Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PEMERIKSAAN

DAN PENGUJIAN LINGKUNGAN KERJA DI


PT UPAYA RIKSA PATRA

Kelompok 1
Disusun Oleh:

Hilman Hadid PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Hanan Setyadi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Austin Nanda Dharmawan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Nadia Puspitasari PT Rentokil Indonesia
Familia Endah Triyani PT WIKA Beton, Tbk
Maria Sanolo Hia PT Indonesia Pondasi Raya, Tbk

PEMBINAAN AHLI K3 MUDA LINGKUNGAN KERJA


KOMPETENSI AHLI MUDA HIGIENE INDUSTRI (HIMU)
JAKARTA
OKTOBER 2020

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Upaya Riksa Patra merupakan perusahaan penyediaan jasa pembinaan
K3 yang beralamat di Jl. Pondasi No. 50B Kampung Ambon, Jakarta Timur.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya PT. Upaya Riksa Patra dilengkapi
dengan perizinan dan tenaga kerja yang kompeten.
Dalam kegiatan operasionalnya, gedung kantor PT. Upaya Riksa Patra
tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan kerja contohnya faktor fisika
(pencahayaan, kebisingan, ISBB, getaran), kimia (dust dan CO2), ergonomi, serta
psikologi yang jika tidak dikontrol dengan baik bisa merugikan pekerja. Oleh
sebab itu, kami memilih gedung kantor PT. Upaya Riksa Patra sebagai tempat
melakukan pengukuran lingkungan kerja dengan harapan dapat mengetahui
paparan faktor-faktor lingkungan pekerja sehingga dapat memberikan saran yang
bermanfaat bagi PT. Upaya Riksa Patra.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Pelaksanaan Permenaker No. 05 tahun 2018 tentang K3 lingkungan
kerja dimana perusahaan wajib melaksanakan K3 lingkungan kerja
dengan didukung oleh personel yang mempunyai kompetensi di
bidang higiene industri.
b. Sebagai persyaratan untuk memenuhi praktik kompetensi dalam
rangka training dan sertifikasi Ahli K3 Lingkungan Kerja.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menambah pengetahuan dan melatih kemampuan tenaga K3
lingkungan kerja sehingga mampu mengetahui ruang lingkup higiene
industri dan pengaruh bahaya kesehatan kerja berupa faktor fisika
berupa pengukuran Index Suhu Bola Basah (ISBB), kebisingan,
pencahayaan, getaran, faktor kimia berupa pengukuran debu total dan

2
CO2, faktor ergonomi di kantor PT Upaya Riksa Patra dan psikologi di
area kerja.
b. Untuk mengetahui ketersediaan fasilitas higiene dan sanitasi yang
dimiliki oleh perusahaan dan kesesuaiannya dengan peraturan.

1.3 Dasar Hukum


a. Undang Undang No 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi
ILO No 120 Mengenai Higiene dalam Perniagaan dan Kantor
Kantor;
b. Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang Undang No, 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
d. PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
e. Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

1.4 Ruang Lingkup Praktek


a. Pengukuran dan pengujian faktor fisika Index Suhu Bola Basah
(ISBB), kebisingan, pencahayaan, getaran, faktor kimia debu total
dan CO2, faktor ergonomi dan faktor psikologi.
b. Penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja meliputi gedung,
toilet, saluran air/buangan, ruang gerak, ruang udara/cubic space di
area kerja administrasi PT Upaya Riksa Patra ruang lantai 1 dan
lantai 2 gedung No. 33E dan lantai 1-2 gedung No. 50B.

3
BAB 2
POKOK BAHASAN

2.1 Faktor Fisika


2.1.1 ISBB
2.1.1.1 Temuan
Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Teknis ISBB
Durasi Beban
Tindakan
Paparan Kerja Fisik
Ruangan Nomor ISBB pengendalian
No. Terhadap (Ringan NAB
/Bagian Titik Uji (0 C) yang Telah
Pekerja /Sedang
Dilakukan
Per Jam /Berat)*
Ruangan
1. Pemasangan AC
Administrasi 01 24.7 0 C 8 Jam Ringan 31.0
di area kerja
Lantai 1
Ruangan
Pemasangan AC
2 Administrasi 02 23,4 0 C 8 Jam Ringan 31,0
di area kerja
Lantai 2
Sumber: Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

Berdasarkan Pedoman Permenaker 5 Tahun 2018, pekerjaan kantor


(administrasi) memiliki laju metabolit sebesar 65-100 W/m2 dan laju
metabolit tersebut masuk ke dalam kategori Laju Metabolit Rendah (sama
dengan Pekerjaan Ringan). Dengan kategori Laju Metabolit Rendah dan
durasi terhadap paparan pekerjaan adalah selama 8 jam (75-100%), maka
didapatkan NAB sebesar 31.1 0 C. Pada pengujian iklim kerja (ISBB) sesuai
dengan SNI 16-7061-2004 tentang metode pengukuran iklim kerja (panas)
dengan parameter indeks suhu basah dan bola, nilai uji yang didapat di
ruangan administrasi lantai 1 sebesar 24.70 C dan ruangan administrasi

4
lantai 2 sebesar 23,4 0 C. Dari hasil pengukuran iklim kerja, diketahui ISBB
di dua titik uji tersebut dibawah NAB yang ditetapkan.

