Anda di halaman 1dari 52

MATERI

INSTALASI LISTRIK

DOSEN : I KETUT TA, ST


DAFTAR ISI
BAB I : STANDARISASI
BAB II : PENGAMAN
BAB III : PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK
BAB IV : DASAR INSTALASI LISTRIK
BAB V : INSTALASI PENERANGAN
BAB VI : INSTALASI TENAGA DAN
PENGATURANNYA
BAB VII : PERLENGKAPAN HUBUNG BAGI
DAN KOMPONENNYA
BAB I. STANDARISASI
- 1.1. STANDARISASI, SERTIFIKASI DAN
PERATURAN
- 1.2. PROSES TERBENTUKNYA PUIL
- 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PUIL
- 1.4. RUANG LINGKUP PUIL
- 1.5. PRINSIP DASAR INSTALASI
- 1.6. SYARAT-SYARAT INSTALASI
BAB I. STANDARISASI
Listrik merupakan energi yang mudah dibangkitkan, disalurkan,
dikendalikan dan diubah dalan bentuk energi lain, seperti :
cahaya, gerak, panas dan sebagainya.
Disamping bermanfaat Listrik juga dapat menimbulkan bahaya
seperti :
a. Arus Kejut
b. Kebakaran
c. Suhu Tinggi
Upaya meyelenggarakan instalasi listrik yang memenuhi
syarat dituangkan dalam standar teknis seperti PUIL dan
diperlakukan sebagai peraturan oleh berbagai instalasi
pemerintah.
TUJUAN STANDARISASI
Untuk mencapai keseragaman dalam hal
Ukuran , bentuk, mutu barang, cara
Menggambar, serta cara kerja komponennya
Dan organisasi international yang bergerak
Di bidang standarisasi ialah :
- IEC ( international Eletrotechnical Commision) untuk
bidang listrik
- ISO ( International Organization for Standardization)
untuk bidang lain
- Sedangkan untuk indonesia adalah Badan
Standarisasi Nasional
PROSES TERBENTUKNYA PUIL
AVE( algumene Voorschriftan Voor Electische
sterkstroom Instalaties ) Peraturan Instalasi listrik
yang pertama kali digunakan sebagai pedoman dari
belanda.
Kemudian AVE ini diterjemahkan kedalam bahasa
indonesia diterbitkan tahun 1964 dikenal dengan
nama Peraturan Umum Instalasi Listrik ( PUIL 1964 )
Kemudian dengan perkembangan teknologi PUIL 77
disempurnakan Menjadi PUIL 1987, untuk terbitan
tahun 2000 PUIL disingkat menjadi Persyaratan
umum Instalasi Listrik )
MAKSUD DAN TUJUAN PUIL
MAKSUD PUIL
- Memberikan pedoman bagi pengusaha instalasi untuk
penyelengaraan instalasi listrik yang baik, aman bagi jiwa
manusia dan harta benda.
TUJUAN PUIL
- Untuk menjamin keselamatan manusia terhadap arus kejut
listrik
- Untuk keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya
- Untuk keamanan gedung beserta isinya dari kebakaran akibat
listrik dan perlindungan terhadap lingkungan
