Anda di halaman 1dari 367

3(5.8038/$13(1*(/2/$3(1',',.

$1
8080'$17(.12/2*,
1$6,21$/
-O7HQHV1R.RWD0DODQJ

5(1&$1$.(5-$'$16<$5$7±6<$5$7
5.6 

3HUHQFDQDDQ3HPEDQJXQDQ
580$+6$.,7
1$SIONAL
0$/$1*

%$%
3(.(5-$$10(.$1,.$/

 6,67(03/80%,1*
 
 6,67(03203$$,5%(56,+
 
 6,67(03203$+<'5$17
 
 3(5/(1*.$3$13/80%,1*

 6,67(03(0,3$$1*$60(',6
 
 $,5&21',7,21,1*.+868656
 
 6,67(03(0,3$$1'$13(5$/$7$13,3$$&
 
 6,67(0,62/$6,
 
 6,67(0'8&7,1*
 
 *5,//(
 
 $&63/,7
 
 9(17,/$6,0(.$1,.
 
 7(67,1*$'-867,1*%$/$1&,1*
 
 6,67(09(17,/$6,

 6,67(031(80$7,&78%(




 
SPESIFIKASI TEKNIS

15.1

SISTEM PLUMBING

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini mencakup semua pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan
dan pemasangan system pemipaan yang lengkap seperti ditentukan dan/atau
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Sistem plambing ini meliputi pemipaan distribusi internal air bersih dari 150 cm diluar
bangunan menuju kran, pemipaan sanitasi internal sampai 150 cm di luar bangunan,
berikut pengujian, penyeimbangan dan semua kebutuhan-kebutuhan lain yang
diperlukan agar system sempurna dalam segala hal dan siap untuk dioperasikan.
Pekerjaan ini juga akan meliputi penyambungan ke pipa distribusi seperti ditunjukkan
dalam Gambar kerja.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. American Society fot testing and Materials (ASTM)


2.2. British Standar (BS)
2.3. Standar Nasional Indonesia (SNI)
2.4. Japanese Industrial Standar (JIS)
2.5. American Water Works Associantion (AWWA)
2.6. Spesifikasi Teknis:

 02315 – Galian, Urukan Kembali dan pemadatan.


 02500 – Jaringan Utilitas.
 09910 – Cat.
 15410 – Perlengkapan Plambing.
 16400 – Distribusi Tegangan Rendah

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh Bahan dan Data Teknis.


3.1.1 Kontraktor harus menyerahkan contoh dan data teknis/brosur dari
bahan yang akan dipergunakan untuk mndapatkan persetujuan
Pengawas Lapanan / Manajemen Konstruksi terlebih dahulu,
sebelum mendatangkannya ke lokasi.

3.1.2 Semua biaya penyerahan dan pengadaan contoh bahan menjadi


tanggung jawab Kontraktor.

3.1.3 Bila contoh yang diserahkan berbeda dari yang ditentukan, kontraktor
harus menjelaskan perbedaan tersebut secara tertulis, dengan
permohonan pengantian, bersamaan dengan alasan penggantian,
sehingga bila diterima, tindakan yang sesuai dapat dilakukan untuk
penyesuaian. Bila konraktor mengabaikan hal ini maka Kontraktor
tidak dibebaskan dari tanggung jawab untuk menghasilkan pekerjaan
sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja.

3.2 Gambar Detail Pelaksanaan.

3.2.1 Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan pekerjaan pemipaan yang disebutkan disini, atau yang
membutuhkan koordinasi dengan pekerjaan lain.

3.2.2 Gambar kerja hanya berupa diagram pemipaan dan menunjukkan


secara gars besar tata letak bahan dan peralatan. Gambar kerja
harus diikuti secara seksama. Gambar Arsitektural, Struktural dan
lainnya yang terkait dan semua elemen yang akan dipasang harus
diperiksa dimensi dan kebutuhan ruang geraknya sebelum
pemasangan dimulai.

3.2.3 Gambar Detali Pelaksanaan harus diserahkan kepada Pengawas


Lapangan se-segera mungkin sebelum pengadaan bahan sehingga
diperoleh cukup waktu untuk memeriksa, dan tidak ada tambahan
waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini.
Gambar Detail pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail
yang diperlukan.

3.2.4 Kontraktor harus membuat Gambar Kerja yang dibutuhkan untuk


mendapatkan, atas biayanya, ijin-ijin tertentu yang diperlukan yang
berhubungan dengan sistem pemipaan yang disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis ini.

3.3 Pengiriman dan Penyimpanan.

3.3.1 Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), sambungan dan


perlengkapan lain yang digunakan dalam system pemipaan harus
mempunyai tanda/merek yang jelas dari pabrik pembuatnya dan
kelas produk bila ditentukan oleh standar yang berlaku.

3.3.2 Semua bahan harus disimpan di tempat yang aman dan terlindung
dari segala kerusakan.

3.4 Ketidaksesuaian.

3.4.1 Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap


kemungkinan kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi,
kapasitas, jumlah maupun pemasangan dan lain-lain.

3.4.2 Semua bahan yang didatangkan atau dipasang ternyata tidak


memiliki tanda-tanda yang sesuai harus disingkirkan dan diganti
dengan bahan yang memebuhi persyaratan, tanpa tambahan biaya
kepada Pemilik Proyek.

3.5 Jaminan.
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek surat jaminan yang
menyatakan bahwa sistem plambing telah bekerja dengan baik untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun sejak tanggal penyerahan terakhir. Selama periode
tersebut Kontraktor harus memperbaiki atau mengganti kerusakan dan
membayar biaya setiap perbaikan atau penggantian.

4.0. BAHAN - BAHAN

4.1 Umum.
Semua bahan, peralatan utama dan peralatan tambahan yang akan
dipasang harus dalam keadaan baru, tidak rusak/cacat dan berkualitas baik.

4.2 Pemipaan Air Bersih.

4.2.1 Pipa.
Untuk distribusi air bersih dalam bangunan menggunakan pipa Poly
Propeline (PPr) kelas 10kg/cm2 atau PN 10 yang memenuhi standar
ISO 4065, ISO 4427 dan atau DIN 8075.
Diameter dan panjang pipa yang dibutuhkan harus sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.

4.2.2 Sambungan Pipa.


Sambungan-sambungan p[ipa seperti socket, elbow, reducer, knee,
nipple, tee dan sebagainya, harus terbuat dari bahan PPr yang
sesuai untuk pipa PPr kelas 10kg/cm2, serta berasal dari merek yang
sama dengan merek pipa.

4.2.3 Sistem Sambungan.


Sistem sambungan terdiri dari compression fitting, butt-fussion
welding, electrofunction atau sesuai petunjuk dari pabrik pembuat
pipa PP. Sistem sambungan yang dipilih harus disetujui Pengawas
Lapangan / Manajemen Konstruksi.

4.3 Pemipaan Air Panas.

4.3.1 Pipa.
Untuk distribusi aire panas digunakan pipa PPr klas PN 20 yang
memenuhi ketentuan BS 6920 dan BS 7291 Part 1 & 2 dengan
tekanan nominal .

4.3.2 Sambungan Pipa.


Sambungan-sambungan pipa seperti socket, elbow, reducer, knee,
nipple, tee dan sebagainya, harus terbuat dari bahan PPr yang
sesuai untuk pipa PPr PN 20 kelas 10kg/cm2, serta berasal dari
merek yang sama dengan merek pipa.

4.3.3 Sistem Sambungan


Sistem sambungan terdiri dari compressioan fitting, but-fussion
welding, electrifusion atau sesuai petunjuk dari pabrik pembuat pipa
PP. Sistem sambungan yang dipilih harus disetujui Pengawas
Lapangan / Manajemen Konstruksi.

4.4 Perlengkapan Pemipaan.

4.4.1 Katup/Valve.
Katup bertekanan kerja 125psi, dengan jenis katup dan diameter
sesuai Gambar Kerja, harus dibuat dari bahan kuningan dan harus
berasal dari merek yang dikenal seperti Toyo,Kitz .
Katup harus memiliki tanda tekanan kerja, diameter dan arah aliran
yang diterakan pada badan katup.
Katup dengan diameter sampai dengan 65mm harus memiliki ulir
untuk enyambungan dengan pipa, sedang katup dengan diamter
lebih besar dari 65mm harus memiliki flens yang bersatu dengan
badan katup.

4.4.2 Flensa.
Flens harus memenuhi standar ANSI B 16.5 kelas 150 jenis raised
face. Flens tipe slip-on harus memiliki diameter yang sesuai dengan
pipa atau peralatan yang akan disambung.

4.4.3 Paking.
Paking harus dari ANSI kelas 150, terbuat dari karet gulungan spiral
tebal minimal 3mm.
Diameter paking harus sesuai dengan diameter dan jenis flens yang
akan digunakan.
Jumlah pengadaan paking harus dilebihkan 10% dari jumlah yang
seharusnya diadakan.

4.4.4 Baut, Mur untuk Flensa.


Baut, mur lengkap dengan cincin per dan cincin pelat, harus terbuat
dari baja hitam kelas 8.8., dengan system ulir metric, digunakan
untuk pemasangan flens.
Diameter dan panjang baut harus sesuai dengan dimensi flens. Sisa
ulir setelah pemasangan minimal 3 (tiga) ulir.
Jumlah pengadaan baut dan mur dilebihkan 10% dari jumlah yang
seharusnya diadakan.

4.5 Pipa PVC dan Sambungan

4.5.1 Pipa.
ipa air buangan harus dari pipa PVC standar SNI 06-0084-1987
dengan kelas tekanan kerja 8kg/cm2 . Pipa harus dari jenis
sambungan solvent cement.
Diamter dan panjang pipa yang dibutuhkan harus sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.

4.5.2 Sambungan Pipa.


Sambungan-sambungan pipa dengan jenis sambungan solven
cement seperti elbow, reducer, knee, tee dan sebagainya, harus
terbuat dari bahan dan kelas yang sama dengan pipa PVC dan
memenuhi standar SNI 06-0135-1989, dari merek yang sama dengan
merek pipa yang disetujui digunakan.

4.5.3 Perekat.

Perekat untuk penyambungan pipa PVC harus dari merek yang


direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa PVC.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Umum.

5.1.1 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mempelajari semua


pekerjaan lainnya yang terkait atau yang akan mempengaruhi
pekerjaannya, sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi teknis ini,
dan harus melaporkannya kepada Pengawas Lapangan semua
keadaan yang akan menurunkan atau mengurangi pekerjaannya.

5.1.2 Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang untuk semua


peralatan, pipa-pipa dan sebagainya, untuk menjamin bahwa
semuanya dapat dipasang pada tempat yang direncanakan sesuai
rencana.

5.1.3 Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan mutu kelas satu dan
rapi oleh teknisi-teknisi yang terlatih untuk pekerjaan tersebut dan
teknisi-teknisi ini harus disetujui Pengawas Lapangan.

5.2 Pemasangan.

5.2.1 Pemipaan.
w Semua sistem pemipaan yang akan dipasang harus dijaga tetap
bersih dan tetap teratur serta bekerja dengan baik melalui
pengujian berkala yang dilakukan Kontraktor sampai pekerjaan
diserahkan dan diterima Pemilik Proyek.
w Semua pipa harus dipasang sesuai koordinat yang ditentukan.
w Kontraktor bertanggung-jawab mengadakan bagian sambungan
yang diperlukan untuk melengkapi pemasangan. Semua
sambungan yang harus diperiksai dengan teliti untuk
memastikan bagian-bagian yang harus disediakan untuk
melengkapi pemasangan.
w Semua pemipaan yang disambung dan yang akan dihubungkan
dengan peralatan, harus dilengkapi dengan sambungan pipa atu
flensa yang sesuai seperti diebutkan dalam Spesifikasi ini.
w Pipa harus digunakan dalam panjang penuh jika memungkinkan.
w Perubahan ukuran pipa harus dilengkapi dengan alat
sambungan reducer atau increaser.
w Katup yang disediakan untuk kesempurnaan sistem kontrol
harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai dengan
ruang gerak yang cukup untuk bukaan penuh, pembongkaran,
penggantian dengan batang pengoperasian ke arah horisontal
atau vertikal.
w Setiap peralatan harus dilengkapi dengan katup penutup air
yang ditempatkan sesuai Gambar Kerja, sehingga setiap
peralatan dapat diperiksa secara terpisah tanpa mengganggu
peralatan lainnya.
w Semua sambungan peralihan antara pipa baja dan pipa PVC,
sambungan-sambungan atau belokan dan aksesori peralatan
harus dilengkapi dengan adaptor yang dibuat khusus untuk
maksud tersebut.
w Pekerjaan pemipaan yang membutuhkan penggalian dan
pengurukan harus dilaksanakan sesuai ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis 02315.
5.3 Pembersihan dan Penyesuaian.
5.3.1 Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menutup semua saluran/pipa,
untuk mencegah masuknya pasir, kotoran dan lainnya. Setelh selesai
pemasangan setiap system pemipaan harus dihembus langsung
dengan udara selama mungkin untuk membersihkan seluruh system
pemipaan.

5.3.2 Setelah seluruh system terpasang lengkap, kontraktor harus


menjalankan peralatan pada kondisi normal untuk membuat semua
penyesuaian penting menyeibangkan katup, kontrol tekanan otomatis
dan lainnya, sampai persyaratan tercapai.

5.4 Pengujian Sistem Tanpa Tekanan.

5.4.1 Seluruh system saluran harus dilengkapi lubang-lubang yang dapat


ditutup dengan rapat sehingga seluruh system dapat diisi dengan air
sampai elevasi tertinggi saluran.

5.4.2 Sistem ini harus menahan air tersebut selama 30 menit dan dalam
waktu tersebut ketinggian air tidak berubah.

5.4.3 Bila menurut pendapat Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi


dibutuhkan pengujian tambahan, seperti pengujian asap/udara pada
system saluran pembuangan. Kontraktor harus melaksanakan
pengujian tersebut tanpa tambahan biaya kepada Pemilik Proyek.

5.5 Pengujian Sistem Bertekanan.

5.5.1 Pengujian system bertekanan harus sesuai ketentuan Spesifikasi


Teknis 02500.

5.5.2 Bila suatu bagian system pemipaan akan ditutup sebelum seluruh
pemasangan selesai, bagian tersebut harus diuji terpisah pada
tekanan yang sama dengan tekanan yang digunakan untuk seluruh
system dan disaksikan oleh Pengawas Lapangan.

5.6 Lapisan Pelindung.

5.6.1 Semua pipa, sambungan dan penumpu pipa yang terlihat harus dicat
dalam warna sesuai Skema Warna yang akan diterbitkan kemudian.
Semua pipa yang terlihat juga harus diberi tanda arah aliran.

5.6.2 Bahan cat dan pekerjaan pengecatan harus sesuai ketentuan


Spesifikasi Teknis 09910.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.2

SISTEM POMPA AIR BERSIH

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini mencakup semua pengadaan bahan, tenaga kerja,


peralatan dan pemasangan system pompa yang lengkap seperti ditentukan
dan/atau ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Penawar harus menyediakan dan mensuplai “pumping station” dalam
keadaan berjalan sempurna sesuai dengan gambar dan perlengkapannya. Di
dalam penawaran, penawar harus menyertakan paling sedikit hal-hal berikut
ini :

1.1. Gambar secara keseluruhan lengkap, pandangan, suku cadang dan


daftar material, buatan mana dan jenis-jenisnya.
1.2. Karakteristik pompa selengkapnya, meliputi :
 Kurva Q – H
 Kurva efisiensi
 Kurva NPSH yang diminta/diperlukan
 Kurva NPSH yang tersedia
 Kedalaman benam minimal dan maksimal (untuk sumbersible
pump)
1.3. Penjelasan mengenai patokan penawar untuk menentukan NPSH yang
diperlukan
1.4. Diagram yang menunjukkan operasi paralel pompa
1.5. Karakteristik motor listrik yaitu :
 Diagram Torsi – putaran
 Diagram daya – putaran
 Diagram arus listrik – putaran
 Efisiensi motor – power factor (Cos Phi)
1.6. GD2 terperinci untuk impeller, kopling dan rotor motor listrik
1.7. Rencana pelumasan dan perawatan
1.8. Suatu uraian tentang prosedur bongkar pasang, termasuk daftar alat-
alat kerja khusus berikut perlengkapan pembantunya.
1.9. Uraian prosedur untuk penanganan dan instalasi termasuk daftar alat
kerja khusus dan perlengkapan pembantunya.
1.10. Daftar suku cadang yang dianjurkan, nama dan alamat lengkap suplier
suku cadang yang terdekat.
1.11. Daftar sertifikat pengujian jenis barang-barang utama yang diberikan
oleh badan penguji di negeri asal.
1.12. Semua mesin-mesin yang disuplai harus dalam bentuk kesatuan dan
tidak terpisahkan.
2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. NFPA – National Fire Protection Association


2.2. Seluruh Standard yang berlaku di Indonesia.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Pompa Boster


3.1.1 Penggunaan :
Air Bersih pada temperatur air maksimum 45 derajat Celsius
dan dapat dipakai didalam atau diluar ruangan.

o Kapasitas dan head :


Capasitas : 200 liter/menit
Total Head : 48 meter
Speed : 1450 rpm
Power : 3 phase – 380/660 volt, 50 Hz
Seal : Mechanical seal
Type : Centrifugal End Suction
Package lengkap 2 pompa paralel

o Situasi :
Vertical and suction

o Jenis pompa :
Bentuk rumah impeller (pump casing). Volute atau bentuk
khusus dan bentuk impeller sentrifugal.

o Batas kecepatan putar :


Tidak lebih dari 1500 rpm dan semua benda yang diputar
harus balans dinamis dan balans hidrolik.

o Effisiensi :
Harus tinggi (lebih besar dari 60%) dan luas, pada kondisi
kerja yang diminta.

3.1.2 Motor
o Jenis :
Motor listrik AC, tiga phasa squiral cage motor dan dapat
berfungsi dengan baik didalam maupun diluar ruangan.
Sedangkan temperatur udara maksimum 400 C dan
kelembaban udara relatif dapat mencapai 100% (RH 100%).
o Tingkat proteksi : IP 55 (tropicalized) /IEC 34,5/144.
o Tingkat isolasi : B atau H (IEC pulb 85).
o Tegangan : 220/380 Volt, 50 Hz
o Power Factor : Lebih dari 0,8
o Efisiensi : Lebih dari 0,9
o Putaran poros/rotor : Tidak lebih dari 1500 rpm
o Konstruksi : Sistem pendinginan udara dan
pada rotor harus balans dinamis.
o Kondisi kerja : Terhenti-henti (intermitent S2)
o Sistem start : Star Delta (Y) atau menggunakan
Auto Transformer.

3.1.3 Material
o Rumah impeller : Besi cor mutu tinggi (GG 25)
o Impeller : Ni-AL-Bronze
o Poros pompa : Baja tahan karat (AISI 316 atau
AISI 324)
o Seal poros : Gland packing (grafite asbestos)
atau mekanikal seal (karbon keramik)
o Motor Casing : Besi cor mutu tinggi atau paduan
alumunium.

3.1.4 Perlengkapan Teknik Lain yang Diperlukan pada Sistem


Perpompaan Sentrifugal dan Motor Penggeraknya

o Di dalam rumah perpompaan pada bagian isap yaitu, katup,


saringan, impeller dan bagian-bagian lain harus bebas dari
efek kavitasi.
o Semua pipa baja, pada bagian isap atau Discharge harus
sesuai dengan standar API-5L Grade B code 17.200 atau
ASTM-A 106 Grade B-A 520 atau DIN 50041-3.1.C (XS
ShHed 80).
o Semua flens yang dipakai harus sesuai dengan standar
ASTM-A 105 Grade 1 code 5.201 atau DIN 50044-3.1.b.
o Long radius elbow, reducer, dan eksentrik reduser harus
sesuai dengan standar ASTM-A 234 Grade WPB code
74.321 dan code 76.131 atau DIN 50049-3.1.B.
o Semua pompa yang disuplai, pada bagian discharge harus
dilengkapi tempat untuk memasang manometer, dan
kontraktor harus mensuplai dan memasang manometer
berikut perlengkapannya (katup dan lain-lain sesuai dengan
gambar). Sedangkan mekanisme manometer pada bagian
dalam harus terbuat dari: bahan baja tahan karat AISI 316.
Diameter manometer (dial indicator) harus sama atau lebih
besar dari 160 mm dan mempunyai ketelitian kurang dari 1%
terhadap skala penuh.
o Semua rumah impeller (pump casing) harus dapat berfungsi
baik pada tekanan nominal diatas/lebih besar dari 10
kg/cm2.
o Semua pompa tidak boleh rusak, jika putaran poros pompa
terbalik untuk jangka waktu yang relatif pendek.singkat.
o Semua pompa dan unit motor penggeraknya harus disuplai
secara integral berikut landasan (base plate) dan baut-baut
angkernya.
o Semua motor listrik yang disuplai harus sesuai dengan
standar IEC
o Semua bantalan gelinding (roller bearing) harus dapat
dilumasi dengan gemuk
o Daya motor, harus lebih besar 10% atau lebih dari daya
maksimum yang diperlukan oleh pompa pada setiap kondisi
kerja.

3.2 Tangki Tekan (Diafragma)

Instalasi pompa distribusi ini dilengkapi dengan tangki tekan


(Diafragma). Seluruh ukuran, pembuatan, pengetesan dan
pengoperasiannya harus mengikuti standar-standar pressure vessel
seperti ASTM, AWWA, DIN dan mendapatkan sertifikat dari badan
yang berwenang seperti Depnaker.

3.2.1 Satu buah tangki tekan Diafragma dengan volume 300 liter
dengan ukuran sesuai dengan gambar dan ketebalan pelat 12
mm serta mampu bekerja pada tekanan kerja 8 bar untuk air
bersih.
3.2.2 Dilengkapi dengan perpipaan inlet-outlet, valve, check valve.
3.2.3 Tangki tekan harus dilengkapi dengan plat nama (name plate)
yang meliputi volume, tekanan kerja, nama pemilik, pembuat,
tahun pembuatan, dll. yang dianggap perlu.
3.2.4 Tangki tekan ( Diafragma ) harus dilengkapi dengan pipa (dan
check valve) masuk udara tekan untuk setting tekanan kerja,
dimana tekanan pompa hidup adalah 4,5 bar dan tekanan
pompa mati adalah 5,5 bar, pada volume efektif air, yakni
selisih antara switching level, sebesar 1 sampai dengan 1,5
meter kubik.

3.3 Suku Cadang

Minimal suku cadang yang harus disuplai untuk pompa adalah


sebagai berikut :
3.3.1 Pompa Sentrifugal Air Bersih
o Satu unit impeller
o Gland packing yang menggunakan konstruksi stuffing box
atau mechanical seal
o Bantalan berikut wearing rings
o Poros berikut penguncinya
o Gasket.

3.4 Pemeriksaan Dan Tes


3.4.1 Umum
Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya harus diperiksa
dan dites di pabrik sebelum dikirim. Setelah pemasangan
mesin-mesin selesai, Kontraktor harus mengetes ulang di
lapangan/di lokasi. Semua tes harus mendapat persetujuan
direksi/tenaga ahli Kontraktor harus bertanggung jawab tentang
tes di pabrik atau dilokasi, dan harus dapat memperlihatkan
kefungsian masing-masing peralatan pada direksi/tenaga ahli.
Direksi/tenaga ahli harus diperbolehkan untuk memeriksa
semua peralatan/mesin-mesin pada saat dites. Sertifikat
kalibrasi instrumen/alat-alat ukur yang dipakai dalam
pengetesan ini harus mendapat persetujuan dari direksi/tenaga
ahli. Jika selama tes di pabrik dan di lokasi, terdapat cacat
maka Kontraktor harus mengganti komponen yang cacat
tersebut dan mengetes ulang. Kontraktor harus menyerahkan
hasil tes di pabrik maupun di lokasi (4 copy) pada
direksi/tenaga ahli.

