Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri.
Perusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali
dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya
di bidang gas ke bidang tenaga listrik.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas,
dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik saat itu sebesar 157,5 MW. Tanggal 1 Januari
1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari
1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik
Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW.
Perkembangan
Setelah terbentuk menjadi persero di tahun 1992, PT. PLN(Persero) memiliki beberapa
aktifitas bisnis, antara lain:
Pada akhir tahun 2003 daya terpasang pembangkit PLN mencapai 21.425 MW yang
tersebar di seluruh Indonesia. Kapasitas pembangkitan sesuai jenisnya adalah sebagai berikut:
3. Sistem Kontrol
Visi
Misi
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk
penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk
konsumen jaringan tegangan menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini
adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang
besi/beton.
Penghantar yang digunakan pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) ini adalah
konduktor dengan bahan utama tembaga (CU) atau alumunium (Al) yang dipilin bulat padat.
Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAAC atau
AAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan
penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik (PT. PLN Persero,
2010:3).
Saluran kabel udara tegangan menengah adalah saluran udara tegangan menengah yang
menggunakan kabel sebagai sarana penghantar. Terdapat dua jenis kabel yang dipakai (PT.
PLN Persero, 2010:15):
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk mendistribusikan
tenaga listrik tegangan menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang
sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per fasa dan
pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi
ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau
bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan saluran kabel bawah tanah tegangan menengah (SKTM) sebagai jaringan
utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kwalitas
pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko
kegagalan operasi akibat faktor eksternal/meningkatkan keamanan ketenagalistrikan (PT.
PLN Persero, 2010:4).
Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pembangkit, gardu induk, jaringan
transmisi dan distribusi. Berdasarkan konfigurasi jaringan, pada sistem ini setiap gangguan
yang ada pada penghantar, akan mengganggu semua beban yang ada atau apabila terjadi
gangguan pada salah satu feeder maka semua pelanggan yang terhubung pada GI tersebut
akan terganggu.
Selama terjadi gangguan, tegangan tiga fasa menjadi tidak seimbang dan
mempengaruhi suplai ke sirkuit tiga fasa yang berdekatan. Arus gangguan yang besar dapat
merusak tidak hanya peralatan yang terganggu, tetapi juga instalasi yang dilalui arus
gangguan. Gangguan dalam peralatan yang penting dapat mempengaruhi stabilitas sistem
tenaga listrik. Misalnya suatu gangguan pada daerah suatu pembangkit yang dapat
mempengaruhi stabilitas sistem interkoneksi.
Jenis-jenis Gangguan
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran 20 kV dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari luar
sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada
penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan gangguan
yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan,
kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan
pada alat pendeteksi.
Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi (Hutauruk, dalam Suswanto
2009:248) adalah :
1. Gangguan permanen
2. Gangguan temporer
Frekuensi timbulnya gangguan dari sistem tenaga listrik berbeda-beda. Informasi ini
akan membantu dalam menentukan disain dan aplikasi suatu proteksi. Bermacam-macam
frekuensi gangguan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Frekuensi ganguan
Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat fasa yang
letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi kawat antar fasanya
disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang sangat kecil, tetapi dalam
analisanya tetap harus diperhitungkan. Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup
tinggi dan berayun sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi
atau distribusi.
Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun sewaktu angin
kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi atau distribusi.
Kemungkinan terjadinya gangguan 2 fasa disebabkan oleh putusnya kawat fasa tengah
pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari rusaknya isolator di
transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti ini biasanya mengakibatkan 2
fasa ke tanah.
Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
Kemungkinan terjadinya gangguan satu fasa ke tanah adalah back flashover antara
tiang ke salah satu kawat transmisi dan distribusi, sesaat setelah tiang tersambar petir yang
besar walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah. Namun bisa juga gangguan fasa ke
tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi / distribusi tersentuh pohon yang
cukup tinggi dll.
Gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah ini merupakan gangguan hubung singkat
yang paling jarang terjadi. Gangguan hubung singkat ini terjadi antara dua dari tiga fasa yang
terhubung ke tanah. Biasanya hubungan ini terjadi karena ranting pohon yang terkena dua
fasa.
Sesungguhnya hampir setiap macam gangguan hubung singkat (tiga fasa, fasa-fasa,
fasa-tanah atau dua fasa ke tanah) melalui suatu nilai tahanan gangguan yang dibentuk oleh
arcing (RARC). Tetapi dalam analisa hubung singkat selalu perhitungan arus gangguan
hubung singkat dengan menganggap tahanan gangguan = 0 (nol) untuk memudahkan
perhitungan, karena kesulitan untuk menentukan besarnya RARC yang setepatnya.