PRINSIP DASAR INSTALASI LISTRIK
1. Proteksi terhadap keselamatan manusia,
hewan
2. Pemilihan perlengkapan yang memenuhi
ketentuaan PUIL 2000
3. Pemasangan perlengkapan listrik dengan
rapi, dengan cara yang baik dan tepat
4. Pengujian instalasi sebelum dioperasikan
untuk membuktikan pekerjaan pemasangan
sudah sesuai dengan PUIL
SYARAT-SYARAT INSTALASI LISTRIK
- Keandalan : Secara Mekanik dan Listrik,
Ketepatan Koordinasi pengaman.
- Ketercapaian : Maksudnya Mudah
dijangkau oleh
penggunaannya.letak saklar,
stop kontak, dsb.
- Ketersediaan : Kesiapan Instalasi melayani
semua kebutuhan beban termasuk
Cadangannya.
- Keindahan : Kerapian Pemasangan Instalasi
Listriknya
- Keamanan : Keamanan secara listrik untuk manusia, hewan dan
Lingkungan.
- Ekonomis : Biaya yang dikeluarkan sehemat mungkin, makanya
perlu perencanaan yang baik.
BAB II. PENGAMAN
2.1. Pengaman terhadap sentuhan langsung
2.2. Pengaman Terhadap sentuhan tak langsung.
a. Isolasi Pengaman
b. Tegangan Rendah Pengaman
c. Pentanahan Pengaman
d. Sistem Pentanahan Netral Pengaman
e. Sistem Hantaran Pengaman
f. Sistem Pengaman Dengan Relai Tegangan
g. Sistem Pengaman dengan Arus Sisa
h. Pemisah Pengaman
BAB II. PENGAMAN
3.1. PENGAMAN TERHADAP SENTUHAN
LANGSUNG
A. Seluruh bagian aktif dari peralatan
listrik harus diisolasi gunanya
pengamanan terhadap sentuhan
langsung.
B. Lapisan pelindung dan selubung luar
kabel harus dimasukkan kedalam
kotak hubung peralatan listrik .
3.1. Pengaman Terhadap sentuhan
Tak Langsung
Kegagalan isolasi yang menyebabkan hubung
singkat ke body peralatan, sehingga
menimbulkan tegangan sentuh pada body
peralatan tersebut dapat membahayakan
manusia, hal inilah yang disebut dengan
sentuhan tidak langsung.
Tindakan pengamanan Terhadap
Sentuhan Tidak Langsung adalah
Dengan Cara :
1. Isolasi Pengaman
Tindakan pengamanan dengan isolasi pengaman dilakukan dengan cara :
Memakai peralatan yang dilengkapi dengan isolasi tambahan, selain isolasi
utama.
2. Tegangan Rendah Pengaman
Tegangan rendah pengaman adalah suatu cara pengamanan rangkaian listrik
yang tak ditanahkan dengan tegangan tidak lebih dari 50 V , demikian rupa
sehingga bila kegagalan isolasi, tidak timbul tegangan sentuh yang
berlebihan.
Tegangan rendah pengaman dapat diperoleh dgn cara sebagai berikut :
a. dengan Trafo Pengaman
b. Batere aki
c. Batere cell
Tegangan rendah pengaman tidak boleh lebih dari 50 V.
3. Pentanahan Pengaman

