7. Alat Proteksi Diri


(Personal Protective Equipment)

26
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.8. Contoh Gambar-gambar Peralatan Kerja

27

5. Peralatan Kerja Listrik Pekerjaan Pemasangan


Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

5.9. Contoh Format CeckList Peralatan Kerja

28
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

1. Pemakaian Tenaga Kerja yang Tepat

29

6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.2. In efisiensi akibat Penggunaan TenagaKerja

dengan kemampuan yang kurang

30
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.3. Kemampuan TenagaKerja Menggunakan Alat Kerja

(Hand and Power Tools Best Practices)

31

6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.4. Kemampuan TenagaKerja Membuat checkList


Pemeriksaan Fasilitas Keselamatan

(Facility Safety Inspection CheckList)

32
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.5. Contoh Format CeckList Tenaga Kerja

33

6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.7. Contoh-Contoh Sertifikat Keahlian K3 Listrik

34
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

1. Potensi Bahaya K3 Listrik


Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

35

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.2. Bahaya Faktor Ergonomi dan


Pengaturan Kerja

36
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.3. Identifikasin Potensi Bahaya dan APD

37

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Listrik

38
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.5. Penilaian Resiko

39

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.6. Pengendalian Resiko

40
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.7. Memilih indikator untuk EvaluasiK3

41

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik

7.8. Format-format K3
dan
Format Checklist Pemeriksaan Fasilitas Keselamatan
(Facility Safety Inspection Checklist)
42
1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

1. Keselamatan Umum Yang diperlukan


(General Safety Requirements)

43

8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,


dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

8.1.2. Peraturan-peraturan Umum


(General Rules)

44
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

8.1.3. Listrik di TempatKonstruksi


(Electricity on Construction Sites)

45

8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,


dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

8.1.4. Contoh Panduan Instalasi Listrik di Bangunan Rumah


(Guidelines for Electrical Wiring in Residental Building)

46
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

8.1.5. Contoh Panduan Pemasangan Genset


(Generating Set Installation Guide)

47

2.Pemeriksaan dan Pengujian


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik

1. Pemeriksaan dan Pengujian

48
8.3. Contoh Format-format Pemeriksaan, Pengujian, dan
Komisioning Pekerjaan PemasanganInstalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik

49

9.Persyaratan Administrasi K-3, Alih Teknologi


(training), dan Perijinan Pekerjaan Pemasangan
Instalasi, Perlengkapan,dan Peralatan Listrikdi
Pemanfaatan TenagaListrik

1.Perijinan Instalasi Listrik 9.


2. Pelaporan
9.3. Biaya Perijinan Listrik
9.4. Alih Teknologi(training)

50
14. Contoh Format Surat Ijin dan
Surat Laik Operasi (SLO)

51
Pembinaan Teknisi K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat
Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia,
ALPK3 (Asosiasi Lembaga Pelatihan K3),
PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para
Instruktur K3 Listrik pada Temu Teknis
tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus
2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

 II.5.
Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.5.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1

M I.9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

2
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

1.1.1. Pengertian Dan Tujuan


Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan listrik adalah
serangkaian tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi dan
meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.

3
Ada pula yang mengatakan bahwa

Pemeliharaan :

Kegiatan yang meliputi program pemeriksaan,


perawatan, perbaikan dan uji ulang (unjuk
kerja) dengan tujuan utama untuk
mempertahankan peralatan tersebut beroperasi
secara optimum.

Sedangkan menurut John Moubray dalam


bukunya RCM II, mengatakan

Pemeliharaan : pemastian bahwa aset fisik


melanjutkan memenuhi fungsi yang
diinginkannya.

(Maintenance : Ensuring that physical assets


continue to fulfil their intended fungtions)

4
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :

 Untuk meningkatkan reliability, availability


dan effiency.
 Untuk memperpanjang umur peralatan.
 Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan peralatan.
 Meningkatkan Safety peralatan.
 Mengurangi lama waktu padam akibat sering
gangguan.

1.2.

Jenis pemeliharaan (Preventive


Maintenance, Predictive
Maintenance, Corective
Maintenance) Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
10

5
Pemeliharaan Listrik terdiri dari :
1.Preventive Maintenance (PM) = Overhaul
= Service = Shutdown
= Turn Around (TA), dll.
Ciri-cirinya :
- Off line (equipment dalam keadaan dimatikan)
- Terjadwal (Scheduled):
- Berdasarkan kalender : mingguan, bulanan, tahunan,
3 tahunan, 5 tahunan, dlsb.
- Berdasarkan “running hours”: setiap 10.000 jam, dlsb
- Berdasarkan “running distances”: setiap 5.000 km,dll

2. Predictive Maintenance (PdM) = Condition Monitoring


Ciri-cirinya :
- On line (equipment dalam keadaan hidup), atau Off line
- Contoh : Vibration Monitor, Thermography,On line Partial
Discharge,dll

3. Corrective Maintenance (CM)  terencana


≈ Breakdown Maintenance  tidak terencana = Fix it when it broke
= Repair = Perbaikan
-Bisa Off line line, maupun On line. 11

Scheduled Overhauls = Service = Shutdown = Turn Around(TA)


= Preventive Maintenance (PM)
Condition Monitoring = Predictive Maintenance (PdM)
Fix it when it broke = Repair = Perbaikan
= Corrective Maintenance (CM) / Breakdown
Maintenanace 12

6
Jenis-jenis Pemeliharaan

Jenis–jenis pemeliharaan peralatan listrik


adalah sebagai berikut :

1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.

13

Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala


dengan berpedoman kepada : Instruction
Manual dari pabrik, standar-standar yang ada
(IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di
lapangan.

Pemeliharaan ini disebut juga dengan


pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance).

14

7
2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.

Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat


diketahui gejala kerusakan secara dini.

Cara yang biasa dipakai adalah memonitor


kondisi secara online baik pada saat peralatan
beroperasi atau tidak beroperasi.
15

Untuk ini diperlukan peralatan dan personil


khusus untuk analisa.

Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan


berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ).

16

8
3. Corective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble
Shooting atau penggantian part/bagian yang
rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.

17

Sedangkan istilah Breakdown Maintenance


diartikan sebagai pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

18

9
2.

Objek pemeliharaan :

Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
19

20

10
Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :

Tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit tenaga


listrik.

Berdasarkan sumber dan asal tenaga listrik dihasilkan, dapat


dikenal pusat-pusat listrik:

1. Pusat listrik tenaga thermo


Pusat pembangkit listrik tenaga thermo menggunakan bahan
bakar yang berbentuk padat, cair, dan gas.

21

Pusat pembangkit listrik tenaga thermo, terdiri dari:

a) Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).


Pada pusat listrik tenaga uap menggunakan bahan bakar batu
bara, minyak, atau gas sebagai sumber energi primer.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


putaran turbin uap.

Tenaga untuk menggerakkan turbin berupa tenaga uap yang


berasal dari ketel uap. Bahan bahan bakar ketelnya berupa batu
bara, minyak bakar, dan lainnya.

22

11
b) Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
Pada pusat listrik tenaga gas, energi primer berasal dari bahan
bakar gas atau minyak.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga penggerak turbin gas atau motor gas.

Untuk memutar turbin gas atau motor gas menggunakan tenaga


gas.

Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.

23

c) Pusat Listrik Tenaga Disel


(PLTD)
Pada pusat pembangkit listrik tenaga diesel, energi primer
sebagai energi diesel berasal dari bahan bakar minyak atau
bahan bakar gas.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga pemutar yang berasal dari putaran disel.

24

12
d) Pusat Listrik Tenaga Gas dan
Uap (PLTGU)
Pusat listrik tenaga gas dan uap merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU.

Gas buang dari PLTG dimanfaatkan untuk menghasilkan uap


oleh ketel uap dan menghasilkan uap sebagai penggerak turbin
uap.

Turbin uap selanjutnya memutar generator listrik

25

2. Pusat listrik tenaga hydro


Pusat listrik yang menggunakan tenaga air atau sering disebut
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pada pusat listrik tenaga air, energi utamanya berasal dari


tenaga air (energi primer).

Tenaga air tersebut menggerakkan turbin air dan turbin air


memutar generator listrik.

Pusat listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber energi


primer.
Pusat Listrik Tenaga Air dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a)Pusat listrik tenaga air daerah bukit, memanfaatkan selisih


tinggi jatuhnya air yang tinggi.

b)Pusat listrik tenaga air daerah datar, memanfaatkan debit air


dan tinggi jatuhnya air rendah. 26

13
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
Pada pusat pembangkit ini, tenaga nuklir diubah menjadi tenaga
listrik.

Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan PLTU yang


menggunakan uranium sebagai bahan bakar dan menjadi sumber
energi primer.

Uranium mengalami proses fusi (fussion) di dalam reaktor nuklir


yang menghasilkan energi panas.

Energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap


dalam ketel uap.

27

Uap panas yang dihasilkan ketel uap selanjutnya digunakan


untuk menggerakkan turbin uap dan turbin uap memutar
generator listrik.

Pusat listrik tenaga thermo berada di pusat pemakaian atau


konsumen, kecuali pusat listrik tenaga nuklir.

Sedangkan pusat listrik tenaga air berada jauh dari pusat


pemakaian atau konsumen termasuk pusat listrik tenaga nuklir.

28

14
3. Pusat Listrik dengan Energi
terbarukan
a.Pusat Litrik Panas Bumi (PLTP)

b.Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

c.Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)

29

Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik

Secara umum, pusat pembangkit listrik membangkitkan tenaga


listrik arus bolak-balik tiga fasa yang dihasilkan oleh generator
sinkron.

Tegangan generator paling tinggi yang dapat dibangkitkan oleh


pembangkit listrik adalah 23 kV.

Pada saat ini, dalam tingkat riset sedang dikembangkan


generator yang dapat membangkitkan tegangan listrik sampai
150 kV.

Diagram satu garis instalasi tenaga listrik pada pusat


pembangkit listrik sederhana ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
30

15
31

Pusat pembangkit listrik yang sudah beroperasi secara komersial


secara umum ditunjukkan pada Gambar.

Tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator sinkron


dinaikkan dengan menggunakan transformator listrik sebelum
dihubungkan pada rel (busbar) melalui pemutus tenaga (PMT).

Semua generator listrik yang menghasilkan energi listrik


dihubungkan pada rel (busbar).

Begitu pula semua saluran keluar dari pusat listrik dihubungkan


dengan rel pusat listrik.

Saluran yang keluar dari rel pusat pembangkit listrik digunakan


untuk mengirim tenaga listrik dalam jumlah besar ke lokasi
pemakai (beban) dan digunakan untuk menyediakan tenaga
listrik di lokasi sekitar pusat pusat pembangkit listrik.

32

16
Selain itu juga ada saluran (feeder) yang digunakan
menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pusat pembangkit
sendiri yang digunakan untuk sumber tenaga listrik pada
instalasi penerangan, mengoperasikan motor-motor listrik
(motor listrik sebagai penggerak pompa air pendingin, motor
listrik sebagai penggerak pendingin udara, motor listrik sebagai
penggerak peralatan pengangkat, keperluan kelengkapan
kontrol, dan lain-lain).

Pada pusat pembangkit listrik juga memiliki instalasi listrik


dengan sumber tegangan listrik arus searah.

Sumber listrik arus searah pada pusat pembangkit tenaga listrik


digunakan untuk menggerakkan peralatan mekanik pada
pemutus tenaga (PMT) dan untuk lampu penerangan darurat.

Sumber listrik arus searah yang digunakan pada pusat


pembangkit listrik adalah baterai aki yang diisi oleh penyearah.
33

Transformator
1. Klasifikasi transformator tenaga

Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut sistem


pemasangan dan cara pendinginannya.

1. Pemasangan

 Pemasangan dalam
 Pemasangan luar

34

17
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi dan pemakaian

 Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


 Transformator Gardu Induk
 Transformator Distribusi

2) Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas


1100 kV dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

35

36

18
Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam
operasi, transformator dapat dibagi menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.

37

Generator

38

19
Switchgear

39

Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan
(konsumsi) enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek
kegagalan dan kejadian yang menempatkan sistem tenaga
pada risiko.

Tidak mungkin kita menjadikan sistem tenaga listrik 100%


aman (safe) atau 100% dapat diandalkan (reliable), karena
biayanya akan sangat mahal.

Oleh karena itu perlu penilaian risiko (risk assessment) untuk


menentukan tingkat bahaya yang dapat diterima terhadap
kecelakaan atau biaya akibat kerusakan.

40

20
Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik
menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001

Prinsip Utama :

Tujuan dari proteksi dan koordinasi


sistem listrik adalah :
 Mencegah kecelakaan pada manusia

 Meminimalisasi kerusakan pada peralatan

 Membatasi durasi pemadaman listrik

Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers

41

42

21
Selain “ELCB (GFCI)” dan “Oveload Heater” pada Motor Control,

Alat Proteksi Utama pemutus


Listrik adalah :
1. Circuit
Breaker &
(atau)
2. Fuse (Sekering)
43

1. Circuit Breaker (CB)


a) MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
b)MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri c).

ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri, ada
yang dilengkapi Protective Relays

d) OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays

e)VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays

f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) : dilengkapi


dengan Protective Relays
44

22
a).MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB berfungsi mengamankan arus hubung singkat (short circuit)
dan pembatas daya (overload) , kerjanya berdasarkan dua
kendali.
Kendali panas terbuat dari elemen dwilogam yang akan bekerja
jika daya beban melebihi batas dan kendali elektromagnetik
untuk arus hubung singkat akan bekerja jika arus yang
mengalir
jauh melampaui arus nominal yang ditentukan; biasanya setelan
pengaman ini 6 s/d 12 kali arus nominal, tergantung dari tipe
MCB tersebut apakah tipe lambat a tau cepat.

MCB 1 fasa, 2 fasa, 3 fasa 45

Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat


digolongkan menjadi 5 jenis yaitu :

1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan


trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan.

2.Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) : Digunakan

untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.

3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.

4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.

5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan 46

23
Tunjukkan dan jelaskan
MCB (Miniatur Circuit Breaker)
sebagai penegasan penjelasan
untuk Slide No.15

47

b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker)


MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses
operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan
sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi
sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus
beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai
kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.

Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
48
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)

24
c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan
rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan.
Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.

LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA
MV-ACB:
Tegangan = 7,2kV dan 24kV
Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA

Gambar ACB (Air Circuit Breaker) 49

d). OCB (Oil Circuit Breaker)


Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai
sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan.
Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api
akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh
gelembung-gelembung uap minyak dan gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali
digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

Gambar OCB (Oil Circuit Breaker) 50

25
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open),
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat
gangguan atau sengaja dilepas.

tampak dalam
Gambar VCB (Vacum Circuit Breaker) 51

f). SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai
sarana pemadam busur api.
Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam.

Rating
tegangan CB
antara 3.6 KV
- 760 KV.
52

26
Circuit Breaker dengan Rele Proteksi

53

2.Fuse
Patron leburnya akan lebur jika ada arus yang besarnya jauh melampaui
arus nominal pengaman tersebut , sehingga patron lebur/sekring
tersebut putus dan tidak bisa digunakan lagi.

Sekarang banyak digunakan sekring otomatis yang dapat digunakan lagi


jika rangkaian terjadi hubung singkat, karena didalam sekring tersebut
tidak digunakan pengaman lebur tetapi menggunakan elektromagnetik.

Pengaman tersebut akan bekerja jika arus gangguan atau arus hubung
singkat melampaui setelan nominal alat pengaman tersebut dan dapat
disetel lagi jika gangguan sudah teratasi.

Sekering otomatis
54

27
A fuse may be defined as a device that protects a circuit by fusing
open its current-responsive element when an overcurrent or
short-circuit current passes through it.
[Fuse bisa didefinisikan sebagai alat yang memproteksi circuit
dengan cara membuka elemen respon arusnya, ketika arus lebih
atau arus hubung singkat melewatinya].
Fuse dibuat untuk tegangan rendah maupun tegangan menengah.
Berikut ini adalah klasifikasi Fuse tegangan rendah.

55

Tunjukkan dan jelaskan


Fuse sebagai penegasan
penjelasan Slide No.23

56

28
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik:
Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi Fuse

Circuit Breakers as Fuses as


Protective Device Protective Device
57

Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi


Kombinasi Circuit Breaker dan Fuse

Combination Circuit Breakers & Fuses as


Protective Devices
58

29
Elektronik
Meliputi Elektronika Daya (Power Electronics), misalnya UPS
(Uninterruptible Power Supply), Rectifier, Inverter, dan lain-lain.

59

APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau Portable Fire
Extinguisher merupakan salah satu peralatan K3 yang harus
ada di Pembangkitan listrik.
Alat pemadam kebakaran antara lain dimaksudkan untuk
berjaga-jaga memadamkan terbakarnya minyak didalam trafo.

60

30
3.
Checklist pekerjaan
pemeliharaan di pembangkitan
listrik ,meliputi Instalasi listrik,
Perlengkapan listrik, Peralatan
listrik

61

62

31
Slide Wajib No.MI9.3.1.

Referensi : Dokumen PLN No.P3B/OMPROT/01/TDSR


: September 2005, halaman 7

63

64

32
65

66

33
4.

Manajemen pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik, meliputi :
1. Perencanaan
2. Pengornaisasian
3. Penggerakan
4. Pengendalian
67

P.O.A.C
(Planning, Organizing,
Actuating, Controlling)

4.A. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan pemeliharaan peralatan tenaga
listrik meliputi koordinasi antara kebutuhan
akan pemeliharaan dan kondisi sistem.

68

34
Dalam hal ini diupayakan agar kedua kebutuhan
itu terpenuhi sebaik mungkin.

Hasil dari perencanaan ini adalah jadwal dan


jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk
setiap peralatan.

Berdasarkan pengalaman lapangan yang cukup


lama didalam memelihara peralatan instalasi
listrik ini, maka bisa dilakukan perubahan
dengan mengurangai siklus pemeliharaan
peralatan.

69

4.B. Pengorganisasian
(Organizing)
Rencana pemeliharaan sebagai hasil
perencanaan tersebut merupakan dasar dalam
pengaturan SDM, alat, tugas, tanggung-jawab
dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar
dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin.
70

35
71

72

36
73

74

37
75

4.C. Penggerakan
(Actuating)
Setelah ada rencana kerja, kemudian
pengalokasian sumber daya, tibalah saatnya
pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang
disebut sebagai penggerakan.

Pada tahap ini sumber daya manusia


merupakan salah satu penentu bagi
keberhasilan pencapaian sasaran sehingga
diperlukan suatu sifat kepemimpinan, motivasi
dan komunikasi yang baik.
76

38
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai
dari persiapan sampai akhir pekerjaan
diperlukan proses mempengaruhi dan
mengarahkan orang menuju ke pencapaian
tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan
pemeliharaan dengan baik.

77

4.D. Pengendalian
(Controlling)
Dalam mencapai tujuan sesuai dengan yang
direncanakan, diperlukan pengendalian,
sehingga penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi sedini mungkin dan dapat dilakukan
tindakan koreksi.

