Republik Indonesia
Materi
Pembinaan
Teknisi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
(K3) Listrik
2015
DAFTAR ISI
MATERI PEMBINAAN TEKNISI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3 No. : Kep.48/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan
Calon Teknisi K3 Bidang Listrik.
I. KELOMPOK DASAR :
1. Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
2. Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik
IV.1 EVALUASI :
IV.1. Evaluasi (Teori)
Pembinaan Teknisi K3 Listrik
I. KELOMPOK DASAR :
I.1.
Kebijakan
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
I. KELOMPOK DASAR :
I.1.
Kebijakan Pembinaan
dan Pengawasan K3
MD1.
KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN K3
PEMBINAAN
TEKNISI K3 BIDANG LISTRIK
2
Tujuan Instruksional Umum
Pembinaan Teknisi K3 bidang Listrik bertujuan
memberikan pengetahuan sekurang-kurangnya:
• Memahami Filosofi K3
• Memahami regulasiK3
• Memahami mekanisme Pembinaan dan Pengawasan
K3
• Memahami Kelembagaan K3 dan SDM K3 bidang
listrik
• Memahami pelaksanaan 5 (lima) prinsip dasarSMK3
• Memahami Mekanisme penilaian penerapanSMK3
4
1. Tujuan Pelaksanaan K3
• setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional;
• setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin pula keselamatannya;
• setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan effisien;
•Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No. 225 dan
Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat uap ( sampai saat
ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan Peraturan Uap).
8
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia
• Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927 No. 214)
• Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang mengatur pengawsan
terhadap bahan yang mengandung racun (pabrik cat, accu, percetakan dll)
• Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143 dan no. 10 tahun
1932 dan tahun 1933, mengatur pengawasan terhadap pelaksanaan undang-
undang dan peraturan petasan.
10
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia
• Peraturan-Peraturan Khusus :
• Peraturan khusus Direktur pekerjaan Umum No. 119966/Swt.
• Peraturan Khusus AA untuk P3K
• Peraturan Khusus BB tentang Instalasi listrik arus kuat dalam pabrik,
bengkel dan bangunan (dicabut)
• Peraturan khusus CC mengenai pabrik gula
• peraturan khusus DD untuk Bejana berisi dengan udara yang dikempa
dan dipergunakan utnuk menggerakkan motor bakar (dicabut)
• Peraturan khusus EE mengenai perusahaan, pabrik dan bengkel yang
menggunakan bahan mudah terbakar (dicabut)
• Peraturan Khusus FF mengenai perusahaan, bengkel yang membuat,
memakai gas dalam botol baja (dicabut)
11
12
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia
13
14
4. UU Nomor 1 Tahun 1970 dan
Peraturan Pelaksanaannya
1. Pengertian tempat kerja
15
16
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970
17
4. Pola Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 dilaksanakan secara menyeluruh
di setiap kegiatan :
perencanaan
pembuatan/pemasangan
pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan
18
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970
5. Pengawasan
Pengawasan K3 dilakukan oleh
• Pengawas ketenagakerjaan
• Ahli K3
19
6. Kewajiban Pengurus
menjamin kesehatan pekerja
memberikan pembinaan K3
membentuk P2K3
melaporkan kecelakaan kerja
menjamin orang lain selain pekerja yang berada
ditempat kerja
menyediakan sarana K3 dan Alat pelindung diri
20
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970
21
8. Sanksi
hukum denda dan kurungan
tindakan pidana merupakan pelanggaran
22
Peraturan Pelaksanaan UU No 1 tahun
1970
PeraturanPemerintah
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang
PengawasanAtas Peredaran,
Penyimpanan dan PeredaranPestisida
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Menteri TenagaKerja
Pedoman teknik pelaksanaan K3
23
24
5. Sistem Pengawasan K3 Nasional
25
26
7. Tugas dan Fungsi Pengawas Ketenagakerjaan
dalam melakukan Pembinaan dan Pengawasan K3
27
28
8. Kelembagaan dan Personil K3 : PJK3, P2K3,
Dewan K3, Asosiasi K3 dan Pusat K3/Balai K3
29
30
9. Dokumen Surat penunjukan
PJK3 dan Ahli K3
• Contoh SKPPJK3
• Sertifikat SKPdan Kartu Kewenangan
31
32
10. Pedoman pembinaan calon Ahli
K3 bidang listrik dan teknisi K3Listrik
Bertujuan untuk
a. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pelaksanaan norma K3 listrik di
tempat kerja;
b. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pembinaan danpengawasan
norma K3 listrik di tempat kerja;dan
c. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, pemeliharaan dan
pemeriksaan serta pengujian instalasi,perlengkapan
dan peralatan listrik secara aman di tempat kerja
33
• templet checlist
34
Contoh Sertfikat, SKPdan kartu
Kewenangan
35
36
lanjutan 12. Tugas..
37
38
Quis
• Sebutkan Kewajiban pengurus
perusahaan/tempat kerja terkait K3!
• Sebutkan Peraturan yang menjelaskan tugas
dan kewenangan Ahli K3 bidang Listrik !
• Sebutkan tugas ahli K3 bidang Listrik !
39
Terimakasih
40
Pembinaan Teknisi K3 Listrik
I. KELOMPOK DASAR :
I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
I. KELOMPOK DASAR :
I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3 Listrik
MD2.
Pembinaan dan pengawasannorma
K3 Listrik
2
1. Pola Pembinaan dan Pengawasan
Norma K3Listrik
• Perencanaan /gambar rencana
• pembuatan/pemasangan
• Penggunaan
• Pemeriksaan dan pengujian pertama
• pemeliharaaan
• pemeriksaan dan pengujian berkala
4
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
6
Standar Kelistrikan yang sebagai acuan
a.Standar Nasional Indonesia;
b.Standar Internasional; dan/atau
c.S tandar Nasional Negara lain yang
ditentukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.
8
Lanjutan 3. Persyaratan
Lanjutan 3. Persyaratan
10
Lanjutan 3. Persyaratan
11
Lanjutan 3. Persyaratan
• Pengesahan
– Hasil pemeriksaan dan pengujian sesuai
standar
– dilakukan oleh oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan
Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3
– diterbitkan oleh Dinas yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan provinsi
12
Lanjutan 3. Persyaratan
• Pemeriksaan berkala
– 1 (satu) tahun sekali
• Pengujian berkal
– 5 (lima) tahun sekali
• hasil pemeriksaan dan pengujian
– dilaporkan ke dinas yang membidnagi
pengawasan setempat
– sebagai bahan pembinaan dan penegakan hukum
13
Lanjutan 3. Persyaratan
14
4. Checklist pemeriksaan persyaratan
K3 listrik
• templet
15
16
Bahaya kejut listrik
6. Bahaya Listrik
• Dampak arus listrik bagi tubuh manusia
– gagal kerja jantung
– gangguan pernafasan
– kerusakan sel
– terbakar
• Tiga Faktor penentu tingkat bahaya listrik
– tegangan
– arus
– tahan
18
Keterangan :
Ru1 = Tahanan penghantar
Rki = Tahanan tubuh
Ru2 = Tahanan penghantar
Rk = Tahanan total = Ru1 + Rki +
Ru2
19
20
• Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat
Sengatan Listrik
– Besar arus listrik
– Lintasan aliran arus dalamtubuh
– Lama waktu terkena sengatan listrik
21
22
7. Sistem pengamanan terhadap bahaya
listrik
• Pengamanan terhadap sentuhan langsung
– isolasi
23
– penghalang
– Menggunakan
peralatan
INTERLOCKING
24
• Pengamanan terhadap
tegangan sentuh (tidak
langsung)
– Pentanahan
(Grounding/Earthing)
25
• Alat Proteksi
Otomatis
– Residual Current
Device (RCD), Earth
Leakage Circuit
Breaker (ELCB)dan
Ground Fault
Circuit Interruptor
(GFCI)
26
• Pengaman pada
peralatan
portabel
– Alat Kelas Idan
Kelas II
27
• umum
Hanya orang-orang yang berwenang, dan
berkompeten yang diperbolehkan bekerja pada
atau di sekitar peralatan listrik
Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan
prosedur (jangan merusak atau membuat tidak
berfungsinya alat pengaman)
Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja
di daerah instalasi listrik
28
lanjutan umum
29
lanjutan 8. prosedur
• Khusus
– Prosedur
Lockout/Tagout
30
9. Bahaya dan pengendalian
Kebakaran dan Peledakan akibat listrik
• Penyebab
Kebakaran dan
Peledakan
– Ukurankabel
yang tidak
memadai
31
– Penggunaan
adaptor atau
stop kontak
yang salah.
32
– Instalasi
kontak yang
tidak
memadai
33
34
• Pengendalian Kebakaran dan peledakan
– penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan
sesuai dengan IP (indeks protection)
– perlindungan terhadap masuknya benda padat
– perlindungan terhadap masuknya benda cair
– perlindungan pada kondisi khusus
35
1 2 3 4
Elemen Angka/ Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi) (tanpa Proteksi)
Karakteristi 1 diameter ≥ 50 mm belakang telapak
k pertama 2 diameter ≥ 12,5 mm tangan
3 diameter ≥ 2,5 mm jari
4 diameter ≥ 1,0 mm perkakas
5 debu kawat
6 kedap debu kawat
kawat
36
Tabel Elemen Kode IP
1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda asing Dari sentuh langsung
cair ke bagian berbahaya
dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi)
karakteristrik 1 tetesan air secara vertical
kedua 2 tetesan air miring (150)
3 semprotan air/ butiran halus
4 semprotan air/butiran besar
5 pancaran air
6 pancaran air kuat
7 perendaman sementara
8 perendaman kontinu 37
39
9. Checklist pemeriksaan
keselamatan Kerja listrik
• templet
40
Quis
• sebutkan kewajiban pengurus/pimpinan
perusahan dalams pelaksanaan K3 listrik!
