UJI KOMPETENSI
(SERTIFIKASI BNSP)
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
UUD 1945
Pasal 27 (2)
Pasal 33 (2 & 3)
UNDANG – UNDANG
1. Keselamatan Kerja (UU No. 1 / 1970)
2. Ketenagakerjaan (UU No. 13 / 2003)
3. Undang – Undang lainnya, seperti : untuk sektor
Pertambangan Mineral & Batubara UU No: 3 / 2020
Pasal 11
1) Pengurus diwadjibkan melaporkan tiap ketjelakaan jang
terjadi dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, pada
pedjabat jang ditundjuk oleh Menteri Tenaga Kerdja.
2) Tata tjra pelaporan dan pemeriksaan ketjelakaan oleh
pegawai termaksud dalam ajat (1) diatur dengan
peraturan perundangan
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewadjiban dan atau hak
tenaga kerdja untuk :
a. Memberikan keterangan jang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerdja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua sjarat-sjarat keselamatan dan kesehatan
kerdja jang diwadjibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua sjarat keselamatan
dan kesehatan jang diwadjibkan.
e. Menjatakan keberatan kerdja pada pekerdjaan dimana sjarat
keselamatan dan kesehatan kerdja serta alatalat perlindungan diri jang
diwadjibkan diragukan olehnja ketjuali dalam hal-hal chusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam bata-batas jang masih dapat
dipertanggung djawabkan.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerdja,
diwadjibkan mentaati semua petundjuk keselamatan kerdja
dan memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwadjibkan :
a. Setjara tertulis menempatkan dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua
sjarat keselamatan kerdja jang diwadjibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannja jang berlaku bagi tempat kerdja jang
bersangkutan, pada tempat-tempat jang mudah dilihat dan terbatja dan
menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan kerdja.
b. Memasang dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua gambar keselamatan
kerdja jang diwadjibkan dan semua bahan pembinaan lainnja pada tempat
tempat jang mudah dilihat dan terbatja menurut petundjuk pegawai pengawas
atau achli keselamatan kerdja.
c. Menjediakan setjara tjuma-tjuma, semua APD jang diwadjibkan pada tenaga
kerdja jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan bagi setiap orang
lain jang memasuki tempat kerdja tersebut, disertai dengan petundjuk-petundjuk
jang diperlukan menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan
kerdja.
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak utk
memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan &
kesehatan kerja.
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)
Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
PERMENAKER NO. : PER-02/MEN/1992
TATA CARA PENUNJUKAN KEWAJIBAN DAN WEWENANG
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3)
Rumus Nilai /
Risiko = (F x P) x S
Tingkat Risiko
Risiko (R) = L x S
2. Menilai Risiko
45
2. Menilai Risiko
KODE RISIKO
AA KRITIKAL
A TINGGI
B SEDANG
C RENDAH
46
3. Pengendalian Risiko
21-Apr-2020 4
Tambang / Pit A 4
Segera membangunkan AA
pengawas untuk tidak tidur di
Jam 12:30, ditemukan seorang pengawas atas roda.
sedang tidur di atas roda unit ADT-098. Saran : agar dibuatkan ruang
Sangat berbahaya dan dapat meninbulkan khusus untuk istirahat di
tambang.
Kritikal
kematian (terlindas roda) jika unit
dioperasikan oleh operator.
Bambang Budi
Trafficman Supervisor
Produksi Produksi
51
TUGAS :
Identifikasi bahaya di sekitar Anda, & buatlah laporan
bahaya menggunakan formulir di bawah ini.
Modul – 3 :
Tanggap Darurat & P3K
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
TUJUAN
Menyelamatkan sebagian atau seluruh peralatan /
tenaga kerja / masyarakat di sekitarnya lokasi kerja di
mana terjadinya keadaan darurat, harus diatasi dalam
waktu sesingkat-singkatnya dengan cara terpadu,
sistematis, & hanya diberlakukan pada saat terjadi
keadaan darurat.
