Anda di halaman 1dari 24

PT PLN (Persero)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan


JTM
5. K3 DAN SOP PEMELIHARAAN JTM

5.1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

5.1.1. Dasar Hukum.

Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia


ialah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-
undang ini dibuat dengan menimbang bahwa :

a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya

c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.

d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja

e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang


yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan
teknologi.

Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya yang paling penting


dalam kegiatan usaha. Maka perusahaan harus memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehataan bagi manusia yang terkait dengan kegiatan
usahanya, maupun orang lain yang terkait dengan usaha tersebut.

Misalnya PLN sebagai perusahaan yang kegiatan usahanya membangkitkan,


menyalurkan, mendistribusikan, dan melayani pelanggan. Maka setiap manusia
yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut harus dijamin keselamatan dan
kesehatannnya. Dan orang lain yang berada di sekitar kegiatan usaha maupun

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


68
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
yang menggunakan produk energi listrik juga harus terjamin keselamatan dan
kesehatannya.
Upaya menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja memang bukan kegiatan
meningkatkan keuntungan, tetapi upaya memanusiakan manusia dan membatasi
dan atau memperkecil kerugian dampak kecelakaan.

Yang bertanggungjawab melaksanakan tegaknya keselamatan dan kesehatan


kerja ialah : manajemen, atasan pekerja, dan pekerja itu sendiri.

Dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan, berarti terciptanya safe


production , yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat.

5.1.2. Pengertian.

Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi terjadinya


kecelakaan di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan kerugian, baik
jiwa/raga dan atau harta. Sedangkan kesehatan kerja mengatur segala upaya guna
mencegah/mengurangi sakit akibat melaksanakan kerja.

Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja
ialah segala tempat dimana :

a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan,

b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci


dalam pasal 2;

c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan


sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut.

Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat


keselamatan kerja seperti diurai pada pasal 3. yakni :

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :


a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


69
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara atau getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,
atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

5.1.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (KKK).

Tujuan KKK adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman,
sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai :

a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.


b. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
c. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.
d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


70
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM

5.1.4. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja

Sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 12,


Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas dan
atau Ahli Keselamatan Kerja.

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja dan


kesehatan kerja yang diwajibkan.

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan


kerja dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan


kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentuakan lain oleh Pegawai
Pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

5.1.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-undang No.
3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ialah :

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Ruang lingkup program Jamsostek meliputi :


a) Jaminan Kecelakaan Kerja.
b) Jaminan Kematian.
c) Jaminan Hari Tua.
d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


71
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
Karena PLN sebagai perusahaan mampu memberikan emulemen Jaminan Sosial
Tenaga Kerja sendiri dengan standard  dari ketentuan pemerintah, maka PLN
tidak mengasuransikan pegawainya ke program Jamsostek, baik milik
pemerintah / BUMN maupun swasta.
5.1.6. Kecelakaan Kerja

a. Pengertian Kecelakaan Kerja.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena


hubungan kerja, dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya.

Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena hubungan


kerja, baik karena pekerjaan langsung ataupun dalam perjalanan menuju
tempat kerja sampai kembali ke rumah melalui jalan normal.

b. Proses Kecelakaan.
Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya dan dapat
mengakibatkan kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan ataupun efisiensi
perusahaan.

Urutan proses terjadinya kecelakaan :

Kultur Sebab Bahaya Insiden Kerugian


Lingkungan dasar
- Unsafe act -Jiwa/raga
-Budaya kerja visi dan misi - Unsafe - Kecelakaa - Harta
- Pola pikir kurang condi-tion n - Efisiensi
- Manajemen mendukung - Miss - Near
manaje- misses
men

 Kultur Lingkungan.
Kultur lingkungan, dalam hal ini berupa :
 tingkat kematangan budaya kerja

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


72
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
 pola pikir lingkungan masyarakat pada umumnya atau lingkungan
tempat kerja pada khususnya
 serta perhatian manajemen puncak dan menengah akan
membentuk suatu behavior (paradigma, sikap, dan perilaku) para
pekerjanya dalam menegakkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
di lingkungan kerja.
Lingkungan masarakat / tempat kerja yang secara sadar :
 Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling
tinggi nilainya..
 Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya, memiliki
paradigma untuk memikirkan keselamatan bagi manusia maupun
bagi proses produksinya.
 Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan
KKK, dsb.

Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk tercapainya safe
production.

 Bahaya.
Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi
karena ada bahaya, baik itu berupa :
 tingkah laku yang tak aman (unsafe act).
 kondisi yang tak aman (unsafe condition).
 manajemen/ prosedur yang tak benar / tak ada (miss manajemen).

Contoh tingkahlaku tak aman :


 Bekerja mengabaikan prosedur.
 Mengerjakan pekerjaan bukan bidangnya.
 Bekerja tanpa kompetensi (rendah).
 Tidak menggunakan alat keselamatan kerja.
 Sikap tubuh yang tidak benar.
 Bekerja dengan bersendau gurau.
 Bekerja dengan kondisi fisik dan atau mental yang labil.
 Bekerja dengan emosional / panik, dll.

Contoh kondisi yang tak aman :


Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
73
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
 Peralatan pelindung yang tak memenuhi syarat.
 Bahan, peralatan yang aus atau rusak.
 Kondisi lantai yang licin.
 House keeping yang tidak tertata baik.
 Kurang sarana pemberi tanda-tanda keselamatan kerja.
 Keadaan udara beracun.
 Bising.
Contoh miss manajemen :
 Tidak tersedianya alat keselamatan kerja.
 Tidak adanya petunjuk/prosedur kerja.
 Tidak melakukan identifikasi bahaya dan cara penanggulangannya.
 Tidak melakukan pembahasan tentang KKK secara terjadwal.

 Insiden.
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan
ataupun near misses yang dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk
cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan ataupun menurunnya
efisiensi produksi.

Contoh kecelakaan : kejatuhan benda, terjepit, terkena listrik,


terbakar.
Contoh near miises : tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka
maupun rusaknya benda/barang.

meninggal
1

10 cidera berat atau cacad

cidera ringan
30

insiden : - kecelakaan
600 - near misses

 Kerugian.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


74
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja mengalami
kerugian.

Kerugian bagi korban kecelakaan (bila ia pekerja) meliputi :


 Cidera, cacat tetap, bahkan tewas itu berarti menurun/hilangnya
kesempatan mendapatkan prestasi (penghasilan) karena
menurun/hilangnya kemampuan kerja.
 Menurunnya moril dan rasa peran keberadaannya di lingkungan
keluarga, masayarakat, maupun lingkungan tempat kerja.
Kerugian bagi perusahaan antara lain meliputi :
 Biaya perawatan korban.
 Biaya untuk pemberian santunan-santunan.
 Waktu produksi berkurang.
 Rusaknya peralatan dan atau material, sehingga menurunnya
kemampuan produksi.
 Biaya inventasi yang telah dikeluarkan untuk (pembinaan,
pendidikan, dll.) mencapai tingkat kompetensi seperti saat sekarang.
 Menurunnya citra perusahaan.
 Naiknya biaya asuransi.

Untuk mencegah / mengurangi kerugian bagi manusia (pekerja dan


atau orang lain) dan kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita
harus menghilangkan / mengurangi bahaya (unsafe act, unsafe
condition, dan miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk
mencegah / mengurangi bahaya antara lain :
 Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan
miss mana-jemen) dan tindakan / cara mengatasinya.
 Setiap bekerja selalu berpikir tentang selamat (think safety).
 Dll.

5.1.7. Keselamatan Dalam Bekerja.

a. Tempat Kerja Bertegangan.