• Sebutkan sumber potensi bahaya listrik!
• Sebutkan Prosedur keselamatan listrik!
41
Terimakasih
42
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.1.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1
2
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di Pembangkitan
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
Checklist pekerjaan
pemasangandi Pembangkitan
3
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
Work Assesment
4
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
6
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
8
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
10
10.Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
12
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan
13
14
14.Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
15
16
16.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
18
18.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
Contoh Dokumen
sertifikasi
20
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang
21
22
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM
23
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.2.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1
2
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di transmisi Tenaga
Listrik, yang meliputi:
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
Checklist pekerjaan
pemasangandi transmisi
3
• Instalasi listrik
• perlengkapanlistrik
• peralatan listrik
Work Assesment
4
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di transmisi, yang meliputi:
• Instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
6
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisiListrik
8
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisi Tenaga Listrik
10
10.Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem transmisi
Listrik, yang meliputi:
• instalasi listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
12
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan
13
14
14.Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Transmisi
Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
15
16
16.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
transmisi , yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
17
18
18.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
transmisi Listrik, yang meliputi:
• instalasi, listrik
• perlengkapan listrik
• peralatan listrik
19
Contoh Dokumen
sertifikasi
20
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang
21
22
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM
23
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.3.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1
Curricullum Vitae
•Penjelasan tujuan pembelajaran
•Rencana Sesi pembelajaran
2
1.Jenis-jenis pekerjaan pemasangan
Instalasi di Distribusi listrik
1. Instalasi listrik
2. perlengkapan listrik
3. peralatan listrik
Ruang Lingkup Instalasi Distribusi tenaga Listrik
4
1.2. Jenis-jenis Perlengkapan pada pekerjaan
pemasangan Instalasi di
Distribusi listrik
1.2. Perlengkapanlistrik
a. JenisTiang
b. CrossArm
c. Isolator
d. SUTM / Saluran UdaraTegangan Menengah
e. SKTM / Saluran Kabel TeganganMenengah
f. Gardu Distribusi
g. Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah / SUTRdanSKTR
6
2. Checklist pekerjaan pemasangan
di Distribusi
1. Checklist gambar instalasi
2. Checklist perlengkapan Listrik
3. Checklist peralatan Listrik
Cheklist General
Cheklist Distribusi
8
4.Penyusunan standar pemasangan yang aman
di Distribusi listrik
1.Instalasi, listrik
4.2.Perlengkapan listrik
4.3.Peralatan listrik
SPLNPERALATANKERJA
STANDARD LAIN
IEC
SNI - TRANSFORMATOR
9
10
6. Format analisis potensi bahaya pada kegiatan
pemasangan instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik di Distribusi listrik
11
12
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan , peralatan alat kerja dan alat pelindung diri
yang digunakan dalam proses pemasangan instalasi di
Distribusi
13
1.Instalasi, listrik
9.2.Perlengkapan listrik
9.3.Peralatan listrik
9. KESELAMATANPADAPEMASANGAN PEKERJAAN
SUTM / OVERHEAD
14
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian keselamatan
kegiatan di Distribusi listrik, meliputi :
15
16
12.Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan dengan perencanaan
1. Pada Instalasi, listrik
2. Pada Perlengkapan listrik
3.Pada Peralatan listrik
12. Checklist KESESUAIAN
17
• 13. PEMERIKSAANPEMASANGAN
Power Switchgear Assemblies and Distribution
Boards according to IECEN61439
18
14.Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Distribusi listrik,
1.Instalasi, listrik
14.2.Perlengkapan listrik
14.3.Peralatan listrik
19
20
16.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
1.Pada Instalasi, listrik
16.2.Perlengkapan listrik
16.3.Peralatan listrik
a. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
b. SPLNChecklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
21
22
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
instalasi
• CONTOH
24
20.Checklist identifikasi sertifikasi
• 20.1 Cheklist perlengkapan listrik yang akan
dipasang
• 20.2 Cheklist peralatan listrik yang akan
dipasang
PERSONAL
25
26
22. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu
kewenangan dan lisensi lembaga/SDM
27
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.4.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1
2
K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
1. Bio Data
(CuriculumVitae)
4
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
6
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
GARDUINDUK
PLTG
STEPUP
UNITPENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDUINDUK
70 kV
PLTD
GARDUINDUK
SALURAN
150 kV
TRANSMISI
KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRIMENENGAH TM / TR
/ KECIL
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
10
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
11
12
3. Contoh Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
13
14
4.1. Pelanggan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
15
16
4.2. Lingkup Pekerjaan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
17
18
4.3. Perlengkapan dan Peralatan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
19
20
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
21
22
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
23
24
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
25
26
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
27
28
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
29
30
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
31
32
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan PemasanganInstalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
33
34
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik
35
36
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik
37
38
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik
39
40
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan TenagaListrik
41
7.8. Format-format K3
dan
Format Checklist Pemeriksaan Fasilitas Keselamatan
(Facility Safety Inspection Checklist)
42
1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
43
44
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
45
46
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan TenagaListrik
47
48
8.3. Contoh Format-format Pemeriksaan, Pengujian, dan
Komisioning Pekerjaan PemasanganInstalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik
49
50
14. Contoh Format Surat Ijin dan
Surat Laik Operasi (SLO)
51
Pembinaan Teknisi K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat
Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia,
ALPK3 (Asosiasi Lembaga Pelatihan K3),
PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para
Instruktur K3 Listrik pada Temu Teknis
tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus
2015 di Bandung
II.5.
Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.5.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1
M I.9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik
1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
1.
2
1.1.
3
Ada pula yang mengatakan bahwa
Pemeliharaan :
4
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
1.2.
5
Pemeliharaan Listrik terdiri dari :
1.Preventive Maintenance (PM) = Overhaul
= Service = Shutdown
= Turn Around (TA), dll.
Ciri-cirinya :
- Off line (equipment dalam keadaan dimatikan)
- Terjadwal (Scheduled):
- Berdasarkan kalender : mingguan, bulanan, tahunan,
3 tahunan, 5 tahunan, dlsb.
- Berdasarkan “running hours”: setiap 10.000 jam, dlsb
- Berdasarkan “running distances”: setiap 5.000 km,dll
6
Jenis-jenis Pemeliharaan
1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.
13
14
7
2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.
16
8
3. Corective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble
Shooting atau penggantian part/bagian yang
rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.
17
18
9
2.
Objek pemeliharaan :
Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
19
20
10
Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :
21
22
11
b) Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
Pada pusat listrik tenaga gas, energi primer berasal dari bahan
bakar gas atau minyak.
Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.
23
24
12
d) Pusat Listrik Tenaga Gas dan
Uap (PLTGU)
Pusat listrik tenaga gas dan uap merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU.
25
13
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
Pada pusat pembangkit ini, tenaga nuklir diubah menjadi tenaga
listrik.
27
28
14
3. Pusat Listrik dengan Energi
terbarukan
a.Pusat Litrik Panas Bumi (PLTP)
29
Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik
15
31
32
16
Selain itu juga ada saluran (feeder) yang digunakan
menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pusat pembangkit
sendiri yang digunakan untuk sumber tenaga listrik pada
instalasi penerangan, mengoperasikan motor-motor listrik
(motor listrik sebagai penggerak pompa air pendingin, motor
listrik sebagai penggerak pendingin udara, motor listrik sebagai
penggerak peralatan pengangkat, keperluan kelengkapan
kontrol, dan lain-lain).
Transformator
1. Klasifikasi transformator tenaga
1. Pemasangan
Pemasangan dalam
Pemasangan luar
34
17
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:
35
36
18
Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam
operasi, transformator dapat dibagi menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.
37
Generator
38
19
Switchgear
39
Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan
(konsumsi) enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek
kegagalan dan kejadian yang menempatkan sistem tenaga
pada risiko.
40
20
Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik
menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001
Prinsip Utama :
Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers
41
42
21
Selain “ELCB (GFCI)” dan “Oveload Heater” pada Motor Control,
ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri, ada
yang dilengkapi Protective Relays
22
a).MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB berfungsi mengamankan arus hubung singkat (short circuit)
dan pembatas daya (overload) , kerjanya berdasarkan dua
kendali.
Kendali panas terbuat dari elemen dwilogam yang akan bekerja
jika daya beban melebihi batas dan kendali elektromagnetik
untuk arus hubung singkat akan bekerja jika arus yang
mengalir
jauh melampaui arus nominal yang ditentukan; biasanya setelan
pengaman ini 6 s/d 12 kali arus nominal, tergantung dari tipe
MCB tersebut apakah tipe lambat a tau cepat.
23
Tunjukkan dan jelaskan
MCB (Miniatur Circuit Breaker)
sebagai penegasan penjelasan
untuk Slide No.15
47
Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
48
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
24
c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan
rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan.
Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.
LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA
MV-ACB:
Tegangan = 7,2kV dan 24kV
Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA
25
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open),
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat
gangguan atau sengaja dilepas.
tampak dalam
Gambar VCB (Vacum Circuit Breaker) 51
f). SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai
sarana pemadam busur api.
Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam.
Rating
tegangan CB
antara 3.6 KV
- 760 KV.
52
26
Circuit Breaker dengan Rele Proteksi
53
2.Fuse
Patron leburnya akan lebur jika ada arus yang besarnya jauh melampaui
arus nominal pengaman tersebut , sehingga patron lebur/sekring
tersebut putus dan tidak bisa digunakan lagi.
Pengaman tersebut akan bekerja jika arus gangguan atau arus hubung
singkat melampaui setelan nominal alat pengaman tersebut dan dapat
disetel lagi jika gangguan sudah teratasi.
Sekering otomatis
54
27
A fuse may be defined as a device that protects a circuit by fusing
open its current-responsive element when an overcurrent or
short-circuit current passes through it.
[Fuse bisa didefinisikan sebagai alat yang memproteksi circuit
dengan cara membuka elemen respon arusnya, ketika arus lebih
atau arus hubung singkat melewatinya].
Fuse dibuat untuk tegangan rendah maupun tegangan menengah.
Berikut ini adalah klasifikasi Fuse tegangan rendah.
55
56
28
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik:
Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi Fuse
29
Elektronik
Meliputi Elektronika Daya (Power Electronics), misalnya UPS
(Uninterruptible Power Supply), Rectifier, Inverter, dan lain-lain.
59
APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau Portable Fire
Extinguisher merupakan salah satu peralatan K3 yang harus
ada di Pembangkitan listrik.
Alat pemadam kebakaran antara lain dimaksudkan untuk
berjaga-jaga memadamkan terbakarnya minyak didalam trafo.
60
30
3.
Checklist pekerjaan
pemeliharaan di pembangkitan
listrik ,meliputi Instalasi listrik,
Perlengkapan listrik, Peralatan
listrik
61
62
31
Slide Wajib No.MI9.3.1.
63
64
32
65
66
33
4.
Manajemen pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik, meliputi :
1. Perencanaan
2. Pengornaisasian
3. Penggerakan
4. Pengendalian
67
P.O.A.C
(Planning, Organizing,
Actuating, Controlling)
4.A. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan pemeliharaan peralatan tenaga
listrik meliputi koordinasi antara kebutuhan
akan pemeliharaan dan kondisi sistem.
68
34
Dalam hal ini diupayakan agar kedua kebutuhan
itu terpenuhi sebaik mungkin.
69
4.B. Pengorganisasian
(Organizing)
Rencana pemeliharaan sebagai hasil
perencanaan tersebut merupakan dasar dalam
pengaturan SDM, alat, tugas, tanggung-jawab
dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar
dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin.
70
35
71
72
36
73
74
37
75
4.C. Penggerakan
(Actuating)
Setelah ada rencana kerja, kemudian
pengalokasian sumber daya, tibalah saatnya
pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang
disebut sebagai penggerakan.
38
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai
dari persiapan sampai akhir pekerjaan
diperlukan proses mempengaruhi dan
mengarahkan orang menuju ke pencapaian
tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan
pemeliharaan dengan baik.
77
4.D. Pengendalian
(Controlling)
Dalam mencapai tujuan sesuai dengan yang
direncanakan, diperlukan pengendalian,
sehingga penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi sedini mungkin dan dapat dilakukan
tindakan koreksi.
39
5.
Jenis Potensi bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
79
4.Bahaya lainnya :
a.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
c.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
d.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
e.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
f.Dan lain-lain
80
40
Paper of Electrical Hazard : Shock, Arc, Blast
81
82
41
Risk Matrix
RISK MATRIX
= Likelyhood (or Probability) x Consequence (or Impact) (or Severity) 83
Shock (electric)
= Tersengat listrik
= Kesetrum
= Stimulasi fisik atau trauma
yang terjadi sebagai akibat
dari mengalirnya arus listrik
lewat melalui tubuh.
(The physical stimulation or trauma that occurs as a result of
electric current passing through the body.)
84
42
Dalam PUIL2011 halaman 6 dibahas
proteksi dari kejut listrik sebagai
berikut :
131.2(2.1.2) Proteksi dari kejut listrik
86
43
SHOCK
Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000 kΩ (kulit kering) sampai 100 Ω (kulit basah).
Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100 Ω – 500 Ω.
Kondisi terbaik:
-Tahanan tubuh paling besar,Rb = 1000.000 Ω +500=1000.500 Ω
-Arus yang mengalir ketubuh = 220 V / 1000.500 Ω=0,0002198 A
= 0,2198 mA
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh = 50 V / 1000.500 Ω = 0,000049975 A = 0,049975 mA
0,2198 mA > 0,049975 A : Tetap Berbahaya
87
1 Tidak terasa
44
Shock karena Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
89
90
45
Pemutaran Video :
91
46
-Gunakan PPE yang benar
93
94
47
-Pasang Grounding pada Instalasi listrik
95
Catatan :
Terra = bahasa Perancis yang berarti bumi atau tanah)
96
48
1. Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C=Terra Neutral Combined)
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada
sistem secara keseluruhan.
Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan
kombinasi antara saluran N (Neutral) dan PE (Protective Earth).
Seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama.
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem
yang lain.
Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran
PEN (combined), sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua
hantaran, N dan PE secara terpisah (separated).
49
3. Saluran Tanah dan Netral-dipisah (TN-S=Terra Neutral-
Separated):
50
5. Saluran Tanah melalui Impedansi (IT=Impedance Terra),
atau Sistem Pentanahan Impedansi
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah.
Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan.
102
51
2. Elektroda Pita
103
3. Elektroda Plat
104
52
Tahanan pentanahan (Earth Resistance) diukur dengan
menggunakan Alat “Earth Resistance Tester”.
105
106
53
Pasang peralatan INTERLOCKING (bila perlu)
107
108
54
Pasang ELCB
109
110
55
ELCB dengan Sensitivitas 0,03 A (30 mA)
112
56
Diagram Skematik ELCB
114
57
Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pra bayar
115
58
Lepaskan korban dari sengatan listrik menggunakan Isolator
Lakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) listrik
117
Arc (electric)
= Percikan api
Kebakaran (Fire)
= Terlepasnya energi panas dan cahaya
yang disebabkan oleh kerusakan listrik
dan setelah itu peluahan listrik melalui
insulator listrik, seperti udara.
(The heat and light energy release that is caused by the electrical
breakdown of and subsequent electrical discharge through an
electrical insulator, such as air).
118
59
Jenis-jenis Arc :
119
120
60
Figure : Electric arc damage caused by 240 volt arc.
(Courtesy Brosz and Associates.) 121
122
61
Penggunaan APD yang benar untuk mencegah efek dari Arc
Flash = Arc yang timbul karena Short Circuit
123
124
62
Segitiga api (Fire Triangle)
125
63
Gunakan kualitas kabel yang baik
127
1 28
64
Gunakan jenis kabel yang benar (2)
129
130
65
Gunakan jenis kabel yang benar (4)
131
132
66
Gunakan jenis kabel yang benar (6)
133
134
67
Gunakan jenis kabel yang benar (8)
135
136
68
Gunakan jenis kabel yang benar (10)
137
138
69
Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya (1)
139
140
70
Electrical Formulas for calculating Amper, HP,KW,KVA
141
142
71
Blast (electric)
= Ledakan :
Blast (ledakan) :
Blast yang berasal dari equipment
yang pemeliharaannya kurang baik ,
misalnya :
-Tranformator meledak
-Battery meledak
-Dan lain-lain
72
Efek “Blast”
M olten M etal
35,000 °F
Pressure W a v e s
Sound W a v e s
C o p p e r Vapor: S hrap ne l
Solid to Va por
Ex pa nds by
6 7 ,0 0 0 t ime s Ho t Air-Rapid E x p a n s i on
Intense Light
145
73
Cara mencegah Blast yang berasal
dari equipment yang
pemeliharaannya kurang baik
74
Data “Interrupting Rating (Breaking Capacity)” dari
Gambar satu garis (Single line diagram) (1)
149
Contoh :
Interrupting
Rating = 40 KA
150
75
Dengan menggunakan “Gambar satu garis
(single line diagram)” yang sesungguhnya,
tunjukkan dan jelaskan Interrupting Rating
pada setiap Switchgear
151
152
76
Contoh Soal :
Jawaban :
Pemutaran Video :
Interrupting Rating & Blast
154
77
BLAST yang terjadi karena Interrupting
Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Bila terjadi short circuit dan alat proteksinya trip tetapi pecah (break) maka terjadi
blast.
Oleh karena itu pada alat proteksi baik Fuse maupun Circuit Breaker :
- Contact Rating [Amper]: untuk proteksi over current (over load) , dan Short circuit
-Breaking Capacity (Interrupting Current) [kA] : untuk bertahan tidak pecah jika
terjadi short circuit.
Cara mencegahnya :
Hati-hati, Hindari Unsafe Condition & Unsafe Acts,
Gunakan APD yang tepat dan baik, Patuhi rambu-rambu
yang dipasang, Patuhi prinsip-prinsip K3 Umum, dan K3
Spesialis. 156
78
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
157
79
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkankemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3.Hindari Kondisi
tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar
80
Cara mencegah bahaya listrik lainnya
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
161
7.