Pentanahan pengaman adalah suatu tindakan pengamanan dalam instalasi listrik dengan
cara mentanahkan badan peralatan yang terbuat dari metal, sehingga bila terjadi kegagalan
isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi, karena terputusnya arus
oleh alat pengaman arus lebih.
Tahanan pentanahan badan peralatan tidak boleh melebihi dari harga berikut :
50
Rp =------------ 0hm , dan Ia = k x In
Ia

diman : Rp = Tahanan petanahan badan peralatan


Ia = Besar arus pemutus ( alat pengaman arus lebih) A
In = Arus nominal dari alat pengaman lebur atau alat pengaman
arus lebih. Dalam ampere
k = faktor yang besarnya tergantung dari karakteristik alat pengaman untuk
pengman lebur besar k berkisar 2,5 dan 5, sedangkan alat pengaman lainnya antara 1,25 dan
3,5.
4. Sistem Pentanahan Netral Pengaman
Pentanahan Netral Pengaman, adalah suatu tindakan
pengaman dengan cara menghubungkan badan
peralatan yang diamankan dengan hantaran netral
yang ditanahkan ( disebut hantaran Nol ), demikian
rupa sehingga bila terjadi kegagalan isolasi
tercegahlah tegangan sentuh yang terlalu tinggi
karena bekerjanya pengaman arus lebih.
5. Sistem Hantaran Pengaman
Sistem hantaran pengaman adalah sistem pengamanan pada
instalasi listrik yang rangkaiannya ditanahkan, dengan cara
menghubungkan secara baik semua peralatan listrik yang satu
dengan yang lain termasuk bagian konduktif bangunan yang
terjangkau tangan, pipa serta sejenisnya, dan elektroda
tanah, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah
timbulnya tegangan sentuh yang terlalu tinggi.
Penggunaan sistem ini hanya diperbolehkan pada instalasi
terbatas, misalnya dalam pabrik yang mempunyai sumber
sendiri, atau sumber listrik darurat. Dll.
6. Sistem Pengamanan Dengan Relai Tegangan.
Sistem pengaman dengan relai tegangan adalah
suatu pengaman rangkaian yang menggunakan
sakelar pengaman yang peka tegangan , yang dapat
memutuskan rangkaian termasuk hantaran netralnya
secara otomatis dalam waktu 0,2 detik, jika timbul
tegangan sentuh pada badan peralatan yang
diamankan jika terjadi kegagalan isolasi, sehingga
tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu tinggi
7. Sistem Pengaman Dengan Arus Sisa
Sistem Pengamanan dengan arus sisa adalah : Suatu
rangkaian yang menggunakan sakelar pengaman
yang peka arus sisa yang dapat memutuskan
rangkaian termasuk hantaran netralnya secara
otomatis dalam waktu 0,2 detik, apabila arus sisa
melebihi harga tertentu jika terjadi kegagalan isolasi,
sehingga tercegahlah bertahannya tegangan sentuh
yang terlalu tinggi.
8. Pemisahaan Pengaman
Pemisahaan pengaman adalah suatu tindahan
pengaman dengan memisahkan rangkaian listrik
yang bertegangan nominal maksimum 380 V dari
jaringan sumber dengan menggunakan
transformator pemisah. Tujuannya adalah untuk
mencegah timbulnya tegangan sentuh yang terlalu
tinggi pada bagian sekunder.
BAB III. PERENCANAAN INSTALASI
LISTRIK
A.Ketentuan Umum
Dalam membuat suatu rencana instalasi listrik harus
dipenuhi ketentuan PUIL.
B. Ketentuan Mengenai Rencana Instalasi
Yang dimaksud dengan rencana instalasi listrik adalah :
Suatu berkas gambar rencana dan uraian teknik yang
akan dipergunakan sebagai pegangan untuk
melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik.
Rencana Instalasi Listrik harus jelas dan mudah
dipahami.
Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang
berlaku.
Rencana Instalasi Listrik Terdiri
Dari :
a. Gambar Situasi: Yang menujukkan dengan jelas letak
gedung atau bangunan tempat instalasi tersebut akan
dipasang dan rencana penyambungannya dengan sumber
tenaga listrik
b. Gambar Instalasi :
1. Rencana tata letak yang menunjukkan