Semua tenaga kerja, peralatan tes dan kalibrasi peralatan/alat


ukur yang dipakai pada pegnetesan (di pabrik/di lokasi) maupun
biaya pengetesan merupakan tanggung jawab atau disediakan
oleh Kontraktor.

3.4.2 Tes Pabrik, Pompa dan Motor Listrik

Semua pompa harus dites sesuai dengan ISO 3555 (pompa


sentrifugal, aksial dan semi aksial – tes penerimaan class B),
meliputi kondisi berikut ini:
o Semua pompa digerakkan oleh motor listrik
o Prosedur tes harus mendapat persetujuan dari
Direksi/tenaga ahli
o Semua pompa harus dites pada 4 atau lebih kondisi kerja,
yaitu:
o Kapasitas nol
o Kapasitas nominal
o Kapasitas maksimal yang diperbolehkan
o Kapasitas minimal yang diperbolehkan
o Karakteristik masing-masing pompa yang harus meliputi :
o Kapasitas aliran air
o Head
o Efisiensi
o Daya listrik yang diserap
o NPSH
o Semua motor listrik harus dites sebelum dikirim, sedangkan
prosedur tes motor listrik di pabrik, sesuai dengan standar
yang berlaku di negara asal (pembuat motor listrik). Sertifikat
tes pabrik tentang performance dan manual motor listrik
harus diserahkan pad direksi/tenaga ahli. Semua motor listrik
yang bekerja atas dasar otomatis harus dites kefungsiannya.
Kontraktor harus melakukan tes tentang tahanan isolasi
motor pada masing-masing phasanya dengan arde (IEC 34).
3.4.3 Tes Pompa dan Motor Listrik di Lokasi
o Setelah pompa berikut perlengkapannya dipasang,
karakteristik yang sama pada kondisi kerja yang sama pada
saat dites di pabrik harus dites kembali di lokasi.
o Tes tahanan isolasi pada masing-masing motor listrik antara
phase dengan arde (IEC 34), jika harga tahanan isolasi
motor listrik jauh di bawah harga tahanan isolasi pada saat
dites di pabrik maka Kontraktor harus memperbaiki motor
tersebut dengan cara pengeringan yang biasa dipakai.
o Pengetesan lain meliputi, arah rotasi, kelurusan sumber
poros pompa dengan sumbu poros motor, dan setelah
pompa bekerja selama 4 jam perlu diperiksa suara maupun
getaran dan juga temperatur yang timbul pada sistem
bantalan, dan pemanasan lokal pada motor winding.

Merk yang ditawarkan terdapat di Ouline Spek


SPESIFIKASI TEKNIS

15.3

SISTEM POMPA HIDRAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pengadaan, pemasangan dan pengisian sistem pemadam kebakaran yang


meliputi:
 Sistem pompa, pemipaan beserta perlengkapannya yang meliputi
pemipaan pada instalasi pompa, pemipaan distribusi pada setiap titik
pengeluaran.
 Lingkup pekerjaan secara umum adalah pemasangan system pompa
hidran di area Rumah pompa beserta perlengkapannya, peralatan valve-
valve, kontrol, fitting dan instrumentasi.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. NFPA – National Fire Protection Association


2.2. Seluruh Standard yang berlaku di Indonesia.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Gambar-gambar
3.1.1 Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini
merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama
mengikat.
3.1.2 Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata
letak dari peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan
dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan
mempertimbangkan juga kemudahan service/maintenance jika
peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3.1.3 Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai
referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
3.1.4 Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan
gambar kerja dan detail kepada Konsultan pengawas untuk
dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan
mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap
telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan
dengan instalasi ini.
3.1.5 Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi
terpasang yang disertai dengan operating dan maintenance
instruction serta harus diserahkan kepada Konsultan pengawas
pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri
1 kalkir dan 3 blurprint, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi
dan data notasi.

3.2 Koordinasi

3.2.1 Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan


Kontraktor instalasi lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3.2.2 Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak
menghalangi kemajuan instalasi yang lain.
3.2.3 Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang
lain, maka semua akibatnya tanggung jawab Kontraktor.

3.3 Pelaksanaan Pemasangan, Testing dan Commisioning

3.3.1 Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimuali,


Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya
kepada Konsultan pengawas dalam rangkap 3 (tiga) untuk
disetujui.
3.3.2 Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala
ukurandan kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila
ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus segera
menghubungi Konsultan pengawas. Pengambilan ukuran
dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3.3.3 Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta.
3.3.4 Semua bahan perlengkapannya yang diperlukan untuk
mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab
Kontraktor.

3.4 Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan

3.4.1 Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun


terhitung sejak saat penyerahan pertama.
3.4.2 Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama enam
bulan terhitung sejak saat penyerahan pertama.
3.4.3 Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi ini
diwajibkan mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa
adanya tambahan biaya.
3.4.4 Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah
selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.
3.4.5 Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi ini
tidak melaksanakan teguran dari Konsultan pengawas atas
perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain
atas biaya Kontraktor instalasi ini.
3.4.6 Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi ini harus
melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik sehingga
dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pemeliharaannya.
3.4.7 Serah terima dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah
ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda
tangani bersama oleh Kontraktor dan Konsultan MK sert
dilampiri Surat Ijin Pemakaian dari Jawatan Keselamatan Kerja.
3.4.8 Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru
dapat dilaksanakan setelah:
ƒ Berita Acara Serah Terima Kedua yang menyatakan bahwa
instalasi ini dalam keadaan baik, ditandatangani bersama
Kontraktor dan Konsultan pengawas.
ƒ Kontraktor telah menyerahkan semua Surat Ijin Pemakaian
dari Instansi Pemerintah yang berwenang, misalnya Instansi
Keselamatan Kerja, dan lain-lain, sehingga instalasi tanpa
menyalahi peraturan instansi yang bersangkutan.
ƒ Semua gambar instalasi terpasang beserta operating,
instruction, technical dan maintenance manual rangkap 6
(enam) termasuk 1 (satu) set asli telah diserahkan kepada
Konsultan pengawas.

3.5 Laporan-laporan

Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang


memberikan gambaran mengenai:
3.5.1 Kegiatan fisik
3.5.2 Catatan dan perintah Konsultan pengawas yang disampaikan
secar lisan maupun secara tertulis
3.5.3 Jumlah material masuk/ditolak
3.5.4 Jumlah tenaga kerja
3.5.5 Keadaan cuaca dan
3.5.6 Pekerjaan tambah/kurang

3.6 Penanggungjawab Pelaksanaan

Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung


jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu
berada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor dan
mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan
yang bertanggungjawab penuh dalam menerima segala instruksi yang
akan diberikan oleh pihak Konsultan pengawas.
Penanggungjawab tersebut diatas juga harus berada ditempat
pekerjaan pada saat dipelukan/dikehendaki oleh pihak Konsultan
pengawas.

3.7 Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi


3.7.1 Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus mendapat
persetujuan tertulis dahulu dari Konsultan pengawas.
3.7.2 Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar
perubahan yang ada kepada pihak Konsultan pengawas dalam
rangkap 3 (tiga).
3.7.3 Perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh
Kontraktor kepada Konsultan pengawas secara tertulis dan
pekerjaan tambah/kurang. Perubahan yang ada harus disetujui
oleh Konsultan pengawas secara tertulis.

3.8 Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran.


3.8.1 Pembobokan lantai, dinding dsb yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi
semula, menjadi lingkup pekerjaan instalasi ini.
3.8.2 Pembobokan/ pengelasan/ pengeboran hanya dapat
dilaksanakan apabila ada persetujuan dari pihak Konsultan
pengawas secara tertulis.

3.9 Pemeriksaan Rutin dan Khusus


3.9.1 Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi
secara periodik dan tidak kurang dari tiap dua minggu.
3.9.2 Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Kontraktor
instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Konsultan
pengawas/Pemilik dan atau bila ada gangguan dalam instalasi
ini.

3.10 Klausul yang disebutkan kembali


3.10.1 Apabila dalam Dokumen Tender ini ada Klausal yang
dikembalikan pada item/ayat lain, maka ini bukan berarti
menghilangkan item tersebut, tetapi dengan pengertian lebih
menegaskan masalahnya.
3.10.2 Kalau terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar atau
terhadap spesifikasi, maka yang diambil sebagai patokan
adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang
mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
3.10.3 Pemilik bebas dari segala claim atau tuntutan terhadap hak-hak
khusus seperti paten dan lain-lain.

3.11 Instruksi Pemakaian dan Operator serta Training


Menjadi kewajiban Kontraktor untuk menyerahkan 4 (empat) set
instruksi pemakaian/operasi serta cara-cara maintenance kepada
Pemilik 3 (tiga) bulan sebelum Serah Terima Pertama Pekerjaan.
Termasuk disini mendidik operator atau orang-orang yang ditunjuk
oleh Pemilik untuk menggunakan/ mengoperasikan, dan maintenance
seperlunya terhadap instalasi Fire Extinguisher. Segala biaya tersebut
adalah menjadi tanggungan Kontraktor.
3.12 Tangki Tekan (Diafragma Tank)
Instalasi pompa distribusi ini dilengkapi dengan tangki tekan. Seluruh
ukuran, pembuatan, pengetesan dan pengoperasiannya harus
mengikuti standar-standar pressure vessel seperti ASTM, AWWA,
DIN dan mendapatkan sertifikat dari badan yang berwenang seperti
Depnaker.

3.12.1 Satu buah tangki tekan Diafragma Tank dengan volume


sesuai dengan gambar serta mampu bekerja pada tekanan
kerja 8 bar untuk air bersih.
3.12.2 Dilengkapi dengan perpipaan inlet-outlet, valve, check valve,
drain, pressure gage dan pressure switch yang dapat di set
pada tekanan kerja yang diinginkan pada range 0-10 bar.
3.12.3 Tangki tekan harus dilengkapi dengan plat nama (name plate)
yang meliputi volume, tekanan kerja, nama pemilik, pembuat,
tahun pembuatan, dll. yang dianggap perlu.
3.12.4 Tangki tekan harus dilengkapi dengan pipa (dan check valve)
masuk udara tekan untuk setting tekanan kerja, dimana
tekanan pompa hidup adalah 4,5 bar dan tekanan pompa mati
adalah 5,5 bar, pada volume efektif air, yakni selisih antara
switching level, sebesar 1 sampai dengan 1,5 meter kubik.

3.13 Suku Cadang

Minimal suku cadang yang harus disuplai untuk pompa adalah


sebagai berikut :
3.13.1 Pompa Sentrifugal Air Bersih
ƒ Satu unit impeller
ƒ Gland packing yang menggunakan konstruksi stuffing box
atau mechanical seal
ƒ Bantalan berikut wearing rings
ƒ Poros berikut penguncinya
ƒ Gasket.

3.14 Pemeriksaan Dan Tes

3.14.1 Umum

Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya harus diperiksa


dan dites di pabrik sebelum dikirim. Setelah pemasangan
mesin-mesin selesai, Kontraktor harus mengetes ulang di
lapangan/di lokasi. Semua tes harus mendapat persetujuan
direksi/tenaga ahli Kontraktor harus bertanggung jawab tentang
tes di pabrik atau dilokasi, dan harus dapat memperlihatkan
kefungsian masing-masing peralatan pada direksi/tenaga ahli.
Direksi/tenaga ahli harus diperbolehkan untuk memeriksa
semua peralatan/mesin-mesin pada saat dites. Sertifikat
kalibrasi instrumen/alat-alat ukur yang dipakai dalam
pengetesan ini harus mendapat persetujuan dari direksi/tenaga
ahli. Jika selama tes di pabrik dan di lokasi, terdapat cacat
maka Kontraktor harus mengganti komponen yang cacat
tersebut dan mengetes ulang. Kontraktor harus menyerahkan
hasil tes di pabrik maupun di lokasi (4 copy) pada
direksi/tenaga ahli.

Semua tenaga kerja, peralatan tes dan kalibrasi peralatan/alat


ukur yang dipakai pada pegnetesan (di pabrik/di lokasi) maupun
biaya pengetesan merupakan tanggung jawab atau disediakan
oleh Kontraktor.

3.14.2 Tes Pabrik, Pompa dan Motor Listrik

Semua pompa harus dites sesuai dengan ISO 3555 (pompa


sentrifugal, aksial dan semi aksial – tes penerimaan class B),
meliputi kondisi berikut ini:
ƒ Semua pompa digerakkan oleh motor listrik
ƒ Prosedur tes harus mendapat persetujuan dari
Direksi/tenaga ahli
ƒ Semua pompa harus dites pada 4 atau lebih kondisi kerja,
yaitu:
ƒ Kapasitas nol
ƒ Kapasitas nominal
ƒ Kapasitas maksimal yang diperbolehkan
ƒ Kapasitas minimal yang diperbolehkan
ƒ Karakteristik masing-masing pompa yang harus meliputi :
ƒ Kapasitas aliran air
ƒ Head
ƒ Efisiensi
ƒ Daya listrik yang diserap
ƒ NPSH
ƒ Semua motor listrik harus dites sebelum dikirim, sedangkan
prosedur tes motor listrik di pabrik, sesuai dengan standar
yang berlaku di negara asal (pembuat motor listrik). Sertifikat
tes pabrik tentang performance dan manual motor listrik
harus diserahkan pad direksi/tenaga ahli. Semua motor listrik
yang bekerja atas dasar otomatis harus dites kefungsiannya.
Kontraktor harus melakukan tes tentang tahanan isolasi
motor pada masing-masing phasanya dengan arde (IEC 34).

3.14.3 Tes Pompa dan Motor Listrik di Lokasi

ƒ Setelah pompa berikut perlengkapannya dipasang,


karakteristik yang sama pada kondisi kerja yang sama pada
saat dites di pabrik harus dites kembali di lokasi.
ƒ Tes tahanan isolasi pada masing-masing motor listrik antara
phase dengan arde (IEC 34), jika harga tahanan isolasi
motor listrik jauh di bawah harga tahanan isolasi pada saat
dites di pabrik maka Kontraktor harus memperbaiki motor
tersebut dengan cara pengeringan yang biasa dipakai.
ƒ Pengetesan lain meliputi, arah rotasi, kelurusan sumber
poros pompa dengan sumbu poros motor, dan setelah
pompa bekerja selama 4 jam perlu diperiksa suara maupun
getaran dan juga temperatur yang timbul pada sistem
bantalan, dan pemanasan lokal pada motor winding.

4.0. BAHAN-BAHAN

Seluruh bahan dan alat yang akan dipasang harus benar-benar baru dengan
kualtias yang dapat diterima.

4.1 Daftar Material

Pada waktu mengajukan penawaran Kontraktor harus menyertakan/


melampirkan Daftar Material yang lebih diperinci daris emua bahan
yang akan dipasang pada proyek ini nantinya, dan yang sesuai
dengan dipersyaratkan dalam spesifikasi.
Dalam daftar material ini harus disebut pabrik, merk, manufacturer,
type, lengkap dengan brosur/katalog.
Dalam brosur/katalog atau keterangan-keterangan lain yang harus
dimasukkan pada waktu penawaran harus dinyatakan:
o Kapasitas peralatan
o Cara pemasangan
o Karakteristik cara kerjanya
o Dimensi
o Dan lain-lain

4.2 Nama Pabrik/merk yang ditentukan

Apabila pada spesifikasi teknik ini disebutkan nama pabrik/merk dari


satu jenis bahan maka Kontraktor wajib menawarkan dan memasang
sesuai dengan yang ditentukan. Apabila pada saat pemasangan
bahan/merk tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Konsultan pengawas
akan menunjuk merk lain tapi dengan spesifikasi yang setara.

4.3 Contoh Bahan


4.3.1 Apabila dianggap perlu oleh Konsultan pengawas dan hal itu
memungkinkan, maka Kontraktor wajib memperlihatkan contoh
pada Konsultan pengawas Lapangan dan Perencana. Apabila
contoh-contoh tersebut ditolak oleh Konsultan pengawas
Lapangan dan Perencana, maka Kontraktor harus mengganti
dan memperlihakan yang sesuai dengan spesifikasi untuk
disetujui.
4.3.2 Kualitas teknis/listrik, merk/pabrik, karakteristik kerja, besar fisik
dan kualitas estetika dari contoh material/bahan maupun
instalasi yang telah disetujui adalah mengikat.
4.3.3 Biaya mengadakan contoh material adalah menjadi tanggungan
dan biaya Kontraktor.

5.0. URAIAN PEKERJAAN DAN SPESIFIKASI MATERIAL/PERALATAN

5.1 Perpipaan
5.1.1 Umum
Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi:
ƒ Pipa
ƒ Sambungan
ƒ Katup
ƒ Stariner
ƒ Penggantungan dan penumpu
ƒ Sleeve
ƒ Bak kontrol
ƒ Blok beton
ƒ Galian
ƒ Pengecatan
ƒ Pengakhiran
ƒ Pengujian
ƒ Peralatan bantu

Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal dari


pipa dan letak serta arah dari masing-masing sistem pipa.
Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/atau spesifikasi
dipasang terintegrasi dengan kondisi bangunan dan
menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari
kotoran, air karat dan stress sebelum, selama dan sesudah
pemasangan.
Semua orang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan
identitas pabrik pembuat.

a. Ringkasan Spesifikasi Bahan Perpipaan

Sistem Tekanan Spesifikasi


Hidran 10 bar BSP SCH 40
Spesifikasi BSP
Penggunaan : Pemadam kebakaran
Uraian Keterangan
Pipa Black Steel pipe 1387 Skedul 40 Sambungan/fitting
Dia 40 mm ke bawah malleable iron ANSI B 16.3
class 150 lb, W.O.G. screwed end.
Dia 50 mm keatas, wrought steel butt weld fitting
ANSI B 16.9, sch 40.
Flange Dia 40 mm kebawah black maleable cas iron RF
class 150 lb, screwed dia 50 mm keatas cast iron
RF class 300 lb, welding joint.
Valves Dia 40 mm kebawah black melleable cast iron RF
class 150 lb dengan ulir, BS 21/ANSI B.2.1. dia 50
mm keatas, cast iron body class 150 lb dengan
sambungan flange.
b. Persyaratan Jenis Peralatan

Jenis peralatan yang boleh dipergunakan disini adalah sebagai berikut :


Fungsi Ukuran & Joint Jenis
Peralatan
Katup-katup s/d 40 mm screwed Butter Fly
(stop valve) Gate
Diafragma
50 mm keatas Butterfly
flanged Gate
Katup s/d 40 mm screwed Globe
Pengatur ButterFly
(regulating Diafragma
valve)
50 mm keatas Butterfly
flanged Gate

Non return s/d 40 mm Swing check


valve screwed Globe check
50 mm keatas Double Swing Check
flanged Dick Check
Pressure Reducer Die and flow type
Pressure Indicator Dial dia 100 m Dial Type

c. Persyaratan Pemasang
1. Umum
1.1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk
menjamin kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta
memperkecil banyaknya penyilangan.
1.2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar,
tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan
bangunan dan peralatan.
1.3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam atau runcing, serta penghalan lainnya.
1.4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik
dan sebagainya, sesuai dengan fungsi system dan yang
diperlukan digambar.
1.5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus
dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.
1.6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-
sambungan pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan
fitting buatan pabrik.
1.7. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun
kearah titik buangan. Drains dan vents harus disediakan guna
mempermudah pengisian maupun pengurasan.
1.8. Katup/valve harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katup/valve handled tidak boleh menukik.
1.9. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus
disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai,
balok, kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding
tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa
harus dipakai dengan bahan rock-wool.
1.10. Selama pemasangan bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka
dalam perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan harus
ditutup dengan menggunakan caps/plugs untuk mencegah
masuknya benda-benda lain.
1.11.Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta
pemadatan.
1.12. Pekerjaan galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta
pemadatan.

2. Penggantung dan Penunjang Pipa


2.1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger,
brackets atau sadle dengan tepat dan sempurna agar
memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau perenggangan
pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam
tabel berikut ini:

Batas max Ruang (mm)


Jenis pipa Ukuran pipa Interval mendatar Interval tegak
(m) (m)
BSP 1 Sampai 20 1.8 2
25 s/d 40 2.0 3
50 s/d 80 3.0 4
100 s/d 150 4.0 4
200 s/d lebih 5.0 4

2.2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada


pipa berikut ini:
- Perubahan-perubahan arah
- Titik percabangan
- Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal
lain yang sejenis.

2.3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai
berikut :
- Diameter Batang

Ukuran pipa Batang


Sampai 20 mm 6 mm
25 mm s/d 50 mm 9 mm
65 mm s/d 150 mm 13 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm
300 mm atau lebih dihitung dengan faktor keamanan 5
besar
Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas.
Penunjang pipa lebih Dihitung dengan faktor keamanan 5
dari 2 terhadap kekuatan puncak
- Bentuk gantungan
- Split ring type atau clevis type

2.4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk


pipa tegak.
2.5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar
zinchromat sebelum dipasang.

3. Pemasangan Katup-Katup
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar,
spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini:
3.1. Sambungan masuk dan keluar peralatan
3.2. Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Di ruang mesin:

Ukuran pipa Ukuran


katup
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 40 mm
250 mm atau lebih 50 mm
besar

Lain-lain ukuran katup 20 mm

4. Pemasangan strainer
Strainer harus disediakan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan
untuk alat-alat berikut ini :
4.1. Katup-katup pengontrol
4.2. Katup-katup pengurang tekanan

5. Pemasangan Katup-katup
Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan ditempat-tempat
yang mungkin timbul kelebihan tekanan.
Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat
dengan sumber tekanan.
Katup-katup pengurangan tekanan harus disediakan ditempat-tempat
dimana tekanan pemakai lebih rendah dari tekanan suplai.

6. Pemasangan Vent Otomatis


Vent udara otomatis harus disediakan ditempat-tempat tertinggi dan
kantong udara.

7. Penyambungan pipa-pipa
Sambungan Ulir
- Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan
sambungan ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 40 mm
- Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulit
- Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan
zinkwite dengan campuran minyak
- Semua sambungan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau
roda.

Sambungan Las
- Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.
- Kawat las atau elektroda yang dipakai harus sesuai dengan jenis
pipa yang dilas
- Sebelum pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan
kepada direksi contoh hasil las untuk mendapatkan persetujuan
tertulis
- Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja
sesudah mempunyai ijin tertulis dari Konsultan pengawas.
- Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus
untuk ini
Sleeves
- Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik
- Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan
rubber sealed atau Caulk.

8. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian
dilaksanakan, pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan
seksama, menggunakan cara/metoda yang disetujui sampai semua
benda-benda asing disingkirkan.

d. Pengecatan
1. Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :
- Pipa service
- Support pipa dan peralatan
- Konstruksi besi
- Flange
- Peralatan yang belum dicat dari pabrik
- Peralatan yang catnya harus diperbaharui

2. Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :

Lokasi pengecatan Pengecatan


Pipa dan peralatan Zinchromate primer 2 lapis dan dicat
warna merah
Pipa dan peralatan Zinchromate primer 2 lapis dan dicat
expose akhir 2 lapis warna merah
Pipa dalam tanah Bitumin 2 lapis

3. Label Katup (valve tag)


- Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna
operasi dan pemeliharaan
- Fungsi-fungsi seperti Normally Open atau Normally Closed harus
ditunjukkan di tags katup.
- Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan
rantai atau kawat.

