BAB 2
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Undang Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dalam Pasal
3 : “untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan
tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, harus
menjamin keandalan bangunan gedung dari segi berturut-turut: (1)
keselamatan, (2) kesehatan, (3) kenyamanan, dan (4) kemudahan “
PP No.36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No.28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Pasal 16 Ayat (1) : “keandalan
bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi
berturut-turut persyaratan (1) keselamatan, (2) kesehatan, (3) kenyamanan, dan
(4) kemudahan”
PERATURAN TEKNIS
Metodelogi
1
Tahun
MAKSUD :
Metodelogi
2
Tahun
Metodelogi
3
Tahun
Metodelogi
4
Tahun
Data Umum : Nama Bangunan, Lokasi/ Alamat, Fungsi, Luas Lahan, Luas
bangunan / Jumlah lantai, Pemilik
Data Penunjang: Tahun Pembangunan, Perencana, Kontraktor, Pengawas,
Nilai bangunan, Riwayat kepemilikan, riwayat perbaikan / penambahan
fungsi dan sebagainya
Data Arsitektur : Gambar-gambar/ As built drawings, Data lapangan
Data Struktur : Gambar-gambar/ As built drawings, Data lapangan
Data Proteksi Kebakaran : Gambar-gambar/ As built drawings, Data
lapangan
Data Mekanikal : Gambar-gambar/ As built drawings,Data lapangan
Data Elektrikal :Gambar-gambar/ As built drawings, Data lapangan
Data Elektronika :Gambar-gambar/ As built drawings, Data lapangan
Metodelogi
5
Tahun
SUBSTANSI PELAKSANAAN :
Metodelogi
6
Tahun
Metodelogi
7
Tahun
– Pitot Tube
– Uji kualitas Air / Udara
– Airflow meter
PENDETEKSIAN KELAINAN PADA KONSTRUKSI ATAS BANGUNAN
GEDUNG
• Pondasi Dalam :
• Kolom :
Metodelogi
8
Tahun
• Dinding :
• Pelat :
• Baja :
Metodelogi
9
Tahun
• Atap Dak :
• Penyangga :
• Lantai :
Metodelogi
10
Tahun
Metodelogi
11
Tahun
Audit Struktur Bangunan sangat penting dan sangat utama harus dilakukan
karena dalam proses pembangunan konstruksi dari tahun ke tahun semakin
besar (demand yang besar), bencana terhadap kualitas struktur konstruksi, umur
Metodelogi
12
Tahun
Faktor- faktor yang berpengaruh dan berubah ubah pada suatu bangunan yang
dapat menurunkan kinerja konstruksinya dalam pelaksanaan harus dilakukan
Metodelogi
13
Tahun
Audit Struktur Bangunan secara periodik dan berkala meliputi: cuaca, iklim dan
lingkungan, vibrasi akibat beban yang bekerja atau penambahan
beban/perubahan beban rencana, kondisi tanah, adanya bencana alam
misalnya: gempa bumi, banjir, tanah longsor, dll, faktor mutu bahan dan mutu
struktur, kualitas pemeliharaan gedung.
Metodelogi
14
Tahun
Metodelogi
15
Tahun
2.4. Metodologi
Setiap struktur bangunan gedung harus dalam kondisi yang baik dan memenuhi
kriteria teknis bangunan yang layak baik dari segi mutu (keamanan bangunan),
kenyamanan, sehingga dapat melayani kebutuhan sesuai dengan fungsinya.
Metodelogi
16
Tahun
Kondisi tanah
Berikut tahapan yang dijalankan dalam proses penilaian kelayakan gedung atau
bangunan lainnya:
1. Pengamatan Visual
Metodelogi
17
Tahun
2. Pengujian
Metode pengujian struktur bangunan dapat dilakukan berdasarkan:
– pendekatan destruktif (DestructiveTest)
– pendekatan non-destruktif (Non-DestructiveTest)
1. Hammer Test
Metodelogi
18
Tahun
2. UPVT
3. Covermeter Test
Metodelogi
19
Tahun
Untuk mendeteksi celah di dalam struktur dan ketebalan suatu lapisan struktur.
Ini bisa diterapkan pada lapisan struktur perkerasan, lantai jembatan, pelat lantai
gedung dan lainnya
Metodelogi
20
Tahun
6. Brinell Test
Adalah untuk menentukan kekerasan suatu material serta daya tahan material
tersebut
7. Core Drill
CoreDrill adalah mengambil sampel beton dengan cara pengeboran, untuk diuji
di laboratorium guna mengetahui kuat tekan beton
Metodelogi
21
Tahun
Atau biasa disebut juga dengan Uji Korosi. Yaitu metode untuk mengetahui
tingkat korosi besi tulangan yang berada di dalam beton
Menguji tingkat karbonasi pada beton struktur sehingga bisa diketahui umur
bangunan tersebut
Metodelogi
22
Tahun
3. Analisis struktur
Berdasarkan data hasil pengujian dibuatlah model struktur dengan
bantuan software analisis struktur seperti SAP2000, ETABS, STAADpro ataupun
MIDAS GEN.