Untuk dapat melaksanakan pengendalian


diperlukan sasaran pengendalian, indikator -
indikator dan standar yang jelas.
78

39
5.
Jenis Potensi bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

79

Bahaya listrik (Electrical Hazard):


1.Shock = tersengat listrik = kesetrum

2.Arc = Percikan api (Arc flash)  Kebakaran (Fire)

3.Blast = Ledakan, kadang-kadang disebut “Arc blast”

4.Bahaya lainnya :
a.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
c.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
d.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
e.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
f.Dan lain-lain
80

40
Paper of Electrical Hazard : Shock, Arc, Blast

81

Pengendalian Risiko (Controlling Risk) bahaya listrik:

Metoda pemastian risiko dikendalikan secara efektif adalah


dengan menggunakan “hirarki pengendalian” :

1. Eliminasi : Menghilangkan bahaya


2.Substitusi: Mengganti substansi bahaya dengan yang kurang
bahayanya.
3.Isolasi: Menyekat bahaya terhadap manusia terpapar risiko
4.Rekayasa (engineering): Rekayasa ulang agar bahayanya
berkurang.
5.Administratif : Melaksanakan cara kerja aman, SOP, dll.
6.Alat pelindung Diri (APD): Menggunakan APD dengan
baik,tepat dan benar.

82

41
Risk Matrix

RISK MATRIX
= Likelyhood (or Probability) x Consequence (or Impact) (or Severity) 83

Shock (electric)
= Tersengat listrik
= Kesetrum
= Stimulasi fisik atau trauma
yang terjadi sebagai akibat
dari mengalirnya arus listrik
lewat melalui tubuh.
(The physical stimulation or trauma that occurs as a result of
electric current passing through the body.)

84

42
Dalam PUIL2011 halaman 6 dibahas
proteksi dari kejut listrik sebagai
berikut :
131.2(2.1.2) Proteksi dari kejut listrik

131.2.1(2.1.2.1) Proteksi dari sentuh langsung


Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari
bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian
aktif instalasi (sentuh langsung).

131.2.2(2.1.2.2) Proteksi dari sentuh tak langsung


Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari
bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian
konduktif terbuka dalam keadaan gangguan (sentuh tak
langsung).
85

Proteksi sentuh langsung dan tidak langsung-Lanjutan

(a) Sentuhan Langsung (b) Sentuhan Tak Langsung

86

43
SHOCK
Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000 kΩ (kulit kering) sampai 100 Ω (kulit basah).
Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100 Ω – 500 Ω.

Jika tegangan sistem 220 Volt,


Kondisi terjelek:
-Tahanan tubuh paling kecil,Rb = 100 Ω +100 Ω =200 Ω
-Arus yang mengalir ketubuh = 220V / 200 Ω = 1,1 A
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh=50 V/200 Ω = 0,25 A
 1,1 A > 0,25 A : Berbahaya

Kondisi terbaik:
-Tahanan tubuh paling besar,Rb = 1000.000 Ω +500=1000.500 Ω
-Arus yang mengalir ketubuh = 220 V / 1000.500 Ω=0,0002198 A
= 0,2198 mA
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh = 50 V / 1000.500 Ω = 0,000049975 A = 0,049975 mA
 0,2198 mA > 0,049975 A : Tetap Berbahaya
87

Daerah Reaksi tubuh

1 Tidak terasa

2 Terasa, tetapi belum


menyebabkan
gangguan kesehatan

3 Kejang otot, dan


gangguan pernafasan
4 Kegagalan detak jantung,
kematian

0,01 Amper=10 mA Setara dengan :


Lampu pijar 2,5 Watt, 220 Volt
0,1 Amper=100mA Setara dengan : Lampu
pijar 20 Watt, 220 Volt
 Pada 30 mA : Manusia Tidak bisa melepaskan diri sendiri
(Can not let go)=Mulai lengket  Sensitivitas ELCB dipilih = 30 mA.

 Lihat Kurva : ELCB trip pada 30 mA dalam waktu 20 mS. 88

44
Shock karena Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)

89

SLO (Sertifikat Laik Operasi)

90

45
Pemutaran Video :

Berita orang kesetrum

91

1.Jangan membiasakan diri mencoba secara sengaja maupun tidak


sengaja memegang benda-benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2. Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3. Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan yang
kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja, pasang
peralatan Interlocking (bila perlu).
5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik
6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang kemungkinan bisa
bertegangan (misalnya frame dari motor, dan lain-lain)

7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) dengan sensitivity


maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi
Arus Sisa), alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker), alias RCD
(Residual Current Detector), alias GFCI (Ground Fault Current
Interrupter).

8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan pekerjaan


listrik.
9.Gunakan PPE yang benar 92

46
-Gunakan PPE yang benar

93

94

47
-Pasang Grounding pada Instalasi listrik

95

Pentanahan titik netral sistem

Pentanahan titik netral dari sistem tenaga merupakan suatu


keharusan pada saat ini, karena sistem sudah demikian besar
dengan jangkauan yang luas dan tegangan yang tinggi.
Pentanahan titik netral ini dilakukan pada alternator
pembangkit listrik dan transformator daya pada gardu-gardu
induk dan gardu-gardu distribusi.
Ada bermacam-macam pentanahan sistem, antara satu dan
lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing.
Jenis pentanahan sistem akan menentukan skema proteksinya.
Ada lima macam skema pentanahan netral sistem daya, yaitu:
TN (Terra Neutral) System (yaitu TN-C, TN-C-S, dan TN-S), TT
(Terra Terra), IT (Impedance Terra)

Catatan :
 Terra = bahasa Perancis yang berarti bumi atau tanah)

96

48
1. Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C=Terra Neutral Combined)

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada
sistem secara keseluruhan.
Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan
kombinasi antara saluran N (Neutral) dan PE (Protective Earth).
Seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama.

Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C)


97

2. Saluran Tanah dan Netral disatukan dan dipisah (TN-C-S = Terra


Neutral-Combined-Separated)

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem
yang lain.
Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran
PEN (combined), sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua
hantaran, N dan PE secara terpisah (separated).

Saluran Tanah dan Netral disatukan


pada sebagian sistem (TN-C-S) 98

49
3. Saluran Tanah dan Netral-dipisah (TN-S=Terra Neutral-
Separated):

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman terdapat


pada sistem secara keseluruhan.
Jadi semua sistem mempunyai dua saluran N dan PE secara
tersendiri (separated).

Saluran Tanah dan Netral dipisah (TN-S)


99

4. Saluran Tanah dan Tanah (TT= Terra Terra)

Sistem yang titik netralnya disambung langsung ke tanah, namun


bagian-bagian instalasi yang konduktif disambungkan ke elektroda
pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri).
Dari gambar di bawah ini terlihat bahwa pentanahan peralatan dilakukan
melalui sistem pentanahan yang berbeda dengan pentanahan titik
netral.

Saluran Tanah dan Tanah (TT= Terra Terra)


100

50
5. Saluran Tanah melalui Impedansi (IT=Impedance Terra),
atau Sistem Pentanahan Impedansi

Sistem rangkaian tidak mempunyai hubungan langsung ke


tanah namun melalui suatu impedansi, sedangkan bagian
konduktif instalasi dihubung langsung ke elektroda pentanahan
secara terpisah.Ada beberapa jenis sambungan titik netral
secara tidak langsung ini, yaitu melalui Reaktansi, Tahanan, dan
Kumparan Petersen.

Saluran Tanah Melalui Impedansi (IT) 101

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan

Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempunyai kontak sangat


baik terhadap tanah.
Elektroda Pentanahan terdiri sari Elektroda Batang, Elektroda Pita, da
Elektroda Plat.

1. Elektroda Batang (Rod)

Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah.
Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan.

102

51
2. Elektroda Pita

Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran


berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin
yang pada umumnya ditanam secara dangkal.

103

3. Elektroda Plat

Elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau


dari kawat kasa.
Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam.
Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan
yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis
elektroda yang lain.

104

52
Tahanan pentanahan (Earth Resistance) diukur dengan
menggunakan Alat “Earth Resistance Tester”.

Besarnya tahanan pentanahan (earth resistance) menurut IEC


dan PUIL 2011 adalah maksimum 5 Ohm.

105

Beri pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan yang


kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja.

106

53
Pasang peralatan INTERLOCKING (bila perlu)

Peralatan ini biasa di pasang pada pintu-pintu pada Ruangan


yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya.

Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door


switch).

107

Melaksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan


pekerjaan Pemeliharaan listrik.

108

54
Pasang ELCB

109

Standar SNI untukPasang ELCB

110

55
ELCB dengan Sensitivitas 0,03 A (30 mA)

(a) Gambaran fisik RCD 111

Jangan gunakan ELCB dengan Sensitivitas > 30 mA)


untuk maksud proteksi Shock

112

56
Diagram Skematik ELCB

Diagram skematik RCD 113

Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pasca bayar

114

57
Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pra bayar

115

Pekerja listrik tidak


dianjurkan bekerja sendirian,
harus selalu bekerja 2 orang
(Electrician + Helper).

Dengan maksud agar bisa saling


menyelamatkan apabila terjadi
kecelakaan tersengat listrik
(shock).
116

58
 Lepaskan korban dari sengatan listrik menggunakan Isolator
 Lakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) listrik

117

Arc (electric)
= Percikan api
 Kebakaran (Fire)
= Terlepasnya energi panas dan cahaya
yang disebabkan oleh kerusakan listrik
dan setelah itu peluahan listrik melalui
insulator listrik, seperti udara.
(The heat and light energy release that is caused by the electrical
breakdown of and subsequent electrical discharge through an
electrical insulator, such as air).

118

59
Jenis-jenis Arc :

Arc Flash = Arc yang timbul karena


Short Circuit [terhubungnya kawat fasa
AC atau kawat positif + DC dengan
kawat lain atau bagian konduktor lain
sebelum pemakaian (load)].

Arc yang menyebabkan KEBAKARAN


(Fire)

119

1. Arc Flash = Arc yang timbul karena Short


Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat
positif + DC dengan kawat lain atau bagian
konduktor lain sebelum pemakaian (load)].

120

60
Figure : Electric arc damage caused by 240 volt arc.
(Courtesy Brosz and Associates.) 121

CARA MENCEGAH TERJADINYA Arc Flash [Arc yang timbul karena


Short Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat positif + DC
dengan kawat lain atau bagian konduktor lain sebelum pemakaian
(load)].

1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, harus selalu


listriknya dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali terpaksa.

2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan pastikan


harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)

3.Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition) dan Perilaku yang


tidak aman (Unsafe Act)

4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik dan benar

122

61
Penggunaan APD yang benar untuk mencegah efek dari Arc
Flash = Arc yang timbul karena Short Circuit

123

2. Arc yang menyebabkan


KEBAKARAN (Fire)

124

62
Segitiga api (Fire Triangle)

125

“HEAT” BISA TIMBUL KARENA:


1. Terjadi short circuit, tetapi alat proteksi tidak mentripkan cicuit
2. Kualitas kabel (kawat dan isolasi) tidak baik
3.Penggunaan jenis kabel yang salah (misalnya NYM hanya untuk
indoor).
4. Ukuran kawat terlalu kecil
5.Terjadi “loss connection” (dari sambungan kawat, tusuk kontak
yang bertumpuk-tumpuk yang cenderung tidak rapat, dan lain-
lain)

CARA MENCEGAH TERJADINYA ARC yang


menyebabkan Kebakaran:
1.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan harus ada alat
proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA (Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya “Loss connection” 126

63
Gunakan kualitas kabel yang baik

127

Gunakan jenis kabel yang benar (1)

1 28

64
Gunakan jenis kabel yang benar (2)

129

Gunakan jenis kabel yang benar (3)

130

65
Gunakan jenis kabel yang benar (4)

131

Gunakan jenis kabel yang benar (5)

132

66
Gunakan jenis kabel yang benar (6)

133

Gunakan jenis kabel yang benar (7)

134

67
Gunakan jenis kabel yang benar (8)

135

Gunakan jenis kabel yang benar (9)

136

68
Gunakan jenis kabel yang benar (10)

137

Tunjukkan dan jelaskan


Kabel NYA, NYM, NYY
sebagai penegasan
penjelasan Slide
No.MI9.5.52, No.MI.5.53,
No.MI9.5.54

138

69
Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya (1)

139

Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA


(Ampacity)nya (2)

140

70
Electrical Formulas for calculating Amper, HP,KW,KVA

141

Hindari terjadinya “Loss Connection”


Jika ada “loss connection” maka tahanan kontaknya menjadi besar,
misalnya sama dengan 20 Ω.
Maka arus yang timbul = 220 V/20 Ω= 11 A.
Panas yang ditimbulkan cukup besar, yaitu sama dengan :
I2R = 112 x 20 = 2420 W
Panas ini bisa menimbulkan kebakaran.

Alat untuk mengetahui loss connection pada sambungan lempeng rel


adalah MicroOhm meter.

142

71
Blast (electric)
= Ledakan :

Efek ekplosif yang disebabkan


oleh ekspansi cepat dari udara
dan material yang superpanas
secara mendadak dari percikan
api
(The explosive effect caused by the rapid expansion of air and
other vaporized materials that are a superheated by the sudden
presence of an electric arc).
143

Blast (ledakan) :
Blast yang berasal dari equipment
yang pemeliharaannya kurang baik ,
misalnya :
-Tranformator meledak
-Battery meledak
-Dan lain-lain

Blast yang terjadi karena Interrupting


Rating (Breaking Capacity) yang tidak
benar pada CB & Fuse 144

72
Efek “Blast”

M olten M etal
35,000 °F

Pressure W a v e s

Sound W a v e s

C o p p e r Vapor: S hrap ne l
Solid to Va por
Ex pa nds by
6 7 ,0 0 0 t ime s Ho t Air-Rapid E x p a n s i on

Intense Light

145

1. Blast yang berasal dari


equipment yang pemeliharaannya
kurang baik, misalnya :

Transformator meledak Battery meledak


146

73
Cara mencegah Blast yang berasal
dari equipment yang
pemeliharaannya kurang baik

1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,


dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).

2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap


pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)
147

2. Blast yang terjadi karena


Interrupting Rating (Breaking
Capacity) yang tidak benar pada
CB & Fuse

Interior after Blast Exterior after Blast


148

74
Data “Interrupting Rating (Breaking Capacity)” dari
Gambar satu garis (Single line diagram) (1)

149

Data “Interrupting Rating (Breaking Capacity)” dari


Gambar satu garis (Single line diagram) (2)

Contoh :
Interrupting
Rating = 40 KA

150

75
Dengan menggunakan “Gambar satu garis
(single line diagram)” yang sesungguhnya,
tunjukkan dan jelaskan Interrupting Rating
pada setiap Switchgear

151

Data Hubung Singkat sisi sumber PLN 20 KV/400V (1)

152

76
Contoh Soal :

Suatu bangunan tinggi menggunakan transformator minyak 2500 KVA,


20 KV/400 VOLT dengan impedansi 7%, jika data hubung singkat sisi
sumber PLN 20 KV seperti tabel diatas dan kontribusi beban motor utilitas
bangunan tersebut adalah 50% dari arus nominal transformator,
tentukan rating kapasitas pemutusan kA dari Circuit Breaker induk pada
PUTR (Panel Utama Tegangan Rendah) agar instalasi listrik bangunan
tersebut cukup aman dan terproteksi?

Jawaban :

Semua angka dilihat dari Tabel diatas :


Dengan impedansi 7% trafo & data arus hubung singkat sumber primer
20 kA, diperoleh arus hubung singkat sisi 400 V transformator 49.02 kA.
Kontribusi arus hubung singkat dari motor adalah 4 x 50% arus nominal
trafo = 7.22 kA ( berdasarkan arus starting DOL = 2 ~ 4 kali ). Jadi total
kA= 49.02+7.22 = 56.24 kA
Jika kita menginginkan proteksi lebih 120% dan agar umur Circuit
Breaker induk PUTR lebih panjang maka digunakan Circuit Breaker
dengan rating lebih besar dari (120% x 56,24 kA), diputuskan sebesar 75
kA.
153

Pemutaran Video :
Interrupting Rating & Blast

154

77
BLAST yang terjadi karena Interrupting
Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Bila terjadi short circuit dan alat proteksinya trip tetapi pecah (break) maka terjadi
blast.
Oleh karena itu pada alat proteksi baik Fuse maupun Circuit Breaker :
- Contact Rating [Amper]: untuk proteksi over current (over load) , dan Short circuit
-Breaking Capacity (Interrupting Current) [kA] : untuk bertahan tidak pecah jika
terjadi short circuit.

CARA MENCEGAH BLAST TERSEBUT :


1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit
2.Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit Breaker adalah
lebih besar daripada Maximum Short Circuit pada titik terjadinya
short circuit tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik Bus
dihitung menggunakan software misalnya ETAP (Electrical
Transient Analizer Program), atau dengan menggunakan Tabel
seperti contoh dari PLN. 155

Yang dimaksud bahaya-bahaya lain dari listrik adalah bahaya-bahaya


yang selain Shock, Arc & Blast :

1.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan


pemeliharaan listrik
2.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
3.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
4.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
5.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

Cara mencegahnya :
Hati-hati, Hindari Unsafe Condition & Unsafe Acts,
Gunakan APD yang tepat dan baik, Patuhi rambu-rambu
yang dipasang, Patuhi prinsip-prinsip K3 Umum, dan K3
Spesialis. 156

78
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
157

CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3.Beritutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain
dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa),
alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker),
alias RCD (Residual Current Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter).

8.LaksanakanLOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu


melakukan pekerjaan listrik.
9. Gunakan PPE yang benar
158

79
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkankemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3.Hindari Kondisi
tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2.Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang
baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4.Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya “Loss connection”
159

Cara mencegah bahaya BLAST karena


Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakanpekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (JobSafety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2.Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
160

80
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

161

7.
Standar Prosedur Pemeliharaan
dan JSA(Job Safety Analysis)
pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

162

81
(2)
JOB Safety Analysis (JSA)
• Bertujuan mencari/ menemukan adanya sumber
bahaya dan usaha menghilangkannya dari suatu
rangkaianproses pekerjaan.

163

Langkah-langkah JSO

Ada lima langkah yang ahrus dilakukan :


1. Memilih pekerjaan yang diamati
2. Melaksanakan pengamatan
3. Mencatat hasil-hasil pengamatan
4. Membahas hasil-hasil pengamatan
bersama pekerja yang diaamati
5. Memberikan tindak lanjut bagi sikap
bekerja yang aman.

164

82
Ada 4 aspek yang membantu
dalam JSA :
1. Manusia
orang yang terkait :operator, supervisor dll
2.Metode Praktek kerja dan prosedur kerjadari
perkerjaan yang dianalisis.
3. Peralatan dan mesin yang digunakan
4. Material (Bahan)
5. Lingkungan kerja

165

Kolom pertama yaitu “Sequence of Basic Jobs Steps” pada


hakekatnya merupakan Standard Procedure termasuk untuk
bidang Pemeliharaan.

16 6

83
167

8.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive
Maintenance, Predictive
Maintenance dan dan
Corrective Maintenance)

168

84
CHECK LIST pemeriksaan dan pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive Maintenance, Predictive
Maintenance dan Corrective Maintenance)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada pelaksanaan
Preventive Maintenance (PM) dapat meningkatkan
Ketersediaan (Availability), Kehandalan
(Reliability), Efektivitas Biaya (Cost Effectivenes),
dan dapat meningkatkan kualitas Lingkungan
hidup (Enviroment) ?

1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada pelaksanaan


Predictive Maintenance (PdM) dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?

1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada pelaksanaan


Corrective Maintenance (CM) termasuk Perbaikan
darurat (Breakdown Maintenance dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?

