Anda di halaman 1dari 232

Pembekalan

UJI KOMPETENSI
(SERTIFIKASI BNSP)

Kesehatan & Keselamatan Kerja Umum


(K3 UMUM – Operator, Teknisi, Ahli)
PENGANTAR :
• Apa itu SERTIFIKASI PROFESI ?
• Apa itu BNSP, LSP, & TUK ?
• Aspek KOMPETENSI yg diujikan oleh
Asesor?
• METODE asesmen / sertifikasi
KOMPETENSI?
• Kriteria DOKUMEN PORTOFOLIO yg
baik?
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Unit Kompetensi
(KepMenNaker RI No. 38 Tahun 2019)
Kode Unit Judul Unit Skema
M.71KKK01.001.1 Merancang Strategi Pengendalian Risiko K3 di Tempat Kerja A/T/O
M.71KKK01.002.1 Merancang Sistem Tanggap Darurat A/T
M.71KKK01.003.1 Melakukan Komunikasi K3 A/T/O
M.71KKK01.004.1 Mengawasi Pelaksanaan Izin Kerja A/T/O
M.71KKK01.005.1 Melakukan Pengukuran Faktor Bahaya di Tempat Kerja A/T/O
Mengelola Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja
M.71KKK01.006.1
(P3K) di Tempat Kerja
A/T
M.71KKK01.007.1 Mengelola Tindakan Tanggap Darurat A/T
M.71KKK01.008.1 Mengelola Alat Pelindung Diri (APD) di Tempat Kerja A/T/O
M.71KKK01.009.1 Menerapkan Program Pelayanan Kesehatan Kerja A/T/O
M.71KKK01.010.1 Mengelola Sistem Dokumentasi K3 A/T
M.71KKK01.011.1 Menerapkan Manajemen Risiko K3 A/T/O
M.71KKK01.012.1 Mengevaluasi Pemenuhan Persyaratan dan Prosedur K3 A
M.71KKK01.013.1 Melakukan Investigasi Kecelakaan Kerja A
Penjelasan Pengisian :
• Formulir APL – 01
• Formulir APL – 02
Dokumen Persyaratan Dasar :
OPERATOR K3U TEKNISI K3U AHLI K3U
1. Copy Ijasah Minimal 1. Copy Ijasah Minimal 1. Copy Ijasah Minimal D3
SLTA SLTA & Surat Pengalaman
2. Sertifikat Pelatihan K3 2. Sertifikat Pelatihan K3 Kerja di bidang K3
3. Surat Pengalaman / 3. Surat Pengalaman / minimal 1 tahun
Keterangan Kerja di Keterangan Kerja di 2. Sertifikat Pelatihan K3
bidang K3 minimal 2 bidang K3 minimal 2 3. Sertifikat Kompetensi
tahun tahun (utk D3) / 6 tahun Teknisi K3 Umum &
4. Photo ukuran 3x4 = 3 (utk SLTA) Surat Pengalaman Kerja
lembar 4. Sertiifikat Kompetensi sbg Tenisi K3 minimal 2
5. Copy KTP Operator K3 Umum tahun
6. Curriculum Vitae 5. Photo ukuran 3x4 = 3 4. Photo ukuran 3x4 = 3
lembar lembar
6. Copy KTP 5. Copy KTP
7. Curriculum Vitae 6. Curriculum Vitae
DOKUMEN BUKTI KOMPETENSI SKEMA
Laporan Inspeksi K3 O
Laporan Pertemuan K3 A/T/O
Laporan Surat Izin Bekerja A/T/O
Laporan Pengukuran Pencahayaan A/T/O
Laporan Inspeksi Pemakaian APD A/T/O
Laporan Inspeksi Fasilitas P3K A/T/O
Laporan Bahaya O
Program Kerja K3 A/T
Laporan Latihan Keadaan Darurat A/T
Laporan Medical Check Up A/T
Laporan Identifikasi Kebutuhan Dokumen K3 A/T
Laporan IBPRP / HIRAC A/T
Laporan Pemenuhan Perundangan K3 A/T
Laporan Investigasi / Penyelidikan Kecelakaan A
JUDUL MODUL SKEMA
Peraturan Perundangan K3 A/T/O
Manajemen Risiko A/T/O
Sistem Tanggap Darurat & P3K A/T/O
SMK3, Prosedur Kerja, & Dokumentasi K3 A/T
Komunikasi K3 A/T/O
Sistem Izin Kerja (Work Permit) A/T/O
Higiene Industri A/T/O
Kesehatan Kerja A/T
Ergonomi A/T
Pelaporan & Penyelidikan Kecelakaan A
Alat Pelindung Diri A/T/O
Inspeksi K3 A/T/O
Modul – 1 :
Peraturan Perundangan
K3
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)

• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
UUD 1945
Pasal 27 (2)
Pasal 33 (2 & 3)

UNDANG – UNDANG
1. Keselamatan Kerja (UU No. 1 / 1970)
2. Ketenagakerjaan (UU No. 13 / 2003)
3. Undang – Undang lainnya, seperti : untuk sektor
Pertambangan Mineral & Batubara UU No: 3 / 2020

PERATURAN PEMERINTAH & REGULASI PELAKSANAAN LAINNYA


1. Penerapan SMK3 (PP No. 50 / 2012)
2. Kesehatan Kerja (PP No. 88 / 2019)
3. Pelaksanaan Kegiatan UU Pertambangan Menerba (PP No: 23 / 2010)
4. Pengaturan & Pengawasan K3 Pertambangan Umum (PP No: 19 / 1973)
5. Penyakit Akibat Kerja (PerPres No. 7 / 2019)
6. P2K3 (Permenaker No. : PER.04/MEN/1987)
7. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba (Permen ESDM No:
26/2018)
8. Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yg Baik (Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018)
9. Tata Cara Penunjukan, Kewajiban & Wewenang AK3 (Permenaker No : PER-02/MEN/1992)
UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2)

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwadjibkan menunjukkan & mendjelaskan pada tiap tenaga kerdja
baru tentang :
a. Kondisi-kondisi & bahaja-bahaja serta jang dapat timbul dalam tempat kerdjanja;
b. Semua pengamanan & alat-alat perlindungan jang diharuskan dalam tempat kerdjanja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerdja jang bersangkutan;
d. tjara-tjara & sikap jang aman dalam melaksanakan pekerdjaannja.
2) Pengurus hanja dapat memperkerdjakan tenaga kerdja jang bersangkutan
setelah ia jakin bahwa tenaga kerdja tersebut telah memahami sjarat-sjarat
tersebut di atas.
3) Pengurus diwadjibkan menjelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerdja, dalam pentjegahan ketjelakaan & pemberantasan kebakaran serta
peningkatan K3, pula dalam pemberian P3K.
4) Pengurus diwadjibkan memenuhi & mentaati semua sjarat-sjarat & ketentuan-
ketentuan jang berlaku bagi usaha dan tempat kerdja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 10
1) Menteri Tenaga Kerdja berwenang membentuk Panitya
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerdja guna
memperkembangkan kerdja sama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerdja dalam tempat-tempat kerdja untuk
melaksanakan tugas dan kewadjiban bersama dibidang
keselamatan dan kesehatan kerdja dalam rangka
melantjarkan usaha berproduksi.
2) Susunan Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerdja, tugas dan lain-lainnja ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerdja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 11
1) Pengurus diwadjibkan melaporkan tiap ketjelakaan jang
terjadi dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, pada
pedjabat jang ditundjuk oleh Menteri Tenaga Kerdja.
2) Tata tjra pelaporan dan pemeriksaan ketjelakaan oleh
pegawai termaksud dalam ajat (1) diatur dengan
peraturan perundangan
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewadjiban dan atau hak
tenaga kerdja untuk :
a. Memberikan keterangan jang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerdja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua sjarat-sjarat keselamatan dan kesehatan
kerdja jang diwadjibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua sjarat keselamatan
dan kesehatan jang diwadjibkan.
e. Menjatakan keberatan kerdja pada pekerdjaan dimana sjarat
keselamatan dan kesehatan kerdja serta alatalat perlindungan diri jang
diwadjibkan diragukan olehnja ketjuali dalam hal-hal chusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam bata-batas jang masih dapat
dipertanggung djawabkan.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerdja,
diwadjibkan mentaati semua petundjuk keselamatan kerdja
dan memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwadjibkan :
a. Setjara tertulis menempatkan dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua
sjarat keselamatan kerdja jang diwadjibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannja jang berlaku bagi tempat kerdja jang
bersangkutan, pada tempat-tempat jang mudah dilihat dan terbatja dan
menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan kerdja.
b. Memasang dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua gambar keselamatan
kerdja jang diwadjibkan dan semua bahan pembinaan lainnja pada tempat
tempat jang mudah dilihat dan terbatja menurut petundjuk pegawai pengawas
atau achli keselamatan kerdja.
c. Menjediakan setjara tjuma-tjuma, semua APD jang diwadjibkan pada tenaga
kerdja jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan bagi setiap orang
lain jang memasuki tempat kerdja tersebut, disertai dengan petundjuk-petundjuk
jang diperlukan menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan
kerdja.
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)

Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak utk
memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan &
kesehatan kerja.
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)

Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
PERMENAKER NO. : PER-02/MEN/1992
TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3)

Adalah tenaga teknik berkeahlian khusus dari luar


Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya undang-
undang Keselamatan Kerja.
Pasal 2
(1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
berwenang menunjuk ahli K3 pada tempat kerja dengan
kriteria tertentu dan pada perusahaan yang memberikan
jasa di bidang K3.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah :
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan
tenaga kerja lebih dari 100 orang;
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan
tenaga kerja kurang dari 100 orang akan tetapi
menggunakan bahan, proses, alat dan atau instalasi
yang besar risiko bahaya terhadap K3;
Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli K3 harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Berpendidikan sarjana, sarjana muda atau sederajat dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau sederajat dengan pengalaman kerja
sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-kurangnya 4
tahun :
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh diinstansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai.
Pasal 9
Ahli keselamatan & kesehatan kerja BERKEWAJIBAN :
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau
Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali
dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang
memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap
saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan
/ instansi yang di dapat berhubungan dengan jabatannya.
Pasal 10
Ahli keselamatan dan kesehatan kerja BERWENANG untuk :
a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
b. Meninta keterangan dan atau informasi mengenai
pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
ditempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukannya;
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi
dan memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan
dan kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi / peralatan.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
Penting !!