Standar Prosedur Pemeliharaan
dan JSA(Job Safety Analysis)
pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan
162
81
(2)
JOB Safety Analysis (JSA)
• Bertujuan mencari/ menemukan adanya sumber
bahaya dan usaha menghilangkannya dari suatu
rangkaianproses pekerjaan.
163
Langkah-langkah JSO
164
82
Ada 4 aspek yang membantu
dalam JSA :
1. Manusia
orang yang terkait :operator, supervisor dll
2.Metode Praktek kerja dan prosedur kerjadari
perkerjaan yang dianalisis.
3. Peralatan dan mesin yang digunakan
4. Material (Bahan)
5. Lingkungan kerja
165
16 6
83
167
8.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive
Maintenance, Predictive
Maintenance dan dan
Corrective Maintenance)
168
84
CHECK LIST pemeriksaan dan pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive Maintenance, Predictive
Maintenance dan Corrective Maintenance)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada pelaksanaan
Preventive Maintenance (PM) dapat meningkatkan
Ketersediaan (Availability), Kehandalan
(Reliability), Efektivitas Biaya (Cost Effectivenes),
dan dapat meningkatkan kualitas Lingkungan
hidup (Enviroment) ?
169
170
85
9.
Persyaratan administrasi K3
pemeliharaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
listrik di Pembangkitan
171
86
•Kep Dir PPK& K3 no Kep
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon Ahli K3 bidang listrik
•Kep Dir PPK& K3 no Kep
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon teknisi K3 bidang
listrik
173
174
87
175
176
88
177
10.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan persyaratan
administrasi K3 pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di
Pembangkitan
178
89
179
11.
Persyaratan K3 alat-alat uji
Isolasi
180
90
Insulation (isolasi) sangat berkaitan dengan terjadinya Short
Circuit yang menyebabkan Shock, Arc & Blast.
182
91
3. Teknologi ketiga adalah dengan “Hi Pot Test”.
The DC Hi-Pot withstand test is a
Pass/Fail test that has been applied to
many types of cable and accessories.
184
92
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat ini) adalah
“Partial Discharge (PD) Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
185
12.
Cheklsit pemeriksaan dan dan
pengawasan persyaratan K3
alat-alat uji listrik
186
93
CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan
K3 alat-alat uji listrik
187
94
13.
Analisis dan Pelaporan
pemeliharaaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
Pembangkit
189
190
95
14.
Bentuk laporan pemeliharaaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan Pembangkit
191
192
96
193
194
==oo00oo==
97
195
196
98
Referensi
• SNIPembangkit
• IEC
• Checklist Maintenance PT.Medco Energy E& P
Indonesia
• Dokumen PLN No. PT-KITSBS-26 April 2015,
• PUIL2011
197
198
99
Dengan demikian maka
Teknisi K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Preventive
Maintenance, Predictive Maintenance dan
Corrective Maintenance (Perbaikan) Instalasi,
Perlengkapan dan Peralatan di
Pembangkitan Listrik
==oo00oo==
199
100
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.6.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1
M I.10
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan di
Transmisi Listrik
2
Diharapkan agar
Teknisi K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan di
Transmisi Listrik
1.
4
1.1.
2.
Objek pemeliharaan :
Tranformator,
Saluran Udara Tegangan Tinggi,
Gardu Induk, Pemisah (PMS),
Pemutus Tenaga Listrik (PMT),
6
Objek pemeliharaan :
Objek pemeliharaan :
Charger (Rectifier),
Automatic Voltaga Regulator (AVR),
Rangkaian voltage Dropper, Rangkaian
Proteksi Tegangan Surja Hubung, Baterai
(DC Power)
8
Pemeliharaan pada Transmisi Listrik
Transformator
Klasifikasi transformator tenaga
1. Pemasangan
Pemasangan dalam
Pemasangan luar
10
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:
11
12
Dalam usaha mempermudah pengawasan dalam
operasi, transformator dapat dibagi menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.
13
14
• SUTT/SUTET merupakan peralatan buatan
manusia. Peralatan ini pada dasarnya bisa rusak
baik karena salah pengoperasian, kesalahan saat
konstruksi maupun telah melampaui masa
kerjanya (life time). Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan kerja dari SUTT/
SUTETadalah dengan melakukan pemeliharaan
SUTT/ SUTET.
15
16
Perlengkapan Gardu Induk
17
18
Peralatan Pengaman
19
20
• Karena peranannya yang sangat penting dalam
menyalurkan daya listrik dan menjadi penghubung
listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
primer maka harus diterapkan sistem pentanahan
yang memenuhi persyaratan sistem pengaman yaitu :
21
Persyaratan Sistem
Pentanahan
• Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka terhadap
gangguan yang terjadi, dan secara proposional
mampu mendeteksi gangguan dengan tepat di area
atau zona yang di amankan
22
• Sistem Pentanahan Gardu Induk harus handal. Tidak
boleh gagal, mampu bekerja sesuai dengan
pengaturan yang diterapkan pada sistem pentanahan
tersebut.
23
24
• Pemeriksaan pondasi tower (leveling,retak)
• Pemeriksaan kelengkapan tapak tower (patok tandabatas
tanah PLN, urugan tanah tapaktower)
• Pengecekan Tahanan Pembumian
• Pemeriksaan jarak bebas konduktor dengan bendadi
sekitarnya
• Tanah sekeliling pondasi longsor
• Pondasi turun, tanah dasar pad mengalami slidingarus air
bawah tanah
• Kualitas beton pondasi tower
25
26
• Pohon/benda di dalam jarakbebas
• Tension clamp konduktor (tekanan mesin pres, pemilihan mata
dies, bahan, manusia)
• Tension clamp gsw (material)
• Suspension clamp konduktor
• Joint sleeve (tekanan mesin pres, pemilihanmata dies, bahan,
manusia
• Joint box opgw (rawan pencurian)
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Transmisi, Perlengkapan
Transmisi, Peralatan Transmisi
37
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
41
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.7.
Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik di Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.7.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1
M I.11
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Distribusi Listrik
2
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
1.
4
1.1.
2.
Objek pemeliharaan :
8
GARDU CANTOL
GARDU CANTOL ATAU GARDU TIANG SELURUH
INSTALASINYA DICANTOLKAN PADA TIANG
JARINGAN, BIASANYA CAPASITAS TRAFONYA
MAX < 100 Kva.
GARDU PORTAL
GARDU PORTAL MERUPAKAN GARDU YANG SELURUH
INSTALASINYA DIPASANG PADA DUA TIANG / LEBIH
GARDU PORTAL INI MERUPAKAN PENGEMBANGAN
DARI GARDU CANTOL YANG BEBANYA SUDAH BESAR
DAN BANYAK DIPASANG PADA DAERAH PADAT PEN
DUDUKNYA DAN KAPASITASNYA < 315 kVA
o SEBUAH TRAFO
11
GARDU BETON
GARDU INI BANGUNANYA SECARA KESELURUHANYA
TERBUAT DARI BETON DAN BEBANYA SUDAH
MENCAPAI SAMPAI DENGAN 2 MVA / km2
FASILITAS YANG TERDAPAT PADA GARDU BETON
o SEBUAH CUBIKEL PEMISAH (PMS) DGN KODE AS.
CUBIKEL INI UNTUK IN COMING DARI SUMBER
12
JENIS GARDU BETON DAPAT
DIKELOMPOKAN :
1. GARDU BETON PASANGAN TERBUKA ( OPEN TYPE).
PERALATAN YG TERDAPAT DLM GARDU ( PMT, PMS
CT,PT DLL) DAPAT DILIHAT SECARA LANGSUNG.
PADA GARDU BETON BIASANYA DIPASANG PAGAR
PENGAMAN YG BERGUNA UNTUK PENGAMAN
DARI BAHAYA SENTUHAN TANGAN.
13
14
GARDU BETON PASANGAN TERTUTUP
15
1. TRANSFORMATOR.
i. JENISNYA.
ii. PENGGUNAANYA.
iii. HUBUNGAN LILITAN.
2. PENGAMAN TRANSFORMATOR.
- PENGAMAN ARUS.
- PENGAMAN TEGANGAN.
16
ii. PENGAMAN GARDU DISTRIBUSI.
1. RELAY (SPESIFIKASI).
1. MACAM PROTEKSI.
2. PERSYARATAN SISTEM PROTEKSI.
3. PENEMPATAN PROTEKSI.
4. PEMAKAIAN PROTEKSI.
5. JENIS PROTEKSI.
6. KARAKTERISTIK RELAY.
7. PENGETESAN RELAY.
17
1. MACAM PROTEKSI.
a. SENSITIP ( PEKA ).
b. SELEKTIP (MEMILIH) .
c. REALIBILITY ( ANDAL ).
d. KECEPATAN BER OPERASI (WAKTU).
e. EKONOMIS ( HARGA ).
f.PROTEKSI CADANGAN ( BACK UP ). g.
4. PEMAKAIAN RELAY
PEMAKAIAN RELAY DAPAT DILAKSANAKAN DIPANGKAL
FEEDER / GD UNTUK JARINGAN DAN JUGA
DITEMPATKAN DI SISI PELANGGAN TM SEBAGAI
PEMBATAS BEBAN.