169

170

85
9.
Persyaratan administrasi K3
pemeliharaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
listrik di Pembangkitan

171

• contoh foto atau scan sertifikat


ahli K3 dan teknisi K3 bidang
listrik
• contoh dokumen penunjukan
PJK3
• Permenaker 4/95 tentang PJK3
• PP 50/2012 (perusahaan sudah
ikut atau belum SMK3) 172

86
•Kep Dir PPK& K3 no Kep
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon Ahli K3 bidang listrik
•Kep Dir PPK& K3 no Kep
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon teknisi K3 bidang
listrik

173

174

87
175

176

88
177

10.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan persyaratan
administrasi K3 pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di
Pembangkitan

178

89
179

11.
Persyaratan K3 alat-alat uji
Isolasi

180

90
Insulation (isolasi) sangat berkaitan dengan terjadinya Short
Circuit yang menyebabkan Shock, Arc & Blast.

Teknologi untuk mengetahui kondisi isolasi :

1. Teknologi kesatu (paling awal) adalah dengan menggunakan


Insulation Resistance Tester (Meger) : Untuk Tegangan
Rendah s/d Tegangan Menengah
Rule of Thumb : Insulation Resistance
minimum = 1000 Ohm/Volt.
Aplikasi didunia industri seringkali + 1
MOhm, sehingga menjadi (kV operasi
isolasi) + 1 MOhm.

Contoh : Jika tegangan operasi kabel


berisolasi 220 Volt (=0,22 kV), maka
Insulation Resistance minimum = 0,22
MOhm + 1 MOhm = 1,22 Mohm.
Insulation Resistance Test merupakan “Go
or No Go Test” 181

2. Teknologi kedua adalah “Polarization Index (P.I) Test” :


Khusus untuk equipment yang ada winding-nya, misalnya
Motor, Generator, Transformator, dll.
 Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan Menengah.

Nilai PI menurut standar IEEE 43-2000 :

182

91
3. Teknologi ketiga adalah dengan “Hi Pot Test”.
The DC Hi-Pot withstand test is a
Pass/Fail test that has been applied to
many types of cable and accessories.

The DC Hi-Pot leakage current


technique is a diagnostic test which
involves the measurement of leakage
current when a high potential (above
nominal) is applied to the conductor
while the metallic shield of the cable is
grounded.

The behavioral characteristics of the


leakage current are evaluated to
determine the condition of the cable,
specifically the insulation.
183

4. Teknologi keempat adalah “Tangen Delta Test”:


Untuk Tegangan Menengah keatas.
“Tangen Delta Test” = Power Factor Test (American)
= Tan Delta Test (European)
= Loss Angle Test
= Dissipation Factor Test
= Capacitance Measurement
= Tan Delta Measurement
= Dielectric Loss Test

Standar ANSI C 57.12.90, interpretasi


hasil uji tangen deltanya sebagai
berikut :

184

92
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat ini) adalah
“Partial Discharge (PD) Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.

185

12.
Cheklsit pemeriksaan dan dan
pengawasan persyaratan K3
alat-alat uji listrik

186

93
CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan
K3 alat-alat uji listrik

Uraian Temuan Rekomendasi


1.Teknologi kesatu (palingawal) adalah dengan
menggunakan Insulation Resistance Tester
(Meger) : Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan
Menengah. Rule of Thumb : Insulation Resistance
minimum = 1000Ohm/Volt.
Aplikasi didunia industri seringkali + 1 MOhm,
sehingga menjadi (kV operasi isolasi) + 1 MOhm.
Contoh : Jika tegangan operasi kabel berisolasi
220 Volt (=0,22 kV), maka Insulation Resistance
minimum = 0,22 MOhm + 1 MOhm = 1,22 Mohm.
Insulation Resistance Test merupakan “Go or No
Go Test”
2. Teknologi kedua adalah “Polarization Index
(P.I) Test” :
Khusus untuk equipment yang ada winding-nya,
misalnya Motor, Generator, Transformator, dll, dan
Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan Menengah.
Hasilnya:
< 1.0 = Bahaya
1.0 - 1.4 = Jelek
1.5 - 1.9 = Bisa dipertanyakan
2.0 – 2.9 = Lumayan
3.0 – 4.0 = Bagus
> 4.0 = Sangat bagus

187

CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan


K3 alat-alat uji listrik

Uraian Temuan Rekomendasi


3.Teknologi ketiga adalah dengan “Hi Pot Test”.
The DC Hi-Pot withstand test is a Pass/Fail test
that has been applied to many types of cable and
accessories.
The DC Hi-Pot leakage current technique is a
diagnostic test which involves the measurement of
leakage current when a high potential (above
nominal) is applied to the conductor while the
metallic shieldof the cable is grounded.
The behavioral characteristics of the leakage
current are evaluated to determine the condition
of the cable, specifically the insulation.
4.Teknologi keempat adalah “Tangen Delta Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
Standar ANSI C 57.12.90, interpretasi hasil uji
tangen deltanya sebagai berikut :
< 0.5 % = Bagus
>0.5% tetapi < 0,7% = Rusak
>0,5% tetapi < 1,0% naik = Investigasi
> 1,0% = Jelek
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat
ini) adalah “Partial Discharge (PD) Test”: Untuk
Tegangan Menengah keatas.
Analisis untuk MV Cable:
0 - 50 pC = Batastoleransi
50 - 100 pC = Direkomendadi untuk dimonitor
100 - 150 pC = Monitor berkala
> 500 pC = Perbaiki 188

94
13.
Analisis dan Pelaporan
pemeliharaaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
Pembangkit

189

190

95
14.
Bentuk laporan pemeliharaaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan Pembangkit

191

192

96
193

194
==oo00oo==

97
195

196

98
Referensi

• SNIPembangkit
• IEC
• Checklist Maintenance PT.Medco Energy E& P
Indonesia
• Dokumen PLN No. PT-KITSBS-26 April 2015,
• PUIL2011

197

• Doe Hadbook Electrical Safety,2013


• Buku RCMII - JohnMoubray,,
• Standard handbook for Electrical Engineer,1987-
Donald G.Fink,H.Wayne Beaty

198

99
Dengan demikian maka
Teknisi K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Preventive
Maintenance, Predictive Maintenance dan
Corrective Maintenance (Perbaikan) Instalasi,
Perlengkapan dan Peralatan di
Pembangkitan Listrik

==oo00oo==

199

100
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut  II.6. oleh Direktorat Jendral Pembinaan


ini dibuat
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Ketenagakerjaan Instalasi,
Republik Indonesia, ALPK3 Perlengkapan,
(Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa
dan Peralatan Listrik di Transmisi Listrik K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :


Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.6.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1

M I.10
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan di
Transmisi Listrik

2
Diharapkan agar
Teknisi K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan di
Transmisi Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Transmisi,
Perlengkapan Transmisi,
Peralatan Transmisi

4
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Transmisi, Perlengkapan
Transmisi, Peralatan Transmisi

2.
Objek pemeliharaan :

Tranformator,
Saluran Udara Tegangan Tinggi,
Gardu Induk, Pemisah (PMS),
Pemutus Tenaga Listrik (PMT),

6
Objek pemeliharaan :

Penggerak Pemutus Tenaga, Kompesator, Peralatan


SCADAdan Telekomunikasi, PLC,Peralatan Kopling,
Kapasitor Kopling, Wave trap, Line Matching Unit,
Peralatan Pengaman, Sistem Pentanahan Titik Netral,
Kabel Tenaga, Proteksi Sistem Penyaluran,

Objek pemeliharaan :

Charger (Rectifier),
Automatic Voltaga Regulator (AVR),
Rangkaian voltage Dropper, Rangkaian
Proteksi Tegangan Surja Hubung, Baterai
(DC Power)

8
Pemeliharaan pada Transmisi Listrik

Transformator
Klasifikasi transformator tenaga

Transformator tenaga dapat di klasifikasikan


menurut sistem
pemasangan dan cara pendinginannya.

1. Pemasangan

 Pemasangan dalam
 Pemasangan luar
10
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi dan pemakaian

 Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


 Transformator Gardu Induk
 Transformator Distribusi

2) Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas


1100 kV dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

11

12
Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam
operasi, transformator dapat dibagi menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.

13

Saluran Udara Tegangan Tinggi


(SUTT)
• Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah sarana instalasi tenaga
listrik diatas tanah untuk menyalurkan tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit ke Gardu Induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya
(antar GI).
• SUTT/SUTETterdiri dari kawat/konduktor yang direntangkan
antara tiang-tiang melalui isolator–isolator dengan sistem
tegangan tinggi (30 kV, 70 kV, 150 kV dan 500 kV).

14
• SUTT/SUTET merupakan peralatan buatan
manusia. Peralatan ini pada dasarnya bisa rusak
baik karena salah pengoperasian, kesalahan saat
konstruksi maupun telah melampaui masa
kerjanya (life time). Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan kerja dari SUTT/
SUTETadalah dengan melakukan pemeliharaan
SUTT/ SUTET.

15

• Komponen Saluran udara tegangan tinggi


terdiri Saluran Udara, Saluran Kabel,
Perlengkapan SUTT/SUTET,Tower, Bagian-
bagian tower , Kondukror, Kawat Tanah,
Pentanahan Tower, Isolator.

16
Perlengkapan Gardu Induk

• Busbar/Rel, Gardu Induk dengan single busbar, Gardu


Induk dengan Doble busbar , Gardu Induk dengan
satu setengah / one half busbar, Arrester,
Transformator Instrumen, Transformator Tegangan,
Transformator Arus, Transformator Bantu,
Transformator Ukur

17

PMS & PMT

PMS terdiri dari Pemisah Engsel, Pemisah Putar,


Pemisah Siku, Pemisah Luncur

PMT terdiri : PMT dengan Media pemutus


menggunakan udara, PMT dengan Hampa Udara,
PMT dengan Media pemutus menggunakan Minyak,
PMT dengan Sedikit Minyak, Penggerak Pemutus
Tenaga

18
Peralatan Pengaman

Terdiri dari : Lightning Arester , Aplikasi


PLC,Komunikasi Suara, Penggunaan Kanal
Suara,Teleproteksi Protection Signalling,
Remote Terminal Unit (RTU), Rele
Proteksi, Annunciator.

19

Sistem pentanahan gardu induk

• Gardu Induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik


yang terdiri dari beberapa peralatan listrik dan
menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke
jaringan distribusi primer.
• Gardu Induk befungsi sebagai penyalur daya (KVA,
MVA) sesuai dengan tegangan operasinya.

20
• Karena peranannya yang sangat penting dalam
menyalurkan daya listrik dan menjadi penghubung
listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
primer maka harus diterapkan sistem pentanahan
yang memenuhi persyaratan sistem pengaman yaitu :

21

Persyaratan Sistem
Pentanahan
• Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka terhadap
gangguan yang terjadi, dan secara proposional
mampu mendeteksi gangguan dengan tepat di area
atau zona yang di amankan

22
• Sistem Pentanahan Gardu Induk harus handal. Tidak
boleh gagal, mampu bekerja sesuai dengan
pengaturan yang diterapkan pada sistem pentanahan
tersebut.

23

Berbagai macam pemeliharaan yang pernah terjadi di


jaringan SUTT/ SUTETantara lain :
• Penggantian isolator pecah
• Pembersihan isolator karenapolusi
• Perbaikan kawat rantas
• Pembersihan kawat dari layang-layang
• Pengecekan member tower termasuk number & danger plate

24
• Pemeriksaan pondasi tower (leveling,retak)
• Pemeriksaan kelengkapan tapak tower (patok tandabatas
tanah PLN, urugan tanah tapaktower)
• Pengecekan Tahanan Pembumian
• Pemeriksaan jarak bebas konduktor dengan bendadi
sekitarnya
• Tanah sekeliling pondasi longsor
• Pondasi turun, tanah dasar pad mengalami slidingarus air
bawah tanah
• Kualitas beton pondasi tower

25

• Ketahanan beton terhadap jenis materi tanah/bahan di


sekelilingnya
• Grounding (cek periodik, rawan pencurian)
• Pohon tumbang (diluar row)
• Pencurian baut & member tower termasuk fenomena
penggergajian member tower
• Kawat rantas (karena : haspel, pelaksanaan, petir, akibatlain)
• Layang-layang

26
• Pohon/benda di dalam jarakbebas
• Tension clamp konduktor (tekanan mesin pres, pemilihan mata
dies, bahan, manusia)
• Tension clamp gsw (material)
• Suspension clamp konduktor
• Joint sleeve (tekanan mesin pres, pemilihanmata dies, bahan,
manusia
• Joint box opgw (rawan pencurian)

27

Pemeliharaan Trafo Tenaga

28
29

30
31

32
33

34
35

36
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Transmisi, Perlengkapan
Transmisi, Peralatan Transmisi

37

CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3.Beritutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain
dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa),
alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker),
alias RCD (Residual Current Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter).

8.LaksanakanLOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu


melakukan pekerjaan listrik.
9. Gunakan PPE yang benar
38
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkankemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3.Hindari Kondisi
tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2.Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang
baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4.Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya “Loss connection”
39

Cara mencegah bahaya BLAST karena


Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakanpekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (JobSafety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2.Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
40
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

41
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

 II.7.
Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik di Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.7.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1

M I.11
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Distribusi Listrik

2
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Distribusi

4
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Distribusi, Perlengkapan
Distribusi, Peralatan Distribusi

2.
Objek pemeliharaan :

Gardu Distribusi, Trafo Distribusi,


Jaringan Distribusi,
Alat Pembatas dan Pengukur,
Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah, Jaringan Distribusi
Tegangan Rendah, Saklar dan
Pengaman Pada Jaringan Distribusi
6
7

I.OPERASI GARDU DISTRIBUSI.

PENGERTIAN OPERASI GARDU DISTRIBUSI.


ADALAH SUATU OPERASI PELAKSANAAN YANG
MENYANGKUT BEBERAPA SEGI TEKNIS YANG
BERKAITAN DENGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
DENGAN TUJUAN AGAR PENYALURAN TENAGA
LISTRIK BISA TERSELENGGARA DENGAN BAIK
SESUAI PERSYARATAN TEKNIS YANG BERLAKU.
1. MACAM-MACAM GARDU DISTRIBUSI
a. GARDU CANTOL.
b. GARDU PORTAL.
c. GARDU KIOS.
d. GARDU BETON.

8
GARDU CANTOL
GARDU CANTOL ATAU GARDU TIANG SELURUH
INSTALASINYA DICANTOLKAN PADA TIANG
JARINGAN, BIASANYA CAPASITAS TRAFONYA
MAX < 100 Kva.

KELENGKAPAN GARDU CANTOL


a. SATU SET CUT OUT (3 BUAH )

b. SATU SET ARRESTER (3 BUAH )


c. SATU SET TRAFO TYPE CANTOL

d. SATU SET PEMUTUS BEBANTR

e. SATU BUAH HANDEL PEMUTUS (TR)


YG DAPAT DIOPERASIKAN DARI BAWAH 9

GARDU PORTAL
GARDU PORTAL MERUPAKAN GARDU YANG SELURUH
INSTALASINYA DIPASANG PADA DUA TIANG / LEBIH
GARDU PORTAL INI MERUPAKAN PENGEMBANGAN
DARI GARDU CANTOL YANG BEBANYA SUDAH BESAR
DAN BANYAK DIPASANG PADA DAERAH PADAT PEN
DUDUKNYA DAN KAPASITASNYA < 315 kVA

GARDU PORTAL DILENGKAPI :


a) SATU SET CUT OUT ( 3 BUAH)
b) SATU SET ARRESTER ( 3 BUAH)
c) SATU BUAH TRAFO DIST < 315 kVA
d) SATU ATAU 2 SET PEMUTUS BEBAN
e) SATU SET RAK TR U/ FASILITAS 4 JURUSAN
10
GARDU KIOS
GARDU INI BANGUNANYA TERBUAT DARI METAL DAN
DIPAKAI UNTUK SEMENTARA WAKTU :

FASILITAS GARDU DILENGKAPI :


o SEBUAH PMS UNTUK KABEL MASUK DARI SUMBER

o SEBUAH PMT UNTUK KABEL OUT GOING

o SEBUAH PENGAMAN TRAFO

o SEBUAH TRAFO

o SATU SET PERALATAN TR

11

GARDU BETON
GARDU INI BANGUNANYA SECARA KESELURUHANYA
TERBUAT DARI BETON DAN BEBANYA SUDAH
MENCAPAI SAMPAI DENGAN 2 MVA / km2
FASILITAS YANG TERDAPAT PADA GARDU BETON
o SEBUAH CUBIKEL PEMISAH (PMS) DGN KODE AS.
CUBIKEL INI UNTUK IN COMING DARI SUMBER

o SEBUAH CUBIKEL PEMUTUS BEBAN (PMT) DGN


KODE AIS, CUBIKEL INI UNTUK MELAYANI KA-
BEL OUT GOING.
o SEBUAH CUBIKEL PENGAMAN TRAFO, CUBIKEL
INI BERUPA PEMUTUS BEBAN DGN PENGAMAN
LEBUR, DGN KODE CUBIKEL PB.

12
JENIS GARDU BETON DAPAT
DIKELOMPOKAN :
1. GARDU BETON PASANGAN TERBUKA ( OPEN TYPE).
PERALATAN YG TERDAPAT DLM GARDU ( PMT, PMS
CT,PT DLL) DAPAT DILIHAT SECARA LANGSUNG.
PADA GARDU BETON BIASANYA DIPASANG PAGAR
PENGAMAN YG BERGUNA UNTUK PENGAMAN
DARI BAHAYA SENTUHAN TANGAN.

2. GARDU BETON PASANGAN TERTUTUP ( CLOSED TYPE).


PERALATAN YG TERDAPAT DLM GARDU (PMT, PMS
CT/PT DLL) DISIMPAN DALAM LEMARI METAL YANG
SERING DISEBUT CUBIKEL, SHG PERALATAN TIDAK
DAPAT TERLIHAT SECARA LANGSUNG OLEH MATA.

13

GARDU BETON PASANGAN TERBUKA

14
GARDU BETON PASANGAN TERTUTUP

15

2. PERALATAN GARDU DISTRIBUSI.

1. TRANSFORMATOR.
i. JENISNYA.
ii. PENGGUNAANYA.
iii. HUBUNGAN LILITAN.

2. PENGAMAN TRANSFORMATOR.
- PENGAMAN ARUS.
- PENGAMAN TEGANGAN.

16
ii. PENGAMAN GARDU DISTRIBUSI.

TUJUAN PENGAMAN ADALAH UNTUK MEN-CEGAH


ATAU MEMBATASI KERUSAKAN PADA GARDU
BESERTA PERALATANYA, DAN JUGA KESELAMATAN
UMUM YANG DISEBABKAN OLEH GANGGUAN DAN
MENINGKATKAN KELANGSUNGAN PELA-YANAN
PADA KONSUMEN.

1. RELAY (SPESIFIKASI).
1. MACAM PROTEKSI.
2. PERSYARATAN SISTEM PROTEKSI.
3. PENEMPATAN PROTEKSI.
4. PEMAKAIAN PROTEKSI.
5. JENIS PROTEKSI.
6. KARAKTERISTIK RELAY.
7. PENGETESAN RELAY.
17

1. MACAM PROTEKSI.

a. RELAY ARUS LEBIH.


b. RELAY ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT.
c. RELAY ARUS GANGGUAN HUBUNG TANAH.

2. PERSYARATAN SISTEM PROTEKSI.

a. SENSITIP ( PEKA ).
b. SELEKTIP (MEMILIH) .
c. REALIBILITY ( ANDAL ).
d. KECEPATAN BER OPERASI (WAKTU).
e. EKONOMIS ( HARGA ).
f.PROTEKSI CADANGAN ( BACK UP ). g.