2.1.1.2 Pemecahan Masalah


Hasil pengukuran iklim kerja (ISBB) di ruangan administrasi lantai 1
sebesar 24.70 C dan ruangan administrasi lantai 2 sebesar 23,4 0 C. Dari hasil
pengukuran iklim kerja masih memenuhi NAB.

2.1.2 Kebisingan
2.1.2.1 Temuan
Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran pada ruang genset lantai 4
PT Upaya Riksa Patra gedung 33E dan ruang kerja administrasi lantai 1-2
gedung 50B didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Kebisingan Ruang Genset


Lantai 4 Gedung 33E
Jumlah Jam Metoda
Ruangan Nomor Kebisingan NAB Pemaparan Pengendalian
No
/Bagian Titik Uji (dBA) (dBA) Kebisingan Yang Telah
Per Hari Dilakukan
Ruang
1 Genset 1 89,8 dBA 94 dBA 1 jam Tidak Ada
Lantai 4
Ruang
2 Office 2 63,3 dBA 85 dBA 8 Jam Tidak Ada
Lantai 2
Ruang
3 Office 3 61,3 dBA 85 dBA 8 Jam Tidak Ada
Lantai 1
Sumber : Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

5
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan titik 1 di
ruang genset lantai 4 sebesar 89,8 dBA, titik 2 di ruang Administrasi Lantai
2 sebesar 63,3 dBA, dan titik 3 di ruang Administrasi Lantai 1 sebesar 61,3
dBA. Pada titik uji I, pengambilan sampling dilakukan selama 1 jam dengan
alasan jika kejadian mati listrik di kantor terjadi dengan estimasi satu jam.
Adapun untuk NAB kebisingan dengan paparan selama 1 jam adalah 94
dBA. Sehingga pada titik I pengukuran kebisingan tidak melebihi NAB
pada Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 dan titik 2 dan titik 3 juga masih di
bawah NAB selama 8 jam paparan.

2.1.2.2 Pemecahan Masalah


Dari hasil pengukuran kebisingan pada titik I, II, dan III tidak
diperlukan untuk pengendalian lebih lanjut karena hasil pengujian
menunjukkan angka masih dibawah NAB yang ditetapkan.

2.1.3 Pencahayaan
2.1.3.1 Temuan
Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran pada PT Upaya Riksa Patra
dan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengujian dan Pengukuran Pencahayaan
Jenis
Sumber Penerangan Luas Intensitas(Lux)
Ruang No Titik Pengukuran(
No /Pencahayaan Jendela
/Bagian Pengukuran Umum/Perso
(Alami/Buatan) (m2) Hasil Ukur NAB nal)
126,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 127,00 125,00 300 Umum
122,00
162,00
Ruang
1 Titik 2 Alami dan Buatan - 162,00 162,00 300 Umum
Kantor Lt 1
162,00
151,00
Titik 3 Alami dan Buatan - 150,00 150,33 300 Umum
150,00
Monitor 78,00
2 Titik 1 Alami dan Buatan - 81,00 Personal
Komputer 1 81,00

6
84,00
83,00
Titik 2 Alami dan Buatan - 81,00 81,67 Personal
81,00
97,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 95,00 95,67 Personal
Keyboard 95,00
3
Komputer 1 99,00
Titik 2 Alami dan Buatan - 100,00 98,67 Personal
97,00
79,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 73,00 75,00 Personal
Monitor 73,00
4
Komputer 2 71,00
Titik 2 Alami dan Buatan - 79,00 73,00 Personal
69,00
81,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 82,00 82,00 Personal
Keyboard 83,00
5
Komputer 2 87,00
Titik 2 Alami dan Buatan - 89,00 88,67 Personal
90,00
68,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 67,00 68,00 100 Umum
Dapur 69,00
6
Lantai 1 175,00
Titik 2 Buatan - 175,00 175,67 100 Umum
177,00
140,00
Toilet lantai
7 Buatan - 141,00 141,00 100 Umum
1
142,00
1162,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 1097,00 1134,00 50 Umum
1143,00
326,00
Titik 2 Alami dan Buatan - 320,00 326,67 50 Umum
Gudang
8 334,00
Lantai 1
80,00
Titik 3 Alami dan Buatan - 87,00 80,67 50 Umum
75,00
101,00
Titik 4 Alami dan Buatan - 99,00 50 Umum
98,00