Gangguan Temporer
Gangguan yang bersifat temporer ini apabila terjadi, maka gangguan tersebut tidak
akan lama dan dapat normal kembali. Gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya atau
dengan memutus sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Kemudian disusul
dengan penutupan kembali peralatan hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi
dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan yang
bersifat permanen.
Salah satu contoh gangguan yang bersifat temporer adalah gangguan akibat sentuhan
pohon yang tumbuh disekitar jaringan, akibat binatang seperti burung kelelawar, ular dan
layangan. Rata-rata jumlah gangguan temporer lebih tinggi dibandingkan gangguan
permanent. Kebanyakan gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker (CB) atau
pengaman lainnya (Suswanto, 2009:247).
Gangguan Permanen
Gangguan permanen tidak akan dapat hilang sebelum penyebab gangguan dihilangkan
terlebih dahulu. Gangguan yang bersifat permanen dapat disebabkan oleh kerusakan
peralatan, sehinggga gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena
ada sesuatu yang mengganggu secara permanen. Untuk membebaskannya diperlukan
tindakan perbaikan atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut. Terjadinya gangguan
ditandai dengan jatuhnya pemutus tenaga, untuk mengatasinya operator memasukkan tenaga
secara manual. Contoh gangguan ini yaitu adanya kawat yang putus, terjadinya gangguan
hubung singkat, dahan yang menimpa kawat phasa dari saluran udara, dan terjadinya
gangguan hubung singkat (Suswanto, 2009:248).
Hampir 40% dari gangguan yang diteliti, terjadi pada priode cuaca yang tidak
menguntungkan seperti : cuaca hujan. Gangguan distribusi terjadi pada satu fase, dua fase
atau ketiga fasenya.
Beberapa jenis gangguan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Gangguan yang
disebabkan oleh peralatan dan hewan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Pohon juga dapat
menyebabkan gangguan satu fase ke tanah pada sistem tiga fase. Gangguan petir cenderung
menyebabkan gangguan dua atau tiga fase ke tanah pada sistem tiga fase. Sedangkan menurut
Hutauruk, penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan karena
(Hutauruk, dalam Suswanto 2009:248):
Kesalahan mekanis
Kesalahan thermis
Konduktor putus
Polusi debu
Suatu jaringan tegangan menengah (JTM) terdiri dari beberapa bagian dan komponen
yang memiliki fungsi masing-masing. Diantara komponen JTM adalah tiang, travers,
penyangga travers, isolator, transformator, FCO, LA, penghantar dan sistem grounding.
1. Tiang
Tiang merupakan bagian jaringan distribusi tegangan menengah yang berfungsi sebagai
penopang / penyangga penghantar. Tiang listrik harus memiliki daya mekanis yang tinggi
sehingga dapat menahan beban tarikan penghantar atau terpaan angin.Berdasarkan bahannya,
tiang listrik dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu tiang kayu, tiang besi dan tiang beton. Berikut
ini penjelasan mengenai jenis tiang listrik beserta kelebihan dan kekurangannya.
Tiang Kayu
Tiang kayu merupakan tiang yang berbahan dasar kayu pohon yang memiliki ketahanan
tinggi. Kayu yang biasa dijadikan sebagai tiang adalah kayu Rasamala yang tahan akan
perubahan cuaca, tidak mudah rapuh dan tidak disukai rayap.
Kelebihan tiang kayu adalah harganya murah, ukuran kecil dan bobotnya ringan. Sedangkan
kekurangan tiang kayu adalah ketahanannya yang tidak lama dan rapuh ketika diterpa pohon
tumbang.
Tiang Besi
Tiang besi merupakan tiang berbahan dasar baja (steel) yang sebenarnya terdiri dari 2 atau 3
pipa yang disusun. Bagian pipa atas berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan bagian
bawahnya. Tiang besi memiliki ketahanan yang lebih baik dari tiang kayu.
Kelebihan tiang besi adalah ukuran kecil dan mudah dalam pemancangannya. Sedangkan
kekurangan tiang besi adalah mudah berkarat dan harganya lebih mahal.
Tiang Beton
Tiang beton merupakan tiang yang terbuat dari bahan dasar semen, pasir dan batu split yang
kemudian di-cor dengan kerangka besi baja. Tiang beton kini menjadi pilihan utama bagi
perusahaan yang mengelola kelistrikan seperti PLN.