STABIL TERHADAP LINGKUNGAN ( TAHAN ). 18


3. PENEMPATAN RELAY.
a. PADA SISTEM PROTEKSI PRIMER, PERALATAN RELAY
DIPASANG LANGSUNG PADA SALURAN UTAMA ( GD )
TEGANGAN MENENGAH.

b. PADA SISTEM PROTEKSI SKUNDER, PERALATAN


DIPASANG / DISAMBUNG DARI SISI SEKUNDER
PERALATAN BANTU TRAFO ARUS / CT YANG DIPASANG
PADA SALURAN UTAMA (GD) TEGANGAN MENENGAH.

4. PEMAKAIAN RELAY
PEMAKAIAN RELAY DAPAT DILAKSANAKAN DIPANGKAL
FEEDER / GD UNTUK JARINGAN DAN JUGA
DITEMPATKAN DI SISI PELANGGAN TM SEBAGAI
PEMBATAS BEBAN.

19

5. JENIS RELAY (3)


a. RELAY MAGNITIS, RELAY INI BEKERJA DENGAN
BERDASARKAN PRINSIP MEDAN MAGNIT DARI
SUATU KUMPARAN LISTRIK.

b. RELAY THERMIS, RELAY INI BEKERJA DENGAN


BERDASARKAN PRINSIP PANAS DARI SUATU
ELEMEN PEMANAS / BIMETAL.
c. RELAY ELEKTRONIS, RELAY INI BEKERJA
DENGAN BERDASARKAN PRINSIP
ELEKTROSTATIS DARI BEBERAPA KOMPONEN
ELEKTRONIK

20
6. KARAKTERISTIK RELAY.
a. RELAY DEFINIT.
b. RELAY INVERS.
c. RELAY INVERS DIFINIT

7. PENGETESAN RELAY.

a. TEST KARAKTERISTIK.
b. TEST TERHADAP PENGARUH LINGKUNGAN.
c. TEST OPERASI, YANG MENYANGKUT :

-. SISTEM PENGAWATAN.
-. POLARITAS / RATIO CT.
-. TAHANAN ISOLASI RANGKAIAN PENGAWATAN
-. TINGKAT KESALAHAN.

21

II.2. CUT OUT DAN ZEKRING.


CUT OUT ADALAH PENGAMAN LEBUR YANG DITEMPATKAN
PADA SISI TM YANG GUNANYA UNTUK MENGAMANKAN
JARINGAN TM DAN PERALATAN KE ARAH GI, TERHADAP
HUBUNG SINGKAT DI TRAFO .

ZEKRING ADALAH PENGAMAN LEBUR YANG DITEMPATKAN


PADA SISI TR TRAFO YANG GUNANYA UNTUK
MENGAMANKAN TRAFO, TERHADAP GANGGUAN HUBUNG
SINGKAT DISISI TR SAMPAI DENGAN UJUNG JARINGAN TR.

22
II.3. TEGANGAN LEBIH.
TEGANGAN LEBIH MERUPAKAN GEJALA YANG DISEBABKAN
OLEH SUATU KEJADIAN

a. SURJA HUBUNG YANG DIAKIBATKAN OLEH TERBUKA /


TERTUTUPNYA SALURAN YANG BERTEGANGAN DAN
BERBEBAN.

b. SURJA PETIR YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMBARAN PETIR


PADA GARDU DISTR, BAIK SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK
LANGSUNG

23

III. PROSEDUR
OPERASI JAR - DISTR ( SOP ).
PENGOPERASIAN TRAFO DISTRIBUSI TERBAGI MENJADI :

1. TRAFO DISTRIBUSI TELAH SELESAI DIBANGUN DAN SIAP DI


OPERASIKAN UNTUK MELAYANI KONSUMEN.
2. TRAFO DISTRIBUSI YANG SUDAH MATI ( OFF ) KARENA
GANGGUAN ATAU KARENA ADA KEPERLUAN (PEKERJAAN
/ PEMELIHARAAN).

TUJUAN SOP ADALAH UNTUK MENGANTISIPASI ADANYA :


a. KESALAHAN – KESALAHAN MANUVER JARINGAN
b. MENGHINDARI KERUSAKAN PERALATAN
c. KECELAKAAN MANUSIA

24
KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

MERUPAKAN SUATU JAMINAN KELANGSUNGAN


PENYALURAN UNTUK MEMBERIKAN KEPUASAN BAGI
KONSUMEN LISTRIK KARENA KUALITASNYA

TUJUANNYA IALAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU


PELAYANAN LISTRIK SEBAGAIMANA YANG DIKEHENDAKI
OLEH PELANGGAN ( KONSUMEN ), BAIK DALAM
PENGERTIAN OPERASI NORMAL MAUPUN
PADA SAAT GANGGUAN

25

TINGKAT KEANDALAN

MERUPAKAN SALAH SATU TOLOK UKUR DARI TINGKAT


PELAYANAN PENYALURAN TENAGA LISTRIK

DATA – DATA PENDUKUNG TINGKAT KEANDALAN :

 DATA-DATA JENIS GANGGUAN / LAMA GANGGUAN

 DATA STANDART LAMA PERBAIKAN KOMPONEN

 DATA JUMLAH KONSUMEN YG TERSAMBUNG/GD

 DATA JUMLAH GD / PENYULANG

26
KELANGSUNGAN PENYALURAN
FAKTOR–FAKTOR KELANGSUNGAN PENYALURAN :

 PENGATURAN DAN PENGOPERASIAN TRAFO.


 KECEPATAN MELAKUKAN PENGALIHAN BEBAN.

DARI HAL TSB DIATAS DIPERLUKAN :


 PROSEDUR OPERASI TRANSFORMATOR (SOP).
 SARANA KOMUNIKASI (RADIO, TELP, DLL).
 PERLENGKAPAN PERALATAN DETEKSI TRAFO.
 PETUGAS OPERASI YG CAKAP DAN TERAMPIL.

27

PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI


PEMELIHARAAN GARDU MERUPAKAN SUATU
KEGIATAN YANG MELIPUTI PEKERJAAN
PEMERIKSAAN, PENDETEKSIAN, PENCEGAHAN,
PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN PERALATAN PADA
GARDU DISTRIBUSI YANG DILAKUKAN SECARA
TERJADWAL ATAUPUN TANPA TERJADWAL

TUJUAN PEMELIHARAAN TRAFO ADALAH UNTUK


MENINGKATKAN MUTU DAN KEANDALAN,
SERTA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PERALATAN
DI GARDU, DAPAT MENURUNKAN BIAYA PEMELIHARAAN
DAN MENDAPATKAN SIMPATI SERTA KEPUASAN
PELANGGAN DALAM PELAYANAN TENAGA LISTRIK

28
MACAM – MACAM PEMELIHARAAN
 PEMELIHARAAN RUTIN ( TERJADWAL ).
 PEMELIHARAAN KOREKTIF.
 PEMELIHARAAN EMERGENCY ( TANPA JADWAL ).

 PEMELIHARAAN RUTIN
DALAM PELAKSANAANYA DIBAGI 2 KATEGORI :
a. PEMELIHARAAN SERVICE, PEMELIHARAAN DGN
JANGKA WAKTU PENDEK, MELIPUTI PEKERJAAN
RINGAN/KECIL.
MISAL :
o MEMBERSIHKAN PERALATAN
( AMPERE METER, VOLT METER, DLL ).
o MEMBERSIHKAN HALAMAN GARDU DSB.
29

b. PEMELIHARAAN INSPEKSI

PEMELIHARAAN JANGKA WAKTU PANJANG


MELIPUTI PEKERJAAN PENGUKURAN, PENYETELAN,
PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN PERALATAN DAN
BAGIAN – BAGIAN DARI GARDU.

 PEMELIHARAAN KOREKTIF
PEKERJAAN PEMELIHARAAN DGN MAKSUD UNTUK
MEMPERBAIKI KERUSAKAN DAN PERBAIKAN,
PENYEMPURNAAN.

ARTI PERBAIKAN KERUSAKAN ADALAH PEKERJAAN/


USAHA UNTUK MEMPERBAIKI KERUSAKAN HINGGA
KEMBALI PADA KONDISI / KAPASITAS SEMULA.

30
CONTOH :
 PENGGANTIAN MOF TRAFO YG MELEDAK ( GD BETON ).
 PENGGANTIAN BUSHING TRAFO YANG RETAK/PECAH.
 PENGGANTIAN PACKING TRAFO YG BOCOR.
 PENGGANTIAN PMT, CO, DS YG RUSAK.

ARTI PERBAIKAN / PENYEMPURNAAN ADALAH


PEKERJAAN, USAHA UNTUK MENINGKATKAN /
PENYEMPURNAAN GARDU DGN CARA MENGGANTI /
MENGUBAH GARDU AGAR DICAPAI DAYA GUNA
ATAU KEANDALAN YG LEBIH BAIK DENGAN TIDAK
MENGUBAH KAPASITAS SEMULA.
CONTOH :

REHABILITASI GARDU DISTRIBUSI

31

PEMELIHARAAN EMERGENCY
PEMELIHARAAN INI SIFATNYA MENDADAK, TIDAK
TERENCANA INI AKIBAT GANGGUAN ATAU KERUSAKAN
ATAU HAL – HAL LAIN DILUAR KEMAMPUAN, SEHINGGA
PERLU DILAKUKAN PEMERIKSAAN / PENGECEKAN
PERBAIKAN MAUPUN PENGGANTIAN PERALATAN, TETAPI
MASIH DALAM KURUN WAKTU PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN INI DIAKIBATKAN OLEH


BENCANA ALAM :

 TANAH LONGSOR
 BANJIR BESAR.
 GEMPA BUMI.

32
PERALATAN GARDU DISTRIBUSI

SASARAN PEMELIHARAAN PADA GARDU DIST :


a. INSTALASI TEGANGAN MENENGAH
 ISOLATOR TUMPU / DUDUK
 REL / BUS BAR TEGANGAN MENENGAH.
 PMS / PMT DI KUBIKEL.
 SEKERING TM ( U/ GD PLG DIHAPUS).
 PENGAMAN SEL / BUS-BAR.
 KABEL PENGHUBUNG TM.

33

b. INSTALASI TEGANGAN
MENENGAH CLOSED TYPE
o KUBIKEL / PANEL
o TERMINAL KABEL IN / OUT GOING.

c. TRANSFORMATOR
 BUSHING TRAFO
 TANGKI DAN SIRIP TRAFO
 VOLUME MINYAK TRAFO
 SILICA GEL TRAFO
 RODA DAN KONSTRUKSI TRAFO
 TAP CHANGER TRAFO
 KRAN TRAFO
34
d. RAK TEGANGAN RENDAH
 KABEL SINGLE CORE TR
 SEPATU KABEL.
 SAKLAR UTAMA TR.
 GROUND PLAT.
 GROUND CONDUCTOR.
 KONSTRUKSI RAK.
 RAK TR.
 MUR / BAUT SERTA RING
 DLL.

35

e. PELINDUNG TEGANGAN LEBIH


 ARRESTER.
 GROUND CONDUCTOR.
 ROD GAP.
 GROUND ROD.

f. SIPIL GARDU
 HALAMAN GD.  LANTAI GARDU.
 PINTU PAGAR.  DAK ATAS.
 KUNCI PAGAR.  VENTILASI.
 PINTU GARDU.  SALURAN/TALANG AIR.
 KUNCI PINTU PAGAR.  MAN HOLE.
 DINDING LUAR / DALAM.  JALAN MASUK GD.
36
f. LAIN - LAIN
PENERANGAN DALAM GARDU
PENERANGAN LUAR GARDU
INDIKATOR HUBUNG TANAH
TRAFO ARUS/TEG (CT/PT)
PERALATAN UKUR

37

PEMELIHARAAN PMT
MENURUT JENIS DAN CARA PEMADAMAN BUSUR API
YANG DITIMBULKAN PADA SAAT PMT MEMBUKA
DAN MENUTUP

PMT DAPAT DIGOLONGKAN MENJADI :


 PEMUTUS TENAGA MINYAK ( OCB ).
 PEMUTUS TENAGA HAMPA ( VCB ).
 PEMUTUS TENAGA UDARA TEKANAN
TINGGI ( ABCB ).
 PEMUTUS TENAGA SF6.
38
SPESIFIKASI PMT

 ARUS KERJA MAXIMUM ( MAKING CURRENT ).


 ARUS PEMUTUS MAXIMUM ( RATED BREAKING CURRENT ).

 KAPASITAS PEMUTUSAN ( RATED BREAKING CAPACITY ).

 LAMA ARUS HUBUNG SINGKAT ( SHORT TIME CURRENT ).

 WAKTU PMT MEMBUKA ( OPENING TIME ).


 WAKTU PEMADAMAN BUSUR API ( ARC DURATION ).
 WAKTU TOTAL PEMUTUSAN ( TOTAL BREAK TIME ).

 FREKUWENSI SISTEM.
39

6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Distribusi, Perlengkapan
Distribusi, Peralatan Distribusi

40
CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3.Beritutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain
dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa),
alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker),
alias RCD (Residual Current Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter).

8.LaksanakanLOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu


melakukan pekerjaan listrik.
9. Gunakan PPE yang benar
41

CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkankemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3.Hindari Kondisi
tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2.Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang
baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4.Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya “Loss connection”
42
Cara mencegah bahaya BLAST karena
Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakanpekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (JobSafety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2.Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
43

Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

44
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
 II.8.
Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di Pemanfaatan Listrik

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan


Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :


Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.8.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1

M I.12
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pemanfaat,
Perlengkapan Pemanfaat,
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik

2
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi,
Perlengkapan , Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

2.
Objek pemeliharaan :

Instalasi Listrik, Peralatan


Listrik Rumah Tangga, Sistem
Pengendalian, Mesin Listrik,
Programmable Logic Controller
(PLC)

3
Instalasi Listrik
Instalasi listrik meliputi :
- Jaringan listrik yang terdiri dari Alat Pengukur dan
Pembatas (APP), Panel Hubung Bagi (PHB),
Penghantar.
- Pencahayaan yang terdiri dari Lampu Pijar, Neon
Sign/Lampu Tabung, Lampu Merkuri, Lampu
Sodium.
- Pipa Pada Instalasi Listrik yang terdiri dari Pipa
Union, Pipa Paralon / PVC, Pipa Fleksibel, Tule /
Selubung Pipa, Klem / Sangkang, Sambungan Pipa
/Sock, Sambungan Siku, Kotak Sambung.
- Sistem Pentanahan yang terdiri dari Elektroda
Pentanahan, Hantaran Pengaman, Sistem Multi-
Elektroda.

Peralatan Listrik Rumah Tangga

• Alat-Alat Laundry: Seterika Listrik, Mesin Cuci Pakaian, Mesin


Pengering Pakaian, Mesin Cuci Piring,Mesin Pembersih Vakum.
• Alat-Alat Memasak: Toaster, Kompor Listrik, MicrowaveOven.
• Alat-Alat Pemanas & Pendingin : Pengering Rambut,Kulkas dan
Freezer, Alat Pendingin Ruangan, Alat PemanasAir.

4
Sistem Pengendalian

• Sistem Pengendali Elektronik


• Sistem Pengendali Elektronika Daya : Komponen
Semikonduktor Daya, Penyearah, Pengendali TeganganAC,
Kontrol Kecepatan dan Daya Motor Induksi FasaTiga.
• Sistem Pengendalian Motor: Kontaktor Magnit, Kontak Utama
dan Kontak Bantu, Kontaktor Magnit dengan Timer, Rele
Pengaman Arus Lebih/Thermal Overload Relay, Sistem
Pengendali ektromagnetik.
• Elektro Pneumatik

Mesin Listrik

• Transformator Satu Fasa, Transformator Tiga Fasa,


Transformator Khusus (Autotransformator,
Transformator Pengukuran), Generator Arus Searah,
Motor Arus Searah, Motor Induksi Tiga Fasa,
Generator Sinkron, Motor Sinkron, Motor SatuFasa,
Generator Set.

10

5
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pemanfaatan, Perlengkapan
Pemanfaatan , Peralatan
Pemanfaatan listrik
11

CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3.Beritutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
8.LaksanakanLOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu
melakukan pekerjaan listrik.
9. Gunakan PPE yang benar

12

6
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkankemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3.Hindari Kondisi
tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2.Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang
baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4.Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya “Loss connection”
13

Cara mencegah bahaya BLAST karena


Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakanpekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (JobSafety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2.Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
14

7
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

15

8
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan


Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.9.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur
Petir
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.9.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur Petir

Persyaratan K3 Instalasi penyalur Petir

2
1. Fenomena Terjadinya Petir
• Petir merupakan mekanisme listrik di udara,yang
terjadi :
– Diantara awan-awan
– Antara pusat-pusat muatan didalam awan tersebut.
– Antara awan dan tanah.
• petir awan-tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda-
benda di permukaan tanah.

Fenomena Terjadinya Petir

Petir terjadi karena


lompatan elektron-
elektron dari awan
bermuatan negatif ke
Bumi yang bermuatan
positif

awal 4
Fenomena Terjadinya Petir

• Muatan negatif
terbentuk pada awan
• Terjadi peningkatan
Medan Listrik
• Muatan listrik
terbentuk pada tanah
• Breakdown pada
udara mengawali
pelepasan

• Hasan Surya, Ir., MT.

Fenomena Terjadinya Petir

• Streamer dan
stepleader bertemu
• Terbentuk kanal
• Potential sama
• Tampak Sambaran
petir

6
2. Karakteristik Gelombang Petir

Main Discharge

Step Leaders

Streamers

National Geographic July 1993

• Hasan Surya, Ir., MT.

2. Karakteristik Gelombang Petir


• t1 berharga 1 s/d 10det.
• t2 berharga 10 s/d 100det.
kV

0,9
• Statistik petir :
0,5
– 24% dibawah 10kA
0,3 – 86% dibawah 40kA
t1
t2
t
– 11% antara 40 s/d 100kA
– 2% antara 100 s/d 140kA
– 0,4% lebih besar 140 kA

8
3. Bahaya Sambaran petir
Sambaran Langsung Pada
Kawat Fasa
 Tegangan pada titik
sambaran adalah :
Is

Is
Is Is VL  Z L .
2 2 2
• Jika I = 30 kA; ZL = 300 Ohm, Maka, VL
= 15. 300 = 4,5 MV
• dapat juga menyebabkan timbulnya
tegangan lebih pada fasa lainnya.
• Tegangan ini dapat menyebabkan flash
over pada isolator udara. 9

3. Bahaya Sambaran Petir

 Sambaran Pada Menara dengan Kawat Tanah


Is = 32 kA

IE = 1 kA
ZL = 300 

IM = 30 kA

RE RE= 10 

10
3. Bahaya Sambaran Petir
• Sambaran Langsung pada
bangunan tanpa Proteksi Petir

11

3. Bahaya Sambaran Petir


• Sistem Proteksi Petir
menyediakan jalur dengan
resistansi rendah
• Sambaran petir memilki
energi yangtinggi
• Bangunan aman, Peralatan
mengalami potensi
kerusakan

• Pasang proteksi Transien p ada


semua saluran masuk ke
bangunan dan peralatan kritis
pada bangunan
12
3. Bahaya Sambaran Petir
• Sambaran tak langsung

13

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
Penggunaan kawat tanah
• Sebagai penerimapetir
• Mengurangi gangguan
tegangan lebih pada
hantaran
• gelombang berjalan yang
masih dapat mencapai
gardu dapat menimbulkan
kerusakan.

