Anda di halaman 1dari 129

PT.

PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
GLOBAL TOP 5 UTILITY FOR GREEN ENERGY

PRAKATA
Buku Teori Dasar Distribusi Tenaga Listrik ini merupakan rangkuman dari beberapa
sumber teori ketenagalistrikan yang dikemas secara praktis dapat digunakan sebagai
salah satu referensi dalam melaksanakan kegiatan kelistrikan dilingkungan
PT.PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang.

Buku ini terdiri dari beberapa Bab yaitu Bab 1: Dasar Teori Tenaga Listrik, Bab 2:
Konfigurasi Jaringan Distribusi, Bab 3:Proteksi Jaringan Distribusi, Bab 4:Transformator,
Bab 5:KHA Konduktor, Bab 6:CT/PT, Bab 7:Rak TR, Bab 8:APP dan Bab 9:AMR.

Selanjutnya kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan, baik pegawai
maupun akademisi dalam memahami kegiatan kelistrikan. Dalam penyusunan buku ini
jauh dari sempurna, apabila terdapat kesalahan / kekurangan mohon dapat dikoreksi
atau masukan dari pembaca.

Hormat kami,
M Budisusilo
Vick Nawan
I Putu Kesama 1
GLOBAL TOP 5 UTILITY FOR GREEN ENERGY

DAFTAR ISI
Bab 1: Dasar Teori Tenaga Listrik
Bab 2: Konfigurasi Jaringan Distribusi
Bab 3: Proteksi Jaringan Distribusi
Bab 4: Transformator
Bab 5: KHA Konduktor
Bab 6: CT/PT
Bab 7: Rak TR
Bab 8: APP
Bab 9: AMR

2
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
PROSES DISTRIBUSI LISTRIK

Sistem kelistrikan jawa:


-500 KV : Tegangan Ekstra Tinggi
-150 KV : Tegangan Tinggi
-20 KV Tegangan Menengah
-380-400 Volt : Tegangan Rendah

4
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
BLOK DIAGRAM SISTEM TENAGA LISTRIK

Unit Unit Gardu Induk


Unit Distribusi
Pembangkitan Transmisi distribusi

Distribusi Distribusi
~

sekunder Primer
PMT
G Trf PMT
Transformator
Generator

Pemutus
Tenaga

F H
Konsumen Besar Konsumen Umum

Sistem kelistrikan terdiri dari unit pembangkit tenaga listrik, unit transmisi tenaga listrik, serta unit sistem
distribusi Tenaga Listrik.

5
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
PENGERTIAN BESARAN LISTRIK

TAHANAN LISTRIK

Tahanan difinisikan sbb :


1 (satu) Ohm () adalah tahanan satu kolom air raksa yang panjangnya 1063 mm dengan
penampang 1 mm pada temperatur 0 C.Tahanan pengahantar besarnya berbanding terbalik
terhadap luas penampangnya.Bila suatu penghantar dengan panjang l , dan penampang q serta
tahanan jenis (rho), maka tahanan penghantar tersebut adalah :


R
Dimana :
R = Tahanan Kawat [ /ohm]
q = Tahanan Jenis Kawat [mm/meter]
l = Panjang Penghantar [meter/m]
q = penampang kawat [mm]

6
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
RANGKAIAN LISTRIK

1. RANGKAIAN ARUS SEARAH

Sumber tegangan BEBAN

Pada suatu rangkaian akan mengalir arus, apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Adanya sumber tegangan
Adanya alat penghubung
Adanya beban

7
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
RANGKAIAN LISTRIK

2. HUKUM OHM

Daya Listrik (P)


V P I .V
I
R P I .I .R
Dimana :
V P I 2 .R V = Tegangan [Volt]
V
R ; I I = Arus Listrik [Ampere]
I R R = Tahanan [Ohm]
P = Daya Listrik [Watt]

8
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
RANGKAIAN LISTRIK

CONTOH SOAL DAYA 1 FASA

Suatu beban yang mempunyai tahanan R = 100 , dihubungkan kesumber tegangan ( V ) yang
besarnya 220 Volt.Berapa besar arus ( I ) dan daya (P) yang mengalir pada rangkaian tersebut?
Jawab : Diketahui :R= 100
V = 220 Volt.
Ditanyakan : I (Arus Listrik) dan P (Daya).
Penyelesaian : I = . A

220 Volt R = 100

I=V/R = 220/100 = 2,2 Ampere


P= I.V = 2,2 x 220 = 484 Watt

Daya 1 Fasa Di DISJAYA memiliki Daya Maksimal 7700 VA.

9
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
RANGKAIAN LISTRIK

2. Hukum Kirchoff

Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari


I1
arus-arus yang bertemu di satu titik adalah nol (I=0).
I2 Jadi :

I3 I1 + ( -I2 ) + ( -I3 ) + I4 + ( -I5 ) = 0


I4
I5

I1 + I4 = I2 + I3 + I5

CONTOH SOAL :

Diketahui : I1=10 Ampere, I2=4 Ampere


I2
Ditanyakan : Berapa Arus I3=...?
I1 Dijawab:
I3
I=0
I1+(-I2)+(-I3) = 0
I3 = I1-I2 = 10-4 = 6 Ampere

10
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
ARUS BOLAK BALIK

IMPEDANSI (Z)
Sistem arus bolak balik beban merupakan Impedansi ( Z ) yang biasa dibentuk dari unsur : R, L, C.
Unsur Hambaran R merupakan Hambatan murni, sedangkan untuk hambatan XL dan XC merupakan
Hambatan Imajiner.
Contoh beban :
R (hambatan murni) : Lampu pijar, setrika listrik, heater
L ( hambatan induktif) : Reaktor, komparan
C (hambatan kapasitas) : Kapasitor
1
XL = 2.f.L ; Xc
2fC
IMPEDANSI INDUKTIF(ZL) IMPEDANSI CAPASITIF(Zc)

ZL R jXL ZC R jX C jXL Imajiner

ZL R j ( 2fL ) 1 R
ZC R j ( )
2fC
Z Real

-jXC

11
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
PENGERTIAN 3 PADA DAYA 3 FASA

P Total 3 Fasa
A
Keterangan: VAN = VBN = VCN
-VAN,VBN,VCN = Tegangan Fasa Netral
-VAB,V = Tegangan Fasa - Fasa I A = I B = IC I

Power Fasa A = VAN IA IA


Power Fasa B = VBN IB I
c N
Power Fasa C = VCN IC
IB
Arti 3 Pada Tegangan P TOTAL3 Fasa = 3 VAN IA C B


cos ( 120 ) -0.5

A
Jika VAN &VBN 1 PTotal3 Fasa 3 VAN I A
0.5
VAB (VAB ) (VAN ) (VBN ) 2 VAN VBN cos(120 )
2 2 2 O
V
3 ( ) I
(VAN ) (VAN ) 2 VAN VAN (0.5)
2 2
3
1 120 o
(VAN ) 2 (VAN ) 2 (VAN ) 2 3 V I

(VAB ) 2 3 (VAN ) 2 3
N
-0.5
1 B
VAB 3 VAN PTotal3 Fasa 3 V I

Atau V 3 VAN Tegangan fasa-fasa = akar 3 dari tegangan Fasa - Netral


12
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Contoh Soal Daya 3 Fasa

CONTOH SOAL DAYA :

- Untuk TR 3 Fasa Daya Dari 6600 VA


Sampai 197000 VA

- Untuk TM 3 Fasa Daya Diatas 200KVA

Diketahui: Daya Pelanggan TR =10.600 VA, Vph=220 V dan Vh-Ph = 3 x 220=380 V


Ditanyakan : Berapa Arusnya?
Jawab:
(1) Tegangan 220 V : (2). Tegangan 380 V:
P 3 V I P 3 Vh ph I
Total 3Fasa Total 3Fasa
P P
I Total 3Fasa I Total 3Fasa
3 V 3 Vh ph
10600 10600
16 Ampere 16 Ampere
3 220 3 380

13
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
SEGI TIGA DAYA

DAYA LISTRIK

P V .I . cos DAYA AKTIF(Watt)


S V .I DAYA SEMU (VA)
Q V .I .sin DAYA AKTIF(VAR)

14
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
SEGI TIGA DAYA

CONTOH SOAL DAYA LISTRIK

Diketahui: Pelanggan 3 Fasa, Dengan Tegangan Vh-Ph=380Volt dengan Arus yang mengalir sebesar 10
Ampere, Cos=0.85 , sin =0.53 .Berapa daya yang terpasang pada pelanggan Tersebut:
Jawab:

(1) DAYA AKTIF :


P 3.V .I cos 3 380 10 0.85
5587.9 Watt

(2) DAYA SEMU :


S 3.V .I 3 380 10
6581.79 VoltAmper e

(3) DAYA AKTIF :

Q 3.V .I sin 3 380 10 0.53


3484.22 VAR

15
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
SEGI TIGA DAYA

CONTOH SOAL DAYA LISTRIK

Diketahui: Pelanggan TM dengan Daya 8 MVA, Jika Diketahui Tegangan yaitu 20000Volt .
Berapa Arus yang terpasang pada pelanggan Tersebut?
Jawab:

ARUS (I)

S 3.V .I
S
I
3.V
8000000
I
1.73 20000
I 231.21 Ampere

Maka Arus yang Mengalir Pada Pelanggan sebesar 231.21 Ampere

16
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
Konfigurasi Jaringan
Konfigurasi Jaringan Spindle

Penyulang SPINDEL merupakan konfigurasi Penyulang SKTM JTM 20 kV, dimana terdapat 2 jenis
penyulang yaitu Penyulang Operasi (working feeder) dan penyulang Cadangan (Stanby atau Expres
Feeder). Dalam Keadaan Normal Penyulang Operasi berbeban sedangkan Penyulang expres tidak
berbeban.