Identifikasi & Penilaian Potensi Keadaan Darurat :
• Mempertimbangkan factor internal & factor eksternal (faktor
alam & social)
• Penilaian potensi keadaan darurat dg mempertimbangkan :
– Tingkap keparahan
– Tingkat kerugian,
– Pengaruh thd operasi
– Keterlibatan sumber daya
– Pengaruh terhadap citra perusahaan.
Pencegahan Keadaan Darurat :
• Membuat kebijakan & program kerja
pencegahan keadaan darurat,
• Melakukan inspeksi,
• Melakukan perawatan / pemeliharaan.
Kesiapsiagaan Keadaan Darurat :
• Menyiapkan system deteksi dini,
• Menyediakan system komunikasi,
• Menyediakan sumber daya, sarana / prasarana, prosedur,
tenaga teknis yg kompeten,
• Menyusun emergency plan,
• Pelatihan penanggulangan keadaan darurat,
• Melakukan simulasi keadaan darurat (emergency drill)
minimal 2 kali/tahun.
Penunjukkan Tim Tanggap Darurat :
• Anggota ERT memiliki keterampilan & kompetensi, dg
ketentuan :
– Sehat jasmani & rohani,
– Ketua ERT ditunjuk oleh top manajemen & mampu
melakukan supervisi penanggulangan kondisi darurat,
– Anggota ERT memiliki kompetensi yg sesuai,
– Jumlah minimal anggota ERT di setiap gilir jaga disesuaikan
dg penilaian potensi kedaruratan,
– Mendapatkan pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan
hasil penilain risiko.
Respon & Pemulihan Keadaan Darurat :
• Respon dalam penanggulangan keadaan darurat harus
secara cepat & tepat
• Tujuannya : mencegah kondisi keadaan darurat yg semakin
parah & menimbulkan kerugian yg lebih besar
• Upaya pemulihan pasca keadaan darurat, minimal :
– Pembentukan tim pemulihan,
– Pembersihan lokasi & operasi pemulihan,
– Investigasi keadaan darurat,
– perkiraan kerugian,
– pelaporan pemulihan pasca keadaan rarurat.
Respon & Pemulihan Keadaan Darurat :
• Anggota tim pemulihan disesuaikan dg klasifikasi
keadaan darurat
• Pemulihan thd korban & orang yang terdampak, kondisi
area kerja, & sarana / prasarasan / peralatan
• Pembersihan lokasi & operasi pemulihan :
– Mengelola risiko,
– Mengendalikan potensi keadaan darurat susulan,
– Segera mengoptimalkan sumber daya.
Fasilitas Keadaan Darurat
1. Rute / Jalur Evakuasi
2. Tempat Berkumpul Darurat (Muster Point)
3. Nomor Panggilan Darurat (Emergency Call Number)
4. Emergency Alarm
5. Emergency Lamp
6. Battery / Generator Cadangan
7. Peralatan Komunikasi
8. Alat Pemadam Api (Hydrant, APAR, dll)
9. Breathing Apparatus
BANTUAN HIDUP DASAR
Adalah bantuan yang dilakukan jika jalan nafas korban tersumbat
atau tidak ada nafas atau nadi tidak teraba, atau
Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
KETENTUAN UMUM :
• Bantuan hidup dasar adalah bagian dari first aid / P3K,
• Tujuan utama dari P3K ialah menyelamatkan jiwa korban
sehingga dapat selamat dari kematian.
• Pengertian mati dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
– Mati klinis : tidak ditemukan adanya pernafasan dan nadi, serta
dapat bersifat reversibel (dapat dipulihkan). Penderita mempunyai
waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak
– Mati biologis : kematian sel (terutama sel otak) & bersifat
ireversibel (tidak bisa dipulihkan) yang biasa terjadi 8-10 menit
dari henti jantung.