7
98,00
69,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 69,00 70,33 300 Umum
73,00
173,00
Ruang
9 Titik 2 Alami dan Buatan - 174,00 173,33 300 Umum
Kantor Lt2
173,00
145,00
Titik 3 Alami dan Buatan - 148,00 146,67 300 Umum
147,00
105,00
Titik 1 Alami dan Buatan - 104,00 104,67 300 Umum
Ruang 105,00
10 Meeting
Lantai 2 99,00
Titik 2 Buatan - 96,00 97,00 300 Umum
96,00
37,00
Lemari
11 Buatan - 36,00 36,33 300 Umum
Arsip
36,00
Sumber : Pengujian dan Pengukur Kelompok 1, 2020

Pada pengujian pencahayaan umum dan lokal di lingkungan kerja


menggunakan SNI 7062:2019 tentang pengukuran intensitas penerangan di
tempat kerja, pengujian dilakukan sebanyak 3 titik sampel untuk
pencahayaan umum dan lokal dengan memegang alat dengan ketinggian 80
cm dari lantai. Dari hasil pengujian, terdapat beberapa lokasi yang memiliki
pencahayaan yang dibawah NAB seperti ruang kantor lantai 1 dan lantai 2,
ruang meeting lantai 2, dan lemari arsip (ruang kantor 300 lux). Sedangkan
untuk toilet dan gudang memiliki pencahayaan yang diatas NAB yang
ditetapkan (toilet 100 lux, gudang 50 lux). Titik pada pengukuran
pencahayaan ini mayoritas adalah pencahayaan umum, kecuali pada monitor
dan keyboard yang merupakan pengukuran pencahayaan lokal.

2.1.3.2 Pemecahan Masalah


Jika hasil pengukuran pencahayaan yang didapat kurang dari NAB
(ruang kantor lantai 1 dan lantai 2, ruang meeting lantai 2, dan lemari arsip),

8
maka diperlukan pengendalian agar intensitas pencahayaan sesuai dengan
pekerjaannya dengan melakukan penambahan intensitas pada lampu kerja
sesuai dengan Permenaker No. 5 tahun 2018 BAB II pasal 18 ayat 1.
Sedangkan hasil pengukuran pencahayaan yang didapat melebihi NAB (toilet
dan gudang), maka dapat dilakukan pengendalian dengan cara mengurangi
daya pada lampu.

2.1.4 Getaran
2.1.4.1 Temuan
Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran pada sepeda motor
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Pengujian dan Pengukuran Getaran
Tindakan
Ruang/Bagian, Hasil
Sumber Durasi/Jam Pengendalian
No No Titik Uji NAB
Getaran pemaparan/hari (m/s2) yang
Lokasi
dilakukan
Sepeda
1 Jalan Raya 15 menit 0,5010 0,8661 Tidak Ada
Motor
Sumber : Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

Pada pengujian getaran (SNI 7186-2009), Getaran yang diuji adalah


getaran yang diterima seluruh tubuh(whole body sehingga nilai yang
digunakan adalah senilai resultan dari sumbu x, y dan z. Dari tabel
disamping terlihat data bahwa seorang pekerja yang menggunakan sepeda
motor selama 15 menit menghasilkan getaran sebesar 0,5010 m/s2 (dibawah
NAB 0,8661 m/s2 untuk paparan selama 8 jam).

2.1.4.2 Pemecahan Masalah


Dikarenakan pada hasil pengujian getaran tidak menunjukkan angka
diatas dari NAB yang ditentukan, maka tidak terdapat masalah pada kondisi
getaran kepada pekerja yang menggunakan sepeda motor.

9
2.2 Faktor Kimia
2.2.1 Debu Total
2.2.1.2 Temuan
Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran pada ruang kerja
administrasi lantai 1 gedung 50B didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Debu


Pengukuran
Nomor Jenis (mg/m3) Metoda Pengendalian Yang
No Ruangan /Bagian
Titik Uji Debu Hasil Telah Dilakukan
NAB
Ukur
TSP 0,258
Lantai 1 gedung 50B 1 TSP 0,250 Pembersihan ruangan secara
1 0,5
TSP 0,260 rutin
Rata-rata pengukuran TSP 0,256
TSP 0,270
Lantai 2 gedung 50B 2 TSP 0,261 Pembersihan ruangan secara
2 0,5
TSP 0,271 rutin
Rata-rata Pengukuran TSP 0,267
Sumber : Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

Berdasarkan hasil pemeriksaan debu total yang dilakukan di ruang


kerja lantai 1 dan lantai 2, diketahui bahwa rata-rata hasil pengukuran di
titik uji 1 adalah 0,256 mg/m3 (dibawah NAB 0,5 mg/m3) dan rata-rata
hasil pengukuran di titik uji 2 adalah 0,267 mg/m3 (dibawah NAB 0,5
mg/m3).