Dari hasil analisis struktur ini akan diketahui apakah kinerja struktur mampu
menahan beban-beban yang bekerja sesuai dengan fungsi bangunan. Jika
Kinerja (Kapasitas Struktur) melebihi Beban yang bekerja (dengan faktor
keamanan tertentu), maka bangunan dikatakan LAYAK FUNGSI.
Metodelogi
23
Tahun
Jika tidak maka di desain perkuatan yang diperlukan, LAYAK FUNGSI DENGAN
SYARAT misalnya dilakukan perkuatan.
Secara garis besar metodologi evaluasi struktur bangunan yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut :
MULAI
Tahap Persiapan
Survey Pendahuluan
Survey Lapangan
Perhitungan Struktur
Penggambaran
Tahap Perhitungan & Pelaporan
Laporan Akhir
SELESAI
Metodelogi
24
Tahun
2.1. Persiapan
1. Administrasi
2. Keuangan
3. Personil
4. Fasilitas kantor
5. Alat penyelidikan tanah
6. Data sekunder yang telah ada
Selain itu disusun pula rencana koordinasi dengan instansi terkait dan
penyiapan surat-surat pengantarnya.
2.3. Pengukuran
Untuk menentukan posisi dari suatu obyek seperti batas tanah, pojok bangunan
maupun obyek lainnya, diperlukan data jarak dan sudut. Alat yang dapat
menentukan data jarak dan sudut adalah alat theodolit. Alat theodolit terdapat
beberapa macam, antara lain theodolit yang dilengkapi dengan alat penunjuk
Metodelogi
25
Tahun
arah yaitu kompas dan alat theodolit yang tidak dilengkapi dengan kompas.
Sedangkan jarak dapat diukur secara langsung dengan pita ukur ataupun secara
cara tidak langsung dengan cara optis, yaitu mengukur jarak dengan membaca
bacaan rambu yang dikalikan dengan faktor skala jarak pada alat (yang
kemudian disebut dengan jarak optis).
Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton,
misalnyakeberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat
permukaan.
Ultrasonic Pulse Velocity Test, UPVT adalah suatu uji non destructive untuk
mengidentifikasi mutu integritas beton dengan pendekatan rambatan
gelombang ultrasonic pada beton.
Metodelogi
26
Tahun
Kedua transducer tersebut dapat ditempatkan secara direct, semi direct atau
indirect. Karena jarak antara kedua transducer ini telah diketahui, maka
kecepatan gelombang ultrasonik dalam material beton dapat dihitung, yaitu
tebal beton dibagi dengan waktu tempuh.
Selain pengukuran mutu beton, UPVT dapat juga digunakan untuk mengukur
kedalaman retak dan keberadaan honeycomb pada beton.
Peralatan UPVT
Metodelogi
27
Tahun
Direct Method yaitu transmitter dan receiver berada pada dua permukaan
yang paralel.
Pengujian identifikasi kuat tekan beton dengan Ultrasonic Pulse Velocity Test
dilakukan dengan mengukur kecepatan gelombang ultrasonik di dalam beton
yang dihitung dengan rumus:
V=L/T
dimana L adalah jarak antara transmitter dan receiver dan T adalah waktu yang
ditempuh oleh gelombang di dalam beton. Karena kedua parameter ini telah
diukur maka kecepatan gelombang dapat diketahui.
Rebar Scan
Re-bar Scan atau sering disebut Cover Meter Test adalah uji untuk mengukur
tebal selimut beton, jarak antar tulangan dan besar diameter tulangan.
Metodelogi
28
Tahun
Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya
ditempatkan dalam sebuah ruangan dengan temparatur tetap dan kelembapan
100%. Mesikupun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa
hingga 70 – 140 Mpa, Kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20
Mpa hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan
kekuatan 20 Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35
Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada
lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan
sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-
perusahaan pembuat beton siap campur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebananya.
Di banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm.
untuk beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-silinder 150 mm
x 300 mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai
yang diperoleh dari pengujian beton kubus.
Kekuatan beton bias beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan.
Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan
seperti itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton
diatas 35 atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan
perhatian penuh kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan
perawatan. Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relative lebih
besar.
Metodelogi
29
Tahun
1) Faktor air semen (water cement ratio = w/c), semakin kecil nilai w/c nya
maka jumlah airnya sedikit akan dihasilkan kuat tekan beton yang besar.
2) Sifat dan jenis agregat yang digunakan, semakin tinggi tingkat kekerasan
agregat yang digunakan maka akan dihasilkan kuat tekan beton yang
tinggi.
3) Jenis campuran.
