Anda di halaman 1dari 198

M I.

9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik

2
1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

3
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

4
1.1.1. Pengertian Dan Tujuan
Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan listrik adalah
serangkaian tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi dan
meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.

5
Ada pula yang mengatakan bahwa

Pemeliharaan :

Kegiatan yang meliputi program pemeriksaan,


perawatan, perbaikan dan uji ulang (unjuk
kerja) dengan tujuan utama untuk
mempertahankan peralatan tersebut beroperasi
secara optimum.

6
Sedangkan menurut John Moubray dalam
bukunya RCM II, mengatakan

Pemeliharaan : pemastian bahwa aset fisik


melanjutkan memenuhi fungsi yang
diinginkannya.

(Maintenance : Ensuring that physical assets


continue to fulfil their intended fungtions)

7
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :

 Untuk meningkatkan reliability, availability


dan effiency.
 Untuk memperpanjang umur peralatan.
 Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan peralatan.
 Meningkatkan Safety peralatan.
 Mengurangi lama waktu padam akibat sering
gangguan.

8
1.2.

Jenis pemeliharaan (Preventive


Maintenance, Predictive
Maintenance, Corective
Maintenance) Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
9
Pemeliharaan Listrik terdiri dari :
1.Preventive Maintenance (PM) = Overhaul
= Service = Shutdown
= Turn Around (TA), dll.
Ciri-cirinya :
- Off line (equipment dalam keadaan dimatikan)
- Terjadwal (Scheduled):
- Berdasarkan kalender : mingguan, bulanan, tahunan,
3 tahunan, 5 tahunan, dlsb.
- Berdasarkan “running hours”: setiap 10.000 jam, dlsb
- Berdasarkan “running distances”: setiap 5.000 km,dll

2.Predictive Maintenance (PdM) = Condition Monitoring


Ciri-cirinya :
- On line (equipment dalam keadaan hidup), atau Off line
- Contoh : Vibration Monitor, Thermography,On line Partial
Discharge,dll

3.Corrective Maintenance (CM)  terencana


≈ Breakdown Maintenance  tidak terencana = Fix it when it broke
= Repair = Perbaikan
10
-Bisa Off line line, maupun On line.
Scheduled Overhauls = Service = Shutdown = Turn Around (TA)
= Preventive Maintenance (PM)
Condition Monitoring = Predictive Maintenance (PdM)
Fix it when it broke = Repair = Perbaikan
= Corrective Maintenance (CM) / Breakdown
Maintenanace 11
Jenis-jenis Pemeliharaan

Jenis–jenis pemeliharaan peralatan listrik


adalah sebagai berikut :

1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.

12
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala
dengan berpedoman kepada : Instruction
Manual dari pabrik, standar-standar yang ada
(IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di
lapangan.

Pemeliharaan ini disebut juga dengan


pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance).

13
2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.

Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat


diketahui gejala kerusakan secara dini.

Cara yang biasa dipakai adalah memonitor


kondisi secara online baik pada saat peralatan
beroperasi atau tidak beroperasi. 14
Untuk ini diperlukan peralatan dan personil
khusus untuk analisa.

Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan


berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ).

15
3. Corective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble
Shooting atau penggantian part/bagian yang
rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.

16
Sedangkan istilah Breakdown Maintenance
diartikan sebagai pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

17
2.

Objek pemeliharaan :

Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
18
19
Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :

Tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit tenaga


listrik.

Berdasarkan sumber dan asal tenaga listrik dihasilkan, dapat


dikenal pusat-pusat listrik:

1. Pusat listrik tenaga thermo


Pusat pembangkit listrik tenaga thermo menggunakan bahan
bakar yang berbentuk padat, cair, dan gas.

20
Pusat pembangkit listrik tenaga thermo, terdiri dari:

a) Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).


Pada pusat listrik tenaga uap menggunakan bahan bakar batu
bara, minyak, atau gas sebagai sumber energi primer.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


putaran turbin uap.

Tenaga untuk menggerakkan turbin berupa tenaga uap yang


berasal dari ketel uap. Bahan bahan bakar ketelnya berupa batu
bara, minyak bakar, dan lainnya.

21
b) Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
Pada pusat listrik tenaga gas, energi primer berasal dari bahan
bakar gas atau minyak.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga penggerak turbin gas atau motor gas.

Untuk memutar turbin gas atau motor gas menggunakan tenaga


gas.

Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.

22
c) Pusat Listrik Tenaga Disel
(PLTD)
Pada pusat pembangkit listrik tenaga diesel, energi primer
sebagai energi diesel berasal dari bahan bakar minyak atau
bahan bakar gas.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga pemutar yang berasal dari putaran disel.

23
d) Pusat Listrik Tenaga Gas dan
Uap (PLTGU)
Pusat listrik tenaga gas dan uap merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU.

Gas buang dari PLTG dimanfaatkan untuk menghasilkan uap


oleh ketel uap dan menghasilkan uap sebagai penggerak turbin
uap.

Turbin uap selanjutnya memutar generator listrik

24
2. Pusat listrik tenaga hydro
Pusat listrik yang menggunakan tenaga air atau sering disebut
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pada pusat listrik tenaga air, energi utamanya berasal dari


tenaga air (energi primer).

Tenaga air tersebut menggerakkan turbin air dan turbin air


memutar generator listrik.