2.2.1.3 Pemecahan Masalah


Dikarenakan pada hasil pengujian di titik 1 dan titik 2 tidak menunjukkan
angka diatas dari NAB yang ditentukan, maka tidak terdapat masalah pada kondisi
debu di area kerja lantai 1 dan lantai 2 gedung 50B.

10
2.2.2 Gas/Uap Berbahaya
2.2.2.2 Temuan
Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 6 Hasil Pemeriksaan Gas/Uap Berbahaya (CO2)

Pengukuran Tindakan
Ruangan/Ba No. Titik Jenis (bds) Pengendalian
No.
gian Pengukuran Gas/Uap yang telah
Hasil Ukur NAB
dilakukan
Ruang Adm.
1 1 CO2 1182 ppm < 1000 Tidak Ada
Lantai 1
Ruang Adm. Pemasangan
2 2 CO2 1032 ppm < 1000
Lantai 2 exhaust fan
Sumber : Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

Sampling dilakukan sesaat melalui direct reading. Dari hasil


pengukuran, kedua ruangan mengandung CO2 diatas NAB sehingga ruang
tersebut memiliki kadar kontaminan yang tinggi.

2.2.2.3 Pemecahan Masalah


Mengacu kepada bab VIII standar KUDR, kadar CO2 yang ada di ruang
Administrasi Lantai 1 dan Lantai 2 berada diatas NAB yang ditentukan. Sehingga
saran yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penambahan jumlah
exhaust fan dan dilakukan pembersihan secara berkala (minimal 3 bulan sekali).

2.3. Faktor Psikologi


2.3.1. Temuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, bagian keenam,
faktor psikologi, pasal 24, menyatakan bahwa pengukuran dan pengendalian
faktor psikologi harus dilakukan pada tempat kerja yang memiliki potensi bahaya
faktor psikologi. Potensi bahaya faktor psikologi meliputi :
 Ketidakjelasan / ketaksaan peran
 Konflik peran

11
 Beban kerja berlebih secara kualitatif
 Beban kerja berlebih secara kuantitatif
 Pengembangan karir dan / atau
 Tanggung jawab terhadap orang lain

Hasil survei diagnosa stress kerja, yang dilakukan kepada karyawan di


bagian inspektor lantai 1 gedung 50B dengan jumlah responden sebanyak 2
orang, dan responden lantai II ruang administrasi sebanyak 1 orang adalah sebagai
berikut :
Tabel 7 Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Faktor Psikologis
Potensi Bahaya Total Skor
Faktor Psikologi 01 02 03
Ketangkasan Peran 7 12 9
Konflik 8 13 10
Kuantitatif 5 18 9
Kualitatif 7 21 8
Karir 5 16 17
Tanggung Jawab 5 23 12
Sumber : Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

Berdasarkan hasil survey tersebut, dapat dilihat bahwa responden-


responden berjabatan di bagian administrasi (responden 01 dan 03) dan inspektor
(responden 02). Untuk administrasi, umumnya di setiap kategori memiliki derajat
stress yang ringan (skor ≤9), namun pada responden 03 yang memiliki stress
sedang di aspek konflik peran, pengembangan karir, dan tanggungjawab terhadap
orang lain. Hal lain yang ditemukan dari lapangan iala responden 01 memiliki
masa kerja selama 7 bulan dan responden 03 memiliki masa kerja 5 tahun. Pada
responden 02 yang ialah seorang inspector memiliki derajat stress sedang (skor
10-24) dengan skor tertinggi pada aspek tanggung jawab terhadap orang lain
sebesar 23 poin. Hal ini dikarenkaan responden 02 dituntut untuk menjaga
integritas pekerjaannya dengan baik, karena pekerjaan di bagian inspektor

12
memiliki resiko yang besar dan membutuhkan ketelitian hasil yang tinggi. Selain
itu, karyawan dituntut untuk selalu memperbaharui metode atau teknik pengujian,
berdasarkan perkembangan standar yang berlaku di Indonesia.

2.3.2. Pemecahan Masalah


Dari hasil survey tersebut, diketahui bahwa derajat risiko stress pekerja
dapat dipengaruhi oleh faktor masa kerja dan jabatan pekerjaan. Dari
permasalahan ini, pengendalian yang dapat dilakukan adalah direkomendasikan
untuk melakukan assesmen ulang.