18
Konfigurasi Jaringan
Konfigurasi Jaringan Mesh

Konfigurasi jala-jala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah ke titik beban. Rumit
dalam proses pengoperasian, umumnya dipakai pada daerah padat beban tinggi dan pelanggan-
pelanggan pemakaian khusus.

19
Konfigurasi Jaringan
Konfigurasi Jaringan Radial

Sistim Radial merupakan sistim yang paling sederhana dan menjadi dasar operasi dari seluruh sistim
jaringan distribusi. Penyulang dengan sistem radial dapat dibebani 100% dari kemampuan arus
penghantar yang digunakan, namum keandalannya kurang. Sistim ini umumnya digunakan untuk kon
sumen dengan beban yang kecil dan tersebar.

G.I. Gardu transformator


Pemutus

20
Konfigurasi Jaringan
Jumlah Penyulang pada Konfigurasi Jaringan Spindle

Dilihat dari kapasitas TRAFO GI


Misalnya. Trafo GI 60 MVA
Maka , I=60.000 KVA/sqr(3).(20 KVA)=1734.10 Ampere
Memperhatikan KHA Kabel SKTM
- KHA kabel XLPE 240 =350 A,
maka,jumlah penyulang seharusnya = 1734/350 = 4.95 = 5 pylg +express
- KHA kabel XLPE 300 = 398A
Maka jumlah pnyulang = 1734/390 = 4.4 = 4 penyulang.
Jika , seperti setting APD = 230 A,
Maka jumlah penyulang seharusnya = 1734/230= 7.5 = 8 penyulang

Maka Jumlah Minimal Penyulang pada Jaringan SPINDEL yaitu 4 Penyulang Operasi + 1 Penyulang
Express (Wajib memiliki P. Express)

21
Konfigurasi Jaringan
TIDAK ADA KABEL JUMPERAN DI GH

Jumperan / Kopel antar penyulang masih


banyak terdapat di jaringan Area DISJAYA.
Seharusnya tidak boleh ada jamperan
penyulang berbeban memikul beban
penyulang lain.
Keadaan normaly close, tanpa bisa di open
saat bertegangan (akibat Kopelan).

Antar Penyulang
Dikopel

22
Konfigurasi Jaringan
SELURUH PENYULANG DI GH KECUALI EXPRESS HARUS OFF

Pada GH (Gardu Hubung) kondisi Normal yaitu setiap


penyulang berbeban normaly Open dan untuk penyulang
express normally Close.
Keadaan Penyulang Express men-supply penyulang lain hanya
boleh pada saat Siaga 1 maksimal 24 jam (penyulang yang
terganggu harus sudah normal dan konfigurasi kembali normal)

23
Konfigurasi Jaringan
MIDDLE POINT

Middle point merupakan titik remote bagian tengah


gardu dihitung berdasarkan daya
Untuk Midle point yg akan diremote usahakan hanya
ditambah motor/ganti mekanik, tidak perlu diganti satu
set kubikel, bila perlu bisa digeser satu gardu keatas
atau ke bawah gardu

24
Konfigurasi Jaringan
SELURUH PENYULANG BEBAN TERDAPAT MIDLE POINT (1/1/1)

Berfungsi :
Mempercepat proses Mengetahui dengan
cepat titik gangguan, lokalisasi, dan
penormalan gangguan.
Scada (1/1/1) dimaksudkan dapat
mengendalikan / meremote proses open/close
LBS di bagian GI, Midle Point (tengah
penyulang) dan GH, mempercepat operasi
distribusi.
Sesuai dengan roadmap 2013-2015 , pada
tahun 2013 menerapkan Scada 1/1/1 : Seluruh
LBS GI, Seluruh LBS MP (Midle Point), dan
Seluruh LBS GH bisa di remote.
Konfigurasi menjadi 1/1/1/1/1 : ditambah
Remote LBS pada posisi 1/4 dan 3/4

25
Konfigurasi Jaringan
SELURUH GARDU DILENGKAPI GFD

Pada tahun 2013 merupakan tahun penormalan


penyulang expres, di setiap gardu pun direncanakan
akan dipasang GFD.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat melokalisir
gangguan di setiap penyulang.

26
Konfigurasi Jaringan
GROUND FAULT DETECTOR (GFD)

Ground Fault Detector (GFD) Yang merupakan


detektor gangguan hubung singkat ke tanah yang
bertujuan untuk mempercepat melokalisir gangguan
pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
20 kV

27
Konfigurasi Jaringan
GFD REMOTE PADA POSISI (BERTAHAP)

Dalam Rodamap tahun 2014 akan


menerapkan GFD GPRS pada posisi
penyulang Ring 1, sebagai implementasi
penerapan Smart Grid.
Tujuannya untuk lebih cepat mencari lokasi
gangguan dan pemormalan gardu yang tidak
terganggu.

28
GARDU DISRIBUSI
DALAM GARDU DISTRIBUSI YANG DI REMOTE ADALAH 1 LBS, TIDAK PERLU 2 LBS
INCOMING OUTGOING PB/TP

PHB TR
FUSE TM

IN OUT
TRANSFORMATOR

Dalam konstruksi gardu distibusi terdiri atas LBS 1 sebagai Incoming dan LBS 2 sebagai
Outgoing. Yang perlu di pasang RC hanyalah pada LBS Incoming. Tidak perlu pada
outgoing.

29
GARDU DISRIBUSI
Gardu Pelayanan Khusus Tipe LBS-LBS-PT-PGDB-B1

LBS LBS PT PGDB B1

M PMS
PMS
CT PMS
FUSE TM
OCB

PT

IN OUT
KWH

Note : - OCB = Outgoing Circuit Breaker


- PGDB = Protection General Direct Busbar

RC Terpasang pada LBS Incoming

30
GARDU DISRIBUSI
Gardu Pelayanan Khusus Tipe LBS-LBS-PGC/CBO

LBS LBS PT
M PGC

PMS PMS
TYPE 3A
FUSE TM
OCB

PT
CT

OUT
IN N
KWH

Note : - OCB = Outgoing Circuit Breaker


- PGC = Protection General Circuit

RC Terpasang pada LBS Incoming

31
MASTER SCADA
MASTER SCADA REDUNDENT GAMBIR DAN TANGERANG

MASTER SCADA REDUNDENT

APD
GAMBIR APD TANGERANG

PLN DISJAYA

Scada dapat di RC oleh APD Gambir maupun APD Tangerang, hal ini bertujuan jika salah
satu Master Scada APD OFF, Maka salah satu APD dapat menjadi Master Scada.
Dimana seluruh GI, GH, dan MP/KP dapat di remote oleh APD.

32
MASTER SCADA
FAULT DETECTION ISOLATION RESTORATION (FDIR)
RC

Fault Detection Isolation Restoration (FDIR) merupakan


suatu metode penormalan secara automatis jika terjadi
gangguan. Tujuan utama dari FDIR yaitu mendeteksi
gangguan dan mengisolirnya dengan waktu secepat
mungkin. Metode ini harus di dukung dengan kondisi dimana
suatu penyulang ideal yaitu terdapat RC di posisi 1/1/1, GFD
GRPS (remote) setiap penyulang, disetiap penyulang
terdapat penyulang expres (normal=beban nol).

RC

33
DATA ASET
DATA GI, TRAFO GI, GH DAN PENYULANG HARUS UPTODATE

Data APD dan Master jardis harus sinkron dan


Uptodate
Hal ini untuk mengevaluasi data-data yang ada
dalam penyusunan rencana sistem keistrikan.

34
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Pengertian Relai

Merupakan peralatan pengambil keputusan dalam sistem proteksi. Dengan melihat


masukan dari trafo instrumen dan mempertimbangkan setting yang diterapkan pada relai
tersebut, maka relai dapat mengambil keputusan untuk memberi order trip atau tidak
kepada peralatan pemutus (PMT).