14
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
PenggunaanArrester
• Mencegah terjadinya UA

tegangan lebih pada F

peralatan i

• dipasang antara kawat R(i)

fasa dengantanah
• Menyalurkan tegangan
lebih ke tanah sampai
pada batas aman untuk
peralatan.

15

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
Rod Gap Arrester
• berupa batang elektroda yang
diletakkan antara hantaran
dan tanah.
• Banyak digunakan pada :
– Bushing Insulator dari
trafo
– isolator hantaran udara,
(Arching Horn)
– Pemutus daya (Circuit
Breaker)
16
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Pemasangan Rod Gap Arrester
• Tegangan tembus dari sela batang
d
di set 20% lebih rendah dari
s
tegangan tembus impulse dari
isolator.
• Jarak antara sela dengan isolator
Tegangan
Sistim (kV)
Sela
(cm)
tidak boleh kurang dari 1/3 jarak
33 23 sela untuk mencegah bunga api
66 35
bergerak ke arah isolator
132 65

275 123

17

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan Listrik


Keterbatasan Rod GapArrester
1. Tidak berfungsi jika gelombang datang
mempunyai muka yang curam.
2. Tidak bisa memotong ikutan (follow current).
3. . Dapat meleleh i.
4. Karakteristik tembus dipegaruhi oleh keadaan
alam
5. tidak dapat diandalkan sebagai pelindung
utama terhadap petir pada sistem tenaga listrik
dimana prioritas pelayanan daya dan
perlindungan peralatan sangatdiutamakan

18
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Expulsion Lightning Arrester
• Merupakan tabung yang terdiri dari:
Sela Batang – Dinding tabung yang terbuat dari fiber
– Sela batang (external series gap)i.
– Sela pemutus bunga api diletakkan dalam
TabungBunga tabung, salah satu elektroda dihubungkan ke
Api
tanah.
• Keterbatasan :
• permukaan tabung akan rusak karena
Lubang keluar Gas terbakar, maka arrester ini mempunyai
batasan pada jumlah operasinya

19

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
• Pemakaian Espulsion LightningArrester
• Pada isolator transmisi..
• Dipakai pada tiang transmisi sebelum gardu untuk
mengurangi kerja arrester di gardu.
• Pada trafo-trafo kecil di pedesaan(Ekonomis)

20
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
• Valve type lightning Arrester
• Terdiri dari susunan seri al
dengan metal Oxide Varistor ,
dengan karakteristik sebaga i
berikut :
• Harga tahanan turun dengan
cepat pada saat arus terpa
mengalir sehingga tegangan
antara terminal Arresterturun
dan harga tahanan akan naik
kembali jika arus terpa sudah
lewat sehingga membatasi
arus ikutan dari power
frekuensi voltage

21

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
LOKASI PENEMPATAN
ARRESTER
• Arrester ditempatkan
sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi
• Jika jarak arrester terlalu
jauh, maka tegangan yang
tiba pada peralatan dapat
melebihi tegangan yang
dapat dipikulnya
22
5. Konsep sistem proteksi petir pada
Bangunan

23

5. Konsep sistem proteksi petir pada


Bangunan
ProteksiExternal
• adalah instalasi dan alat-alat di luar sebuah struktur
untuk meredam dan menghantar arus petir ke sistem
pembumian atau berfungsi sebagai ujung tombak
penangkap muatan listrik/arus petir di tempat
tertinggi
Proteksi Internal
• Upaya menghindari terjadinya beda potensial pada
semua titik diinstalasi atau peralatan yang diproteksi
di dalam bangunan.

24
6. Standard sistem proteksi petir pada
Bangunan
• SNI 03-715-2004 “Sistem Proteksi petir pada
Bangunan Gedung
• 1438_SNI IEC62305-1-2009 Proteksi Petir –
Prinsip Umum
• Permanaker 02/MEN/1989 : Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir

25

7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir

• Mengacu pada SNI 03-7015-2004 Perlu tidaknya sistem


proteksi petir didasarkan
– frekwensi sambaran petir langsung setempat(Nd)
– frekwensi sambaran petir tahunan setempat (Nc)yang
diperbolehkan.
• Nd = Ng. Ae. 10-6/tahun
• sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan di daerah struktur
berada dinyatakan sebagai : Ng = 0,04. IKL1,25 / km2/ tahun
• dimana IKL adalah isokeraunic level di atau jumlah hari guruh
• Ae adalah daerah permukaan tanah yang dianggap sebagai
struktur yang mempunyai frekwensi sambaran langsung
tahunan, dihitung
• Ae = (2x(p+l)x3h)+(3,14x(3h)2)

26
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir

• C= (C2)(C3)(C4)(C5).

27

7. Perhitungan Kebutuhan Sistem


Proteksi Petir

28
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir

29

7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir

• Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil


perhitungan Nd dan Nc , sebagai berikut :
– Jika Nd ≤ Nc tidak perlu sistem proteksi petir.
– Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir
dengan efisiensi : E≥ 1- Nc/Nd dengantingkat
proteksi sesuai tabel berikut

30
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir

31

8. Metode proteksi sistem penerimapetir

Metode jala (meshsize


method)
• digunakan untuk
perlindungan permukaan
yang datar karena bisa
melindungi seluruh
permukaan bangunan.
Daerah yang diproteksi
adalah keseluruhandaerah
yang ada di dalam jala-jala

32
8. Metode proteksi sistem penerimapetir

33

8. Metode proteksi sistempenerima


petir

34
8. Metode proteksi sistem penerimapetir

• Metode sudut proteksi


(protective anglemethod)
• Daerah yang diproteksi
adalah daerah yang berada
di dalam kerucut dengan
sudut

35

8. Metode proteksi sistem penerimapetir


• Metode bola bergulir
(rolling sphere method )
• Titik sentuh bola bergulir
pada struktur adalah titik
yang dapat disambarpetir
dan pada titik tersebut
harus diproteksi oleh
terminasi udara.
• R= I 0,75

36
37

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan

Resistan pembumian
mak 5 ohm
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Air Termination / Penerima
• Down Conductor/Penghantar Penurunan
• Earthing System/Pembumian

39

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
• Sebagai penerima dapat
digunakan:
– logam bulat panjang yang
terbuat dari tembaga;
– hiasan-hiasan pada atap, tiang -
tiang, cerobong-cerobong dari
logam yang disambung baik
dengan instalasi penyalur petir ;
– atap-atap dari logam yang
disambung secara elektris
dengan baik.
40
Permenaker02/89-11
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Dimensi minimum air terminal :
– Cu : 35 mm2
– Fe : 50 mm2
– Al : 70mm2

41

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
• Harus dipasang di tempat atau
bagian yang diperkirakan dapat
tersambar petir
• Jika bangunan yang terdiri dari
bagian-bagian seperti
bangunan yang mempunyai
menara, antena, papan
reklame atau suatu blok
bangunan harus dipandang
sebagai suatu kesatuan;

42
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Pemasangan pada atap yang
mendatar harus benar-benar
menjamin bahwa seluruhluas
atap yang bersangkutan
termasuk dalam daerah
perlindungan;
• Jumlah dan jarak antara masing-
masing penerima harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bangunan itu
termasuk dalam daerah
perlindungan.
43

9. Instalasi proteksi petir padaBangunan

• Ketinggian Air
Termination minimum :
– 10 in (SNI 03-715-2004 )
– 15 cm Permenaker
02/Men/1989

44
9. Instalasi proteksi petir padaBangunan

• Untuk air Terminationyg


tingginya lebih dari 600
cm, harus diberi
penyangga yang tidak
boleh kurang dari
setengah tinggi total

45

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan

46
9. Instalasi proteksi petir padaBangunan

DOWN CONDUCTOR
• penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda
bumi;
• harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau sudut-sudut
bangunan ke tanah
• Dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua)buah
penghantar penurunan;
• jarak tidak kurang 15 cm dariatap yang dapat terbakar kecuali atap
dari logam, genteng ataubatu;

47

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
• Dimensi minimum menurut bahan (IEC 62305)
:
– Cu : 16 mm2
– Fe : 50 mm2
– Al : 25mm2
• recommend that the Down-Conductor be at
least 50 mm2 or AWG0 in all cases

48
9. Instalasi proteksi petir padaBangunan

• Permanaker 02/men/1989 harus digunakan kawat


tembaga atau bahan yang sederajat dengan
ketentuan :
– penampang sekurang-kurangnya 50 mm’.;
– setiap bentuk penampang dapat dipakai dengan tebal
serendah-rendahnya 2 mm.
• Jarak antara alat-alat pemegang penghantar
penurunan satu dengan yang lainnya tidak boleh
lebih dari 1,5 meter

49

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan

50
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Down Konduktor : Sebagai penghantar penurunan
petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap,
pilarpilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja
yang mempunyai massa logam yang baik;
• Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus
memenuhi syarat, kecuali:
– sudah direncanakan sebagai penghantar
penurunan dengan memperhatikan syarat-syarat
sambungan yang baik dan syarat-syarat lainnya;
– ujung-ujung tulang baja mencapai garis
permukaan air di bawah tanah sepanjang waktu.
– Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai
sebagai penghantar penurunan harus digunakan
kolom beton bagianluar

51

9. Instalasi proteksi petir padaBangunan

• Jarak minimum antara penghantar penurunan yang


satu dengan yang lain diukur sebagaiberikut;
• Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter
maximum 20 meter;
• Pada bangunan yang tingginya antara 25 - 50 meter
maka jaraknya {30 - (0,4 xtinggi bangunan) }
• Pada bangunan yang tingginya lebih dari 50 meter
maximum 10 meter.

52
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• harus merupakan suatu sambungan elektris,
tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat
menahan kekuatan tarik sama dengan sepuluh
kali berat penghantar yang menggantung pada
sambungan itu.
• Penyambungan dilakukan dengan cara:
– dilas.
– diklem (plat klem, bus kontak klem) denganpanjang
sekurang-kurangnya 5 cm;
– disolder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm

53

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
PEMBUMIAN
• Elektroda bumi harus dibuat
dan dipasang sedemikian
rupa sehingga tahanan
pembumian sekecil mungkin
• Tahanan pembumian dari
seluruh sistem pembumian
tidak boleh lebih dari 5ohm

54
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang
tegak dalam bumi tidak boleh kurang dari 4
meter, kecuali jika sebagian dari elektroda
bumi itu sekurang-kurangnya 2 meter dibawah
batas minimum permukaan air dalam bumi;

55

Contoh
Data Bangunan :
• Jenis Bangunan : GedungSekolah
• Panjang bangunan : 32meter
• Lebar bangunan : 32 meter
• Tinggi bangunan : 45meter
• Lokasi Bangunan : Tempat Datar (Surabaya)
• Hari Guruh : 100. Nc =0,1
• Pertanyaan :
– Berdasarkan SNI 03 715-2004, tentukan Tingkat proteksi yang
diperlukan

56
Solusi
• 3h = 135
• Ae = (4x32x135) + (3,14x1352)
• Ng = 0,04*1001,25
• Nd = Ng.Ae.10-6
• Nc = 0,1 Nd > Nc ?
• Efisiensi SPP= 1 – Nc/Nd
• Tingkat Proteksi = 0,89

57
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan


Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.10.
Persyaratan K3
Listrik Ruang Khusus
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.10.
Persyaratan K3 Listrik
Ruang Khusus

Persyaratan K3
Untuk Berbagai Ruang dan Instalasi Khusus

2
Pendahuluan

• Kita ketahui bahwa di tempat kerja terdapatberbagal


macam jenis ruang kerja sesuai jenis usaha. Masing-
masing jenis ruang kerja memiliki sumber bahaya
yang berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh
proses kerja masing-maslng.

• Ruang kerja tersebut bisa saja memiliki temperatur


normal, panas atau dingin, atau bisa juga proses
kegiatan yang dapat merusak instalasi serta peralatan
listrik, misalnya pengaruh bahan kimia, pengaruh
kerusakan mekanis dan lain sebagainya.

4
• Mengingat kondisi yang beragam tersebut maka akan
terdapat pengaruh terhadap kondisi dari sistem
instalasi beserta perlengkapannya. Oleh karena itu
instalasi listrik mulai dari kabel sampai dengan
peralatan listrik serta cara pemasangannya
disesuaikan dengan jenis ruang kerja.

Ruang khusus

• adalah ruang dengan sifat dan keadaan tertentu


seperti ruang lembab, ruang berdebu, ruang dengan
bahaya kebakaran dan ledakan, atau ruang yang
memerlukan
pengaturan lebih khusus untuk instalasinya. ;

6
Instalasi khusus

• adalah instalasi listrik dengan karakteristik tertentu


sehingga penyelenggaraannya memerlukan ketentuan
tersendiri, misalnya instalasi derek, instalasi lampu
pencahayaan tanda dan bentuk, dan lain-Iain.

8
Area Berbahaya

Daerah dimana api atau ledakan mungkin terjadi


karena adanya gas atau uap, cairan, debu dan fiber
yang dapat terbakar / meledak pada frekuensi
tertentu dan membutuhkan cara pencegahan
khusus untuk desain bangunan dan konstruksi alat-
alatnya serta pengawasan untuk sumber-sumber
lain yang berpotensi menimbulkan kebakaran pada
bangunan tersebut.

Definisi

• Lingkungan dimana atmosfir mengandung gas, uap


/ kabut atau debu yang mudah menyala atau
meledak dalam jumlah yang cukup.
• Api atau ledakan terjadi bila tigakondisi dipenuhi,
yang dikenal dengan “combustion triangle ”

10
Combustion ” triangle “

• Bahan bakar harus ada dalam


jumlah dan konsentrasi yang
cukup. Bisa berupa zat cair, uap
atau debu yang dapat terbakar.
• Suplai oksigen. Kondisi atmosfir
ledakan, udara sekitar
mengandung oksigen 20%. Sumber Bahan Bakar
• Sumber penyulutan (energi listrik,
percikan / gesekan, reaksi kimia,
tekanan gasdll)
11

Sumber-sumber penyulutan

• Electric arcs and spark


• Flames
• Hot surfaces
• Electrostatic sparks
• Mechanical friction
• Mechanical sparks produced by grinding
• Compression ignition
• Electromagnetic radiation
• Chemical reactions
• Ultrasonics 12
1. Ruang Kerja Listrik (l)

a. Harus diawasi oleh pengawas ahli, kecuali ruang


kerja listrik yang terkunci dan yang tidak ada orang
di dalamnya.
b. Harus berukuran cukup besar sehingga
instalasi lisirik yang akan dipasang di
dalamnya dapat diatur cukup leluasa dan
mudah diperiksa.

13

c. Harus mempunyai pencahayaan


yang baik dan tepat.
d. Lantai, dinding, plafon dan bagian
konstruksi lain dari ruang kerja
listrik yang didalamnya terdapat
instalasi voltase menengahdan
.

14
atau voltase tinggi, baik arus bolak-balik maupunarus
searah, harus dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar atau bila hal yang demikian tidak dapat
dipenuhi maka sisi dalamnya harus dilapisi dengan
bahan yang tidak mudah terbakar

15

e. Ruang kerja listrik yang berada di


udara terbuka, harus dikelilingi seluruhnya dengan
pagar yang baik dan tepat, dengan tinggi minimum 2
meter di atas tanah, atau dapat juga ditempuh cara
lain asalkan cukup terjamin bahwa orang yang tidak
berwenang tidak dapat masuk.

16
Perlindungan

• Bagian bervoltase dan tidak terlindung harustetap


berjarak sekurang-kurangnya 1 meter, ditambah
dengan
1 cm untuk tiap kilovolt penuh darivoltasenya, diukur
secara proyeksi mendatar sampai pagar atau
penghalang lain.

17

• Untuk bagian yang tingginya lebih 2 meter di atas


tanah, dan letaknya lebih tinggi dari yangdisyaratkan
untuk konduktor udara, maka jarak mendatar
tersebut dapat dikurangi menurut perbandingan.
• Pada tempat yang lebih rendah dari 1 meter, diukur
dari bagian atas dinding yang sama sekafi tertutup,
bagian bervoltase dan tidak terlindung dibolehkan
berjarak mendatar iebih kecil terhadap dindingitu.

18
• Ruang kerja listrik atau ruang kerja listrik terkunci dir
dalam bangunan harus kering, harus dijaga agar tetap
kering, dan harus berventilasi baik,
• Pada tempat masuk ruang kerja listrik atau ruang
kerja listrik terkunci harus dipasang papan tanda
peringatan sebagai pemberitahuan yang juga
melarang masuknya orang yang tidak berkepentingan.

19

• Papan tanda peringatan untuk ruang kerja listrik atau


ruang kerja listrik terkunci, yang berada dalam udara
terbuka, harus dipasang di tempat yang baik dan
tepat, pada pagar, penghalang atau tutup, sehingga
ruang kerja tersebut dapat diketahui dengan jelas dari
luar dan dari semua arah

20
• Lampu pijar, fiting lampu, kotak kontak, sakelar, dan
sebagainya harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai dan dilayani dengan aman, tanpa
didahulukan tindakan proteksi.
• Lampu gantung tidak boleh dipasang di atasbagian
bervoltase yang tidak
terlindung.

21

• Untuk konduktor rendah dalam ruang kerja listrik


hanya boleh digunakan
konduktor fleksibel berpelindung bukan logam.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk konduktor
pembumian.

22
Ruang kerja listrik {I) dan ruang kerja listrik terkunci (Ik) harus memenuhi
ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam pasal ini dan 8.3.

2. Ruang Kerja Listrik Terkunci (lk)

• Dalam ruang kerja listrik terkunci tidak boleh


dipasang mesin, pesawat, instrumen ukur dan
perlengkapan lain, yang setiap hari berulang kali
secara teratur dilayani, diamati, atau diperiksadi
tempat.

23

• Dalam ruang kerja listrik terkunci, bila ada


pencahayaan lampu, lampu itu harus dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat dinyalakan dari
tempat yang berdekatan dengan jalan masuk utama
dan harus memberikan pencahayaan yang cukup.

24
• Pintu jalan masuk ke ruang kerja listrik terkunci, harus diatur
sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat sebagai berikut:
a) semua pintu harus membuka keluar;
b)semua pintu harus dapat dibuka dari luar dengan
menggunakan anak kunci;
c) semua pintu harus dapat dibuka dari dalamtanpa
menggunakan anak kunci.

25

3. Ruang uji bahan listrik


dan laboratorium listik
• Ruang uji bahan listrik dan laboratorium listrik tidak
boleh berdebu, harus bebas bahaya kebakaran atau
ledakan, serta tidak bolehlembab.
• Dalam pabrik dan bengkel, ruang uji bahan listrik dan
laboratorium listrik harus dipisahkan dari instalasi lain
pabrik atau bengkel dengan baik dan tepat.

26
• Pada pintu masuk harus dipasang papan tanda
peringatan iarangan masuk bagi orang yang tidak
berwenang.
• Harus dicegah orang yang tidak berwenang masuk ke
dalam ruang instalasi listrik voltasemenengah.

27

4. Ruang dengan bahaya


kebakaran dan ledakan
• Penempatan perlengkapan instalasi listrik dalamZone
0 sebaiknya dihindarkan, kecuali jika
perlengkapan tersebut sangat penting untuk proses
ataupun penempatan di tempat lain tidak
menguntungkan.