• Melakukan identifikasi semua peraturan /


perundangan & persyaratan lain sesuai dg jenis
operasional,
• Melakukan pemenuhan semua peraturan /
perundangan & persyaratan lain,
• Melakukan monitoring & evaluasi pemenuhan
peraturan / perundangan persyaratan lain.
Modul – 2 :
Manajemen Risiko
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
MANAJEMEN RISIKO K3

Adalah proses mengidentifikasi sumber-sumber


bahaya, penilaian risiko, dan tindakan untuk
menghilangkan serta mengurangi risiko secara
terus menerus.
APA MANFAAT DARI MANAJEMEN
RISIKO?
• Mengidentifikasi & mengendalikan risiko K3 pada
semua aktivitas / proses,
• Sebagai dasar menyusun perencanaan / strategi K3,
• “Kunci” dari pencegahan kecelakaan,
• Mengurangi biaya / kerugian,
• Meningkatkan efisiensi & kinerja K3
• Meningkatkan “Accountability”
• Sebagai dasar untuk Perbaikan Berkelanjutan.
DIMANA & KAPAN MANAJEMEN
RISIKO DILAKUKAN?
• Dilakukan terhadap semua aktivitas di semua area
kerja perusahaan,
• Pada Awal Proyek,
• Untuk Pekerjaan Baru,
• Ditinjau ulang secara berkala,
• Jika ada masukan dari Pemerintah (buku tambang,
audit, inspeksi, hasil investigasi kecelakaan serius),
• Jika ada modifikasi desain kerja, proses kerja, atau
modifikasi peralatan.
BAHAYA / HAZARD
Adalah sumber / situasi dengan potensi yang dapat
menyebabkan cedera atau sakit pada manusia, kerusakan
peralatan dan pencemaran lingkungan atau kombinasinya.

RISIKO / RISK (R)


Adalah kombinasi kemungkinan & konsekuensi dari kejadian berbahaya
(beberapa bahaya) yang terjadi,
atau
perkalian antara kemungkinan / likelihood (L) & konsekuensi / severity (S).
1. Mengidentifikasi Bahaya

Cara Mengidenfitikasi Bahaya :

1. OBSERVASI, pemeriksaan keliling.

2. INSPEKSI, menggunakan checklist / daftar periksa.

3. KONSULTASI / DISKUSI, dengan para ahli.

4. STUDY DOCUMENTS : JSA, SOP, WI, MSDS, Laporan


Investigasi, Statistik Kecelakaan
Jenis Bahaya
1. BAHAYA BIOLOGI : jamur, virus, bakteri, tanaman, binatang.
2. BAHAYA KIMIA : bahan / material / cairan / gas / debu / uap
berbahaya, beracun, reaktif, radioaktif, mudah meledak,
mudah terbakar / menyala, iritan, korosif.
3. BAHAYA FISIKA / MEKANIK : ketinggian, konstruksi, mesin /
alat / kendaraan / alat berat, ruang terbatas, tekanan,
kebisingan, suhu, cahaya, listrik, getaran, radiasi.
4. BAHAYA ERGONOMI : gerakan berulang, postur kerja,
pengangkutan manual, desain tempat kerja / alat / mesin.
5. BAHAYA PSIKOLOGIS : stres, kekerasan, pelecehan,
pengucilan, intimidasi, emosi negatif.
Menilai Risiko
Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi risiko untuk menentukan
risiko tersebut, apakah dapat diterima/tidak

Peluang = Probability (P)


Keseringan = Frequency (F)
Keparahan = Consequency = Severity (S)

Rumus Nilai /
Risiko = (F x P) x S
Tingkat Risiko

Frequency x Probability = Likelihood (L)

Risiko (R) = L x S
2. Menilai Risiko

45
2. Menilai Risiko

KODE RISIKO
AA KRITIKAL

A TINGGI

B SEDANG

C RENDAH

46
3. Pengendalian Risiko

HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO


VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3
PRIMARY CONTROL METHODS : ELIMINATION ELIMINATION
ENGINEERING SUBTITUTION SUBTITUTION
ISOLATION ENGINERING
SECONDARY CONTROL METHODS : ADMINISTRATIVE ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE TRAINING
TERTIARY CONTROL METHODS :
WORK PRACTICE
PERSONAL PROTECTIVE PERSONAL PROTECTIVE PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT EQUIPMENT EQUIPMENT
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yang berbahaya menjadi tidak
berbahaya
3. Rekayasa Teknis / Enginering : upaya memisahkan sumber
bahaya dan pekerja dengan memasang sistem pengaman pada
alat, mesin, dan/atau area kerja.
4. Administrative : upaya pengendalian dari sisi pekerja agar dapat
melakukan pekerjaan secara aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
POTENSI LIKELIHOOD (L) SEVERITY (S) & KODE
TINDAKAN PENGENDALIAN
INSIDEN & NILAI NILAI RISIKO
Pekerja terjatuh 60% - 80% 4 Mati 4 AA 1.Menghentikan pekerjaan
dari ketinggian terjatuh (Kritikal) (Rekayasa / eliminasi).
2.Memasang scaffolding
(Rekayasa / subtitusi)
3.Memilih pekerja yg telah
mengikuti pelatihan WAH
(Administrasi).
4.Menyusun & implementasi
JSA (Praktik Kerja).
5.Melengkapi pekerja dg
harness (PPE).
Laporan Bahaya :

21-Apr-2020 4
Tambang / Pit A 4
Segera membangunkan AA
pengawas untuk tidak tidur di
Jam 12:30, ditemukan seorang pengawas atas roda.
sedang tidur di atas roda unit ADT-098. Saran : agar dibuatkan ruang
Sangat berbahaya dan dapat meninbulkan khusus untuk istirahat di
tambang.

Kritikal
kematian (terlindas roda) jika unit
dioperasikan oleh operator.

Bambang Budi

Trafficman Supervisor

Produksi Produksi

51
TUGAS :
Identifikasi bahaya di sekitar Anda, & buatlah laporan
bahaya menggunakan formulir di bawah ini.
Modul – 3 :
Tanggap Darurat & P3K
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
TUJUAN
Menyelamatkan sebagian atau seluruh peralatan /
tenaga kerja / masyarakat di sekitarnya lokasi kerja di
mana terjadinya keadaan darurat, harus diatasi dalam
waktu sesingkat-singkatnya dengan cara terpadu,
sistematis, & hanya diberlakukan pada saat terjadi
keadaan darurat.
Identifikasi & Penilaian Potensi Keadaan Darurat :
• Mempertimbangkan factor internal & factor eksternal (faktor
alam & social)
• Penilaian potensi keadaan darurat dg mempertimbangkan :
– Tingkap keparahan
– Tingkat kerugian,
– Pengaruh thd operasi
– Keterlibatan sumber daya
– Pengaruh terhadap citra perusahaan.
Pencegahan Keadaan Darurat :
• Membuat kebijakan & program kerja
pencegahan keadaan darurat,
• Melakukan inspeksi,
• Melakukan perawatan / pemeliharaan.
Kesiapsiagaan Keadaan Darurat :
• Menyiapkan system deteksi dini,
• Menyediakan system komunikasi,
• Menyediakan sumber daya, sarana / prasarana, prosedur,
tenaga teknis yg kompeten,
• Menyusun emergency plan,
• Pelatihan penanggulangan keadaan darurat,
• Melakukan simulasi keadaan darurat (emergency drill)
minimal 2 kali/tahun.
Penunjukkan Tim Tanggap Darurat :
• Anggota ERT memiliki keterampilan & kompetensi, dg
ketentuan :
– Sehat jasmani & rohani,
– Ketua ERT ditunjuk oleh top manajemen & mampu
melakukan supervisi penanggulangan kondisi darurat,
– Anggota ERT memiliki kompetensi yg sesuai,
– Jumlah minimal anggota ERT di setiap gilir jaga disesuaikan
dg penilaian potensi kedaruratan,
– Mendapatkan pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan
hasil penilain risiko.
Respon & Pemulihan Keadaan Darurat :
• Respon dalam penanggulangan keadaan darurat harus
secara cepat & tepat
• Tujuannya : mencegah kondisi keadaan darurat yg semakin
parah & menimbulkan kerugian yg lebih besar
• Upaya pemulihan pasca keadaan darurat, minimal :
– Pembentukan tim pemulihan,
– Pembersihan lokasi & operasi pemulihan,
– Investigasi keadaan darurat,
– perkiraan kerugian,
– pelaporan pemulihan pasca keadaan rarurat.
Respon & Pemulihan Keadaan Darurat :
• Anggota tim pemulihan disesuaikan dg klasifikasi
keadaan darurat
• Pemulihan thd korban & orang yang terdampak, kondisi
area kerja, & sarana / prasarasan / peralatan
• Pembersihan lokasi & operasi pemulihan :
– Mengelola risiko,
– Mengendalikan potensi keadaan darurat susulan,
– Segera mengoptimalkan sumber daya.
Fasilitas Keadaan Darurat
1. Rute / Jalur Evakuasi
2. Tempat Berkumpul Darurat (Muster Point)
3. Nomor Panggilan Darurat (Emergency Call Number)
4. Emergency Alarm
5. Emergency Lamp
6. Battery / Generator Cadangan
7. Peralatan Komunikasi
8. Alat Pemadam Api (Hydrant, APAR, dll)
9. Breathing Apparatus
BANTUAN HIDUP DASAR
Adalah bantuan yang dilakukan jika jalan nafas korban tersumbat
atau tidak ada nafas atau nadi tidak teraba, atau

Adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi


pernafasan & / sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti
nafas &/ henti jantung (cardiac arrest).

Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
KETENTUAN UMUM :
• Bantuan hidup dasar adalah bagian dari first aid / P3K,
• Tujuan utama dari P3K ialah menyelamatkan jiwa korban
sehingga dapat selamat dari kematian.
• Pengertian mati dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
– Mati klinis : tidak ditemukan adanya pernafasan dan nadi, serta
dapat bersifat reversibel (dapat dipulihkan). Penderita mempunyai
waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak
– Mati biologis : kematian sel (terutama sel otak) & bersifat
ireversibel (tidak bisa dipulihkan) yang biasa terjadi 8-10 menit
dari henti jantung.
TUJUAN DARI BHD :
 Mencegah berhentinya pernafasan,
 Mencegah berhentinya sirkulasi,
 Memberikan bantuan external terhadap sirkulasi & ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti
nafas melalui resusitasi jantung paru ( RJP)
RJP YANG BERKUALITAS :
1. Kompresi di titik tengah dada dengan siklus 30:2 (30x
kompresi, 2x napas buatan),
2. Kedalaman kompresi sekitar 5-6 cm,
3. Kecepatan kompresi 100-120x/menit,
4. Beri kesempatan dada untuk mengembang sempurna stelah
kompresi,
5. Interupsi minimal bebaskan jalan napas dengan posisi head
tilt, chin lift (dahi didongakkan, dagu ditahan), atau posisi jaw
thrust (menahan tulang rahang) apabila curiga ada trauma
leher,
6. Berikan ventilasi secara memadai / adekuat.
Urut–Urutan RJP / CPR

Pastikan lokasi aman & tidak ada


Danger bahaya tambahan.
Response Periksa respon & nadi karotis.

Send for Help Hubungi bantuan (Paramedis / ERT).


Tekan dada 30 kali (kecepatan : 100
Compression tekanan/menit).
Buka jalan nafas (dongakkan kepala
Airway & angkat dagu korban)
Beri bantuan nafas 2 kali (4 detik
Breathing / tiupan), lihat–dengar–rasakan.
Compression

Dewasa

Anak - anak Bayi


Teknik Kompresi Dada pada
Manusia Dewasa :
1. Posisikan penderita berbaring telentang pada bidang yang
keras (misalnya : di atas lantai).
2. Posisikan penolong berada di samping penderita.
3. Temukan pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri (ulu
hati).
4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada
atas dari titik pertemuan lengkung tulang iga kanan dan
kiri)
5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan
lainnya diletakkan di atasnya untuk menopang.
6. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tumit tangan.
Airway
PENGUASAAN JALAN NAFAS :
• Membebaskan Jalan Nafas
– Memeriksa jalan nafas dari benda asing / lidah,
– Teknik angkat dagu tekan dahi (untuk korban yang tidak
mengalami cedera kepala, leher / tulang belakang),
– Teknik jaw thrus maneuver (mendorong rahang bawah),
untuk korban yang mengalami cedera kepala, leher
maupun tulang belakang.
• Membersihkan Jalan Nafas
– Teknik sapuan jari,
– Posisi pemulihan (recovery position).
Breathing
Dewasa
Hembusan panjang 2 kali

Anak-anak
Hembusan pendek

Bayi
Hembusan “pooh”
BANTUAN PERNAFASAN :
1. Dari kandungan oksigen sebanyak 21% yg dihirup,
sebanyak 5% digunakan dalam proses pernafasan.
Sekitar 16% kandungan oksigen yg dikeluarkan
digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada
korban.
2. Dua Teknik bantuan Pernafasan :
1. Menggunakan mulut penolong :
 Mulut ke masker RJP (Resusitasi Jantung Paru)
 Mulut ke APD (Alat Pelindung Diri).
 Mulut ke mulut ataupun hidung
2. Menggunakan alat bantu nafas
(kantung masker berkatub)
RISIKO BAGI PENOLONG BANTUAN
PERNAFASAN :
• Penyebaran penyakit,
• Terkontaminasi bahan kimia,
• Terkontaminasi muntahan korban.
Langkah-Langkah dalam Memberikan
Bantuan Nafas :
1. Pastikan jalan nafas korban terbuka.
2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu
pastikan alat tersebut tidak bocor (tertutup rapat).
3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor
melalui hidung penderita dengan cara mencapit lubang
hidung penderita.
4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (4 detik / tiupan
pada manusia dewasa). Tiupan / hembusan merata dan
cukup (dada penderita bergerak naik).
5. Apabila bantuan nafas berhasil dengan baik akan ditandai
dengan bergerak naik turunnya dada penderita.
Resusitasi Jantung Paru (RJP / CPR) DIHENTIKAN saat :
 Tanda awal korban kembali sadar, wajah mulai cerah &
korban tampak ingin menelan atau batuk
 Sudah dilakukan RJP selama + 30 menit tidak
menunjukkan perubahan
 Penolong kelelahan dan tidak ada pengganti
 Tenaga medis atau yang lebih ahli datang utk
mengambil alih pertolongan
Recovery Position Pasca RJP / CPR

Posisi ini dilakukan bila penderita dapat bernafas dengan baik


dan tidak ada kecurigaan cedera yang bertambah parah akibat tindakan ini
Modul – 4 :
SMK3, Prosedur Kerja, &
Dokumentasi K3
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
SEJARAH SMK3
• Pelaksanaan K3 sesuai UU 1/1970 secara
implisit merupakan pelaksanaan K3 secara
sistem
• SMK3 dikeluarkan sejak 1996 melalui
Permenaker No. 05/Men/1996
• Di Internasional perkembangan sistem
manajemen K3 mulai berkembang melalui ILO
Guidline Tahun 2001
• OHSAS dikembangkan pada tahun 2001
SEJARAH SMK3

• SMK3 ditegaskan kembali dalam UU No. 13


/ 2003 pasal 87
• Dan mengamanatkan pedoman penerapan
melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun
2012 tentang Penerapan SMK3 (12 April
2012)
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)

Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
AS/NZS APOSHO
STANDAR
SMK3 4801: 2001 2000

NOSA
ILO OSH 2001

Safety Map
ISO45001 : 2018 OHS INTEGRATED
MANAGEMENT SYSTEM
OSHA
BS 8800
ISRS
SA 8000 SMKP
ACTION Perbaikan
Berkesinambungan

PLAN

Tinjauan Manajemen
& Peningkatan Kinerja

CHECK
Pemantauan Evaluasi ORGANISASI DAN
& Tindak lanjut PERSONEL

DO
HIRARKI DOKUMEN

Catatan / Arsip / Evidences / Records


MANUAL
• Menyusun, menetapkan, & mendokumentasikan
manual yang disahkan oleh manajemen tertinggi, &
disosialisasikan ke semua dept / bagian sebagai
referensi,
• Isi dokumen manual :
– Ruang lingkup system manajemen,
– Prosedur yg terkait system manajemen,
– Uraian dari interaksi antara elemen & acuan dokumen
dari elemen di dalam system manajemen.
PROSEDUR

• Menyusun, menetapkan, & mendokumentasikan


prosedur pengendalian dokumen K3 & semua
prosedur terkati persyaratan / standar,
• Isi dokumen prosedur pengendalian dokumen :
– Persetujuan pengeluaran & pengendalian
dokumen,
– Perubahan & modifikasi dokumen,
– Identifikasi & pengelolaan dokumen dari luar.
DOCUMENT CONTROLLER

• Manajemen menunjuk document controller,


• Menyusun, menetapkan, & mendokumentasikan
prosedur untuk : mengidentifikasi, menyimpan,
melindungi, mengakses, menentukan masa
simpan, & memusnahkan rekaman hasil
implementasi SMK3,
• Menetapkan jenis dokumen & rekaman sesuai
dg elemen SMK3.
PENYUSUNAN PROSEDUR & INSTRUKSI KERJA
• Membentuk tim penyusun prosedur / instruksi kerja,
• Memahami bisnis proses terkait dengan prosedur /
instruksi kerja yang akan dibuat,
• Menyusun alur kerja / flow chart,
• Simulasikan prosedur / instruksi kerja yang telah
dibuat,
• Evaluasi & tindak lanjut perbaikan,
• Penetapan prosedur / instruksi kerja.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012 :
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PENGERTIAN
Pasal 1