Pusat listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber energi


primer.
Pusat Listrik Tenaga Air dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a) Pusat listrik tenaga air daerah bukit, memanfaatkan selisih


tinggi jatuhnya air yang tinggi.

b) Pusat listrik tenaga air daerah datar, memanfaatkan debit air


25
dan tinggi jatuhnya air rendah.
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
Pada pusat pembangkit ini, tenaga nuklir diubah menjadi tenaga
listrik.

Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan PLTU yang


menggunakan uranium sebagai bahan bakar dan menjadi
sumber energi primer.

Uranium mengalami proses fusi (fussion) di dalam reaktor nuklir


yang menghasilkan energi panas.

Energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan


uap dalam ketel uap.
26
Uap panas yang dihasilkan ketel uap selanjutnya digunakan
untuk menggerakkan turbin uap dan turbin uap memutar
generator listrik.

Pusat listrik tenaga thermo berada di pusat pemakaian atau


konsumen, kecuali pusat listrik tenaga nuklir.

Sedangkan pusat listrik tenaga air berada jauh dari pusat


pemakaian atau konsumen termasuk pusat listrik tenaga nuklir.

27
3. Pusat Listrik dengan Energi
terbarukan
a.Pusat Litrik Panas Bumi (PLTP)

b.Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

c.Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)

28
Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik

Secara umum, pusat pembangkit listrik membangkitkan


tenaga listrik arus bolak-balik tiga fasa yang dihasilkan oleh
generator sinkron.

Tegangan generator paling tinggi yang dapat dibangkitkan


oleh pembangkit listrik adalah 23 kV.

Pada saat ini, dalam tingkat riset sedang dikembangkan


generator yang dapat membangkitkan tegangan listrik sampai
150 kV.

Diagram satu garis instalasi tenaga listrik pada pusat


pembangkit listrik sederhana ditunjukkan pada gambar
dibawah ini. 29
30
Pusat pembangkit listrik yang sudah beroperasi secara komersial
secara umum ditunjukkan pada Gambar.

Tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator sinkron


dinaikkan dengan menggunakan transformator listrik sebelum
dihubungkan pada rel (busbar) melalui pemutus tenaga (PMT).

Semua generator listrik yang menghasilkan energi listrik


dihubungkan pada rel (busbar).

Begitu pula semua saluran keluar dari pusat listrik dihubungkan


dengan rel pusat listrik.

Saluran yang keluar dari rel pusat pembangkit listrik digunakan


untuk mengirim tenaga listrik dalam jumlah besar ke lokasi
pemakai (beban) dan digunakan untuk menyediakan tenaga
listrik di lokasi sekitar pusat pusat pembangkit listrik.
31
Selain itu juga ada saluran (feeder) yang digunakan
menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pusat pembangkit
sendiri yang digunakan untuk sumber tenaga listrik pada
instalasi penerangan, mengoperasikan motor-motor listrik
(motor listrik sebagai penggerak pompa air pendingin, motor
listrik sebagai penggerak pendingin udara, motor listrik sebagai
penggerak peralatan pengangkat, keperluan kelengkapan
kontrol, dan lain-lain).

Pada pusat pembangkit listrik juga memiliki instalasi listrik


dengan sumber tegangan listrik arus searah.

Sumber listrik arus searah pada pusat pembangkit tenaga listrik


digunakan untuk menggerakkan peralatan mekanik pada
pemutus tenaga (PMT) dan untuk lampu penerangan darurat.

Sumber listrik arus searah yang digunakan pada pusat


pembangkit listrik adalah baterai aki yang diisi oleh penyearah. 32
Transformator
1. Klasifikasi transformator tenaga

Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut sistem


pemasangan dan cara pendinginannya.

1. Pemasangan

 Pemasangan dalam
 Pemasangan luar

33
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi dan pemakaian

Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


Transformator Gardu Induk
Transformator Distribusi

2) Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas


1100 kV dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.
34
35
Dalam usaha mempermudah pengawasan
dalam operasi, transformator dapat dibagi
menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.

36
Generator

37
Switchgear

38
Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan
(konsumsi) enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek
kegagalan dan kejadian yang menempatkan sistem tenaga
pada risiko.

Tidak mungkin kita menjadikan sistem tenaga listrik 100%


aman (safe) atau 100% dapat diandalkan (reliable), karena
biayanya akan sangat mahal.

Oleh karena itu perlu penilaian risiko (risk assessment) untuk


menentukan tingkat bahaya yang dapat diterima terhadap
kecelakaan atau biaya akibat kerusakan.

39
Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik
menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001

Prinsip Utama :

Tujuan dari proteksi dan koordinasi


sistem listrik adalah :
 Mencegah kecelakaan pada manusia

 Meminimalisasi kerusakan pada peralatan

 Membatasi durasi pemadaman listrik


Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers
40
41
Selain “ELCB (GFCI)” dan “Oveload Heater” pada Motor Control,

Alat Proteksi Utama pemutus


Listrik adalah :
1.Circuit Breaker
& (atau)
2.Fuse (Sekering)
42
1. Circuit Breaker (CB)
a). MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri

b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri

c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri, ada
yang dilengkapi Protective Relays

d). OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays

e). VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays

f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) : dilengkapi


dengan Protective Relays
43
a).MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB berfungsi mengamankan arus hubung singkat (short circuit)
dan pembatas daya (overload) , kerjanya berdasarkan dua
kendali.
Kendali panas terbuat dari elemen dwilogam yang akan bekerja
jika daya beban melebihi batas dan kendali elektromagnetik
untuk arus hubung singkat akan bekerja jika arus yang
mengalir
jauh melampaui arus nominal yang ditentukan; biasanya setelan
pengaman ini 6 s/d 12 kali arus nominal, tergantung dari tipe
MCB tersebut apakah tipe lambat atau cepat.