Hal penting diperhatikan bila memasuki ruang kerja listrik :
 Mendapat ijin yang berwenang dan diawasi oleh petugas.
 Jangan sendirian (dua orang).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


75
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
 Sehat jasmani dan rohani.
 Pakaian kering dan bersepatu dengan sol berbahan isolasi.
 Gunakan alat pengaman yang diperlukan sesuai spesifikasinya (missal:
tegangan ijin, daya hantar, dll).
 Perhatikan rambu-rambu peringatan yang ada.
 Berada pada jarak yang aman.

 Bekerja Pada Bebas Tegangan.


 Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :
 Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.
 Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.
 Bila ada sirkuit ganda :
* pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.
* masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya .
* tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.
 Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh pada sirkuit
tersebut.
 Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas telah
dipenuhi.

 Bekerja Pada Keadaan Bertegangan.


 Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai kompetensinya.
 Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).
 Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.
 Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.
 Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama
yang diwajibkan.
 Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai
sesuai petunjuk yang diberikan.
 Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.
 Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan telanjang.
 Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan
bahaya kebakaran, ruang lembab, ruang sangat panas.

 Bekerja di dekat instalasi bertegangan :

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


76
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
 Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan
 Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau
imbas yang membahayakan, selain harus dibumikan.
 Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam, tangga
yang diperkuat dengan logam.
 Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan
isolasi.

b. Batas Aman Arus dan Tegangan.


Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50 V.

 Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia :

Tegangan Sentuh Waktu maksimum Keterangan


( V efektif ) ( detik )
50 5
75 1
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03

Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu.


Tegangan Sentuh Waktu Maks. Keterangan
(m A efektif ) ( detik )
10  20 10
20  40 2
60  80 0,2
100 0,1

Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu .


Besar Arus Akibat arus melalui jantung
( mA ) melalui lintasan tangan ke kaki
0,7 Tidak terlihat sesuatu akibat
0,7  2 Terasa getaran

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


77
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
28 System syaraf terpengaruh, sangat sakit
8  20 System syaraf terpengaruh.
Tidak sanggup melepaskan pegangan, karena
pengerutan atau kontraksi otot-otot

20  50 System syaraf terpengaruh.


Otot kerongkongan dipaksa mengkerut .
Paru-paru kirim udara secara tidak normal.
Tidak mampu melepaskan pegangan

c. Jarak Aman Daerah Bertegangan.

 Jarak lendutan penghantar udara tegangan rendah ke tanah,


minimum :
No Lokasi pemasangan Penghantar Penghantar udara
udara telanjang berisolasi
1 Jalan umum 5 meter 5 meter
2 Bukan jalan umum 5 meter 4 meter
3 Halaman rumah 5 meter 3 meter

 Jarak bebas (minimum) antara SUTT dan SUTET dengan tanah dan
benda lain.

SUTT SUTET 500 kV


No Lokasi 66 kV 150 kV Sirkit Sirkit
(m) (m) ganda tunggal
(m) (m)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


78
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
1 Lapangan terbuka daerah luar 6,5 7,5 10 11
kota
2 Jalan raya 8 9 15 15
3 Pohon-pohon pada umumnya 3,5 4,5 8,5 8,5
4 Bangunan tidak tahan api dan 12,5 13,5 14 15
lapangan olah raga

5 Bagian bangunan yang tahan api 3,5 4,5 8,5 8,5


6 SUTT lainnya : SUTR; jaringan 3 4 8,5 8,5
tele-komunikasi dan kereta
gantung

7 Rel kereta biasa 8 9 15 15


8 Jembatan besi, rangka besi 3 4 8,5 8,5
penahan penghantar kereta
listrik terdekat dsb.

9 Titik tertinggi tiang kapal pada 3 4 8,5 8,5


kedudukan air pasang pada lalu
lintas air

5.1.8. Alat Keselamatan Kerja

a. Pengertian.
Pengertian alat keselamatan kerja :
 Suatu alat yang dipergunakan untuk melindungi pekerja terhadap
kemungkinan timbulnya kecelakaan.
 Suatu alat yang dipergunakan untuk memperlancar/mempermudah
pekerja dalam melaksanakan tugas pekerjaan dengan aman.

b. Tiga macam Alat Keselamatan Kerja

 Terpasang tetap pada peralatan.