28
• Instalasi yang aman tersebut harus tidak mampu melepaskan
energi listrik atau panas (dalam keadaan normal ataupun
abnormal) yang dapat menyalakan campuran udara berbahaya
dengan konsentrasi yang paling mudah menyala.

29

waktu yang lama.


Zone 1 : Suatu ruang dimana mungkin terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi normal.
Zone 2 : Suatu ruang dimana mungkin tidak terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi

Klasifikasi Ruang normal dan, jika hal ini terjadL kemungkinannya tidak sering dan hanya akan
berlangsung dalam waktu singkat

• Zone 0 : Suatu ruang dimana terdapat atmosfer


gas ledak secara terus menerus atau dalam
waktu yang lama.
• Zone 1 : Suatu ruang dimana mungkin terdapat
atmosfer gas ledak dalam operasinormal.
• Zone 2 : Suatu ruang dimana mungkin tidak
terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi
normal dan, jika hal ini terjadLkemungkinannya
tidak sering dan hanya akan berlangsung dalam
waktu singkat

30
Kelompok Perlengkapan

• Untuk penggunaan perlengkapan dalam zone 0, zone 1atau


zone 2, maka dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok I" Perlengkapan untuk digunakan dalam
penambangan (gas melhan).
Kelompok II: Perlengkapan untuk digunakan dalam industri
lainnya.
Untuk penggunaan gas dalam kelompok II, maka Kelompok II
dibagi menjadi:

31

Kelompok IIA: Atmosfer yang mengandung aseton,


ammonia, etylen alkohol, bensin,
methan, propan, dan gas atau uap dengan bahaya yang
ekivalen.
Kelompok IIB : Atmosfer yang mengandung acetaldehid.
etylen, dan gas atau uap dengan bahaya yang ekivalen.
Kelompok IIC: Atmosfer yang mengandung acetylen,
hidrogen, dan gas atau uap dengan bahaya yang ekivalen

32
Dangerous Zone :
• In accordance with the new regulationATEX:

Required equipment

CATEGORY 3

CATEGORY 2

CATEGORY 1

33

Klasifikasi Area

Tangki Penyimpanan Beratap Kerucut

34
35

Penggunaan dan Penandaan

• Perlengkapan yang diperuntukkan untuk Zone 0 boleh


digunakan untuk Zone 1 atau Zone 2 dengan
kelompok gas yang sama.
• Perlengkapan yang diperuntukkan untuk Zone 1 boleh
digunakan untuk Zone 2 dengan kelompok gas yang
sama.

36
• Perlengkapan yang akan ditempatkan dalam ruang
yang mengandung gas ledak harus mempunyai tanda
pengenalnya, untuk memperiihatkan zone, kelompok
gas, dan kelas suhu berdasarkan suhu sekeliling 40 °C.
• CATATANPerlengkapan listrik untuk dioperasikan dalam suhu
sekeliling yang lebih dari 40 °Charus mempunyai tanda
pengenal untuk suhu maksimum sekelilingnya, atau julat suhu
pada suhu sekeliling

37

38
• Zone 0 : Dalam ruang Zone 0 hanya boleh digunakan
perlengkapan listrik yangmempunyai
tanda pengenal sebagaiberikut:
a)perlengkapan yang secara intrinsik aman dengan kategori
"ia"
b)perlengkapan lainnya yang khusus di desain untuk
digunakan dalam Zone0
• Zone1 : Dalam ruang Zone 1 hanya bolehdigunakan
perlengkapan listrik untuk Zone 0,dan
atau perlengkapan dengan jenis yang mempunyai tanda sesuai
jenis perlindungan keamanan sebagai berikut:

39

a) berseiungkup tahan api "d" (lihat IEC60079-1)


b) berseiungkup betekanan "p" (lihat IEC60079-2)
c) perlengkapan berisi pasir "q" (lihat IEC60079-5)
d) perlengkapan dalam minyak "o" (lihat IEC60079-6)
e)perlengkapan keamanan yang ditingkatkan "e" (lihat IEC
60079-7)
f) keamanan intrinsik "i" ("ia" atau lb") (lihat IEC60079-11)

40
• Zone 2 : Dalam ruang Zone 2 boleh dipasang
perlengkapan listrik sebagaiberikut:
a) perlengkapan listrik untuk Zone 0 dan Zone I, atau
b)perlengkapan listrik dengan selubung bertekanan
untuk Zone 2, atau
c)perlengkapan listrik khusus yang didesain untuk Zone
2 (misalnya jenis proteksi "n") (lihat IEC60079-15),
atau

41

d) perlengkapan listrik lainnya sesuai denganstandar


lainnya, yang dalam operasi normal tidak
menimbulkan busur api atau penyalaan yang dapat
memanaskan permukaan

42
Proteksi dari pembusuran yang
membahayakan
a)Bahaya dari bagian bervoltase. Untuk mencegah
terjadinya busur api yangdapat
menyulut atmosfer gas ledak, maka harus dihindari setiap
kontak dengan bagian bervoltase selain bagian yang aman
secara intrinsik.
b)Arus gangguan ke bumi pada rangka atau seiungkup harus
dibatasi (besar dan lamanya)
dan mencegah terjadi kenaikan potensial padakonduktor
ikatan penyama pontensial.
c)Jika digunakan sistem TN, maka sebaiknya diterapkan
sistem TN-S, dengan netral terpisah dan konduktor proteksi
terpasang diseluruh sistem.

43

• Dalam ruang berbahaya, konduktor netral harus tidak


boleh dihubungkan bersama, atau digabung dalamsatu
konduktor.
• Sistem TN-C, yang mempunyai konduktor gabungan
untuk fungsi netral dan fungsi proteksi yang berupasatu
konduktor, tidak boleh digunakan dalam ruang
berbahaya.
• Jika menggunakan sistem TT (konduktor
pembumian sistem terpisah dari bagian.
konduktif terbuka) digunakan dalam Zone 1, maka harus
menggunakan gawai proteksi arus sisa (GPAS), juga untuk
sirkit voltase ekstra rendah (di bawah 50 V). Sistem TT
tidak boleh diterapkan dalam Zone0.

44
d)Jika menggunakan sistem IT (netra! terpisah dari
bumi atau dibumikan melalui impendans), maka harus
dipasang gawai monitor untuk mengetahui secara dini
gangguan bumi. Instalasi dalam Zone 0 harus terputus
segera setelah terjadi gangguan bumi pertama, oleh
gawai monitor insulasi atau olehGPAS.
e)Untuk instalasi dalam Zone 0 yang menggunakan
berbagai voltase harus diperhatikan,
agar arus gangguan bumi sekecil mungkin dalam besar
dan jangka waktunya. Harus dipasang proteksi gangguan
bumi untuk penggunaan tetentu dalam Zone 1.

45

Ekuipotensial
• Untuk mencegah pembusuran yang membahayakan
antara bagian logam rangka, maka ekuipotensial perlu
dipasang untuk instalasi pada Zone 0 dan Zone 1 dan
mungkin juga diperlukan untuk instalasi dalam Zone 2.
Oleh karena itu semua bagian konduktif terbuka harus
dihubungkan ke konduktor ikatan ekuipotensial. Sistem
ikatan dapat terdiri dari konduktor proteksi, konduit
logam, seiungkup kabel dari logam, baja pelindung kabel,
semua rangka dari logam, tetapi tidak bolehdihubungkan
dengan konduktor netral.
• Ukuran konduktor antar bagian logam dari rangka harus
berukuran paling kecil 10 mm2 tembaga.

46
Sistem pengkawatan

• a) Dalam merancang sistem perkawatan serta komponennya,


maka harus diperkirakan lingkungan gac berbahaya, termasuk
faktor mekanik, kimia dantermal.
b)Kabe! berinti tunggal tanpa selubung (misalnya, NYA) tidak
boleh digunakan sebagai konduktor yang bervoltase, kecuali
yang terpasang di dalam panel hubung bagi, seiungkup atau
sistem konduit.
c)Sambungan kabel dan konduit kepada alat listrik harus
dilaksanakan sesuai dengan jenis proteksi yang relevan.

47

d)Lubang untuk tempat masuk kabei atau konduitpada alat


listrik harus ditutup dengan pengedap yang sesuai
dengan jenis proteksi yang relevan.
e)Kabel dan konduit harus diberi pengedap, bila perlu, sehingga
dapat mencegah air atau gasmasuk.
f) Jalur masuk sistem perkawatan dari zone yang satu ke zone
lainnya, atau dari zone berbahaya ke zone yang tidak
berbahaya, harus menghambat masuknya gas uap maupun
cairan yang mudah terbakar dari satu ruang ke ruang lainnya
dan mencegah pengumpulan gas, uap atau cairan yang
mudah terbakar di dalamsaluran.

48
Sistem Kabel

• Kabel yang berselubung logam, termoplastik atau elastomerik,


termasuk kabel berinsulasi mineral dapat digunakan untuk
perkawatan yang permanen. –
• Kabei yang berselubung logam berlipat atau kabel dengan
pelindung kawat baja yang dianyam hanya boleh digunakan,
jika mempunyai selubung kedap air.

49

• Untuk perlengkapan yang portabel dan dapat dipindahkan,


dengan voltase tidak lebih dari 1000 V a-b. antar fase (atau600
V ke bumi) atau 1500 V a.s antar kutub (atau 900 V a.s ke
bumi), maka kabel suplai harus berselubung karet yang cukup
kuat, atau kabel dengan konstruksi kuatsejenis.
• Jika diperlukan konduktor proteksi, maka konduktor ini di
insulasi tersendiri dengan cara yang sama seperti untuk
konduktor lainnya dan disatukan di dalam selubung kabel
suplai, kecuali jika konduktor merupakan anyaman pelindung.

50
• Perlengkapan listrik dengan arus pengenal yang tidak
lebih dari 6 A untuk digunakan dalam ruang dengan
voltase tidak lebih dari 250 V ke bumi bolehdihubungkan
ke kabel berselubung karet kuat yang biasa, kabe!
polipropifen kuat biasa, atau kabel yang mempunyai
konstruksi kuat yang sama.
• Konduktor tembaga harus berukuran minimum 1,5 mm2.
Kabel ini tidak boleh untuk perlengkapan portabel dan
dapat dipindahkan yang mendapatkan tekanan mekanik
berat, umpamanya lampu tangga, sakelar kaki. Untuk alat
listrik portabel atau dapat dipindahkan, pelindung kabel
atau anyaman fleksibel metalik tidak boleh digunakan
sebagai pembumian utama, kecuali konduktansnyacukup
dan tidak terputus. Kabel tembaga yang terpasang pada
penyangga dan kabel untuk alat telekomunikasi
berukuran minimum 0,75mm2.

51

• Kabel fleksibel di dalam ruang berbahaya harus dipilih dari


yang berikut:
a) kabel fleksibel berselubung karet kuat yangbiasa
b) kabel fleksibel berselubung polichioroprene kuat yangbiasa,
c) kabel fleksibel berselubung karet kuat danberat,
d)kabel berselubung polichioroprene kuat dan
berat,
e)kabel berinsulasi plastik ekivalen dengan kabel fleksibel
berseiubung karet kuat yang biasa.

52
Sistem konduit untuk selungkup
tahan api
a) Pada tempat masuk atau keluar dari ruang bahaya;
b)pengedap terdapat paling jauh 450 mm darisemua
seiungkup dimana terdapat penyalaan
selama operasi normal;
c)pada setiap seiungkup dimana terdapat pencabangan,
sambungan atau terminasi pada
konduit yang berdiameter 50 mm ataulebih;
d)untuk mengurangi dampak penumpukan tekananoleh
beberapa gas

53

Syarat tanda pengenal Perlengkapan Listrik:


a. Nama Pabrikan dan atau merk
b. Indentifikasi pabrikan
c. Simbol Ex (tanda tlh lulus uji kondisi gas ledak)
d. Punya tanda jenis proteksi
- Aparat dlm minyak (o)
- Selungkup bertkanan (p)
- Aparat berisi pasir (q)
- Aparat utk selungkup tahan api (d)
- Utk keamanan ditingkatkan (e)
- Utk keamanan intrinsik kategori a (ia)
- Utk keamanan intrinsik kategori b (ib)
e. Simbol kelompok perlengkapan
f. Tanda suhu saja utk Klp II dgn T > 450oC
g. No. Seri (kecuali utk leng kapan sambungan & kecil)
h. Tanda sertifikasi (thn, no stfk)

54
5. Ruang lembab termasuk
ruang pendingin
• Semua mesin, alat dan instalasinya, harus dipasang sedemikian
hingga tidak memungkinkan masuknya uap air kedalamnya.
• Perlengkapan hubung bagi yang dipasang harus berbentuk lemari
atau kotak tertutup.
• Dalam ruangan pendingin sedapat mungkin jangan dipasang
perlengkapan hubung bagi, alat pengatur, sakelar atau kotak kontak
• Bagian-bagian yang bertegangan harus diisolasi dengan seksama
dengan bahan isolasi yang tahan lembab.

55

Pemasangan dalam tanah


• Untuk pemasangan dalam tanah hanya boleh digunakankabel
tanah, misalnya NYFGBY,NYRGBY,NKBA,GPLKdan yang
sederajat. Kabel NYYjuga boleh ditanam dalam tanah, asalkan
diberi perlindungan yangcukup.
• Kabel dalam tanah ditanam sekurang-kurangnya 60 cm di
bawah permukaan tanah yang tidak dilalui kendaraan, dan
sekurang-kurangnya 80 cm di bawah permukaan jalan yang
dilalui kendaraan

56
6. Ruang sangat panas
a)Hanya armatur pencahayaan, pesawat pemanas, dan
alat perlengkapan lainnya beserta konduktor yang
bersangkutan itu saja yang boleh dipasang di tempatitu.
b)Sebagai konduktor dapat dipakai konduktor regang
pada isolator dengan jarak titik tumpi
maksimum 1 meter, atau kabel jenis tahan panasyang
sesuai untuk suhu ruang itu.
c)Pada tempat dengan bahaya kerusakan mekanis,
konduktor telanjang harus seluruhnya dilindungi dengan
seiungkup logam yang kuat, atau dengan alat yang sama
mutunya, untuk mencegah bahayasentuhan.

57

7. Ruang berdebu

• Konstruksi dan pemasangan aparatur yang digunakan dalam


ruangan-ruangan ini harus sedemikian hingga kerja aparatur itu tidak
terganggu oleh debu yangada
• Motor-motor dan perlengkapan hubung bagi yang digunakan harus
dari jenis yang tertutup dan kedapdebu.
• Pengaman-pengaman lebur harus ditempatkan di dalam
perlengkapan hubung bagi (PHB).
• Aparatur dan instalasi yang dipasang dalam ruangan demikian harus
tahan terhadap pengaruh korosif dari gas atau bahan yang ada di
dalam ruangan
• suhu maksimum permukaan yang diizinkan adalah suhu tetinggi
pada permukaan periengkapan listrik yang boleh dicapai dalam
penggunaan untuk menghindari penyalaan

58
• Zone 21 adalah suatu ruang dimana terdapat atau
mungkin terdapat debu yang mudah terbakar berupa
kabut selama proses normal, pengerjaan, atau operasi
pembersihan, dalam jumlah yang cukup untuk dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dapat meledak
dari debu yang mudah terbakar atau menyala jika
bercampur dengan udara.
• Zone 22 adalah suatu ruang yang tidak dikiasifikasikan
sebagai Zone 21, dimana kabut
debu mungkin terjadi tidak terus menerus, dan muncul
hanya dalam waktu singkat, atau dimana terdapat
pengumpulan atau penumpukan debu yang mudah
terbakar dalam kondisi abnormal, danmenimbulkan
peningkatan campuran debu yang dapat menyala di
udara

59

8•.Ruang dengan gas, bahan atau debu


M es in ,p es aw at,dan konduktor listrik, serta
yapelindung
n gk o ro s if
yang bersangkutan harus didesain,
dilindungi, dipasang dan dihubungkan sedemikian
rupa sehingga tahan terhadap pengaruh yang
merusak dari bahan, debu, atau gas yang korosif itu.

60
9.Ruang radiasi

• Seluruh permukaan lantai tempat perlengkapan sinar Xberdii


harus dilapisi bahan insulasi (sesuai dengan IEC60601-1)
• Pada seluruh bagian logam yang tidak bervoltase dai
perlengkapan sinar Xharus dipasang konduktor proteksi yang
baik
• Sakelar harus mudah dicapai dan dikenal dengan jelas.
• Kabel fleksibel yang digunakan harus dari jenis pemakaian
kasar dan berat atau dari jenis berseiubung logam yang
fleksibel.

61

• Semua lampu dalam sel radioaktif harus dipasang dalam


jarak jangkauan dari manipulator.
• Semua lampu sedapat mungkin harus tetanam didinding
dan ditutup dengan tutup yang tembus cahaya,
sedemikian rupa sehingga mudah dilepas hanya dengan
menggunakan manipulator yang ada.
• Semua lampu harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
dapat dilihat dari jendeta-pelindung.
• Semua kabel harus dipasang dalam pipa dan ditanam
dalam tembok (dinding sel) minimum sedalam 1 cmdari
permukaan dinding.
• Semua lampu harus dapat dilayani dari luar sel.
• Semua kotak kontak yang ada di dalamnya harusdapat
dilihat dari jendelapelindung.

62
• Dalam ruang di daerah panas sekitar sel radioaktif yang
mengandung udara radioaktif, semua pipa instalasi listrik
sedapat mungkin harus ditanam dalam tembok. Kabel yang
ada di plafon sepaya ditunjang dengan baik denganketinggian
minimum 3 meter.
• Semua permukaan sakelar, tusuk kontak, dan kotak kontak
harus terdiri dari bahan yang tidakmudah terbakar, harus licin,
kuat dan tanpa lekukan yang tajam. Pemasangan dalam
dinding harus rata dalam satubidang

63

10. Perusahaan kasar


• PHBK dalam perusahaan kasar harus berupa lemari
hubung bagi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a) harus tertutup;
b) harus tahan terhadap kerusakan mekanis.
• Semua jenis konduktor yang dipasang, harus dipasang
dalam pipa instalasi atau sekurang-kurangnya dengan
jalur konduktor tertutupyang cukup kuat.
• Untuk konduktor rendah hanya boleh digunakan
konduktor, yang berselubung karet atau bahan yang sama
mutunya, fleksibel dan berkonstruksi kuat, atau juga
konduktor jenis lain dengan pelindung logam yang
fleksibel.

64
• Kotak kontak, tusuk kontak, atau sakelar harus
dilengkapi dengan seiungkup dari logam, atau dari
bahan lain yang cukup kuat dan tahan terhadap
kerusakan mekanis.
• Lampu pencahayaan harus dipasang atau dilindungi
sedemikian rupa sehingga cukup terhindar dari
kerusakan mekanis.

65

11. Pekerjaan dalam ketel uap,


tangki dan bejana logam
lainnya
• Untuk keperluan alat pencahayaan dan alat listrik lainnya pada
pekerjaan dalam ketel uap, tangki, dan bejana logam lainnya
tidakboleh menggunakan voltase lebih dari 50 V.
• Dengan voltase lebih dari 50 V maka bagian logam dari ketel
uap atau bejana logam lainnya harus dibumikan dengan baik
pada suatu titik.
• Untuk konduktor fleksibel hanya boleh digunakan konduktor
fleksibel berselubung karet dengan konstruksi kuat atau
berselubung bahan lain yang sama mutunya, atau konduktor
yang berperisai logam fleksibel.

