K3 PESAWAT UAP
SASONGKO YUNIANTO
SISTEMATIKA
I. Latar Belakang pengawasan K3 Pesawat Uap.
II. Dasar Hukum pengawasan K3 Pesawat Uap.
III. Beberapa Pengertian perihal Pes.Uap
IV. Pengetahuan dasar Pesawat Uap
V. Potensi Bahaya pada Pesawat Uap
VI. Tahap pengawasan K3 Pesawat Uap
VII.Tata Cara sertifikasi Alat
VIII.Personil Pesawat Uap
I.LATAR BELAKANG
PESAWAT UAP
Ketel uap dan alat-alat lainnya yang dengan Peraturan
Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau tidak
langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu
ketel uap dan diperuntukan bekerja dengan tekanan yang
lebih besar (tinggi) daripada tekanan udara
KETEL UAP
Suatu pesawat, dibuat guna menghasilkan uap atau
stoom yang dipergunakan di luar pesawatnya
KETEL UAP
PESAWAT UAP
PESAWAT UAP
SELAIN KETEL UAP
PEMANAS AIR
PENGERING UAP
PENGUAP2 / SULINGAN
BEJANA UAP
IV. PENGETAHUAN TENTANG KETEL UAP
2. Menurut konstruksinya
a. Ketel Uap Tetap (stationary boiler) AKTE IJIN
b. Ketel Uap Berpindah ( packeged boiler)
Stasionary Boiler
Packeged Boiler
3. Menurut kapasitasnya
a. Ketel Uap kapasitas > 10 T/jam OPERATOR KELAS I
b. Ketel Uap kapasitas < 10 T/jam OPERATOR KELAS II
4. Menurut Tempat Kedudukannya
a. Ketel Uap di Laut 1 th sekali
Kerugian :
1. Tekanan operasi steam terbatas untuk tekanan rendah 18 bar.
2. Jika dibandingkan dengan water tube, kapasitas steamnya
relative kecil (13.5 Ton/H).
3. Tempat pembakarannya sulit dijangkau sehingga susah untuk
dibersikan, diperbaiki, dan diperiksa kondisinya.
4. Banyak energi kalor yang terbuang langsung menuju stack
sehingga nilai effisiensinya rendah
Ketel pipa air ( Water tube boiler )
Keuntungan :
1. Kapasitas steam besar hingga 450 TPH.
2. Tekanan operasi mencapai 100 Bar.
3. Nilai effisiensi lebih tinggi jika dibanding fire tube boiler
4. Untuk melakukan pemeriksaan, pembersihan, dan perbaikan
Boiler supercritical,
tekanan : 22-24 Mpa (220-240 bar)
temperatur uap : 560 oC
efisiensi : 45 %.
Boiler ultra-supercritical,
tekanan : > 26 Mpa (260 bar)
temperatur uap : 700 oC
efisiensi : 50 %.
D. PERALATAN PESAWAT UAP
I. Man Hole
Fungsi : Lewat petugas penguji/ Pemeliharan boiler.
1. Menimbulkan Peledakan
2. Menimbulkan Kebakaran
3. Terkena Semburan air panas
4. Terkena Semburan uap air
5. Terkena Semburan api
6. Runtuhan Bangunan
40
C. SEBAB-SEBAB KECELAKAAN PADA PESAWAT UAP
1. UNSAFE CONDITION
a. Bahan/ Material yang digunakan tidak sesuai ketentuan
Contoh :
ASME SA 516 Gr 70
DIN 17115 H II
BS 1501
JIS 3103 SB.42
b. Ketebalan pelat kurang/ berkurang
c. Mutu las rendah
d. Apendages tidak lengkap / tidak berfungsi.
e. Mutu Air Umpan boiler rendah.