Metodelogi
30
Tahun
Metodelogi
31
Tahun
Gambar 2.2. Arah Tegangan Normal (Normal Stress) dan Pola Retak Pada
Silinder
Dengan demikian didapatkan rumus :
P
σ=
A
Dimana :
σ = tegangan (N/mm2)
P = gaya aksial (N)
A = luas penampang (mm2)
Metodelogi
32
Tahun
∆L
ε=
L
Dimana :
ε = regangan/ strain (μm/m atau με)
L = panjang benda mula- mula (m)
∆L = perubahan panjang benda (μm)
Jika batang tersebut mengalami tarik, maka regangannya disebut regangan tarik
(tensile strain), yang menunjukkan perpanjangan bahan. Jika batang tersebut
mengalami tekan, maka regangannya adalah regangan tekan (compressive
strain) dan batang tersebut memendek. Regangan tarik bertanda positif dan
regangan tekan bertanda negative. Regangan (ε) disebut regangan normal
karena regangan ini berkaitan dengan tegangan normal.
Metodelogi
33
Tahun
Pada beban batas, retak yang searah dengan arah beban menjadi sangat terlihat
dan hamper semua silinder beton (kecuali yang kekuatannya sangat rendah)
akan segera hancur.
Metodelogi
34
Tahun
Beberapa SK- SNI pasal 3.15 bahwa rumus untuk menghitung modulus
elastisitas beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-2500 kg/m 3.
Ec = wc1,5(0,043) √f ' c
Dimana :
Wc : berat beton (kg/m3)
Fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Dan untuk beton dengan berat normal beton yang berkisar 2320 kg/m3
Ec = 4700 √f ' c
Metodelogi
35
Tahun
sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya
dipakai pada analisis struktur dengan beban gempa atau tumbukan.
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudional ini
disebut sebagai Perbandingan Poisson (Poisson’s ratio). Nilainya bervariasi mulai
dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan
nilai rata- rata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai
perbandingan ini dengan nilai- nilai, seperti perbandingan air- semen, lamanya
perawatan, ukuran agregrat dan sebagainya.
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi
oleh retak- retak halus. Retak- retak ini tidak berpengaruh besar bila beton
menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup
sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi
bila balok menerima beban tarik.
Metodelogi
36
Tahun
usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton.
Namun, berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai
modulus elastisitas tarik beton sama dengan modulus elastisitas tekannya.
Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc’.
Meskipun demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar
kuadrat dari fc’. Kuat tarik ini cukup sulit untuk diukur dengan beban- beban
tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari
konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban- beban
tersebut.
Sebagai akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak
langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus
keruntuhan dan uji pembelahan silinder.
Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat penting ketika kita
sedang meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan ini, kita selama
ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus- keruntuhan.
Modulus keruntuhan biasanya dihitung dengan cara membebani sebuah balok
beton persegi (dengan tumpuan sederhana berjarak 6 meter dari as ke as) tanpa
tulangan berukuran 15 cm x 15 cm x 75 cm hingga runtuh dengan beban
terpusat yang besarnya sama pada 1/3 dari titik- titik pada balok tersebut sesuai
dengan yang disebutkan dalam ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai
keruntuhan terjadi akibat retak pada bagian balok yang mengalami tarik.
Modulus keruntuhannya fr ditentukan kemudian dari rumus lentur. Pada rumus-
rumus berikut ini:
6M
fr=
bh2
Dimana :
Fr : modulus keruntuhan
Metodelogi
37
Tahun
M : momen maksimum
b : lebar balok
h : tinggi balok
Tegangan yang ditentukan dengan cara ini tidak terlalu akurat karena dalam
menggunakan rumus lentur kita mengasumsikan beton berada dalam keadaan
elastis sempurna dengan tegangan yang berbanding lurus terhadap jarak dari
sumbu netral. Asumsi- asumsi ini tidak begitu baik.
2P
fr=
πLD
Dimana :
P : gaya tekan maksimum
L : panjang
D : diameter silinder
Metodelogi
38
Tahun
Dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampangnya yang ditinjau dan
Vn adalah kuat geser nominal yang dihitung dari :
Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur
berlaku,
Vc=0.17 √ f ' c bw d (SNI 2847-2013 pasal 11.3)
Nu
Vc=0.17 ( 1+
14 A g ) √ f ' c bw d (SNI 2847-2013 pasal 13.4)
Dimana :
N : Gaya normal luar terfaktor
Ag : Luas penampang bruto (b.h)
2) Kuat geser Vc boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci
sebagai berikut :
a. Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur
saja,
V ud
Vc= ( 0.16 √ f ' c +17 ρw
Mu ) bw d (SNI 2847-2013 pasal 11.5)
Metodelogi
39
Tahun
Tetapi tidak boleh diambil lebih besar dari pada 0,3 fc’ bwd. Dalam
perhitungan Vc menggunakan persamaan ini, besaran Vud / Mu tidak
boleh diambil melebihi 1,0 , dimana Mu adalah momen terfaktor yang
terjadi bersamaan dengan Vu pada penampang yang ditinjau.