Pada prinsipnya Relai mempunyai komponen utama yaitu perangkat input, perangkat
setting, perangkat pengolah dan perangkat output

36
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Persyaratan Kerja Proteksi

Agar bisa memberikan manfaat yang maksimum, suatu sistem proteksi harus memenuhi
beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Sensitif. Sistem harus bisa mendeteksi gangguan terkecil yang ada pada kawasan
pengamanannya.
2. Selektif. Suatu sistem proteksi dikatakan selektif apabila bisa memilih daerah yang
terganggu saja yang dipisahkan.
3. Cepat. Untuk mencapai manfaat yang maksimum (yang telah dibahas didepan), sistem
proteksi harus bekerja cepat dalam memisahkan gangguan.
4. Andal. Sistem proteksi harus setiap saat siap melaksanakan fungsinya dan tidak salah
kerja.
a. Dependability, yaitu tingkat kepastian bekerjanya.
b. Security, yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja.
c. Availability, yaitu kesiapan beroperasinya.

37
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Relai arus lebih / Over Current Relay (OCR) dan Relai Arus Lebih Keta
nah / Ground Fault Relay (GFR)

Pada sistem tenaga listrik Relai Arus Lebih pada umumnya digunakan sebagai :
Pengaman utama Jaringan Tegangan Menengah (Distribusi).
Pengaman utama untuk trafo tenaga kapasitas kecil.
Pengaman cadangan untuk trafo tenaga kapasitas besar.
Pengaman untuk generator dengan kapasitas kecil ( < 5 MW ).
Pengaman utama untuk motor.

OCR bekerja berdasarkan kenaikan arus akibat adanya gangguan fasa-fasa yang terdeteksi
oleh relai. Jika rele dilewati arus yang melebihi nilai pengamanan tertentu (arus setting/
setelan waktu tertentu), maka rele akan bekerja.

GFR merupakan Relai yang bekerja apabila mendekteksi arus lebih akibat gangguan Fasa
ketanah.

38
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Karakteristik Relai Arus Lebih

1. Relai Arus Lebih Seketika


Relai Arus Lebih Seketika (disebut juga instant atau moment) mempunyai waktu kerja
(mulai kerja sampai selesainya kerja) sangat cepat / waktunya pendek (20 100 milli
detik), sedangkan untuk Relai Arus Lebih dengan tunda waktu (time delayed), jangka
waktu relai mulai pick-up sampai selesai kerja diperpanjang dengan nilai waktu tertentu.

39
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Karakteristik Relai Arus Lebih

2. Relai Arus Lebih Inverse


Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesai kerja relai diperpanjang dengan
nilai waktu yang tergantung dari besarnya arus inputnya. Semakin besar arus
yang lewat rele, maka semakin cepat rele bekerja,dan sebaliknya. Karakteristik
OCR Inverse ada 4 macam:
1. Normal Inverse
2. Very Inverse
3. Extremelly Inverse
4. Long Time Inverse

40
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Karakteristik Relai Arus Lebih

3. Relai Arus Lebih Definite


Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesai kerja diperpanjang dengan nilai waktu
tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus inputnya.

41
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Karakteristik Relai Arus Lebih

4. Kombinasi invers - definite


Jangka waktu kerja relai merupakan kombinasi dari Inverse dan definite. Rele mulai
pick-up sampai selesai diperpanjang dengan nilai waktu tertentu dan tergantung dari
besarnya arus yang menggerakkannya, dan pada nilai arus tertentu rele harus kerja
dengan definite time.

42
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Sambungan relai arus lebih

Pada penyulang TM, relai arus lebih untuk pengaman gangguan antar fasa pada umumnya
dipasang pada fasa R dan T, namun bisa juga dipasang pada ketiga fasa (R,S dan T). Untuk
pengaman gangguan fase-tanah dipasang satu relai setiap penyulang yaitu pada titik bintang
CT dan biasa disebut sebagai Ground Fault Relay (GFR).

43
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
CARA KERJA OCR PADA HUBUNG SINGKAT 3 FASA

PMT HUBUNG SI
TRAFO 150/20 KV CT NGKAT 3
FASA

ON
OFF
NGR OCR OCR OCR

GFR

Gangguan terjadi pada fasa R,S dan T


Arus gangguan hubung singkat mengalir di jaringan,
Karena arus tersebut > dari ratio CT pada sekunder CT mengalir arus
Masuk ke OCR -- OCR memasok arus ke PMT-- PMT trip.

44
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
CARA KERJA GFR PADA SAAT HUBUNG SINGKAT 1 FASA - TANAH

PMT
TRAFO 150/20 KV CT
R

HUBUNG SI
S
NGKAT 1
3Io FASA
T

ON
OFF
NGR OCR OCR OCR

GFR

Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip

45
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Relai Arus Lebih Berarah (Directional Over Current Relay)

Relai Arus Lebih Berarah (Directional Over Current Relay) Adalah relai arus lebih yang
bekerja hanya bila terjadi gangguan pada lokasi / arah didepannya. Relai ini mempunyai dua
elemen :
1. Elemen arah (directional element , directional unit), berfungsi untuk menentukan arah
kerja relai .
2. Elemen kerja ( operation element over current unit ) berfungsi untuk mendeteksi
besaran arus gangguan .

46
Relai Proteksi Jaringan Distribusi
Relai frekuensi kurang / under frequency relay (UFR)

Relai Frekuensi Kurang (UFR) bekerja dengan indikator frekuensi terukur melalui trafo
tegangan yang di pasang pada tegangan fasa-fasa. UFR pada penyulang TM digunakan untuk
program pengurangan beban terencana (load shedding) dengan mengetripkan penyulang
tertentu.

47
PBO dan SSO
Penutup balik otomatis (PBO)

PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan kontrol dan relai penutup balik.
Relai penutup balik adalah relai yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan
PMT membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada SUTM yang sering mengalami
gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :
1. Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan temporer.
2. Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah yang terganggu.

48
PBO dan SSO
Jenis-jenis Reclosing relay.
1. Single-shot Reclosing Relay
Relai hanya dapat memberikan perintah
reclosing ke PMT satu kali dan baru
dapat melakukan reclosing setelah
blocking time terakhir.
Bila terjadi gangguan pada periode
blocking time, PMT trip dan tidak bisa
reclose lagi (lock out ).

2. Multi Shot Reclosing Relay


Relai ini dapat memberikan perintah
reclosing ke PMT lebih dari satu kali.
Dead time antar reclosing dapat diatur
sama atau berbeda.

49
PBO dan SSO
Saklar seksi otomatis (SSO)

SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol elektronik/
mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan Tegangan Menengah. SSO sebagai
alat pemutus rangkaian/beban untuk memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa
seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah (jaringan) yang padam dapat
diminimalisir.
SSO bekerja dikoordinasikan dengan pengaman di sisi
sumber (relai recloser atau PBO) untuk mengisolir
secara otomatis seksi SUTM yang terganggu.

50
Fuse / Pengaman Lebur
Fuse Cut Out (FCO)

Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai


pengaman pada sistem distribusi terhadap arus gangguan
yang terjadi pada jaringan distribusi atau trafo distribusi.
Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :
Percabangan JTM / Branch Line
Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang / Tembok.
Prinsip Kerja Pengaman Lebur : Jika arus yang melewati
Pengaman Lebur melebihi nilai arus rating nominal dari
Pengaman Lebur maka elemen lebur akan panas dan
terus meningkat jika telah mencapai titik leburnya maka
elemen akan melebur.

51
Fuse / Pengaman Lebur
Fuse Cut Out (FCO)
Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak digunakan yaitu :

1. Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K ) 2. Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).

52
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
TRANSFORMATOR
DASAR TEORI TRANSFORMATOR
Prinsip Indusi :
1. Hukum Faraday : perubahan pada medan magnet dapat menghasilkan medan listrik
2. Hukum Lorenz : Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh Muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik yang
berada dalam suatu medan magnet.