dengan jelas letak pesawat listrik, sakelar,
lampu dsb
2. Rencana hubungan alat listrik dengan
pengontrolnya ( Diagram Lokasinya) misalnya
hubungan sakelar dengan lampunya
3. Memberikan tanda atau keterangan yang jelas
mengenai setiap peralatan atau pesawat listrik.
c. Diagram Garis Tunggal Meliputi :
1. Diagram PHB lengkap dengan
keterangan mengenai ukuran dan besaran nominal dari komponen
2. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembagiannya.
3. Sistem Pentanahannya.
4. Ukuran dan jenis hantaran yang dipakai
d. Gambar Detail Meliputi :
1. Perkiraan ukuran fisik dari PHB
2. Cara Pemasangan alat alat listriknya
3. Cara Pemasangan Kabelnya
4. Cara Kerja Instalasi Kontrolnya.
Keterangan : Gambar Detail Tersebut dapat juga diganti atau dilengkapi
dengan keterangan atau uraian.
E. Perhitungan Teknis, Bila Diperlukan meliputi :
1. Susut Tegangan
2. Perbaikan Faktor Daya
3. Beban Terpasang dan kebutuhan maksimum.
4. Arus hubung singkat dan daya hubung singkat.
5. Tingkat Penerangan.
f. Daftar Bahan Instalasi meliputi :
1. Jumlah dan jenis Kabelnya
2. jumlah dan jenis perlengkapan bantunya
3. Jumlah dan jenis PHB
4. jumlah dan jenis Armature lampunya
g. Uraian Teknis, yang meliputi :
1. Ketentuan Teknis dari peralatan yang dipasang dan cara pemasangannya.
2. cara Pengujian
3. Rencana waktu Pelaksanaan
h. Perkiraan Biaya.
BAB IV. PERLENGKAPAN HUBUNG
BAGI DAN KOMPONENNYA
A. PENATAAN PHB
1. PHB harus ditata sedemikian rupa sehingga terlihat rapi
dan teratur.
2. PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga
pemeliharaannya dan pelayanan mudah dan aman
3. Penyambungan Saluran masuk dan saluran keluar pada
PHB harus menggunakan terminal sehingga
penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan
dengan mudah
4. Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari
terminal saluran daya.
2. PENANDAAN
Petunjuk yang harus dipasang pada PHB, Untuk
memudahkan pelayanan, pemeliharaan dan
perbaikan :
a. Pada PHB perlu dipasang tanda pengenal
diantaranya :
- Nomer pengaman ( MBC, Sekering)
- Nomer terminal daya dan kontrolnya
- Nomer kode kabel masuk dan keluar
- Gambar rangkaian di tempel pada pintu
panel.
b. Pada PHB warna penghantar/ busbar atau rell perlu dibedakan, diantaranya
- Untuk Instalasi Arus AC
1. Fasa 1/L1/R, warna merah
2. Fasa 2/L2/S, Warna Kuning
3. Fasa 3/L3/T, Warna Hitam
4. Netral/N, Warna Biru
5. Hantaran Pentanahan(PE), Warna Hijau,Kuning
- Instalasi Pada Peralatan Listrik
1. Fasa 1/U/X, Warna Merah
2. Fasa 2/V/Y, Warna Kuning
3. fasa 3/W/Z, Warna Hitam
- Untuk Instalasi Arus Searah ( DC )
1. Positif/L+, Warna Tidak Ditentukan
2. Negatif/L-, Warna Tidak Ditentukan
3. Kawat Tengah/M, Warna Biru
c. Pengumpulan Peralatan Rangkaian pada PHB yang besar
yang mempunyai beban 3 phase dan 1 phase, untuk
instalasi Daya maupun penerangan. Maka peralatan
rangkaian harus dikelompokan-kelompokkan Yaitu :
- Rangkaian Daya dikelompokkan dgn rangkaian daya
dari MCB terbesar sampai terkecil ( pengaman,
Terminal, beban tiga Phase)
- Beban 1 phase untuk penerangan ( Pengaman,
Terminalnya).
- Rangkaian Kontrol ( Peralatan, Terminalnya)
- Sumber tegangan yang berbeda dipisahkan (
Terminal Input dan Outputnya).
d. Pembebanan yang berlebihan
- Bagian dari perlengkapan hubung bagi (PHB) tidak boleh dibebani secara
terus menerus dengan arus , tegangan, frekwensi, yang melebihi
kemampuannya.
- PHB harus tahan terhadap arus hubung singkat yang dapat ditimbulkan
didalamnya dengan cara mempertimbangkan kerja dari alat pengaman
yang terpasang didepannya.(perhatikan Besarnya KA dari pengaman
disesuaikan dengan arus hubung singkat rangkaian
VL
I hs 3 phase = -----------
Z. cos q

