Anda di halaman 1dari 73

PENGAWASAN

K3 PESAWAT UAP

SASONGKO YUNIANTO
SISTEMATIKA
I. Latar Belakang pengawasan K3 Pesawat Uap.
II. Dasar Hukum pengawasan K3 Pesawat Uap.
III. Beberapa Pengertian perihal Pes.Uap
IV. Pengetahuan dasar Pesawat Uap
V. Potensi Bahaya pada Pesawat Uap
VI. Tahap pengawasan K3 Pesawat Uap
VII.Tata Cara sertifikasi Alat
VIII.Personil Pesawat Uap
 
I.LATAR BELAKANG

1. Penemuan Mesin Uap


2. Revolusi Industri Thn. 1825
3. Pemanfaatan Pesawat Uap saat ini
4. Potensi bahaya
JAMES WATT
19 Januari 1736 - 25 Agustus 1819
II. DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Uap 1930
3. Peraturan Uap 1930
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
a). No. Per.02/Men/1982
b). No. Per.01/Men/1988
5. Keputusan / Edaran Dirjen
6. Standar Internasional yang diterima di Indonesia
III. PENGERTIAN (UU Uap 1930 )

PESAWAT UAP
Ketel uap dan alat-alat lainnya yang dengan Peraturan
Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau tidak
langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu
ketel uap dan diperuntukan bekerja dengan tekanan yang
lebih besar (tinggi) daripada tekanan udara

KETEL UAP
Suatu pesawat, dibuat guna menghasilkan uap atau
stoom yang dipergunakan di luar pesawatnya
KETEL UAP

PESAWAT UAP

PESAWAT UAP
SELAIN KETEL UAP

PEMANAS AIR

PENGERING UAP

PENGUAP2 / SULINGAN

BEJANA UAP
IV. PENGETAHUAN TENTANG KETEL UAP

A. PRINSIP KERJA KETEL UAP


B. PEMANFAATAN UAP

 Pabrik gula, Pabrik CPO


 Pabrik Textil, Konveksi
 Pengolahan minyak bumi
 Pabrik makanan/minuman
 Hotel-hotel , Rumah Sakit
 POWER PLAN (PLTU/PLTN)
BOILER DI PABRIK CPO / PMKS
PABRIK MAKANAN
LOKOMOTIF
C. KLASIFIKASI KETEL UAP

1. Menurut Working Pressure


KUALITAS / STANDAR BAHAN
a. Wp < 0,5 Kg/cm2
b. Wp > 0,5 Kg/cm2 SAFETY DIVICES

2. Menurut konstruksinya
a. Ketel Uap Tetap (stationary boiler) AKTE IJIN
b. Ketel Uap Berpindah ( packeged boiler)
Stasionary Boiler
Packeged Boiler
3. Menurut kapasitasnya
a. Ketel Uap kapasitas > 10 T/jam OPERATOR KELAS I
b. Ketel Uap kapasitas < 10 T/jam OPERATOR KELAS II
4. Menurut Tempat Kedudukannya
a. Ketel Uap di Laut 1 th sekali

b. Ketel Uap di Darat 2 th sekali

c. Ketel Uap Lokomotif 3 th sekali

Pesawat Uap selain Ketel Uap 4 th sekali


5. Berdasarkan aliran gas panas atau air yang
dipanaskan :
a. Ketel pipa api ( fire tube boiler)
b. Ketel pipa air ( water tube boiler )
c. Ketel Kombinasi (combi boiler)
Ketel Pipa api ( Fire tube boiler )
Keuntungan :
1. Tidak membutuhkan setting khusus, sehingga proses
pemasangannya mudah dan cepat.
2. Investasi awal murah.
3. Bentuknya lebih compact dan portable.
4. Tidak memerlukan area yang besar.