TUJUAN DARI BHD :
Mencegah berhentinya pernafasan,
Mencegah berhentinya sirkulasi,
Memberikan bantuan external terhadap sirkulasi & ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti
nafas melalui resusitasi jantung paru ( RJP)
RJP YANG BERKUALITAS :
1. Kompresi di titik tengah dada dengan siklus 30:2 (30x
kompresi, 2x napas buatan),
2. Kedalaman kompresi sekitar 5-6 cm,
3. Kecepatan kompresi 100-120x/menit,
4. Beri kesempatan dada untuk mengembang sempurna stelah
kompresi,
5. Interupsi minimal bebaskan jalan napas dengan posisi head
tilt, chin lift (dahi didongakkan, dagu ditahan), atau posisi jaw
thrust (menahan tulang rahang) apabila curiga ada trauma
leher,
6. Berikan ventilasi secara memadai / adekuat.
Urut–Urutan RJP / CPR
Dewasa
Anak-anak
Hembusan pendek
Bayi
Hembusan “pooh”
BANTUAN PERNAFASAN :
1. Dari kandungan oksigen sebanyak 21% yg dihirup,
sebanyak 5% digunakan dalam proses pernafasan.
Sekitar 16% kandungan oksigen yg dikeluarkan
digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada
korban.
2. Dua Teknik bantuan Pernafasan :
1. Menggunakan mulut penolong :
Mulut ke masker RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Mulut ke APD (Alat Pelindung Diri).
Mulut ke mulut ataupun hidung
2. Menggunakan alat bantu nafas
(kantung masker berkatub)
RISIKO BAGI PENOLONG BANTUAN
PERNAFASAN :
• Penyebaran penyakit,
• Terkontaminasi bahan kimia,
• Terkontaminasi muntahan korban.
Langkah-Langkah dalam Memberikan
Bantuan Nafas :
1. Pastikan jalan nafas korban terbuka.
2. Jika penolong menggunakan APD ataupun alat bantu
pastikan alat tersebut tidak bocor (tertutup rapat).
3. Pastikan juga bantuan nafas yang dihembuskan tidak bocor
melalui hidung penderita dengan cara mencapit lubang
hidung penderita.
4. Berikan 2 (dua) kali bantuan nafas awal (4 detik / tiupan
pada manusia dewasa). Tiupan / hembusan merata dan
cukup (dada penderita bergerak naik).
5. Apabila bantuan nafas berhasil dengan baik akan ditandai
dengan bergerak naik turunnya dada penderita.
Resusitasi Jantung Paru (RJP / CPR) DIHENTIKAN saat :
Tanda awal korban kembali sadar, wajah mulai cerah &
korban tampak ingin menelan atau batuk
Sudah dilakukan RJP selama + 30 menit tidak
menunjukkan perubahan
Penolong kelelahan dan tidak ada pengganti
Tenaga medis atau yang lebih ahli datang utk
mengambil alih pertolongan
Recovery Position Pasca RJP / CPR
Pasal 87
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
AS/NZS APOSHO
STANDAR
SMK3 4801: 2001 2000
NOSA
ILO OSH 2001
Safety Map
ISO45001 : 2018 OHS INTEGRATED
MANAGEMENT SYSTEM
OSHA
BS 8800
ISRS
SA 8000 SMKP
ACTION Perbaikan
Berkesinambungan
PLAN
Tinjauan Manajemen
& Peningkatan Kinerja
CHECK
Pemantauan Evaluasi ORGANISASI DAN
& Tindak lanjut PERSONEL
DO
HIRARKI DOKUMEN
SMK3
Adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
TUJUAN PENERAPAN SMK3
Pasal 2
SMK3
Peninjauan & Kebijakan
Peningkatan
Kinerja
Kinerja SMK3
SMK3
Pelaksanaan
Rencana K3
PENETAPAN KEBIJAKAN K3
Pasal 7
113
RAPAT TINJAUAN MANAJEMEN :
Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha
atau pengurus wajib membentuk P2K3.
Pasal 3
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari
perusahaan yang bersangkutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang
ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan.
Pasal 4
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan
baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah K3.
Pasal 4
P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3, termasuk bahaya kebakaran dan
peledakan serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya;
Pasal 4
P2K3 mempunyai fungsi:
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit
akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang
diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang
keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan
ergonomi;
Pasal 4
P2K3 mempunyai fungsi:
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan meriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi
hasil pemeriksaan;
10)Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan
dan kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, higene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan
gizi tenaga kerja.
Pasal 12
Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus
wajib menyampaikan laporan tentang kegiatan
P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat
KepDirJen Minerba No.