66
• Pada voltase lebih dari 50 V, jika digunakan konduktor
dengan perisai logam
• fleksibel, dibagian dalam perisai logam itu harusberselubung
karet atau selubung yang sama mutunya.
• Jika pada peluncur, dok, galangan kapal dan sebagainya,
digunakan tenaga listrik, badan kapal dari logam harus
dibumikan dengan baik.
• Untuk pemasangan instalasi listrik pada peluncur, dok,
galangan kapal dan sebagainya, berlaku ketentuan dalam ruang
lembab dan ruang kasar.

67

12. Derek dan lift listrik

• Bagian derek dan lit yang dapat dimasuki orang, harus


dirancang sedemikian rupa sehingga sentuhan terhadap
kolektor atau saluran kontak tidakmungkin terjadi.
• BKTdari derek dan lift harus dilengkapi dengan konduktor
proteksi yang baik atau ditempuh cara proteksi lain yang
setaraf, untuk mencegah terjadinya voltase sentuh yang
berbahaya.
• PHBKpada instalasi derek dan lift harus berbentuk lemari
tertutup atau berbentuk lainyang setaraf.

68
• PHBKdengan relai otomatis, baik sebagai
pengendali jauh maupun sebagai pengendali lain
yang sejenis, boleh dipasang menyimpang dari
ketentuan instalasi diatas, asalkan PHBKitu
dipasang dalam ruang lain yang terpisah. Selain
itu harus diamankan pula terhadap sentuh tak
langsung, misalnya dengan insulasi proteksi.

69

• Derek harus dapat langsung dimatikan dari tempat


operator, selain itu suplai tenaga harus dapat dimatikan
pula dengan pemutus sirkit yang Ietaknya di lantai ruang
kerja tidak jauh dari tempat operator bekerja.
• Konduktor berinsulasi karet atau bahan yang setaraf harus
dipasang dalam pipa instalasi atau jalur konduktor tetutup
dan tahan kerusakan mekanis. Konduktor jenis lain harus
diberi perlindungan yangsetaraf.
• Konduktor fleksibel yang sering dipindah-indahkan, hanya
boleh digunakan jika berinsulasi karet dengan konstruksi
kuat, konduktor berinsulasi lain yang setaraf dengan
perisai logam yang fleksibel.

70
• Periengkapan rem yang dilayani dengan listrik, harus
dibuat sedemikian rupa sehingga rem itubekerja dengan
sendirinya, jika voltasenya hilang.
• Tinggi angkat beban harus dibatasi dengan sakelar
pembatas.
• Sakelar pembatas harus dipasang pada ujung dari tiap
arah gerak alat.
• Instalasi lift dengan penggerak tromol harus dilengkapi
dengan otomat yang dapat menghentikan tromol apabila
voltase tarik pada kabel gantung menjadi lebih keci! dari
voltase taik dalam keadaan kerja normal dan lift kosong
atau bila beban melebihi kapasitasmaksimum.
• Pintu masuk lift harus diatur sedemikian rupa sehingga
lift tidak dapat bekerja bila pintu belum tertutup
sempurna.

71

13. Instalasi rumah dan


gedung khusus
a) Gedung petunjukan dsb;
b) instalasi listrik desa dan rumah sederhana di desa;
c) instalasi sementara;
d) instalasi semi permanen;
e) Instalasi pembangunan;
f) instalasi genset darurat;
g) instalasi pencahayaan darurat;
h) instalasi listrik di dalam kamarmandi.

72
14. Instalasi listrik desa

• Yang dimaksud dengan instalasi listik desa adalah instalasi


listrik untuk pembangkitan, distibusi, pelayanan, dan
pemakaian tenaga listrik di desa dengan konstruksi yang
disederhanakan.
• Instalasi listrik desa hanya berlaku bagi daerah perdesaan (di
desa), dan diterapkan pada satu lokasi atau kasus berdasarkan
kondisi yang masih memerlukannya dengan memperhatikan
persyaratan-persyaratannya.

73

• Ketentuan dalam pasal ini diperuntukan bagi instalasi


rumah sederhana di desa dengan batas alat pembatas
arus maksimum 10 A dan voltase nominal maksimum 230
volt fase tunggal.
• Instalasi-rumah sederhana tidak memerlukan gambar
instalasi.
• Instalasi-rumah sederhana boleh dipasang oleh
pelaksana instalasi listrik desa yang telah disahkan oleh
instansi yang berwenang.
• Instalasi dipasang terbuka, kabelnya dipasang pada
permukaan dinding, tiang rumah dan bagian dari
bangunan lainnya yang terbuat dari atau dialasi dengan
kayu/papan dan bahan lainnya yang tidak mudah tersulut
api.

74
• PHBKyang digunakan harus dari jenis tertutup dengan
kotak dari bahan yang tidak mudah terbakar. PHBK
dipasang pada dinding tembok atau papan.
• Konduktor digunakan kabel berinsulasi ganda (misalnya
NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal
dengan penampang tiap intinya minimum 1,5 mm2.
• Jumlah titik beban maksimum sembilan buah,termasuk
kotak kontak sejumlah maksimum tigabuah.

75

• Kotak kontak yang digunakan harus dari jenis yangdilengkapi


kontak proteksi, dan dipasang setinggi minimum 1,25 m dari
lantai.
• Pembumian untuk instalasi rumah sederhana dilaksanakan
dengan memasang elektrode bumi yang dihubungkan dengan
terminal pembumiari pengaman pada PHBKsecara langsung
atau melalui meter kWh.

76
15. Instalasi sementara

Instalasi Listrik sementara dibedakan menjadi :


• instalasi sementara
• instalasi semi sementara
• instalasi dalam masa pekerjaanpembangunan

77

• Yang dimaksud dengan instalasi sementara adalah


instalasi yang hanya dipakai untuk suatu waktu pendek
tertentu saja. Instalasi untuk penerangan pesta dihalaman
misalnya dianggap sebagai instalasi sementara
• Untuk instalasi sementara diperbolehkan beberapa
penyimpangan dari peraturan yang berlaku untuk instalasi
tetap.

78
16. Instalasi dalam pengerjaan
bangunan
• Lemari hubung bagi yang digunakan harus diberi perlindungan
terhadap percikan air.
• Ditempat-tempat yang lembab, instalasi yang diperlukan harus
dipasang sedemikian hingga tidak terkena air dan sedapatmungkin
berada diluar jangkauantangan.
• Instalasi-instalasi sementara umumnya diperlakukan dengan kasar.
Karena itu bahan yang digunakan harus cukup kuat, kalau harus
digunakan berulangkali, instalasi-instalsi ini harus mudahdibongkar,
disimpan dan diangkut

79

17. Instalasi generator


(genset) darurat
• Keadaan darurat adalah keadaan yang tidak biasa atau tidak
dikehendaki yang membahayakan keselamatan manusia,
bahaya kebakaran dan keamanan bangunan serta isinya, yang
ditimbulkan karena penyediaan listrik utamatergariggu.
• Pencahayaan darurat pada umumnya dipasang di gedung-
gedung umum yang banyak dikunjungi orang seperti hotel,
pasar, toserba, gedung pertunjukan, tempat ibadah,
gelanggang olah raga, rumah sakit dan gedung lainnya yang
sejenis.

80
• Genset darurat dapat menyediakan daya untuk beberapa
keperluan seperti pendinginan, pelayanan alat bantu
pemapasan mekanis, ventilasi jika penting untuk keselamatan
jiwa, pencahayaan dan tenaga untuk kamar operasi di rumah
sakit, sistem alarm kebakaran, proses industri yang bila aliran
listrik terputus dapat menyebabkan bahaya yang serius,
komunikasi dan hal lain yangsejenis.

81

• Perlengkapan tidak boleh diletakkan pada daerah yang


memungkinkan terendam air. Ruang penempatan generator
dan PHBK-nya sebaiknya terpisah dari ruang PHBKutama atau
dipisahkan dengan dinding tahan api, dengan masing-masing
pintu masuk. PHBKkeadaan darurat utama membutuhkan juga
tempat/ruang yang terpisah. Untuk menghadapi kebocoran
yang berbahaya dari bahan bakar atau air, sebaiknya
disediakan sistem penampungan dan saluran pembuangnya.

82
• Jalan ke luar masuk diatur sedemikian rupa sehingga
tidak akan tertutup oleh bangunan baru di kawasan
tersebut. Harus dilakukan tindakan dan penyediaan
sarana untuk memperkecil akibat buruk dari suara
dan asap ketika pusat pembangkitan darurat
digunakan

83

• Ruang harus tahan kerusakan dan terpisah dari bagian gedung


lainnya dengan konstruksi tahan api yang memenuhi syarat.

• Tidak boleh ada pipa pelayanan lain yang masuk ke ruang ini
selain pipa untuk sistem darurat ini dan pipa proteksiterhadap
api. Jika perlu untuk menembus atau memecah tembok maka
ketentuan tahan api dan tingkat kebisingan arus tetap
terpenuhi.

84
• Pintu ke luar masuk bangunan instalasi harus disesuaikan
untuk keperluan pemasangan perlengkapan, pemeliharaan dan
penggantian bagian perlengkapan jika diperlukan. Semua pintu
harus membuka ke luar dan sebaiknya dilengkapi dengan alat
yang bisa menutup sendiri.
• Luas bangunan bergantung pada susunan clan ukuran
perlengkapan yang bergantung pada kapasitas sistem. Harus
tersedia jarak sekurang-kurangnya 3/4 m sekitar perlengkapan
guna perawatan perlengkapan.

85

• Ventilasi udara harus diatur sedemikian rupa sehingga


udara dapat mengalir sehingga suhu mesin tidak naik
melampaui batas suhu kerja bila mesin beoperasi terus
menerus. Ujung saluran di tembok sebelah luar tidak
boleh berjarak kurang dari 3 m dari lubang-lubang
terbuka atau gedung di sebelahnya.
• Harus disediakan perlengkapan pemadam api manual
yang dapat mencakup ruang tersebut.
• Harus ada lampu yang dinyalakan oleh baterai yang
terpisah dari baterai untuk keperluan asut maupun
keperluan kendali. Kapasitas baterai harus sekurang-
kurangnya dapat menyalakan lampu yang bersangkutan
selama 30 menit.

86
REF. K3 LISTRIK DI RUMAH SAKIT
PUIL-1987
PASAL 860 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Klasifikasi :
Kelompok 1 : Instalasi untuk Utilitas bangunan, bila
terputus tidak berpengruh langsung
terhadap pasien

Kelompok 1 E : Instalasi listrik untuk intalasi medik, yang


berfungsi langsung dengan penderita, bila
terputus dari dalam tempo kurang 10 detik
harus segera mendapat catu daya
pengganti khusus (CDPK)

Kelompok 2 E : Instalasi listrik untuk intalasi medik


berfungsi langsung dengan penderita, bila
terputus harus langsung mendapat catu
daya pengganti khusus (CDPK)

87

Sistem distribusi listrik di rumah sakit

Sumber Normal Sumber Emergency


Baterai atau
G Motor Generator

< 10 dt < 0,5 dt

RUANG RUANG RUANG


KELOMPOK 1 KELOMPOK 1E KELOMPOK 2E
88
I•nPsetrasylaarsaitalinstdraiklamdipdaasalalm
i nimkaelmipuatripmearsnyadriatan
untuk instalasi listrik yang dipasang di dalam
kamar mandi, dimana dimungkinkan terdapat
bak rendam (bath tub), pancuran air untuk
mandi dan daerah di sekelilingnya, dimana
terdapat bahaya terkena kejut listrik yang lebih
tinggi disebabkan oleh turunnya resistan tubuh
manusia dan kontak tubuh dengan potensial
bumi

89

• Zone 0 merupakan bagian dalam dari bak rendam, bak


mandi atau bak pancuran mandi.
• Zone 1 dibatasi oleh bidang vertikal mengeliling bak
rendam dan bak pancuran air, dan untuk pancuran air
tanpa bak , dan bak mandi, masing-masing merupakan
bidang vertikal 0,60 m dari kepala pancuran dan dari
pinggir bak mandi, dan oleh lantai serta bidang horisontal
2,25 m di ataslantai.
• Zone 2 dibatasi oleh bidang vertikal di luar zone 1 dan
suatu bidang vertikal yang paralel dan berjarak 0,60 mdi
luar Zone2,
• Zone 3 dibatasi oleh bidang vertikal di luar Zone 2 dan
sebuah bidang vetikal yang paralel dan berjarak 2,40 m di
luar Zone 2. dan oleh lantai seta bidang paralel 2,25 m di
atas lantai.
90
91

• IEC60079
• ATEX(Explosive Atmoshperes)
• CSB(Chemical and Safety Hazard
Investigation Board)
• SNI 0225:2011
• MSDS (Material Safety Data Sheet)

92
LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICALINSTALLATION IN HAZARDOUSAREA

ZONA0

ZONA2 ZONA1
ZONA1

FUELSTATION
93

LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICALINSTALLATION IN HAZARDOUS AREA

ZONA 0

ZONA 1
ZONA 2

ZONA1

NaHSPLANT

94
NaHS PLANTAREA

Zone 1

95

REAGENTPLANTAREA

• MARKING ZONEAREA

Zone 0 Zone 1

Zone 1 dan Zone 2

96
VISIT REPORT
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA

FUEL STATION NaHS PLANT

97

Dengan demikian maka


Teknisi K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Instalasi
dan Ruang Khusus
==oo00oo==

98
PEMBINAAN TEKNISI

K3 LISTRIK
II. KELOMPOK INTI :

II.11.
Praktek
II.11.
Praktek

1
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan


Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.1.
Identifikasi potensi
bahaya listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.1.
Identifikasi potensi
bahaya listrik

Electrical Hazards (Bahaya Listrik)


Electrical Safety Handbook- PUIL 2011
John Cadick, based on Page 5 : Page 6 - 8
NFPA70E, OSHA, NEC, NESC Pada Instalasi, ada bahaya : Proteksi untuk keselamatan :

Shock a). Arus kejut listrik 1).Terhadap kejut listrik


(Sentuh Langsung & tak langsung)

Arc : b). Suhu berlebihan yang


mungkin mengakibatkan
2).Terhadap Efek termal

Arc Flash, Fire kebakaran, luka bakar atauefek


cidera lain

f). Busur api listrik, yang


mungkin menyebabkan efek
menyilaukan, tekanan yang
berlebihan atau gas racun

Blast : c). Penyulutan atmosfer ledak 3). Terhadap Arus lebih


Blast caused by lack of maintenance, yang potensial 4). Terhadap Arus gangguan
Blast caused by lack of Interrupting
Rating
d). Voltase kurang, voltase lebih 5). Terhadap Gangguan voltase
dan pengaruh elektromagnetik dan tindakan terhadappengaruh
yang mungkin menyebabkan Elektromagnetik
cidera atau kerusakan
e). Pemutusan supla idaya 6). Terhadap Pemutusan Suplai
Other hazards dan/atau pemutusanpelayanan Daya
keselamatan
g). Gerakan mekanis 7). Perlengkapan danInstalasi
perlengkapan yangdigerakkan listrik
listrik
2
HATI-HATI MENGUTIP PUIL 2011,
Karena banyak bagian-bagian yang telah dibatalkan (di-amandemen)
PUIL 2011 Asli PUIL 2011 Amandemen
Bagian 4-42: Proteksi untuk Amademen 2, 15 September 2014 :
keselamatan – Proteksi terhadap efek Bagian 4-42: Proteksi untuk
termal keselamatan – Proteksi terhadap efek
termal (Judul sama, isinya berubah)

Bagian 5-52: Pemilihan dan pemasangan Amademen 1, 7 Maret 2013 :


perlengkapan listrik – Sistem Bagian 5-52: Pemilihan dan pemasangan
Perkawatan. perlengkapan listrik – Sistem
Perkawatan (Judul sama, isinya
berubah)
Bagian 5-54: Pemilihan dan pemasangan Amademen 3, 16 April 2014 :
perlengkapan listrik – Susunan Bagian 5-54: Pemilihan dan pemasangan
pembumian, konduktor proteksi dan perlengkapan listrik - Susunan
konduktor ikatan proteksi. pembumian dan konduktor proteksi.
(Judul sama, isinya berubah)

Bagian 5-55: Pemilihan dan pemasangan Amademen 4, 16 Maret 2015 :


perlengkapan listrik – Perlengkapan lain Bagian 5-55: Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik – Perlengkapan lain
(Judul sama, isinya berubah)

Bagian 7 : Pemilihan dan pemasangan  Amademen 1, 7 Maret 2013 : :


perlengkapan listrik – Konduktor dan Menjadikan Bagian 7 ini sebagai
pemasangannya. Lampiran K dari Bagian 5-52
Amandemen 1 tersebut (Judul sama,
isinya berubah) 3

Mengidentifikasi potensi bahaya listrik “senada” dengan


Cara mencegah bahaya listrik
Cara mencegah bahaya SHOCK Ada potensi Bahaya SHOCK,
jika :
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara sengaja 1. Ada seseorang yang membiasakan diri mencoba secara maupun
tidak sengaja memegang benda-benda logam sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-benda yang kemungkinan
bisa ada tegangan listriknya. logam yang kemungkinan bisa ada teganganlistriknya.

2. Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan. 2. Ada bagian-bagian terbuka yang bertegangan yang
tidak diisolasi
3.Beritutup yang aman pada bagian-bagian yang 3. Ada bagian-bagian yang bertegangan, tetapi tidak bertegangan
diberi diberi tutup yang aman
4.Beri
pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan 4. Ada bagian-bagian bertegangan yang kemungkinan bisa yang
kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak tersentuh manusia secara tidak sengaja, tetapi tidak diberi sengaja,
pasang peralatan Interlocking (bila perlu). pagar pengaman.

5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik 5. Ada Instalasi listrik yang tidak dipasangGrounding.

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang 6. Ada bagian-bagian yang kemungkinan bisa bertegangan kemungkinan
bisa bertegangan (misalnya frame dari (misalnya frame dari motor, dan lain-lain) tetapi tidak motor, dan lain-lain)
dipasang Grounding

7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) dengan 7. Ada instalasi listrik tegangan rendah (terutama indoor)
sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB adalah yang tidak dipasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) GPAS
(Gawai Proteksi Arus Sisa), alias RCCB (Residual dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB Current
Circuit Breaker), alias RCD (Residual Current adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa), alias RCCB Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter). (Residual Current Circuit Breaker), alias RCD (Residual
Current Detector), alias GFCI (Ground Fault Current
Interrupter).
8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu 8. Tidak diLaksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan
pekerjaan listrik. melakukan pekerjaan listrik.

9. Gunakan PPE yang tepat, baik, dan benar 9. Tidak diGunakan PPE yang tepat, baik, danbenar

4
Mengidentifikasi potensi bahaya listrik “senada” dengan
Cara mencegah bahaya listrik
Cara mencegah bahaya Ada potensi Bahaya
ARC FLASH ARC FLASH , jika :
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, harus 1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, listriknya
selalu listriknya dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali TIDAK dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali terpaksa.
terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan 2.Tidak dilakukan kemungkinan untuk menghindari
pastikan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse) terjadinya short circuit, dan tidak ada alat proteksi (CB
atau Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition) dan 3.Tidak ada upaya menghindari Kondisi tidak aman (Unsafe
Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act) condition) dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Tidak digunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang tepat, baik dan dan benar
benar

Cara mencegah bahaya Ada potensi Bahaya


ARC yang bisa menimbulkan ARC yang bisa menimbulkan
Kebakaran (FIRE) Kebakaran (FIRE), jika :
1.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan 1.Tidak dilakukan kemungkinan untuk menghindari
harus ada alat proteksi (CB atau Fuse) terjadinya short circuit, dan tidak ada alat proteksi (CB
atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yangbaik 2.Tidak digunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang
baik

3. Gunakan jenis kabel yang benar 3. Tidak digunakan jenis kabel yang benar

4.Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA 4.Tidak digunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya. (Ampacity)nya.