Kelebihan tiang beton adalah umurnya yang lama, tidak membutuhkan pemeliharaan dan
kekuatan puncak besar. Sedangkan kekurangan tiang beton adalah berat, transportasi lebih
sulit dan perlu alat-alat khsusus untuk memancangnya.
Berikut ini merupakan spesifikasi masing masing jenis tiang listrik mulai dari ukuran tiang,
beban rencana tiang, diameter tiang dan ketebalan tiang.
2. Isolator
Isolator harus memiliki kemampuan mekanis dalam menumpu dan menarik penghantar
yang memiliki berat. Isolator harus bisa menjaga posisi penghantar phasa agar tidak
bersentuhan dengan phasa lain atau pada tiang listrik.
Berdasarkan bahannya, isolator jaringan tegangan menengah dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu isolator kaca, isolator keramik dan isolator polimer (porselin). Saat ini, isolator
porselin menjadi prioritas karena memiliki keuntungan yang lebih banyak diantaranya, ringan
tidak ditempeli embun.
Isolator tumpu merupakan jenis isoator yang memikul beban berupa beban berat
penghantar jika penghantar dipasang pada bagian atas isolator (top side) dengan sudut
kemiringan maksimal 2o. Juga memikul beban tarik ringan apabila penghantar dipasang di
bagian sisi (leher) untuk sudut kemiringan 18o.
Isolator telur merupakan jenis isolator yang berfungsi sebagai sekat pada kawat penarik
/penahan tiang. Isolator telur harus mampu menahan tarikan kawat yang digunakan sebagai
penarik / penahan tiang dan juga harus memiliki daya sekat yang tinggi.
Travers atau Cross Arm merupakan komponen jaringan tegangan menengah yang
berfungsi sebagai tempat terpasangnya isolator. Travers terbuat dari bahan baja digalvanisasi
yang berbentuk U dan ada juga berbentuk persegi panjang.
Adapun panjang dari travers disesuaikan dengan sudut kemiringan tarikan kawat penghantar,
yaitu sebagai berikut.
Travers dipasang langsung pada tiang beton dengan baut. Sedangkan pemasangan travers
pada tiang besi harus diikat dengan klem dan mur-baut. Besi penyangga harus dipasang pada
travers untuk menjaga agar travers tidak miring setelah dibebani isolator + penghantar.
4. Penghantar
Berikut ini 5 hal yang harus dimiliki penghantar jariangn distribusi tegangan menengah.
Berdasarkan 5 sifat yang harus dimiliki penghantar di atas ditambah faktor ekonomis maka
jenis bahan yang paling banyak digunakan sebagai penghantar JTM adalah logam aluminium
dan tembaga. Berikut ini merupakan jenis penghantar yang digunakan pada jaringan tegangan
menengah
a. Logam Murni
b. Logam Campuran
Copper Clad Steel (Kawat Baja Berlapis Tembaga) dan Aluminium Clad Steel (Kawat Baja
Berlapis Aluminium)
e. AAACS
Fuset Cut Out atau FCO merupakan komponen jaringan distribusi tegangan menengah
yang berfungsi sebagai pengaman lebur terhadap arus hubung singkat (short circuit). Selain
itu komponen ini digunakan untuk memutus tegangan ke transformator ketika dilakukan
pemeliharaan.
Di dalam FCO terdapat fuse link yang akan melebur ketika dilewati arus yang melebihi
batas nominalnya. Arus nominal fuse link disesuaikan dengan arus nominal transformator
distribusi yang diproteksinya.
6. Lightning Arrester (LA)
Lonjakan petir yang diterima lightning arrester diteruskan ke tanah melalui sistem grounding
(pentanahan).
7. Transformator
Transformator atau biasa disebut trafo merupakan komponen jaringan tegangan rendah
yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan listrik. Energi listrik tegangan menengah
20 kV diturnkan menjadi 380 / 220 V oleh transformator distribusi.
Sistem grounding atau pentanahan merupakan bagian dari jaringan tegangan menengah
yang berfungsi untuk mengalirkan arus gangguan atau lonjakan tegangan ke tanah. Arus
gangguan dari FCO dan lonjakan tanah dari LA dialirkan melalui sistem pentanahan.
Sistem pentanahan terdiri dari kawat penghantar berupa kawat BC (Bare Conductor)
dan elektroda pentanahan yang terbuat dari bahan tembaga atau besi yang digalvanisasi.