44
MCB 1 fasa, 2 fasa, 3 fasa
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat
digolongkan menjadi 5 jenis yaitu :

1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan


trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan.

2. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.

3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.

4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.

5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan 45


Tunjukkan dan jelaskan
MCB (Miniatur Circuit Breaker)
sebagai penegasan penjelasan
untuk Slide No.15

46
b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker)
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses
operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan
sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi
sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus
beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai
kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.

Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
47

Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)


c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan
rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan.
Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.

􀁸 LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA
􀁸 MV-ACB:
Tegangan = 7,2kV dan 24kV
Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA

48
Gambar ACB (Air Circuit Breaker)
d). OCB (Oil Circuit Breaker)
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai
sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan.
Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api
akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh
gelembung-gelembung uap minyak dan gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali
digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

Gambar OCB (Oil Circuit Breaker) 49


e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open),
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat
gangguan atau sengaja dilepas.

tampak dalam
50
Gambar VCB (Vacum Circuit Breaker)
f). SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai
sarana pemadam busur api.
Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam.

Rating
tegangan CB
antara 3.6 KV
- 760 KV.
51
Circuit Breaker dengan Rele Proteksi

52
2.Fuse
Patron leburnya akan lebur jika ada arus yang besarnya jauh melampaui
arus nominal pengaman tersebut , sehingga patron lebur/sekring
tersebut putus dan tidak bisa digunakan lagi.

Sekarang banyak digunakan sekring otomatis yang dapat digunakan lagi


jika rangkaian terjadi hubung singkat, karena didalam sekring tersebut
tidak digunakan pengaman lebur tetapi menggunakan elektromagnetik.

Pengaman tersebut akan bekerja jika arus gangguan atau arus hubung
singkat melampaui setelan nominal alat pengaman tersebut dan dapat
disetel lagi jika gangguan sudah teratasi.

Sekering otomatis 53
A fuse may be defined as a device that protects a circuit by fusing
open its current-responsive element when an overcurrent or
short-circuit current passes through it.
[Fuse bisa didefinisikan sebagai alat yang memproteksi circuit
dengan cara membuka elemen respon arusnya, ketika arus lebih
atau arus hubung singkat melewatinya].
Fuse dibuat untuk tegangan rendah maupun tegangan menengah.
Berikut ini adalah klasifikasi Fuse tegangan rendah.

54
Tunjukkan dan jelaskan
Fuse sebagai penegasan
penjelasan Slide No.23

55
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik:
Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi Fuse

Circuit Breakers as Fuses as


Protective Device Protective Device 56
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi
Kombinasi Circuit Breaker dan Fuse

Combination Circuit Breakers & Fuses as


Protective Devices 57
Elektronik
Meliputi Elektronika Daya (Power Electronics), misalnya UPS
(Uninterruptible Power Supply), Rectifier, Inverter, dan lain-lain.

58
APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau Portable Fire
Extinguisher merupakan salah satu peralatan K3 yang harus
ada di Pembangkitan listrik.
Alat pemadam kebakaran antara lain dimaksudkan untuk
berjaga-jaga memadamkan terbakarnya minyak didalam
trafo.

59
3.
Checklist pekerjaan
pemeliharaan di pembangkitan
listrik ,meliputi Instalasi listrik,
Perlengkapan listrik, Peralatan
listrik

60
61
Slide Wajib No.MI9.3.1.

Referensi : Dokumen PLN No.P3B/OMPROT/01/TDSR


: September 2005, halaman 7

62
63
64
65
4.

Manajemen pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik, meliputi :
1. Perencanaan
2. Pengornaisasian
3. Penggerakan
4. Pengendalian
66
P.O.A.C
(Planning, Organizing,
Actuating, Controlling)

4.A. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan pemeliharaan peralatan tenaga
listrik meliputi koordinasi antara kebutuhan
akan pemeliharaan dan kondisi sistem.

67
Dalam hal ini diupayakan agar kedua kebutuhan
itu terpenuhi sebaik mungkin.

Hasil dari perencanaan ini adalah jadwal dan


jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk
setiap peralatan.

Berdasarkan pengalaman lapangan yang cukup


lama didalam memelihara peralatan instalasi
listrik ini, maka bisa dilakukan perubahan
dengan mengurangai siklus pemeliharaan
peralatan.

68
4.B. Pengorganisasian
(Organizing)
Rencana pemeliharaan sebagai hasil
perencanaan tersebut merupakan dasar dalam
pengaturan SDM, alat, tugas, tanggung-jawab
dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar
dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin. 69
70
71
72
73
74
4.C. Penggerakan
(Actuating)
Setelah ada rencana kerja, kemudian
pengalokasian sumber daya, tibalah saatnya
pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang
disebut sebagai penggerakan.