185.K/37.04/DJB/2019
(Lampiran I) - Juknis Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan
(Lampiran II) - Juknis Penerapan, Penilaian & Pelaporan
SMKP
Komite Keselamatan Pertambangan
129
Modul – 6 :
Sistem Izin Kerja
(Work Permit System)
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Definisi
UNTUK :
1. Orang yang mengeluarkan permit,
2. Orang yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan,
3. Tenaga kerja.
MATERI:
1. Mengikuti legislasi & pedoman industry,
2. Kebijakan perusahaan, & prosedur kerja,
3. Tanggung jawab,
4. Studi kasus kecelakaan / near miss.
Tahap Implementasi Sistem Permit To Work :
1.Tahap Persiapan / Preparation : Koordinasi,
Perencanaan, Penilaian Risiko, Tipe / Kategori Pekerjaan,
Masa Berlaku, Isolasi, Tindakan Pencegahan, Pengujian /
Testing, Persetujuan / Signing
2.Tahap Proses/ Process : Display of Permits,
Revalidation, Suspension (penundaan), Shift Hand-Over,
Tindakan Darurat, Pemantauan / Monitoring
3.Tahap Penyelesaian / Completion : Pengembalian
Permit, Inspeksi Area Kerja, Cancellation of Overrides,
Return to Service, Dokumentasi.
Modul – 7 :
INDUSTRIAL HYGIENE / K3
LINGKUNGAN KERJA
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
Kesehatan Kerja
1. Mengantisipasi,
2. Mengenali / Rekognisi,
3. Mengevaluasi,
4. Pengendalian.
147
1. ANTISIPASI
Adalah kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
& risiko di tempat kerja.
Tujuan :
1. Mengetahui potensi bahaya & risiko lebih dini sebelum
muncul menjadi bahaya & risiko yang nyata.
2. Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
3. Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada
saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
2. MENGENALI / REKOGNISI
Adalah kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih
detil & lebih komprehensif menggunakan suatu metode
pengukuran yang sistematis sehingga dihasilkan suatu
hasil yang objektif & bisa dipertanggung-jawabkan.
Tujuan :
1. Mendapatkan informasi : konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, & sifat;
2. Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat,
kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran);
3. Mengetahui sumber bahaya & area yang berisiko;
4. Mengetahui pekerja yang berisiko
3. MENGEVALUASI
Adalah kegiatan untuk menentukan kondisi lingkungan kerja secara
kuantitatif & terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dgn
standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau
tidaknya langkah pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus
kecelakaan & penyakit akibat kerja dengan lingkungan kerja.
Tujuan :
1. Mengetahui tingkat risiko.
2. Mengetahui pajanan pada pekerja.
3. Memenuhi peraturan (legal aspek).
4. Mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
5. Memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
6. Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
4. PENGENDALIAN
Adalah kegiatan untuk menciptakan atau memelihara
lingkungan kerja agar tetap sehat & aman / memenuhi
persyaratan K3, sehingga tenaga kerja terbebas dari
ancaman gangguan kesehatan & kecelakaan atau tenaga
kerja tidak menderita penyakit akibat kerja & tidak
mendapat kecelakaan kerja.
Meliputi :
1. Iklim Kerja, 5. Radiasi Ultraviolet,
2. Kebisingan, 6. Radiasi Medan Magnet Statis,
3. Getaran, 7. Tekanan Udara,
4. Radiasi Gelombang Mikro, 8. Pencahayaan.
Jenis Pengendalian Faktor FISIKA :
Menghilangkan sumber bahaya dari tempat kerja,
Mengganti alat, bahan, & proses kerja yang
menimbulkan bahaya lebih rendah (di bawah NAB),
Memasang pembatas / alat proteksi / peredam /
bantalan / mengisolasi / membatasi waktu pajanan /
jarak aman dari sumber bahaya,
Menyediakan sistem ventilasi,
Menyediakan air minum,
Penggunaan baju kerja / APD yang sesuai
FAKTOR KIMIA
Faktor Kimia : faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
pekerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia & turunannya yang dapat menyebabkan
penyakit, meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas,
uap & partikulat.