5. Hindari terjadinya “Loss connection” 5. Tidak ada upaya mengHindari terjadinya “Loss
connection” 5

Mengidentifikasi potensi bahaya listrik “senada” dengan


Cara mencegah bahaya listrik

Cara mencegah bahaya Ada potensi Bahaya BLAST


BLAST karena karena Pemeliharaan yang
Pemeliharaan yang kurang baik kurang baik pada Peralatan,
pada Peralatan jika :
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, dan CM) 1.Tidak dilaksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
sesuai dengan prosedur-prosedur pemeliharaan dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur pemeliharaan
(Maintenance Prosedures). (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap 2. Tidak di Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM) pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang Ada potensi Bahaya BLAST yang


terjadi karena terjadi karena Interrupting
Interrupting Rating yang tidak Rating yang tidak benar pada CB
benar pada CB & Fuse & Fuse, jika :
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit 1. Tidak ada upaya menghindari kemungkinan terjadinya
short circuit
2.Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit Breaker 2. Tidak dipastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit
adalah lebih besar daripada Maximum Short Circuit pada Breaker adalah lebih besar daripada Maximum Short titik
terjadinya short circuit tersebut. Maximum Short Circuit pada titik terjadinya short circuit tersebut. Circuit pada setiap
titik Bus dihitung menggunakan Maximum Short Circuit pada setiap titik Bus dihitung software misalnya ETAP (Electrical
Transient Analizer menggunakan software misalnya ETAP (Electrical Program), atau dengan menggunakan Tabel seperti
contoh Transient Analizer Program), atau dengan menggunakan dari PLN. Tabel seperti contoh dari PLN.

6
Mengidentifikasi potensi bahaya listrik “senada” dengan
Cara mencegah bahaya listrik

Cara mencegah bahaya listrik Ada potensi Bahaya listrik


lainnya lainnya, jika :
a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang a. Ada Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik pekerjaan pemeliharaan listrik

b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan b. Ada radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik pemeliharaan listrik

c. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan c. Ada kemungkinan seseorang bisa terpeleset ketika
pemeliharaan listrik sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

d. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan d. Ada kemungkinan seseorang bisa jatuh dari ketinggian
pekerjaan pemeliharaan listrik ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

e. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika e. Ada kemungkinan seseorang bisa tersentuh panas pada
sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik peralatan listrik ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik

f. Dan lain-lain: f. Ada bahaya lain-lain:


.............................................................................. ..............................................................................
. .
.............................................................................. ..............................................................................
. .
.............................................................................. ..............................................................................
. .
.............................................................................. ..............................................................................
. .

Personal Pretective Equipment (PPE), atau


Alat Pelindung Diri (APD)

GUNAKAN ALAT
PELINDUNG DIRI(APD) Penutup
Kepala/Helm
Kacamata Pelindung
Masker

Identitas (ID)
Baju Lengan Panjang
Sarung Tangan
Sabuk Keselamatan

Sepatu Keselamatan

8
Do and Don’t
(Yang boleh dan Yang tidak boleh)

10
x

11

12
x

13

14
x

15

16
x

17

18
x

19

20
x

21

22
x

23

24
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

 III.2.
 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Pekerjaan
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.2.
Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K)
di Pekerjaan Listrik
1

2. Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan (P3K) di
pekerjaan listrik
1. Penyelamatan korban

 Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang


aman sebelum dilakukan pertolongan pertama.

Pemisahan si korban dari aliran listrik 2


Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama
harus dilakukan oleh orang yang berkompeten.

Tindakan pertolongan pertama.

III.2.2. Pertolongan pertama pada kecelakaan listrik

Menurut PUIL, Pertolongan pertama pada kecelakaan listrik


adalah sebagai berikut :

E.1. Ketentuan
Pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik, biasanya
penderita terjatuh setelah aliran listrik putus. Jika tempat
kejadian itu membahayakan, misalnya di atas tiang, atap yang
landai, atau kuda-kuda bangunan, sering orang mengalami
kecelakaan yang lebih berat. Dalam hal ini pertolongan pertama
pada kecelakaan (PPPK) yang dilakukan oleh seorang ahli atau
pembantu dokter, tidak dimaksudkan untuk mengambil alih
tugas dokter melainkan semata-mata merupakan pertolongan
darurat sampai dokter datang.

4
2. Cara membebaskan penderita dari aliran listrik

1.Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan


penghantar, dilakukan cara seperti berikut:

a). sedapat mungkin penghantar harus dibuat bebas tegangan


dengan jalan memutuskan sakelar atau melepaskan gawai
pengaman. Atau penghantar ditarik sampai terlepas dari
penderita dengan menggunakan benda kering bukan logam,
misalnya sepotong kayu atau seutas tali yang diikatkan pada
penghantar;

b) penderita ditarik dari tempat kecelakaan;

c)penghantar dilepaskan dari tubuh penderita dengan tangan


yang dibungkus dengan pakaian kering yang dilipat-lipat;

d) penghantar dihubungpendekkan atau dibumikan.

E.2.2. Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk


menghindarkan atau mengurangi pengaruh arus listrik. Ia harus
menempatkan diri pada papan yang kering, kain kering, pakaian
kering atau alas serupa itu yang bukan logam pakaian kering
atau alas serupa itu yang bukan logam (kayu, karet). Jika hal itu
tidak mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain
kering, pakaian kering atau bahan kering serupa itu (kertas,
karet). Pada saat memberikan pertolongan, penolong harus
menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan dengan benda
logam.

6
3. Pertolongan pertama pada penderita luka

1. Luka tidak boleh disentuh dengan tangan


Basuhlah luka dengan air dan obat antiseptik bila luka tampak
kotor. Tutuplah segera luka dengan pembalut luka yang steril
dan kering; jangan membalut luka dengan bahan kain lain
seperti saputangan, kain bekas, atau pita. Apabila bahan yang
steril tidak tersedia, lebih baik luka dibiarkan terbuka. Pembalut
luka hanya dapat menahan luka yang dangkal. Pada waktu
membalut luka, usahakan agar bagian badan yang terluka
diangkat ke atas. Apabila luka sangat dalam dan banyak
mengeluarkan darah, cegahlah pendarahan seperti itu dengan
cara tersebut dalam E.3.2 a).

E.3.2 Macam-macam luka

a). Pendarahan arteri


Pendarahan arteri dapat diketahui karena darah memancar dari
luka. Cobalah menghentikannya dengan membalut luka kuat-
kuat dengan pembalut steril. Jika dengan cara ini tidak berhasil,
tekuklah bagian badan yang terluka itu pada sendinya, misalnya
pada lutut, siku, atau sendi paha, sampai batas maksimum;
kemudian sementara ditekuk, tepat di atas luka ikatlah bagian
badan itu dengan pita kain atau sabuk. Jika masih belum juga
berhasil, gunakanlah torniquet. Jika torniquet tidak ada,
himpitlah arteri bersangkutan dengan kedua ibu jari yang
diletakkan sejajar pada tempat tersebut.

8
b) Luka pada mata
Tutuplah kedua mata dengan kasa steril meskipun cuma satu
mata yang terluka. Jika luka disebabkan oleh bahan kimia
seperti soda, asam keras, amonia, cucilah mata dengan air
bersih. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk membuka mata
selebarlebarnya.

c) Luka bakar
Jika pakaian dari orang yang bersangkutan masih terbakar,
cegahlah orang tersebut berlari-lari. Lemparkan ke tanah,
matikan nyala api dengan membungkus orang tersebut dengan
selimut, atau menggulingkan badan orang tersebut ke tanah.
Bekasbekas pakaian terbakar yang masih menempel pada
badan tidak boleh dihilangkan. Kulit yang melembung tidak
boleh disudat/dipecahkan. Balutlah luka bakar dengan
pembalut khusus untuk luka bakar (konsteril) dan balut
longgar.

Cegah penggunaan tepung, minyak atau salep untuk luka bakar.


Apabila luka bakar sangat luas, tidak boleh dipakai pembalut
sama sekali. Usahakan melindungi penderita luka bakar dari
kedinginan (di tempat-tempat yang berhawa dingin) dengan
menyelimutinya dan menjaga agar selimut tidak kena luka
bakar. Bila penderita shock (gugat), baringkan korban dengan
kepala lebih rendah dan segera kirim ke rumah sakit.

10
d) Luka bakar karena bahan kimia
Apabila luka bakar di bagian luar, maka buka pakaian penderita
dan segera siram dengan air bersih yang banyak untuk
melarutkan bahan-bahan kimia tersebut. Setelah itu balut luka
seperti halnya luka bakar api. Apabila luka bakar di dalam,
misalnya penderita telah terminum asam keras, segera
penderita beri minum air atau air the dan secepatnya bawa ke
rumah sakit.

e)Dalam keadaan pendarahan di dalam badan (dari paru-paru


atau perut) baringkan penderita dan jaga agar penderita tetap
tenang. Hanya dokter yang dapat menolong atau kirim segera
penderita ke rumah sakit. Apabila luka di dalam badan akibat
pukulan yang keras pada perut atau kepala, biasanya penderita
merasa mual dan muntah, penderita tidak boleh diberik minum
atau makan. Kirimkan penderita segera ke rumah sakit dengan
mengusahakan agar penderita selalu diam dalam keadaan
berbaring.

11

E.4. Patah tulang


Tulang yang patah harus diusahakan agar jangan banyak
berberak. Bandutlah bagian itu pada bidai (splints), meskipun
belum tentu tulangnya patah. Untuk lengan yang patah cukup
dipakai satu papan bidai saja, sedangkan untuk kaki diperlukan
dua atau tiga papan.
Sebagai pembalut dapat digunakan pita, kain atau tali yang
lunak. Bandutlah bidai di beberapa tempat sehingga sendi yang
berhubungan dengan bagian badan yang patah tak dapat
bergerak.

Apabila bidai yang khusus untuk tulang patah tidak ada, lengan
yang patah untuk sementara dibandut pada dada (ditekuk pada
sisi) atau digantung dengan kain segitiga; tungkai kaki yang
patah dibandut pada papan atau tongkat. Jika tak ada papan
atau bandut pada tungkai kaki yang utuh. Aturan di atas tidak
berlaku bagi tulang belakang atau tulang punggung yang
patah. Dalam hal ini geserlah penderita dengan hati-hati pada
meja datar yang kuat. Jangan sekali-kali mengangkat badan
penderita.

12
E.5. Keracunan gas

Usahakan agar penderita keracunan gas mendapat udara yang


bersih. Bawalah dia ke luar atau bukalah jendela lebar-lebar.
Gas yang berbahaya ada dua macam, yaitu:

a)Gas yang tidak merusakkan paru, misalnya gas yang


meracuni darah dan syaraf, narkotika, karbon monoksida, asam
sianida, eter, kloroform, uap bensin atau benzol.
Bukalah baju penderita, dan jangan sekali-kali memberi minum
pada penderita yang pingsan. Gosoklah tangan dan kakinya
dengan tangan. Apabila pernafasan berhenti, usahakan
pernafasan buatan, kalau dapat dengan alat penghisap oksigen.

b)Gas yang merusak paru, misalnya klor, fosgen, gas nitro, dan
sulfur dioksida.
Bukalah baju penderita, kemudian jauhkan dia dari baju yang
sudah penuh mengandung gas. Usahakan agar penderita
tenang dan berbaring terlentang, jangan diperbolehkan untuk
berjalan. Apabila penderita sudah sadar, berilah sedikit air kopi
atau air the panas. Dalam hal ini tidak boleh diberi pernafasan
buatan. 13

E.6. Menolong orang tenggelam


Untuk menolong orang yang tenggelam, peganglah ia dari
belakang untuk menjaga keselamatan diri penolong. Peganglah
di bawah ketiak atau dagunya, sementara lutut penolong
didorongkan ke punggung penderita. Jika perlu tutup
hidungnya secara paksa dengan jari.

Setelah penderita sampai di darat, kendurkan semua pakaian


yang menyesakkan dirinya, bersihkan mulutnya dari pasir atau
lumpur, dan lepaskan gigi palsunya, dan penolong berdiri di
tengah-tengahnya dengan kaki mengangkang. Tempatkan
kedua tangan penolong pada perut penderita dekat pada rusuk
yang paling bawah, lalu angkatlah sehingga kepala penderita
merunduk ke lantai dan air ke luar dari mulutnya. Jika
pernafasan berhenti, segera lakukan pernafasan buatan.

14
E.7. Pernafasan buatan
Penyelamatan pada korban kecelakaan kejut listrik dapat
mengagetkan korban dan menghentikan nafas korban. Berikut
langkah-langkah ditempuh untuk memberikan pernafasan
buatan:

a). menyadarkan kembali korban,

b). segera cari pertolongan,

c). periksa reaksi, goyang dengan pelan dan teriak dengan


keras, bila tidak ada reaksi, maka lakukan hal sebagai berikut:

15

1) Pertama 2) Kedua

-letakkan korban pada -baringkan korban pada


sisinya, punggungnya,
-buka mulutnya dan periksa -angkat kepalanya ke
benda-benda asing, belakang
-bila ada, bebaskan jalan dan angkat dagunya ke depan.
pernafasan dengan jari.
4) Keempat
3) Ketiga

16
3) Ketiga 4) Keempat

-periksa nafas, periksa gerakan Berikan dengan cepat 5 kali tiupan


di dada, dengarkan dan pernafasan, dan diikuti dengan
rasakan adanya nafas, satu pernafasan setiap 5 detik (12
-bila tidak ada nafas, maka kali per menit).
pencet hidung sampat tertutup CATATAN Untuk anak di bawah 2
dengan ibu jari dan telunjuk, tahun letakkan mulut anda pada
- tiup ke dalam mulut korban. hidung dan mulut korban dan
berikan
20 tiupan ringan per menit.

17

5) Kelima

Periksa Bila tidak ada Satu orang operator: Dua oramg


denyut denyut, Berikan 15 kali operator:
carotid. letakkan tangan tekanan pada Berikan 5 kali
anda jantung, diikuti tekanan
di tulang dada dengan 2 kali jantung,
sebelah pernafasan dengan selanjutnya satu
bawah. cepat. Lepaskan pernafasan penuh
tekanan pada jantung tanpa
5 cm sebanyak 80 interupsi pada
tekanan per menit. tekanan
jantung dengan
kecepatan 60
tekanan
per menit.

18
6) Keenam
-Bila denyut korban dan pernafasan
alamiah telah kembali, hentikan
penyadaran kembali, dan letakkan
korban pada posisi recovery atau
posisi koma.
-Perhatikan terus korban, untuk
memastikan dia tidak berhenti
bernafas lagi, sampai perawat ahli
mengambil alih.

d). Periksa denyut setelah 1 menit pertama, selanjutnya setiap 3 menit.


Bila denyut kembali, teruskan pernafasan mulut ke mulut sampai
pernafasan kembali.

CATATAN :
Informasi ini hanya merupakan suatu panduan. Disarankan agar petugas
yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan atau perawatan
instalasi listrik, memperoleh pelatihan resmi mengenai cara-cara terbaru
pertolongan menyadarkan kembali korban.

19

BAHAYA :

a)Usahakan keselamatan anda sendiri dan keselamatan korban


dan orang-orang sekeliling.

b) Tegangan tinggi, tunggu sampai suplai daya diputuskan.

c)Tegangan rendah, segera matikan suplai daya. Bila hal ini


tidak dapat dilakukan, maka tarik atau dorong korban dari
hubungan listrik memakai bahan tidak konduktif yang kering
seperti kayu, tali, pakaian, plastik atau karet. Jangan
mempergunakan metal atau apapun yang lembab.

20
8. Pingsan alam
Ada kemungkinan seorang penderita mengalami pingsan alam.
Dalam peristiwa ini, penderita harus dijaga agar tetap hangat
dengan jalan menyelimutinya, dan jika mungkin botol berisi air
panas ditempatkan pada kakinya.

9. Minuman perangsang
Minuman perangsang tidak boleh diberikan kepada penderita
yang pingsan. Minuman panas tidak boleh diberikan kecuali
penderita sudah benar-benar sadar.

21

E.10. Keselamatan kerja

a) Tersedianya alat untuk pertolongan.

b)Setiap kecelakaan yang membutuhkan pengobatan,


pertolongan, atau perawatan, terlebih dulu harus dilaporkan
secepat mungkin kepada orang yang diberi wewenang
mengepalai pekerjaan yang bersangkutan, yang selanjutnya
akan melaporkan kejadian itu secara terinci kepada ahli teknik
atasannya.

c)Setiap kecelakaan harus dicatat dalam sebuah buku statistik


kecelakaan, yang antara lain harus berisi data berikut:

1). nomor urut,


-Bila denyut korban dan pernafasan alamiah telah kembali,
hentikan penyadaran kembali, dan letakkan korban pada posisi
recovery atau posisi koma.
-Perhatikan terus korban, untuk memastikan dia tidak berhenti
bernafas lagi, sampai perawat ahli mengambil alih.

22
2) nama penderita,

3)jam, hari, tanggal, dan tahun terjadinya kecelakaan,

4). sebab kecelakaan,

5) macam dan akibat kecelakaan,

6)pertolongan pertama yang diberikan dengan menyebutkan


jam, tanggal, dan macam pertolongan pertama tersebut,

7)nama saksi yang melihat kecelakaan, dan

8). keterangan lain yang diperlukan.

d). Ruang kerja listrik yang dengan teratur dan terus-menerus


dilayani dan dijaga oleh petugas, misalnya pusat pembangkit
listrik, gardu induk, gardu hubung, bengkel listrik dan gudang,
harus dilengkapi perlengkapan pencegah bahaya kebakaran. Di
tiap ruang harus tersedia alat pemadam kebakaran racun api
(brandblusser) dengan isi obat racun api yang cukup, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
23

e)Ruang kerja listrik yang dengan teratur atau terus menerus


dilayani atau dijaga oleh petugas, seperti pusat pembangkit
listrik, gardu induk, gardu hubung, dan bengkel listrik, harus
dilengkapi perlengkapan kecelakaan seperti obat-obatan
(PPPK), tanda, tandu, dan lain sebagainya.

f)Pada ruang kerja listrik berbahaya seperti pusat pembangkit


listrik, gardu induk, gardu hubung, gardu distribusi, bengkel
listrik, gudang listrik harus dipasangi papan larangan masuk
bagi setiap orang yang bukan petugas (yang tidak
berkepentingan).

g)Dalam ruang kerja listrik berbahaya para petugas harus


menggunakan pakaian kerja yang baik, kering dan cocok
menurut keadaan iklim dan aman sesuai dengan sifat
pekerjaan yang dihadapi.

h)Selain ketentuan di atas harus diperhatikan pula peraturan


keselamatan kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah.

24
Pembinaan Teknisi K3
Listrik

IV.1
Evaluasi
(Teori)
IV.1.
Evaluasi (Teori)

Anda mungkin juga menyukai