Pada tahap ini sumber daya manusia


merupakan salah satu penentu bagi
keberhasilan pencapaian sasaran sehingga
diperlukan suatu sifat kepemimpinan, motivasi
dan komunikasi yang baik. 75
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai
dari persiapan sampai akhir pekerjaan
diperlukan proses mempengaruhi dan
mengarahkan orang menuju ke pencapaian
tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan
pemeliharaan dengan baik.

76
4.D. Pengendalian
(Controlling)
Dalam mencapai tujuan sesuai dengan yang
direncanakan, diperlukan pengendalian,
sehingga penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi sedini mungkin dan dapat dilakukan
tindakan koreksi.

Untuk dapat melaksanakan pengendalian


diperlukan sasaran pengendalian, indikator -
indikator dan standar yang jelas.
77
5.
Jenis Potensi bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

78
Bahaya listrik (Electrical Hazard):
1.Shock = tersengat listrik = kesetrum

2.Arc = Percikan api (Arc flash)  Kebakaran (Fire)

3.Blast = Ledakan, kadang-kadang disebut “Arc blast”

4.Bahaya lainnya :
a.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
c.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
d.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
e.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
f.Dan lain-lain 79
Paper of Electrical Hazard : Shock, Arc, Blast

80
Pengendalian Risiko (Controlling Risk) bahaya listrik:

Metoda pemastian risiko dikendalikan secara efektif adalah


dengan menggunakan “hirarki pengendalian” :

1.Eliminasi : Menghilangkan bahaya


2.Substitusi: Mengganti substansi bahaya dengan yang kurang
bahayanya.
3. Isolasi: Menyekat bahaya terhadap manusia terpapar risiko
4.Rekayasa (engineering): Rekayasa ulang agar bahayanya
berkurang.
5.Administratif : Melaksanakan cara kerja aman, SOP, dll.
6.Alat pelindung Diri (APD): Menggunakan APD dengan
baik,tepat dan benar.

81
Risk Matrix

RISK MATRIX
82
= Likelyhood (or Probability) x Consequence (or Impact) (or Severity)
Shock (electric)
= Tersengat listrik
= Kesetrum
= Stimulasi fisik atau trauma
yang terjadi sebagai akibat
dari mengalirnya arus listrik
lewat melalui tubuh.
(The physical stimulation or trauma that occurs as a result of
electric current passing through the body.)

83
Dalam PUIL2011 halaman 6 dibahas
proteksi dari kejut listrik sebagai
berikut :
131.2(2.1.2) Proteksi dari kejut listrik

131.2.1(2.1.2.1) Proteksi dari sentuh langsung


Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari
bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian
aktif instalasi (sentuh langsung).

131.2.2(2.1.2.2) Proteksi dari sentuh tak langsung


Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari
bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian
konduktif terbuka dalam keadaan gangguan (sentuh tak
langsung).
84
Proteksi sentuh langsung dan tidak langsung-Lanjutan

(a) Sentuhan Langsung (b) Sentuhan Tak Langsung

85
SHOCK
Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000 kΩ (kulit kering) sampai 100 Ω (kulit
basah).
Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100 Ω – 500 Ω.

Jika tegangan sistem 220 Volt,


Kondisi terjelek:
-Tahanan tubuh paling kecil,Rb = 100 Ω +100 Ω =200 Ω
-Arus yang mengalir ketubuh = 220V / 200 Ω = 1,1 A
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh=50 V/200 Ω = 0,25 A
 1,1 A > 0,25 A : Berbahaya

Kondisi terbaik:
-Tahanan tubuh paling besar,Rb = 1000.000 Ω +500=1000.500 Ω
-Arus yang mengalir ketubuh = 220 V / 1000.500 Ω=0,0002198 A
= 0,2198 mA
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh = 50 V / 1000.500 Ω = 0,000049975 A = 0,049975 mA
 0,2198 mA > 0,049975 A : Tetap Berbahaya 86
Daerah Reaksi tubuh

1 Tidak terasa

2 Terasa, tetapi belum


menyebabkan
gangguan kesehatan
3 Kejang otot, dan
gangguan pernafasan
4 Kegagalan detak jantung,
kematian

0,01 Amper=10 mA Setara dengan :


Lampu pijar 2,5 Watt, 220 Volt
0,1 Amper=100mA Setara dengan :
Lampu pijar 20 Watt, 220 Volt
 Pada 30 mA : Manusia Tidak bisa melepaskan diri sendiri
(Can not let go)=Mulai lengket  Sensitivitas ELCB dipilih = 30 mA.
87
 Lihat Kurva : ELCB trip pada 30 mA dalam waktu 20 mS.
Shock karena Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)

88
SLO (Sertifikat Laik Operasi)

89
Pemutaran Video :

Berita orang kesetrum

90
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara sengaja maupun tidak
sengaja memegang benda-benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan yang
kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja, pasang
peralatan Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik
6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang kemungkinan bisa
bertegangan (misalnya frame dari motor, dan lain-lain)

7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) dengan sensitivity


maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi
Arus Sisa), alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker), alias RCD
(Residual Current Detector), alias GFCI (Ground Fault Current
Interrupter).