19
20
6. KARAKTERISTIK RELAY.
a. RELAY DEFINIT.
b. RELAY INVERS.
c. RELAY INVERS DIFINIT
7. PENGETESAN RELAY.
a. TEST KARAKTERISTIK.
b. TEST TERHADAP PENGARUH LINGKUNGAN.
c. TEST OPERASI, YANG MENYANGKUT :
-. SISTEM PENGAWATAN.
-. POLARITAS / RATIO CT.
-. TAHANAN ISOLASI RANGKAIAN PENGAWATAN
-. TINGKAT KESALAHAN.
21
22
II.3. TEGANGAN LEBIH.
TEGANGAN LEBIH MERUPAKAN GEJALA YANG DISEBABKAN
OLEH SUATU KEJADIAN
23
III. PROSEDUR
OPERASI JAR - DISTR ( SOP ).
PENGOPERASIAN TRAFO DISTRIBUSI TERBAGI MENJADI :
24
KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK
25
TINGKAT KEANDALAN
26
KELANGSUNGAN PENYALURAN
FAKTOR–FAKTOR KELANGSUNGAN PENYALURAN :
27
28
MACAM – MACAM PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN RUTIN ( TERJADWAL ).
PEMELIHARAAN KOREKTIF.
PEMELIHARAAN EMERGENCY ( TANPA JADWAL ).
PEMELIHARAAN RUTIN
DALAM PELAKSANAANYA DIBAGI 2 KATEGORI :
a. PEMELIHARAAN SERVICE, PEMELIHARAAN DGN
JANGKA WAKTU PENDEK, MELIPUTI PEKERJAAN
RINGAN/KECIL.
MISAL :
o MEMBERSIHKAN PERALATAN
( AMPERE METER, VOLT METER, DLL ).
o MEMBERSIHKAN HALAMAN GARDU DSB.
29
b. PEMELIHARAAN INSPEKSI
PEMELIHARAAN KOREKTIF
PEKERJAAN PEMELIHARAAN DGN MAKSUD UNTUK
MEMPERBAIKI KERUSAKAN DAN PERBAIKAN,
PENYEMPURNAAN.
30
CONTOH :
PENGGANTIAN MOF TRAFO YG MELEDAK ( GD BETON ).
PENGGANTIAN BUSHING TRAFO YANG RETAK/PECAH.
PENGGANTIAN PACKING TRAFO YG BOCOR.
PENGGANTIAN PMT, CO, DS YG RUSAK.
31
PEMELIHARAAN EMERGENCY
PEMELIHARAAN INI SIFATNYA MENDADAK, TIDAK
TERENCANA INI AKIBAT GANGGUAN ATAU KERUSAKAN
ATAU HAL – HAL LAIN DILUAR KEMAMPUAN, SEHINGGA
PERLU DILAKUKAN PEMERIKSAAN / PENGECEKAN
PERBAIKAN MAUPUN PENGGANTIAN PERALATAN, TETAPI
MASIH DALAM KURUN WAKTU PEMELIHARAAN
TANAH LONGSOR
BANJIR BESAR.
GEMPA BUMI.
32
PERALATAN GARDU DISTRIBUSI
33
b. INSTALASI TEGANGAN
MENENGAH CLOSED TYPE
o KUBIKEL / PANEL
o TERMINAL KABEL IN / OUT GOING.
c. TRANSFORMATOR
BUSHING TRAFO
TANGKI DAN SIRIP TRAFO
VOLUME MINYAK TRAFO
SILICA GEL TRAFO
RODA DAN KONSTRUKSI TRAFO
TAP CHANGER TRAFO
KRAN TRAFO
34
d. RAK TEGANGAN RENDAH
KABEL SINGLE CORE TR
SEPATU KABEL.
SAKLAR UTAMA TR.
GROUND PLAT.
GROUND CONDUCTOR.
KONSTRUKSI RAK.
RAK TR.
MUR / BAUT SERTA RING
DLL.
35
f. SIPIL GARDU
HALAMAN GD. LANTAI GARDU.
PINTU PAGAR. DAK ATAS.
KUNCI PAGAR. VENTILASI.
PINTU GARDU. SALURAN/TALANG AIR.
KUNCI PINTU PAGAR. MAN HOLE.
DINDING LUAR / DALAM. JALAN MASUK GD.
36
f. LAIN - LAIN
PENERANGAN DALAM GARDU
PENERANGAN LUAR GARDU
INDIKATOR HUBUNG TANAH
TRAFO ARUS/TEG (CT/PT)
PERALATAN UKUR
37
PEMELIHARAAN PMT
MENURUT JENIS DAN CARA PEMADAMAN BUSUR API
YANG DITIMBULKAN PADA SAAT PMT MEMBUKA
DAN MENUTUP
FREKUWENSI SISTEM.
39
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Distribusi, Perlengkapan
Distribusi, Peralatan Distribusi
40
CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
44
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.8.
Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di Pemanfaatan Listrik
II.8.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1
M I.12
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik
1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik
1.
2
1.1.
2.
Objek pemeliharaan :
3
Instalasi Listrik
Instalasi listrik meliputi :
- Jaringan listrik yang terdiri dari Alat Pengukur dan
Pembatas (APP), Panel Hubung Bagi (PHB),
Penghantar.
- Pencahayaan yang terdiri dari Lampu Pijar, Neon
Sign/Lampu Tabung, Lampu Merkuri, Lampu
Sodium.
- Pipa Pada Instalasi Listrik yang terdiri dari Pipa
Union, Pipa Paralon / PVC, Pipa Fleksibel, Tule /
Selubung Pipa, Klem / Sangkang, Sambungan Pipa
/Sock, Sambungan Siku, Kotak Sambung.
- Sistem Pentanahan yang terdiri dari Elektroda
Pentanahan, Hantaran Pengaman, Sistem Multi-
Elektroda.
4
Sistem Pengendalian
Mesin Listrik
10
5
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pemanfaatan, Perlengkapan
Pemanfaatan , Peralatan
Pemanfaatan listrik
11
12
6
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkankemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3.Hindari Kondisi
tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar
7
Cara mencegah bahaya listrik lainnya
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
15
8
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.9.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur
Petir
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.9.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur Petir
2
1. Fenomena Terjadinya Petir
• Petir merupakan mekanisme listrik di udara,yang
terjadi :
– Diantara awan-awan
– Antara pusat-pusat muatan didalam awan tersebut.
– Antara awan dan tanah.
• petir awan-tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda-
benda di permukaan tanah.
awal 4
Fenomena Terjadinya Petir
• Muatan negatif
terbentuk pada awan
• Terjadi peningkatan
Medan Listrik
• Muatan listrik
terbentuk pada tanah
• Breakdown pada
udara mengawali
pelepasan
• Streamer dan
stepleader bertemu
• Terbentuk kanal
• Potential sama
• Tampak Sambaran
petir
6
2. Karakteristik Gelombang Petir
Main Discharge
Step Leaders
Streamers
0,9
• Statistik petir :
0,5
– 24% dibawah 10kA
0,3 – 86% dibawah 40kA
t1
t2
t
– 11% antara 40 s/d 100kA
– 2% antara 100 s/d 140kA
– 0,4% lebih besar 140 kA
8
3. Bahaya Sambaran petir
Sambaran Langsung Pada
Kawat Fasa
Tegangan pada titik
sambaran adalah :
Is
Is
Is Is VL Z L .
2 2 2
• Jika I = 30 kA; ZL = 300 Ohm, Maka, VL
= 15. 300 = 4,5 MV
• dapat juga menyebabkan timbulnya
tegangan lebih pada fasa lainnya.
• Tegangan ini dapat menyebabkan flash
over pada isolator udara. 9
IE = 1 kA
ZL = 300
IM = 30 kA
RE RE= 10
10
3. Bahaya Sambaran Petir
• Sambaran Langsung pada
bangunan tanpa Proteksi Petir
11
13
14
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
PenggunaanArrester
• Mencegah terjadinya UA
peralatan i
fasa dengantanah
• Menyalurkan tegangan
lebih ke tanah sampai
pada batas aman untuk
peralatan.
15
275 123
17
18
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Expulsion Lightning Arrester
• Merupakan tabung yang terdiri dari:
Sela Batang – Dinding tabung yang terbuat dari fiber
– Sela batang (external series gap)i.
– Sela pemutus bunga api diletakkan dalam
TabungBunga tabung, salah satu elektroda dihubungkan ke
Api
tanah.
• Keterbatasan :
• permukaan tabung akan rusak karena
Lubang keluar Gas terbakar, maka arrester ini mempunyai
batasan pada jumlah operasinya
19
20
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
• Valve type lightning Arrester
• Terdiri dari susunan seri al
dengan metal Oxide Varistor ,
dengan karakteristik sebaga i
berikut :
• Harga tahanan turun dengan
cepat pada saat arus terpa
mengalir sehingga tegangan
antara terminal Arresterturun
dan harga tahanan akan naik
kembali jika arus terpa sudah
lewat sehingga membatasi
arus ikutan dari power
frekuensi voltage
21
23
24
6. Standard sistem proteksi petir pada
Bangunan
• SNI 03-715-2004 “Sistem Proteksi petir pada
Bangunan Gedung
• 1438_SNI IEC62305-1-2009 Proteksi Petir –
Prinsip Umum
• Permanaker 02/MEN/1989 : Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
25
26
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir
• C= (C2)(C3)(C4)(C5).