SMK3
Adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
TUJUAN PENERAPAN SMK3
Pasal 2

a. meningkatkan efektifitas perlindungan


keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman,
dan efisien untuk mendorong produktivitas.
PENERAPAN SMK3
Pasal 5

• Wajib bagi perusahaan:


– memperkerjakan pekerja / buruh paling sedikit 100
(seratus) orang; atau
– mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
• Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya
tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
• Dalam menerapkan SMK3 memperhatikan
peraturan perundang-undangan, konvensi atau
standar internasional
PENERAPAN SMK3
Pasal 6

Penerapan SMK3 meliputi:


1. penetapan kebijakan K3
2. perencanaan K3;
3. pelaksanaan rencana K3;
4. pemantauan dan evaluasi kinerja K3;
5. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
Model Penerapan Peningkatan
Berkelanjutan

SMK3
Peninjauan & Kebijakan
Peningkatan
Kinerja
Kinerja SMK3
SMK3

Pantauan & Perencanaan


Evaluasi K3
Kinerja K3

Pelaksanaan
Rencana K3
PENETAPAN KEBIJAKAN K3
Pasal 7

Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan


K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh
pekerja / buruh, orang lain selain pekerja /
buruh yang berada di perusahaan, dan pihak
lain yang terkait
PERENCANAAN K3
Pasal 9

Rencana K3, paling sedikit memuat :


 tujuan dan sasaran;
 skala prioritas;
 upaya pengendalian bahaya;
 penetapan sumber daya;
 jangka waktu pelaksanaan;
 indikator pencapaian; dan
 sistem pertanggungjawaban.
PELAKSANAAN RENCANA K3
Pasal 10
• Agar seluruh kegiatan bisa berjalan, maka harus :
a. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang
dibidang K3,
b. Melibatkan seluruh pekerja/ buruh,
c. Membuat petunjuk K3,
d. Membuat prosedur informasi,
e. Membuat prosedur pelaporan,
f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan,
• Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan
kegiatan manajemen perusahaan.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
KINERJA

• melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran


dan audit internal SMK3 dilakukan oleh
sumber daya manusia yang kompeten
• Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM
dapat menggunakan pihak lain
PENINJAUAN & PENINGKATAN KINERJA SMK3
• Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan
kinerja,
• Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :
– terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
– adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
– adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
– terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
– adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
termasuk epidemiologi;
– adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
– adanya pelaporan; dan/atau
– adanya masukan dari pekerja/buruh.
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara
sistematis dan independen terhadap pemenuhan
kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu
hasil kegiatan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
PENILAIAN PENERAPAN SMK3

Internal Audit Eksternal

Tidak Wajib, oleh Wajib, Oleh Lembaga Audit


internal perusahaan Independen, Per 3 Tahun
TUJUAN AUDIT

– Penentuan tingkat kesesuaian SMK3 milik auditi


dg kriteria audit.
– Evaluasi kemampuan SMK3 utk menjamin
pemenuhan persyaratan peraturan perundangan.
– Evaluasi efektifitas SMK3 dlm memenuhi tujuan yg
ditetapkan.
– Identifikasi penerapan SMK3 yg potensial utk
ditingkatkan (opportunity for improvement).
PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3
Kategori Tingkat Pencapaian Penerapan
Perusahaan 0-59% 60-84% 85-100%

Kategori tingkat Tingkat Penilaian


Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
awal Penerapan
Penerapan Kurang Penerapan Baik
(64 kriteria) Memuaskan

Kategori tingkat Tingkat Penilaian


Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
transisi Penerapan
Penerapan Kurang Penerapan Baik
(122 kriteria) Memuaskan

Kategori tingkat Tingkat Penilaian


Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian
lanjutan Penerapan
Penerapan Kurang Penerapan Baik
(166 kriteria) Memuaskan
PENILAIAN PENERAPAN SMK3
• Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh
lembaga audit independen yang ditunjuk oleh
Menteri atas permohonan perusahaan
• Untuk perusahaan yang memiliki potensi
bahaya tinggi wajib melakukan penilaian
penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Hasil audit sebagai bahan pertimbangan dalam
upaya peningkatan SMK3
Modul – 5 :
Komunikasi / Pertemuan K3
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
JENIS PERTEMUAN K3 / SAFETY MEETING :

1. Rapat Tinjauan Manajemen K3,


2. Safety Committee Meeting / Rapat Komite K3 /
Rapat P2K3,
3. Safety Talk / Weekly Safety Talk,
4. Toolbox Meeting / Pre-Start Safety Briefing /
Tailgate Meeting.

113
RAPAT TINJAUAN MANAJEMEN :

• Dilakukan 1 tahun sekali,


• Dihadiri oleh top management,
• Management Representative / OHS Dept Head
melaporkan evaluasi K3 selama 1 tahun,
• Meningkatkan efektifitas system management.
AGENDA RAPAT TINJAUAN MANAJEMEN :
1. Hasil Audit,
2. Komunikasi eksternal,
3. Hasil pengukuran kinerja (pencapaian sasaran / target),
4. Review rencana tahunan,
5. Status tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan,
6. Tindak lanjut tinjauan manajemen terdahulu
7. Perubahan yang mempengaruhi sistem manajemen,
8. Hasil partisipasi dan konsultasi,
9. Saran-saran untuk perbaikan & peningkatan
10. Pemenuhan persyaratan legal
PERMENAKER NOMOR : PER.04/MEN/1987
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3)

Ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan


wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (Pasal1)

Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha
atau pengurus wajib membentuk P2K3.
Pasal 3
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari
perusahaan yang bersangkutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang
ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan.

Pasal 4
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan
baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah K3.
Pasal 4
P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3, termasuk bahaya kebakaran dan
peledakan serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya;
Pasal 4
P2K3 mempunyai fungsi:
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit
akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang
diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang
keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan
ergonomi;
Pasal 4
P2K3 mempunyai fungsi:
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan meriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi
hasil pemeriksaan;
10)Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan
dan kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, higene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan
gizi tenaga kerja.
Pasal 12
Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus
wajib menyampaikan laporan tentang kegiatan
P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat
KepDirJen Minerba No.
185.K/37.04/DJB/2019
(Lampiran I) - Juknis Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan
(Lampiran II) - Juknis Penerapan, Penilaian & Pelaporan
SMKP
Komite Keselamatan Pertambangan

Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
membentuk dan menetapkan secara resmi Komite
Keselamatan Pertambangan

Penetapan oleh KTT, PTL, atau PJO sesuai


kewenangannya
Struktur Komite Keselamatan Pertambangan

a) ketua yang dijabat oleh KTT, PTL, atau PJO


sesuai kewenangannya;
b) wakil ketua;
c) sekretaris yang dijabat oleh pengelola
Keselamatan Pertambangan tertinggi di pemegang
IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian, I PR, dan IUJP; dan)
d) anggota;
Tugas dan Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan

a) mengidentifikasi, menetapkan, dan


mengesahkan tujuan, sasaran, dan program
Keselamatan Pertambangan;
b) memastikan pelaksanaan dan
perkembangan tujuan, sasaran, dan program
Keselamatan Pertambangan;
c) memastikan diterbitkannya kebijakan,
standar, dan prosedur Keselamatan
Pertambangan;
Tugas dan Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan

d) memastikan terselenggaranya audit


Keselamatan Pertambangan secara berkala
e) memastikan terlaksananya tinjauan manajemen
terhadap penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan/ atau Pemurnian paling sedikit
1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
sesuai dengan jenjang dalam struktur organisasi
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP;
Tugas dan Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan

f) membahas masalah-rnasalah dan membuat


program pencegahan mengenai Keselamatan
Pertambangan yang dapat mengakibatkan,
antara lain terjadinya kondisi dan tindakan tidak
aman, nyaris/hampir celaka, Kejadian
Berbahaya, kecelakaan, kejadian akibat
penyakit tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja,
dan wabah penyakit
PERAN PETUGAS K3 dalam Pertemuan K3 :
1. Mempersiapkan pertemuan :
 Apa topiknya / agendanya
 Kapan pelaksanaannya
 Siapa saja yang harus hadir
 Tempat pertemuan
 Alat bantu & ruangan bila diperlukan
2. Mengkoordinir & memastikan terlaksananya pertemuan sesuai
jadwal,
3. Mencatat kehadiran & semua masukan / keputusan / kesepakatan,
4. Memastikan & mengverifikasi nindak lanjuti.