3.1.2 Peralatan-peralatan Hidrant


1. Hidrant box dalam/luar gedung terdiri dari:
- Steel box indoor tebal plat mm
- Hose rack
- Linen hose dia 40 mm, panjang 30 mm
- Hidrant valve dia 40 mm dan 65 mm kombinasi
- Hidrant nozzle, short straight type 1 ½” x ½”.
2. Hidrant pillar dia 100 mm
3. Siamese dia 100 mm

6.0. MESIN DIESEL POMPA HIDRAN

6.1 Umum
Salah satu pompa hidran pemadam kebakaran digerakkan oleh mesin
diesel (diesel driven)

6.2 Mesin Diesel (Main Diesel Fire Pump)


6.2.2 Tipe
Menggunakan type Main Diesel Fire Pump Horizontal Split case
dengan model pompa 100 AF
Power : 3 phase-380/660 volt

6.2.3 Putaran mesin


Putaran mesin tidak boleh melebihi 2950 rpm (sesuai standar
NFPA 20)

6.2.4 Kapasitas
Menggunakan Kapasitas 1000 GPM

6.2.5 Total Head


Total head sebesar 85 meter

6.2.6 Sistem Pendinginan


Sistem pendinginan mesin menggunakan udara (radiator air
cooled) dan sistem pendinginan ini merupakan satu unit
kesatuan (tidak terpisahkan). Dilengkapi dengan saluran udara
fleksibel yang dipasang di antara unit pendingin dan dinding
rumah diesel genset. Dimensi ventilasi dan saluran udara
fleksibel harus sesuai dengan kapasitas pendinginan mesin
yang diperlukan. Pada beban penuh temperatur udara pada
sekeliling genset tidak boleh naik melebihi 10 derajat Celsius
dari temperatur udara ambien. Setiap genset harus dilengkapi
dengan alat pengaman yang berfungsi untuk mematikan mesin
pada saat temperatur mesin berlebih.
6.2.7 Sistem Pelumasan
Menggunakan pompa roda gigi yang dilengkapi dengan duplex
filter dan pendinginan minyak pelumas. Pompa tangan minyak
pelumas, yang dapat berfungsi untuk mengeluarkan minyak
pelumas dari dalam panci (oil pan). Setiap genset harus
dilengkapi dengan alat pengaman yang berfungsi untuk
mematikan mesin pada saat tekanan minyak pelumas terlalu
rendah.

6.2.8 Sistem Bahan Bakar


Kontraktor harus memberikan data tentang pemakaian bahan
bakar pada beban penuh. Sistem bahan bakar terdiri dari :
1. Tangki bahan bakar harian, kapasitas penyimpanan
(volume) mampu untuk memenuhi kebutuhan operasi
selama 3 jam pada beban penuh. Tangki bahan bakar
harian harus dilengkapi :
- Tempat outlet bahan berikut katup
- Tempat pemasukan bahan bakar.
- Lubang penguras bahan bakar berikut katupnya
- Perpipaan ventilasi udara
- Peralatan penduga isi bahan bakar pada tangki harian
(level indicator)
- Perpipaan bahan bakar berikut konstruksi penyangga
tangki harian bahan bakar
2. Pompa injeksi bahan bakar (fuel injection pump)

6.2.9 Sistem Pembuangan Gas (Knalpot)


Expansion piece terbuat dari bahan baja tahan karat lengkap
berikut flens dan harus dipasang diantara manifold gas buang
dengan pipa gas buang. Pada sistem saluran gas buang harus
dilengkapi silencer, sedang silencer diletakkan pada bagian luar
rumah genset. Pada saluran/perpipaan bahan bakar yang
terletak di dalam rumah genset harus diisolasi dengan rock
wool setebal 2 inch dan dilapisi dengan plat alumunium dengan
ketebalan 2 mm.

6.2.10 Sistem Aspirasi


Tipe filter udara yang dipakai tipe kering atau tipe basah (oil
bath air filter) dan lengkap berikut Air Intake Manifold.

6.2.11 Sistem Start


12 Volt atau 24 Volt DC starting motor. Battery charger, 220
Volt AC/12 Volt atau 24 Volt DC/5 Amper. Kapasitas masing-
masing batere 120 Amper jam (120 AH), lengkap berikut kabel
dan konektornya dan tempat batery tersebut yang terbuat dari
kayu. System start untuk hydrant diesel yang dimaksud adalah
auto start yang terintegrated dengan pompa elektriknya.

6.2.12 Pengatur Putaran Mesin (Engine Speed Governor)


Pengatur putaran mesin tipe mekanis/automatic dengan
penurunan putaran 3% diantara tanpa beban (no load) dan
beban penuh (full load).

6.2.13 Proteksi Putaran Berlebih (Over Speed Protection)


Mesin harus dilengkapi dengan peralatan pengaman putaran
berlebih elektronik, dimana jika terjadi putaran poros engkol
mesin terlalu besar maka mesin segera mati.

6.2.14 Panel Kontrol dan Indikator


Panel ini meliputi:
1. Saklar pengontrol
- Key operated engine on/off/start switch
- Lamp test push button
- Alarm reset push button

2. Indikator
- Water jacket temperature meter/silinder head temperatur
meter
- Temperatur minyak pelumas
- Manometer minyak pelumas
- Signal lamps indicating shut down by overspeed, high
waterjacket temperature, low lub oil pressure
- Signal lamp battery charger failure
- Volt meter 380/220 Volt yang dilengkapi dengan selector
switch 3 phase
- Jam meter
- DC volt meter 10 – 30 Volt
- Frekuensi meter 47-50-53 Hz

6.3 Kondisi Lingkungan


Kondisi lingkungan untuk lokasi adalah sebagai berikut :
- Temperatur : 330 C
- Kelembaban : 70 s/d 80% RH
- Ketinggian : 25 s/d 50 m diatas laut

6.4 Pondasi
Mesin diesel harus disatukan/dikopel di fleksibel kopling. Mesin
tersebut harus ditumpu dengan peredam getaran yang diletakkan
diatas batang baja (base frame), dan batang baja tersebut, diletakkan
diatas lantai dasar. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan
gambar tentang instalasi genset lebih dulu pada Direksi sebelum
pelaksanaan instalasi diesel hydrant dimulai.
6.5 Garansi
Genset harus dites di pabrik sebelum dikirim ke lokasi. Sertifikat
laporan tentang hal tersebut diatas harus diserahkan oleh pabrik pada
tenaga ahli untuk membuktikan guaranteed performance. Setelah
genset dipasang, Kontraktor harus melakukan tes di lapangan/di
lokasi.
6.6 Suku Cadang
Sesuai dengan sub bagian 9.6.2.a., suku cadang umumnya, suku
cadang genset paling sedikit (tetapi tidak dibatasi) terdiri dari beberapa
bagian yaitu:
6.6.1 Penyaring udara
6.6.2 Penyaring minyak pelumas
6.6.3 Penyaring bahan bakar
6.6.4 Piston ring set
6.6.5 Connecting rod bearing
6.6.6 Main bearing
6.6.7 Connecting rod boult
6.6.8 Top overhaule gasket
6.6.9 Valve cone
6.6.10 Valve seating
6.6.11 Valve guide
6.6.12 Nozzle
6.6.13 Injector sleeve
6.6.14 Valve gasket
6.6.15 Safety valve for oil pump
6.6.16 AVR
6.6.17 Waterpump repair kit (jika mesin diesel berpendingin air)
6.6.18 Turbo repair kit (jika mesin diesel dilengkapi turbo charger)

7.0. POMPA ELEKTRIK

7.1 Putaran mesin


Putaran mesin tidak boleh melebihi 2950 rpm (mengikuti standar NFPA
20)

7.2 Kapasitas
Menggunakan kapasitas 1000 GPM

7.3 Total Head


Total Head sebesar 85 meter

7.4 Jenis Pompa


Horizontal Split casing.

7.5 Standar
Refer to NFPA 20.

8.0. JOCKEY PUMP

8.1 Putaran mesin


Putaran mesin tidak boleh melebihi 2950 rpm (mengikuti standar NFPA
20).

8.2 Kapasitas
Menggunakan Kapasitas 100 Lpm
8.3 Total Head
Total Hea sebesar 90 meter

8.4 Jenis Pompa


Vertical Multi stages.

8.5 Standar
Refer to NFPA 20.

9.0. TANGKI TEKAN (PRESSURE VESSEL, HYDROPHORE)

Instalasi pompa distribusi ini dilengkapi dengan tangki tekan. Seluruh ukuran,
pembuatan, pengetesan dan pengoperasiannya harus mengikuti standar-
standar pressure vessel seperti ASTM, AWWA, DIN dan mendapatkan
sertifikat dari badan yang berwenang seperti Depnaker.

9.1 Dua buah tangki tekan dengan volume masing-masing 4 meter kubik
dengan ukuran sesuai dengan gambar dan ketebalan pelat 12 mm
serta mampu bekerja pada tekanan kerja 8 – 12 bar untuk air bersih,
dan satu buah dengan volume 2 meter kubik bekerja pada tekanan 10
bar untuk hidran.
9.2 Dilengkapi dengan perpipaan inlet-outlet, valve, check valve, manhole,
drain, pressure gage dan pressure switch yang dapat di set pada
tekanan kerja yang diinginkan pada range 8-12 bar.
9.3 Permukaan luar dan dalam tangki tekan harus di cat dasar dan top
coat (cat luar) epoxy yang tahan karat. Tebal lapisan cat luar minimal
400 mikron untuk bagian dalam dan 200 mikron untuk bagian luar.
Warna cat bagian luar tangki adalah abu-abu.
9.4 Tangki tekan harus dilengkapi dengan plat nama (name plate) yang
meliputi volume, tekanan kerja, nama pemilik, pembuat, tahun
pembuatan, dll. yang dianggap perlu.
9.5 Tangki tekan harus dilengkapi dengan pipa (dan check valve) masuk
udara tekan untuk setting tekanan kerja, dimana tekanan pompa hidup
adalah 4,5 bar dan tekanan pompa mati adalah 5,5 bar, pada volume
efektif air, yakni selisih antara switching level, sebesar 1 sampai
dengan 1,5 meter kubik.
9.6 Instalasi tangki tekan ini harus dilengkapi dengan pompa udara manual
(portable, operasi dengan kaki) untuk setting tekanan udara di dalam
tangki tekan dalam daerah tekanan kerja 0-10 bar.
9.7 Tangki tekan harus dites hidrostatik sebesar 1,5 kali tekanan kerja
selama waktu 2 jam penuh.

Merk yang ditawarkan adalah : Terdapat pada Outline Spek


SPESIFIKASI TEKNIS

15.4

PERLENGKAPAN PLUMBING

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan seperti
ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat yang
diperlukan.

2.0. BAHAN - BAHAN

2.1. Water Closet dan Wastafel.


Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :

2.1.1. Water Closet Duduk


Bahan porselen, produk dalam negeri, lengkap dengan stop
kran dan peralatan lain .

2.1.2. Water Closet Jongkok


Bahan porselen, produk dalam negeri, lengkap dengan stop
kran dan peralatan lain .

2.1.3. Wastafel
• Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri,
lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya .
• Westafel Gantung Bahan porselen, produk dalam negeri
lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya .

2.1.4. Sink dapur


2.1.5. Urinoir Type Moeslem
2.1.6. Sekat Urinoir
2.1.7. Dirty Utility / Slope Sink

Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah lengkap


dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.

2.2. Keran, Floor Drain, Dll

2.2.1. Keran air


2.2.2. Floor Drain
2.2.3. Towel Ring
2.2.4. Paper Holder
2.2.5. Shower Spray
2.2.6. Shop Holder

2.3. Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan


tidak cacat sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh
untuk disetujui oleh Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana.

3.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh


ahli pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus
dilakukan dengan hati-hati dan sangat rapi.

3.1 Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup
sambungan tidak diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-
bidang pertemuan sambungan sampai semua sambungan dipasang
kuat dan diuji.
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan
sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai
ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan dari pabrik
pembuat.

3.2 Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus


dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis 15100.

3.3 Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga
puncak bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai,
kecuali bila ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja.
Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada
ketinggian sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

3.4 Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa
pada meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

3.5 Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian
depan alat ini berada 530mm diatas lantai untuk orang dewasa dan
330mm untuk anak-anak, atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

3.6 Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi


dari pabrik pembuat perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan
Pengawasan Lapangan.

3.7 Pemanas air dengan tenaga listrik harus dipasang sesuai petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuatnya, pada tempat-empat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan pekerjaan elektrikal harus
dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis 16400.
3.8 Pemasangan alat-alat sanitair lain
Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel harus dipasang
sipat datar dan diskrupkan pada dinding. Barang-barang yang akan
dipakai harus tidak bercacat sedikitpun. Floor drain harus dipasang
dengan saringannya, dan dipasang rapih. Semua sela-sela antara
floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2 Ps.
Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata
dan sebidang dengan bidang lantai.
Paper holder hanya dipasang pada toilet yang closetnya duduk.
Tempat sabun hanya dipasang pada toilet yang ada bak airnya saja.
Tinggi pemasangan pada dinding ± 100 cm di atas lantai.

Produk : TOTO , American Standart, Kohler.


SPESIFIKASI TEKNIS

15.5

SISTEM PEMIPAAN GAS MEDIS

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini menjelaskan spesifikasi dari pipa, valve, trap, strainer
dan peralatan pipa lain serta instalasinya untuk proyek ini seperti yang
ditunjukkan pada gambar-gambar perencanaan yang harus diikuti oleh
pemborong dalam pelaksanaannya.

a. Pekerjaan Sentral Gas Medis meliputi pengadaan, pemasangan,


penyetelan, pengelasan dan pengetesan dari semua
peralatan/material/mesin seperti yang disebutkan dalam spesifikasi
teknis, maupun pengadaan dan pemasangan peralatan/material yang
tidak disebutkan, akan tetapi secara umum dianggap perlu agar dapat
diperoleh sistem sentral gas medis yang baik, dimana setelah diuji,
dicoba dan disetel dengan teliti, siap untuk dipakai.
b. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi, pipa, peralatan dan
sentral gas yang meliputi, oksigen manifold, nitrous oxide manifold,
sentral comp. air dan sentral vacuum
c. Melakukan testing dan commissioning
d. Code dan Standard yang digunakan dalam perencanaan ini adalah
:NFPA 99, NFPA 56F, NFPA 56 dan peraturan Departemen Kesehatan
RI

2.0. PENJELASAN UMUM

2.1 Umum

2.1.1 Bab ini melengkapi seluruh pekerjaan pemipaan dan adalah


tanggung jawab pemborong untuk mengikuti gambar dan
spesifikasi bagian-bagian serta jenis pemipaan mana yang
sesuai untuk proyek ini secara khusus.

2.1.2 Standar yang digunakan adalah Permenkes terkait dengan


Instalasi Gas Medis.

2.1.3 Gambar-gambar menunjukan secara umum ukuran dan lokasi


pipa. Karena keadaan setempat, ketinggian langit-langit dan
lain-lain tidak boleh dirubah tanpa persetujuan dari Direksi
Lapangan / Manajemen Konstruksi.
2.2 Peralatan Sentral Gas Medis
2.2.1 Sentral Gas Medis adalah sarana distribusi kebutuhan gas di
rumah sakit dari ruang sentral ke ruang-ruang yang
membutuhkannya. Sistem sentral menggantikan cara distribusi
gas konvensional yang memakai tabung yang didorong
keruangan.

2.2.2 Dengan sistem sentral maka pengadaan, inventory dan


pengawasan terhadap tabung-tabung gas medis dapat
dilakukan dengan lebih mudah.

2.2.3 Pendistribusian dari sentral ke ruangan dilakukan dengan


menggunakan pipa tembaga. Pada area tertentu dipasang zone
valve dan area alarm, yang berguna untuk membuka/menutup
jalur distribusi gas, area alarm berfungsi untuk memberikan
tanda/alarm apabila tekanan gas pada pipa tidak sesuai dengan
yang seharusnya.

2.2.4 Jenis gas yang didistribusikan antara lain: Oksigen (O2),


Nitrous Oxide (N20), compressed Air 5 bar, Vacuum dan
Anaesthetic Gas Scavening System (AGS)

2.2.5 Outlet gas medis terletak pada ruangan dan berfungsi seperti
stop kontak. Apabila dibutuhkan maka perawat atau pasien
tinggal memasukan connector pada outlet gas tersebut.

2.2.6 Agar tidak terjadi kesalahan pemakaian, yang dapat berakibat


fatal pada pasien, maka connector setiap gas berbeda bentuk
dan dimensinya. Dengan kata lain connector oksigen tidak akan
pernah dapat digunakan pada outlet nitrous oxide dan
sebaliknya.

3.0. PERALATAN UTAMA

1. Sentral Oksigen (O2) Gas Manifold


• Tekanan Outket Gas adalah 0-5 kg/cm2 dengan tekanan maksimal 4 –
5 Bar
• Tipe Auto Throw Over / Standing free
• Maksimal flow 140 Nm3/hr
• Konstruksi Cover Stainless Steel 1,2t.
• Digital Fully Automatic Manifold OXY
• Medical Gas Manifold – CSA/NFPA – ISO, Cap. 2x10 HP DLR-ISO
• Header bar staggard copper pig OXY 2x10
• System Back-up: Regulator & Header bar staggard copper pig OXY
1x4
• Note : c/w 2 x 10 Cylinder O2 & 1x4 Cylinder O2
2. Sentral Gas Nitrous Oxide (N2O)
• Tekanan Outket Gas adalah 0-5 kg/cm2 dengan tekanan maksimal 4 –
5 bar
• Tipe Auto Throw Over / Standing free
• Maksimal flow 140 Nm3/hr
• Konstruksi Cover Stainless Steel 1,2t.
• Digital Fully Automatic Manifold N2O
• Medical Gas Manifold – CSA/NFPA – ISO, Cap. 2x2 HP DLR-ISO
• Header bar staggard copper pigtail 2x2
• System Back-up: Regulator & Header bar staggard copper pigtail 1x1
• Note : c/w 2 x 2 Cylinder N2O

3. Sentral Medical Air Compresor


• Model Reciprocating dengan kapasitas 2.2 duplex Kw ~ 11 duplex Kw
• Tekanan kg/cm3 adalah 7 dengan free air delivery 255~1,250m3/min
• Tipe Duplex, Oilless Air Comp. Sistem untuk ICU, PICU OK, dan ER.
• Adsorbent, Regulator, berikut Panel Kontrol.
• Medical Air System (CA4 & CA7) DUPLEX 10 HP ( 4 BAR & 7 BAR )
• Duplex Scrool Air Compressor System w/ Dessicant Dryer Package
• Tank Mounted Horizontal Config. 500 L (certificate Depnaker)
• Duplex Control Panel with Circuit Breaker Disconnects.
• Pre Filter, After Filter & Carbon Filter
• Motor Compressor : 2 x 7 kw - 380 V / 3 Phase / 50 Hz

4. Sentral Vacuum Pump


• Tipe duplex water sealed vacuum
• Konstruksi terdiri dari vacuum pump, receiver tank, separator tank
• Automatic Water Supply/draw system
• Panel Kontrol dengan standar aksesoris lengkap terpasang.
• Medical Vacuum System (VAC) DUPLEX 10 HP
• Duplex Lubricated Rotary Vane Vacuum Pumps
• Tank Mounted Horizontal Config. 1000 L (certificate Depnaker)
• Duplex Control Panel with Circuit Breaker Disconnects
• Valve & Bacteria Filter
• Vacuum Pump : 2 x 7 kw - 380 V / 3 Phase / 50 Hz

5. Sistem Alarm Sentral Gas


• Tipe Master Alarm Analog/ Digital yang terdapat fasilitas indicator
lampu dan tombol tekan untuk pengetesan.
• Area Alarm dengan sensor yang terdiri atas tombol tes, alarm silencer,
power lamp, dan Indicating Lamp.
• Zone Valve yang terdiri atas Gauge Oxygen, Nitrous Oxide, Comp. Air,
Vacuum & Nitrogen.
• Dilengkapi dengan Emegency Breakable Acrylic Panel dengan
kapasitas Valve 20kg/cm2 / ball valve.z
6. Gas Kontrol Panel & Adaptor
• Tipe wall mounted untuk pipa pipa tertanam
• Supply tekanan gauge 15-30kg/cm2
• Tekanan Outlet gauge 10~15kg/cm2
• Shut off Valve
• Ketersediaan adapter Ohmeda, British Standard, DISS, Puritan
Bennett

7. Peralatan Utama Sistem AGSS (AGSS)


• Anaesthetic Gas Scavenging Systems (AGSS) DUPLEX 3 HP
• Duplex Lubricated Rotary Vane Vacuum Pumps fro AGSS
• Tank Mounted Horizontal Config. 500 L (certificate Depnaker)
• Duplex Control Panel with Circuit Breaker Disconnects
• Valve & Bacteria Filter
• Vacuum Pump for AGSS : 2 x 2.2 kw - 380 V / 3 Phase / 50 Hz

8. Zone Valve
• Zone Valve terdapat di dalam Box dan memiliki Shut Off Valve dan
Pressure Gauge untuk setiap jenis gas
• Panel Box bagian depan terbuat dari plat besi dengan tebal 1.6 mm
(Backed Painting)
• Box terbuat dari plat besi dengan ketebalan 1.2 mm, Backed painting
• Pada Panel box bagian depan terdapat label nama tiap jensi gas
• Keran Pembuka/Penutup dapat menahan tekanan sampai 18 Kg/cm2

9. Pipa Tembaga
• Pipa Tembaga yang digunakan memenuhi syarat standart ASTM B819
type L
• Diameter pipa yang digunakan bervariasi antara 12mm s/d 50 mm
• Pipa tembaga tidak mengandung phosphor atau oli, kedua ujungnya
tertutup
• Fitting material seperti tube fitting terbuat dari tembaga
• Kawat las yang dipakai untuk menyambung pipa tembaga yang tebuat
dari perak.

4.0. PEKERJAAN INSTALASI

4.1 Titik supplai oksigen terdiri dari :


• Katup Outlet oksigen dengan Ohmeda dilengkapi dengan
penutup otomatis (automatic stop valve) terintegrasi (machined
brass body) dan cover plate dari stainless steel ditandai dengan
tulisan OXYGEN.
• Tipe Outlet Gas harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem
Check & Inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk
kemudahan instalasi.
• Memiliki karakteristik yang membedakan dari gas outlet lain dari
bagian dalam maupun luar sehingga meminimalkan terjadinya
kesalahan pada proses pemasangan outlet.
• Setiap outlet gas memiliki kode produksi yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya dari pabrik
bersangkutan.

4.2 Titik Suplai Vacuum/Suction terdiri dari :


• Katup outlet Vacuum dengan Ohmeda dilengkapi dengan
penutup otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan
mesin brass body dengan logo VACUUM.
• Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem
cek inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk
kemudahan instalasi.
• Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain
antara bagian dalam maupun depan sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan pemasangan dan pengoperasiannya.
• Setiap outlet memiliki kode produksi yang dapat dipertanggung
jawabkan, fabrikasi dari pabrik yang bersangkutan.
• Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian
konektor tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet
gas.
• Penggantung botol dan setiap aksesoris adapter dan termasuk
tabung.

4.3 Titik Suplai Comp. Air terdiri dari :


• Katup outlet Compress Air dengan Ohmeda dilengkapi dengan
penutup otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan
mesin brass body dengan logo AIR.
• Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem
cek inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk
kemudahan instalasi.
• Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain
antara bagian dalam maupun depan sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan pemasangan dan pengoperasiannya.
• Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian
konektor tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet
gas.