2.4 Faktor Ergonomi


2.4.1 Temuan
Berdasarkan pengukuran dengan metode Quick Expossure Check (QEC)
pada dua karyawan (Ny. R dan Ny. K) dengan interview, pengamatan langsung
dan pengisian kuesioner. Pengisian kuisioner pada bagian yang diisi oleh
pengamat dilakukan dengan mengamati langsung obyek pengisi kuisioner seperti
kondisi di bawah ini:

Gambar 1. Posisi Duduk Ny. R dan Ny. K Tampak Samping


Sumber : Dokumentasi Kelompok 1, 2020

13
Gambar 2. Posisi Duduk Ny. R dan Ny. K Saat Duduk
Sumber : Dokumentasi Kelompok 1, 2020

Gambar 3. Posisi Duduk Ny. R dan Ny. K Tampak Atas


Sumber : Dokumentasi Kelompok 1, 2020

Gambar 4. Posisi Duduk Ny. R dan Ny. K Tampak Depan


Sumber : Dokumentasi Kelompok 1, 2020

14
Hasil interview, pengisian kuisioner dan pengamatan langsung
dikalkulasikan berdasarkan klasifikasi anggota tubuh (tulang punggung,
bahu/lengan, pergelangan tangan/tangan, dan leher) ke dalam tabel berikut:

Gambar 5 Tabel Perhitungan dengan Menggunakan Metode QEC


Sumber : Dokumentasi Kelompok 1, 2020

Dari hasil kalkulasi penilaian berdasarkan anggota tubuh, diperoleh nilai


pengamatan dan dibandingkan dengan standar QEC:

15
Gambar 5. Exposure Level Ny. R

Gambar 6. Exposure Level Ny. K

Hasil pengukuran exposure level QEC dibandingkan dengan standar RULA untuk
mengetahui perlu tidaknya tindak lanjut
Tabel 8. Standar RULA

Sumber : RULA

Berikut untuk hasil kalkulasi data faktor ergonomi menggunakan metrode QEC:
Tabel 9 Hasil Pemeriksaan Metode QEC
Metode
Stasiun Stasiun Stasiun
Manual Hasil Pengendalian
No Ruangan/Bagian Kerja Kerja Kerja Standard/NAB
Handling Pengukuran yang telah
Duduk Berdiri Dinamis
dilakukan
59,25 % ≤ 40 % (Skor
1 Lantai I √ Tidak Ada
(Skor RULA 1-2)

16
RULA 5-6)
59,87 (Skor ≤ 40 % (Skor
2 Lantai II √ Tidak Ada
RULA 5-6) RULA 1-2)
Sumber : Pengujian dan Pengukuran Kelompok 1, 2020

Dari hasil penilaian ergonomi pada pekerja Ny. R memiliki skor


Exposure punggung dengan skor 22 (Moderate), bahu/lengan dengan skor 26
(Moderate), pergelangan tangan/tangan dengan skor 30, dan leher dengan skor 14
(High). Untuk exposure driving, vibration, work place dan stress dengan skor 1
(Low). Adapun exposure percentage Ny. R sebesar 59,25 % (equivalen dengan
skor RULA 5-6). Untuk Ny. K memiliki exposure punggung dengan skor 22
(Moderate), bahu/lengan dengan skor 26 (Moderate), pergelangan tangan/tangan
skor 26 (Moderate), leher dengan skor 16 (Very high). Adapun percentage
exposure Ny. K sebesar 59,87 % (equivalen dengan skor RULA 5-6) Untuk
exposure driving, vibration, worl place dan stress dengan skor 1 (Low) dan stress
4 (Moderate).

2.4.2 Pemecahan Masalah


Dari hasil pemeriksaan ini, maka diperlukan investigasi lebih lanjut pada
punggung, bahu/lengan, dan pergelangan tangan/tangan. Sedangkan, pada bagian
leher diperlukan investigasi lebih lanjut dan penanganan segera. Serta perusahaan
dapat mengimplementasikan pengendalian berupa memperbaiki cara kerja,
menghindari posisi janggal, mendesain kembali tempat kerja, dan lain-lain
(Permenaker nomor 5 tahun 2018).