129
Modul – 6 :
Sistem Izin Kerja
(Work Permit System)
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Definisi

Sistem otorisasi (pemberian hak) tertulis secara formal yg


digunakan untuk mengendalikan jenis-jenis pekerjaan
tertentu yang memiliki potensi bahaya. (Ridley, 2008)

Sistem tertulis resmi yang digunakan untuk mengendalikan


jenis pekerjaan tertentu yang diidentifikasikan sebagai
pekerjaan yang berpotensi tinggi.
(International Association of Oil & Gas Producers, 1993)
Tujuan & Fungsi :
 Menjamin otorisasi yang tepat & sesuai untuk pekerjaan
tersebut.
 Menjelaskan kepada pekerja tentang identitas, sifat dan
lingkup pekerjaan secara pasti, bahaya yang dihadapi &
setiap batasan cakupan pekerjaan atau tambahan waktu
yang diperbolehkan.
 Menentukan tindakan pencegahan yang akan diambil
termasuk isolasi dari risiko potensial, seperti : substansi
berbahaya & sumber energi.
 Memastikan bahwa orang yang bertanggung jawab di
area atau instalasi telah menyadari semua pekerjaan yang
harus dilakukan.
Tujuan & Fungsi :
 Menyediakan catatan tentang sifat pekerjaan, tindakan
pencegahan yang diambil dan orang-orang yang terlibat di
dalamnnya.
 Menyediakan display permit / izin yang sesuai.
 Menyediakan prosedur untuk :
1. Menghentikan pekerjaan sebelum pekerjaan selesai.
2. Melakukan pekerjaan yang mungkin berinteraksi atau
mempengaruhi dengan beberapa aktivitas lainnya.
3. Hand-over ketika menggunakan ijin atau permit lebih dari
satu shift atau ketika ada perubahan yang
menandatangani work to permit.
4. Serah terima formal untuk memastikan bahwa operasional
dalam kondisi aman untuk kembali berproduksi.
Jenis Permit To Work :

 Izin Kerja Panas / Hot Work Permit (HWP)


 Pekerjaan panas adalah pekerjaan yang melingkupi pekerjaan
panas atau kontak dengan panas atau tangki, bejana, pipa, dan
yang lainnya yang mengandung uap mudah terbakar, atau area
dimana suhu dan tekanan udara yang mudah terbakar
dihasilkan.
 Permit jenis ini biasanya digunakan ketika melakukan pengelasan
atau pekerjaan lain yang menghasilkan bunga api.
 Biasanya diberi kode MERAH pada formulirnya.
Jenis Permit To Work :

 Izin Kerja Dingin / Cold Work Permit (CWP) / General


Permit
 Izin kerja ini biasanya digunakan untuk pekerjaan yang potensi
bahayanya tidak terdapat di izin kerja panas / hot work permit.
 Biasanya diberi kode BIRU pada formulirnya.

 Izin kerja Masuk Ruang Terbatas / Confined Spaces Entry


Certificate (CSEP)
 Izin ini memastikan bahwa ruang atau area yang akan dimasuki
pekerja bebas dari fume berbahaya atau gas berbahaya
lainnya, serta mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
 Biasanya diberi kode HIJAU pada formulirnya.
Jenis Permit To Work Lainnya :
1. Kondisi / pekerjaan berbahaya lainnya,
2. Pekerjaan Terkait Bahan radioaktif & Bahan
berbahaya beracun.
3. Pekerjaan Penggalian.
4. Penyediaan bahan bakar.
5. Pekerjaan di Dekat Air.
Formulir Izin Kerja Berisi Informasi :
1. Deskripsi : pekerjaan & lokasi kerja,
2. Rincian : peralatan kerja, potensi bahaya, tindakan pencegahan,
APD yang diperlukan, orang yang diizinkan, batas waktu permit,
3. Tanda tangan orang yang bertanggung jawab & orang yang
mengeluarkan permit,
4. Tanda tangan ketika ketika terjadi pergantian shift kerja,
5. Keterangan bahwa orang yang bertanggung jawab telah
melakukan pekerjaan (selesai / belum) & lokasi telah
ditinggalkan dalam kondisi aman,
6. Konfirmasi bahwa lokasi telah diperiksa dan peralatan telah
dikembalikan / diisolasi dalam keadaan aman atau izin /
permit dibatalkan, serta tanda tangan orang yang
mengeluarkan izin.
PELATIHAN & KOMPETENSI

UNTUK :
1. Orang yang mengeluarkan permit,
2. Orang yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan,
3. Tenaga kerja.

MATERI:
1. Mengikuti legislasi & pedoman industry,
2. Kebijakan perusahaan, & prosedur kerja,
3. Tanggung jawab,
4. Studi kasus kecelakaan / near miss.
Tahap Implementasi Sistem Permit To Work :
1.Tahap Persiapan / Preparation : Koordinasi,
Perencanaan, Penilaian Risiko, Tipe / Kategori Pekerjaan,
Masa Berlaku, Isolasi, Tindakan Pencegahan, Pengujian /
Testing, Persetujuan / Signing
2.Tahap Proses/ Process : Display of Permits,
Revalidation, Suspension (penundaan), Shift Hand-Over,
Tindakan Darurat, Pemantauan / Monitoring
3.Tahap Penyelesaian / Completion : Pengembalian
Permit, Inspeksi Area Kerja, Cancellation of Overrides,
Return to Service, Dokumentasi.
Modul – 7 :

INDUSTRIAL HYGIENE / K3
LINGKUNGAN KERJA
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Kesehatan Kerja

Adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap orang yang


berada di tempat kerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan
dari pekerjaan (PP No. 88 / 2019 : Kesehatan Kerja)
Industrial Hygiene / Higiene Perusahaan

Adalah ilmu & seni untuk mengantisipasi, mengenali,


mengevaluasi & mengendalikan BAHAYA YANG TIMBUL DI
DALAM LINGKUNGAN KERJA yang dapat mengakibatkan
penyakit / gangguan kesehatan & kesejahteraan /
ketidaknyamanan & ketidakefisienan kepada masyarakat yang
berada di lingkungan kerja & masyarakat yang berada di luar
industry.
Sasaran : Lingkungan Kerja
Sifat : Teknis
Lingkungan Kerja
Adalah aspek higiene di tempat kerja yang di dalamnya
mencakup factor : fisika, kimia, biologi, ergonomi &
psikologi yang keberadaannya di tempat kerja dapat
mempengaruhi keselamatan & kesehatan tenaga kerja.
(Permenaker No 5/2018 : K3 Lingkungan Kerja)

Tujuan Pengelolaan K3 Lingkungan


Kerja :
Mewujudkan lingkungan kerja yang AMAN, SEHAT, & NYAMAN
dalam rangka untuk mencegah kecelakaan kerja & PAK
KONSEP PENGELOLAAN
K3 LINGKUNGAN KERJA :

1. Mengantisipasi,

2. Mengenali / Rekognisi,

3. Mengevaluasi,

4. Pengendalian.
147
1. ANTISIPASI
Adalah kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
& risiko di tempat kerja.

Tujuan :
1. Mengetahui potensi bahaya & risiko lebih dini sebelum
muncul menjadi bahaya & risiko yang nyata.
2. Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
3. Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada
saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
2. MENGENALI / REKOGNISI
Adalah kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih
detil & lebih komprehensif menggunakan suatu metode
pengukuran yang sistematis sehingga dihasilkan suatu
hasil yang objektif & bisa dipertanggung-jawabkan.
Tujuan :
1. Mendapatkan informasi : konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, & sifat;
2. Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat,
kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran);
3. Mengetahui sumber bahaya & area yang berisiko;
4. Mengetahui pekerja yang berisiko
3. MENGEVALUASI
Adalah kegiatan untuk menentukan kondisi lingkungan kerja secara
kuantitatif & terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dgn
standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau
tidaknya langkah pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus
kecelakaan & penyakit akibat kerja dengan lingkungan kerja.
Tujuan :
1. Mengetahui tingkat risiko.
2. Mengetahui pajanan pada pekerja.
3. Memenuhi peraturan (legal aspek).
4. Mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
5. Memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
6. Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
4. PENGENDALIAN
Adalah kegiatan untuk menciptakan atau memelihara
lingkungan kerja agar tetap sehat & aman / memenuhi
persyaratan K3, sehingga tenaga kerja terbebas dari
ancaman gangguan kesehatan & kecelakaan atau tenaga
kerja tidak menderita penyakit akibat kerja & tidak
mendapat kecelakaan kerja.

Pengendalian lingkungan kerja dapat menggunakan konsep


HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO.
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yang berbahaya menjadi tidak
berbahaya
3. Rekayasa Teknis / Enginering : upaya memisahkan sumber
bahaya dan pekerja dengan memasang sistem pengaman pada
alat, mesin, dan/atau area kerja.
4. Administrative : upaya pengendalian dari sisi pekerja agar dapat
melakukan pekerjaan secara aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
Syarat K3 Lingkungan Kerja :

1. Pengukuran & pengendalian Faktor Fisika & Kimia


agar berada di bawah NAB;
2. Pengukuran & pengendalian Faktor Biologi,
Ergonomi, & Psikologi kerja agar memenuhi standar;
3. Penerapan higiene & sanitasi (bangunan, fasilitas
kebersihan, kebutuhan udara, housekeeping) di tempat
kerja yang bersih & sehat.
FAKTOR FISIKA
Adalah faktor yg dapat mempengaruhi aktivitas pekerja
yang bersifat fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin,
peralatan, bahan & kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan gangguan & penyakit akibat kerja.