Contoh :
1. Mercury (Hg),
2. Arsenic (Ar),
3. Asbes,
4. Silica, dll.
Jenis Pengendalian Faktor KIMIA :
menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari
tempat kerja,
mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang
tidak mempunyai potensi bahaya / potensi bahaya
yang lebih rendah,
memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber
potensi bahaya kimia,
mengisolasi / membatasi pajanan sumber potensi
bahaya kimia,
menyediakan sistem ventilasi,
Jenis Pengendalian Faktor KIMIA :
membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
melalui pengaturan waktu kerja,
merotasi pekerja ke dalam proses pekerjaan yang
tidak terdapat potensi bahaya bahan kimia,
penyediaan lembar data keselamatan bahan &
label bahan kimia,
penggunaan APD yang sesuai.
FAKTOR BIOLOGI
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja
yang bersifat biologi, disebabkan oleh makhluk hidup
meliputi hewan, tumbuhan & produknya serta
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja.
Meliputi :
1. Mikroorganisma &/ toksinnya,
2. Arthropoda &/ toksinnya;
3. Hewan invertebrata &/ toksinnya;
4. Alergen & toksin dari tumbuhan;
5. Binatang berbisa;
6. Binatang buas;
7. produk binatang & tumbuhan yang berbahaya lainnya.
Jenis Pengendalian Faktor BIOLOGI :
menghilangkan sumber bahaya dari tempat kerja;
mengganti bahan, & proses kerja yang menimbulkan
sumber bahaya;
mengisolasi / membatasi pajanan sumber bahaya;
menyediakan sistem ventilasi;
mengatur / membatasi waktu pajanan terhadap
sumber bahaya;
menggunakan baju kerja / APD yang sesuai;
memasang rambu-rambu yang sesuai;
Jenis Pengendalian Faktor BIOLOGI :
memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
meningkatkan Higiene perorangan;
memberikan desinfektan;
penyediaan fasilitas sanitasi berupa air mengalir dan
antiseptic.
FAKTOR ERGONOMI
Adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja,
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang
meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, & beban angkat
terhadap pekerja.
Meliputi :
1. cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan;
2. desain alat kerja dan tempat kerja yang tidak sesuai dengan
antropometri Tenaga Kerja;
3. pengangkatan beban yang melebihi kapasitas kerja.
Jenis Pengendalian Faktor ERGONOMI :
menghindari posisi kerja yang janggal;
memperbaiki cara kerja & posisi kerja;
mendesain kembali / mengganti / memodifikasi
tempat kerja, objek kerja, bahan, desain tempat
kerja, & peralatan kerja;
mengatur waktu kerja & waktu istirahat;
melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam
posisi netral atau baik;
menggunakan alat bantu.
FAKTOR PSIKOLOGI
Adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas pekerja,
disebabkan oleh hubungan antar personal di tempat kerja,
peran & tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Meliputi :
1. ketidakjelasan peran;
2. konflik peran;
3. beban kerja berlebih secara kualitatif / kuantitatif;
4. pengembangan karir;
5. tanggung jawab terhadap orang lain.
Pengendalian Faktor PSIKOLOGI Melalui Manajemen
Stress :
pemilihan, penempatan & pelatihan bagi pekerja;
mengadakan program kebugaran bagi pekerja;
mengadakan program konseling;
mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
memberikan kebebasan bagi pekerja untuk memberikan
masukan dalam proses pengambilan keputusan;
mengubah struktur organisasi, fungsi &/merancang
kembali pekerjaan yang ada;
menggunakan sistem pemberian imbalan / reward.
Higiene & Sanitasi :
Sasaran : Manusia
Sifat : Medis
Tujuan Kesehatan Kerja (WHO / ILO, 1995) :
• Hak pekerja
• Dasar therapy
• Membatasi kecacatan
• Melindungi pekerja lain
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja :
1. Diagnosis klinis
2. Pajanan yang dialami
3. Hubungan pajanan dengan diagnosis
klinis
4. Jumlah pajanan yang dialami
5. Peranan faktor individu (genetik, dll)
6. Faktor lain diluar pekerjaan
7. Diagnosis PAK atau bukan PAK
Modul – 9 :
Ergonomi
STANDAR KOMPETENSI :
Merencanakan, melaksanakan, &
mengevaluasi penerapan prinsip–prinsip
K3 di tempat kerja.