( 4 h−d )
Mm = Mu– Nu (SNI 2847-2013 pasal 11.6)
8
Tetapi dalam hal ini, Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada :
1. Kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih besar
daripada 400 Mpa.
Spasi tulangan geser yang dipasang tidak boleh melebihi d/2 atau 600
mm. Bila Vs melebihi (√ƒ’c/3) bwd, maka spasi maksimum tersebut harus
dikurangi setengahnya.
Metodelogi
40
Tahun
bw S
Avmin =0.062 √f ' c(SNI 2847-2013 pasal 11.13)
fyt
Tapi Av tidak boleh kurang dari (0.35bws)/fyt dengan bw dan S
dinyatakan dalam millimeter.
a. Bila gaya geser terfaktor Vu lebih besar daripada kuat geser φVc,maka
harus disediakan tulangan geser untuk memenuhi keseimbangan
gaya geser yang terjadi.
Av f d
Vs = y
(SNI 2847-2013 pasal 11.15)
S
Dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang
jarak s. Dimana :
Vs : kapasitas gaya geser dari tulangan
Av : luas tulangan geser
S : jarak antar tulangan sengkang
Kuat geser Vs, tidak boleh diambil lebih dari (2/3)(√ƒ’c) bwd
Metodelogi
41
Tahun
Mutu beton yang digunakan dalam perencanaan gedung ini adalah sebagai
berikut
a. Mutu Beton :
Dalam melakukan pemodelan, analisis dan desain suatu struktur, perlu ada
gambaran mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur
tersebut. Gaya statis adalah gaya yang bekerja secara terus menerus pada
struktur dan mempunyai karakter steady-states. Gaya dinamis adalah gaya yang
bekerja yang bekerja secara tiba- tiba pada struktur, pada umumnya tidak
bersifat steady-states dan mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah
dengan cepat. Pemodelan beban pada struktur digunakan untuk
menyederhanakan didalam perhitungan analisis dan desain struktur.
Beban adalah gaya atau aksi lainnya yang diperoleh dari berat seluruh bahan
bangunan, penghuni, barang- barang yang ada di dalam bangunan gedung,
efek lingkungan, selisih perpindahan dan gaya kekangan akibat perubahan
dimensi.
Metodelogi
42
Tahun
Beban nominal adalah besar beban yang ditentukan dalam standar ini untuk
beban mati, hidup, tanah, angina, hujan, banjir dan gempa.
Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup ini
akan diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke balok
anak dan balok induk. Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi.
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, cladding gedung dan komponen arsitektural dan struktur lainna serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
Metodelogi
43
Tahun
Selain berat sendiri elemen structural, pada beban mati juga terdapat
beban lain yang berasal dari elemen arsitektural bangunan.
Jumlah = 96 kg/m2
Metodelogi
44
Tahun
Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau
struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan,
seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir atau beban mati.
Tabel 2.1. Beban Hidup SNI 1727 2013 Beban Minimum untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur lain, Beban Hidup
Terdistribusi merata minimum, Lo dan Beban Hidup Terpusat Minimum
Metodelogi
45
Tahun
Metodelogi
46
Tahun
Metodelogi
47
Tahun
Metodelogi
48
Tahun
Efek beban lateral, seperti beban angina dan beban gempa cukup mendominasi
pada bangunan tinggi, dan menentukan pemilihan dari system struktur.
Gempa bumi merupakan suatu gerakan tiba- tiba dari tanah yang berasal dari
gelombang pada suatu tempat dan menyebar dari daerah tersebut ke segala
arah. Gempa bumi dalam hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan dengan
gerakan muka bumi dna pengaruhnya terhadap daerah yang bersangkutan.
Masing- masing daerah mempunyai bentuk maupun wilayah yang berbeda.
Metodelogi
49
Tahun
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi ( baik itu
gempa tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.
Pedoman perumusan gempa rencana pada SNI 1726-2012 mengacu pada ASCE
7-05 yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 2475 tahun
(probabilitas terlamapui 2% dalam 50 tahun), sedangkan sni 1726-2002
memakai konsep wilayah gempa (Seismic zone) yang ditentukan berdasarkan
perioda ulang gempa 500 tahun (probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun).
Metodelogi
50
Tahun
Metodelogi
51
Tahun
Gambar 2.6. Flowchart Pembebanan Gempa Metode Statik Ekivalen sesuai SNI
1726 -2012
Metodelogi
52
Tahun
Pada struktur bangunan tingkat tinggi atau struktur dengan bentuk atau
konfigurasi yang tidak teratur. Analisis dinamik dapat dilakukan dengan cara
elastis maupun inelastis. Pada cara elastis dibedakan Analisis Ragam Riwayat
Waktu (Time History Modal Analysis), dimana pad acara ini diperlukan rekaman
percepatan gempa dan Analisis Ragam Spektrum Respon (Respons Spectrum
Modal Analysis), dimana pad acara ini respon maksimum dari tiap ragam getar
yang terjadi didapat dari Spektrum Respon Rencana (Design Spectra).