Meliputi :
1. Iklim Kerja, 5. Radiasi Ultraviolet,
2. Kebisingan, 6. Radiasi Medan Magnet Statis,
3. Getaran, 7. Tekanan Udara,
4. Radiasi Gelombang Mikro, 8. Pencahayaan.
Jenis Pengendalian Faktor FISIKA :
 Menghilangkan sumber bahaya dari tempat kerja,
 Mengganti alat, bahan, & proses kerja yang
menimbulkan bahaya lebih rendah (di bawah NAB),
 Memasang pembatas / alat proteksi / peredam /
bantalan / mengisolasi / membatasi waktu pajanan /
jarak aman dari sumber bahaya,
 Menyediakan sistem ventilasi,
 Menyediakan air minum,
 Penggunaan baju kerja / APD yang sesuai
FAKTOR KIMIA
Faktor Kimia : faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
pekerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia & turunannya yang dapat menyebabkan
penyakit, meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas,
uap & partikulat.
Contoh :
1. Mercury (Hg),
2. Arsenic (Ar),
3. Asbes,
4. Silica, dll.
Jenis Pengendalian Faktor KIMIA :
 menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari
tempat kerja,
 mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang
tidak mempunyai potensi bahaya / potensi bahaya
yang lebih rendah,
 memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber
potensi bahaya kimia,
 mengisolasi / membatasi pajanan sumber potensi
bahaya kimia,
 menyediakan sistem ventilasi,
Jenis Pengendalian Faktor KIMIA :
 membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
melalui pengaturan waktu kerja,
 merotasi pekerja ke dalam proses pekerjaan yang
tidak terdapat potensi bahaya bahan kimia,
 penyediaan lembar data keselamatan bahan &
label bahan kimia,
 penggunaan APD yang sesuai.
FAKTOR BIOLOGI
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja
yang bersifat biologi, disebabkan oleh makhluk hidup
meliputi hewan, tumbuhan & produknya serta
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja.
Meliputi :
1. Mikroorganisma &/ toksinnya,
2. Arthropoda &/ toksinnya;
3. Hewan invertebrata &/ toksinnya;
4. Alergen & toksin dari tumbuhan;
5. Binatang berbisa;
6. Binatang buas;
7. produk binatang & tumbuhan yang berbahaya lainnya.
Jenis Pengendalian Faktor BIOLOGI :
 menghilangkan sumber bahaya dari tempat kerja;
 mengganti bahan, & proses kerja yang menimbulkan
sumber bahaya;
 mengisolasi / membatasi pajanan sumber bahaya;
 menyediakan sistem ventilasi;
 mengatur / membatasi waktu pajanan terhadap
sumber bahaya;
 menggunakan baju kerja / APD yang sesuai;
 memasang rambu-rambu yang sesuai;
Jenis Pengendalian Faktor BIOLOGI :
 memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
 meningkatkan Higiene perorangan;
 memberikan desinfektan;
 penyediaan fasilitas sanitasi berupa air mengalir dan
antiseptic.
FAKTOR ERGONOMI
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja,
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang
meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, & beban angkat
terhadap pekerja.

Meliputi :
1. cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan;
2. desain alat kerja dan tempat kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja;
3. pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.
Jenis Pengendalian Faktor ERGONOMI :
 menghindari posisi kerja yang janggal;
 memperbaiki cara kerja & posisi kerja;
 mendesain kembali / mengganti / memodifikasi
tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat
kerja, & peralatan kerja;
 mengatur waktu kerja & waktu istirahat;
 melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam
posisi netral atau baik;
 menggunakan alat bantu.
FAKTOR PSIKOLOGI
Adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas pekerja,
disebabkan oleh hubungan antar personal di tempat kerja,
peran & tanggung jawab terhadap pekerjaan.

Meliputi :
1. ketidakjelasan peran;
2. konflik peran;
3. beban kerja berlebih secara kualitatif / kuantitatif;
4. pengembangan karir;
5. tanggung jawab terhadap orang lain.
Pengendalian Faktor PSIKOLOGI Melalui Manajemen
Stress :
 pemilihan, penempatan & pelatihan bagi pekerja;
 mengadakan program kebugaran bagi pekerja;
 mengadakan program konseling;
 mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
 memberikan kebebasan bagi pekerja untuk memberikan
masukan dalam proses pengambilan keputusan;
 mengubah struktur organisasi, fungsi &/merancang
kembali pekerjaan yang ada;
 menggunakan sistem pemberian imbalan / reward.
Higiene & Sanitasi :

1. Bangunan / Tempat Kerja,


2. Fasilitas Kebersihan,
3. Kebutuhan Udara,
4. Housekeeping.

Sararan / target : BERSIH & SEHAT.


Modul – 8 :
Kesehatan Kerja
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Kesehatan Kerja
Adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya, agar masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial
dengan usaha-usaha preventif & kuratif terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum (Suma’mur).

Sasaran : Manusia
Sifat : Medis
Tujuan Kesehatan Kerja (WHO / ILO, 1995) :

1. Peningkatan & pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental


& sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan,
2. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
3. Perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko
akibat faktor yang merugikan kesehatan,
4. Penempatan & pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi &
psikologisnya.
Tujuan Lain Kesehatan Kerja :

1. Pencegahan penyakit & kecelakaan akibat kerja.


2. Pemeliharaan & peningkatan kesehatan & gizi tenaga
kerja.
3. Meningkatkan efisiensi & produktifitas tenaga kerja.
4. Mencegah kelelahan kerja & meningkatkan kegairahan,
serta kenyamanan kerja.
5. Melindungi masyarakat sekitar dari bahaya pencemaran
yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
6. Melindungi masyarakat luas dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh produk perusahaan.
Fungsi Kesehatan Kerja :

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat


kesehatan yang setinggi- tingginya.
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi,
yang berlandaskan kepada meningkatnya
efisiensi & produktifitas.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja,
meliputi :

1. Upaya Pencegahan Penyakit (Preventive),


2. Upaya Peningkatan Kesehatan (Promotive),
3. Upaya Penanganan Penyakit (Curative),
4. Upaya Pemulihan Kesehatan (Rehabilitative).
Upaya Pencegahan Penyakit (Preventive),
meliputi:
1. Identifikasi, penilaian, & pengendalian potensi bahaya
kesehatan (HIRADC / OHRA),
2. Pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan kerja,
3. Pelindungan kesehatan reproduksi,
4. Pemeriksaan kesehatan,
5. Penilaian kelaikan bekerja,
6. Imunisasi &/ profilaksis (pencegahan) bagi pekerja
berisiko tinggi,
7. Pelaksanaan kewaspadaan standar (mis. : prokes),
8. Surveilans Kesehatan Kerja.
Upaya Peningkatan Kesehatan (Promotive),
meliputi:
1. Peningkatan pengetahuan kesehatan;
2. Pembudayaan perilaku hidup bersih & sehat;
3. Pembudayaan K3 di Tempat Kerja;
4. Penerapan gizi kerja;
5. Peningkatan kesehatan fisik & mental.
Upaya Penanganan Penyakit (Curative),
meliputi:
1. Pertolongan pertama pada cedera & sakit yang
terjadi di tempat kerja;
2. Diagnosis & tata laksana penyakit;
3. Penanganan kasus kegawat-daruratan medik &/
rujukan.
Upaya Pemulihan Kesehatan (Rehabilitative),
meliputi:
1. Pemulihan medis;
2. Pemulihan kerja.
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja,
didukung oleh :
1. Sumber Daya Manusia :
 Paramedic (dokter / perawat),
 Non paramedic).
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
 Tingkat pertama,
 Tingkat lanjutan.
3. Peralatan Kesehatan Kerja :
 Untuk pengukuran,
 Untuk pemeriksaan,
 Peralatan lainnya (termasuk APD).
4. Pencatatan & Pelaporan.
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)
Penyakit Akibat Kerja : penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja (Perpres No. 7 / 2019, Pasal 1).
Jenis – Jenis PAK
Penyakit Yang Disebabkan Pajanan Faktor Yang Timbul Dari Aktivitas
Pekerjaan
 Penyakit Karena Faktor Kimia (39 Jenis)
 Penyakit Karena Faktor Fisika (Kebisingan, Getaran,
Udara Bertekanan, Radiasi, Suhu Ekstrim,
 Bahaya Biologi (Infeksi, Parasit)
Penyakit Berdasarkan Sistem Target Organ
 Penyakit Saluran Pernafasan (12 Jenis)
 Penyakit Kulit (3 Jenis)
 Gangguan Otot & Kerangka (8 Jenis)
 Gangguan Mental & Perilaku

Penyakit Kanker Akibat Kerja (8 Jenis Berdasarkan Zat Pemicunya)


Kriteria Umum Penyakit Akibat Kerja
• Adanya hubungan antara pajanan yang spesifik
dengan penyakit

• Adanya fakta bahwa frekwensi kejadian penyakit


pada populasi pekerja lebih tinggi daripada pada
masyarakat umum

• Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan


preventif di tempat kerja
PENYAKIT AKIBAT KERJA
- Ditemukan saat pemeriksaan kesehatan
berkala,

- Didiagnosa oleh dokter, dengan dasar :


pemeriksaan klinis,
pemeriksaan kondisi lingkungan kerja
TUJUAN DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

• Hak pekerja
• Dasar therapy
• Membatasi kecacatan
• Melindungi pekerja lain
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja :
1. Diagnosis klinis
2. Pajanan yang dialami
3. Hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis
4. Jumlah pajanan yang dialami
5. Peranan faktor individu (genetik, dll)
6. Faktor lain diluar pekerjaan
7. Diagnosis PAK atau bukan PAK
Modul – 9 :
Ergonomi
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
ERGONOMI / ERGONOMIKA
(Ergon : kerja, Nomos : aturan, kaidah, prinsip)
Adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dg
elemen-elemen lain dlm suatu system, serta profesi yg
mempraktikkan teori, prinsip, data, & metode dlm
perancangan utk mengoptimalkan system agar sesuai dg
kebutuhan, kelemahan, & keterampilan manusia.