8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan pekerjaan


listrik.
91
9.Gunakan PPE yang benar
-Gunakan PPE yang benar

92
93
-Pasang Grounding pada Instalasi listrik

94
Pentanahan titik netral sistem

Pentanahan titik netral dari sistem tenaga merupakan suatu


keharusan pada saat ini, karena sistem sudah demikian besar
dengan jangkauan yang luas dan tegangan yang tinggi.
Pentanahan titik netral ini dilakukan pada alternator
pembangkit listrik dan transformator daya pada gardu-gardu
induk dan gardu-gardu distribusi.
Ada bermacam-macam pentanahan sistem, antara satu dan
lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing.
Jenis pentanahan sistem akan menentukan skema proteksinya.
Ada lima macam skema pentanahan netral sistem daya, yaitu:
TN (Terra Neutral) System (yaitu TN-C, TN-C-S, dan TN-S), TT
(Terra Terra), IT (Impedance Terra)

Catatan :
 Terra = bahasa Perancis yang berarti bumi atau tanah)

95
1. Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C=Terra Neutral Combined)

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada
sistem secara keseluruhan.
Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan
kombinasi antara saluran N (Neutral) dan PE (Protective Earth).
Seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama.

Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C)


96
2. Saluran Tanah dan Netral disatukan dan dipisah (TN-C-S = Terra
Neutral-Combined-Separated)

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem
yang lain.
Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran
PEN (combined), sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua
hantaran, N dan PE secara terpisah (separated).

Saluran Tanah dan Netral disatukan


97
pada sebagian sistem (TN-C-S)
3. Saluran Tanah dan Netral-dipisah (TN-S=Terra Neutral-
Separated):

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman terdapat


pada sistem secara keseluruhan.
Jadi semua sistem mempunyai dua saluran N dan PE secara
tersendiri (separated).

Saluran Tanah dan Netral dipisah (TN-S) 98


4. Saluran Tanah dan Tanah (TT= Terra Terra)

Sistem yang titik netralnya disambung langsung ke tanah, namun


bagian-bagian instalasi yang konduktif disambungkan ke elektroda
pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri).
Dari gambar di bawah ini terlihat bahwa pentanahan peralatan
dilakukan melalui sistem pentanahan yang berbeda dengan pentanahan
titik netral.

Saluran Tanah dan Tanah (TT= Terra Terra) 99


5. Saluran Tanah melalui Impedansi (IT=Impedance Terra),
atau Sistem Pentanahan Impedansi

Sistem rangkaian tidak mempunyai hubungan langsung ke


tanah namun melalui suatu impedansi, sedangkan bagian
konduktif instalasi dihubung langsung ke elektroda pentanahan
secara terpisah.Ada beberapa jenis sambungan titik netral
secara tidak langsung ini, yaitu melalui Reaktansi, Tahanan, dan
Kumparan Petersen.

100
Saluran Tanah Melalui Impedansi (IT)
Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan

Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempunyai kontak sangat


baik terhadap tanah.
Elektroda Pentanahan terdiri sari Elektroda Batang, Elektroda Pita, da
Elektroda Plat.

1. Elektroda Batang (Rod)

Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah.
Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan.

101
2. Elektroda Pita

Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran


berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin
yang pada umumnya ditanam secara dangkal.

102
3. Elektroda Plat

Elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau


dari kawat kasa.
Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam.
Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan
yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis
elektroda yang lain.

103
 Tahanan pentanahan (Earth Resistance) diukur dengan
menggunakan Alat “Earth Resistance Tester”.

 Besarnya tahanan pentanahan (earth resistance) menurut IEC


dan PUIL 2011 adalah maksimum 5 Ohm.

104
Beri pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan yang
kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja.

105
Pasang peralatan INTERLOCKING (bila perlu)

Peralatan ini biasa di pasang pada pintu-pintu pada Ruangan


yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya.

Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door


switch).

106
Melaksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan
pekerjaan Pemeliharaan listrik.

107
Pasang ELCB

108
Standar SNI untukPasang ELCB

109
ELCB dengan Sensitivitas 0,03 A (30 mA)

110
(a) Gambaran fisik RCD
Jangan gunakan ELCB dengan Sensitivitas > 30 mA)
untuk maksud proteksi Shock

111
Diagram Skematik ELCB

112
Diagram skematik RCD
Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pasca bayar

113
Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pra bayar

114
 Pekerja listrik tidak
dianjurkan bekerja sendirian,
harus selalu bekerja 2 orang
(Electrician + Helper).

Dengan maksud agar bisa saling


menyelamatkan apabila terjadi
kecelakaan tersengat listrik
(shock).
115
 Lepaskan korban dari sengatan listrik menggunakan Isolator
 Lakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) listrik

116
Arc (electric)
= Percikan api
 Kebakaran (Fire)
= Terlepasnya energi panas dan cahaya
yang disebabkan oleh kerusakan listrik
dan setelah itu peluahan listrik melalui
insulator listrik, seperti udara.
(The heat and light energy release that is caused by the electrical
breakdown of and subsequent electrical discharge through an
electrical insulator, such as air).

117
Jenis-jenis Arc :

 Arc Flash = Arc yang timbul karena


Short Circuit [terhubungnya kawat fasa
AC atau kawat positif + DC dengan
kawat lain atau bagian konduktor lain
sebelum pemakaian (load)].

 Arc yang menyebabkan KEBAKARAN


(Fire)
118
1. Arc Flash = Arc yang timbul karena Short
Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat
positif + DC dengan kawat lain atau bagian
konduktor lain sebelum pemakaian (load)].