Metodelogi
53
Tahun
Tabel 2.2 Kategori Reiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
Metodelogi
54
Tahun
(Sumber : Buku Pedoman SNI 1726 : 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Tabel 1- Kategori
Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa, hal 14 -15)
Tabel 2.3. Faktor Keutamaan Gempa SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Sumber : Buku Pedoman SNI 1726 : 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Tabel 2- Kategori
Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa, hal 15)
Metodelogi
55
Tahun
Gambar 2.7. Peta Respon Spektra Percepatan Periode 0,2 Detik di batuan
dasar untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun
Dari peta zonasi gempa tersebut kita menentukan nilai percepatan spektra
periode 0,2 detik (SS) dilihat berdasarkan warna wilayah yang kita tinjau. Seperti
pada perencanaan ini Rengasdengklok Kabupaten Karawang berada pada warna
pink muda dengan nilai antara 0,6 – 0,7 g.
Metodelogi
56
Tahun
Seperti halnya pada perhitungan percepatan spektra periode 0,2 detik (S S),
perhitungan percepatan spektra periode 1 detik dengan (S 1) pun sama dengan
melihat warna pada peta zonasi gempa berdasarkan wilayah yang akan ditinjau.
Rengasdengklok Kabupaten Karawang berada pada warna hijau dengan nilai
antara 0,25 – 0,3 g.
Tabel 2.4. Klasifikasi SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Metodelogi
57
Tahun
SA (batuan
> 1500 N/A N/A
keras)
SB (Batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras,
350 sampai 750 >50 t 100
sangat padat)
SD (tanah
175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
sedang)
<175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari
(Sumber : Buku Pedoman SNI 1726 : 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Tabel 3 – Klasifikasi
Situs, hal 17-18)
Metodelogi
58
Tahun
detik. Faktor amplifikasi getaran gempa untuk periode pendek (Fa) dan periode
1 detik (Fv), berdasarkan pada Tabel 4 dan Tabel 5 SNI 1726:2012.
Tabel 2.5. Koefisien Situs (Fa) SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(Sumber : Buku Pedoman SNI 1726 : 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Tabel 4 – Koefisien
Situs, hal 22)
Tabel 2.6. Koefisien Situs (Fv) SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
Metodelogi
59
Tahun
(Sumber : Buku Pedoman SNI 1726 : 2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, Tabel 5 – Koefisien
Situs, hal 22)
S MS = Fa S S
S M1 = Fv S 1
Dimana :
Metodelogi
60
Tahun
Berdasarkan pasal 6.4 pada SNI 1726:2012 tentang spectrum respons desain
dijelaskan bahwa: Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan
prosedur gerak tanah dari spesifik kelas situs tidak digunakan maka kurva
spectrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu gambar dan
mengikuti ketentuan dibawah ini.
Gambar 2.9. Spektrum Respons Desain SNI 1726:2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
1. Untuk periode yang lebih kecil dari T 0 ( T < T0 ) dan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts ( T ≤ Ts), spectrum respons percepatan desain (Sa) :
2. Untuk periode yang lebih besar dari atau sama dengan T0 ( T ≥ T0) dan
lebih kecil dari atau sama dengan Ts ( T ≤ Ts ), spektrum respons
percepatan desain (Sa) :
Sa = SDS
SD1
Sa =
T
Keterangan :
Metodelogi
61
Tahun
Faktor beban diperlukan dalam analisis beban suatu gedung agar struktur dan
komponen struktur memnuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap
bermacam- macam kombinasi pembebanan. Berdasarkan SNI 1726:2012 , faktor
– faktor beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal, dan beban
gempa nominal sama seperti pada SNI 1726:2002. Akan tetapi, pada kombinasi
yang terdapat beban gempa didalam persamaannya harus didesain berdasarkan
pengaruh beban seismik yang ditentukan seperti berikut ini.
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (3) dan (4), E harus didefinisikan
sebagai :
E = Eh + Ev
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban (5) dan (6), E harus didefinisikan
sebagai :
Metodelogi
62
Tahun
E = Eh - Ev
Dimana :
Eh = ρ ԚE
Dimana :
Ev : 0,2 SDSDL
Dimana :
Dengan demikian, berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.4, faktor- faktor dan
kombinasi beban gempa nominal adalah :
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
Metodelogi
63
Tahun
Dimana :
Faktor redundansi (ρ) harus dikenakan pada system penahan gaya seismic
masing- masing dalam kedua arah orthogonal untuk semua struktur.