Suatu arus listrik mengelilingi inti be Suatu lilitan mengelilingi magnit ma


si maka besi itu menjadi magnit. ka akan timbul gaya gerak listrik Hukum Lorentz
(GGL)
Prinsip Dasar Transformator

E2 = (N2 / N1) x E1

54
TRANSFORMATOR
TRANSFORMATOR GARDU INDUK

Berfungsi mentranformasikan daya l


istrik, dengan merubah besaran
tegangan dari 70/150 KV menjadi 20
KLEM KV, sedangkan frequensinya tetap
BUCHOLTZ yaitu 50 HZ.
RELAY
BUSHING
JANSEN Tranformator daya juga berfungsi
RELAY
untuk pengaturan tegangan. Transfo
RADIATO
rmator daya dilengkapi dengan trafo
R TERMOMETER pentanahan yang berfungsi untuk
RELAI
mendapatkan titik neutral dari trafo
daya. Peralatan ini disebut Neutral
Current Transformer (NCT).
SILICAGEL
OLTC
MEKANIK
OLTC
Perlengkapan lainnya adalah penta-
KIPAS
PENDINGIN nahan trafo, yang disebut Neutral
KONTROL BOX SILICAGEL
Grounding Resistance (NGR).
FAN MAIN TANK

PERLENGKAPAN TRANSFORMATOR

55
TRANSFORMATOR
TRANSFORMATOR GARDU INDUK

SYARAT-SYARAT PARAREL TEGANGAN TRAFO GI :

Frekuensi Harus sama


Urutan Fasa Tegangan harus sama (R-R, S-S, T-T)
Tegangan Hampir sama

56
TRANSFORMATOR
TRANSFORMATOR GARDU DISTRIBUSI

JENIS-JENIS TRANSFORMATOR DISTRIBUSI :


Tipe Hermatical Tipe Hermatical dengan N2 Tipe Conservator

Mengandung minyak Trafo dan gas N2 (Nitrog-


Sistem Preservasi Minyaknya dibuat sedemi-
en) sebagai bahan pendingin dan isolasi Tidak mengizinkan adanya udara luar masuk
kian rupa dengan mengizinkan udara luar mas-
belitan trafo. Apabila minyak trafo memuai dan ke tangky trafo sehingga dibuat Kedap dengan
uk ke tangki trafo untuk mengatasi fluktuasi
menekan gas nitrogen, gas nitrogen tersebut bantalan gas (hermetically-sealed inert gas
beban (memuai dan menurun).
akan diseimbangkan tekanannya sebesar 0.5 cushion) dan mengisi minyak penuh kedalam
Proses Penyaringan udara luar menggunakan
bar melalui pengaman tekanan (Vacuum tangki trafo(fully filled).
Silica Gell Air Breather
bleeder)

57
TRANSFORMATOR
TRANSFORMATOR GARDU DISTRIBUSI

Bushing TM
Pada Umumnya Belitan trafo distribusi yang digunakan
memiliki hubungan DYN5:
Jepitan
D artinya memiliki hubungan primer DELTA
Y artinya Memiliki hubungan Sekunder Bintang (Y).
Belitan
N artinya sekunder di tanahkan solid
Sirip Pendingin 5 artinya sekunder trafo memiliki beda sudut 150
derajat atau seperti jam 5

58
TRANSFORMATOR
MENGHITUNG ARUS (In) DISISI TM/TR TRAFO DISTRIBUSI

1. Trafo 1000 kva


- arus sisi TM (In) = 1000 kva/ (1.73x 20 kv) = 28.9 ampere
- Arus di sisi TR (In) = 1000 Kva/(1.73x0.4kv) = 1449.28 ampere
2. Trafo 630 kva
- Arus sisi TM (In) = 630 kva/ (1.73x 20 kv) = 18.20 ampere
- Arus di sisi TR (In) = 630 Kva/(1.73x0.4kv) = 910.41 ampere
3. Trafo 400 kva
- Arus sisi TM (In) = 400 kva/ (1.73x 20 kv) = 11.56 ampere
- Arus di sisi TR (In) = 400 Kva/(1.73x0.4kv) = 578.04 ampere
4. Trafo 160 kva
- Arus sisi TM (In) = 160kva/ (1.73x 20 kv) = 4.63 ampere
- Arus di sisi TR (In) = 160Kva/(1.73x0.4kv) = 231.21 ampere
5. Trafo 100 kva
- Arus sisi TM (In) = 100kva/ (1.73x 20 kv) = 2.89 ampere
- Arus di sisi TR (In) = 100Kva/(1.73x0.4kv) = 144.51 ampere

59
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
KHA KONDUKTOR
KHA KABEL NA2XSEYBY 3X240MM2 & 3X300MM2

Dengan tegangan pengenal 24 KV, Kabel NA2XSEYBY 240 mm2 memiliki


KHA dalam tanah sebesar= 358 Ampere, Sedangkan Kabel NA2XSEYBY
300 mm2 KHA nya Adalah 398 Ampere.

61
KHA KONDUKTOR
DERATTING KHA KABEL NA2XSEYBY

Deratted Capacity = capacity x derating factor


NB: De ratting Factor (DF) = Penurunan Nilai KHA Kabel Akibat Ratting Faktor
Contoh Kondisi Ideal Katalog produk Jembo Kabel dengan DF=1 Jika:
Maksimum temperatur kabel = 90 derajat
Tidak Terdapat kabel lain (1 Jalur, 1 Kabel)
Untuk Kabel yang di tanam
Temperatur Tanah = 20 derajat
Thermal Resistivity dari tanah = 100 C cm/Watt
Kedalaman = 70 cm
Faktor beban = 100%
Ratting Factor pada berbagai nilai temperatur tanah. Ratting Factor pada berbagai nilai Kedalaman Galian Tanah.

Ratting Faktor pada Berbagai nilai Thermal Resistivity Ratting Faktor pada Berbagai nilai Suhu Udara

62
KHA KONDUKTOR
DERATTING KHA KABEL NA2XSEYBY

Ratting Factor pada berbagai posisi penempatan Kabel

63
KHA KONDUKTOR
DERATTING KHA KABEL NA2XSEYBY

Ratting Factor pada berbagai posisi penempatan Kabel

64
KHA KONDUKTOR
KAPASITAS DAYA KABEL NA2XSEYBY 3X240MM2 & 3X300MM2

Dengan tegangan pengenal 24 KV, Kabel NA2XSEYBY 240 mm2


memiliki KHA dalam tanah sebesar = 358 Ampere, Sedangkan
Kabel NA2XSEYBY 300 mm2 KHA nya Adalah 398 Ampere.
Diketahui, Tegangan = 20 kV, beban Maksimal yang di
perbolehkan kabel NA2XSEYBY 3x240 sebesar 300
Ampere, sedang untuk ukuran 3x300 sebesar 340
Ampere
Maka, kapasitas daya yang di perbolehkan melewati
kabel
A. 3x240 adalah
I=300 ampere, V=20kV, maka
S=3xIxV=1.73x300x20000= 10.38 MVA
B. 3x300 adalah
I=340 ampere, V=20kV, maka
S=3xIxV=1.73x340x20000=11.76 MVA

Catatan: Kabel NA2XSEYBY 240 mm2 Dapat di operasikan Sampai dengan 300
Ampere, sedangkan diameter 300 mm2 dioperasikan sampai dengan 340 mm2

65
KHA KONDUKTOR
KHA DAN KAPASITAS DAYA AAAC 150MM2 DAN 240 MM2

SUTM AAAC ukuran 150 mm2 memiliki KHA Sebesar = 425


Ampere, Sedangkan untuk Ukuran 240 mm2 KHA nya Adalah 585
Ampere.

66
KHA KONDUKTOR
KHA DAN KAPASITAS DAYA AAAC-S150MM2 DAN 240 MM2

SUTM AAAC ukuran 150 mm2 memiliki KHA Sebesar = 425


Ampere, Sedangkan untuk Ukuran 240 mm2 KHA nya Adalah 585
Ampere.

67
KHA KONDUKTOR
KHA DAN KAPASITAS DAYA KABEL LVTIC

Kuat Hantar Arus kabel NFA2X 2x


10 mm2 adalah 54 Ampere, kabel
10x16 mm2 adalah 72 Ampere

68
KHA KONDUKTOR
KHA DAN KAPASITAS DAYA KABEL LVTIC

Kuat Hantar Arus kabel NFA2X 3x


70 mm2 adalah 196 Ampere, kabel
3x95 mm2 adalah 242 Ampere

69
KABEL NYFGBY
KHA KABEL NYFGBY

70
KHA KONDUKTOR
KHA DAN KAPASITAS DAYA MAKSIMUM BERBAGAI JENIS KONDUKTOR

KHA kabel XLPE 240 =350 A


KHA kabel XLPE 300 = 398A
A3C 150 = 425 ampere, Daya maksimal S=3.20000.425= 14.7 MVA
A3C 240 mm2 = 585 ampere, Daya Maksimal S=3.20000.585=20.24 MVA
Kapasitas (A dan KVA) Kabel JTR : TC 3x70+1x50 = 196 ampere dan 3x95+1x50 mm2 = 242 Ampere
Daya Maksimal Kabel JTR : TC 3x70+1x50 (S)= Ixvh-ph x 3=196x380x3 = 128850 VA
Daya Maksimal Kabel 3x95+1x70 mm2 adalah S= 242 X1.73X380= 159090.8 VA
Kapasitas (A dan VA) untuk daya berapa SR : TC 2x10 =54A, 11.88 KVA, TC 2x16 =72A, 15.84 KVA
TC 4x16 = 72 ampere, S= 72X1.73X380= 47332.8 VA
TC 4x25 = 102 A, S= 102X1.73X380= 67054.8 VA
TC 4x50 = 154 A, S= 124X1.73X380= 101239.6 VA

71
KHA KONDUKTOR
Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik Tegangan Menengah

Tarif tenaga listrik Tegangan menangah (TM) merupakan Tarif diperuntukan bagi sambu
ngan Tenaga Listrik (TL) dengan tegangan antar fasa sebesar 1000 volt 35000 volt dan
dengan tegangan standar 20000 volt.