2.5. Higiene Sanitasi


2.5.1. Temuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja bagian pertama
pasal 26, menyatakan bahwa higiene dan sanitasi harus diterapkan pada setiap
bangunan tempat kerja. Penerapannya meliputi :

17
 Halaman
 Gedung, dan
 Bangunan bawah tanah

Pada pemeriksaan higiene dan sanitasi dilakukan pada ruang makan dan
dapur lantai 1 gedung URP No. 33E, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 10 Hasil Pemeriksaan dan atau Pengujian Penerapan Higiene dan
Sanitasi Bangunan Tempat Kerja
Gedung/ Ruang/
Bagian/ Saluran Air
Dinding/Langit- Pembuangan
Kondisi
Langit/ Atap/ Nomor (Ada tutup Pengelolaan yang
No (Bersih/Kotor/De
Selokan/ Lantai/ Titik pengaman/tidak) telah dilakukan
bu,Ventilasi)
Halaman/ (Mengalir/Tergen
Bangunan Bawah ang)
Tanah

Langit-langit dan
Pembersihan
1 Dinding ruang 1 Bersih Ada
Rutin
makan

Lantai Ruang Pembersihan


2 2 Bersih Ada
Makan Rutin

Langit-langit dan
Pembersihan
3 Dinding Ruang 3 Bersih Ada
Rutin
Dapur

Lantai Ruang Pembersihan


4 4 Bersih Ada
Dapur Rutin

Sumber : Pengujian Penulis, 2020

Berdasarkan pengamatan visual, dinding dan langit-langit didalam


ruangan kondisi kering, tidak lembab, dicat. Sehingga kondisi ruangan, dapat
dikategorikan baik dan bersih. Namun pada halaman depan kantor PT. Upaya
Riksa Patra masih ada sampah yang berserakan, tutup meteran pada air sudah
berkarat.

18
Selanjutnya, pada pemeriksaan kondisi toilet, didapatkan kondisi sebagai
berikut:

Tabel 11 Hasil Pemeriksaan Fasilitas Kebersihan, Toilet Laki-Laki/ Perempuan/


Penyandang Cacat
Fasilitas
Mutu
Jumlah Jamban/WC/urinoir/ Kondisi Persediaan
penerangan/s Pembersihan
Toilet Sanitary Pad/ Kebersihan Air Bersih
Gender irkulasi udara periodik
Tempat cuci (bersih/ (cukup/tidak
(1,5 m x 1,5 m)
(baik/kurang (ada/tidak)
tangan/sabun kotor) cukup)
baik)
(ada/tidak)

 Jamban : Ada 1
buah Tidak Ada
 Sanitary Pad :
Bersih, tidak Checklist
Campur 1 (1,5x2,5) Tidak Ada Cukup Baik
berbau Kamar
 Tempat Cuci
Tangan : Tidak Mandi
Ada
 Sabun : Tidak Ada
 Jamban : Ada 1
buah Tidak Ada
 Sanitary Pad :
Bersih, tidak Checklist
Campur 1 (1,5x2,5) Tidak Ada Cukup Baik
berbau Kamar
 Tempat Cuci
Tangan : Tidak Mandi
Ada
 Sabun : Tidak Ada
Sumber : Pengujian Penulis, 2020

Menurut Permenaker pasal 33 ayat 2, menyatakan bahwa fasilitas


kebersihan harus disediakan di setiap tempat kerja, yang meliputi :
 Toilet dan kelengkapannya
 Loker dan ruang ganti pakaian
 Peralatan kebersihan
 Tempat sampah
Berdasarkan kondisi pemeriksaan, kondisi kamar mandi bersih dan tidak
berbau. Kemudian tidak ditemukan serangga, saluran pembuangan air baik dan
tidak genangan, namun kamar mandi tidak terpisah antara wanita dan laki-laki.
Untuk kebutuhan di kamar mandi pun air bersih tersedia dalam jumlah yang

19
cukup. Selain itu, untuk menjaga privasi dan kenyaman karyawan dilengkapi
dengan pintu dengan ukuran yang sesuai. Penerangan dan sirkulasi di kamar
mandi tersebut baik. Menurut informasi yang didapatkan, kamar mandi tersebut
dilakukan pembersihan secara harian namun bukti dokumentasi tdak
dapatdibuktikan karena tidak ada check sheet pembersihan. Ukuran toilet, yakni
sebesar 2,5 m x 1,5 m. Berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 Pasal 35,
panjang minimal ruangan adalah 0,8 m dan lebar 1,55 m. Dan untuk ukuran lebar
pintu, sudah memenuhi standar yakni minimal 0,7 m.
Meninjau pada kelengkapan fasilitas toilet, jumlah pemenuhan jamban,
sudah memenuhi peraturan, dimana, menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 pasal
34 ayat 5 adalah kebutuhan untuk 1-15 orang adalah 1 jamban. Di gedung tersebut
masing masing lantai memiliki satu toilet dengan jumlah pekerja sebanyak 6
orang di lantai 1 dan 11 orang di lantai 2, sehingga, kebutuhan jamban untuk
wanita dan pria, sudah tercukupi.
Untuk kebutuhan air bersih, baik toilet pria maupun wanita, sudah
tercukupi. Dan kebutuhan alat pembilas, sudah tercukupi. kekurangannya adalah
tidak tersedianya sanitary pad untuk wanita, sabun dan tempat cuci tangan serta
tidak tersedianya toilet terpisah antara toilet pria dan wanita.