ERGONOMI / ERGONOMIKA
(Ergon : kerja, Nomos : aturan, kaidah, prinsip)
Adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dg
elemen-elemen lain dlm suatu system, serta profesi yg
mempraktikkan teori, prinsip, data, & metode dlm
perancangan utk mengoptimalkan system agar sesuai dg
kebutuhan, kelemahan, & keterampilan manusia.
193
Manfaat Ergonomi :
1. Kerja meningkat, misalnya : kecepatan, ketepatan,
keselamatan, dan mengurangi energi ketika bekerja.
2. Mengurangi waktu, dan juga biaya pelatihan dan
pendidikan.
3. Optimalisasi terhadap Sumber Daya Manusia dengan
meningkatkan keterampilan yang diperlukan.
4. Kenyamanan, keamanan karyawan ketika bekerja
menjadi meningkat.
5. Efisiensi waktu agar tidak terbuang sia-sia.
Tujuan Ergonomi :
(Santoso, 2004)
• Kecelakaan yg mengakibatkan :
– Kerugian harta benda (property damage),
– Korban manusia /cidera (termasuk kasus
keracunan),
– Penyakit akibat kerja,
– Pencemaran lingkungan,
– Keadaan darurat,
– Nearmiss.
PENANGANAN INSIDEN :
1. Melaporkan segera kepada supervisor,
2. Mendatangi lokasi insiden untuk mengendalikan
situasi di lokasi insiden,
3. Memberikan pertolongan pertama & menghubungi
paramedis / ERT,
4. Mencegah potensi insiden susulan,
5. Mengidentifikasi & mengamankan bukti / fakta di
lokasi insiden,
6. Menilai risiko aktual vs potensi risiko,
7. Membuat laporan awal insiden.
ALUR PROSES Mengidentifikasi Mengidentifikasi
INVESTIGASI INSIDEN Penyebab Dasar ‘Lack of Control’
Mengidentifikasi
Menentukan
Penyebab Langsung
Rekomendasi
Tindakan Perbaikan
/ Pencegahan
INSIDEN Mengidentifikasi
Jenis Insiden
Menyusun Laporan
Pelaporan Awal & Investigasi Insiden
Melakukan Analisa
Mengamankan Bukti
& Interpretasi
• Definitif,
• Fungsional,
• Struktural
WAWANCARA SAKSI
Menyiapkan peralatan : kamera, alat rekam, alat tulis, kisi–kisi
pertanyaan,
Menjelaskan tujuan insvestigasi : bukan mencari siapa yang
salah / mengadili / meminta pertanggung-jawaban,
Ice–breaking sampai saksi merasa nyaman,
Mulailah dg pertanyaan ringan untuk menciptakan hubungan
personal yg akrab,
Hindari pertanyaan yg bersifat investigative / introgasi,
mintalah saksi bercerita apa saja yg diketahui / alami / lihat /
kerjakan,
WAWANCARA SAKSI
227
PENGELOLAAN ALAT PELINDUNG DIRI :
⮚ Reaksi Pekerja
⮚ Posisi Pekerja
⮚ Prosedur Kerja
⮚ Peralatan Kerja
⮚ Housekeeping (Kondisi Fisik Secara
Umum)
⮚ Alat Pelindung Diri
3. Pencatatan Hasil Inspeksi & Evaluasi
Inspeksi
• Catat semua ketidaksesuaian / temuan & tindakan
pengendalian yang telah ditentukan ke dalam
formulir standar,
• Memastikan setiap tahapan inspeksi telah
dilakukan dg benar.
4. Menyusun & Distribusi Laporan Hasil
Inspeksi
• Menentukan penanggung–jawab tindakan
perbaikan & batas waktu pelaksanaannya,
• Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua
penanggung–jawab tindakan perbaikan,
• Memonitor & melakukan verifikasi tindak–lanjut
dari tindakan pengendalian,
• Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi,
• Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja
sebagai bentuk edukasi.
Thank You
Terima Kasih