Golongan Tarif tegangan menengah: S-3,B-3,I-3, P-2, C dan T.

Sumber: Edaran Direksi PT. PLN (PERSERO) No: 020.E/012/DIR/2002

72
KHA KONDUKTOR
Pelaksanaan Sambungan Tegangan Menengah

A. Sambungan TM/TM/TM
- Pelanggan TM dgn daya >200 KVA, Diukur disisi TM, dan menerima Pasokan tegangan Menengah.
- Tidak ada perbedaan hasil ukur dengan perhitungan tagihan rekening karena diukur pada sisi yang
seharusnya.
B. Sambungan TM/TM/TR
- Pelanggan TM dengan daya >200KVA, diukur di sisi TM, dan menerima pasokan pada tegangan rendah
(TR).
- Karena telah diukur pada sisi seharusnya (TM) maka tidak ada faktor Koreksi. Bagi pelanggan yang
ingin menghindari investasi berlebihan, dapat menggunakan trafo milik PLN dan dikenakan biaya
pemakaian.
C. Sambungan TM/TR/TR
- Pelanggan TM dengan daya >200KVA, diukur disisi TR, dan menerima pasokan disisi TR menggunakan
Trafo Dist PLN di gardu dengan skema penggenaan biaya pemakaian trafo. Untuk perhitungan biaya
pemakaian, hasil baca akan dikalikan dengan faktor:
1. 1,02 bila APP terletak di gardu PLN, FRT=2
2. 1,05 bila APP tidak terletak di gardu PLN, FRT=5.
Note: Faktor koreksi tidak ditentukan dari kepemilikan trafo (dari PLN atau sendiri) melainkan
semata-mata ditentukan oleh peletakan APP. Saat ini Pelaksanaan sambungan TM hanya
diperbolehkan menggunakan poin A (TM/TM/TM).

Sumber: Edaran Direksi PT. PLN (PERSERO) No: 020.E/012/DIR/2002


73
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
TRANSFORMATOR
DASAR TEORI TRANSFORMATOR
Prinsip Indusi :
1. Hukum Faraday : perubahan pada medan magnet dapat menghasilkan medan listrik
2. Hukum Lorenz : Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh Muatan listrik yang bergerak atau oleh
arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet.

Suatu arus listrik mengelilingi inti be Suatu lilitan mengelilingi magnit ma


si maka besi itu menjadi magnit. ka akan timbul gaya gerak listrik Hukum Lorentz
(GGL)
Prinsip Dasar Transformator

E2 = (N2 / N1) x E1

75
CURENT TRANSFORMER
Pengertian Curent Transformer

Curent Transformer Merupakan Transformator yang digunakan untuk


menurunkan Arus yang berukuran besar menjadi Arus dengan ukuran
kecil , dipergunakan dalam rangkaian arus bolak balik.

FUNGSI CT :
Mentransformasikan dari arus yang besar ke arus yang kecil guna
pengukuran atau proteksi
Sebagai isolasi sirkit sekunder dari sisi primernya
Memungkinkan penggunaan standar arus pengenal untuk alat sisi
sekundernya

Perbandingan antara Belitan Primer dan sekunder yaitu:

I2=N2/(N1.I1)

Contohnya : 2.000/5 A, 300/1 A


2.000 A DAN 300 A = I1 = Merupakan Arus Primer
5 A DAN 1 A = I2 = Merupakan Arus Sekunder
N1 =Jumlah lilitan Primer
N2=Jumlah Lilitan Sekunder

76
CURENT TRANSFORMER
TRANSFORMATOR INSTRUMENT

Pengukuran

1. Harus punya ketelitian tinggi pada daerah arus pengukuran beban nominal
2. Harus jenuh pada arus gangguan yang besar, untuk keamanan alat ukur

Proteksi

1. Harus punya ketelitian / error kecil pada daerah arus gangguan hubung singkat besar
2. Tidak jenuh pada arus gangguan yang besar, untuk keandalan alat proteksi

77
CURENT TRANSFORMER
TRANSFORMATOR INSTRUMENT

RANGKAIAN EKIVALEN CT
IP
P1/K P2/L
P1/K masuknya arus primer & P2/L keluaran arus
primer
S1/k masuknya arus sekunder dari primer dan S2/l
keluaran arus sekunder
Pembumian: pada S2/l -- sudut IP dan IS = 00
pada S1/k -- sudut IP dan IS = 1800

S1/k S2/l
IS
A

78
CURENT TRANSFORMER
Konstruksi Trafo Arus

SISI PRIMER MERUPAKAN BATANG SISI PRIMER MERUPAKAN BELITAN

PRIMARY

SECONDARY

Tipikal Trafo Arus Dengan Batang Pada Sisi Primer 1000 / 1 A

79
CURENT TRANSFORMER
Pengenal Trafo Arus

Pengenal Primer : 10 - 12,5 - 15 - 30 - 40 - 50 - 60 - 75 - 80 A Dan Kelipatan 10


Pengenal Sekunder : 1 - 2 - 5 A
Trafo Arus Dengan 2 Pengenal Primer

Contoh : 500 - 1000 / 5 A


A. Primer Seri Dan Paralel Rangkaian Paralel : 1000 / 5 A
Rangkaian Seri : 500 / 5 A
B. Sekunder Di Tap

P1 P2

A B C D E F G

500/5 A 500 - 1000/5 A 500-1000/5 A 500-1000-2000/5 A

80
CURENT TRANSFORMER
Kelas Akurasi

Kelas Akurasi CT adalah arus pada CT yang dibatasi oleh kesalahan arus dan kesalahan fasa.
Kelas akurasi yang digunakan untuk Pengukuran adalah:
1. Untuk kelas 0,1-0,2-0,5 dan 1, pada frekuensi pengenal kesalahan arus dan pergeseran fasa tidak melebihi
dari nilai yang di tentukan, bila burden sekunder antara 25%-100% dari burden pengenal.
2. untuk kelas 0,2S 0,5S, dipergunakan unutk aplikasi khusus untuk kWh meter yang mana pengukuran yan
g tepat pada arus antara 50 mA s/d 6 A. kesalahan arus dan pergeseran fasa tidak melebihi nilai yang ditent
ukan , , bila burden sekunder antara 25%-100% dari burden pengenal. Pemakaian kelas ini diutamakan pad
a ratio 25/5, 50/5, dan 100/5 dengan arus pengenal 5A.
3. Untuk kelas 3 dan kelas 5, kesalahan arus dan pergeseran fasa tidak melebihi dari nilai yang di tentukan, bi
la burden sekunder antara 50%-100%
Kelas akurasi yang digunakan untuk Proteksi adalah: 5P, 10P. Tanda P merupakan Protection, dan 5 dan 1
0 merupakan nilai kesalahan arus (komposie error) dalam %.

81
CURENT TRANSFORMER
Tabel Kelas Akurasi Sesuai IEC 60044-1

82
CURENT TRANSFORMER
Beban (Burden)

Batasan Maksimum CT dapat menampung beban dalam VA, dimana beban yang dihubungkan ke sekunder C
T dengan batasannya dapat menampung beban pada sisi sekunder (burden).
Misalkan:
- Terminal CT Sekunder pengukuran tersambung beban Amp Meter dan kWh meter maka beban CT = 2xVAk
abel+VA amp meter +VA kWh Meter, beban CT ini dikatakan Beban yang harus < dari burdennya.
Adapun Burden Curent Transformer sesuai IEC 60044-1 adalah : 2,5 VA, 5 VA, 7,5VA, 10VA, 15VA, 20VA, dan
30 VA.
Catatan : klas akurasi baik, bila burden antara 25% s/d 100% dari burden pengenal.