Kerugian :
1. Tekanan operasi steam terbatas untuk tekanan rendah 18 bar.
2. Jika dibandingkan dengan water tube, kapasitas steamnya
relative kecil (13.5 Ton/H).
3. Tempat pembakarannya sulit dijangkau sehingga susah untuk
dibersikan, diperbaiki, dan diperiksa kondisinya.
4. Banyak energi kalor yang terbuang langsung menuju stack
sehingga nilai effisiensinya rendah
Ketel pipa air ( Water tube boiler )
Keuntungan :
1. Kapasitas steam besar hingga 450 TPH.
2. Tekanan operasi mencapai 100 Bar.
3. Nilai effisiensi lebih tinggi jika dibanding fire tube boiler
4. Untuk melakukan pemeriksaan, pembersihan, dan perbaikan

tungku mudah dijangkau


Kerugian :
1. Water tube boiler ini proses konstruksinya lebih detail.
2. Investasi awal relative lebih mahal.
3. Penanganan air yang masuk ke boiler dalam sistem ini
lebih sensitif sehingga perlu dijaga mutu dan kualitas airnya
4. Konstruksinya membutuhkan area yang luas karena mampu
menghasilkan kapasitas dan tekanan steam yang lebih besar.
kombinasi
6. Berdasar Bahan bakar
a. Bahan bakar padat ;
kayu, serabut & cangkang sawit, bagase, batu bara
 
b. Bahan bakar cair ;
Solar, residu , Coal oil
 
c. Bahan bakar gas
LPG, CNG, LNG
 
d. Nuclear U235
7. Berdasarkan suhu dan tekanan uap
 Boiler subcritical,
tekanan : 16-17 Mpa (160-170 bar)
temperatur uap : 547 oC
efisiensi : 38%.

 Boiler supercritical,
tekanan : 22-24 Mpa (220-240 bar)
temperatur uap : 560 oC
efisiensi : 45 %.

 Boiler ultra-supercritical,
tekanan : > 26 Mpa (260 bar)
temperatur uap : 700 oC
efisiensi : 50 %.
D. PERALATAN PESAWAT UAP

ALAT- ALAT YANG DITUJUKAN  ALAT PENGAMAN


UNTUK MENJAMIN  SAFETY DEVICES
PEMAKAIAN DENGAN AMAN  APENDAGES
DARI SUATU PESAWAT UAP
KETEL UAP TEKANAN TINGGI
A. Tingkap pengaman ( Safety Valve)
Fungsi : Membuang tekanan pada Saat tekanan di dalam
Boiler telah mencapai tekanan kerja maksimum yang
diizinkan.
 B. Pedoman tekanan ( Manometer )
Fungsi : Menunjukkan tinggi tekanan steam dalam Boiler.

C. Gelas pedoman air/gelas penduga ( WLG ).

 D. Pompa Pengisi / Feed Water Pump


Fungsi : Mengisi air umpan kedalam boiler
 
E. Peluit bahaya/alarm
Fungsi : Memberitahukan kepada Operator
bahwa Boilernya kekurangan air.
 
F. TBAT
Fungsi : hanya berupa tanda bahwa
Permukaan air tidak boleh lebih Rendah dari
tanda tsb.
G. Kerangan cabang tiga memakai Flens Coba, tepat berada di
bawah manometer.
Fungsi : Sebagai tempat Manometer yang sudah dikalibrasi
H.  Katup Blowdown
Fungsi : membuang kotoran yang mengendap di dalam air

I. Man Hole
Fungsi : Lewat petugas penguji/ Pemeliharan boiler.

J. Sludge Hole / hand hole


Fungsi : tempat mengambil lumpur Dalam boiler manakala
Boilernya Berhenti.
 K. Nama Plate.
Memuat keterangan2 dari boiler
V. POTENSI BAHAYA PADA PESAWAT UAP

A. KONDISI SAAT BEROPERASI

1. Terdapat Proses Pembakaran menghasilkan suhu


Tinggi
2. Terdapat Uap air mempunyai TEKANAN TINGGI
B. Akibat Kecelakaan Dari Pesawat Uap