Metodelogi
64
Tahun
∑ ¿ x Fi
i
Fpx = n
Wpx
∑ ¿ x wi
i
Dimana :
Fpx : adalah gaya desain diafragma
Fi : adalah gaya desain yang diterapkan ditingkat i
Wi : adalah tributari berat sampai tingkat i
Wpx : adalah tributari berat sampai diafragma di tingkat x
Dimana Fpx tidak boleh kurang dari :
Fpx = 0,2 SDS Iex Wpx
Dan Fpx tidak boleh melebihi :
Fpx = 0,4 SDS Iex Wpx
Untuk struktur yang dirancang bagi kategori desain seismic D,E,dan F factor
redudansi (ρ) harus sama dengan 1,3; kecuali jika satu dari dua kondisi berikut
dipenuhi dimana ρ diizinkan diambil sebesar 1 :
- Masing- masing tingkat yang menahan lebih dari 35% geser dasar dalam
arah yang ditinjau sesuai dengan tabel berikut
Metodelogi
65
Tahun
Tabel 2.7. Persyaratan masing- masing tingkat yang menahan lebih dari 35%
gaya geser dasar
Metodelogi
66
Tahun
Metoda core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu
struktur bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke
Metodelogi
67
Tahun
Jika uji bor inti dipilih maka beberapa hal yang perlu diperhatikan (SK SNI-61-
1990-03): (1) Umur beton minimal 14 hari. (2) Pengambilan contoh silinder
beton dilakukan di daerah yang kuat tekannya diragukan, biasanya berdasarkan
data hasil uji contoh beton dari masing-masing bagian struktur. Dari satu
daerah beton diambil satu titik pengambilan contoh. (3) Dari satu pengambilan
contoh (daerah beton yang diragukan mutunya) diambil 3 titik pengeboran.
Pengeboran harus ditempat yang tidak membahayakan struktur, misalnya
jangan dekat sambungan tulangan, momen maksimum, dan tulangan utama. (4)
Pengeboran harus tegak lurus dengan permukaan beton. (5) Lubang bekas
pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya,
benda uji silinder beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila
beton yang diambil berada dalam kondisi sangat basah selama masa layannya,
maka silinder harus direndam dahulu minimal 40 jam dan diuji dalam kondisi
basah.
Metodelogi
68
Tahun
Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh (daerah beton yang diragukan)
dapat dinyatakan tidak membahayakan jika kuat tekan 3 silinder beton
(minimum 3 silinder beton) yang diambil dari daerah beton tersebut memenuhi
2(dua) persyaratan sebagai berikt: (1) Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder
betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’ (2) Kuat tekan masing-masing silinder
betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.
Metode core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu
struktur bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian seperti Kuat tekan.
Pengambilan sample beton dengan coredrill (pengeboran inti) dan uji kuat
tekan beton di laboratorium untuk Pengambilan contoh dilakukan dengan alat
bor yang mata bornya berupa “pipa” dari intan, sehingga diperoleh contoh
beton berupa silinder.
Metodelogi
69
Tahun
Contoh alat pengambilan sample beton dengan metode coredrill tersebut yaitu
sebagai berikut:
Metodelogi
70
Tahun
Metodelogi
71
Tahun
Sampel beton dari pengambilan dengan metode coredrill pada bagian struktur
bangunan yang diduga terdapat retakan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sample beton adalah
sebagai berikut:
Metodelogi
72
Tahun
4. Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga, adanya
serpihan/agregat kasar yang lepas, tulangan besi yang lepas dan
ketidakteraturan dimensi, tidak boleh digunakan untuk
5. Diameter benda uji untuk uji kuat tekan tidak boleh kurang dari 90 mm;
6. Rasio tinggi sample (L) dengan diameter (D) lebih besar atau sama
dengan 0,95 , dimana L = panjang dan D =diameter benda uji;
9. Apabila ada kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti,
letaknya harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji;
10. Jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti tidak boleh
lebih dari 2 batang;
11. Apabila jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti lebih
dari 2 batang, benda uji harus dikerjakan dengan gergaji beton dan gerinda,
sehingga memenuhi ketentuan dan bila tidak terpenuhi, benda uji tersebut
tidak boleh digunakan untuk uji kuat tekan
Benda uji beton inti sesudah kaping yaitu harus memenuhi ketentuan 2,00 ≥
L/D ≥ 1,00 dimana tebal lapisan untuk kaping tidak boleh melebihi 10 mm.
Metodelogi
73
Tahun
Metodelogi
74
Tahun
Metodelogi
75
Tahun
Metodelogi
76
Tahun
Ultrasonic Pulse Velocity Test, UPVT adalah suatu uji non destructive untuk
mengidentifikasi mutu integritas beton dengan pendekatan rambatan
gelombang ultrasonic pada beton.
Kedua transducer tersebut dapat ditempatkan secara direct, semi direct atau
indirect. Karena jarak antara kedua transducer ini telah diketahui, maka
kecepatan gelombang ultrasonik dalam material beton dapat dihitung, yaitu
tebal beton dibagi dengan waktu tempuh.