Elektroda pentanahan dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan bentuknya, yaitu elektroda batang,
elektroda pelat dan elektroda pita.
Topang Tarik atau guywire adalah kawat galvanized yang di gunakan untuk menahan
tiang sudut, tiang awal dan tiang akhir agar tetap dalam posisinya walaupun ada gaya Tarik
dari jalur penghantar yang tidak lurus.
(JL.Banten II Plaju)
Perhitungan hubung singkat adalah suatu analisa kelakuan suatu sistem tenaga listrik
pada keadaan gangguan hubung singkat, dimana dengan cara ini diperoleh nilai besaran-
besaran listrik yang dihasilkan sebagai akibat gangguan hubung singkat tersebut.
Tujuan dari perhitungan gangguan hubung singkat adalah untuk menghitung arus
maksimum dan minimum gangguan, pada lokasi yang berbeda dari sistem tenaga untuk jenis
gangguan yang berbeda sehingga rancangan pengaman, relai dan pemutus yang tepat bisa
dipilih untuk melindungi sistem dari kondisi yang tidak normal dalam waktu yang singkat
(Suswanto, 2009:253).
Besarnya nilai reaktansi trafo biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase, untuk
mencari nilai reaktansi dalam ohm dapat dicari dengan persamaan berikut (Sarimun,
2012:166):
Gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus hukum
ohm yaitu (Sarimun, 2012:169):
Dimana,
Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Sarimun, 2012:169):
Dimana,
Arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah dapat dihitung sebagai berikut (Sarimun,
2012:170):
Dimana,
Arus gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah dapat dihitung sebagai berikut
(Sarimun, 2012:170):
Dimana,
Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada sistem tenaga listrik
yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi tenaga listrik dan
generator listrik dimana sistem pengamanan akan melokalisir daerah yang terganggu
sehingga daerah yang tidak mengalami gangguan dapat tetap bekerja.
Konstruksi ini digunakan untuk tarikan lurus yang bertemu dengan konstruksi kabel
saluran udara yang lainnya seperti A3C atau A3CS dengan mengunakan 3lightning
Arester.
Konstruksi ini digunakan untuk tipe peregang atau pertemuan ujung MVTIC dengan
MVTIC yang di lengkapi dengan 3 lightning Arester dan 6 isolator lampu
Konstruksi ini digunakan untuk tipe peregang atau pertemuan ujung MVTIC dengan
MVTIC yang lain dengan cara menyambungkan jointing 20kV
Konstruksi ini digunakan untuk tipe peregang atau pertemuan ujung MVTIC dengan
MVTIC yang lain dengan cara menyambungkan jointing 20kV di tengah antar
gawang mengunakan secara scaffolding.
Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus,
dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator
dan tidak memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini hanya
dapat dilakukan pada sudut 170°-180°.
(JL. SENTOSA)
Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat
penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.
B. KONSTRUKSI TM-2.
Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut
150° –170°, menggunakan double traves dan double isolator. Karena tiang sudut
maka konstruksi TM-2 mempunyai treck skoor.
(JL. DI. PANJAITAN)
Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada
saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D. Konstruksi TM-2D mempunyai
konstruksi sama dengan TM-2, bedanya TM-2D digunakan untuk saluran ganda
(double sirkuit), dan menggunakan double treck schoor yang diletakkan dibawah
masing-masing traves.
Terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double traves. Isolator yang
digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan tiga buah isolator jenis
pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.
(JL)
Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3, bedanya TM-
3D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12 isolator
jenis suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator
(JL.)
D. KONSTRUKSI TM-4.
Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang merupakan tiang yang
dipasang pada permulaan atau pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya
tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah. Konstruksi TM-4D. Konstruksi
TM-4D sama dengan konstruksi TM-4, bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit
dengan double treck schoor.
E. KONSTRUKSI TM-5.
Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan antara 120° – 180°,
menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis suspension dan tiga
buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.
(JL. BANTEN III PLAJU)
F. KONSTRUKSI TM-6.
Terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60° – 90°). Masing-masing double traves
disilang 4. Isolator yang digunakan jenis suspension insulator sebanyak 6 buah dan
satu isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini memakai treck skoor ganda.
Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada
saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
tarikan kawat horizontal.
(JL. BLOK M SENTOSA)
G. KONSTRUKSI TM-7.
H. KONSTRUKSI TM-8.
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku (90°).
Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu dan TM
percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada dua
jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada
isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D
mempunyai double sirkuit.