27
28
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir
29
30
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir
31
32
8. Metode proteksi sistem penerimapetir
33
34
8. Metode proteksi sistem penerimapetir
35
36
37
Resistan pembumian
mak 5 ohm
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Air Termination / Penerima
• Down Conductor/Penghantar Penurunan
• Earthing System/Pembumian
39
41
42
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Pemasangan pada atap yang
mendatar harus benar-benar
menjamin bahwa seluruhluas
atap yang bersangkutan
termasuk dalam daerah
perlindungan;
• Jumlah dan jarak antara masing-
masing penerima harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bangunan itu
termasuk dalam daerah
perlindungan.
43
• Ketinggian Air
Termination minimum :
– 10 in (SNI 03-715-2004 )
– 15 cm Permenaker
02/Men/1989
44
9. Instalasi proteksi petir padaBangunan
45
46
9. Instalasi proteksi petir padaBangunan
DOWN CONDUCTOR
• penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda
bumi;
• harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau sudut-sudut
bangunan ke tanah
• Dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua)buah
penghantar penurunan;
• jarak tidak kurang 15 cm dariatap yang dapat terbakar kecuali atap
dari logam, genteng ataubatu;
47
48
9. Instalasi proteksi petir padaBangunan
49
50
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Down Konduktor : Sebagai penghantar penurunan
petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap,
pilarpilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja
yang mempunyai massa logam yang baik;
• Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus
memenuhi syarat, kecuali:
– sudah direncanakan sebagai penghantar
penurunan dengan memperhatikan syarat-syarat
sambungan yang baik dan syarat-syarat lainnya;
– ujung-ujung tulang baja mencapai garis
permukaan air di bawah tanah sepanjang waktu.
– Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai
sebagai penghantar penurunan harus digunakan
kolom beton bagianluar
51
52
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• harus merupakan suatu sambungan elektris,
tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat
menahan kekuatan tarik sama dengan sepuluh
kali berat penghantar yang menggantung pada
sambungan itu.
• Penyambungan dilakukan dengan cara:
– dilas.
– diklem (plat klem, bus kontak klem) denganpanjang
sekurang-kurangnya 5 cm;
– disolder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm
53
54
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
• Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang
tegak dalam bumi tidak boleh kurang dari 4
meter, kecuali jika sebagian dari elektroda
bumi itu sekurang-kurangnya 2 meter dibawah
batas minimum permukaan air dalam bumi;
55
Contoh
Data Bangunan :
• Jenis Bangunan : GedungSekolah
• Panjang bangunan : 32meter
• Lebar bangunan : 32 meter
• Tinggi bangunan : 45meter
• Lokasi Bangunan : Tempat Datar (Surabaya)
• Hari Guruh : 100. Nc =0,1
• Pertanyaan :
– Berdasarkan SNI 03 715-2004, tentukan Tingkat proteksi yang
diperlukan
56
Solusi
• 3h = 135
• Ae = (4x32x135) + (3,14x1352)
• Ng = 0,04*1001,25
• Nd = Ng.Ae.10-6
• Nc = 0,1 Nd > Nc ?
• Efisiensi SPP= 1 – Nc/Nd
• Tingkat Proteksi = 0,89
57
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
II.10.
Persyaratan K3
Listrik Ruang Khusus
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.10.
Persyaratan K3 Listrik
Ruang Khusus
Persyaratan K3
Untuk Berbagai Ruang dan Instalasi Khusus
2
Pendahuluan
4
• Mengingat kondisi yang beragam tersebut maka akan
terdapat pengaruh terhadap kondisi dari sistem
instalasi beserta perlengkapannya. Oleh karena itu
instalasi listrik mulai dari kabel sampai dengan
peralatan listrik serta cara pemasangannya
disesuaikan dengan jenis ruang kerja.
Ruang khusus
6
Instalasi khusus
8
Area Berbahaya
Definisi
10
Combustion ” triangle “
Sumber-sumber penyulutan
13
14
atau voltase tinggi, baik arus bolak-balik maupunarus
searah, harus dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar atau bila hal yang demikian tidak dapat
dipenuhi maka sisi dalamnya harus dilapisi dengan
bahan yang tidak mudah terbakar
15
16
Perlindungan
17
18
• Ruang kerja listrik atau ruang kerja listrik terkunci dir
dalam bangunan harus kering, harus dijaga agar tetap
kering, dan harus berventilasi baik,
• Pada tempat masuk ruang kerja listrik atau ruang
kerja listrik terkunci harus dipasang papan tanda
peringatan sebagai pemberitahuan yang juga
melarang masuknya orang yang tidak berkepentingan.
19
20
• Lampu pijar, fiting lampu, kotak kontak, sakelar, dan
sebagainya harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai dan dilayani dengan aman, tanpa
didahulukan tindakan proteksi.
• Lampu gantung tidak boleh dipasang di atasbagian
bervoltase yang tidak
terlindung.
21
22
Ruang kerja listrik {I) dan ruang kerja listrik terkunci (Ik) harus memenuhi
ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam pasal ini dan 8.3.
23
24
• Pintu jalan masuk ke ruang kerja listrik terkunci, harus diatur
sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat sebagai berikut:
a) semua pintu harus membuka keluar;
b)semua pintu harus dapat dibuka dari luar dengan
menggunakan anak kunci;
c) semua pintu harus dapat dibuka dari dalamtanpa
menggunakan anak kunci.
25
26
• Pada pintu masuk harus dipasang papan tanda
peringatan iarangan masuk bagi orang yang tidak
berwenang.
• Harus dicegah orang yang tidak berwenang masuk ke
dalam ruang instalasi listrik voltasemenengah.
27
28
• Instalasi yang aman tersebut harus tidak mampu melepaskan
energi listrik atau panas (dalam keadaan normal ataupun
abnormal) yang dapat menyalakan campuran udara berbahaya
dengan konsentrasi yang paling mudah menyala.
29
Klasifikasi Ruang normal dan, jika hal ini terjadL kemungkinannya tidak sering dan hanya akan
berlangsung dalam waktu singkat
30
Kelompok Perlengkapan
31
32
Dangerous Zone :
• In accordance with the new regulationATEX:
Required equipment
CATEGORY 3
CATEGORY 2
CATEGORY 1
33
Klasifikasi Area
34
35
36
• Perlengkapan yang akan ditempatkan dalam ruang
yang mengandung gas ledak harus mempunyai tanda
pengenalnya, untuk memperiihatkan zone, kelompok
gas, dan kelas suhu berdasarkan suhu sekeliling 40 °C.
• CATATANPerlengkapan listrik untuk dioperasikan dalam suhu
sekeliling yang lebih dari 40 °Charus mempunyai tanda
pengenal untuk suhu maksimum sekelilingnya, atau julat suhu
pada suhu sekeliling
37
38
• Zone 0 : Dalam ruang Zone 0 hanya boleh digunakan
perlengkapan listrik yangmempunyai
tanda pengenal sebagaiberikut:
a)perlengkapan yang secara intrinsik aman dengan kategori
"ia"
b)perlengkapan lainnya yang khusus di desain untuk
digunakan dalam Zone0
• Zone1 : Dalam ruang Zone 1 hanya bolehdigunakan
perlengkapan listrik untuk Zone 0,dan
atau perlengkapan dengan jenis yang mempunyai tanda sesuai
jenis perlindungan keamanan sebagai berikut:
39
40
• Zone 2 : Dalam ruang Zone 2 boleh dipasang
perlengkapan listrik sebagaiberikut:
a) perlengkapan listrik untuk Zone 0 dan Zone I, atau
b)perlengkapan listrik dengan selubung bertekanan
untuk Zone 2, atau
c)perlengkapan listrik khusus yang didesain untuk Zone
2 (misalnya jenis proteksi "n") (lihat IEC60079-15),
atau
41
42
Proteksi dari pembusuran yang
membahayakan
a)Bahaya dari bagian bervoltase. Untuk mencegah
terjadinya busur api yangdapat
menyulut atmosfer gas ledak, maka harus dihindari setiap
kontak dengan bagian bervoltase selain bagian yang aman
secara intrinsik.
b)Arus gangguan ke bumi pada rangka atau seiungkup harus
dibatasi (besar dan lamanya)
dan mencegah terjadi kenaikan potensial padakonduktor
ikatan penyama pontensial.
c)Jika digunakan sistem TN, maka sebaiknya diterapkan
sistem TN-S, dengan netral terpisah dan konduktor proteksi
terpasang diseluruh sistem.
43
44
d)Jika menggunakan sistem IT (netra! terpisah dari
bumi atau dibumikan melalui impendans), maka harus
dipasang gawai monitor untuk mengetahui secara dini
gangguan bumi. Instalasi dalam Zone 0 harus terputus
segera setelah terjadi gangguan bumi pertama, oleh
gawai monitor insulasi atau olehGPAS.
e)Untuk instalasi dalam Zone 0 yang menggunakan
berbagai voltase harus diperhatikan,
agar arus gangguan bumi sekecil mungkin dalam besar
dan jangka waktunya. Harus dipasang proteksi gangguan
bumi untuk penggunaan tetentu dalam Zone 1.
45
Ekuipotensial
• Untuk mencegah pembusuran yang membahayakan
antara bagian logam rangka, maka ekuipotensial perlu
dipasang untuk instalasi pada Zone 0 dan Zone 1 dan
mungkin juga diperlukan untuk instalasi dalam Zone 2.