 Kap pelindung benda berputar.
 Batas pengaman daerah.

 Untuk dipakai pekerja.


 Alat pelindung batok kepala.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
79
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
 Alat pelindung muka dan mata.
 Alat pelindung badan.
 Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki).
 Alat pelindung pernapasan.
 Alat pelindung pendengaran.
 Alat pencegah jatuh.
 Alat pencegah tenggelam.

 Pelengkap
 Peraturan-peraturan.
 Penjelasan-penjelasan.
 Instruksi kerja.
 Tanda-tanda peringatan.
 Poster-poster keselamatan kerja.
 Komunikasi dan koordinasi.
 Pengawasan, dll.

Yang perlu diperhatikan pada poster :


~ Antara gambar dan tulisan disesuaikan, sehingga fokus pesan dapat
dimengerti.
~ Jenis isi pesan disesuaikan dengan bahaya yang dapat timbul di tempat
kerja.

Tanda-tanda keselamatan isinya mengingatkan kita terhadap :


~ Bahaya yang dapat timbul di suatu tempat.
~ Kemungkinan membuat kesalahan.

Tanda peringatan ditempatkan pada tempat yang :


~ Mudah dan kelihatan.
~ Menuju ke tempat yang ada bahaya.

c. Alat Keselamatan Kerja & Penggunaannya


No Alat Keselamatan Kerja Kegunaan / Pemakaiannya
1 Topi keselamatan. Melindungi batok kepala terhadap tertumbuk/
kejatuhan benda dari atas .
Melindungi muka dan mata waktu mengelas
2 Kap las tangan
listrik.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
80
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM

Melindungi muka dan mata waktu mengelas


3 Kap las kepala . listrik.

Melindungi muka, mata dan batok kepala


4 Kap las kepala dengan topi. waktu mengelas listrik .

Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan


5 Pelindung muka. kimia.

Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan


6 Pelindung mata. kimia.

Mengelas dengan las karbit/asitilin.


7 Kacamata las .
Mengecat, membelah, menotok beton, dsb.
8 Kacamata warna bening.
Bekerja dengan debu.
9 Kacamata karet.
Mengasah, menetak (terutama) bagi yang
10 Pelindung mata kedok (yang berkacamata.
dibuka).
11 Pelapis dada dari kulit. a. Mengelas karbid dan listrik.
b. Menempa, menuang, kerja hangat
lainnya.

12 Pelapis dada karet hitam. Bekerja dengan ramuan kimia.

13 Pelapis dada karet putih. a. Bekerja di instalasi TEL.


b. Membersihkan tangki-tangki bensin yang
mengandung TEL.
14 Sarung tangan asbes. Kerja panas, tuang, membengkokkan pipa,
tukang api, buka tutup kran uap.

15 Sarung tangan kain. Kerja ringan : mematri, mengecat,


menyemprot, dsb.

16 Sarung tangan utk kerja. a. Kerja konstruksi yang ringan.


b. Kerja pengangkutan yang ringan.
c. Membuka keran uap.

17 Sarung tangan. Mengelas listrik dan gas karbid.

18 Sarung tangan utk tukang Bekerja pada hubungan listrik.


listrik

19 Sarung tangan karet (plastic). a. Bekerja dengan ramuan kimia.


b. Bekerja dengan gemuk-gemuk kotor.

20 Pelindung lengan. Mengelas listrik, karbid.


21 Sepatu karet panjang hitam. a. Bahan kimia (asam garam, asam
belerang, dsb)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


81
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
b. Komponen minyak kasar (bensin, minyak,
gas)
c. Kerja tanah dan kerja kotor lainnya

22 Sepatu keselamatan. Pelindung jari kaki dari tertumbuk benda berat/


jatuh.