119
Figure : Electric arc damage caused by 240 volt arc. 120
(Courtesy Brosz and Associates.)
CARA MENCEGAH TERJADINYA Arc Flash [Arc yang timbul karena
Short Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat positif + DC
dengan kawat lain atau bagian konduktor lain sebelum pemakaian
(load)].

1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, harus selalu


listriknya dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali terpaksa.

2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan pastikan


harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)

3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition) dan Perilaku yang


tidak aman (Unsafe Act)

4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik dan benar

121
Penggunaan APD yang benar untuk mencegah efek dari Arc
Flash = Arc yang timbul karena Short Circuit

122
2. Arc yang menyebabkan
KEBAKARAN (Fire)

123
Segitiga api (Fire Triangle)

124
“HEAT” BISA TIMBUL KARENA:
1. Terjadi short circuit, tetapi alat proteksi tidak mentripkan cicuit
2. Kualitas kabel (kawat dan isolasi) tidak baik
3. Penggunaan jenis kabel yang salah (misalnya NYM hanya untuk
indoor).
4. Ukuran kawat terlalu kecil
5. Terjadi “loss connection” (dari sambungan kawat, tusuk kontak
yang bertumpuk-tumpuk yang cenderung tidak rapat, dan lain-
lain)

CARA MENCEGAH TERJADINYA ARC yang


menyebabkan Kebakaran:
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan harus ada alat
proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA (Ampacity)nya. 125
5. Hindari terjadinya “Loss connection”
Gunakan kualitas kabel yang baik

126
Gunakan jenis kabel yang benar (1)

127
Gunakan jenis kabel yang benar (2)

128
Gunakan jenis kabel yang benar (3)

129
Gunakan jenis kabel yang benar (4)

130
Gunakan jenis kabel yang benar (5)

131
Gunakan jenis kabel yang benar (6)

132
Gunakan jenis kabel yang benar (7)

133
Gunakan jenis kabel yang benar (8)

134
Gunakan jenis kabel yang benar (9)

135
Gunakan jenis kabel yang benar (10)

136
Tunjukkan dan jelaskan
Kabel NYA, NYM, NYY
sebagai penegasan
penjelasan Slide
No.MI9.5.52, No.MI.5.53,
No.MI9.5.54
137
Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya (1)

138
Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya (2)

139
Electrical Formulas for calculating Amper, HP,KW,KVA

140
Hindari terjadinya “Loss Connection”
Jika ada “loss connection” maka tahanan kontaknya menjadi besar,
misalnya sama dengan 20 Ω.
Maka arus yang timbul = 220 V/20 Ω = 11 A.
Panas yang ditimbulkan cukup besar, yaitu sama dengan :
I2R = 112 x 20 = 2420 W
Panas ini bisa menimbulkan kebakaran.

Alat untuk mengetahui loss connection pada sambungan lempeng rel


adalah MicroOhm meter.

141
Blast (electric)
= Ledakan :

Efek ekplosif yang disebabkan


oleh ekspansi cepat dari udara
dan material yang superpanas
secara mendadak dari percikan
api
(The explosive effect caused by the rapid expansion of air and
other vaporized materials that are a superheated by the sudden
presence of an electric arc). 142
Blast (ledakan) :
 Blast yang berasal dari equipment
yang pemeliharaannya kurang baik ,
misalnya :
-Tranformator meledak
-Battery meledak
-Dan lain-lain

 Blast yang terjadi karena Interrupting


Rating (Breaking Capacity) yang tidak
benar pada CB & Fuse 143
Efek “Blast”

Molten Metal
35,000 F

Pressure Waves

Sound Waves

Copper Vapor: Shrapnel


Solid to Vapor
Expands by
67,000 times Hot Air-Rapid Expansion

Intense Light

144
1. Blast yang berasal dari
equipment yang pemeliharaannya
kurang baik, misalnya :

Transformator meledak Battery meledak


145
Cara mencegah Blast yang berasal
dari equipment yang
pemeliharaannya kurang baik

1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,


dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).

2. Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap


pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM) 146
2. Blast yang terjadi karena
Interrupting Rating (Breaking
Capacity) yang tidak benar pada
CB & Fuse

Interior after Blast Exterior after Blast


147
Data “Interrupting Rating (Breaking Capacity)” dari
Gambar satu garis (Single line diagram) (1)

148
Data “Interrupting Rating (Breaking Capacity)” dari
Gambar satu garis (Single line diagram) (2)

Contoh :
Interrupting
Rating = 40 KA

149
Dengan menggunakan “Gambar satu garis
(single line diagram)” yang sesungguhnya,
tunjukkan dan jelaskan Interrupting Rating
pada setiap Switchgear

150
Data Hubung Singkat sisi sumber PLN 20 KV/400V (1)

151
Contoh Soal :

Suatu bangunan tinggi menggunakan transformator minyak 2500 KVA,


20 KV/400 VOLT dengan impedansi 7%, jika data hubung singkat sisi
sumber PLN 20 KV seperti tabel diatas dan kontribusi beban motor
utilitas bangunan tersebut adalah 50% dari arus nominal transformator,
tentukan rating kapasitas pemutusan kA dari Circuit Breaker induk pada
PUTR (Panel Utama Tegangan Rendah) agar instalasi listrik bangunan
tersebut cukup aman dan terproteksi?