4.4 Titik Suplai Nitrous terdiri dari :


• Katup outlet Nitrous dengan Ohmeda dilengkapi dengan
penutup otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan
mesin brass body dengan logo AIR.
• Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem
cek inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk
kemudahan instalasi.
• Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain
antara bagian dalam maupun depan sehingga meminimalkan
terjadinya kesalahan pemasangan dan pengoperasiannya.
• Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian
konektor tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet
gas.
4.5 Material pipa, pabrikasi, inspeksi dan testing haruslah sesuai dengan
standard yang sesuai dari Pressure Piping for Industrial Equipment
berdasarkan standard ASTM B819 tipe L
4.6 Pipa adalah pipa copper (tembaga) menurut stadard ASTM B819 tipe L
dengan kandungan CU 90% untuk gas medis
4.7 Instalasi pipa harus memperhitungkan kemiringan untuk menjamin
tidak terjadi stagnasi air condencasi
4.8 Bracked dan gantungan pipa yang digunakan dari pipa besi, long drath
atau besi siku. Jarak maksimal antara gantungan pipa adalah 2 meter.
4.9 Penyambungan pipa dilakukan dengan fitting material dari tembaga
dan di las dengan kawat perak
4.10 Setelah pekerjaan pengelasan selesai antara sentral dan outlet akan
dilakukan flushing
4.11 Test kebocoran pada pipa distribusi dilakukan dengan cara preassure
test dengan tekana sekitar 10-12 bar selama 2 (dua ) hari.
4.12 Non Crossing test dilakukan untuk mengecek bahwa pipa distribusi
setiap jenis adalah benar dan tidak tertukar satu sama lain

5.0. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

5.1. Tahap persiapan


Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan pembangunan
yang sah berlaku di Republik Indonesia ini harus ditaati, kecuali bila
dibatalkan oleh Rencana Kerja dan Syarat-syarat

5.2. Gambar Kerja / Shop Drawing


Kontraktor harus membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan
termasuk detail support/penyangga/dudukan berikut perhitungannya
yang telah disetujui oleh Konsultan MK / Pemberi Tugas

5.3. Sarana Kerja


Kontraktor diharuskan mengirim contoh bahan yang akan digunakan
untuk disepakati konsultan MK / Pemberi Tugas.
Menyerahkan daftar peralatan kerja yang digunakan sebelum
dilakukan pemesanan.
Menyediakan peralatan kerja yang baik untuk pelaksanaan yang
memenuhi persyaratan keselamatan kerja.

5.4. Pemeriksaan Bahan / Material


Apabila Konsultan MK / Pemberi Tugas meragukan kualitas bahan
atau alat tertentu, maka bahan tersebut akan dikirim ke laboratorium
penyelidikan bahan atas biaya kontraktor.

5.5. Ponalakan dan Penyingkiran


Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan MK/Pemberi Tugas,
harus segera disingkirkan dari lokasi proyek oleh kontraktor dalam
waktu 1 x 24 jam.
5.6. Tahap Pelaksanaan
Kontraktor harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja. Perlengkapan keselamatan kerja yang dibutuhkan harus
disediakan. Cara-cara kerja yang kurang aman atau tidak selamat
harus dihindarkan. Kontraktor harus juga memperhatikan keselamatan
kerja termasuk kesehatan para pekerja dan kebersihan lingkungan.
Perhatian diharapkan pula terhadap lokasi pemondokan pekerja di job-
site, agar tidak terlalu mengganggu waktu kerja.

5.7. Seleksi tenaga kerja


Kontraktor harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja,
baik mengenai keahlian ataupun kesehatannya, bagi tukang-tukang las
pipa, serta kejuruan-kejuruan lain yang dianggap perlu, harus lulus dari
ujian penilaian dari MK/Pemberi Tugas. Bilamana di kemudian hari
dalam proyek ini didapati tenaga-tenaga yang ternyata tidak cukup ahli,
MK/Pemberi Tugas berhak untuk minta tenaga kerja tersebut diganti.

5.8. Prosedur dan Cara Kerja


Kontraktor wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang baik
(tepat, cepat, dan selamat). Kontraktor wajib mengkonsultasikan kedua
hal tersebut kepada MK/Pemberi Tugas, untuk dimintakan
persetujuannya guna pelaksanaan. Hasil kerja harus menunjukkan
“workmanship” yang baik dalam bentuk kerapian.

5.9. Uji coba Sentral Gas Medis


Uji coba harus dilakukan untuk mengetahui berjalan tidaknya
mekanisme sistem yang bersangkutan. Kontraktor harus
menunjukannya dalam berbagai variasi alternative, sejauh kemampuan
mekanisme sistem sentral gas medis. Untuk jaringan pipa dilakukan uji
tekanan (pressure test) dengan mengunakan tekanan sebesar 10-12
bar selama 2x24 jam, uji tekanan dimaksudkan selain untuk
mengetahui kebocoran pada jaringan pipa juga ditujukan untuk
mengechek ketahanan dari pengelasan dan penyambungan pipa. Test
berikut yang dilaksanakan adalah non crossing test, test ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah jaringan pipa yang terpasang
sudah sesuai dengan gas yang diinginkan, contohnya: pipa oksigen
dari sentral yang terhubung sampai ke outlet gas oksigen di dinding
ruang harus kontinyu, kesalahan dalam penyambungan (apabila
tertukar dengan pipa gas yang lain seperti nitrous oxide), akan
berakibat sangat fatal. Keseluruhan test dan pengujian harus
disaksikan oleh MK/Pemberi Tugas, yang juga berhak untuk
memerintahkan alternatif-alternatif yang dipilihnya.
6.0. DAFTAR MATERIAL

Matrial Merk
Peralatan Sentral Gas Medis
Out Let Gas Medis
Manifold Gas Medis Phasco, Drager, Medimax
Vacum
Compressed Air

7.0. TAHAP PENYELESAIAN

7.1. Pemeriksaan / Commissioning


Pada awal dari tahap penyelesaian perlu diadakan pemeriksaan /
commissioning. Obyek Commisioning adalah membuktikan bahwa
setiap peralatan sudah berfungsi, dengan kuantitas dan kualitas yang
diminta. Semua peralatan seperti sentral, zone valve, alarm, outlet dan
pipa sudah berfungsi dan bekerja dengan bagus.
Semua kegagalan / kekurang berhasilan harus dicari penyebabnya dan
diupayakan cara-cara mengatasi. Pemeriksaan/Commissioning
dilakukan oleh kontraktor, MK dan User atau Pemberi Tugas. Perlu
dibuatkan Berita Acara atas hasil-hasil pemeriksaan / Commissioning
yang telah dilakukan bersama.

7.2. Serah Terima


Akan dilaksanakan serah terima hasil pekerjaan dari Kontraktor
kepada MK/Pemberi Tugas, apabila operasional penggunaan sistem
sentral gas medis tanpa hambatan dan terukur sesuai standar produk.

7.3. As Built Drawing


Kontraktor harus membuat As Built Drawing, yaitu gambar instalasi
dan sistem yang terpasang yang sebenarnya. As Built Drawing ini
harus secepatnya diserahkan kepada MK/Pemberi Tugas untuk
mendapatkan komentar/koreksi. Kontraktor wajib mengadakan revisi
terhadap as built drawing, dengan petunjuk MK/Pemberi Tugas. As
Built Drawing ini akan menjadi dokumen bagi proyek.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.6

SISTEM TATA UDARA KHUSUS

1.0. SPESIFIKASI TEKNIS DAN SPESIFIKASI TATA UDARA NON STANDAR

1.1 PERSYARATAN UMUM

Air Condition khusus dalam judul diatas adalah Sistem Tata Udara khusus dengan
spesifikasi non standara yang mengharuskan system pendingin udara di dalam
ruangan yang continue dan terjamin.

Khusus AC Non Standart (atau seperti Ruang Operasi). Mengharuskan system


pendinginan udara secara continue dan mengendalikan parameter-parameter di dalam
ruangan seperti:
1. Humidity
2. Suhu
3. Tekanan udara di dalam ruangan
4. Kelas kebersihan
5. Distribusi udara dan
6. Jumlah ventilasi udara (minimum 4x pertukaran udara per jam)

1.2 SPESIFIKASI TEKNIS

a. Sistem Udara Non Standart


ƒ Adalah sistem tata udara yang di design khusus untuk ruangan-ruangan
khusus seperti:

Area Ruang Critical


Seperti: operasi, ruang isolasi, dll

Area Ruang Semi Critical


Seperti: ruang koridor bersih, ruang pemulihan, ruang persiapan, ruang lab
mirco, lab klinik, picu, nicu, hcu dll

ƒ System pendingnainan mampu mengendalaikan parameter-parameter secara


continue seperti yang sudah di sebutkan pada persyaratan umum diatas.
ƒ Sistem tata udara menggunakan electronic direct-expansi dengan Technology
VRF Active Heat Pipe dengan 3 (tiga) pipa penghubung antara indoor unit dan
outdoor unit (pipe Hot Gas, pipa Gas & pipa Liquid)

Khusus Sistem tata udara untuk Ruang Isolasi & Air Lock adalah di desain
khusus untuk memenuhi Indoor Quality didalam ruangan memakai unit
Dedicated Outdoor Air System (DOAS) dan mengatur Kelembapan didalam
ruangan dengan Technology VRF Active Heat Pipe. dengan 3 (tiga) pipa
penghubung antara indoor unit dan outdoor unit (pipe Hot Gas, pipa Gas &
pipa Liquid).
Tekanan udara positive atau negative di dalam ruangan isolasi di kontrol oleh
Exhaust Fan yang sudah di lengkapi dengan Variable Speed Drive (VSD),
Poposional Integral Derivative (PID), Different Pressure Switch (DPS),
Different Pressure Gauge (DPG)

b. Mendukung INPRES No 13 / Tahun 2011 mengenai Penghematan Energy.


System tata udara Non Standart mampu melakukan kondensasi maksimum
dimana evaporator di lengkapi system Pre-coil dan Re-heat coil. dan secara
independent dapat mengatur kelembaban dan suhu di dalam ruangan tanpa
menggunakan elemen electric heater, dehumidifier maupun system desiccant.

Mengacu pada INPRES No 13 / Tahun 2011 mengenai Penghematan Energy.


Maka unit tata udara Non Standart dan sistemnya adalah unit yang bisa
melakukan Penghematan Energy minimal 20% atau lebih.

Konsumsi energy listrik 1 set unit tata udara Non Standart, tidak melebihi 10%
dari total cooling (misal 10 HP Cooling = 11 Kw Listrik).

c. Aliran udara masuk ke indoor di filterisasi melalui:


ƒ Pre filter (G4 atau MERV 8)
ƒ Medium filter (F9 atau MERV 14)
ƒ Hepa filter (H13 atau MERV 17) untuk ruangan OT.
ƒ Hepa filter (H13 atau MERV 17) di Exhaust Fan untuk Ruang Isolasi

d. Kelengkapan tata udara bawaan pabrik satu kesatuan, bukan modifikasi atau
penambahan termodifikasi.
ƒ Double skin thermal break dan double panel;
ƒ Fan indoor, plug-fan (dengan efficiency, sama atau lebih besar dari 70%) dan
tanpa fan belt
ƒ Box Pre filter dan Medium filter (bawaan Pabrik, terintregasi dengan indoor
unit dan bukan hasil modifikasi). Sudah di lengkapi media filternya
ƒ Evaporator Pre-cool , active heat pipe technology
ƒ Evaporator Main Cooling.
ƒ Evaporator Re-Heat , active heat pipe technology
ƒ VSD, PID, Pressure Transducer
ƒ Display digital suhu dan humidity.
ƒ Differential pressure switch (deteksi pressure Medium Filter & Hepa Filter)
ƒ Differenatial pressure transducer

e. Panel (Body) Indoor Unit


1. Area Ruang Critical
ƒ Body panel, double skin
ƒ SUS 304, Thickness 0,4mm (Inside skin and outside skin)
ƒ Insulation PIR Polyurethane, Density •50 Kg/m3
ƒ Fire retendant, Class B1
ƒ Thermal conductivity <0,022 W/m.°K

2. Area Ruang Semi Critical


ƒ Body panel, double skin
ƒ Prepainted, Thickness 0,4mm (Inside skin and outside skin)
ƒ Insulation PUR Polyurethane, Density •50 Kg/m3
ƒ Fire retendant, Class B1
ƒ Thermal conductivity <0,024W/m.°K

1.3 KOMPRESSOR DAN SIRKUIT PENDINGIN


a. Jenis kompressor adalah Scroll Compressor DC Inverter, yang dilengkapi
dengan proteksi listrik terpadu. Kompressor terpasang pada frame dilengkapi
material anti vibrasi.
b. Sistem pendingin dilengkapi electronic expantion valve, liquid dan indicator, filter
dryer dan liquid receiver.
c. Sistem pendingin dilengkapi dengan sensor dan switch untuk pengaman tekanan
refrigrant tinggi dan rendah di kompressor.

Persyaratan Pelaksanaan
ƒ Instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta
tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.
ƒ Semua syarat-syarat penerimaan bahan-bahan, peralatan, cara-cara pemasangan
kualitas pekerjaan dan lain-lain untuk sistem instalasi ini harus sesuai dengan
Standar Internasional maupun Nasional seperti ARI, ASHRAE, SMACNA,
ASTM, NFPA, NEC, ASME dengan senantiasa mengutamakan peraturan /
standar / persyaratan nasional.
ƒ Ketentuan persyaratan nasional dan pelaksanaan harus sesuai dengan undang-
undang dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia, serta tidak
bertentangan, yaitu:

Dasar Hukum :
a. UUD RI. No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
b. PerMenKes No. 56 Tahun 2014, Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
c. KePres No. 13 Tahun 2011, Mengenai Saving Energy
d. PerMenKes No. 24 Tahun 2016, Persyaratan Tehnis Bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit.

Pedoman KeMenKes RI Direktorat Jendaral


Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruangan Operasi, KeMenKes RI Tahun
2012.

ƒ Semua peralatan dan mesin tata udara yang dipasang para ruangan tertentu, selain
dari persyaratan-persyaratan tersebut diatas, juga tidak boleh menyimpang dari
persyaratan yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya (original) serta peralatan
dan mesin tata udara yang dimaksud adalah bukan hasil modifikasi dari AC
Comercial atau AC Residential.

Pemborong
ƒ Yang dimaksud dengan pemborong dalam spesifikasi ini adalah badan pelaksana
yang telah terpilih dan memperoleh kontrak kerja untuk penyediaan dan
pemasangan instalasi peralatan utama AC ini sampai selesai.
ƒ Pemborong wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang dan
peraturan-peraturan, persyaratan umum maupun suplementernya, persyaratan
pabrik pembuat unit-unit AC, buku dokumen pelelangan, gambar-gambar serta
petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.
ƒ Pemborong dapat meminta penjelasan kepada Direksi, Konsultan atau pihak yang
ditunjuk bilamana menurut pendapatnya pada dokumen pelelangan, gambar atau
hal lainnya ada yang kurang jelas.
ƒ Pemborong wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan pelaksanaan dari
pihak pemborong lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak-
pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya. Bilamana sampai terjadi
gangguan maka pemborong wajib mengerjakan saran-saran perbaikan untuk
segenap pihak.

Koordinasi dengan Pihak Lain


ƒ Pemborong wajib koordinasi dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan proyek ini. Terutama koordinasi dengan pihak Pemborong
sipil, elektrikal, plumbing, perlindungan terhadap kebakaran.
ƒ Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak
lain atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi ini,
pemborong bertanggung jawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini.

Izin
ƒ Semua izin-izin dan persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan instalasi ini
harus dilakukan oleh pemborong atas tanggungan dan biaya pemborong.
ƒ Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain beserta keterangan resminya yang
mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini.
ƒ Pemborong harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang
dipantentkan, kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan
untuk ini. Pemborong wajib menyerahkan surat pernyataan mengenai hal ini.

2.0. PEKERJAAN PERALATAN UTAMA

a. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pada pasal ini menerangkan spesifikasi dari jenis peralatan
utama yang dapat diterima dalam proyek ini.

b. Umum
ƒ Spesifikasi berikut ini menjelaskan hanya ketentuan-ketentuan dasar saja.
Untuk ketentuan dari kapasitas dan lain-lainnya lihat gambar skedul
peralatan/unit mesin.
ƒ Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pengadaan, pemasangan dan
pengujian (testing & balancing) dari seluruh peralatn utama yang akan
dipasang dalam proyek ini dengan lengkap dan berfungsi dengan baik
sehingga keseluruhan sistem tata udara dapat memberikan performansi yang
diinginkan.
ƒ Keseluruhan peralatan utama harus dari kualitas yang terbaik dan baru (bukan
bekas pakai).
ƒ Dalam memasukan penawaran untuk peralatan utama, pemborong harus
menyatakan dan melampirkan hal-hal berikut dengan jelas :
− Mencantumkan merk dan type unit yang ditawarkan pada BQ.
Melampirkan brosur asli dari unit yang ditawarkan dan pada brosur
tersebut diberi tanda yang menjelaskan mengenai pemilihan unit,
kapasitas daya dimensi, berat kerja, suhu dan volume air/udara dan lain-
lain spesifikasi teknik ini.
− Melampirkan pemilihan unit Split Duct, sehingga dapat dibaca dengan
jelas semua spesifikasi teknis unit-unit tersebut.
− Melampirkan format-format unit yang ditawarkan sesuai skedul dan telah
diisi secara lengkap oleh pemborong.
ƒ Setiap kekurangan dari butir diatas akan mengurangi penilaian evaluasi atas
penawaran pemborong dimana bobot hal-hal tersebut di atas sangat
menentukan dalam evaluasi penawaran.
ƒ Standar yang harus dipenuhi adalah ASHRAE, ARI STANDAR, ASTM &
UL.
3.0. LINGKUP PEKERJAAN PEMBORONG

01. Pemborong wajib mengadakan, melakukan pemasangan bahan dan


peralatan yang diperlukan didalam instalasi ini dengan baik dan rapi,
melakukan penyetelan pada bagian yang memerlukan serta mengadakan
pengujian, baik untuk setiap bagian dari sistim maupun untuk keseluruhan
sistim, guna mendapatkan suatu operasi dari sistim secara sempurna dan
memuaskan.
02. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari sistim sehingga secara
keseluruhan merupakan sistim yang lengkap dan dapat berfungsi dengan
baik.
03. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidakjelasan dan atau
kesalahan yang terdapat didalam dokumen pelelangan pada saat Rapat
Penjelasan Pelelangan.
04. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh
sistim yang dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun
juga.

4.0. LINGKUP PEKERJAAN TATA UDARA

01. Sistim tata udara terdiri atas dua bagian besar jenis pekerjaan, yaitu :
a. Pekerjaan pendinginan ruangan,
b. Pekerjaan ventilasi ruangan.

02. Secara garis besarnya, pekerjaan pendinginan ruangan dapat dibedakan


atas beberapa bagian seba¬gai berikut :
a. Peralatan utama Sistim pendinginan, antara lain berupa Indoor Unit dan
Outdoor unit dan lain-lain seperti ditunjukkan pada gambar Rencana, dan
Schedule Peralatan,
b. Peralatan Ventilasi ruangan, antara lain berupa Air Intake Fan, Air
Exhaust Fan, dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam gambar rencana,
dan schedule peralatan,
c. Ducting aliran udara lengkap dengan bahan isolasinya, hubungan
fleksibel, penguat dan perlengkapan lainnya
d. Pemipaan Air kondensasi dimulai dari setiap mesin pendingin beserta
Drain Pan-nya ke saluran pembuangan termasuk semua peralatan
bantunya
e. Pekerjaan listrik untuk catu daya semua peralatan termasuk
pengkabelannya dan semua rangkaian kontrol operasinya,
f. Pekerjaan sipil sehubungan dengan pekerjaan ini, antara lain mariking,
pondasi, lubang didinding untuk ventilasi dan AC, dan lain-lain,
g. Perapian kembali dinding dan bagian lainnya dari pekerjaan Sipil yang
terkena pekerjaan ini,
h. Pekerjaan kontrol dari Fire Alarm untuk memati¬kan unit-unit dan
menghidupkan Pressurization Fan,
i. Peralatan bantu,
j. Pekerjaan-pekerjaan lainnya sesuai yang dise¬butkan dalam spesifikasi
dan gambar perenca¬naan.

5.0. LINGKUP PEKERJAAN PEMBORONG LAIN


01. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan
dilaksanakan oleh pemborong pekerjaan Sipil adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan shaft pipa.
02. Pekerjaan yang sehubungan dengan lingkup pekerjaan paket ini dan
dilaksanakan oleh pemborong peker¬jaan Listrik adalah sebagai berikut :
a. Pengadaan catu daya sampai Panel SDB-AC,
b. pekerjaan Instalasi Tata Udara (VAC) didalam kereta elevator.

6.0. KETENTUAN TEKNIS UNIT AC UMUM

01. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan dipergunakan harus dapat
dipergunakan secara normal pada temperatur keliling tidak kurang dari 50°C
dan kelembaban relatif tidak kurang dari 90%.

02. Pemborong wajib mengadakan seleksi peralatan pendingin ruang sesuai


dengan kapasitas pada kondisi lapangan sebagai berikut :
a. Indoor Drybulb : 75 °F
b. Outdoor Drybulb : 95 °F
dimana batasan-batasan lainnya ditunjukkan dalam daftar peralatan dan
gambar rencana.

03. Peralatan pendingin ruang harus merupakan hasil produksi asli dari pabrik
tanpa mengalami perubahan dalam bentuk apapun juga dan harus diuji
sesuai dengan ketentuan dalam ASHRAE.

04. Kompresor alat pendingin ruang adalah jenis Scroll dengan DC Variable
Speed Motor dengan pendinginan gas Refrigerant.

05. Motor penggerak fan adalah jenis Permanent Split Capacitor yang dilengkapi
dengan Power Factor Corrector.

06. Operasi motor hendaknya dilengkapi Time Relay untuk mencegah operasi
motor segera setelah penyalaan dan thermal overload relay.

07. Semua bagian dinding dan rangka peralatan ini hendaknya telah diproses
anti karat dan sesuai untuk pemakaian diluar bangunan / ruang. Pada bagian
dalam peralatan, harus disediakan bahan isolasi yang baik untuk mengurangi
penambahan beban terhadap mesin, sedangkan untuk bagian Condenser
harus dilengkapi dengan Anti Corrison Treatment.

08. Bagian penyaring udara adalah jenis yang dapat dicuci dan mempunyai
efisiensi penahan debu tidak kurang dari 65 % dan memberikan tahanan
pada aliran udara tidak lebih dari 2,5mm tekanan air pada kecepatan udara 2
MPS.

09. Alat pengatur operasi mesin / Remote Controller harus dilengkapi dengan
pengatur temperatur kerja dan pengatur kecepatan Fan (3 tingkat). Alat ini
harus mampu menjalankan peralatan tanpa mengaki¬batkan kompresor
bekerja.

10. Coil Condenser harus terbuat dari bahan tembaga yang dilengkapi dengan
sirip sirip yang terbuat dari bahan alumunium yang direkatkan secara meka-
nis.

11. Coil Condenser harus telah diuji terhadap kebocoran dan telah diproses
Dehidrated serta telah diisi dengan gas Refrigerant secukupnya dipabrik.

12. Fan Condenser adalah jenis propeler dengan arah pembuangan tegak keatas
atau kesamping, dimana fan ini dihubungkan langsung dengan motor
penggeraknya.

13. Motor penggerak fan adalah jenis Permanent Split Capacitor dengan
perlindungan secara Inherent dan memakai bantalan peluru yang dilumasi
secara tetap.

14. Pemborong wajib menyediakan peredam getaran pada setiap kaki sesuai
dengan petunjuk Manajemen Konstruksi.

15. Evaporator Fan untuk ceiling type atau wall adalah tipe Forward Curve
digerakkan secara langsung oleh suatu motor listrik tanpa mempergunakan
Belt.

16. Evaporator Fan untuk duct type adalah tipe Forward Curve digerakkan oleh
suatu motor listrik secara tidak langsung dengan mempergunakan Belt dan
dilengkapi dengan Flexible Pulley guna penyesuaian volume udara yang
diperlukan.

17. Fan harus dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan suatu beban
mekanis yang balans baik secara statis maupun secara dinamis terhadap
motor penggeraknya.

18. Motor fan hendaknya diperlengkapi suatu dudukan yang dapat diatur untuk
menyesuaikan jarak antara fan dan motor.

19. Setiap bagian yang bergerak dari alat ini hendaknya diperlengkapi dengan
bantalan peluru yang dapat dilumasi dari bagian luar dengan mudah.

20. Setiap bagian pada dinding yang merupakan bagian persambungan


hendaknya diberikan bahan pencegah kebocoran udara dan dapat dibuka
dengan mudah dan cepat.