Selanjutnya, pada pemeriksaan kondisi tempat sampah, didapatkan


kondisi sebagai berikut:
Tabel 12 Hasil Pemeriksaan Tempat Sampah
No No. Titik Sampah Penutup Sarana Jaraknya Bau yang
Tempat Organik/non (Ada/Tidak Pengumpula dengan menggaggu/
Sampah/Pen organik/bah Ada) n/Pembakara tempat Menjadi
gumpulan/P an n Sampah kerja Sarang
embakaran berbahaya dan Bahan terdekat lalat/Serang
Sampah Terbuang ga lainnya
Lainnya
(IPAL/Insene
rator/lain-
lain)

1 1 Organik/non Ada - 5m Tidak ada

20
organik

2 2 Organik/non
Ada - 3m Tidak ada
organik

3 3 Organik/non
Tidak - 5m Tidak ada
organik

4 4 Organik/non
Ada - 10 m Tidak ada
organik

5 5 Organik/non
Ada - 3 Tidak ada
organik

6 6 Organik/non
Tidak - 5 Tidak ada
organik

7 7 Organik/non
Ada - 10 Tidak ada
organik

8 8 Organik/non
Ada - 5 Tidak ada
organik

9 9 Organik/non
Ada - 3 Tidak ada
organik

Sumber : Pengujian Penulis, 2020

Berdasarkan hasil pemantauan tempat sampah di area kerja, ditemukan 9


tempat sampah.di gedung 33E terdapat 7 tempat sampah dengan rincian 1 tempat
sampah di lantai 1, 3 tempat sampah di lantai 2, dan 3 tempat sampah di lantai 3.
Sedangkan 2 tempat sampah lainnya terdapat di Gedung 50B. Tempat sampah
tidak dipisah antara sampah organik dan non organik. Karakteristik sampah
sendiri mayoritas berupa sampah kertas dan sisa makanan. Tidak terdapat sampah
B3 yang dihasilkan perusahaan ini.

2.5.2. Pemecahan Masalah


Pada penerapan higiene dan sanitasi bangunan tempat kerja di PT Upaya
Riksa Patra ditemukan beberapa masalah yaitu tidak tersedianya toilet terpisah
antara toilet pria dan wanita, sebagian tempat pembuangan sampah tidak memiliki
penutup; serta tidak dilakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non

21
organik Saran yang dapat diberikan adalah, dilkukan pemisahan antara toilet
untuk laki laki dan toilet wanita serta fasilitas di toilet dilengkapi antara lain
tempat cuci tangan, tissu, dan sanitary pad. Serta sebaiknya dilakukan pemisahan
antara sampah organik dan non organik.

2.6. Kubik Space


2.6.1. Temuan
Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan data sebagai berikut,
Tabel 33 Hasil Pemeriksaan Ruang Udara/Cubic Space

Jumlah Pekerja
Volume
Ruang Lokasi Dalam
No. Ruangan (m3)
kerja/Bagian Pemeriksaan Ruang Kerja
(Panjang x Lebar x Tinggi)
(orang)
Diketahui:
Panjang = 4,67 m
Gedung 50B
Ruang adminis Lebar = 3 m
1. PT Upaya 3 orang
trasi Lantai 1 Tinggi = 2,79
Riksa Patra
Volume Ruangan =
4,67x 3 x 2,79 = 39,1 m3
Diketahui:
Panjang = 7,6 m
Ruang Bagian Gedung 50B Lebar = 4,6 m
2. Pelatihan PT Upaya Tinggi = 2,79 m 6 orang
Lantai 2 Riksa Patra
Volume Ruangan =
7,6 x 4,6 x 2,79 = 97,53m3
Sumber : Pengujian Penulis, 2020

Pada pengujian kubik space di lingkungan kerja pada Ruang bagian


Administrasi Lantai 1 dan Ruang Bagian Pelatihan Lantai 2 mengacu pada
Permenaker No. 5 tahun 2018 pasal 42 ayat 1. Dalam pengujian volume kubik
space pada ruang bagian administrasi adalah 39,1 m3/10m3 = 3,9 (pembulatan 4
orang) dan volume kubik space pada ruang bagian pelatihan adalah 97,53 m3
/10m3 = 9,75 (pembulatan 10 orang).