Selain pengukuran mutu beton, UPVT dapat juga digunakan untuk mengukur
kedalaman retak dan keberadaan honeycomb pada beton.
Metodelogi
77
Tahun
Peralatan UPVT
DirectMethod yaitu transmitter dan receiver berada pada dua permukaan yang
paralel.
Metodelogi
78
Tahun
dimana L adalah jarak antara transmitter dan receiver dan T adalah waktu yang
ditempuh oleh gelombang di dalam beton. Karena kedua parameter ini telah
diukur maka kecepatan gelombang dapat diketahui. Kuat tekan beton dapat
dihitung dengan menggunakan kurva hubungan antara kecepatan gelombang
dan mutu beton seperti pada gambar berikut:
Metodelogi
79
Tahun
Grafik diatas merupakan hubungan empirik antara velocity hasil UPVT dengan
kuat tekan beton hasil hasil uji tekan (crushing).
Hubungan pada grafik diatas tidak selalu dapat dianggap sama antara satu
bangunan dengan bangunan lain, atau suatu daerah dengan daerah lain,
sehingga disarankan dalam penggunaan grafik tersebut tetap harus diverifikasi
dengan pengambilan sample beton melalui coredrill dan uji tekan, untuk
mendapatkan faktor koreksi dari hubungan empirik tersebut.
Metodelogi
80
Tahun
Hammer Test
Alat yang digunakan untuk Uji Kekuatan Beton dengan HammerTest seperti
pada gambar berikut:
Metodelogi
81
Tahun
Karena prinsip kerja dan cara penggunaan alat sangat mudah, maka secara luas
alat ini banyak digunakan untuk memperkirakan mutu beton, terutama pada
struktur bangunan yang sudah jadi. Dan dengan proses uji yang cepat maka alat
inipun secara praktis dapat menguji secara keseluruhan struktur bangunan
Metodelogi
82
Tahun
Sebagai catatan karena alat ini hanya membaca kekerasan beton pada lapisan
permukaan (+4 cm), sehingga untuk elemen struktur dengan dimensi yang
besar, concretehammertest hanya menjadi indikasi awal bagi mutu dan
keragaman mutu.
Selain itu pada saat pengujian permukaan beton yang akan diuji harus
dibersihkan dan diratakan karena alat ini peka terhadap variasi yang ada di
permukaan beton.
Metodelogi
83
Tahun
1. Arah A (0 derajat)
Metodelogi
84
Tahun
Metodelogi
85
Tahun
Metodelogi
86
Tahun
Metodelogi
87
Tahun
berlebihan. Tetapi akibat tidak adanya perawatan, sehingga pada sat beton
terbentuk banyak terjadi retakan.
1. Pengaruh lingkungan
Karena beton pada bangunan mengalami kontak langsung dengan cuca luar.
Sehingga bangunan sipil yang berumur cukup lama banyak
mengalami crackdepth dan crackwidth Salah satu pengaruh lingkungan yang
menyebabkan beton retak adalah akibat dari air hujan. Akibat sekian lama beton
pada bangunan tua menerima air hujan secara langsung, lama – kelamaan air
hujan masuk meresap kedalam beton yang kemudian mencapai tulangan pada
beton. Apabila saat air hujan telah mengenai baja tulangan, maka akan terjadi
reaksi antara baja tulangan dengan tulangan yang menyebakan baja tulangan
menjadi korosi. Akibat korosinya baja tulangan beton akan mengalami retak –
retak, makanya pengujian korosi dan
penggunaan rebarcorrosiondetection sangat diperlukan.
2. Pembebanan
Setelah beton sudah jadi dan bangunan sipil telah siap untuk dipakai. Maka
beton tersebut akan menerima beban – beban. Apabila beton menerima beban
sesuai dengan kapasitas kekutannya, beton akan baik – baik saja. Tetapi
kadangkala beton akan menerima beban diluarkemapuannya untuk menahan
beban tersebut, sehingga crackdepth dan crackwidth pada beton pun tidak
bisa di hindari.
Metodelogi
88
Tahun
Re-bar Scan atau sering disebut Cover Meter Test adalah uji untuk mengukur tebal
selimut beton, jarak antar tulangan dan besar diameter tulangan.
Metodelogi
89
Tahun
Namun setiap jenis bahan konduktif dalam medan magnet akan memiliki
pengaruh pada hasil pengukuran.
Gambar berikut ini adalah alat yang digunakan pada saat pengukuran.
Metodelogi
90
Tahun
Metodelogi
91
Tahun
Salah satu metode NDT adalah uji korosi tulangan dalam beton dengan
menggunakan prinsip halfcellpotential dengan alat keluaran proceq yaitu
CANIN+ (corrosionanalysis).
CANIN+ dengan batang half-cell mengukur potensi korosi pada tulangan baja
di dalam beton baja mengacu pada metode yang dijelaskan dalam berbagai
standar (misalnya ASTM C876-91).