Adalah ilmu / kaidah yg mempelajari manusia sbg


komponen dari suatu system kerja mencakup karakteristik
fisik / non-fisik, keterbatasan manusia, & kemampuannya
dlm rangka merancang suatu system yg efektif, aman, sehat,
nyaman, & efisien (Sutalaksana, 1979).
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka, atau penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
yang ditujukan untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi (Depkes RI).
Tujuan ilmu ergonomi adalah
membentuk kondisi yang :
1. efektif,
2. aman,
3. sehat,
4. nyaman,
5. efisien.

193
Manfaat Ergonomi :
1. Kerja meningkat, misalnya : kecepatan, ketepatan,
keselamatan, dan mengurangi energi ketika bekerja.
2. Mengurangi waktu, dan juga biaya pelatihan dan
pendidikan.
3. Optimalisasi terhadap Sumber Daya Manusia dengan
meningkatkan keterampilan yang diperlukan.
4. Kenyamanan, keamanan karyawan ketika bekerja
menjadi meningkat.
5. Efisiensi waktu agar tidak terbuang sia-sia.
Tujuan Ergonomi :
(Santoso, 2004)

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,


2. Menganjurkan agar para karyawan bekerja dengan
aman, nyaman dan bersemangat,
3. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja,
4. Memaksimalkan bentuk kerja yang meyakinkan.
APLIKASI ERGONOMI DALAM DUNIA
KERJA :
• Bagaimana seorang pekerja melakukan
pekerjannya,
• Bagaimana posisi dan gerak tubuh yang
dilakukan ketika bekerja,
• Alat-alat yang mereka gunakan,
• Apa efek atau dampak dari faktor diatas
terhadap kesehatan dan kenyamanan pekerjaan.
APLIKASI ERGONOMI DALAM DUNIA KERJA :

• Aplikasi Ergonomi di Tempat Kerja Untuk Daerah Kerja


Horizontal
• Aplikasi Ergonomi di Tempat Kerja Untuk Jarak Pandang
• Aplikasi Ergonomi di Tempat Kerja Untuk Kursi dan Bangku
Kerja
• Pemindahan Material Secara Manual
• Perancangan Perkakas Kerja Tangan (Hand Tools)
Modul – 10 :
Pelaporan & Penyelidikan
Kecelakaan
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
INVESTIGASI INSIDEN :
Suatu proses langkah demi langkah yang logis, dimulai dengan
mengunjungi lokasi insiden, mengumpulkan, & menganalisa fakta-
fakta, merekonstruksi kejadian, serta menentukan penyebab
insiden / bukti, menyusun rekomendasi / tindakan perbaikan, &
menindak-lanjuti tindakan perbaikan.

Adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab kecelakaan


dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis, & penyajian
data secara sistematis & obyektif agar tidak terjadi kecelakaan
dengan penyebab yg sama (Permenhub No. PM 74 Tahun 2017).
Tujuan PENYELIDIKAN KECELAKAAN :

1. MENGUMPULKAN semua FAKTA / BUKTI,


2. MENGANALISA semua fakta / bukti untuk memahami
bagaimana insiden terjadi & MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB
dari insiden,
3. Menentukan TINDAKAN PERBAIKAN & peluang untuk
meningkatkan control management agar INSIDEN SERUPA
TIDAK TERJADI.
KECELAKAAN WAJIB DIINVESTIGASI :
• Semua kecelakaan yang diketahui /
dilaporkan,

• Kecelakaan yg mengakibatkan :
– Kerugian harta benda (property damage),
– Korban manusia /cidera (termasuk kasus
keracunan),
– Penyakit akibat kerja,
– Pencemaran lingkungan,
– Keadaan darurat,
– Nearmiss.
PENANGANAN INSIDEN :
1. Melaporkan segera kepada supervisor,
2. Mendatangi lokasi insiden untuk mengendalikan
situasi di lokasi insiden,
3. Memberikan pertolongan pertama & menghubungi
paramedis / ERT,
4. Mencegah potensi insiden susulan,
5. Mengidentifikasi & mengamankan bukti / fakta di
lokasi insiden,
6. Menilai risiko aktual vs potensi risiko,
7. Membuat laporan awal insiden.
ALUR PROSES Mengidentifikasi Mengidentifikasi
INVESTIGASI INSIDEN Penyebab Dasar ‘Lack of Control’

Mengidentifikasi
Menentukan
Penyebab Langsung
Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
/ Pencegahan
INSIDEN Mengidentifikasi
Jenis Insiden

Menyusun Laporan
Pelaporan Awal & Investigasi Insiden
Melakukan Analisa
Mengamankan Bukti
& Interpretasi

Tindak Lanjut &


Membentuk Tim & Mengumpulkan &
Verifikasi
Rencana Investigasi Meneliti Bukti–Bukti
PELAPORAN AWAL INSIDEN

Pelaporan Ke Pihak Eksternal :


- Kepolisian
- Disnaker
- Kepala Teknik Tambang / Custodian
- Asuransi

Pelaporan ke Pihak Internal :


- Head Office
- Supervisor & karyawan.
MEMBENTUK TIM INVESTIGASI

1. Tim dipimpin oleh Ketua Tim Investigasi,


2. Tim ditunjuk oleh top manajemen,
3. Tim terlatih untuk melakukan investigasi insiden,
4. Susunan tim mengacu kepada prosedur
perusahaan.
INVESTIGATOR KECELAKAAN :
Adalah setiap orang yg mempunyai kualifikasi &
kompetensi tertentu untuk melaksanakan kegiatan
investigasi kecelakaan.
WEWENANG INCIDENT INVESTIGATOR :

• Memasuki sarana / prasarana / lokasi


kecelakaan atau kegiatan investigasi,
• Mewawancarai saksi, orang yg terkait atau yg
dianggap memiliki informasi mengenai
kecelakaan,
• Menguasai, menggunakan, memindahkan,
memeriksa, atau menguji setiap bukti / fakta.
METODE PENYUSUNAN TIM
INVESTIGASI

• Definitif,
• Fungsional,
• Struktural
WAWANCARA SAKSI
 Menyiapkan peralatan : kamera, alat rekam, alat tulis, kisi–kisi
pertanyaan,
 Menjelaskan tujuan insvestigasi : bukan mencari siapa yang
salah / mengadili / meminta pertanggung-jawaban,
 Ice–breaking sampai saksi merasa nyaman,
 Mulailah dg pertanyaan ringan untuk menciptakan hubungan
personal yg akrab,
 Hindari pertanyaan yg bersifat investigative / introgasi,
mintalah saksi bercerita apa saja yg diketahui / alami / lihat /
kerjakan,
WAWANCARA SAKSI

 Jangan memotong saat saksi bercerita (meskipun ceritanya


melebar), biarkan saksi bercerita dg caranya sendiri,
 Boleh menyela hanya utk meminta kejelasan / penguatan,
 Dengarkan dg penuh antusias & sungguh–sungguh,
 Setelah selesai, jangan tunjukan bahwa investigasi telah
selesai,
 Ucapkan terima kasih, hargai semua info yg telah diberikan.
ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN

LEMAH SEBAB DASAR SEBAB KECELAKAAN KERUGIAN


KONTROL LANGSUNG
FAKTOR KONTAK
PROGRAM/SOP TINDAKAN CIDERA ATAU
PERORANGAN DENGAN
/SISTEM : TAK AMAN KERUSAKAN
ENERGI ATAU YANG TAK
- ADA ? FAKTOR BAHAN / ZAT
- MEMADAI ? KONDISI DIHARAPKAN;
PEKERJAAN MELEBIHI BATAS
- IMPLEMENTASI ? TAK AMAN STOP PRODUKSI
KEMAMPUAN
JENIS INSIDEN :
• Menabrak Sesuatu • Tekanan / Tegangan / Beban
• Ditabrak / Terpukul / Tertimpa Berlebihan
Sesuatu • Kerusakan Alat
• Jatuh Ke Level Lebih Rendah • Masuknya Benda Asing ke Tubuh
atau Kejatuhan / Mata / Kulit
• Jatuh Pada Level Yang Sama • Gerakan Berulang – Ulamg
• Masuk ke Titik Jepit (Manusia (Ergonomi)
Yang Bergerak) • Disengat Oleh / Digigit Oleh
• Tersangkut Pada Sesuatu
• Terjepit Di Antara (Benda Yang • Faktor Biologis (Bakteri, Virus,
Bergerak) dll)
• Kontak Dengan • Berdampak Pada Lingkungan
IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG :
TINDAKAN TIDAK AMAN / SUBSTANDARD ACT

• Menjalankan Pekerjaan Tanpa • Proses Loading yg Tidak Layak,


Otorisasi / Izin, • Penempatan yg Tidak Layak,
• Gagal Memperingatkan, • Posisi yg Tidak Layak utk Bekerja,
• Gagal Mengamankan, • Memperbaiki Peralatan yg Sedang
• Mengoperasikan dg Kecepatan Beroperasi,
Tidak Sesuai, • Bercanda / Bermain–main,
• Membuat Alat Pengaman Tidak • Pengaruh Alkohol / Obat,
Berfungsi, • Menggunakan Peralatan yg Tidak
• Menggunakan Peralatan yg Rusak, Layak,
• Menggunakan APD yg Tidak Layak, • Gagal Mengikuti Prosedur.
IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG :
KONDISI TIDAK AMAN / SUBSTANDARD CONDITION