2. UNSAFE ACTION
a. Pemakai menggunakan secara tidak sah/ilegal
b. Operator
Membuat alat pengaman tidak berfungsi
Mengoperasian tidak sesuai Prosedur
Lalai / Meninggalkan tempat pengoperasiannya
c. Riksa Uji yang tdk berkualitas :
Pelaksana tidak berwenang
Prosedur tidak sesuai ketentuan
Peralatan uji
VI. TAHAPAN PENGAWASAN
1. Perencanaan
2. Pembuatan
3. Perakitan / Pemasangan
4. Pemakaian
5. Pemeliharaan
6. Modifikasi / Reparasi
7. Riksa Uji
A. TAHAP PERENCANAAN
PEMBUAT
Perusahaan pembuat yang
ber-SKP Dirjen BINWASNAKER
Kemenaker RI.
1. Gambar konstruksi
kalkir = 1 set, afdruknya 4 set
skala minimal 1 : 12
2. Gambar detail sambungan las / rol
(skala 1:1, kalkir satu set, afdruknya 4 set).
3. Perhitungan kekuatan konstruksi
(Gronslagen,ASME, DIN, BS, atau JIS)
4. Material certificat yang syah.
(Shiping Beareu, Lyoid Register, DOT, TUV)
B. TAHAP PEMBUATAN
DOKUMEN
PEMBUATAN
KOMPONEN
Stasionery boiler TERPISAH
PERLU DIRAKIT
C. TAHAP PERAKITAN
1. Sebelum dikakukan pembuatan pondasi Stationary
boiler di lokasi, harus dilaporkan terlebih dahulu ke
Disnaker setempat
2. Perusahaan perakit harus memiliki SKP sbg perusahan
perakit Boiler dari Dirjen PPK.
SEBELUM DIPAKAI,
AKTE IJIN
HARUS MEMPUNYAI AKTE IJIN
5. BEJANA-BEJANA PENGUAP
V (dm³) x P (Kg/Cm²) ≤ 300
V < 75 dm³
Contoh kasus :
PT. Maju Sejahtera yang beralamat di Jl.Ringinharjo
Kab.Sleman pada proses produksinya ditemukan adanya
penggunaan Pesawat Uap berupa ketel uap .
Pada name plate tertera tahun pembuatan 2014 dibuat di
Indonesia dengan luas pemanasan 3000 Cm2 tekanan kerja 0,6
Kg/ Cm2, pada saat dilakukan pemeriksaan ternyata ketel uap
tsb tidak memiliki AKTE IJIN
PEMAKAI
1. PEMERIKSAAN PERTAMA
2. PEMERIKSAAN BERKALA
3. PEMERIKSAAN KHUSUS :
KARENA REPARASI
KARENA MUTASI
KARENA UMUR PEMAKAIAN
KARENA PELEDAKAN
1. Pemeriksaan Pertama
Pemeriksaan sebelum Boiler memiliki Akte Izin.
Riksa-uji pertama wewenang Pengawas Ketenaga
kerjaan spesialis / AK3 spesialis PU & BT.
Jika dari hasil riksa-uji pertama dinyatakan memenuhi
standar / ketentuan yang berlaku, maka AI diterbitkan.
PROSEDUR RIKSA UJI
1) Riksa visual
Dokumen,
Kelengkapan Apendages,
sisi bagian api ,
Sisi bagian air
2) Pengukuran ketebalan bahan.
3) Pengukuran kekuatan bahan.
4) Perhitungan kekuatan konstruksi dg STANDAR
(GronsLagen, ASME, DIN,BS atau JIS)
5). Pengujian Tekanan (Hydrostatic Test)
Pelaksana reparasi :
PJK3 bidang perepasi Boiler yang memiliki SKP Dirjen PPK.
BOILER PENELITIAN
35 TAHUN BAHAN
Lapor 2 x 24 jam
RIKSA UJI KHUSUS
KASUS
PELEDAKAN TINDAKAN HUKUM
TINDAKAN TEKNIS
VIII. PERSONIL PESAWAT UAP
OPERATOR
PESAWAT UAP
LISENSI K3 / KELAS I
SIO
KELAS II
KETENTUAN JUMLAH OPERATOR
LIHAT LAMPIRAN PERMENAKER No. 1/1988
WEWENANG OPERATOR
Operator kelas I berwenang melayani:
a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap lebih besar dari 10
ton/jam.
b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
c. Mengawasi kegiatan operator kelas II bila menurut ketentuan
pada peraturar ini perlu didampingi operator kelas II.