Jawaban :

Semua angka dilihat dari Tabel diatas :


Dengan impedansi 7% trafo & data arus hubung singkat sumber primer
20 kA, diperoleh arus hubung singkat sisi 400 V transformator 49.02 kA.
Kontribusi arus hubung singkat dari motor adalah 4 x 50% arus nominal
trafo = 7.22 kA ( berdasarkan arus starting DOL = 2 ~ 4 kali ). Jadi total
kA= 49.02+7.22 = 56.24 kA
Jika kita menginginkan proteksi lebih 120% dan agar umur Circuit
Breaker induk PUTR lebih panjang maka digunakan Circuit Breaker
dengan rating lebih besar dari (120% x 56,24 kA), diputuskan sebesar 75
kA.
152
Pemutaran Video :
Interrupting Rating & Blast

153
BLAST yang terjadi karena Interrupting
Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Bila terjadi short circuit dan alat proteksinya trip tetapi pecah (break) maka terjadi
blast.
Oleh karena itu pada alat proteksi baik Fuse maupun Circuit Breaker :
- Contact Rating [Amper]: untuk proteksi over current (over load) , dan Short circuit
- Breaking Capacity (Interrupting Current) [kA] : untuk bertahan tidak pecah jika
terjadi short circuit.

CARA MENCEGAH BLAST TERSEBUT :


1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit
2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit Breaker
adalah lebih besar daripada Maximum Short Circuit pada titik
terjadinya short circuit tersebut. Maximum Short Circuit pada
setiap titik Bus dihitung menggunakan software misalnya ETAP
(Electrical Transient Analizer Program), atau dengan
154
menggunakan Tabel seperti contoh dari PLN.
Yang dimaksud bahaya-bahaya lain dari listrik adalah bahaya-bahaya
yang selain Shock, Arc & Blast :

1.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan


pemeliharaan listrik
2.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
3.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
4.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
5.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

Cara mencegahnya :
Hati-hati, Hindari Unsafe Condition & Unsafe Acts,
Gunakan APD yang tepat dan baik, Patuhi rambu-rambu
yang dipasang, Patuhi prinsip-prinsip K3 Umum, dan K3
Spesialis. 155
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
156
CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang


bertegangan.
3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu
melakukan pekerjaan listrik.
9.Gunakan PPE yang benar

157
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short
circuit, dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi)
yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
158
5. Hindari terjadinya “Loss connection”
Cara mencegah bahaya BLAST karena
Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN. 159
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
160
7.
Standar Prosedur Pemeliharaan
dan JSA(Job Safety Analysis)
pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

161
(2)
JOB Safety Analysis (JSA)

 Bertujuan mencari/ menemukan


adanya sumber bahaya dan usaha
menghilangkannya dari suatu
rangkaian proses pekerjaan.

162
Langkah-langkah JSO
Ada lima langkah yang ahrus dilakukan :
1. Memilih pekerjaan yang diamati
2. Melaksanakan pengamatan
3. Mencatat hasil-hasil pengamatan
4. Membahas hasil-hasil pengamatan
bersama pekerja yang diaamati
5. Memberikan tindak lanjut bagi sikap
bekerja yang aman.

163
Ada 4 aspek yang
membantu dalam JSA :

1. Manusia
orang yang terkait : operator, supervisor dll
2. Metode Praktek kerja dan prosedur kerja dari
perkerjaan yang dianalisis.
3. Peralatan dan mesin yang digunakan
4. Material (Bahan)
5. Lingkungan kerja

164
Kolom pertama yaitu “Sequence of Basic Jobs Steps” pada
hakekatnya merupakan Standard Procedure termasuk untuk
bidang Pemeliharaan.

165
166
8.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive
Maintenance, Predictive
Maintenance dan dan
Corrective Maintenance)
167
CHECK LIST pemeriksaan dan pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive Maintenance, Predictive
Maintenance dan Corrective Maintenance)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada
pelaksanaan Preventive Maintenance (PM) dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?

1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada


pelaksanaan Predictive Maintenance (PdM) dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?

1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada


pelaksanaan Corrective Maintenance (CM)
termasuk Perbaikan darurat (Breakdown
Maintenance dapat meningkatkan Ketersediaan
(Availability), Kehandalan (Reliability), Efektivitas
Biaya (Cost Effectivenes), dan dapat
meningkatkan kualitas Lingkungan hidup
(Enviroment) ? 168
169
9.
Persyaratan administrasi K3
pemeliharaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
listrik di Pembangkitan

170
• contoh foto atau scan sertifikat
ahli K3 dan teknisi K3 bidang
listrik
• contoh dokumen penunjukan
PJK3
• Permenaker 4/95 tentang PJK3
• PP 50/2012 (perusahaan sudah
ikut atau belum SMK3) 171
• Kep Dir PPK & K3 no Kep
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon Ahli K3 bidang listrik
• Kep Dir PPK & K3 no Kep
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon teknisi K3 bidang
listrik
172
173
174
175
176
10.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan persyaratan
administrasi K3 pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di
Pembangkitan

177
178
11.
Persyaratan K3 alat-alat uji
Isolasi

179
Insulation (isolasi) sangat berkaitan dengan terjadinya Short
Circuit yang menyebabkan Shock, Arc & Blast.

Teknologi untuk mengetahui kondisi isolasi :

1.Teknologi kesatu (paling awal) adalah dengan menggunakan


Insulation Resistance Tester (Meger) : Untuk Tegangan
Rendah s/d Tegangan Menengah
 Rule of Thumb : Insulation Resistance
minimum = 1000 Ohm/Volt.
Aplikasi didunia industri seringkali + 1
MOhm, sehingga menjadi (kV operasi
isolasi) + 1 MOhm.