1. Menimbulkan Peledakan
2. Menimbulkan Kebakaran
3. Terkena Semburan air panas
4. Terkena Semburan uap air
5. Terkena Semburan api
6. Runtuhan Bangunan

40
C. SEBAB-SEBAB KECELAKAAN PADA PESAWAT UAP

1. UNSAFE CONDITION
a. Bahan/ Material yang digunakan tidak sesuai ketentuan
Contoh :
 ASME SA 516 Gr 70
 DIN 17115 H II
 BS 1501
 JIS 3103 SB.42
b. Ketebalan pelat kurang/ berkurang
c. Mutu las rendah
d. Apendages tidak lengkap / tidak berfungsi.
e. Mutu Air Umpan boiler rendah.
2. UNSAFE ACTION
a. Pemakai menggunakan secara tidak sah/ilegal
b. Operator
 Membuat alat pengaman tidak berfungsi
 Mengoperasian tidak sesuai Prosedur
 Lalai / Meninggalkan tempat pengoperasiannya
c. Riksa Uji yang tdk berkualitas :
 Pelaksana tidak berwenang
 Prosedur tidak sesuai ketentuan
 Peralatan uji
VI. TAHAPAN PENGAWASAN

1. Perencanaan
2. Pembuatan
3. Perakitan / Pemasangan
4. Pemakaian
5. Pemeliharaan
6. Modifikasi / Reparasi
7. Riksa Uji
A. TAHAP PERENCANAAN

PEMBUAT
Perusahaan pembuat yang
ber-SKP Dirjen BINWASNAKER
Kemenaker RI.

GAMBAR RENCANA PENGESAHAN


PNK3 Kemnaker RI
BERKAS PERMOHONAN BERISI :

1. Gambar konstruksi
 kalkir = 1 set, afdruknya 4 set
 skala minimal 1 : 12
2. Gambar detail sambungan las / rol
(skala 1:1, kalkir satu set, afdruknya 4 set).
3. Perhitungan kekuatan konstruksi
(Gronslagen,ASME, DIN, BS, atau JIS)
4. Material certificat yang syah.
(Shiping Beareu, Lyoid Register, DOT, TUV)
B. TAHAP PEMBUATAN

1. Boiler dapat mulai dibuat setelah pengesahan


gambar Rencana telah diberikan oleh Direktur
PNK3 Kemnaker RI.
2. Pembuatan di perusahaan pembuat diawasi
secara terus menerus/ riksa-uji oleh Pengawas
Ketenagakerjaan/AK3 spesialis PUBT.
3. Pengawasan Proses Pengelasan
Welder memiliki Sertifikat Juru Las Kelas I
Penggunaan Elektroda Las
4. Pengujian dengan Radiografi
 X-ray / Gamma-Ray
 Dilaksanakan oleh Radiographer yang
berwenang dari PJK3 yang memiliki SKP dari
Dirjen Binwasnaker Kemenakertrans.
Contoh hasil NDT
5. Heat treatment
Dilakukan pemanasan dengan suhu sampai
sekitar 7000 C
6. Pembuatan Dokumen pengawasan pembuatan
Dukumen ditandatangani engineer perusahaan pembuat dan
Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis PUBT dilampiri :
 gambar konstruksi,
 gambar detail sambungan,
 sertifkat bahan,
 perhitungan kekuatan konstruksi,
 hasil NDT,
 laporan heat treatment

7. Dokumen tersebut disertakan DENGAN Boiler yang


bersangkutan untuk dikirim ke USER .
DOKUMEN
PEMBUATAN

Packaged boiler BUILD UP

DOKUMEN
PEMBUATAN

KOMPONEN
Stasionery boiler TERPISAH

PERLU DIRAKIT
C. TAHAP PERAKITAN
1. Sebelum dikakukan pembuatan pondasi Stationary
boiler di lokasi, harus dilaporkan terlebih dahulu ke
Disnaker setempat
2. Perusahaan perakit harus memiliki SKP sbg perusahan
perakit Boiler dari Dirjen PPK.