22
Berdasarkan tabel di atas didapatkan pada ruang administrasi dan ruang
pelatihan telah memenuhi dari standar yang ditetapkan pada lampiran Permenaker
No. 5 tahun 2018. Namun dikarenakan kondisi pandemi COVID-19, ruangan
kerja di PT. Upara Riksa Patra saat ini tidak terpenuhi secara maksimal. Apabila
seluruh pekerja berkumpul pada saat yang sama dengan jumlah pekerja pada
ruang administrasi lantai 1 adalah sebanyak 6 orang dan ruang bagian pelatihan
sebanyak 11 orang, kubik space pada ruang administrasi lantai 1 dan lantai 2
kurang dari standart.

2.6.2. Pemecahan Masalah


Pada pengujian kubik space didapatkan nilai standar yaitu di minimal 10
m3/org. Oleh karena itu pada saat pengujiaan, ruangan administrasi dan ruang
bagian pelatihan memiliki hasil dibawah standard, namun apabila seluruh pekerja
berkumpul pada waktu yang sama maka kubik space pada masing-masing ruangan
kurang dari standard yang telah ditetapkan, sehingga pekerja harus bergantian
dalam menggunakan ruangan kerja agar masing-masing pekerja mendapatkan
ruang udara yang cukup.

23
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan terkait hasil pengukuran :
a. Dari hasil pengukuran faktor fisika berupa ISBB, kebisingan, dan
pencahayaan serta pengujian faktor kimia berupa kadar debu dan CO2
nilai yang didapat telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
b. Pengujian getaran yang diterima oleh pengendara motor selama 15 menit
masih dibawah NAB getaran yang aman.
c. Faktor psikologis dipengaruhi oleh masa kerja dan jabatan pekerjaan.
Untuk posisi administrasi memiliki derajat risiko stress kerja ringan
sampai sedang, sedangkan pada inspektor ditemukan derajat risiko stress
kerja sedang.
d. Pemeriksaan ergonomi menunjukan exposure moderat pada punggung,
bahu/lengan, dan pergelangan tangan/tangan. Exposure tinggi atau sangat
tinggi ditemui pada bagian leher.
e. Toilet secara jumlah cukup untuk pekerja namun tidak terdapat
pemisahan antara toilet wanita dan pria serta perlu dilengkapi fasilitas
cuci tangan, sabun serta sanitary pad untuk wanita.
f. Pada tempat sampah tidak ditemukan klasifikasi sampah organik dan
non-organik.
g. Pengukuran cubic space pada area kerja menunjukan jumlah memenuhi
standar untuk kondisi standar namun apabila seluruh pekerja berkumpul
cubic space kurang memenuhi standar. Sehingga pekerja sebaiknya
bergantian dalam bekerja di ruang kerja.

3.2. Saran
Secara umum hasil dari pengukuran dan pengujian lingkungan kerja di PT
Upaya Riksa Patra cukup baik, namun terdapat beberapa rekomendasi yaitu:

24
 Toilet sebaiknya dilengkapi sanitary pad, tempat cuci tangan dan sabun.
Serta dipisah antara pria dan wanita sesuai dengan referensi dari
Permennaker No 05 Tahun 2018 pasal 38.
 Tempat sampah sebaiknya dipisah antara organik dan non-organik.
 Khusus untuk segi ergonomi, sebaiknya kursi bagian admin memiliki
sandaran leher, serta dapat berputar untuk mengurangi eksposure pada
leher. Posisi sandaran lengan juga perlu disesuaikan untuk meminimalisir
resiko penyakit akibat kerja pada pekerja administrasi.

25
LAMPIRAN

1. Dokumentasi
a. Gedung PT URP
Dokumentasi
Gedung 33E

Gedung 50B

26
b. Pengujian ISBB
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

Saat Pengujian

c. Pengujian Kebisingan
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

27
Saat Pengujian

d. Pengujian Pencahayaan
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

Saat Pengujian

28
e. Pengujian Getaran
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

Saat Pengujian

29
f. Pengujian Debu
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

Saat Pengujian

30
g. Pengujian Karbon Dioksida
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

Saat Pengujian

h. Pengujian Ergonomi
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

31
Saat Pengujian

i. Pengujian Psikologi
Dokumentasi
Alat yang Digunakan

Saat Pengujian

j. Pengamatan Higiene Sanitasi


Dokumentasi
Kamar Mandi/Toilet

32
Kamar Mandi/Toilet

Tempat Sampah

Tempat Sampah

2. Formulir
Terlampir

33
Mapping Pengujian Faktor Fisika (Pencahayaan)

Ruang Kantor Lt. 1


8,4

4,8

Ruang Dapur

2,4

2,4
2,8

Ruang Gudang

3,6
4,8

Ruang Kantor Lantai 2

7,6

4,6

Ruang Meeting Lantai 2

4,8

4,2

Anda mungkin juga menyukai