83
CURENT TRANSFORMER
Beban (Burden)

Beban Pengenal
Nilai dari beban CT dimana klas ketelitian dinyatakan
Beban CT dinyatakan dalam va
Nilai beban umum digunakan : 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 15 ; 30 VA

Arus Pengenal Kontinyu


Umumnya dinyatakan pada sisi primer, misalnya 1000/1 A, 2000/1 A

Arus Pengenal Waktu Singkat (Short Time Rated Current)


Umumnya dinyatakan untuk 0,5 ; 1,0 ; 2 ; 3 detik
Tidak menimbulkan kerusakan
Umumnya dinyatakan pada keadaan sekunder CT di hubung singkat
Arus dinyatakan dalam rms (nilai efektif)

Pengenal Arus Dinamik


Perbandingan dari : Ipuncak / Ipengenal
Ipuncak : kemampuan arus maksimum ct tanpa menimbulkan suatu kerusakan

84
CURENT TRANSFORMER
Bagaimana Memilih CT

Ratio arus (dihitung dari arus beban dalam (ampere))


Misal: 20/5-5 (unutk pelanggan TM sekunder 2 belitan)
100/5 (untuk pelanggan TR sekunder 1 belitan)
Class Proteksi : 5p5,5P10, 5P15 , 5P20, 5P25, 5P30
P: Protection
Class pengukuran :0.2S , S= Saturation
Class Isolasi : Clas E
Burden = Batas Kemampuan CT menampung Beban (VA)
sesuai standar IEC 60044-1 Burden CT adalah 2,5 VA, 3VA, 5VA, 7,5VA, 10 VA, 20 VA, 25 VA, dan 30 VA.
umtuk pemilihan burden CT perlu dilihat beban yang disambungkan pada CT (beban : CT+Kabel+alat Ukur
yang disambung VA)
Ith= arus thermis adalah kemampuan CT menerima arus besar selama 1 detik , untuk pelanggan TM dapat
di pilih (5 kA 12,5 kA) dalam pemilihan arus thermis sebaiknya dihitung arus gangguan disisi tegangan 20
KV, untuk TR pelanggan TR dapat dipilih besarnya pembatas arus yang terpasang dan lamanya waktu trip.
Idy=Arus dynamic = 2,5xIth adalah nilai puncak dari atus primer CT tanpa ada kerusakan secara electric d
an mecanic yang dihasilkan dari tenaga kerja.
FS = Instrument Security Factor = ratio antara nilai arus lebih primer (Ips) dan nilai arus primer (Ip), nilai
nya 5 atau 10 dipilih 5
Tegangan (Um) = 0,6/12/24/50/125 kV
Frekuensi = 50 Hz

85
CURENT TRANSFORMER
Bagaimana Memilih CT

Pemilihan Arus Primer


Diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut :

S = 3.I.Vf-f

Dimana : S= Daya pelanggan (VA)


I= Arus masing-masing fasa (Ampere)
Vf-f = Tegangan Fasa- fasa (Volt)

Contoh :
1). Daya pelanggan 630 kVA tarif TM/TM/TM tegangan 20 kV,
pemilihan ratio CT adalah

I = 630 kVA/3x20kV = 18 A
Untuk pemilihan CT Perlu melihat faktor keamanan CT = 0,8
Maka arus primer = 18 A/ 0.8 = 22,5 A. karena dipasaran tidak ada maka dipilih CT pada sisi primer 20A, bila CT dipergu
nakan untuk pengukuran dan proteksi maka digunakan Rasio 20/5-5

2). Daya pelanggan TR 105 kVA tarif TR/TR/TR tegangan 400 Volt, Pemilihan ratio CT adalah

I=105000/3.400=152 Ampere,

Maka arus primer CT adalah 0,8x152 Ampere = 190 Ampere, atau dipasaran dapat menggunakan 200A atau dengan R
atio 200/5

86
CURENT TRANSFORMER
Pengertian 5P (untuk Proteksi)

Pengertian 5P10 (misal), ratio CT 20/5-5, adalah 10x20 = 200 A dengan error 5%, hal
ini bukan jenuh tapi composite error artinya garis-garis gaya magnit di inti besi
bergeser, terkena arus besar nilai 10 = faktor kali dan 5 = kesalahan / error

Kejenuhan CT dilihat dari burden CT dan beban yang tersambung (berhubungan dengan
lebar initi) ke CT (perlu diuji atau dihitung).

87
POTENSIAL TRANSFORMER
Pengertian

Trafo tegangan atau Potensial Transformer (PT) adalah sesuatu


peralatan listrik yang dapat memperkecil tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah, yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-
balik.
Pada trafotegangan yang dibutuhkan adalah tingkat ketelitian
nya dan penurunan tegangannya yang disesuaikan dengan alat ukur
. Untuk sistem 3 fasa nilai standar tegangan primer adalah 1/3
kali dari nilai tegangan pengenal sistem. Tegangan sekunder yang
digunakan di eropa adalah 100/3 atau 110/3.

Sumber: Proteksi sistem tenaga listrik oleh Wahyudi Sarimun 88


POTENSIAL TRANSFORMER
Bagaimana Memilih PT

Pemilihan PT untuk metering adalah 80 s/d 120 % dari tegangan pengenal dan untuk proteksi antara
0.05 s/d 1.5 atau 1.9 dari tegangan pengenal sesuai faktor tegangannya.
Sesuai Standar IEC faktor tegangan PT sebagai berikut:
- 1,9 kali tegangan pengenal untuk PT tidak diketanahkan.
- 1,5 kali tegangan pengenal untuk PT diketanahkan Solid
Dimana lamanya kenaikan tegangan ini adalah 30 detik.

Pemilihan PT untuk pengukuran tergantung tegangan primernya misal 20000/3 / 1003, dengan
class proteksi 3P atau 6P dan untuk pengukuran kelas 0,2

Contoh:
a. Daya pelanggan 630kVA tarif TM/TM/TM tegangan 20 kV, pemilihan CT adalah

I=630/3x20 = 18 Ampere

Maka dipilih ratio CT 20/5-5 (Sekunder pengukuran dan proteksi)


PT diambil dengan rasio teganga 20000/3 / 1003
b. Pelanggan TR, daya 147 kVA tegangan 380 Volt, pemilihan ratio CT, adalah

I= 197/3x380 =223 A
Maka dipilih ratio CT pada sisi primer sebesar 250/5

89
POTENSIAL TRANSFORMER
Bagaimana Memilih PT

Bila burden digunakan untuk komponen metering dan proteksi, kelas akurasi untuk metering dipilih
harus lebih baik dari pada untuk proteksi.
Burden dari PT adalah penjumlahan dari total burden dari semua beban yang di sambung ke PT.
kesalahan arus dan penggeseran fasa tidak melebih dari nilai yang ditentukan seperti tabel VI.5
atau tabel VI.6, bila burden sekunder antara 25% s/d 100% dari burden pengenal.

90
POTENSIAL TRANSFORMER
Bagaimana Memilih PT

Contoh:
Peralatan Metering 30 VA,klas akurasi 0.2 dan proteksi = 70 VA, klas akurasi 3P, maka pemilihan PT
sebesar 100 VA dengan kelas akurasi 0,2.

Kelas untuk proteksi baik 5% s/d Vf kali tegangan pengenal bila burden 25% s/d 100% dari burden
pengenal.

Sesuai standar daya keluaran trafo tegangan pengenal dengan pf 0.8 laging,adalah 10;15;30;50;75;10
0;150;200;300;400;500 VA.

91
POTENSIAL TRANSFORMER
Bagaimana Memilih PT

92
CT & PT
Faktor Meter

Jumlah pemakaian yang sebenarnya dihitung berdasarkan angka-angka yang tertera pada
register sebelumnya (awal) yang dikurangkan terhadap angka-angka yang tertera pada
register terakhir (akhir) atau dapat dinyatakan dengan rumus kWh = (selisih pembacaan
meter kWh) x Faktor Meter

Selisih pembacaan meter kWh = Penunjukan meter bulan ini - Penunjukan meter bulan lalu

Faktor Meter = Rasio CT x Rasio PT x Faktor Register

93
CT & PT
Cara Pembacaan Pemakaian Daya Listrik

Rumusnya dapat dituliskan:


Daya terukur (Pemakaian Sebenarnya) = Penunjukan meter x Faktor meter
Faktor meter = CT terpasang x PT terpasang x Faktor register
Contoh:
1. Pelanggan CV. Inti Jaya Sakti dengan Daya terpasang 630kVA, dengan tegangan 20kV
tercatat sebagai pelanggan TM dengan:
CT Terpasang = 3 x 20/5A,
PT terpasang = 3 x 20.000/100V
Faktor register = 1
Maka :
Faktor meter = 20/5 x 20.000/100 x 1 = 400000/500=800

Jika Penunjukan di kWh Meter adalah 20


Maka Daya Terukur atau Daya pemakaian sebenarnya adalah 20 x 800 = 16000 kWh.