23 Sepatu karet panjang hitam Mengelas listrik, karbid, menempa dan untuk
sampai paha. pekerjaan tuang-menuang.

24 Pelindung kaki dari kulit.


25 Tali pinggang keselamatan. Untuk bekerja diketinggian  2,5 meter.

26 Jaring keselamatan. Dipakai dimana tidak memungkinkan pakai tali


pinggang keselamatan.

27 Sumbat telinga (ear plug) Untuk mengurangi suara masuk telinga

28 Tutup telinga (ear muff) Untuk mengurangi suara yang bernada tinggi
atau keras

29 Schakel stock Untuk memasukkan “pemisah”, dilengkapi


untuk chek tegangan menengah (TM).

30 Tester Tegangan Untuk mengetahui adanya tegangan rendah

31 Klem hubungan tanah Untuk menbumikan jaringan, trafo generator

5.2. STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP)

5.2.1. Pengertian

Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja


yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat
Protap.

SOP Pemeliharaan distribusi berarti ketentuan tentang prosedur / langkah –


langkah kerja untuk memelihara distribusi pada Gardu Induk, Gardu Hubung dan
Gardu Distribusi.

5.2.2. Tujuan SOP

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


82
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
Pemeliharaan Distribusi berarti melakukan pemeriksaan atau perbaikan yang
menyebabkan perlunya pemadaman listrik atau tidak .Pada saat pelaksanaan
pemeliharaan dengan pemadaman berarti memerlukan koordinasi dengan pihak
operasi agar tidak sampai terjadi gangguan atau kecelakaan kerja pada saat
pembukaan alat hubung yang akan dipelihara maupun penormalannya kembali.

Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja peralatan harus
memenuhi ketentuannya, yaitu aman dioperasikann kembali, maka untuk itu perlu
diatur cara melakukan pemeliharaan, peralatan untuk mengukur kondisi peralatan
kubikel, perkakas kerja yang digunakan pada waktu pemeliharaan.

Penyimpangan dari ketentuan berarti hasil pemeliharaan tidak sesuai dengan


ketentuan dan dampaknya akan menyebabkan permaslahan dalam pengoperasian
bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

Contoh :

 Akibat terhadap komponen


Ditentukan bahwa tahanan kontak - kontak adalah maksimal 200 micro ohm,
tetapi hasil pemeliharaan menunjukkan lebih dari nilai maksimal tersebut dan
dipaksakan operasi, maka akan terjadi ledakan pada tersebut akibat panas
yang ditimbulkan oleh alat kontak. Kejadian ini tentu akan mengganggu sistem
operasi dan kerugian material.

 Akibat terhadap personil


Pemeliharaan dengan pemadaman berarti harus dipastikan bahwa aliran listrik
dari sisi hulu maupun sisi hilir harus dipastikan padam, tetapi penyimpangan
terjadi misalnya tiba-tiba ada aliran listrik.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari pemeliharaan tidak
memenuhi ketentuan dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman dan
kerugian material.

Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi prosedur
langkah-langkah yang tertata guna melaksanakan kegiatan.

5.2.3. Komponen Dalam SOP

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


83
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan Distribusi
antara lain :

Pihak yang terkait


Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat pemeliharaan
20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi yang dilakukan dapat
berupa tertulis / surat ataupun komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua
pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau
mencegah kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel.

Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang
standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu
berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas standar agar
dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.
Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi
SOP Komunikasi.

Pihak yang terkait pada pemeliharaan Distribusi antara lain :

 Beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi / Piket Pengatur,
pihak operasi dan Konsumen. Berkoordinasi dengan pihak adalah untuk
mengetahui dan memastikan bahwa instalasi yang akan dipelihara dan
dipadamkan sudah diantisipasi akibat pemadamannya. Berkoordinasi dengan
Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan
siap dipadamkan atau dibebani dan aman dari adanya kecelakaan kerja bagi
personil di lokasi pemeliharaan dimaksud maupun di luar lokasi yang
berhubungan dengan jaringan yang akan dipelihara. Sedangkan
berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan
adanya listrik pemdadaman listrik di tempatnya.

Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan dengan baik dan aman
harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan
seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan
yang bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja
harus dilakukan secara rutin agar selalu siap kapanpun digunakan.

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :


Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
84
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
 Perkakas kerja
 Alat bantu kerja
 Alat Ukur
 Material / bahan
 Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
 Berkas Dokumen Instalasi Distribusi yang akan dioperasikan
 Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

Prosedur Komunikasi
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai
persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-
talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan.
Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya
gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

Prosedur Langkah-langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian
kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan
pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.
Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP.
Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan
pemeliharaan bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.
Hasil Pemeliharaan harus dilaporkan ke Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan
melaporkan secara lisan guna memutuskan dioperasikannya kembali dan
melaporkan secara tertulis setelah pelaksanaan dilokasi selesai.

5.2.4. Pembuatan SOP

Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

 Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian distribusi


untuk membuat ketentuan berkoordinasi.

 Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo, Kemampuan Hantar


Arus (KHA) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.

 Struktur jaringan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


85
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM

Contoh SOP Pemeliharaan JTM

SOP
DINAS GANGGUAN
PT. PLN (PERSERO)
JTM 20 KV
.....................................
........................................ BAGI PENGAWAS (LEVEL 2)
......................................

PETUGAS :
1. Pengawas Lapangan 1 orang
2. Pengemudi 1 orang

KOORDINASI :
1. Piket UPJ
2. Pelaksana Lapangan

PERALATAN KERJA :
1. Megger Isolasi 5000 Volt
2. Megger Pentanahan / Earth Tester
3. Tester Tegangan 20 kV
4. Tool set
5. Radio Komunikasi ( 1 bh Handy Talky dan base di kendaraan)

PERLENGKAPAN K3:
1. Pakaian Kerja
2. Helm pengaman
3. Sepatu alas karet Isolasi Tahan 24 kV
4. Sarung tangan Karet Isolasi Tahan 24 kV
5. Sarung tangan kulit
Tangga fibre/ Aluminium

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


86
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM

MATERIAL :

PROSEDUR KERJA :
1. Dasar pelaksanaan pekerjaan adalah atas laporan dari pelanggan
2. Kendaraan Pelayanan selalu dalam keadaan siap dengan perlengkapan sesuai
standar diatas.
3. Petugas Pelayanan selalu dalam keadaan siap diruang pelayanan gangguan
dengan pakaian kerja
4. Setelah mendapat laporan petugas menuju lokasi gangguan
5. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
6. Lakukan prosedur pengamanan/pemadaman jaringan TM
7. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pelaksana
8. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
9. Normalkan tegangan
10. Pembuatan Laporan tertulis .

LANGKAH KERJA :

Penanganan Gangguan SUTM 20 kV

1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja


2. Indikasi Gangguan PMT di Gardu Induk trip (GFR atau OCR)
3. Gunakan peralatan K-3
4. Bila titik gangguan sudah diketahui segera menuju lokasi tersebut, segera
amankan jaringan tersebut
5. Bila titik gangguan belum diketahui, lakukan penyusuran sesuai SOP per
penyulang
6. Koordinasi dengan piket UPJ
7. Lakukan pemadaman untuk daerah yang terganggu
8. Lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain
9. Bila jaringan sudah keadaan tidak bertegangan, perintahan kepada pelaksana

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


87
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
untu mengamankan SUTM terganggu dengan tongkat pentanahan
10. Selesai pekerjaan, bereskan dan lakukan pemeriksaan Bila keadaan sudah
aman, lakukan koordinasi dengan piket UPJ untuk penormalan tegangan.
11. Lakukan penormalan tegangan setelah koordinasi dengan piket UPJ, catat
waktu penormalan.
12. Lakukan pemeriksaan disisi pelanggan apakah sudah normal/ nyala
13. Kembali ke kantor dan siap diruang pelayanan gangguan.
14. Pembuatan laporan hasil pekerjaan.

