Anda di halaman 1dari 25

Pembinaan dan pengawasan norma K3 Listrik

Pengertian
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
Istilah di bidang Listrik
1. Instalasi Listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang
membangkitkan, memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan,
mengumpulkan atau membagikan tenaga listrik.
2. Perlengkapan listrik adalah setiap benda yang digunakan untuk
keperluan pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi atau
pemanfaatan energi listrik.
3. Peralatan listrik adalah barang pemanfaatan listrik yang merupakan
unit lengkap dan dapat mengubah energi listrik menjadi energi
bentuk lain.
4. Pembangkitan Listrik adalah kegiatan untuk memproduksi dan
membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga.
5. Transmisi Listrik adalah kegiatan penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrk sampai ke saluran distribusi listrik.
6. Distribusi Listrik adalah kegiatan menyalurkan tenaga listrik dari
sumber daya listrik besar sampai ke pemanfaat listrik.
7. Pemanfaatan Listrik adalah kegiatan mengubah energi listrik
menjadi energi bentuk lain.
Tujuan Penerapan K3 Listrik
 Menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik
 Keamanan instalasi listrik & perlengkapannya
 Keamanan gedung beserta isinya dari kebakaran akibat listrik
 Perlindungan lingkungan
Dasar Hukum K3 Listrik
a. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
b. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
d. Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang perubahan Permenaker
12 tahun 2015.
e. Kepdirjen No. Kep. 47 tahun 2015 tentang Sertifikasi Kompetensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja AK3Listrik
f. Kepdirjen No. Kep. 48 Tahun 2015 tentang Pembinaan Calon Teknisi
K3 Listrik
Objek Pengawasan K3 Listrik
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja Pasal 2 ayat (2) huruf
q
(Ruang lingkup) Setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan digunakan
Kegiatan AK3 Umum terkait K3 Listrik
 Melaksanakan pemeriksaan :
 Pengesahan/Perijinan Personil/Lembaga & Peralatan
 Kondisi Peralatan
 (Permenaker No 12 Tahun 2015 dan Permenaker No. 33 Tahun 2015)

Pembinaan dan Pengawasan


Norma K3 Listrik
• Undang Undang
• Peraturan dan
• Standar
1. Pola Pembinaan dan Pengawasan Norma K3 Listrik
 Perencanaan /gambar rencana
 pembuatan/pemasangan
 Penggunaan
 Pemeriksaan dan pengujian pertama
 pemeliharaaan
 pemeriksaan dan pengujian berkala
2. Sejarah Pemberlakuan AVE 1938, PUIL 1964, PUIL 1977, PUIL 1987,
PUIL 2000, PUIL 2011
 Diawali dengan Penerapan Standar yang berlaku di negara
Belanda
 Pemberlakukan standar Belanda dengan peraturan Menteri
bidang ketenagakerjaan
 Penyusunan SNI berdasarkan standar Belanda
 Penyusunan SNI sesuai dengan Penerapan listrik di Indonesia
Standar Kelistrikan yang sebagai acuan
a. Standar Nasional Indonesia;
b. Standar Internasional; dan/atau
c. Standar Nasional Negara lain yang ditentukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.
3. Persyaratan K3 listrik di tempat Kerja
a. Ruang lingkup
 pembangkitan listrik;
 transmisi listrik;
 distribusi listrik; dan
 pemanfaatan  listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 (lima puluh) volt
arus bolak balik atau 120 (seratus dua puluh) volt arus searah.
 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, dan
pemeliharaan
 Wajib mengacu kepada standar bidang kelistrikan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan
 Dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik
 Kewajiban keberadaan Ahli K3 bidang Listrik
 Tempat kerja yang mempunyai pembangkit lebih dari 200
kVa
 Pemeriksaan Dan Pengujian
 Wajib dilakukan pada perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, dan pemeliharaan
 Mengacu kepada standar bidang kelistrikan dan peraturan
perundang-undangan
 Dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Listrik dan/atau Ahli K3 bidang Listrik
 Pelaksanannnya :
 Sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna;
 Setelah ada perubahan/perbaikan; dan
 Secara berkala
 Pemeriksaan berkala  Pengujian berkala
o 1 (satu) tahun o 5 (lima) tahun
sekali sekali
 Hasil pemeriksaan dan pengujian
 Dilaporkan ke dinas yang membidangi pengawasan
setempat
 Sebagai bahan pembinaan dan penegakan hukum
 Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik
wajib menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik yang telah
mempunyai sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang.
 LMK atau
 Lembaga lain yang diakui
 Pengawasan norma listrik dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan
 Sanksi : UU no 1 tahun 1970 dan UU no 13 tahun 2003
5. Sumber bahaya Sengatan listrik bagi manusia
1. Arus kejut
2. panas
3. medan listrik
6. Bahaya Listrik
 Dampak arus listrik bagi tubuh manusia
 gangguan pernafasan
 gagal kerja jantung
 kerusakan sel
 terbakar
 Tiga Faktor penentu tingkat bahaya listrik
 tegangan
 arus
 tahan
 Proses Terjadinya Sengatan Listrik
 Terdapat dua cara listrik bisa menyengat tubuh kita, yaitu
melalui sentuhan langsung dan tidak langsung.

 Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat Sengatan Listrik


 Besar arus listrik
 Lintasan aliran arus dalam tubuh
 Lama waktu terkena sengatan listrik
7. Sistem pengamanan terhadap bahaya listrik
 Pengamanan terhadap sentuhan langsung
 Isolasi
 penghalang
 Menggunakan peralatan INTERLOCKING
 Pengamanan terhadap tegangan sentuh (tidak
langsung)
 Pentanahan (Grounding/Earthing)
 Alat Proteksi Otomatis
 Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit
Breaker (ELCB) dan Ground Fault Circuit Interruptor (GFCI)
 Pengaman pada peralatan portabel
 Alat Kelas I dan Kelas II
8. Prosedur Keselamatan Kerja listrik
 Umum
 Hanya orang-orang yang berwenang, dan berkompeten
yang diperbolehkan bekerja pada atau di sekitar peralatan listrik
 Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur
(jangan merusak atau membuat tidak berfungsinya alat
pengaman)
 Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah
instalasi listrik
1) Pelihara alat dan sistem dengan baik
2) Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika terjadi
kecelakaan
Prosedur shut-down :
3) tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus mudah diraih.
4) Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang aman
sebelum dilakukan pertolongan pertama.
5) Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan pertolongan
pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama harus dilakukan
oleh orang yang berkompeten
 Khusus
 Prosedur Lockout/Tagout
9.Bahaya dan pengendalian Kebakaran dan Peledakan akibat listrik
 Penyebab Kebakaran dan Peledakan
 Ukuran kabel yang tidak memadai
 Penggunaan adaptor atau stop kontak yang salah.
 Instalasi kontak yang tidak memadai
 Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika
memasukkan dan mengeluarkan soket ke stop-kontak pada
lingkungan kerja yang berbahaya di mana terdapat cairan, gas
atau debu yang mudah terbakar
 Pengendalian Kebakaran dan peledakan
 penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan sesuai
dengan IP (indeks protection)
 perlindungan terhadap masuknya benda padat
 perlindungan terhadap masuknya benda cair
 perlindungan pada kondisi khusus
Proteksi Penghalang / Selungkup
Kode IP (International Protection)
 Kode IP adalah sistem kode untuk menunjukan tingkat proteksi yang
diberikan oleh selungkup dari sentuh langsung ke bagian yang
berbahaya, dari benda asing padat, air dan untuk memberikan
informasi tambahan dalam hubungannya dengan proteksi tersebut.
Tabel Elemen Kode IP
Simbol-simbol yang digunakan untuk berbagai jenis proteksi menurut
EN 60529.
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
Sistem Proteksi Petir
Instalasi penyalur petir yang tidak memenuhi syarat dapat mengundang
bahaya
Referensi
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989 tentang
Instalasi Penyalur Petir. Berlaku untuk sistem proteksi eksternal /
proteksi bahaya sambaran langsung (Permenaker No 31 Tahun 2015
ttg Perubahan Permenaker No 2/Men/1989)
2. SNI 04- 0225 2011 (PUIL 2011) Sebagai rujukan untuk sistem
proteksi internal/proteksi bahaya sambaran tidak langsung