21. Dibagian bawah dari alat ini hendaknya mempunyai kemampuan untuk
menampung air kondensasi yang mungkin timbul dan diisolasi sedemikian
rupa sehing¬ga tidak menimbulkan kondensasi dibagian luarnya.
22. Pemborong harus melengkapi Mounting Plate untuk Fan Coil Unit
(Evaporator) dan Remote Controller.

7.0. KETENTUAN TEKNIS FAN

01. Alat sirkulasi udara yang dipakai harus mampu memindahkan jumlah udara
sesuai yang tertera dalam Gambar Rencana pada tahanan aliran udara yang
sesuai.

02. Untuk semua peralatan yang berhubungan dengan udara bebas, harus
diberikan pelindung dari kawat loket dan kawat nyamuk lengkap dengan
rangka penguatnya.

03. Khusus untuk alat sirkulasi udara yang ditempatkan diatap bangunan,
Pemborong wajib mengadakan seleksi pemilihan mesin yang tidak akan
menimbulkan kebisingan melebihi batas 54 dB diukur pada jarak 1 meter.
Apabila didalam pemilihan mesin, ternyata tingkat kebisingan melebihi batas
tersebut diatas, maka Pemborong wajib memberikan bahan peredam suara.

04. Khusus untuk alat sirkulasi udara yang ditempatkan diatap / diluar bangunan,
konstruksi fan harus sesuai untuk pemasangan outdoor dengan motor
penggerak tipe TEFC.

05. Untuk setiap Fan Fresh Air dan Louvre Fresh Air di ruang AHU dilantai atap
harus dilengkapi dengan Pre Filter dari jenis washable dari filter media
(Synthetic Fibre) setebal 2" lengkap dengan box / rangka filter dari galvanized
steel U, air tight, efficiency 20-30% standard ASHRAE 57-76 amosphere dust
spot pada keadaan low velocity 300 fpm initial resistance 0,18 WG.

8.0. KETENTUAN TEKNIS PERALATAN BANTU

01. Peralatan bantu dalam terminasi kabel yang berukuran lebih besar dari 16
mm adalah sepatu kabel yang harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

02. Peralatan bantu untuk pemasangan kabel kedalam Panel berupa CABLE
GLAND harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

03. Peralatan bantu berupa Fisher dan Dynabolt dan yang sejenis harus
mempunyai kekuatan yang sebanding terhadap bebannya dan harus disetujui
oleh Manajemen Konstruksi.

04. Peralatan bantu dalam penyambungan kawat tembaga telanjang harus


mempunyai permukaan yang dilapisi oleh timah dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.

05. Peralatan bantu berupa FISHER dan DYNABOLT dan yang sejenis harus
mempunyai kekuatan yang sebanding terhadap bebannya dan harus disetujui
oleh Manajemen Konstruksi.

06. Peralatan bantu dalam penyambungan kawat tembaga telanjang harus


mempunyai permukaan yang dilapisi oleh timah dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.

07. Peralatan bantu dalam penyambungan kabel penerangan dan kotak kontak
biasa adalah tipe LASDOOP produksi 3 M atau legrand.

9.0. KETENTUAN TEKNIS PENGECATAN

01. Semua penggantung ducting dan ducting expose harus dicat dasar dengan
zinchromate.

02. Semua pipa yang terpasang harus dicat dasar dengan zinchromate primer 2
lapis berikut penggantungnya/ penyangga, flange.

03. Ducting tanpa isolasi luar (baik dibawah ceiling maupun diatas ceiling) warna
dipilih kemudian.

04. Semua equipment, disebabkan gangguan cuaca atau gangguan setempat


atau karat yang merusak sebagian atau seluruh cat aslinya, harus dicat lagi
dengan warna yang sesuai secara keseluruhan atau warna yang diminta
Pemberi Tugas.

05. Cat dasar, dan finishing dari merk ICI atau yang setara yang dapat disetujui.

10.0. KETENTUAN TEKNIS PENGUJIAN (TESTING, ADJUSTING & BALANCING)

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari
sistim maupun sistim secara keseluruhan sesuai dengan permintaan
Manajemen Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada Manajemen


Konstruksi dan Pemberi Tugas. Pengu¬jian yang tidak dihadiri oleh
Manajemen Konstruksi dan wakil Pemberi Tugas akan dinilai tidak sah dan
harus diulang.

11.0. KETENTUAN TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN

Unit AC yang dipakai adalah unit AC produksi dalam negeri yang dirancang secara
khusus untuk ruang kritikal dan semi kritikal untuk penggunaan di Rumah Sakit.

Merk yang digunakan : LG, Mitsubishi Heavy Industri, Trane, sesuai dengan outline
spek
SPESIFIKASI TEKNIS

15.7

SISTEM PEMIPAAN DAN PERALATAN PIPA AC

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini menjelaskan spesifikasi dari pipa, valve, trap, strainer
dan peralatan pipa lain serta instalasinya untuk proyek ini seperti yang
ditunjukkan pada gambar-gambar perencanaan yang harus diikuti oleh
pemborong dalam pelaksanaannya.

1.1. UMUM

1.1.1. Bab ini melengkapi seluruh pekerjaan pemipaan dan adalah


tanggung jawab pemborong untuk mengikuti gambar dan
spesifikasi bagian-bagian serta jenis pemipaan mana yang
sesuai untuk proyek ini secara khusus.
1.1.2. Standar yang digunakan adalah Peraturan Plumbing
Indonesia.
1.1.3. Gambar-gambar menunjukan secara umum ukuran dan lokasi
pipa. Karena keadaan setempat, ketinggian langit-langit dan
lain-lain tidak boleh dirubah tanpa persetujuan dari Direksi
Lapangan / Manajemen Konstruksi.

1.2. BAHAN PIPA DAN PERALATAN PIPA

1.2.1. Untuk pipa AC Split Duct dari “Pipa Tembaga” . Sebagai pipa
pengembunan (drain kondensat) dipergunakan pipa PVC jenis
AW dengan diisolasi bilamana tidak dinyatakan lain. Merk
pabrik : Wavin, Rucika, Vinilon, Genova yang disetujui
sedangkan untuk pipa Refrigeran yang perlu dibuat atau dirakit
di lapangan dari jenis hard cooper type K kecuali ditentukan
lain oleh pabriknya.
1.2.2. Tidak diperkenankan mengganti bahan kecuali dengan
persetujuan tertulis dari Direksi, Lapangan / Manajemen
Konstruksi.
1.2.3. Semua pipa dan peralatan harus dapat menahan tekanan
sampai 8 kg/cm² tanpa terjadi kebocoran.

2.0. PEMASANGAN SISTEM PIPA

2.1. Pipa drain kondensat harus diperlengkapi dengan alat pembersih,


leher angsa serta peralatan lain yang perlu. Harus diberikan lapisan
isolasi sampai sepanjang kira-kira 2 meter atau sampai dengan dimana
tidak terjadi pengembunan pada bagian luar pipa. Isolasi harus dari
bahan fiber glass, polyurethene atau stryrofoam type D.1. bagian luar
hendaknya dilapisi dengan vapour barrier jacket seperti sisalation 450
atau yang sejenis yang direkatkan dengan adhensive tape 2 serta
surface finish sampai tidak terjadi pengembunan pada permukaan luar
pipa.

2.2. Pemborong harus memasang pipa pengembunan (drain) dari mesin Air
Conditioning sampai ke tempat pembuangan yang terdekat dalam
saluran yang tersembunyi atau tidak mengganggu.

3.0. ISOLASI GETARAN (VIBRATION ISOLATION)

3.1. Seluruh sambungan, compressor dan lain-lain unit peralatan AC harus


dengan fitting-fitting yang menyerap getaran (vibration absorbing
fittings).

3.2. Isolasi getaran untuk pipa refrigerant adalah jenis copper below. Pada
compressor reciprocoating, dua buah vibration eliminator digunakan
secara seri tegak lurus (right angles) Satu dengan yang lain.

4.0. PENGGANTUNGAN DAN PENYANGGA / PENUMPU PIPA

4.1. Semua pipa harus ditumpu terhadap kontruksi banguan, kontruksi


penggantungan atau penumpuan harus sedemikian rupa hingga
memungkinkan ekspansi thermis pipa tetap dan mengurangi transmisi
vibrasi sesedikit mungkin. Penggantungan dan penyangga disediakan
dan dipasang oleh pemborong.

4.2. Semua pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (pipa klem) yang
bertumpu pada kontruksi bangunan. Paralel dengan dinding dan garis
kolom, lurus serta rapih.

4.3. Tidak boleh ada pipa yang ditumpu atau digantungkan pada pipa lain.
Semua pegantung untuk pipa yang terisolir tidak boleh menembus
bahan isolasi. Semua pipa dalam ruangan masih harus ditumpu
dengan penumpu yang mencegah penerusan getaran (vibration
eluminating, hanger, rubber in shear).

5.0. ISOLASI PIPA

5.1. Semua pipa air sejuk dan pipa refrigerant harus diberi lapisan isolasi
sesuai dengan gambar dan spesifikasi. Bagian luar hendaknya dilapisi
dengan vapour barrier jacket yang dirapatkan dengan adhesive tape 3
serta surface finish sampai tidak terjadi pengembunan pada pipa.
Bahan isolasi dari Glass Wool Semirigid class D.1. koefisien
perpindahan panas konduksi 0.32 BTU-IN/SQFT.DEG.F. hr pada suhu
udara rata-rata 75 F, permeabilitas 0.1 per-in dan tidak berasap yang
mengandung racun bila dibakar. Isolasi harus dipasang sebaik
mungkin sampai tidak terjadi pengembunan pada permukaan luarnya.
5.2. Metoda isolasi pipa dan spesifikasi bahan isolasi adalah seperti yang
dinyatakan dalam bab isolasi.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.8

PEKERJAAN ISOLASI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup dari bab ini menjelaskan kebutuhan akan isolasi secara umum.
Dikarenakan tidak semua jenis isolasi digunakan dalam tiap proyek, maka
adalah tanggung jawab pemborong untuk menentukan dari gambar
spesifikasi, job description, schedule peralatan serta dokumen tender, bagian-
bagian mana dalam spesifikasi ini yang berlaku untuk proyek ini.

2.0. UMUM

2.1 Pemborong harus melaksanakan pengadaan bahan isolasi dan


pemasangan sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan
spesifikasi. Semua bahan isolasi untuk duct pipa dan peralatan lainnya
harus disediakan dan dipasang oleh pemborong dengan cara
pelaksanaan terbaik.

2.2 Pemborong harus menyerahkan semua contoh bahan isolasi serta


brosurnya yang akan digunakan dalam proyek ini kepada Direksi
Lapangan/Konsultan atau Pejabat yang ditunjuk dalam waktu 14 hari.
Direksi Lapangan/Konsultan berhak untuk menerima/menolak bahan
contoh tersebut, menurut pendapatnya, untuk digunakan dalam proyek
ini. Serta berhak menolak pemasangan isolasi yang telah terpasang
bila menurut pendapatnya hal tersebut tidak memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan, baik bahan dan metode instalasinya.

3.0. MATERIAL ISOLASI

3.1 Fibre Glass/Glass Wool (Duct Insulation)


Kepadatan (density) tidak boleh kurang dari 1.5 db(cuft (24 kg/m3) dan
faktor konduktifitas K tidak boleh melebihi 0.23 BTU-
IN/HR.SQFT.deg.F pada suhu 750F sesuai standard ASTM-C 166.
Lebih diutamakan jenis long fibre glass yang digunakan adalah sesuai
dengan pemasangan pada pasal pemasangan, merk yang digunakan
untuk isolasi ducting adalah;
Parawool , ICI, breadford .

3.2 Pipe Insulation


Kepadatan tidak boleh kurang dari 2 lb/cuft (32 kg/ m3) suhu 650 dan F
K-value = 0.23 BTU/in-hr-F. Produk yang dapat diterima adalah
armaflex , thermalex ,Bradford .
3.3 Alluminium Foil (Vapour Barrier)
Minimal terdiri atas empat lapis bahan yang dilaminasi dibawah
tekanan dan suhu sehingga membentuk suatu lembar fleksible yang
berlapis banyak (multiple flexible sheet). Mempunyai karakteristik
sebagai berikut :

3.3.1 Permeansi = 0.02 perms (1.13 ng/NS maksimum)


3.3.2 Tensile Strength = longitudinal : 10-13-KN/m transverse : 6-8
KN/m
3.3.3 Fire Resistant, smoke develoved = 0-1 : heat evolded = 0
3.3.4 Non Corrosion
3.3.5 Beach puncture : 0.75-1.0 J (TAPPI T 803 m )
3.3.6 Flame spread & ignicability : 0

Merk produk yang dapat diterima adalah sebagai berikut : Thermofoil


730/731, silition. Untuk duct foil tape, yang dapat diterima adalah
produk ; Saba Idenden.

4.0. PEMASANGAN ISOLASI PADA SPLIT DUCT/AC RUANG OK

4.1 Split Duct/Ruang OK.


Jenis cabinet, maka setelah di isolasi dari pabrik pada bagian dalam
kabinet dengan fibre glass blanket atau board tebal 2” (density = 2
lb/inft, K = 0.23 BTU-in/hr. SQFT. Deg.F).
Drain fan juga di isolasi dengan fibre glass board tebal 1.5” dilapis
aluminium foil single sided. (maksimum K = 0.23-BTU-
in/Hr.SQFT.deg.F pada 50 deg.F.). Kedua bahan isolasi tersebut
dilekatkan pada kabinet unit dengan cold setting epoxy cement. dan
untuk pemasangan split duct harus dipasang bak drain.

4.2 Split duct/AC Ruang OK jenis built up, isolasinya adalah sebagai
berikut : dinding, lantai dan ceiling harus di isolasi dengan vapour
sealed dari bahan cellular glass block, cork, atau polystyrofoam dengan
tebal minimum 2”, direkatkan dengan hot asphalt pada permukaan
yang terlebih split duct dilapis primer Sealer 3A atau sejenis. Isolasi
pada ceiling harus diset kedalam shuttering (form), dimasukan
angleclip dan permukaan isolasi serta keseluruhan dilapis Primer
Sealer 3A setelah slab dituangkan pada isolasi. Setelah di isolasi,
dinding dan ceiling diperkuat dengan expanded metal ukuran 1.8 lb x 1
3/8” dan diseal dengan Primer Sealer 3A serta diplester halus oleh
plester semen dan lapis masing-masing tebal ¼”.
Setelah lantai di isolasi, suatu lantai kerja dari beton tebal 3” dilapiskan
dengan kemiringan ke drain lantai. Beton tersebut diperkuat dengan
wiremesh ukuran 2 x 4”. Setelah semua difinish lengkap,
keseluruhannya dicat.
5.0. ISOLASI DUCTING Bjls

5.1 Bilamana tidak ditentukan lain secara terpisah maka penentuannya


adalah sebagi berikut :
5.1.1 Duct pengambilan udara segar (fresh air duct) dan duct
pembuangan udara kotor (exhaust duct) tidak perlu diberi
lapisan isolasi.

5.1.2 Semua duct udara supply dan duct udara balik untuk sistem air
conditioning dan refrigeration harus diberi lapisan isolasi sesuai
dengan gambar spesifikasi.

5.1.3 Semua duct yang diexpose terhadap penglihatan (bahan


alluminium sheet), harus diberi lapisan isolasi dalam tebal 1”
bahan fibre glass atau styrophor yang fire resistent dan self
extinguishing sesuai persyaratan ASTM-C 166. Ducting tidak
perlu diberi lapisan isolasi luar.

5.1.4 Duct yang berada dibawah atap atau pada lantai teratas harus
dilapisi isolasi dari fibre glass setebal 2” (5 cm) yang kepadatan
minimumnya satu pound per kubik feet atau dengan suatu
lapisan isolasi panas lainnya yang ekuivalent khusus untuk
instalasi air conditioning/refrigeration dengan harga koefisien
perpindahan panas konduksi maksimum 0.23 pada suhu udara
rata-rata 750 F sesuai dengan persyaratan ASTM 166 dan
tahan api (fire resistance). Duct ini hendaknya dilapisi dengan
suatu lapisan weather proof vapour barrier seperti aluminium
foil dua sisi yang tahan api dan diperkuat dengan adhesive
band serta kraft paper dengan pemasangan yang menjamin
keawetan dan tidak menimbulkan kebocoran. Untuk duct yang
tidak berada dibawah atap atau tidak pada lantai teratas, tebal
lapisan isolasi adalah 1” (2.5 cm BTU-in/hr.SQFT.deg.F)
dengan lapisan vapour barrier aluminium foil satu sisi (single
sided) yang tahan api (fire resistance) diperkuat dengan
adhesive band.

5.2 Isolasi Cerobong Udara Utama


5.2.1 Semua cerobong udara utama, udara keluar maupun masuk
mesin atau fan atau split duct diberi lapisan isolasi dalam.
Isolasi dalam ini berupa lapisan fibre glass setebal 2.5 cm (1”)
yang kepadatan minimumnya satu pond per kubik feet dengan
harga koefisien perpindahan panas konduksi maksimum 0.23
pada suhu rata-rata 750 F sesuai dengan persyaratan ASTM-C
166 dan tahan api (fire resistance).
5.2.2 Duct hendaknya dilapisi dengan kain dan ditutup dengan kawat
kasa halus. Isolasi dalan juga dapat dipakai bahan styropor
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghasilkan gas
beracun bila terbakar, dengan tebal 1” (self exstinguishing).
Pemborong diwajibkan untuk memperbesar ukuran cerobong-
cerobong tersebut.
5.2.3 Khusus untuk light troffer supply diffuser harus diberi lapisan
isolasi luar sesuai dengan syarat spesifikasi dan menurut
gambar spesifikasi.

5.2.4 Pemborong harus menyerahkan data-data dan hasil pengujian


light troffer supply diffuser ini bilamana tidak diberikan oleh
pabrik pembuatnya kepada Direksi dan Konsultan.

5.3 Persyaratan Pemasangan Isolasi


5.3.1 Isolasi harus dilekatkan pada dinding cerobong dengan perekat
yang baik secara merata.
5.3.2 Pada semua sambungan, flanges dan lain-lain maka isolasi
harus ditutup dengan alumunium seal. Untuk duct berukuran 75
cm (30”) ke atas maka isolasi harus dibelit dengan kawat untuk
memperkuat penempelannya.
5.3.3 Pada tempat-tempat yang tertekan maka isolasi harus
dilindungi dengan BJLS 80 agar tidak rusak.

5.4 Pengerjaan Isolasi


Isolasi pipa dengan performed polyurethene dikerjakan dengan
terlebih dahulu dilapisi flinkote dimana PVC vapour barrier harus
overlap pada sambungan (joint). Demikian juga halnya isolasi pipa
dengan polystyrofoam.

6.0. PEMASANGAN ISOLASI PIPA DRAIN SPLIT DUCT

Pipa drain diisolasi, kontinyu dengan ketebalan bahan 1.5”, cara dan metoda
yang sama seperti yang dipersyaratkan pada item isolasi adalah dari drain fan
unit ke pembuangan di lantai atau ke jalur pipa pembuangan terdekat.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.9

SYSTEM DUCTING

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi seluruh pengadaan bahan, pemasangan dan


penyetelan ducting yang dapat digunakan dalam proyek ini sesuai dengan
yang tertera dalam gambar perencanaan dan spesifikasi.

2.0. STANDARD

Sebagai pegangan pelaksanaan pekerjaan ini digunakan standar dari THE


GUIDE dari ASHRAE, SMACNA dan NFPA No. 90A.

3.0. UMUM

3.1 Gambar dan spesifikasi hanya menunjukkan panjang tiap ukuran


cerobong, peralatan dalam ducting dan susunan jalur sistem cerobong
udara. Bila ada penyimpangan dan gambar kontrak yang dirasa perlu
untuk diperbaiki oleh Pemborong, maka detail penyimpangan serta
alasannya diserahkan secara tertulis untuk disutujui oleh Konsultan MK
dan Konsultan Perencana.

3.2 Penyimpangan yang telah disetujui harus dilaksanakan oleh


Pemborong tanpa tambahan biaya kecuali bila hal tersebut
menyebabkan perubahan desain atau kebutuhan.

3.3 Pemborong diwajibkan membuat gambar kerja (shop drawing) yang


disetujui Konsultan sebelum pelaksanaan pekerjaan instalasi cerobong
udara dimulai.

4.0. MATERIAL

4.1 Ketentuan Teknis Cerobong Saluran Udara

01. Semua cerobong aliran udara catu dan aliran balik harus terbuat
dari baja lapis seng sesuai dengan SII, dimana ketebalan bahan
yang dipergunakan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :

Ukuran Cerobong Ketebalan Sambung Melintang


Terbesar Bahan

s/d 12" 0,50 mm Drive Slip setiap 8 Feet


12" s/d 18" 0,60 mm Drive Slip setiap 3 Feet
18" s/d 30" 0,60 mm Siku 40x4 setiap 4 Feet
30" s/d 42" 0,80 mm Siku 40x4 setiap 4 Feet
42" s/d 54" 0,80 mm Siku 50x4 setiap 4 Feet
54" s/d 60" 1,00 mm Siku 50x6 setiap 4 Feet
60" s/d 84" 1,00 mm Siku 50x6 setiap 4 Feet
84" s/d 96" 1,20 mm Siku 50x8 setiap 4 Feet
Lebih dari 96" 1,20 mm Siku 50x8 setiap 4 Feet

02. Bahan baja lapis seng yang dipergunakan adalah tipe bahan yang
lapisannya tidak dapat terkelupas dan pecah pada waktu diadakan
pembentukan cerobong.

03. Cerobong aliran udara harus dibentuk sedemikian rupa sehingga


mampu menahan kecepatan aliran udara sampai dengan 2.500 feet
per menit dengan tekanan statis minimum 125 mm tekanan air.

04. Penyambungan cerobong harus dibuat sedemikian rupa sehingga


tidak memungkinkan terjadinya kebocoran dengan memberikan
bahan penyekat seal dan ukuran persambungan harus sama
dikedua sisinya.

05. Perubahan arah pada cerobong aliran udara harus dibuat dengan
tipe Long Radius Elbow dan dilengkapi sudu sudu pengarah aliran.

06. Setiap percabangan cerobong harus dilengkapi dengan Adjustable


Splitter Volume Damper yang sesuai dengan kebutuhannya.
Panjang Damper ini harus 1,5 kali lebar cerobong tapi tidak lebih
dari 24". Damper ini harus dilengkapi dengan tangkai pengaturnya
yang dapat dikunci. Lubang tangkai pengaturan harus dibuat rapat
kecerobong tapi tidak menghalangi pergerakannya.

07. Setiap Supply Air Diffusser, Fresh Air Grille, Louver, Linier Bar
Grille, Exhaust Air Grille, Return Air Grille harus dilengkapi dengan
Multi Blade Volume Damper yang dapat diatur dan dikunci, jenis
Opposed Blade dengan bahan minimum BJLS 80 sedangkan untuk
SAR untuk FCU Guest Room harus dilengkapi dengan blade
pengarah dengan bahan BJLS 100.

08. Semua Supply Air Diffusser, Grille, Louver, Linier Bar Grille, Linier
Slot diffuser, SAR harus terbuat dari bahan Anodized Alumunium
Profil dan dilengkapi dengan bahan peredam getaran sehingga
tidak menimbulkan kebisingan lebih dari NC 35 dan dicat finish
powder coating.

09. Persambungan cerobong udara dengan mesin harus


mempergunakan persambungan fleksibel dengan kain kanvas
rangkap dua yang diisolasi sepanjang 100 mm atau lebih.

10. Cerobong aliran udara yang berukuran lebih dari 24" pada sisi
terbesarnya, harus diberikan Cross kecuali pada cerobong yang
diberikan isolasi dalam.