Oleh karena itu semua bagian konduktif terbuka harus
dihubungkan ke konduktor ikatan ekuipotensial. Sistem
ikatan dapat terdiri dari konduktor proteksi, konduit
logam, seiungkup kabel dari logam, baja pelindung kabel,
semua rangka dari logam, tetapi tidak bolehdihubungkan
dengan konduktor netral.
• Ukuran konduktor antar bagian logam dari rangka harus
berukuran paling kecil 10 mm2 tembaga.
46
Sistem pengkawatan
47
48
Sistem Kabel
49
50
• Perlengkapan listrik dengan arus pengenal yang tidak
lebih dari 6 A untuk digunakan dalam ruang dengan
voltase tidak lebih dari 250 V ke bumi bolehdihubungkan
ke kabel berselubung karet kuat yang biasa, kabe!
polipropifen kuat biasa, atau kabel yang mempunyai
konstruksi kuat yang sama.
• Konduktor tembaga harus berukuran minimum 1,5 mm2.
Kabel ini tidak boleh untuk perlengkapan portabel dan
dapat dipindahkan yang mendapatkan tekanan mekanik
berat, umpamanya lampu tangga, sakelar kaki. Untuk alat
listrik portabel atau dapat dipindahkan, pelindung kabel
atau anyaman fleksibel metalik tidak boleh digunakan
sebagai pembumian utama, kecuali konduktansnyacukup
dan tidak terputus. Kabel tembaga yang terpasang pada
penyangga dan kabel untuk alat telekomunikasi
berukuran minimum 0,75mm2.
51
52
Sistem konduit untuk selungkup
tahan api
a) Pada tempat masuk atau keluar dari ruang bahaya;
b)pengedap terdapat paling jauh 450 mm darisemua
seiungkup dimana terdapat penyalaan
selama operasi normal;
c)pada setiap seiungkup dimana terdapat pencabangan,
sambungan atau terminasi pada
konduit yang berdiameter 50 mm ataulebih;
d)untuk mengurangi dampak penumpukan tekananoleh
beberapa gas
53
54
5. Ruang lembab termasuk
ruang pendingin
• Semua mesin, alat dan instalasinya, harus dipasang sedemikian
hingga tidak memungkinkan masuknya uap air kedalamnya.
• Perlengkapan hubung bagi yang dipasang harus berbentuk lemari
atau kotak tertutup.
• Dalam ruangan pendingin sedapat mungkin jangan dipasang
perlengkapan hubung bagi, alat pengatur, sakelar atau kotak kontak
• Bagian-bagian yang bertegangan harus diisolasi dengan seksama
dengan bahan isolasi yang tahan lembab.
55
56
6. Ruang sangat panas
a)Hanya armatur pencahayaan, pesawat pemanas, dan
alat perlengkapan lainnya beserta konduktor yang
bersangkutan itu saja yang boleh dipasang di tempatitu.
b)Sebagai konduktor dapat dipakai konduktor regang
pada isolator dengan jarak titik tumpi
maksimum 1 meter, atau kabel jenis tahan panasyang
sesuai untuk suhu ruang itu.
c)Pada tempat dengan bahaya kerusakan mekanis,
konduktor telanjang harus seluruhnya dilindungi dengan
seiungkup logam yang kuat, atau dengan alat yang sama
mutunya, untuk mencegah bahayasentuhan.
57
7. Ruang berdebu
58
• Zone 21 adalah suatu ruang dimana terdapat atau
mungkin terdapat debu yang mudah terbakar berupa
kabut selama proses normal, pengerjaan, atau operasi
pembersihan, dalam jumlah yang cukup untuk dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dapat meledak
dari debu yang mudah terbakar atau menyala jika
bercampur dengan udara.
• Zone 22 adalah suatu ruang yang tidak dikiasifikasikan
sebagai Zone 21, dimana kabut
debu mungkin terjadi tidak terus menerus, dan muncul
hanya dalam waktu singkat, atau dimana terdapat
pengumpulan atau penumpukan debu yang mudah
terbakar dalam kondisi abnormal, danmenimbulkan
peningkatan campuran debu yang dapat menyala di
udara
59
60
9.Ruang radiasi
61
62
• Dalam ruang di daerah panas sekitar sel radioaktif yang
mengandung udara radioaktif, semua pipa instalasi listrik
sedapat mungkin harus ditanam dalam tembok. Kabel yang
ada di plafon sepaya ditunjang dengan baik denganketinggian
minimum 3 meter.
• Semua permukaan sakelar, tusuk kontak, dan kotak kontak
harus terdiri dari bahan yang tidakmudah terbakar, harus licin,
kuat dan tanpa lekukan yang tajam. Pemasangan dalam
dinding harus rata dalam satubidang
63
64
• Kotak kontak, tusuk kontak, atau sakelar harus
dilengkapi dengan seiungkup dari logam, atau dari
bahan lain yang cukup kuat dan tahan terhadap
kerusakan mekanis.
• Lampu pencahayaan harus dipasang atau dilindungi
sedemikian rupa sehingga cukup terhindar dari
kerusakan mekanis.
65
66
• Pada voltase lebih dari 50 V, jika digunakan konduktor
dengan perisai logam
• fleksibel, dibagian dalam perisai logam itu harusberselubung
karet atau selubung yang sama mutunya.
• Jika pada peluncur, dok, galangan kapal dan sebagainya,
digunakan tenaga listrik, badan kapal dari logam harus
dibumikan dengan baik.
• Untuk pemasangan instalasi listrik pada peluncur, dok,
galangan kapal dan sebagainya, berlaku ketentuan dalam ruang
lembab dan ruang kasar.
67
68
• PHBKdengan relai otomatis, baik sebagai
pengendali jauh maupun sebagai pengendali lain
yang sejenis, boleh dipasang menyimpang dari
ketentuan instalasi diatas, asalkan PHBKitu
dipasang dalam ruang lain yang terpisah. Selain
itu harus diamankan pula terhadap sentuh tak
langsung, misalnya dengan insulasi proteksi.
69
70
• Periengkapan rem yang dilayani dengan listrik, harus
dibuat sedemikian rupa sehingga rem itubekerja dengan
sendirinya, jika voltasenya hilang.
• Tinggi angkat beban harus dibatasi dengan sakelar
pembatas.
• Sakelar pembatas harus dipasang pada ujung dari tiap
arah gerak alat.
• Instalasi lift dengan penggerak tromol harus dilengkapi
dengan otomat yang dapat menghentikan tromol apabila
voltase tarik pada kabel gantung menjadi lebih keci! dari
voltase taik dalam keadaan kerja normal dan lift kosong
atau bila beban melebihi kapasitasmaksimum.
• Pintu masuk lift harus diatur sedemikian rupa sehingga
lift tidak dapat bekerja bila pintu belum tertutup
sempurna.
71
72
14. Instalasi listrik desa
73
74
• PHBKyang digunakan harus dari jenis tertutup dengan
kotak dari bahan yang tidak mudah terbakar. PHBK
dipasang pada dinding tembok atau papan.
• Konduktor digunakan kabel berinsulasi ganda (misalnya
NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal
dengan penampang tiap intinya minimum 1,5 mm2.
• Jumlah titik beban maksimum sembilan buah,termasuk
kotak kontak sejumlah maksimum tigabuah.
75
76
15. Instalasi sementara
77
78
16. Instalasi dalam pengerjaan
bangunan
• Lemari hubung bagi yang digunakan harus diberi perlindungan
terhadap percikan air.
• Ditempat-tempat yang lembab, instalasi yang diperlukan harus
dipasang sedemikian hingga tidak terkena air dan sedapatmungkin
berada diluar jangkauantangan.
• Instalasi-instalasi sementara umumnya diperlakukan dengan kasar.
Karena itu bahan yang digunakan harus cukup kuat, kalau harus
digunakan berulangkali, instalasi-instalsi ini harus mudahdibongkar,
disimpan dan diangkut
79
80
• Genset darurat dapat menyediakan daya untuk beberapa
keperluan seperti pendinginan, pelayanan alat bantu
pemapasan mekanis, ventilasi jika penting untuk keselamatan
jiwa, pencahayaan dan tenaga untuk kamar operasi di rumah
sakit, sistem alarm kebakaran, proses industri yang bila aliran
listrik terputus dapat menyebabkan bahaya yang serius,
komunikasi dan hal lain yangsejenis.
81
82
• Jalan ke luar masuk diatur sedemikian rupa sehingga
tidak akan tertutup oleh bangunan baru di kawasan
tersebut. Harus dilakukan tindakan dan penyediaan
sarana untuk memperkecil akibat buruk dari suara
dan asap ketika pusat pembangkitan darurat
digunakan
83
• Tidak boleh ada pipa pelayanan lain yang masuk ke ruang ini
selain pipa untuk sistem darurat ini dan pipa proteksiterhadap
api. Jika perlu untuk menembus atau memecah tembok maka
ketentuan tahan api dan tingkat kebisingan arus tetap
terpenuhi.
84
• Pintu ke luar masuk bangunan instalasi harus disesuaikan
untuk keperluan pemasangan perlengkapan, pemeliharaan dan
penggantian bagian perlengkapan jika diperlukan. Semua pintu
harus membuka ke luar dan sebaiknya dilengkapi dengan alat
yang bisa menutup sendiri.