3. Selama perakitan dilakukan pengawasan / riksa-uji oleh


Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis PUBT.

4. NDT dengan X-Ray/Gamma-Ray dilaksanakan oleh PJK3


yang memiliki SKP Dirjen PPK Kemenakertrans RI.
D. TAHAP PEMAKAIAN

SEBELUM DIPAKAI,
AKTE IJIN
HARUS MEMPUNYAI AKTE IJIN

BILA TIDAK PUNYA DAPAT


DIBERHENTIKAN
TIDAK PERLU AKTE IJIN

1. KETEL UAP HS (M2) x WP(Kg/cm2) ≤ 0,2

2. PEMANAS AIR BILA TERBUAT DARI PIPA Ød ≤ 50 mm

3. PENGERING UAP BILA TERBUAT DARI PIPA Ød ≤ 25 mm


(MANDIRI)

4. BEJANA-BEJANA UAP Ød ≤ 450 mm.


V (dm³) x P (Kg/Cm²) ≤ 600
V < 100 dm³

5. BEJANA-BEJANA PENGUAP
V (dm³) x P (Kg/Cm²) ≤ 300
V < 75 dm³
Contoh kasus :
PT. Maju Sejahtera yang beralamat di Jl.Ringinharjo
Kab.Sleman pada proses produksinya ditemukan adanya
penggunaan Pesawat Uap berupa ketel uap .
Pada name plate tertera tahun pembuatan 2014 dibuat di
Indonesia dengan luas pemanasan 3000 Cm2 tekanan kerja 0,6
Kg/ Cm2, pada saat dilakukan pemeriksaan ternyata ketel uap
tsb tidak memiliki AKTE IJIN

Apakah dalam hal ini PT. Maju Sejahtera melanggar ketentuan


UU/Peraturan Uap 1930?
Jelaskan jawaban saudara !
 

CARA MENDAPATKAN AKTE IJIN ?????


VII. CARA MENDAPATKAN AKTE IJIN

PEMAKAI

AKTE IJIN PERMOHONAN AI

Isi Berkas Permohonan :


1. Formulir Bentuk 6
2. Dokumen pengawasan
pembuatan
 Gambar Rencana
DISNAKE  Perhitungan kekuatan
RIKSA UJI R konstruksi
PROVINSI  Material certifikat,
 Hasil NDT,
 Laporan heat treatment,
A. BENTUK PEMERIKSAAN PADA KETEL UAP

1. PEMERIKSAAN PERTAMA
2. PEMERIKSAAN BERKALA
3. PEMERIKSAAN KHUSUS :
 KARENA REPARASI
 KARENA MUTASI
 KARENA UMUR PEMAKAIAN
 KARENA PELEDAKAN
1. Pemeriksaan Pertama
 Pemeriksaan sebelum Boiler memiliki Akte Izin.
 Riksa-uji pertama wewenang Pengawas Ketenaga
kerjaan spesialis / AK3 spesialis PU & BT.
 Jika dari hasil riksa-uji pertama dinyatakan memenuhi
standar / ketentuan yang berlaku, maka AI diterbitkan.
PROSEDUR RIKSA UJI
1) Riksa visual
 Dokumen,
 Kelengkapan Apendages,
 sisi bagian api ,
 Sisi bagian air
2) Pengukuran ketebalan bahan.
3) Pengukuran kekuatan bahan.
4) Perhitungan kekuatan konstruksi dg STANDAR
(GronsLagen, ASME, DIN,BS atau JIS)
5). Pengujian Tekanan (Hydrostatic Test)

Besar Tekanan Pengujian: TERGANTUNG WP

6). Pengujian dengan Uap (Steam Test)


7). Kesimpulan hasil uji
Untuk Ketel Uap tetap,
pemeriksaan dilakukan sebelum tembok dipasang.
2. Pemeriksaan Berkala
Ketel Uap Kapal, min 1 x setiap 1 tahun,
Ketel Uap Darat, min 1 x setiap 2 tahun,
Ketel Uap Loko, min 1 x setiap 3 tahun.