11 Cerobong aliran udara yang ukurannya lebih besar dari 30" pada
sisi terbesarnya, harus diberikan penguat pada sisi tersebut dengan
baja siku 30x30x3mm pada setiap jarak 4 Feet, kecuali untuk
cerobong yang lebih besar dari 42" pada sisi terbesarnya, ukuran
penguat adalah 40x40x4mm setiap jarak 3 Feet dan untuk cerobong
yang lebih besar dari 84" pada sisi terbesarnya ukuran penguat
adalah 50x50x5mm pada setiap jarak 3 Feet.

12 Penguat cerobong juga harus disediakan pada cerobong aliran


udara yang berukuran lebih kecil dari ketentuan diatas, tetapi
setelah dipasang ternyata cerobong mengalami perubahan bentuk.

13 Pemborong wajib membuat penggantung dan penyanggah


cerobong dari bahan baja siku didekat setiap belokan dan
percabangan serta pada setiap jarak berikut :

Ukuran Besi Siku Diameter Jarak


Cerobong Penggantung
Terbesar

s/d 18" 30x30x3 6 mm 200 cm


19" s/d 30" 40x40x4 6 mm 150 cm
31" s/d 42" 40x40x4 9 mm 150 cm
43" s/d 60" 50x50x6 9 mm 150 cm
61" s/d 84" 50x50x6 12 mm 150 cm
85" s/d 96" 50x50x8 12 mm 150 cm
lebih dari 96" 50x50x8 12 mm 150 cm

14 Khusus untuk cerobong yang berada didekat Air Handling Unit sampai
jarak batas 6 meter, pada plenum supply / return pada bagian
dalamnya juga harus dilapis dengan bahan isolasi sesuai dengan
ketentuan isolasi dalam demikian juga untuk ducting supply FCU
Guest Room.

15 Semua sambungan dan ujung cerobong harus dibuat tanpa adanya


kebocoran dengan mempergunakan Mastic / Plastic Compound.

16 Seluruh ducting harus dilengkapi pintu kontrol / acces door pada


setiap jarak 3m, dengan ukuran acces 18"x28" dan pada setiap ada
belokan dan harus air tight dengan sealant tahan api.

17 Fire Dampers dipasang sesuai dengan gambar dan dari type


horizontal / vertical multi blade yang dilengkapi dengan fusible link bar
dan fusiblelink frame dan blade dari bahan 1,6 mm BJLS dan Fuse
yang digunakan mempunyai titik cair 70°C, dan konst ruksi blade
sedemikian rupa sehingga dalam keadaan horizontal titik berat blade
akan secara otomatis jatuh dan menutup bila fuse link putus. Frame
dan blade lengkap dengan angle stop, spring catch dan lain-lain.
18. Untuk ducting yang berhubungan dengan control fire, smoke (smoke
duct, ducting yang melewati Firewall, ducting Exhaust dan Fresh Air
Parkir, Ducting kitchen, exhaust & Fresh Air) harus tahan terhadap api
selama 2 jam dimana bahan dari duct yang diginkaan harus BJLS
dengan tebal minimum 1,375 mm dengan sambungan las menerus
untuk sambungan memanjang dan sambungan melintang dengan
memakai asbestors sebagai gasket dan dibungkus dengan promatec’s
board (Duct insulation fire rated) 9,5 mm thick lengkap dengan steel
channel & hangers steel angles, sedangkan sambungan duct ke fan
tidak dibenarkan memakai canvas joint tetapi memakai flexible joint
yang tahan api.

19. Allumunium Flexible round duct dari jenis 2 lapis allumunium laminate
dincapsulating dengan steel spring helix dan wire spacing 25 mm dan
fire resistance. Tekanan kerja max 10 inch H2O, sedangkan
pemasangan keperalatan memakai klem khusus (quick klem) dari
bahan plastik.

20. Seluruh ducting harus ditest kebocoran dengan asap atau dry es
dengan tekanaan pengujian sesuai tekanan kerja fan selama 30
menit.

21. Untuk Kitchen Exhaust Duct harus :


a. Material duct harus BJLS 140,
b. Semua sambungan memanjang harus sambungan las luar yang
terus menerus dan rapat air (liquid tight),
c. Sambungan melintang memakai flens dari besi siku 50x50x5 mm
dengan sealant (tahan api) dengan tebal minimum 2 mm.
Sambungan Duct pada flens harus juga dilas,
d. Pintu kontrol (access door) harus dilengkapi pada jaluar ducting
setiap jarak max 2,5 mm dan pada setiap adanya belokan, ukuran
access door 18"x28", material dari bahan yang sama dengan duct
dan konstruksi memakai rangka penguat sedemikian rupa
sehingga Grease Tight dengan memakai sealant (tahan api) dan
mudah dibuka / dipasang.
e. Duct horizontal dipasang dengan kemiringan tidak kurang dari 0,5
%,
f. Suatu Greae Trap dipasang pada titik terendah dari ducting
vertikal dan horizontal serta dilengkapi dengan plug drain untuk
pembuangan dan access door untuk pembersihan.

4.2 Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Ducting


01 Pemborong wajib menyesuaikan ukuran cerobong udara bila
ternyata keadaan lapangan tidak memungkinkan pelaksanaan
sesuai dengan gambar rencana. Penyesuaian tersebut harus
disetujui oleh Manajemen Konstruksi sebelum dilaksanakan.

02 Pemborong harus mempergunakan lem sebagai perekat bahan


isolasi Glasswool dengan cerobong aliran udara dan isolasi dengan
Alumunium Foil. Pemakaian lem sebagai perekat Glasswool
dengan Alumunium Foil harus dibatasi supaya tidak merusak
bahan.

03 Untuk cerobong aliran udara dengan sisi terbesarnya lebih besar


dari 30 cm, Pemborong wajib melilit isolasi dengan tali sebelum
pemasangan Alumunium Foil.

04 Penggantung / penyangga cerobong aliran udara dipasangkan ke


plat lantai diatasnya dengan mempergunakan Insert, Dynabolt atau
yang sejenis, dimana ukuran peralatan bantu ini harus sesuai
dengan bebannya dan harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

05 Pemborong wajib menyediakan beberapa lubang lengkap dengan


penutupnya pada cerobong aliran udara untuk keperluan
pemeliharaan dan pengukuran, yaitu pada tempat didekat saringan
udara, Volume Damper dan tempat lainnya sesuai dengan petunjuk
Manajemen Konstruksi.

06 Pemborong wajib memberikan lapisan antikarat pada bahan yang


terbuat dari baja lapis seng dengan mempergunakan Zinchromate
buatan ICI sebanyak 2 lapis.

07 Khusus untuk penyambungan pipa dengan Flange, Pemborong


hendaknya menyediakan gasket, mur, baut lengkap dengan
Lockwashernya.

08 Khusus untuk pemasangan isolasi dalam, Pemborong harus


mempergunakan Self Adhesive Pin.

09 Pemborong wajib menyediakan rangka kayu untuk alat sirkulasi


udara lengkap dengan Grille yang terbuat dari bahan Anodized
Alumunium Profile bersirip ganda sesuai dengan petunjuk dari
Manajemen Konstruksi.

10 Ketentuan lain mengenai pemasangan apabila ada akan diberikan


oleh Manajemen Konstruksi selama periode pelaksanaan.

4.3 Ketentuan Teknis Bahan Isolasi Ducting

01 Semua cerobong aliran catu udara dingin harus dilapis dengan


isolasi dari bahan Glasswool tebal 1" dengan kepadatan tidak
kurang dari 24 kg/m³, dimana koefisien konduksi panas tidak
kurang dari 0,23 BTU.CM/ft².H.F pada temperatur 23,9°C. Bahan
isolasi ini harus bersifat Fire Retardant.

02 Khusus untuk bahan isolasi cerobong yang terletak dilantai teratas


(dibawah lantai atap), ketebalan minimum adalah 2" dengan
kepadatan bahan sama seperti pada butir 01 diatas, demikian juga
untuk lantai atap dipakai isolasi atap dengan ketebalan 2" dengan
kepadatan sama seperti pada butir 01 diatas.

03 Pemborong wajib memberikan isolasi dalam bagi semua cerobong


aliran udara yang dekat dengan mesin sepanjang 6 m atau lebih
dan atau plenum supply dan return, box diffuser / grille / linier bar
grill supply dan ducting expose (kecuali untuk AHU 3-2 s/d 3-8).
Pemborong wajib menyesuaikan ukuran cerobong yang
mempergunakan isolasi dalam ini (ukuran ducting yang tertera
dalam gambar adalah ukuran bersih belum termasuk isolasi luar
dan dalam).

04 Alumunium Foil sebagai Vapour Barrier wajib dipakai sebagai


lapisan yang ditempatkan dibagian luar bahan isolasi. Bahan ini
harus mempunyai dua lapisan muka dengan penguatan serat
Fibre. Koefisien pantulan radiasi tidak kurang dari 95% dan harus
bersifat tahan api (Fire Retardant) serta beratnya tidak kurang dari
200 Gram/m². Tensile strength ASTM 828 → 11,2 kN/m.

05 Pemborong wajib mempergunakan alat penyambung Alumunium


Foil yang bersifat sama dengan alumunium foil itu sendiri dan
mempunyai sifat perekat yang keras (bahan acrilic) serta bersifat
tahan api dan tahan karat. Bahan ini harus selebar 4" atau lebih
tebal minimum 0,13 mm.

06 Khusus untuk isolasi dalam, Pemborong wajib mempergunakan


bahan isolasi dengan ketebalan tidak kurang dari 2" dan ke
padatan bahan 48 kg/m³. Setelah lapisan isolasi, harus
ditempatkan lapisan Black Neoprene Compound dan Perforated
Alumunium Foil yang mempunyai berat 300 Gram/m² yang bersifat
Fire Retardant diluarnya, atau dilapisi dengan glass cloth fire
retardant. Pemegang lapisan ini harus cukup kuat dan disetujui
Direksi Pengawas.

07 Isolasi Flexible Round Duct sama dengan isolasi ducting.

08 Seluruh atap yang ruang dibawahnya di AC, harus diisolasi atap


dengan urutan sebagai berikut, Aluminium Foil double sided,
Glasswool 2", aluminium foil double sided dan kawat ayam.

5.0. PEMIPAAN

5.1. Ketentuan Teknis Pemipaan

01 Pemborong wajib mempergunakan pipa penyalur air dingin yang


terbuat dari bahan Black Steel Pipe kelas Medium BS 1387 yang
diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam Standard Industri
Indonesia Nomor 016181 dan tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam BRITISH STANDARD 1387/1967 dimana
peralatan bantunya yang dipakai dari kelas 150 LBS.
02 Pipa condenser terbuat dari pipa baja galvanized kelas menengah
yang diproduksi sesuai dengan ketentuan dalam Standard Industri
Indonesia No. 016181 dan British Standard No. 1386/1967 dan
peralatan bantunya yang dipakai dari kelas 150 LBS.

03 Pipa pembuangan air kondensasi adalah pipa PVC class AW


beserta semua peralatan bantu pemipaan yang mampu menahan
tekanan kerja sebesar 10 kg/cm², dan untuk pipa yang menembus
lantai, dinding harus diberi sleeve pipa dengan diameter 1,5 kali
diameter pipa lalu disealant sebagai anti bocor dan pipa
kondensasi dipasang kurang lebih 5cm dari dinding atau lantai
serta kemiringannya 1mm.

04 Pipa Refrigerant yang dipergunakan untuk split unit adalah pipa


tembaga jenis K/L yang telah diproses Dehydrated dan Sealed,
khusus untuk AC Split dengan kapasitas sampai dengan 46.000
BTUH dipakai pipa Copper Tube yang pair coil lengkap dengan
isolasi. Diameter pipa harus ditentukan sesuai standard pabrik
pembuat mesin AC dengan memperhatikan perbedaan ketinggian
dan jarak antara evaporator dan condenser sehingga kapasitas
pendingin yang dihasilkan tidak kurang dari kapasitas yang diminta
(schedule).

5.2. Ketentuan Teknis Peralatan Bantu Pemipaan

01 Katup operasi yang berdiameter lebih besar dari 2" harus terbuat
dari bahan cast iron body dengan sambungan jenis flange, sesuai
standard JIS atau standard lainnya bergantung pada merk katub
operasi tersebut. Merk katub operasi hendaknya dipilih dari satu
merk atau standard flange yang sama, sedangkan untuk katup
dengan diameter sampai 2" terbuat dari bahan bronz atau brass
dengan sambungan ulir tekanan kerja minimum 10 kg/cm².

02 Seluruh flange, peralatan bantu sambungan/fitting seperti long


elbow, socket, reducer, fleksible pipe dan peralatan bantu yang
sejenis khusus untuk pipa baja harus dari class 150 LBS/10 kg/
cm².

03 Alat ukur tekanan aliran air yang dipergunakan harus mempunyai


batas pengukuran sampai dengan 1,5 kali tekanan kerja normal
dan berdiameter tidak kurang dari 10 cm. Dalam pemasangannya,
alat ini harus diperlengkapi dengan Check Valve.

04 Check Valve yang dipergunakan harus merupakan bersifat Non


Water Hammer dan selama operasinya tidak menimbulkan bunyi
yang berarti. Diameter alat ini ditunjukkan dalam gambar rencana
sesuai dengan ukuran pipanya.

05 Setiap hubungan pipa dengan pompa harus dilengkapi dengan


pipa fleksibel yang terbuat dari bahan karet dimana
penyambungannya dengan sistim flange. Diameter alat ini harus
sesuai dengan ukuran pipa yang terhubung.

06 Semua alat bantu pemipaan berupa Fitting, hendaknya dibuat dari


bahan yang sama dengan bahan pipanya. Khusus untuk alat
bantu pemipaan pada belokan jalur pemipaan, Pemborong
hendaknya mempergunakan tipe Long Radius Elbouw dan fitting
dari bahan galvanized carbon steel sedangkan untuk flange
gasket dipakai asbestors, kecuali ditentukan lain oleh Manajemen
Konstruksi.

07 Pemborong hendaknya melengkapi instalasi dengan Valve,


Strainer, Flexible Joint, Thermometer, Pressure Gauge dan semua
perlengkapan lainnya yang normal disediakan pada instalasi ini,
meskipun tidak dijelaskan didalam gambar rencana.

08 Pemborong hendaknya menyediakan Drain Cock pada sistim


pemipaan guna pengosongan sistim pemipaan yang mungkin
diperlukan dalam pemeliharaan. Ukurannya adalah 0,5" untuk pipa
sampai dengan 1,5" dan berukuran 0,75" bagi pipa yang lebih
besar dari 1,5".

09 Pemborong harus menyediakan dan memasang air vent otomatis


pada setiap titik tertinggi dari sistim pemipaan dan pada setiap
titik-titik tertinggi dari setiap inlet dan outlet pipa ke
AHU/FCU/Mesin atau disetiap circuit yang perlu adanya tambahan
air vent dengan alasan mempercepat pembuangan udara ataupun
adanya udara yang terperangkap walaupun tidak ditunjukkan pada
gambar rencana.

10 Untuk Gate Valve dengan diameter sampai 2" dapat dipakai type
ball valve sedangkan diameter diatas 2" dipakai type Butterfly
Valve dengan Cast Iron body dan disc, EPDM seat, lever atau
Handwheel.

11 Balancing Valve harus dari type plug cock yang dilengkapi dengan
penunjuk pembukaan katup dan lubang untuk mengukur
perbedaan tekanan, untuk menentukan jumlah aliran yang
mengalir, dimana diukur dengan alat ukur digital (measuring
device) yang sudah diprogram untuk type-type balancing valve
tersebut.

12 Control Valve (Two Way Valve) yang dipilih harus mendapat


persetujuan perencana (CV yang dipilih) dengan perkiraan bahwa
total pressure drop akibat balancing valve dan two way valve
minimum 8 psi pada design flow.

13 Alat ukur temperatur harus mempunyai dua bacaan dalam °F dan


°C dan mempunyai batas-batas temperatur yang diperl ukan dan
dipasang dimana sumur dari thermometer harus betul-betul
tercelup kedalam media yang diukur.

14 Tangki Pemuaian (Expansion Tank) dari bahan Fibre Glass


Reinforced Plastic (FRP) dari campuran duroplast plastic dengan
penguatan Fibre Glass yang memiliki tensilestrength 18.000 psi,
dan tahan terhadap udara, sinar matahari dan tidak berbau dan
pada sisi luar tangki diisolasi dengan Armaflex / Thermaflex tebal
1½" dan dilengkapi dengan pelindung jacketing tanki dari bahan
allumunium tebal 0,6 mm, dan juga dilengkapi dengan alat-alat
bantu seperti venting udara, over flow, drain, glass pengukur level
air dalam tanki dan lobang periksa.

5.3. Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Pemipaan

01. Setiap bahan dan peralatan harus dipasang sesuai dengan


gambar rencana atau gambar revisi serta harus mendapat
persetujuan oleh Manajemen Konstruksi sebelum dilakukan
pemasangan.

02. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk


menjamin kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta
memperkecil banyaknya penyilangan.

03. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar,


tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan
bangunan dan peralatan.

04. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam / runcing serta penghalang lainnya.

05. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup


yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik
dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistim dan yang
diperlihatkan digambar

06. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus


dilengkapi dengan flanges .

07. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-


sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus
mempergunakan fitting buatan pabrik.

08. Setiap belokan pipa harus diberi penguat agar sambungan tidak
mudah lepas apabila didalam tanah harus diberi blok-blok beton.

09. Katup (valve) dan saringan (strainer) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled)
tidak boleh menukik.
10. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian
rupa dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna
mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan
oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.

11. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan


pengarah-pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar
pemuaian serta peregangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai
dengan permintaan dan persyaratan pabrik

12. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka


dalam pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap
pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plugs
untuk mencegah masuknya benda-benda lain.

13. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta


pemadatan.

14. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan


listrik.

15. Pemasangan peralatan kontrol pada pipa harus pada pipa


horisontal dan diperhitungkan agar pada tempat aliran air yang
laminer

16. Pemasang semua pipa baik didalam ruangan ataupun diluar


ruangan / bangunan harus dilengkapi dengan suatu dudukan yang
terbuat dari baja kanal UNP 100. Penempatan peralatan harus
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemeliharaan dan
perbaikan bila diperlukan.

17. Pemotongan pipa baik pada pipa baja maupun pipa PVC, harus
dilakukan dengan memakai alat pemotong khusus pipa, dimana
pada bagian bekas dilakukan pemotongan harus dibersihkan
dengan menggunakan reamer.

18. Pipa baja yang berdiameter lebih kecil dari 2½" harus
disambungkan dengan tipe persambungan ulir. Ulir pada pipa
sedemikian rupa sehingga alat bantu persambungan dapat
dipasangkan dengan memutarnya sebanyak 3 kali tanpa
mempergunakan alat. Pada persambungan ini, rongga antara ulir
pada pipa dan ulir pada alat bantu persambungan harus diisi
dengan suatu bahan pencegah kebocoran dengan Seal Tape dari
bahan Teflon.

19. Persambungan pada pipa PVC adalah tipe persambungan lem.


Bagian persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
cairan pembersih sesuai dengan yang dianjurkan pabrik pembuat
pipa sebelum diadakan penyambungan. Bagian persambungan
harus sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik
pembautnya.

20. Pipa baja yang berdiameter 2½" atau lebih besar harus
disambung dengan cara las dan flange. Bidang persambungan
hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan bidang
yang tegak lurus terhadap batang pipa. Khusus pada
persambungan las antara pipa baja galvanis dan alat bantunya,
seluruh bagian las harus diberikan lapisan anti karat dengan
Zinchromate sebanyak 2 lapis.

21. Sebelum diadakan penyambungan tipe las, Pemborong wajib


menyampaikan contoh hasil pengelasan untuk mendapatkan
persetujuan dari Manajemen Konstruksi.

22. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang diperkenan


adalah yang sejajar dengan dinding bangunan baik untuk
pemasangan yang mendatar maupun yang tegak terhadap bidang
mendatar. Sudut belokan yang diperkenankan adalah tegak lurus
atau 45 derajat.

23. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat dilaksanakan


sekaligus, maka bagian ujung pipa harus ditutup sementara
sesuai dengan petunjuk Manajemen Konstruksi.

24. Pada pemasangan pipa yang sangat panjang dan atau didekat
katup operasi, maka Pemborong wajib mepergunakan alat bantu
berupa sambungan union bagi pipa berukuran diameter 2,5" atau
kurang dan sambungan flange bagi pipa berukuran diameter 3"
atau lebih. Sambungan seperti disebutkan dalam butir ini harus
dipergunakan dalam pemasangan pipa yang lebih panjang dari 12
meter, sedangkan untuk pipa tegak disetiap lantai dipakai
sambungan flange.

25. Pada setiap bagian dari pipa yang akan dipasangkan menembus
lantai, kolom, balok atau bagian kontruksi lainnya, Pemborong
wajib meminta persetujuan tertulis dari Manajemen Konstruksi
terlebih dahulu. Pada Bagian tersebut harus diberikan pelindung
berupa Sleeve yang terbuat dari bahan pipa baja galvanis dan
dipasang sebelum pengecoran bagian yang bersangkutan.

26. Pada pemasangan pipa yang melintas jalan, pada bagian atas
jalur pipa harus ditempatkan pelindung dari pipa beton yang kuat
menahan beban mekanis yang mungkin timbul.

27. Penyangga dan pengantung pipa harus dibuat sedemikian rupa


sehingga memudahkan pengaturan ketinggian. Pemborong wajib
membentuk bagian penggantungan atau penyangga tersebut
sedemikian rupa sehingga bagian tersebut cukup kuat untuk
menjalan getaran pompa pada waktu akan berhenti.
28. Jarak pengantung dan atau penyangga pipa harus ditemapat
pada jarak yang tidak lebih dari 2 meter untuk yang berukuran
sampai dengan diameter 2,5 dan untuk pipa yang berdiameter 3"
atau lebih jarak penggantung / penyangga adalah 3 meter.

29. Pemborong wajib mempergunakan alat peredam getaran pada


setiap pipa, pengantung dan atau penyangga, dimana alat
peredam getaran tersebut harus disetujui oleh Manajemen
Konstruksi terlebih dahulu.

30. Dalam hal pemasangan bahan dan peralatan listrik khusus dalam
pekerjaan ini, Pemborong wajib mengikuti semua ketentuan yang
berlaku dalam pekerjaan listrik.

31. Pemborong wajib melapis semua pemipaan memakai cat buatan


ICI sebanyak 2 lapis, dimana warnanya akan ditentukan
kemudian, termasuk pemberian arah dan jalur alirannya.

32. Semua ujung pemipaan harus ditutup dengan bahan yang


disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

33. Seluruh pemipaan yang tidak terletak didalam dinding harus


ditempatkan pada penyangga yang disetujui oleh Manajemen
Konstruksi dan diklem serta diberikan penutup yang cukup kuat
untuk menahan semua gangguan mekanis yang mungkin timbul.
34. Pemborong wajib memberikan lapisan antikarat pada bahan yang
terbuat dari baja dengan mempergunakan Zinchromate buatan ICI
sebayak 2 lapis.

35. Ketentuan lain mengenai pemasangan apabila ada akan diberikan


oleh Manajemen Konstruksi selama periode pelaksanaan.

36. Penyambungan pipa tembaga secara las harus memakai bahan


perak, dengan diisi gas Nitrogen kering untuk menghilangkan
kerak oksida didalam pipa, solder tin antimonyatau tin lead 95 - 5"
boleh dipergunakan, kecuali pada discharge gas panas.
Penyambungan pipa tembaga tanpa las yang diijinkan adalah
dengan perantara Wrought Copper Fitting atau Non Poreus Brass
Fitting.

37. Setelah penyambungan dan pemasangan mesin, Pemborong


wajib membersihkan seluruh instalasi dengan gas Nitrogen
sebelum seluruh pemipaan dihampakan.

38. Pipa refrigerant harus disangga atau digantung dengan baik untuk
mencegah lenturan dan meneruskan getaran kompressor ke
bagunan.