• Luas bangunan bergantung pada susunan clan ukuran
perlengkapan yang bergantung pada kapasitas sistem. Harus
tersedia jarak sekurang-kurangnya 3/4 m sekitar perlengkapan
guna perawatan perlengkapan.
85
87
89
• IEC60079
• ATEX(Explosive Atmoshperes)
• CSB(Chemical and Safety Hazard
Investigation Board)
• SNI 0225:2011
• MSDS (Material Safety Data Sheet)
92
LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICALINSTALLATION IN HAZARDOUSAREA
ZONA0
ZONA2 ZONA1
ZONA1
FUELSTATION
93
LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICALINSTALLATION IN HAZARDOUS AREA
ZONA 0
ZONA 1
ZONA 2
ZONA1
NaHSPLANT
94
NaHS PLANTAREA
Zone 1
95
REAGENTPLANTAREA
• MARKING ZONEAREA
Zone 0 Zone 1
96
VISIT REPORT
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA
97
98
PEMBINAAN TEKNISI
K3 LISTRIK
II. KELOMPOK INTI :
II.11.
Praktek
II.11.
Praktek
1
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
III.1.
Identifikasi potensi
bahaya listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.1.
Identifikasi potensi
bahaya listrik
2. Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan. 2. Ada bagian-bagian terbuka yang bertegangan yang
tidak diisolasi
3.Beritutup yang aman pada bagian-bagian yang 3. Ada bagian-bagian yang bertegangan, tetapi tidak bertegangan
diberi diberi tutup yang aman
4.Beri
pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan 4. Ada bagian-bagian bertegangan yang kemungkinan bisa yang
kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak tersentuh manusia secara tidak sengaja, tetapi tidak diberi sengaja,
pasang peralatan Interlocking (bila perlu). pagar pengaman.
5. Pasang Grounding pada Instalasi listrik 5. Ada Instalasi listrik yang tidak dipasangGrounding.
6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang 6. Ada bagian-bagian yang kemungkinan bisa bertegangan kemungkinan
bisa bertegangan (misalnya frame dari (misalnya frame dari motor, dan lain-lain) tetapi tidak motor, dan lain-lain)
dipasang Grounding
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) dengan 7. Ada instalasi listrik tegangan rendah (terutama indoor)
sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB adalah yang tidak dipasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) GPAS
(Gawai Proteksi Arus Sisa), alias RCCB (Residual dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB Current
Circuit Breaker), alias RCD (Residual Current adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa), alias RCCB Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter). (Residual Current Circuit Breaker), alias RCD (Residual
Current Detector), alias GFCI (Ground Fault Current
Interrupter).
8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu 8. Tidak diLaksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan
pekerjaan listrik. melakukan pekerjaan listrik.
9. Gunakan PPE yang tepat, baik, dan benar 9. Tidak diGunakan PPE yang tepat, baik, danbenar
4
Mengidentifikasi potensi bahaya listrik “senada” dengan
Cara mencegah bahaya listrik
Cara mencegah bahaya Ada potensi Bahaya
ARC FLASH ARC FLASH , jika :
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, harus 1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, listriknya
selalu listriknya dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali TIDAK dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali terpaksa.
terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan 2.Tidak dilakukan kemungkinan untuk menghindari
pastikan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse) terjadinya short circuit, dan tidak ada alat proteksi (CB
atau Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition) dan 3.Tidak ada upaya menghindari Kondisi tidak aman (Unsafe
Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act) condition) dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4.Tidak digunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang tepat, baik dan dan benar
benar
3. Gunakan jenis kabel yang benar 3. Tidak digunakan jenis kabel yang benar
4.Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA 4.Tidak digunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya. (Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya “Loss connection” 5. Tidak ada upaya mengHindari terjadinya “Loss
connection” 5
6
Mengidentifikasi potensi bahaya listrik “senada” dengan
Cara mencegah bahaya listrik
b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan b. Ada radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik pemeliharaan listrik
c. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan c. Ada kemungkinan seseorang bisa terpeleset ketika
pemeliharaan listrik sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
d. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan d. Ada kemungkinan seseorang bisa jatuh dari ketinggian
pekerjaan pemeliharaan listrik ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
e. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika e. Ada kemungkinan seseorang bisa tersentuh panas pada
sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik peralatan listrik ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
GUNAKAN ALAT
PELINDUNG DIRI(APD) Penutup
Kepala/Helm
Kacamata Pelindung
Masker
Identitas (ID)
Baju Lengan Panjang
Sarung Tangan
Sabuk Keselamatan
Sepatu Keselamatan
8
Do and Don’t
(Yang boleh dan Yang tidak boleh)
10
x
11
12
x
13
14
x
15
16
x
17
18
x
19
20
x
21
22
x
23
24
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.2.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Pekerjaan
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.2.
Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (P3K)
di Pekerjaan Listrik
1
E.1. Ketentuan
Pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik, biasanya
penderita terjatuh setelah aliran listrik putus. Jika tempat
kejadian itu membahayakan, misalnya di atas tiang, atap yang
landai, atau kuda-kuda bangunan, sering orang mengalami
kecelakaan yang lebih berat. Dalam hal ini pertolongan pertama
pada kecelakaan (PPPK) yang dilakukan oleh seorang ahli atau
pembantu dokter, tidak dimaksudkan untuk mengambil alih
tugas dokter melainkan semata-mata merupakan pertolongan
darurat sampai dokter datang.
4
2. Cara membebaskan penderita dari aliran listrik
6
3. Pertolongan pertama pada penderita luka
8
b) Luka pada mata
Tutuplah kedua mata dengan kasa steril meskipun cuma satu
mata yang terluka. Jika luka disebabkan oleh bahan kimia
seperti soda, asam keras, amonia, cucilah mata dengan air
bersih. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk membuka mata
selebarlebarnya.
c) Luka bakar
Jika pakaian dari orang yang bersangkutan masih terbakar,
cegahlah orang tersebut berlari-lari. Lemparkan ke tanah,
matikan nyala api dengan membungkus orang tersebut dengan
selimut, atau menggulingkan badan orang tersebut ke tanah.
Bekasbekas pakaian terbakar yang masih menempel pada
badan tidak boleh dihilangkan. Kulit yang melembung tidak
boleh disudat/dipecahkan. Balutlah luka bakar dengan
pembalut khusus untuk luka bakar (konsteril) dan balut
longgar.
10
d) Luka bakar karena bahan kimia
Apabila luka bakar di bagian luar, maka buka pakaian penderita
dan segera siram dengan air bersih yang banyak untuk
melarutkan bahan-bahan kimia tersebut. Setelah itu balut luka
seperti halnya luka bakar api. Apabila luka bakar di dalam,
misalnya penderita telah terminum asam keras, segera
penderita beri minum air atau air the dan secepatnya bawa ke
rumah sakit.
11
Apabila bidai yang khusus untuk tulang patah tidak ada, lengan
yang patah untuk sementara dibandut pada dada (ditekuk pada
sisi) atau digantung dengan kain segitiga; tungkai kaki yang
patah dibandut pada papan atau tongkat. Jika tak ada papan
atau bandut pada tungkai kaki yang utuh. Aturan di atas tidak
berlaku bagi tulang belakang atau tulang punggung yang
patah. Dalam hal ini geserlah penderita dengan hati-hati pada
meja datar yang kuat. Jangan sekali-kali mengangkat badan
penderita.
12
E.5. Keracunan gas
b)Gas yang merusak paru, misalnya klor, fosgen, gas nitro, dan
sulfur dioksida.
Bukalah baju penderita, kemudian jauhkan dia dari baju yang
sudah penuh mengandung gas. Usahakan agar penderita
tenang dan berbaring terlentang, jangan diperbolehkan untuk
berjalan. Apabila penderita sudah sadar, berilah sedikit air kopi
atau air the panas. Dalam hal ini tidak boleh diberi pernafasan
buatan. 13
14
E.7. Pernafasan buatan
Penyelamatan pada korban kecelakaan kejut listrik dapat
mengagetkan korban dan menghentikan nafas korban. Berikut
langkah-langkah ditempuh untuk memberikan pernafasan
buatan:
15
1) Pertama 2) Kedua
16
3) Ketiga 4) Keempat
17
5) Kelima
18
6) Keenam
-Bila denyut korban dan pernafasan
alamiah telah kembali, hentikan
penyadaran kembali, dan letakkan
korban pada posisi recovery atau
posisi koma.
-Perhatikan terus korban, untuk
memastikan dia tidak berhenti
bernafas lagi, sampai perawat ahli
mengambil alih.
CATATAN :
Informasi ini hanya merupakan suatu panduan. Disarankan agar petugas
yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan atau perawatan
instalasi listrik, memperoleh pelatihan resmi mengenai cara-cara terbaru
pertolongan menyadarkan kembali korban.
19
BAHAYA :
20
8. Pingsan alam
Ada kemungkinan seorang penderita mengalami pingsan alam.
Dalam peristiwa ini, penderita harus dijaga agar tetap hangat
dengan jalan menyelimutinya, dan jika mungkin botol berisi air
panas ditempatkan pada kakinya.
9. Minuman perangsang
Minuman perangsang tidak boleh diberikan kepada penderita
yang pingsan. Minuman panas tidak boleh diberikan kecuali
penderita sudah benar-benar sadar.
21
22
2) nama penderita,
24
Pembinaan Teknisi K3
Listrik
IV.1
Evaluasi
(Teori)
IV.1.
Evaluasi (Teori)