Tekanan Hydro Test = Wp + 3 Kg/Cm2

PENGUJIAN DARI PESAWAT-PESAWAT UAP YANG AKAN DILAKUKAN SESUDAH


PENGUJIAN PERTAMA ADALAH BERKALA DILAKUKAN DENGAN TEKANAN
PALING TINGGI 3 (TIGA) Kg/Cm² LEBIH DARI TEKANAN YANG DIPERBOLEHKAN.
3. Pemeriksaan Khusus
a. PEMERIKSAAN KHUSUS KARENA REPARASI
 Sebelum dan setelah reparasi harus di riksa uji oleh
Pengawas Ketenagakerjaan/AK3 spesialis PUBT

 Pelaksana reparasi :
PJK3 bidang perepasi Boiler yang memiliki SKP Dirjen PPK.

 Hasil riksa-uji Radiography Test/UT dilaksanakan oleh


Radiographer Level II / UT level II dari PJK3, diawasi oleh
Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis PUBT
b. PEMERIKSAAN KHUSUS KARENA MUTASI

 Ketel uap packaged dapat di mutasi ke seluruh


wilayah RI, tetapi harus disertai AI nya dan surat
keterangan mutasi dari Disnaker setempat.
 Ketel uap tetap jika dipindah dari pondasi semula,
Akte Izin dicabut.
c. PEMERIKSAAN KHUSUS KARENA UMUR

BOILER PENELITIAN
35 TAHUN BAHAN

 Surat Edaran No. 111/U, tanggal 31 Mei 1957, tentang


pemeriksaan bahan (PB), untuk semua ketel uap

 Surat Edaran No. 156/U, tahun 1978, tentang pengujian-


pengujian las-lasan pesawat uap dengan pengujian tidak
merusak
d.PEMERIKSAAN KHUSUS KARENA PELEDAKAN

Lapor 2 x 24 jam
RIKSA UJI KHUSUS
KASUS
PELEDAKAN TINDAKAN HUKUM
TINDAKAN TEKNIS
VIII. PERSONIL PESAWAT UAP

OPERATOR
PESAWAT UAP

LISENSI K3 / KELAS I
SIO

KELAS II
KETENTUAN JUMLAH OPERATOR
LIHAT LAMPIRAN PERMENAKER No. 1/1988
WEWENANG OPERATOR
Operator kelas I berwenang melayani:
a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap lebih besar dari 10
ton/jam.
b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
c. Mengawasi kegiatan operator kelas II bila menurut ketentuan
pada peraturar ini perlu didampingi operator kelas II.

Operator kelas II berwenang melayani:


a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap paling tinggi 10
ton/jam.
b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
SYARAT OPERATOR KELAS I
a. Pendidikan Min imal SLTA Jurusan mekanik, listrik, atau IPA.
b. Telah berpengalaman dibidang pelayanan pesawat uap sekurang-
kurangnya 2 tahun.
c. Berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Berbadan sehat dari dokter.
e. Umur sekurang-kurangnya 23 tahun.
f. Harus lulus paket Al + A2.
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja cq.
Ditjen Binawas.
SYARAT OPERATOR KELAS II
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP, dan diutamakan teknik
mekanik, atau listrik.
b. Pernah sebagai pembantu operator selama 1 tahun
c. Berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Umur sekurang-kurangnya 20 tahun.
e. Berbadan sehat dari dokter.
f. Mengikuti kursus operator paket A1.
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja
cq. Ditjen Binawas
TERIMAKASIH

KPA DIY 2013 73

Anda mungkin juga menyukai