39. Alat pengering refrigerant (filter drier) dengan kapasitas yang


sesuai serta sight glass moisture indicator harus dipasang untuk
seluruh Air Cooled Split Unit.

40. Perbedaan ketinggian dan jarak antara condensing unit dengan


evaporator blower harus diperhitungkan dalam penentuan
diameter pipa tembaga untuk Air Cooled Split tersebut dan
memenuhi persyaratan pabrik, kapasitas mesin dan pemasangan
dari pabrik.

41. Setelah pekerjaan instalasi pipa selesai, maka seluruh rangkaian


harus diuji terhadap kebocoran atau per bagian.

42. Sebelum pengisian refrigerant, sistim harus dihampakan terlebih


dahulu dengan memakai vacum pump yang baik, penghampaan
sampai pada tekanan 300 mikron dan tekanan sistim setelah diisi
tidak lebih dari 500 mikron, dan pengisian refrigent tidak diijinkan
memakai kompressor.

5.4. Ketentuan Teknis Pengujian Pekerjaan

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap


bagian dari sistim maupun untuk sistim secara keseluruhan.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada


Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas. Pengujian yang tidak
dihadiri oleh Manajemen Konstruksi dan wakil Pemberi Tugas
dinilai tidak sah dan harus diulang.

03. Pengujian atas kebocoran pemakaian pipa Condenser, dan


kondensasi dilaksanakan untuk setiap bagian dari pekerjaan
dengan memberikan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja
normal tapi tidak kurang dari 15-20 Kg/cm² selama jangka waktu
tidak kurang dari 2 jam.
Selama pengujian ini tidak diijinkan adanya penurunan tekanan
kerja.

04. Pengujian atas kebocoran pemakaian pipa Condenser dan


kondensasi harus dilaksanakan untuk keseluruhan bagian dari
pekerjaan dengan memberikan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan
kerja normal tapi tidak kurang dari 15-20 Kg/cm² selama jangka
waktu tidak kurang dari 6 jam. Selama pengujian ini tidak
diperkenankan adanya penurunan tekanan kerja.

05. Pengujian atas kebocoran pemakain harus dilaksanakan untuk


keseluruhan bagian dari pekerjaan dengan memberikan tekanan
kerja normal selama jangka waktu tidak kurang dari 12 jam
dimana selama pengujian tidak diperkenankan adanya
penurunan tekanan kerja.

06. Setelah pengujian kebocoran dilakukan dan berhasil dengan


baik, maka Pemborong diwajibkan melaksanakan pembilasan
jaringan dengan mengeluarkan air disetiap titik pemakaian pada
tekanan 2 Kg/cm² selama jangka waktu tidak kurang dari 5 menit.

07. Pengujian atas kebocoran pemakaian harus dilaksanakan untuk


yang terakhir kalinya dengan pemakaian jaringan selama 6 x 24
jam dimana lama pemakaian tidak kurang dari 6 jam setiap hari
tanpa adanya gangguan dan atau kerusakan.

08. Pengujian hasil pelaksanaan lainnya, ditujukan untuk memeriksa


kondisi kerja setiap sistim pekerjaan termasuk seluruh alat
kontrolnya.

09. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan


yang terjadi selama pengujian dan seluruh biaya perbaikan
tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong.

10. Pengawas berhak menolak adanya penyerahan pekerjaan


kepada Pemberi Tugas, apabila ditemukan adanya gangguan
dan atau kerusakan selama dilakukannya pengujian.

11. Pemborong wajib memperbaiki setiap gangguan dan kerusakan


yang terjadi selama pengujian dan seluruh biaya perbaikan
tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong

5.5. Ketentuan Teknis Bahan Isolasi Pipa

01. Isolasi Pipa Refrigerant/Pendingin adalah Thermaflex yang telah


dibentuk sesuai dengan diameter pipa. Kepadatan bahan
Thermaflex adalah 40 kg/m³ dengan ketebalan 25 mm untuk
diameter pipa dibawah 1,5" dan ketebalan 30 mm untuk diameter
pipa 2"-4" dan ketebalan 40 untuk diameter 4" lebih. Khusus
untuk pemipaan yang diluar bangunan, bahan isolasi adalah
Styrophore dengan kepadatan adalah 40 kg/m³ dengan
ketebalan 1,5" untuk diameter dibawah 1,5" dan ketebalan 2"
untuk diameter pipa 2" atau lebih, dan dilapisi dengan aluminium
foil, kemudian harus dilapis lagi dengan aluminium Jacketing
setebal 0,6 mm.

02. Untuk seluruh pipa dan alat bantu pipa yang berada di dalam
ruangan, ruang terbuka, ruang terbuka yang terkena hujan harus
memakai pelindung metal Jacketing dari bahan alumunium
setebal 0,6 mm, hujan tidak dapat merembes kedalam dan untuk
alat bantu pipa cara pelaksanaan pelindung dengan memakai
Jacketing sedemikian rupa sehingga mudah dilepas tanpa
merusak isolasi bila peralatan tersebut dibuka atau diservice.

03. Accesories pipa supply dan return i valve, strainer dll, harus
diisolasi dengan thermaflex dengan tebal 1" dan cara
pengisolasiannya harus sedemikian rupa sehingga tidak merusak
isolasi bila peralatan tersebut dibuka atau diservice.
04. Pada bagian seluruh pipa refrigerant dan pipa kondensasi yang
akan dipasang, pemborong hendaknya memberikan bahan
isolasi berupa Thermaflex dan berdiameter yang sesuai dengan
diameter pipanya setebal 1" dengan kepadatan 2,5 lbs/cuft, dan
konduktivitas panas 0,23 BTU.inch/ft2.h.f pada temperatur 23,9
derajat celcius.

05. Pemborong wajib memberikan lapisan antikarat pada bahan yang


terbuat dari baja dengan mempergunakan Zinchromate buatan
ICI sebanyak 2 lapis.

06. Ketentuan lain mengenai pemasangan apabila ada akan


diberikan oleh Manajemen Konstruksi selama periode
pelaksanaan.

07. Seluruh isolasi pipa yang terkena matahari harus di coating


dengan bahan anti UV yang sesuai dengan isolasi thermaflex.

6.0. KONTROL SISTEM

6.1. Ketentuan Teknis Alat Kontrol Sistem

01. Alat monitor aliran air atau Flow Switch yang dipergunakan
harus sesuai dengan diameter pipa yang terhubung dimana
kerugian tekanan aliran kerja yang melewatinya harus serendah
mungkin.

02. Alat pengatur keseimbangan aliran air pendingin atau Pressure


Differential Valve (type balancing / globe valve) yang
dipergunakan harus sesuai dengan diameter pipa yang
terhubung dan harus mampu menahan tekanan aliran air yang
mungkin timbul.

03. Motor Starter / Inverter pada Fan selain berguna untuk


mengurangi besarnya arus mula motor, juga harus dilengkapi
dengan alat pengatur putaran motor sedemikian rupa sehingga
mampu menyeseuiakan pemakaian daya listrik dan jumlah aliran
udara yang diperlukan sesuai dengan informasi dari sensor
thermostat pada ruang tersebut atau pressure sensor / flow
sensor pada ducting utama.

04. Thermostat yang dipergunakan didalam ducting harus dapat


mengoperasikan Two Way Valve pada saluran pipa air dingin,
sedemikian rupa sehingga posisi Two Way Valve harus sesuai
dengan kondisi ruang yang dikondisikan.

05. Alat pengatur jumlah aliran air dingin agar supaya temperatur
ruang dipertahankan sesuai set point adalah Two Way
Modulating Motorized Valve dimana sensornya adalah
thermostat dengan PI control sedangkan Controller untuk FCU
hanya dengan Two Way Motorized Valve dari control 2 posisi
dengan dilengkapi manual speed control (3 speed) yang
ditempatkan diruangan yang dikondisikan.

06. Untuk penggunaan motorized damper maka ditambahkan alat


pengatur duct pressure sensor yang diletakkan di Ducting
Supply sehingga Pressure Differential Controller, akan
mengontrol kecepatan motor melaui variable speed motor
controller / inverter (frequency changer) sedangkan untuk
mengatur besar kecilnya bukaan dari Motorized Damper
dilakukan oleh thermostat yang diletakkan didalam ruangan.
Sedangkan Pressure sensor yang dipasang pada ducting supply
sehingga Pressure Differential Controller akan mengontrol
kecepatan motor melalui variable speed motor controller /
inverter (frequency changer) controller (sebagai akibat
perubahan pressure pada filter).

07. Khusus untuk motor starter dan speed adjuster yang


dipergunakan adalah tipe frequency changer, dimana alat ini
harus dapat mengurangi besarnya arus mula motor pada waktu
mulai dijalankan selain itu alat ini atas dasar informasi yan
didapat dari tekanan aliran udara didalam saluran uama udara
dingin (Duct Pressure Sensor, Pressure Differential Controller
dan atau dari thermostat dalam ruang) harus dapat mengurangi
jumlah putaran motor sedemikian rupa sehinga jumlah aliran
udara adalah sesuai dengan kebutuhan.

10. Untuk Fresh Air supply masing-masing akan melalui ducting fan,
demikian juga untuk exhaust dari toilet melaui exhaust fan
sebelum keluar ke udara luar melaui Air to Heat Exchanger dan
pada waktu system Fresh Air Fan on, maka Exhaust Fan dan Air
to Air Heat Exchanger juga on dengan interlock system secara
otomatis dan dapat dirubah secara manual. Sedangkan Fan
untuk Fresh Air dari type variable speed (inverter) yang diatur
akibat duct pressure sensor, Pressure Differential Controller
menyensor perubahan dari tekanan didalam ducting akibat
perubahan tekanan static dari filter agar supply udara fresh air
oleh fan menjadi constant volume.

11. Untuk seluruh Fresh Air yang disupply oleh Fan Fresh Air
melaui Filter sesuai yang ditetapkan dalam gambar
perencanaan.

12. Exhaust parkir dalam keadaan normal dan kebakaran harus


Fire Rated Duct.

13. Pada waktu terjadi kebakaran, unit-unit Fan, Pompa, dll mati
sedangkan Pressurized Fan jalan, semuanya itu berjalan
secara otomatis akibat adanya indikasi dari Fire Alarm dan
kontraktor VAC harus menghubungkan antara kontrol unit AC /
Fan dengan konrol Fire Alarm dengan kabel kontrolnya.

14. Pressurisasi Fan bekerja secara otomatis apabila mendapatkan


indikasi / deteksi kebakaran dari fire alarm ataupun adanya
sinyal secara manual dari break glass karena itu kontraktor
VAC harus menghubungkan antara kontrol pressurisasi Fan
dan Fire Alarm. Selain itu kontrakator VAC harus memasang
smoke detektor pada ducting masuknya udara dari pressurisasi
Fan sehingga apabila pressurisasi Fan bekerja akibat indikasi
dari Fire Alarm dan kebutuhan udara yang dihisap tersebut
mengandung asap maka pressurisasi Fan tersebut secara
otomatis akan mati. Pressurisasi Fan harus dilengkapi dengan
variable speed (Inverter) dengan sensor, pressure difference
yang diletakkan ditangga paling bawah dan diset pada tekanan
0,35 "WG, sehingga apabila tekanan pada tangga kebakaran
telah tercapai, maka sensor akan memerintahkan Fan untuk
menurunkan kecepatan melalui inverter pressurisai Fan
dimatikan secara manual.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.10

DIFFUSER, GRILLE

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi seluruh pengadaan bahan, pemasangan dan


penyetelan ducting yang dapat digunakan dalam proyek ini sesuai dengan
yang tertera dalam gambar perencanaan dan spesifikasi.

2.0. STANDARD.

Sebagai pegangan pelaksanaan pekerjaan ini digunakan standar dan THE


GUIDE dari ASHRAE, SMACNA dan NFPA No. 90A.

3.0. UMUM.

3.1. Gambar dan spesifikasi hanya menunjukkan dimensi, peralatan, dan


susunan dan diffuser, grille atau register yang harus dipasang. Bila ada
penyimpangan serta alasannya harus diserahkan secara tertulis pada
Direksi Lapangan dan Konsultan untuk persetujuannya. Penyimpangan
yang telah disetujui dilaksanakan oleh Pemborong tanpa tambahan
biaya kecuali hal tersebut menyebabkan perubahan desain atau
kebutuhan.
3.2. Pemborong diwajibkan membuat gambar kerja (shop drawing) yang
disetujui Direksi sebelum pelaksanaan pekerjaan instalasi
dilaksanakan.
3.3. Baik diffuser, grill maupun light troffer sebelum dipasang terlebih dsplit
ductlu harus dites di laboratorium mengamati noise level, profil
kecepatan dan distribusi udara dan lain-lain dan diminta
persetujuannya kepada Direksi.

4.0. MATERIAL.

Bahan diffuser, grille dan register yang dapat diterima adalah dari alumunium
anodized profile dengan ketebalan minimum 18 US Gauge.

5.0. PEMASANGAN.

5.1. Pemborong ini harus menyediakan semua duct register boxes, duct
adapters grilles, diffuser dan peralatan tambahan lainnya, sehingga
instalasi lengkap terpasang dan dapat bekerja dengan baik. Seluruh
unit diffuser, grille dan register harus mempunyai noise level criteria
tidak lebih dari NC 40.
5.2. Pemasangan diffuser dan grille harus tepat berdasarkan gambar.
Seluruh diffuser dan grille yang dipasang pada dinding tembok dan
lain-lain harus mempunyai rangka plesteran (plaster frame) agar dapat
dipasang rata dan tidak retak. Seluruh diffuser dan grille harus
dipasang rapat dan diberi karet gasket.

5.3. Seluruh adjustable volume damper yang terpasang, harus dapat diatur
dan dikunci dari luar. Untuk jenis diffuser yang digabungkan dengan
armature lampu (integrated light air troffer), Pemborong hanya
mengerjakan penyambungan ducting flexible round saja ke troffer
tersebut.

5.4. Semua diffuser harus dari jenis aspirating dan memiliki diffusing cone
minimal 4 (empat) buah. Diffuser yang dapat diterima adalah buatan
lokal.

5.5. Di belakang dan bagian dalam semua diffuser, grille dan register dicat
warna hitam enamel setelah dilapis dengan cat mual (prime coat).

6.0. DIMENSI.

6.1. Ukuran diffuser, grille dan register yang ada hendaknya disesuaikan
dengan keadaan. Ukuran dapat dirubah asalkan luas penampang
sama atau lebih besar.

6.2. Ukuran yang didapat dari register boxes atau plenum harus menunggu
ukuranukuran terakhir dari grilee yang telah disetujui Arsitek.
Penempatan yang tepat/sesungguhnya dari diffuser dan grilee harus
mendapatkan persetujuan Arsitek. Diffuser harus dipasang dengan
equalizing deflector dan damper.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.11

SYSTEM AC SPLIT

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Jenis pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini diantaranya adalah :

1.1 Sistem AC yang dipakai adalah Sistem Split, VRV/VRF, kecuali untuk
area yang harus dilayani secara individual tersebut digunakan unit AC
Split / Split Duct

1.2 Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian condensing unit


dan evaporator blower unit

1.3 Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian instalasi sistem


aliran refrigerant.

1.4 Pengadaan dan pemasangan pipa untuk membuang air


pengembungan (drainage) dari evaporator blower unit sampai ke
tempat pembuangan yang terdekat yang diperkenankan.

1.5 Pengadaan dan pemasangan, pengaturan instalasi listrik. Untuk


sistem ini termasuk penarikan kabel dari panel utama ke AC dan
semua unit peralatan. Penyediaan peralatan remote control yang
meliputi pengoperasian ON/OFF dan pengaturan temperatur pada 3
(tiga) step.

1.6 Pengadaan dan pemasangan pondasi peredam getaran untuk masing-


masing unit yang dipasang dalam instalasi ini.

1.7 Pembobokan, penutupan serta finishing kembali dinding, atap lantai


dan lain-lain akibat pemasangan pipa kabel, mesin-mesin AC, dll.

1.8 Membuat dan menyerahkan 4 (empat) set gambar instalasi yang


terpasang, data mesin-mesin yang terpasang, petunjuk cara
mematikan/menyalakan mesin dan cara perawatan mesin kepada
Pemberi Tugas dan Konsultan.

1.9 Melakukan pemeliharaan instalasi selama masa pemeliharaan 3 (tiga)


bulan (90 hari kalender)

1.10 Memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatan


sistem instalasinya kepada petugas yang ditunjuk sampai cakap
menjalankan tugasnya.
1.11 Memberikan garansi terhadap perawatan atau mesin yang
dipasangnya atau yang dipasang untuk instalasi sistem ini.

2.0. PEREDAM GETARAN.

2.1 Semua mesin / peralatan yang menghasilkan getaran harus diberi


landasan atau penggantung peredam getaran (vibration eliminator)
yang sesuai.

2.2 Peralatan yang digantung harus dipasang peredam jenis kinetic glass
fibre hanger merk kineties atau Sound Attenuator Limited.

2.3 Peralatan yang diletakan diberi landasan peredam getaran jenis kinetic
neoprene isolator merk Kinetics atau Sound Attenuator Limited .

3.0. PIPA PEMBUANGAN AIR.

3.1 Pekerjaan
Pemborong harus memasang pipa pembuangan air (drain) dari mesin
AC sampai ke tempat pembuangan yang terdekat dalam saluran yang
tersembunyi atau tidak mengganggu.

3.2 Bahan
Untuk pembuangan air (drain) dipergunakan pipa PVC Klas AW.

3.3 Peralatan
Pipa kondensasi drain harus diperlengkapi dengan bak kontrol, leher
angsa serta peralatan lain yang perlu. Harus diberikan lapisan isolasi
sampai sepanjang kira-kira 2 meter atau sampai dengan dimana tidak
terjadi pengembunan bagian luar pipa, isolasi harus dari bahan fibre
glass, polyurethene atau styrofoam type D.1. atau yang sejenis dari
bahan tahap api (fire resistant) setebal 1”. Bagian luar hendaknya dicat
sesuai dengan warna yang disetujui oleh Direksi lapangan.

3.4 Penembusan Dinding


Bilamana menembus dinding, lantai dan lain-lain, pipa ini harus diberi
lapisan getaran dan dilindungi dengan pipa yang lebih besar
ukurannya.

4.0. CONDENSING UNIT.

4.1 Umum
Pemborong harus memasang condensing unit untuk split system
dengan jenis, ukuran dan kapasitas lengkap sesuai dengan spesifikasi
dan gambar. Unit ini hendaknya factory buitt dan telah diuji pabriknya
berdasarkan test yang dilakukan sesuai dengan ASHRAE standar 14-
67

4.2 Kompressor
Kompressor hendaknya dari jenis semi/heremetic didinginkan oleh gas
refrigerant dan motor yang dilindungi secara inherent

4.3 Koil Kondenser


Koil kondenser harus dari tembaga dengan fin dari alumunium yang
direkatkan secara mekanis. Koil ini telah diuji terhadap kebocoran,
telah di dehidrated dan diisi gas refrigerant secukupnya dari pabrik.

4.4 Fan Kondenser


Fan kondenser dari jenis propeller, pembuangan tegak ke atasl ke
samping dan dihubungkan langsung dengan fan motor.

4.5 Fan Motor


Fan motor hendaknya dari jenis permanent split capicator yang
dilindungi secara inherent serta mempunyai bantalan peluru yang
dilumasi secara tetap.

4.6 Dinding
Dinding dan rangka hendaknya telah dicat anti karat dan sesuai untuk
pemasangan di luar.

4.7 Peredam Getaran


Hendaknya pada semua kaki mesin ini dipasang peredam getaran
yang sesuai dengan persyaratan pabriknya.

5.0. EVAPORATOR BLOWER UNIT (FAN COIL UNIT/INDOOR UNIT).

5.1 Umum
Pemborong harus memasang evaporator blower unit untuk split system
dengan jenis, ukuran dan kapasitas lengkap sesuai dengan spesifikasi
dan gambar. Unit ini hendaknya factory built dan telah diuji oleh
pabriknya. Berdasarkan test yang dilakukan sesuai dengan AMCA
Standard 210-1967,Test Code For Air Moving Devices dan ARI
Standard 410-1964 Standard For Forced Circulation Air Cooling and Air
Heating Coil.

5.2 Fan
Hendaknya dipakai fan dari jenis forward curved dan direncanakan
khusus untuk unit ini. Alas motor harus dapat menyediakan variasi
jarak antara sumbu-sumber yang dapat diatur dengan skrup-skrup. Fan
hendaknya dilengkapi dengan pulley yang dapat diatur pitchnya untuk
mengatur kecepatan fan. Semua unit fan hendaknya mempunyai
peluru dengan bantalannya yang dapat dilumasi dari luar dengan
mudah. Fan hendaknya memiliki performansi sesuai dengan ARI
standard 430-1966. Sistem fan hendaknya telah ditimbang dan
dibalance secara statis maupun dinamis di dalam rumah fan oleh
pabriknya.

5.3 Dinding
Dinding unit minimal dari plat besi ukuran 20 gauge. Semua panel atau
lubang berpintu harus dapat dengan mudah dan cepat dibuka. Rangka
hendaknya diperlengkapi dengan titik-titik penyangga yang telah
diperkuat. Dinding dan rangka hendaknya dilapisi dengan cat anti
karat. Bak pengembunan air hendaknya terletak di bawah koil
pendingin dan harus cukup besar untuk menampung segenap
pengembunan uap air dari koil pada kondisi maksimumnya.

5.4 Koil Pendingin


Koil pendingin harus dari tembaga dengan fin dari alumunium yang
direkatkan secara mekanis. Koil ini telah diuji terhadap kebocoran di
pabriknya.

5.5 Isolasi
Dinding unit ini hendaknya diisolasi mulai dari masuknya sampai pada
keluarnya udara pada unit. lsolasi harus cukup kuat, tebal serta berat
jenisnya harus cukup untuk menghalangi terjadinya pengembungan.
Isolasi harus tahan terhadap aliran udara dan tahan api sesuai dengan
persyaratan NFPA Standard 90-A.

Tempat penampungan air pengembunan harus diisolasi untuk


menghindari terjadinya pengembunan di bagian luamya.

5.6 Peredam Getaran


Hendaknya semua kaki mesin ini dipasang peredam getaran yang
sesuai dengan persyaratan pabriknya.

6.0. PIPA REFRIGERANT.

6.1 Umum
Hendaknya semua pipa refrigerant dikerjakan secara hati-hati dan
sebaik mungkin. Semua bagian-bagian pipa ini harus bersih, kering
dan bebas dari debu dan kotoran. Hendaknya dipakai pipa tembaga
jenis yang dihydrated dan sealed. Sambungan hendaknya sependek
mungkin.

6.2 Sambungan
Pipa jenis hard drawn tubing harus disambung dengan perantaan
wrought copper fitting atau nonporous brass fitting. Dianjurkan dipakai
solder perak dengan dtiupkan gas mupia seperti Nitrogen kering ke
dalam pipa yang sedang disambung untuk menghindarkan
terbentuknya kerak oksida di dalam pipa.

Solder lunak semacam 50-50 tidak boleh digunakan. Solder 95-5 dapat
dipergunakan kecuali pada pipa discharge gas panas.

Pipa jenis soft drawn tubing dapat disambung dengan solder, nyala api
atau lainnya yang sesuai untuk pipa refrigerant. Bilamana precharged
refrigerant lines disediakan oleh pabrik, hendaknya diperhatikan benar-
benar instruksi pabrik.
Bila terjadi kelebihan pipa precharged hendaknya dibentuk gulungan
dan disangga pada bidang mendatar.

6.3 Konstruksi

6.3.1 Pipa refrigerant hendaknya disangga baik-baik untuk mencegah


melentur. Harus dipasang peredam getaran untuk mencegah
penerusan getaran kepada bangunan. Bilamana perlu dipasang
peredam getaran pada pipa.