Konsep Sistem Proteksi Petir


Kategori
Proteksi External
• adalah instalasi dan alat-alat di luar sebuah struktur untuk meredam
dan menghantar arus petir ke sistem pembumian atau berfungsi
sebagai ujung tombak penangkap muatan listrik/arus petir di
tempat tertinggi
Proteksi Internal
• Upaya menghindari terjadinya beda potensial pada semua titik di
instalasi atau peralatan yang diproteksi di dalam bangunan.
KONSEPSI PROTEKSI BAHAYA SAMBARAN PETIR
 PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik
 PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG
Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)
STEP VOLTAGE
TEGANGAN LANGKAH
ialah suatu bagian tegangan pada permukaan tanah sehingga menebabkan
adanya beda potensial langkah antara kaki manusia atau binatang
Bangunan yang perlu dipasang instalasi penyalur petir
 Bangunan terpencil & lebih tinggi dari bangunan lainnya : menara,
cerobong, antene permanen
 Bangunan untuk menyimpan bahan mudah meledak/terbakar
 Bangunan untuk kepentingan umum : sekolah, mesjid
 Bangunan untuk menyimpan barang yang sulit diganti : museum,
perpustakaan
 Daerah terbuka : stadion, padang golf.
* Ketentuan tersebut sesuai angka index
Bagian-bagian instalasi penyalur petir
A. PENERIMA
 Dipasang pada tempat yang diperkirakan disambar petir
 Menjamin perlindungan bangunan
 Penerima mendatar 15cm lebih tinggi
 Sebagai penerima dapat digunakan :
- logam bulat panjang dari tembaga
- hiasan logam dari atap
- atap logam
- tiang beton yang menonjol diatas atap
 Memiliki sudut perlindungan 112º.
Air Termination/Penerima
• Penerima harus dipasang di tempat atau
bagian yang diperkirakan dapat tersambar
petir
• Jika bangunan yang terdiri dari bagian-
bagian seperti bangunan yang mempunyai menara, antena, papan
reklame atau suatu blok bangunan harus dipandang sebagai suatu
kesatuan;
• Dimensi minimum air terminal:
• Cu : 35 mm2
• Fe : 50 mm2
• Al : 70 mm2
Finial penyalur petir (Air Termination/Penerima)
• Ketinggian Air Termination minimum 10 in ((IEC)61024-1-1)
• Berdasarkan Permen 02, minimum 15 cm
• Untuk air Termination yg tingginya lebih dari 600 cm, harus diberi
penyangga yang tidak boleh kurang dari setengah tinggi total
• Jumlah dan jarak antara masing-masing penerima harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin bangunan itu masuk
dalam daerah perlindungan
Down Conductor / Penghantar penurunan
• Penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda
bumi;
• Harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau sudut-sudut
bangunan ke tanah
• Dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua) buah
penghantar penurunan;
• Penghantar penurunan harus dipasang dengan jarak tidak kurang 15
cm dari atap yang dapat terbakar kecuali atap dari logam, genteng
atau batu;
• Sebagai penghantar penurunan petir dapat digunakan bagian-bagian
dari atap, pilarpilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja yang
mempunyai massa logam yang baik;
• Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus memenuhi syarat,
kecuali:
1) sudah direncanakan sebagai penghantar penurunan dengan
memperhatikan syarat-syarat sambungan yang baik dan syarat-
syarat lainnya;
2) ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air di bawah
tanah sepanjang waktu.
3) Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai
penghantar penurunan harus digunakan kolom beton bagian
luar

• Dimensi minimum menurut bahan (IEC 62305) :


• Cu : 16 mm2
• Fe : 50 mm2
• Al : 25 mm2
• Recommend that the Down-Conductor be at least 50 mm 2 or AWG 0
in all cases
Down Conductor / Penghantar penurunan (permenaker : 02/1989)
• Bahan penghantar penurunan yang dipasang khusus harus
digunakan kawat tembaga atau bahan yang sederajat dengan
ketentuan :
1) penampang sekurang-kurangnya 50 mm’.;
2) setiap bentuk penampang dapat dipakai dengan tebal
serendah-rendahnya 2 mm.
• Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan satu dengan
yang lainnya tidak boleh lebih dari 1,5 meter
• Jarak minimum antara penghantar penurunan yang satu dengan
yang lain diukur sebagai berikut;
1) Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter maximum
20 meter;
2) Pada bangunan yang tingginya antara 25 - 50 meter maka
jaraknya {30 - (0,4 xtinggi bangunan) }
3) Pada bangunan yang tingginya lebih dari 50 meter maximum 10
meter.
B. Sambungan-sambungan
• Harus merupakan suatu sambungan elektris, tidak ada kemungkinan
terbuka dan dapat menahan kekuatan tarik sama dengan sepuluh
kali berat penghantar yang menggantung pada sambungan itu.
• Penyambungan dilakukan dengan cara:
1) dilas.
2) diklem (plat klem, bus kontak klem) dengan panjang sekurang-
kurangnya 5 cm;
3) disolder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm
C. EMBUMIAN (Grounding)
 Elektroda pembumian dipasang dengan syarat tahanan
pembumian sekecil mungkin
 Dapat digunakan :
- tulang baja lantai dan tiang pancang
- pipa logam diameter 25mm, tebal 3,25mm
- pelat baja tebal 3mm dan lebar 25mm
 Untuk daerah korosif elektroda bumi harus disipuh dengan zn atau
tembaga
 Untuk beberapa penghantar penurunan dapat dipasang elektroda
kelompok, ditanam 50cm dibawah tanah
 Tahanan pembumian setinggi-tingginya 50hm
 Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang tegak dalam bumi tidak
boleh kurang dari 4 meter, kecuali jika sebagian dari elektroda bumi
itu sekurang-kurangnya 2 meter dibawah batas minimum
permukaan air dalam bumi;

 Bila tidak mencapai 50hm atau karena kondisi alam dapat :


- dipasang elektroda lingkar
- dengan bahan tertentu
 Pembumian instalasi listrik dilarang digunakan sebagai
pembumian penyalur petir
 Dipasang sambungan ukur.
D. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
 Pemeriksaan dan pengujian dilakukan :
- sebelum serah terima instalasi
- setelah ada perubahan atau perbaikan
- berkala 2 tahun sekali
- setelah ada kerusakan akibat sambaran petir
 Dalam pemeriksaan berkala diperhatikan :
- elektroda bumi
- kerusakan pada penerima atau penghantar penurunan
- sambungan-sambungan
- tahanan pembumian (pada musim kemarau)
- dicatat dalam akte pangawasan.

Anda mungkin juga menyukai