• Pelindung / Pembatas yg Tidak • Paparan / Pajanan Kebisingan,


Layak, • Paparan / Pajanan Radiasi,
• APD yg Tidak Layak, • Temperatur Tg Ekstrim (Tinggi /
• Peralatan / Material yg Rusak, Rendah),
• Keterbatasn Gerak / Tempat, • Penerangan yg Berlebih / Kurang,
• Sistem Peringatan yg Kurang, • Ventilasi yg Kurang,
• Bahaya Kebakaran &/ Peledakan, • Kondisi Lingkungan yg Berbahaya
• Tata Lingkungan yg Buruk / Tidak (Gas, Debu, Asap).
Teratur,
PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) :
FAKTOR PRIBADI (PERSONAL FACTORS)

• Keterbatasan / Kemampuan Fisik Kurang,


• Masalah Mental / Kemampuan Psikologis,
• Stress Fisik,
• Stress Mental,
• Kurang Pengetahuan,
• Kurang Keterampilan,
• Motivasi yg Keliru.
PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) :
FAKTOR PEKERJAAN (JOB FACTORS)

• Kepemimpinan / Pengawasan yg Tidak Memadai,


• Enginering yg Tidak Memadai,
• Sistem Pengadaan yg Tidak Memadai,
• Pemeliharaan Tidak Memadai
• Peralatan / Equipment Tidak Memadai,
• Standard Kerja Tidak Memadai,
• Pemakaian Berlebihan / Melampaui Batas,
• Penyalahgunaan Pemakaian.
LACK OF CONTROL / KURANGNYA
PENGAWASAN

SYSTEM / SOP / STANDARD /


PROGRAM :
• Ada / Available ?
• Memadai / Adequate ?
• Implementasi ?
TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
Tindakan Perbaikan / Korektif (Corrective Action)
Tindakan utk menghilangkan penyebab ketidak-sesuaian yang teridentifikasi
atau situasi lain yang tidak diinginkan (fokus pada menyelesaikan masalah
yang terjadi), atau
Tindakan untuk menghilangkan masalahnya dan tidak perlu tahu akar
penyebabnya.

Tindakan Pencegahan / Preventif (Preventive Action)


Tindakan utk menghilangkan penyebab ketidak-sesuaian yang potensial atau
situasi potensial lain yang tidak diinginkan(okus pada membereskan
penyebab masalah sehingga tidak terulang di masa yang akan datang),
atau
Tindakan untuk menghilangkan akar penyebabnya agar masalahnya tidak
terulang lagi.
TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN

HIERARKI PENGENGALIAN RISIKO


VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3
PRIMARY CONTROL METHODS : ELIMINATION ELIMINATION
ENGINEERING SUBTITUTION SUBTITUTION
ISOLATION ENGINERING
SECONDARY CONTROL METHODS : ADMINISTRATIVE ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE TRAINING
TERTIARY CONTROL METHODS :
WORK PRACTICE
PERSONAL PROTECTIVE PERSONAL PROTECTIVE PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT EQUIPMENT EQUIPMENT
MENYUSUN LAPORAN INVESTIGASI INSIDEN &
TINDAK–LANJUTNYA
 Menggunakan formulir standard,
 Semua informasi hasil investigasi dimasukkan ke dalam
formulir,
 Mempresentasikan hasil investigasi insiden kepada
atasan / klien & meminta persetujuan,
 Mendistribusikan hasil investigasi insiden kepada pihak
terkait untuk berbagi pembelajaran & untuk
ditindaklanjuti,
 Memonitor & mengverifikasi tindak–lanjut dari
rekomendasi tindakan perbaikan / pencegahan.
Modul – 11 :
Alat Pelindung Diri
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Definisi
Adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka
atau penyakit di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,
radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.
(Occupational Safety and Health Administration / OHSA)

APD / PPE adalah KONTROL TERAKHIR pada hierarki


pengendalian risiko.
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Engineering / Perancangan / Isolasi
4. Administratif & Pelatihan
5. Alat Pelindung Diri
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
Pasal 2
 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja / buruh di
tempat kerja,
 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang
berlaku,
 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan
oleh pengusaha secara cuma-cuma.
Pasal 5
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di
tempat kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
Pasal 3
(1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi :
a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
c. pelindung telinga;
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.
(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD :
a. pakaian pelindung;
b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
c. pelampung.
Alat Pelindung Diri :
 Pekerja memakai APD sesuai dengan risiko yang
ada?
 Pekerja memakai APD dengan benar?
 APD dalam kondisi baik / tidak rusak / nyaman
digunakan?

227
PENGELOLAAN ALAT PELINDUNG DIRI :

• Prosedur Penerimaan & Penggantian,


• Standar Umur Pakai,
• Standar Persedian Minimum,
• Budgeting APD.
Modul – 12 :
INSPEKSI
Keselamatan &
Kesehatan Kerja
Inspeksi K3
Adalah suatu proses untuk menemukan potensi insiden / bahaya
untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan di tempat
kerja dalam penerapan K3.

Adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan


menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain
yang dapat muncul (Bird, Frank E, and George L. Germain, 1990)
SIAPA YANG HARUS MELAKUKAN INPEKSI ?

• Person yang telah familiar terhadap pekerjaan, tugas, dan


area kerja.

• Mengetahui tentang prosedur pelaksanaan K3, termasuk


memahami aturan hukum& prosedur terkait K3.

• Secara umum, inspeksi K3 dilakukan oleh : supervisor, staff


departemen K3, manajer, pekerja yang kompeten, atau pihak
ketiga dari luar perusahaan
JENIS INSPEKSI :
1. Inspeksi Tidak Terencana :
 Inspeksi yang tidak menentu,
 bersifat tidak sistematis dan dangkal,
 Biasanya hanya memeriksa tentang kondisi tak aman yang
membutuhkan perhatian besar namun sering terlewatkan.

2. Inspeksi Terencana, dibagi :


 Inspeksi rutin / umum, : dilakukan secara berkala & rutin, dengan
jadwal yg sudah ditentukan
Contoh : inspeksi umum, inspeksi housekeeping, inspeksi bagian kritis,
preventive maintenance, pre-use equipment inspection, dll.
 Inspeksi khusus : dilakukan ketika mengevaluasi / mengidentifikasi
potensi bahaya yang berisiko tinggi, terdapat proses dan mesin baru,
pekerjaan berisiko tinggi (observasi tugas).
Tahapan INSPEKSI
TERENCANA :
1. PERENCANAAN & PERSIAPAN,
2. PELAKSANAAN,
3. PENCATATAN HASIL INSPEKSI &
EVALUASI,
4. MENYUSUN & DISTRIBUSI LAPORAN
HASIL INSPEKSI.
1. Perencanaan & Persiapan Inspeksi
 Menentukan Inspektor / tim inspeksi,
 Menentukan jadwal inspeksi,
 Menentukan jalur-jalur untuk inspeksi K3,
 Peta inspeksi didasarkan pada denah area kerja,
 Standar, peraturan, aaatau prosedur kerja yang telah ditentukan,
 Potensi bahaya terhadap proses kerja, mesin, material, & peralatan,
 Menentukan APD yang dibutuhkan selama inspeksi,
 Mempelajari data kecelakaan kerja, laporan pemeliharaan, &
laporan inspeksi sebelumnya,
 Daftar obyek apa saja yang akan diinspeksi (ceklis).
2. Pelaksanaan
 Inspeksi
Menghubungi person terkait bahwa akan dilaksanakan inspeksi K3,
 Pastikan mengikuti peta serta jalur inspeksi yang telah direncanakan,
 Mengamati secara sistematis rangkaian proses kerja untuk
memastikan apakah ada / tidaknya pelanggaran dari peraturan /
prosedur K3 (gunakan siklus inspeksi & pengamatan total),
 Mengamati tindakan pekerja apakah telah memenuhi persyaratan
K3 / belum,
 Mengumpulkan & memeriksa data apakah sudah sesuai dengan
daftar inspeksi yang sudah direncanakan sebelumnya.
 Melakukan perbaikan secara segera jika sewaktu inspeksi
menemukan tindakan / kondisi berbahaya
2. Pelaksanaan
Inspeksi

SIKLUS Inspeksi / Pengamatan TOTAL


Pengamatan: Pengamatan menyeluruh
1. Memutuskan menggunakan panca indra
:
2. Berhenti
✔ Penglihatan,
3. Mengamati
✔ Penciuman,
4. Bertindak
✔ Pendengaran,
5. Melaporkan
✔ Peraba & Perasaan
Obyek Pengamatan / Inspeksi

⮚ Reaksi Pekerja
⮚ Posisi Pekerja
⮚ Prosedur Kerja
⮚ Peralatan Kerja
⮚ Housekeeping (Kondisi Fisik Secara
Umum)
⮚ Alat Pelindung Diri
3. Pencatatan Hasil Inspeksi & Evaluasi
Inspeksi
• Catat semua ketidaksesuaian / temuan & tindakan
pengendalian yang telah ditentukan ke dalam
formulir standar,
• Memastikan setiap tahapan inspeksi telah
dilakukan dg benar.
4. Menyusun & Distribusi Laporan Hasil
Inspeksi
• Menentukan penanggung–jawab tindakan
perbaikan & batas waktu pelaksanaannya,
• Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua
penanggung–jawab tindakan perbaikan,
• Memonitor & melakukan verifikasi tindak–lanjut
dari tindakan pengendalian,
• Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi,
• Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja
sebagai bentuk edukasi.
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Traicon Utama

Balikpapan Office Berau Office


Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
T : (0554) 2021244
T : (0542) 8510529
E : balikpapan.office@prosyd.co.id E : berau.office@prosyd.co.id

Anda mungkin juga menyukai