V phase
I hs 1 phase = -----------------
Z. Cos q
e. Alat Ukur Dan Indikator
Alat ukur dan indikator yang dipasang pada PHB harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk
tentang besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang ditunjukkan.
alat ukur yang sering dipasang pada PHB adalah
- Lampu Tanda
untuk mengetahui ada tidaknya suplai
- Volt Meter
Untuk Mengetahui Besarnya Tegangan
- Amper meter
Untuk Mengetahui besarnya arus yang mengalir
pada PHB kebeban.
- Frekwensi Meter
Untuk mengukur frekwensi jaringan
- Cos Q Meter
Untuk mengetahui Beda Sudut fase
- kWh meter
Untuk mengukur energi listrik yang terpakai
f. Hantaran Rel/Busbar
- Rel yang digunakan pada PHB harus terbuat dari
tembaga atau logam lain yang merupakan hantaran
yang memenuhi persyaratan sebagai penghantar
listrik
- Penampang rel harus diperhitungkan untuk besar
arus yang mengalir dalam rel tersebut.
- Lapisan yang digunakan untuk memberi warna
rel/busbar dan saluran, harus dari jenis yang tahan
terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
g. Komponen alat Kontrol Pada PHB
- Komponen alat kontrol seperti tombol tekan, sakelar, lampu sinyal,
saklar magnet, dan kawat penghubung harus mempunyai kemampuan
yang sesuai dengan penggunaannya.
- Alat seperti tombol tekan, sakelar kontrol dan sakelar pilih harus
mempunyai tanda warna sedemikian rupa sehingga operator dipermudah
pada waktu pelayanan.
Sakelar tombol, warna merah untuk OFF
Warna biru/Hitam Untuk ON
Lampu Tanda , Warna Merah Fase L1
Warna Kuning Fase L2
Warna Biru Fase L3
- Pengaman dari sistem Kontrol harus terpisah dari pengaman yang
lainnya
h. Terminal Dan Pemegang Kabel
- Terminal Harus terbuat dari bahan tembaga atau
logam lain yang memenuhi persyaratan atau
standard yang diakui
- Pemegang terminal harus terbuat dari bahan isolasi
yang kuat, sehingga tidak mudah pecah atau rusak.
- Kemampuan terminal sekurang-kurangnya harus
sama dengan kemampuan sakelar dari rangkaian
yang bersangkutan
BAB V. INSTALASI PENERANGAN
• TUJUAN INSTRUKTIONAL KHUSUS ( TIK )
– DAPAT MENGETAHUI SIMBOL- SIMBOL UNTUK
INSTALASI PENERANGAN
– MEMAHAMI CARA – CARA PENGATURAN
INSTALASI PENERANGAN
– MEMAHAMI CARA MENGGAMBAR DIAGRAM
LOKASI DAN DIAGRAM PENGAWATAN.
PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK
PENERANGAN
1. SISTEM PENGATURAN SAKELAR SATU ARAH
2. SISTEM PENGATURAN SATU ARAH DENGAN LAMPU TANDA.
3. SISTEM PENGATURAN SAKELAR SERI
4. SISTEM PENGATURAN SAKELAR TUKAR
5. SISTEM PENGATURAN SAKELAR TUKAR DENGAN LAMPU
TANDA
6. SISTEM PRNGATURAN SAKELAR SILANG
7. SISTEM PENGATURAN SAKELAR IMPULS
8. SISTEM PENGATURAN TIMER
9. SISTEM PENGATURAN LDR
10. KOMBINASI SISTEM PENGATURAN
1.a. Pengaturan Saklar Tunggal