Metodelogi
92
Tahun
Metodelogi
93
Tahun
Metodelogi
94
Tahun
Metodelogi
95
Tahun
Salah satu material penyusun struktur adalah: Baja. Baik itu profil baja maupun
tulanganrebar di dalam beton. Uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui kuat
tarik baja adalah dengan memotong salah satu bagian struktur untuk dilakukan
uji tarik di laboratorium.
Lalu bagaimana Menentukan Kuat Tarik Baja Struktur yang sudah terpasang
tanpa harus memotongnya? Ada beberapa metode yang dapat dilakukan.
Diantaranya akan diuraikan berikut ini.
Metodelogi
96
Tahun
LEEB HARDNESS
Metodelogi
97
Tahun
Lebih lunak benda uji, akan lebih besar bekas lekukan yang terjadi pada benda
uji yang menyebabkan kehilangan energy yang lebih besar dan kecepatan
pantulan yang lebih lambat, yang pada akhirnya menghasilkan tegangan lebih
rendah.
Nilai kekerasan (HL) dihitung dari rasio kecepatan tumbukan dan rebound. Nilai
kekerasan (HL) ini kemudian dapat diubah oleh perangkat lunak untuk
menampilkan konvensional nilai kekerasan konvensional dalam skala HRC, HV
atau HB.
Gambar diatas menunjukkan konsep dasar perhitungaan dalam skala Leeb (HL),
sedangkan gambar di bawah ini beberapa dokumentasi kegiatan uji kekerasan
(Hardness tester).
Metodelogi
98
Tahun
Seperti yang dijelaskan diatas skala brinell tetap merupakan skala yang sudah
dipakai cukup luas, untuk mengkonversi Angka Kekerasan Leeb (HL) ke brinell
(HB) pada logam dapat menggunakan table di bawah ini.
HB = 0.436 HL + 514.317
Metodelogi
99
Tahun
Metodelogi
100
Tahun
Metodelogi
101
Tahun
HB = 0.436 HL + 514.317
Metodelogi
102
Tahun
Metodelogi
103
Tahun
Berikut ini adalah beberapa proyek audit struktur yang pernah kami kerjakan, yang salah
satu ujinya menggunakan hardnesstest atau brinelltest sebagaimana terlihat pada
dokumentasi berikut:
Metodelogi
104
Tahun
Bri
nellTest Pada Jetty Pulau sebuku
Metodelogi
105
Tahun
Metodelogi
106
Tahun
Jadi sangat jelas antara ketiga komponen dalam suatu gedung yang saling
terkait satu sama lain. Dengan demikian sistem mekanikal dan Elektrikal
termasuk salah satu komponen yang sangat penting. Jadi intinya, suatu
bangunan yang telah dirancang oleh para arsitek akhirnya harus dipakai, dihuni
dan dinikmati. Untuk itu suatu gedung haus dilengkapi dengan prasarana yang
sesuai dengan kebutuhan gedung itu sendiri, seperti perkantoran, rumah sakit,
bank, bandara dan lain-lain.
A. Sistem Mekanikal & Elektrikal (ME) yang Umum Digunakan pada Suatu
Gedung
Metodelogi
107
Tahun
8. Sistem Grounding/pembmian
15. BAS (Building Automatic sistem), sistem ini digunakan untuk mengontrol
suatu sistem tersebut diatas), terutama menyalakan dan mematikan ac (AHU &
fan) atau panel listrik secara automatic. Tetapi sistem ini kadang masih jarang
digunakan pada kebanyakan gedung, sehingga yang utama yang digunakan
dalam sustu gedung adalah ke-14 sistem tersebut.
Maksud dan fungsi utama dari suatu gedung menjadi landasan dasar dalam
menentukan kekhususan sistem ME dalam suatu bangunan/ gedung. Gedung
rumah sakit misalnya akan mempunyai sistem yang khusus yang digunakan di
gedung tersebut yang tidak digunakan di gedung lain. Demikian juga bandara
atau mall / plaza.
Salah satu kekhususan sistem yang ada di rumah sakit diantaranya adalah
sistem instalasi gas (oksigen) dan compressor, disamping sistem ipal-nya juga
Metodelogi
108
Tahun
Untuk audit elektronnika nya pengujian dan pengetesan tergantung dari item
pekerjaan yang akan di testnya, lebih cenderung apakah alat tersebut masih
berfungsi dan laik pakai atau tidak, jika sudah tidak laik atau tidak berfungsi
alangkah baik nya diganti dengan yang baru disesuaikan dengan spesifikasi
existing, dan atau di upgrade ke yang lebih baik lagi,
Pada intinya semua pengujian dan pengetesan yang dilakukan hanya untuk
mencapai agar system yang terpasang di bangunan tersebut masih tetap Aman,
Handal berfungsi dengan baik serta mudah dalam perawatanya dan
pengoperasianya,
Metodelogi
109