94
CT & PT
Cara Pembacaan Pemakaian Daya Listrik

Contoh:
2. Pelanggan atas nama Ibu Erna dengan Daya terpasang 147kVA, dengan tegangan Line-line
380V tercatat sebagai pelanggan TR dengan:
CT Terpasang = 3 x 200/5A,
Faktor register = 1
Maka :
Faktor meter =CT Terpasang x Faktor Register
= 200/5 x 1
= 40
Jika Penunjukan di kWh Meter adalah 20
Maka Daya Terukur atau Daya pemakaian sebenarnya adalah 20 x 40 = 800 kWh.

95
CT & PT
Cara Pembacaan Pemakaian Daya Reaktif

Contoh:
1. Pelanggan PT. Serba Serbi dengan Daya terpasang 1730kVA, dengan tegangan Line-line
20000V cercatat sebagai pelanggan TM dengan pemakaian kVRH bulan ini 7830 dan
pemakaian kVRH bulan ini 6750 dengan:
CT Terpasang = 3 x 125/5A,
PT Terpasang = 20000/100
Faktor register = 0.1
Maka :
Faktor meter =CT Terpasang x PT Terpasang x Faktor Register
= 125/5 x 20000/100 x 0.1
= 500

Jika Penunjukan di kVRHh Meter adalah 7830 6750 = 1080


Maka Daya Terukur atau Daya pemakaian sebenarnya adalah 1080 x 500 = 540000 kVRH.

96
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
Alat Pembatas dan Pengukur
Pendahuluan

Energi (kwh) adalah sebagai bentuk pemakaian listrik , yang dikeluarkan oleh pusat dan dipakai oleh beban.
kWh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja,
kali waktu yang tertentu (UI Cos t) yang bekerja padanya selama jangka waktu tertentu.

Persamaan energi
Beban 1 fasa= Vfase x I x Cos x Pemakaian (Jam)
Beban 3 fasa=3 x Vfasa-fasa x I x Cos x Pemakaian (jam)
Satuan = Kilo Watt Hour (KWH).

Jenis- jenis kWH Meter Yaitu


1.kWH Meter Pascabayar ( Contohnya :kWH Meter Mekanik)
2.kWH Meter Prabayar (Contohnya: kWH meter Elektoniik dengan Token Listrik)

98
Alat Pembatas dan Pengukur
Jenis Jenis Tarif Dasar Listrik
Penyambungan Tenaga listrik ke pelanggan diatur dalam Tarif Dasar Listrik yang dikeluarkan oleh PT.PLN (Persero) dengan ketentuan
sebagai berikut:

Daya 450 VA-197 kVA = Berlangganan TR


Daya 201 kVA-29.9 MVA = Berlangganan TM
Daya > 30 MVA = Berlangganan TT

Penjelasan tarif diatas:

1. Langganan TR pengukurannya dibagi sebagai berikut:


- Daya 450 VA-41500VA pengukuran langsung (biasanya tanpa menggunakan peralatan bantuCT)
- Daya >41500VA-197000VA pengukuran tidak langsung dengan menggunakan alat bantu CT

2. Langganan TM Pengukurannya dibagi menjadi


- TM/TM/TM pelanggan TM, diukur TM, pasokan tegangan TM
- TM/TM/TR pelanggan TM, diukur TM, pasokan tegangan TR (tidak dikembangkan lagi)
- TM/TR/TR pelanggan TR, diukur TR, pasokan tegangan TR (tidak dikembangkan lagi)

3. Langganan TT pengukurannya dibagi menjadi sbb:


- TT/TT/TT pelanggan TT, diukur TT, pasokan tegangan TT
- TT/TT/TM pelanggan TT, diukur TT, pasokan tegangan TM (tidak dikembangkan Lagi)
- TT/TMTM pelanggan TT, diukur TM, pasokan tegangan TM (tidak dikembangkan lagi)

99
Alat Pembatas dan Pengukur
KWH METER PRABAYAR DAN PASCABAYAR

Jenis- jenis kWH Meter Yaitu


1. kWH Meter Pascabayar ( Contohnya :kWH Meter Mekanik)
2. kWH Meter Prabayar (Contohnya: kWH meter Elektoniik dengan Token Listrik)
1. kWH meter Pascabayar merupakan alat ukur pemakaian energi
, pelanggan membayar diakhir pemakaian energi listrik.

2. kWH meter Prabayar merupakan alat ukur pemakaian energi


setelah pelanggan membayar diawal dalam bentuk Vocer /
Stroom (Token 20 Digit Kode) jumlah kWh yang digunakan.

kWH Meter Pascabayar kWH Meter Prabayar

100
Alat Pembatas dan Pengukur
KOMPARASI KWH METER PRABAYAR DAN PASCABAYAR

kWH Meter Pascabayar kWH Meter Prabayar

101
Alat Pembatas dan Pengukur
KWH METER PELANGGAN TM

Alat ukur pelanggan TM ialah semua peralatan ukur besaran listrik yang terpasang pada kotak lemari APP pelanggan TM
yang berfungsi sebagai pengukur daya dan energi terpakai oleh pelanggan dan pengukurannya dilaksanakan pada sisi
tegangan menengah.

Alat ukur yang dipakai adalah :


1. meter kWH
Meter yang digunakan pada pelanggan sambungan tegangan menengah ialah :
Meter kWh fase tiga 3 kawat, untuk JTM fase tiga 3 kawat
Meter kWh fase tiga 4 kawat, untuk JTM fase tiga 4 kawat

Contoh :
Meter kWh yang menggunakan tariff ganda, harus dilengkapi dengan saklar waktu (time
switch) guna menunjukan pemakaian kWh pada Waktu Beban Puncak (WBP) dan Luar
Waktu Beban Puncak (LWBP).
Waktu beban puncak adalah jam 18.00 s/d 22.00 dan Luar Waktu Beban Puncak adalah ja,
22.00 s/d 18.00 waktu setempat.
Gambar: Meter Elektronik

102
Alat Pembatas dan Pengukur
Konduktor 1 dan 3

Konduktor yang digunakan pada penyambungan meter 1 yaitu


NFA2X 2X10 mm2 atau 2X16 mm2

Kapasitas Hantar Arus Konduktor NFA2X 2X10 mm2 = 52 Ampere


Daya maksimal yang di hantarkan adalah = 52 ampere X 220 Volt
= 11440 VA
Kapasitas Hantar Arus Konduktor NFA2X 2X16 mm2 = 72 Ampere
Daya maksimal yang di hantarkan adalah = 72 ampere X 220 Volt
= 15840 VA
NFA2X 4X16 atau 4X25 atau 4x50 mm2

Kapasitas Hantar Arus Konduktor NFA2X 4X16 mm2 = 72 Ampere


Daya maksimal yang di hantarkan adalah =15840 VA

Kapasitas Hantar Arus Konduktor NFA2X 4X25 mm2 = 102 Ampere


Daya maksimal yang di hantarkan adalah = 67054.8 VA

Kapasitas Hantar Arus Konduktor NFA2X 4X50 mm2 = 124 Ampere


Daya maksimal yang di hantarkan adalah = 101239.6 VA

103
Alat Pembatas dan Pengukur
Miniature Circuit Breaker (MCB)

MCB adalah pengaman pada tenaga listrik yang sering dipergunakann pada
tegangan rendah baik dipasang di perlengkapan Hubung Bagi atau digunakan
debagai pembatas yang terpasang pada kotaok kWH Meter.

Prinsip kerjanya yaitu sesuai dengan karakteristik thermal dimana arus besar
yang melewati MCB akan memanaskan bimethalic trip.

Memilih MCB yang tepat sebagai pengaman listrik


1.Dihitung beban yang dipikul oleh MCB
2.Lihat KHA dari pemakaian kabel untuk instalasi listrik

Contoh:
1. Daya yang tersambung di pelanggan 1 sebesar 1300 VA, dengan tegangan
220 Volt maka dapat dipilih kapasitas MCB yaitu
Kapasitas MCB (Ampere) = Daya / Tegangan =1300/220 = 5.9 A
Maka dapat dipilih Kapasitas MCB 6 Ampere.

2. Pelanggan 3 dengan daya sebesar 6600 KVA, dengan tegangan 380 Volt
maka dapat dipilih kapasitas MCB yaitu
Kapasitas MCB (Ampere) = Daya / Tegangan x 3 = 6600/(380x3) = 10.03 A
Maka dapat dipilih Kapasitas MCB 3 x 10 Ampere.

104
Alat Pembatas dan Pengukur
Miniature Circuit Breaker (MCB)

Memperhatikan besar Kuat Hantar Arus kabel yang digunakan pada instalasi
listrik rumah.

Contoh:
Instalasi listrik rumah menggunakan kabel NYY 3 x 1.5 dengan KHA = 18.5 A ,
menggunakan MCB 20 Ampere, Maka karena IKHAKabel<IMCB kabel menjadi
panas sehingga kabel meleleh dan terkelupas akan tetapi tidak mentripkan
MCB sehingga menjadi penyebab kebakaran.
Seharusnya kapasitas MCB lebih kecil dari KHA kabel, ditambah faktor keaman
an. Misalkan hanya 6 A atau maksimal 10 A.