Contoh : Jika tegangan operasi kabel


berisolasi 220 Volt (=0,22 kV), maka
Insulation Resistance minimum = 0,22
MOhm + 1 MOhm = 1,22 Mohm.
Insulation Resistance Test merupakan “Go
180
or No Go Test”
2. Teknologi kedua adalah “Polarization Index (P.I) Test” :
 Khusus untuk equipment yang ada winding-nya, misalnya
Motor, Generator, Transformator, dll.
 Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan Menengah.

Nilai PI menurut standar IEEE 43-2000 :

181
3. Teknologi ketiga adalah dengan “Hi Pot Test”.
The DC Hi-Pot withstand test is a
Pass/Fail test that has been applied to
many types of cable and accessories.

The DC Hi-Pot leakage current


technique is a diagnostic test which
involves the measurement of leakage
current when a high potential (above
nominal) is applied to the conductor
while the metallic shield of the cable is
grounded.

The behavioral characteristics of the


leakage current are evaluated to
determine the condition of the cable,
specifically the insulation. 182
4. Teknologi keempat adalah “Tangen Delta Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
“Tangen Delta Test” = Power Factor Test (American)
= Tan Delta Test (European)
= Loss Angle Test
= Dissipation Factor Test
= Capacitance Measurement
= Tan Delta Measurement
= Dielectric Loss Test

Standar ANSI C 57.12.90, interpretasi


hasil uji tangen deltanya sebagai
berikut :

183
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat ini) adalah
“Partial Discharge (PD) Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.

184
12.
Cheklsit pemeriksaan dan dan
pengawasan persyaratan K3
alat-alat uji listrik

185
CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan
K3 alat-alat uji listrik

Uraian Temuan Rekomendasi


1.Teknologi kesatu (paling awal) adalah dengan
menggunakan Insulation Resistance Tester
(Meger) : Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan
Menengah. Rule of Thumb : Insulation Resistance
minimum = 1000 Ohm/Volt.
Aplikasi didunia industri seringkali + 1 MOhm,
sehingga menjadi (kV operasi isolasi) + 1 MOhm.
Contoh : Jika tegangan operasi kabel berisolasi
220 Volt (=0,22 kV), maka Insulation Resistance
minimum = 0,22 MOhm + 1 MOhm = 1,22 Mohm.
Insulation Resistance Test merupakan “Go or No
Go Test”
2. Teknologi kedua adalah “Polarization Index
(P.I) Test” :
Khusus untuk equipment yang ada winding-nya,
misalnya Motor, Generator, Transformator, dll, dan
Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan Menengah.
Hasilnya:
< 1.0 = Bahaya
1.0 - 1.4 = Jelek
1.5 - 1.9 = Bisa dipertanyakan
2.0 – 2.9 = Lumayan
3.0 – 4.0 = Bagus
> 4.0 = Sangat bagus

186
CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan
K3 alat-alat uji listrik

Uraian Temuan Rekomendasi


3. Teknologi ketiga adalah dengan “Hi Pot Test”.
The DC Hi-Pot withstand test is a Pass/Fail test
that has been applied to many types of cable and
accessories.
The DC Hi-Pot leakage current technique is a
diagnostic test which involves the measurement of
leakage current when a high potential (above
nominal) is applied to the conductor while the
metallic shield of the cable is grounded.
The behavioral characteristics of the leakage
current are evaluated to determine the condition
of the cable, specifically the insulation.
4. Teknologi keempat adalah “Tangen Delta Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
Standar ANSI C 57.12.90, interpretasi hasil uji
tangen deltanya sebagai berikut :
< 0.5 % = Bagus
>0.5% tetapi < 0,7% = Rusak
>0,5% tetapi < 1,0% naik = Investigasi
> 1,0% = Jelek
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat
ini) adalah “Partial Discharge (PD) Test”:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
Analisis untuk MV Cable:
0 - 50 pC = Batas toleransi
50 - 100 pC = Direkomendadi untuk dimonitor
187
100 - 150 pC = Monitor berkala
> 500 pC = Perbaiki
13.
Analisis dan Pelaporan
pemeliharaaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
Pembangkit

188
189
14.
Bentuk laporan pemeliharaaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan Pembangkit

190
191
192
193

==oo00oo==
194
195
Referensi

 SNI Pembangkit
 IEC
 Checklist Maintenance PT.Medco
Energy E & P Indonesia
 Dokumen PLN No. PT-KITSBS-26 April
2015,
 PUIL 2011
196
 Doe Hadbook Electrical Safety,2013
 Buku RCM II - John Moubray,,
 Standard handbook for Electrical
Engineer,1987-Donald G.Fink,H.Wayne
Beaty

197
Dengan demikian maka
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Preventive
Maintenance, Predictive Maintenance dan
Corrective Maintenance (Perbaikan) Instalasi,
Perlengkapan dan Peralatan di
Pembangkitan Listrik

==oo00oo==

198

Anda mungkin juga menyukai