Penanganan Gangguan SKTM 20 kV

Cara Pertama :

1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja


2. Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip
3. Menuju lokasi gangguan dengan membawa kunci gardu yang diperlukan
4. Gunakan peralatan K-3
5. Bila pada gardu penyulang tersebut terpasang indikator burdin, lakukan
penyusuran mulai dari Gardu pertama menuju gardu akhir dan bila diketahui titik
gangguan, lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain sesuai SOP.
6. Bila pada gardu penyulang tersebut belum terpasang indikator burdin, dan titik
gangguan belum diketahui , petugas menuju gardu pertama dari penyulang
tersebut.
7. Buka PMS arah GI , arah beban dan arah gardu kedua.
8. Yakinkan bahwa pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka dengan
memeriksa melalui kaca pemantau di kubikel tersebut.
9. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah GI dan instalasi gardu
tersebut,
10. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
11. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja
dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman
12. Bila sudah aman minta agar tegangan dari GI dinormalkan sampai dengan
PMS incoming gardu pertama.
13. Bila tegangan sudah normal sampaidengan PMS incoming, masukkan PMS
incoming, cek lampu indikator, bila sudah masuk . masukkan PMS kearah
beban gardu tersebut.
14. Lakukan pemeriksaan beban gardu tersebut, bila sudah normal,
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
88
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
15. Satu orang petugas bersama pengemudi menuju gardu kedua.
16. Digardu kedua buka PMS incoming, PMS out going dan PMS beban dibuka .
yakinkan pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka.
17. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah gardu pertama dan instalasi
gardu tersebut,
18. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
19. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja
dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman
20. Koordinasi dengan piket UPJ agar tegangan dari gardu pertama dimasukkan
sampai dengan PMS incoming gardu kedua.
21. Bila sudah ada informasi tegangan sudah masuk periksa lampu indikator
kubikel tersebut.
22. Masukkan PMS incoming, masukkan PMS arah beban, lakukan pemeriksaan.
23. Lakukan langkah tersebut sampai diketahui titik gangguan.
24. Bila titik ganguan sudah diketahui, laporkan kepiket UPJ
25. Atas perintah piket UPJ , lakukan pemindahkan sebagian beban ke peyulang
yang tidak terganggu.
26. Bereskan dan periksa peralatan kerja, K-3, petugas serta lingkungan, kembali
kekantor.
27. Pembuatan laporan hasil pekerjaan sebagai dasar tindaklanjut perbaikan seksi
HAR.

Cara Kedua :
1. Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja
2. Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip
3. Gunakan perlatan K-3
4. Petugas menuju gardu tengah pada penyulang tersebut
5. Buka PMS incoming, PMS outgoing dan PMS beban.
6. Yakinkan Pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka
7. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
8. Minta penormalan tegangan dari Gardu Induk sampai dengan PMS incoming
gardu tengah
9. Bila tegangan masuk dengan normal, indikasi gangguan antara gardu tengah
kearah ujung/GH.
10. Lakukan penelusuran seperti cara 1 kearah gardu hubung.
11. Bila tegangan dari Gardu Induk tidak bisa masuk, ada indikasi gangguan.
12. Koordinasi dengan piket UPJ.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan
89
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM
13. Periksa kondisi kubikel, trafo dan instalasi di gardu tengah tersebut, amankan
peralatan kerja, peralatan K-3 dan petugas.
14. Atas ijin piket lakukan pemindahan beban mulai dari gardu tengah sampai dengan
gardu ujung dari penyulang tersebut ke penyulang lain.
15. Apabila sebagian penyulang sudah normal, lakukan penelusuran SKTM kearah
Gardu Induk sesuai langkah pada cara 1 diatas.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


90
PT PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN K3 & SOP Pemeliharaan
JTM

Gambar : Diagram Garis Tunggal JTM

Mengetahui, Asman Perencanaan & Distribusi,


Manajer

…………………………………………………………………………………………………………………………………….

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan


91

Anda mungkin juga menyukai