Arus Pengenal MCB:


1A,2A,4A,6A,10A,16A,20A,25A,30A,35A,40A,50A,55A,dan 63A

105
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG
Automatic Meter Reading (AMR)
Pengenalan AMR

AMR (Automatic Meter reading) adalah Suatu Sistem Pembacaan meter


dari jarak jauh secara real time dan otomatis.

Pengelompokan Pembacaan AMR :


1. AMR pelanggan TT (>30.000 kVA)
2. AMR pelanggan TM (200 kVA s/d 30000 kVA)
3. AMR pelanggan TR (41.5 kVA s.d 197 kVA)
4. AMR pelanggan TR PLC (450 VA s.d 197 kVA)

107
Automatic Meter Reading (AMR)
Pengenalan AMR

Perangkat Sistem AMR terdiri dari :

1. Hardware (Perangkat Keras):

- Meter Elektronik
- Modem
- Komputer
- Server
- Media Komunikasi, dll.
2. Software (Perangkat Lunak)

108
Automatic Meter Reading (AMR)
Konfigurasi Jaringan AMR

GSM/
GSM/
GPRS CONTROL CENTER
MODEM GPRS

SALURAN KOMUNIKASI
GSM /GPRS
MODEM
MODEM

MODEM

109
Automatic Meter Reading (AMR)
Database Architecture

AMR

AREA
CLOUD

GSM/GPRS
DMR
Energy Information
DATA Power Quqlity
BASE Load Profile
SERVER Tempering Data
Even & Alarm

DBMS
Billing System

Data Transfer Billing


Back Up Acaount

110
Automatic Meter Reading (AMR)

Pada saat PB/PD dilakukan commisioning dengan melihat data Instantaneous.


Besarnya Tegangan, Arus, Sudut fasa dan Diagram Vektor.

Pemantauan dalam rangka evaluasi TO P2TL dan pemeliharaannya untuk


meningkatkan sukses baca AMR.

Untuk Analisa Pelanggaran maupun Kelainan digunakan data Load Profile


dimana data V, I, Cos phi, kwh Export dan Import datanya disimpan setiap 15
menit. Data ini bisa menunjukkan histori load profile dan kapan kejadian
kelainan atau pelanggaran

Analisa Tempering juga untuk mengetahui adanya Kelainan atau Pelanggaran

111
Automatic Meter Reading (AMR)
Analisa Data

Automatic Meter Reading Memberikan Informasi Tentang :


Energy Information
Power Quqlity
Load Profile
Tempering Data
Even & Alarm

112
Automatic Meter Reading (AMR)
Fitur Aplikasi Software AMR

INSTANTANEOUS / REAL TIME


1. AMR pelanggan TM (200 kVA s/d 30000 kVA)

113
Automatic Meter Reading (AMR)
Fitur Aplikasi Software AMR

INSTANTANEOUS / REAL TIME


2. AMR pelanggan TM Pengukuran TR (>200 kVA)

114
Automatic Meter Reading (AMR)
Fitur Aplikasi Software AMR

INSTANTANEOUS / REAL TIME


3. AMR pelanggan TR (41.5 kVA s.d 197 kVA)

115
Automatic Meter Reading (AMR)
Fitur Aplikasi Software AMR
LOAD PROFILE

116
Automatic Meter Reading (AMR)
Fitur Aplikasi Software AMR
BILLING STAND

117
Automatic Meter Reading (AMR)
Fitur Aplikasi Software AMR
PEMBACAAN LOAD PROFILE TERJADWAL

118
Automatic Meter Reading (AMR)
Pada Umumnya Beban adalah Induktif (lagging)
Contoh diagram vektor pada Fasa R sebagai berikut:
Diagram Vektor Yang Benar Diagram Vektor Yang Salah
+ Q kVARh + + Q kVARh +

IR

kWh - VR kWh + kWh - kWh +


VR
-P
+P -P +P

IR

-Q kVARh - -Q kVARh -

1. Fasa R Memikul beban Induktif Arus Fasa R terbalik akibat kesalahan


2. IR tertinggal dengan besar sudut
terhadap VR (Lagging) pengawatan CT

119
Automatic Meter Reading (AMR)
Pada Umumnya Beban adalah Induktif (lagging)
Contoh diagram vektor pada Fasa S sebagai berikut:

Diagram Vektor Yang Benar Diagram Vektor Yang Salah


+ Q kVARh +
+ Q kVARh +

kWh - kWh + kWh - IS kWh +



-P +P
IS
-P +P

VS
VS
VS

-Q kVARh -
-Q kVARh -

1. Fasa S Memikul beban Induktif


Arus Fasa S terbalik akibat kesalahan
2. IS tertinggal dengan besar sudut
terhadap VS (Lagging) pengawatan CT

120
Automatic Meter Reading (AMR)
Pada Umumnya Beban adalah Induktif (lagging)
Contoh diagram vektor pada Fasa T sebagai berikut:

Diagram Vektor Yang Benar Diagram Vektor Yang Salah


+ Q kVARh + + Q kVARh +

VT

VT IT

kWh - kWh + kWh - kWh +

-P +P -P +P

IT

-Q kVARh - -Q kVARh -

1. Fasa T Memikul beban Induktif Arus Fasa T terbalik akibat kesalahan


2. IT tertinggal dengan besar sudut
terhadap VT (Lagging) pengawatan CT

121
Automatic Meter Reading (AMR)
Contoh Diagram Vektor dengan Beban Induktif yang Benar Terhadap
Tegangan 3 Fasa
+ Q kVARh +
1. Dalam keadaan Normal VR, VS, dan VT Berbeda
=120

2. Phasa R,S, dan T memikul Elemen beban Induktif IT


VT
(L) dimana Arus (IR, IS, dan IT) tertinggal 3
kWh - VR kWh +
sebesar sudut terhadap Tegangan (VR,VS, dan
VT) disebut juga beban Lagging. -P 2
1 +P
IS IR
VS

- Q kVARh -

122
Automatic Meter Reading (AMR)
Contoh Diagram Vektor dengan Beban Induktif yang Salah (Arus fasa S
terbalik)
+ Q kVARh +
1. Dalam keadaan Normal VR, VS, dan VT Berbeda
=120

2. Arus Fasa S terbalik akibat kesalahan IT

pengawatan CT VT 3 IS
kWh - VR kWh +
2
-P 1 +P
VS IR

- Q kVARh -

123
Automatic Meter Reading (AMR)
Contoh Arus Fasa S Hilang

Pada APP TM atau TR Pegukuran tidak langsung


1. CT (Current Transformer) Rusak
2. Kabel Pengkawatan Arus tidak terhubung (Kabel
antara CT dan kWh Meter)

Terlihat pada gambar disamping bahwa untuk Arus IS


bernilai 0.17 A

124
Automatic Meter Reading (AMR)
Contoh Tegangan Fasa S Hilang

Pada APP TM:


+ Q kVARh +
1. PT (Potensial Transformer) Rusak
2. Kabel Pengkawatan tegangan tidak terhubung
(Kabel antara PT dan kWh Meter)
VT IT
3

Pada APP TR Pengukuran tak langsung: kWh - VR kWh +


1. Kabel Pengkawatan tegangan tidak terhubung -P 1 +P
2. Tegangan sisi TR pada APP tidak ada IS IR

- Q kVARh -

125
GLOBAL TOP 5 UTILITY FOR GREEN ENERGY

DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyudi, sarimun.Protesi Sistem Distribusi Tenaga Kistrik. Depok;Garamond.2012
2. Wahyudi, sarimun.Buku saku pelayanan Teknik.Garamond;Depok. 2011
3. Materi Pengoperasian Gardu Distribusi. PT.PLN(Persero) Pusdiklat. 2009
4. Pemeliharaan Kubikel. PT.PLN(Persero) Pusdiklat. 2009
5. Pemeliharaan Trafo Distribusi. PT.PLN(Persero) Pusdiklat. 2009
6. Pemeliharaan PHB TR. PT.PLN(Persero) Pusdiklat. 2009
7. Analisa Proteksi Sistem Distribusi. PT.PLN(Persero) Pusdiklat. 2009
8. Pengenalan ME dan AMR. PT.PLN(Persero) Disjaya.2013

126
GLOBAL TOP 5 UTILITY FOR GREEN ENERGY

TIM PENYUSUN

1. M BUDISUSILO (NIP: 5883149H)

2. VICK NAWAN (NIP: 6895032Z)

3. I PUTU KESAMA P. WIJAYA (NIP:86112306Z)

127
PT.PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TENGERANG

128

Anda mungkin juga menyukai