– Diagram Lokasi Pengaturan Sakelar Tunggal

L/N/PE
220V Pipa
lampu
3 Kotak 3
Hubung

Sakelar Tunggal
b.Diagram Pengawatan Pengaturan sakelar
Tunggal

3 Kotak Hubung
3
N
Lampu
PE Beban
L

Sakelar
Tunggal
c. Diagram Kerja Pengaturan Sakelar
Tunggal

N
L1

Lampu
Sakelar
Tunggal
2.a. Pengaturan Sakelar Tunggal Dengan Lampu
Tanda
• Diagram Lokasi Pengaturan Sakelar Tunggal Dengan
Lampu Tanda

L/N/PE Pipa
Lampu
3 2 Beban

Sakelar Tunggal
Lampu Tanda
2.b. Diagram Pengawatan Pengaturan Sakelar
Tunggal Dengan Lampu Tanda

Kotak Hubung
N
Lampu
PE Beban
L

Lampu
Tanda

Sakelar
2.c. Diagram Kerja Sistem Pengaturan Sakelar
Tunggal Dengan Lampu Tanda

N
L1
Sakelar Tunggal

Lampu

Lampu
Tanda
3. Sistem Pengaturan Sakelar Seri

Lampu B
L/N/PE
3 2
Pipa
Lampu A
2

Sakelar
seri
b. Diagram Pengawatan Sistem Pengaturan
Sakelar Seri

Lampu

3
3
3 3
Lampu

Sakelar Seri
c. Diagram Kerja Pengaturan Sakelar
Seri

N
Lampu A
L

Lampu B

Sakelar
Seri
4. Sistem Pengaturan Sakelar Tukar
• A. Diagram Lokasi Sistem Pengaturan Sakelar
Tukar.

Kotak Sambung Kotak Sambung


3
Lampu
L/N/PE 2

3 3

A B
Sakelar Sakelar
Tukar Tukar
b. Diagram Pengawatan Sistem
Pengaturan Saklar Tukar Dengan
Lampu Tanda
Kotak Hubung Kotak Hubung
3
3 3

Lampu
Beban
3 3

Lampu Lampu
Tanda Tanda

Sakelar Tukar Sakelar Tukar


7. Sistem Pengaturan Sakelar Impuls
a.Diagram Lokasi Sistem Pengaturan Sakelar
Impuls

Kotak Hubung Kotak Hubung

2
L/N/PE 3 Lampu

4
2

Sakelar
Impuls Tombol Tekan
b. Diagram Pengawatan Pengaturan
Saklar Impuls

Kotak Hubung Kotak Hubung Lampu


3 5 3

Saklar Tombol
Impuls Tekan
BAB VI

PERENCANAAN ISTALASI
PENERANGAN DALAM
RUMAH/GEDUNG
• 6.1. Sistem Radial Untuk Instalasi
Penerangan dari satu sumber
• 6.2. Penentuan Banyaknya Dan Kekuatan Lampu
Tiap Ruangan membutuhkan Jumlah dan besar
kekuatan lampu yang berbeda-beda Tergantung dari :
a. Macam Penggunaan Ruangannya
b. Ukuran Luas Dari Ruangan Tersebut
c. Keadaan dinding dari Ruangan Tersebut
d. Macam Jenis Lampu Yang dipakai.
• Letak dan banyaknya lampu untuk suatu ruang harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga ruang tersebut
mendapat sinar terbagi rata
• Tempat yang mendapat cahaya dari suatu titik sumber
cahaya dari penerangannya dapat dinyatakan dalam rumus
• I
Eb = ------------ . Cos Q
h
Dimana :
• Eb = Kuat Penerangan Pada titik B (
Lumen per m2 atau Lux )
• I = Kuat cahaya dari lampu
• h = Tinggi ( Jarak ) lampu dari Bidang
kerja ( Meter )
• Q = Sudut Penyinaran
BAB VI. INSTALASI TENAGA
• DAFTAR ISI
– KOMPONEN-KOMPONEN DALAM SISTEM
PENGATURAN MOTOR LISTRIK
– RANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR PENGATURAN
DENGAN KONTAKTOR
– PENGASUTAN DAN PENGATURAN MOTOR AC
– PENGASUTAN DAN PENGATURAN MOTOR DC
– PENGEREMEN MOTOR LISTRIK

Anda mungkin juga menyukai