6.3.2 Pipa refrigerant yang direncanakan dan dipasang di lapangan


harus dilaksanakan sesuai dengan ASHRAE GUIDE BOOK
atau rekomendasi pabrik.

6.3.3 Suatu pengering refrigerant dengan kapasitas yang cukup serta


sight glass moisture indicator hendaknya dipasang pada bagian
liquid line setiap pipa yang terpasang di lapangan

6.3.4 Perbedaan tinggi dan jarak antara condensing unit dengan


evaporator blower unit hendaknya masih memenuhi
persyaratan pabrik.

6.3.5 Setelah selesai pekerjaan instalasi pipa maka seluruh


rangkaian harus diuji terhadap kebocoran.

6.4 Pengisian Refrigerant

Sistem yang dipasang dengan precharged dan sistem, yang dipasang


di lapangan harus dihampakan. Sama sekali dilarang memakai
kompressor dari sistem untuk mengisi refrigerant.

Penghampaan haruslah dilakukan dengan suatu pompa penghampa


tinggi dengan pengukur tekanan mutlak yang baik. Dianjurkan
penghampaan dilakukan sampai tekanan dibawah 300 mikron.

Tekanan sistem setelah pengisian freon tidak boleh lebih dari yang
disyaratkan oleh pabriknya.

Persyaratan pabrik tentang jumlah pengisian freon hendaknya dipatuhi


dan dipergunakan suatu Charging Cylinder untuk memastikan jumlah
dan jenis refrigerant yang diisikan telah sesuai.

6.5 Isolasi Pipa

Pipa suction line refrigerant harus diisolasi dengan isolasi panas seperti
armaflex, bradflex.

Diameter Pipa 5/8 s/d 1 ¼’ 1 ½’ s/d 2’ 3’ s/d 5’


Tebal Isolasi 1’ 1 ¼’ 1 ½’
Isolasi hendaknya ditutup dengan lapisan isolasi uap air jenis metal
jacket dan cat putih. Pipa harus disangga pada setiap jarak 2 meter
dan pada setiap belokan dan percabangan.

6.6 Saringan udara

Saringan udara hendaknya dari bahan yang dapat dibersihkan seperti


alumunium, anyaman kawat atau logam. Saringan harus memiliki
effisiensi penahan debu (Avarage Synthetic Duct Weight Air
Resistance) minimal 65%, tahanan mula-mula maksimum 2.5 mm
tekanan air, pada kecepatan aliran udara 2 mps (500 fpm). Kerangka
saringan dari baja galvanis setebal 1.2 mm dan dari ukuran standard.
Teball filter 25 mm (1‘) dan tiap-tiap filter dapat dipasang dengan rapat
satu dengan yang lainnya.

Rekomendasi produk : LG, Mitsubishi Heavy Industri, Trane


SPESIFIKASI TEKNIS

15.12

SYSTEM VENTILASI MEKANIK

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Bab ini menjelaskan kebutuhan untuk peralatan, perlengkapan dan


pemasangan sistem ventilasi mekanik untuk proyek ini.

2.0. UMUM.

2.1 Berikut ini adalah penjelasan secara umum mengenai ventilasi dan
ventilator, untuk spesifikasi teknis yang khusus, disesuaikan dengan
spesifikasi yang tertera pada gambar schedule mesin.

2.2 Peralatan ventilasi harus dipasang sesuai dengan yang tertera dalam
gambar dan atau yang dipersyaratkan di bawah ini. Seluruh
pemasangan ventilasi mekanik harus memenuhi persyaratan setempat,
ordonansi dan atau peraturan yang berlaku.

2.3 Pemborong harus menyediakan dan memasang kipas angin sesuai


dengan gambar dan spesifikasi. Semua fan dari jenis centrifugal in line
duct atau ditentukan sesuai spesifikasi di bawah ini yang telah
dibalance statis maupun dinamis dan diuji oleh pabriknya.Setelah
terpasang fan tidak boleh menimbulkan suara yang berlebihan. Semua
fan dipasang karet sekelilingnya (peredam getaran) sebelum dipasang.

2.4 Seluruh fan harus disetujui penggunaannya oleh Konsultan MK


sebelum pekerjaan pemasangan dilakukan.

3.0. EXHAUST FAN.

3.1 Seluruh fan harus mempunyai pilot light dan on/off switch pada
lokasi/panel yang tertera dalam gambar serta dapat dimonitor dan atau
diremote dari push kontrol panel di ruang kontrol yang tersedia.

3.2 Fan dengan daya 1 HP atau lebih kecil dapat berfungsi Single Phase.

3.3 Pada prinsipnya exhaust fan yang dipasang adalah exhaust fan dari
type yang umum digunakan,dimana :
• Kapasitas : Sesuai gambar rencana
• Type : Sesuai gambar rencana
• Static pressure : 0.2 - 0.5 in WG
• Merk : PANASONIC, KRUGER, KDK
• Wama : Ditentukan kemudian
Exhaust fan harus memiliki damper yang secara otomatis bekerja
dengan motor dengan kata lain bila exhaust fan dimatikan untuk
dampernya harus dapat tertutup dan sebaliknya.
Exhaust fan tidak boleh melebihi tingkat kebisingan 40 db. Cara
pemasangan dengan rangka kayu yang dibuat sedemikian rupa,
sehingga dapat dibuka/pasang kembali untuk maintenance.

4.0. DUCTING.

Seluruh ducting ventilasi mekanik yang dibutuhkan harus sesuai dengan bab
ducting (cerobong udara), baik dimensi, bentuk, maupun bahannya. Seluruh
ducting ventilasi mekanik dan tidak perlu diisolasi.

Pemborong diwajibkan untuk mengajukan persetujuan terlebih dsplit ductlu


kepada Konsultan mengenai produk, type dan spesifikasi peralatan yang
akan digunakan dalam proyek ini.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.13

TESTING, ADJUSTING, BALANCING

1.0. UMUM

Seluruh pekerjaan pengujian, balancing, kalibrasi dan setting yang perlu


dilakukan terhadap peralatan dan kontrol dilaksanakan oleh Kontraktor.

1.1 Kontraktor harus menyediakan personil yang cakap dan


berpengalaman untuk pelaksanaan seluruh pengujian.

1.2 Kontraktor harus melaksanakan seluruh pengujian atau test dan


balancing peralatan sistem air conditioning dengan disaksikan oleh
Pemberi Tugas, Konsultan, Pengawas serta pihak-pihak lain yang
diperlukan kehadirannya.

1.3 Pelaksanaan TAB (Testing Adjusting & Balancing) secara mendasar


minimal harus mengikuti standard yang berlaku secara umum seperti
standar NEBB, ASHRAE dan SMACNA dengan menggunakan
peralatan ukur yang memenuhi untuk pelaksanaan TAB tersebut.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN.

Lingkup pekerjaan ini adalah pelaksanaan testing, adjusting dan balancing


untuk seluruh sistem tata udara dan ventilasi mekanis sehingga didapatkan
besaran-besaran pengukuran yang sesuai seperti yang terlihat dalam gambar
rencana, sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan
rencana.

2.1 Peralatan Ukur


Minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki oleh
Kontraktor yang bersangkutan, antara lain :

2.1.1 Pengukur laju aliran udara


• Pitol tube dengan inclined manometer

2.1.2 Pengukur temperatur udara /air


• Psikometer
• Thermometer

2.1.3 Pengukur putaran (rpm)


• Tachometer atau sejenisnya

2.1.4 Pengukur listrik


• Voltmeter
• Ampermeter

2.1.5 Pengukurtekanan
• Manometer/pressure gauge

2.1.6 Pengukur kadar air bersih


Satu test kit produk ICI, Micrement atau setara yang disetujui
untuk mengukur kadar air bersih pada sistem pendinginan yaitu
salinity, ph, hardness, undisolved solids, disolved iron, oxigen
dan konsentrasi chlorine.

2.2 Pelaksanaan TAB

2.2.1 Secara detail TAB harus dilaksanakan terhadap seluruh sistem


dan bagian-bagiannya, sehingga didapatkan besaran
pengukuran yang sesuai dengan besaran yang ditentukan
dalam rencana.

2.2.2 Dalam pelaksanaan TAB, disamping pengukuran yang


dilakukan terhadap besaran yang ditentukan dalam desain, juga
diwajibkan melaksanakan pengukuran terhadap besaran yang
tidak tercantum dalam gambar rencana, tapi besaran ini sangat
diperlukan dalam penentuan kondisi dan kemampuan peralatan
dan juga sebagai data-data yang diperlukan bagi pihak
maintenance dan operation.

2.2.3 Semua pelaksanaan TAB maupun pengukuran terhadap


besaran lainnya yang tidak tercantum dalam gambar rencana
harus dituangkan dalam suatu laporan yang bentuknya sudah
disetujui oleh Pengawas.

2.2.4 Pelaksanaan TAB dilakukan oleh tenaga engineer yang betul-


betul sudah berpengalaman dalam pelaksanaan TAB ini.

2.2.5 Dalam pelaksanaan TAB, harus selalu didampingi oleh tenaga


pengawas, dimana hasil pengukuran dan pengamatan yang
dilakukan juga disaksikan oleh Pengawas tersebut dan dalam
laporannya ikut menandatangani. Pengawas ditunjuk oleh
Direksi.

2.2.6 Sebelum melaksanakan TAB, Kontraktor harus membuat suatu


rencana kerja, mengenal membuat suatu rencana kerja,
mengenal prosedur pelaksanaan TAB, untuk masing-masing
bagian pekerjaan, dan prosedur ini agar dibicarakan dengan
pihak Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

2.3 Jenis Pekerjaan Pemeriksaan


2.3.1 Pipa/kebocoran dan tekanan
Seluruh pekerjaan pipa kecuali pipa refrigerement, harus di-
flushed dengan air bersih sebelum dipasang dan digunakan.

2.3.2 Temperatur
Pengukuran dan pengujian temperatur dan kelembaban pada
setiap ruangan, diffuser, grille, register, fresh air intake,
exhaust.

2.3.3 Semua mesin berputar (rotating) dan torak (recipprocating)


• Seluruh mesin sudah dipasang dengan baik sesuai dengan
rekomendasi pabrik, aligment sistem suspensi, dan lain
sebagainya.

• Seluruh drive belts diset ketegangannya dengan seksama


serta seluruh belt dan atau cooling guard terpasang baik.

• Seluruh pompa harus diperiksa untuk pendinginannya dan


pelumasannya. Untuk pompa yang menggunakan packed
gland harus diatur dari kebocoran.

2.3.4 Listrik
• Pengukuran dan pengujian kuat arus dengan tegangan
RPM, setiap phase pada unit compressor, motor dan sistem
pengaturan listrik yang ada. Harus dibandingkan dengan
besaran/kapasitas yang direncanakan atau data pabriknya.

• Tes berikut ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor dengan


dihadiri oleh seorang ahli yang ditunjuk Direksi :
o Tahanan isolasi - section dan overall
o Pentahanan
o Tahanan kontinyu pada konduktor dan sheating section
and overall
o Phasing, termasuk keseimbangan phase tidak lebih dari
10%
o Full load (bila disyaratkan)
o Seluruh thermal overload pada starter harus diperiksa
dan settingnya dicatat
o Seluruh jaringan / circuit harus di-mergered
o Seluruh instalasi harus disetujui oleh PLN dan Konsultan

3.0. PERSETUJUAN HASIL TEST.

Seluruh hasil testing dan balancing harus dicatat dalam suat daftar isian untuk
mendapat persetujuan Konsultan.

4.0. SERVICE DAN MAINTENANCE.


4.1 Kontraktor harus menyediakan seorang ahli/sarjana untuk membantu
start up dari plant kondisi operasi yang disyaratkan benar-benar dapat
tercapai. Kontraktor harus memberikan pendidikan bagi seorang
operator yang ditunjuk Pemberi Tugas untuk menjalankan alat dengan
benar, memelihara dan memperbaiki peralatan yang terpasang sampai
operator tersebut mahir dan dapat bekerja dengan baik.

4.2 Selama masa pemeliharaan, Kontraktor harus :

4.2.1 Membersihkan/melakukan maintenance minimal 2 (dua) bulan


sekali.

4.2.2 Mengukur dan menyetel aliran udara, suhu dan kelembaban


udara, mesin kuat arus, tegangan dan RPM mesin, tekanan
mesin dan lain-lain, laporan dibuat secara tertulis

4.2.3 Merawat, memperbaiki atau mengganti peralatan yang rusak


dari seluruh peralatan AC yang terpasang. Laporan ini dibuat
secara tertulis

4.2.4 Membersihkan dan merawat seluruh sistem AC yang ada pada


bangunan.

4.3 Suku cadang dan peralatan

Kontraktor harus menyediakan setiap saat suku cadang dalam jumlah


minimum sesuai dengan rekomendasi pabrik dari seluruh peralatan
yang disupply dan atau dipasang Kontraktor, selama masa
pemeliharaan, sehingga pekerjaan maintenance dapat terjamin
kelancarannya.

Suatu salinan daftar recomended spare parts harus diarsipkan dan


diberikan kepada Direksi dan Pemberi Tugas sebelum diberikan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan secara lengkap. Seluruh peralatan
khusus yang disupply oleh pabrik harus diserahkan pada staff operasi
Pemberi Tugas.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.14

SISTEM VENTILASI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan dan pemasnagan peralaatn


sistem ventilasi beserta perlengkapannya seperti ditentukan dalam Spesifikasi
dan/atau ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Pekerjaan ini akan termasuk pengujian dan pengadaan peralatan lain yang
dibutuhkan agar semua sistem bekerja dengan baik dan siap dioperasikan.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL – 2011).


2.2. Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.3. Spesifikasi Teknis 16400 – Distribusi Tegangan Rendah
2.4. National Fire Protection Asociate (NFPA)

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Data Teknis.

Kontraktor harus menyerahkan semua data teknis bahan yang


dibutuhkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui. Data teknis
harus meliputi deskripsi, karakteristik dan petunjuk pemasangan dan
pemeliharaan.

3.2 Gambar Detail Pelaksanaan.

3.2.1 Sebelum pemasangan, Kontraktor harus menyiapkan dan


menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan kepada Pengawas
Lapangan / Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

3.2.2 Kontraktor harus memeriksa semua dimensi dari Gambar Kerja


dengan kondisi di lokasi. Tidak ada tuntutan yang dapat
diajukan yang diakibatkan karena adanya perbedaan antara
Gambar Kerja disiplin lain dan/atau pengukuran yang diambil di
lokasi proyek.

3.2.3 Gambar Detail Pelaksanaan harus meliputi hal-hal berikut:


w Dimensi, ukuran dan tata letak.
w Metode pemasangan.
w Diagram pengkabelan setiap instalasi
Semua dokumen harus digambar sesuai dengan model yang
telah disetujui Pengawas Lapangan

4.0. BAHAN - BAHAN

4.1 Umum.

Semua perealatan ventilasi berikut aksesori harus berasal dari kualitas


terbaik dan dalam kondisi terbaik, dan memenuhi standar yang
berlaku dan berasal dari pabrik pembuat yang disetujui Pengawas
Lapangan / Manajemen Konstruksi.

4.2 Exhaust Fan.

Exhaust Fan harus dari tipe Centrifugal In Line yang memiliki


kapasitas sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

4.3 Bahan-bahan Elektrikal

Bahan-bahan elektrikal seperti kabel daya, sklar atau soket, konduit


dan lainnya, harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis 16400.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Umum.

5.1.1 Sebelum pemasangan, Kontraktor harus berkonsultasi dengan


Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi atau mengacu
pada Gambar Kerja dari disiplin lain untuk menentukkan lokasi
pemasangan bahan-bahan yang akan dipasang oleh
Kontraktor.

5.1.2 Kontraktor harus mendapatkan informasi ini dari Pengawas


Lapangan / Manajemen Konstruksi sebelum memulai
pemasangan.

5.1.3 Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis saling melengkapi satu


sama lain, dan tenaga kerja atau bahan yang disebut disini, bila
diperlukan untuk keberhasilan bekerjanya peralatan khusus
yang disebutkan dalam pekerjaan ini, harus disediakan dan
dipasang tanpa tambahan biaya kepada Pemilik Proyek.

5.1.4 Kontraktor harus memeriksa dengan teliti besar ruang yang


dibutuhkan dengan Kontraktor lain untuk memastikan bahwa
semua peralatan dan lainnya dapat dipasang pada tempat yang
telah ditentukan.

5.1.5 Semua perlengkapan yang dibutuhkan, alat kontrol dan lainnya


sesuai peraturan lokal harus diadakan oleh Kontraktor.
5.2 Pekerjaan Elektrikal.

Semua sistem elektrikal seperti pengkabelan dan lainnya yang


dibutuhkan dalam pekerjaan ini harus dipasang sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknsi 16400.

5.3 Pengujian.

5.3.1 Pengujian dilokasi harus dilaksanakan sesuai standar terbaik


yang disetujui Pengawas Lapangan.
Semua pengujian yang diminta harus dibuat atas biaya
Kontraktor yang harus melengkapi semua bahan dan peralatan
pengujian yang diperlukan.

5.3.2 Semua peralatan harus diuji keamanan sistem listriknya.

5.3.3 Setelah pengujian dinyatakan berhasil, sistem harus


dioperasikan perlahan tanpa segala jenis kegagalan selama
sebulan, sebelum Pengawas Lapangan memberikan
pernyataan selesainya pekerjaan.

5.4 Pemeliharaan.

5.4.1 Setiap peralatan yang memerlukan perawatan atau


pemeriksaan harus dilengkapi dengan :
w Spesifikasi teknis detail yang dipersiapkan oleh pabrik
pembuat yang mencakup deskripsi dan karakteristik.
w Kartu pemeliharaan yang menyebutkan:

 Nama pabrik pembuat atau pemasok.


 Jenis pelaksanaan perawatan (elektrikal, mekanikal
dan lainnya) dan selang waktu (kalender atau sebagai
fungsi waktu pengoperasian).
 Periode pemeriksaan yang direkomendasikan.

5.4.2 Dokumen yang harus diserahkan Kontraktor adalah :

w Desikripsi prinsip pengoperasian peralatan.


w Diagram setiap pemasangan.
w Petunjuk pengoperasian, petunjuk start-up dan shutdown
setiap peralatan berikut tindakan pencegahan yang harus
dilakukan.
SPESIFIKASI TEKNIS

15.15

SISTEM PNEUMATIC TUBE

1.0. DESKRIPSI SISTEM

• Pneumatic Tube System (PTS) adalah alat yang berfungsi untuk


melakukan pengiriman material dari 1 area ke area lain, misalnya untuk
pengiriman sampel darah, obat-obatan, dan dokumen.
• PTS harus bertipe Multi Zone System, yang memungkinkan instalasi lebih
dari 1 zona, di mana masing-masing zona dapat melakukan pengiriman
internal secara independen, dan pengiriman eksternal antar zona
dilakukan melalui zona transfer.
• Kecepatan rata-rata pengiriman normal untuk material non darah minimal
5 m/detik.
• Kecepatan khusus untuk pengiriman sampel darah maksimal 3 m/detik.
• Perubahan kecepatan pengiriman normal ke pengiriman khusus sampel
darah diatur secara otomatis oleh system.
• Kapasitas muat carrier maksimal 3 kg.
• PTS menggunakan PC untuk melakukan sistem monitoring dan memiliki
preventive maintenance terhadap system.
• Sistem memiliki fitur automatic clearing yang berfungsi sebagai fitur
pembenahan diri sendiri secara otomatisi bila terjadi gangguan terhadap
station, diverter ataupun system.
• Sistem memiliki fitur autostart untuk mendeteksi carrier yang terhenti
pengirimannya saat terjadi gangguan /mati listrik dan melanjutkan kembali
pengiriman tersebut saat listrik kembali menyala.
• Kontrol sistem semuanya menggunakan PC Control.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN

Seluruh lingkup pekerjaan ini termasuk dan tidak terbatas, melaksanakan


testing, balancing, dan commissioning pada tahap pelaksanaan bangunan RS
dan sinkronisasi semua peralatan , apabila diperlukan tidak membatasi
melaksanakan balancing peralatan listrik terhadap sistem yang ada.
• Pekerjaan Transportasi tabung peneumatic meliputi pengadaan,
pemasangan, penyetelan dan pengetesan dari semua peralatan / material
/ mesin seperti yang disebutkan dalam spesifikasi teknis, maupun
pengadaan dan pemasangan peralatan / material yang tidak disebutkan,
akan tetapi secara umum dianggap perlu agar dapat diperoleh sistem
transportasi tabung yang baik,dimana setelah diuji, dicoba dan disetel
dengan teliti, siap untuk dipakai.
• Jaringan transportasi adalah dari Pusat Rekam Medik ke bagian
penerimaan pasien Rawat Inap dan kesemua Nurse Station diperawatan
Inap dan Rawat Jalan, ICU, OK, dan UGD. Jalur pneumatik juga dipasang
keruangan laboratorium dan bank darah, lab radiologi dan X-ray atau yang
ditentukan didalam gambar dan penjelasan lelang.
• Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi, peralatan dan blower
• Melakukan testing commissioning.

3.0. STANDAR / RUJUKAN

3.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL – 2011).


3.2. Standar Nasional Indonesia (SNI).
3.3. Spesifikasi Teknis 16400 – Distribusi Tegangan Rendah
3.4. National Fire Protection Asociate (NFPA)

4.0. KETENTUAN UMUM

4.1. Tahap Persiapan


Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan pembangunan
yang sah berlaku di Republik Indonesia ini harus ditaati, kecuali bila
dibatalkan oleh Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
4.2. Gambar Kerja / Shop Drawing
Kontraktor harus membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan
termasuk detail support / penyangga / dudukan berikut perhitungannya
yang telah disetujui oleh Konsultan MK/ Pemberi Tugas.
4.3. Sarana Kerja
Kontraktor diharuskan mengirim contoh bahan yang akan digunakan
untuk disepakati konsultan MK / Pemberi Tugas.
Menyerahkan daftar peralatan kerja yang digunakan sebelum
dilakukan pemesanan. Menyediakan peralatan kerja yang baik untuk
pelaksanaan, yang memenuhi persyaratan keselamatan kerja.
4.4. Pemeriksaan Bahan /Material
Apabila Konsultan MK /Pemberi Tugas meragukan kualitas bahan atau
alat tertentu, maka bahan tersebut akan dikirim ke laboratorium
penyelidikan bahan atas biaya kontraktor.
4.5. Penolakan dan Penyingkiran
Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan MK/ Pemberi Tugas,
harus segera disingkirkan dari lokasi proyek oleh kontraktor dalam
waktu 1 x 24 jam.
4.6. Tahap Pelaksanaan
Kontraktor harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan
kerja,. Perlengkapan keselamatan kerja yang dibutuhkan harus
disediakan. Caa-cara kerja yang kurang aman atau tidak selamat
harus dihindarkan. Kontraktor juga harus memperhatikan keselamatan
kerja termasuk kesehatan para pekerja dan kebersihan lingkungan.
Perhatian diharapkan pula terhadap lokasi pemondokan pekerja di job-
site, agar tidak terlalu mengganggu waktu kerja.
4.7. Seleksi Tenaga Kerja
Kontraktor harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja,
baik mengenai keahlian ataupun kesehatannya, bagi tukang-tukang las
dan pipa , serta kejuruan-kejuruan lain yang dianggap perlu, harus
lulus dari ujian ataupun penilian dari MK/ Pemberi Tugas. Bilamana
dikemudian hari dalam proyek ini didapati tenaga-tenaga yang ternyata
tidak cukup ahli, MK/Pemberi Tugas berhak untuk minta tenaga kerja
tersebut diganti.
4.8. Prosedur dan Cara Kerja
Kontraktor wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang baik
(tepat,cepat dan selamat). Kontraktor wajib mengkonsultasikan kedua
hal tersebut kepada MK / Pemberi Tugas, untuk dimintakan
persetujuanya guna pelaksanaan. Hasil kerja harus menunjukkan
“workmanship” yang baik dalam bentuk kerapiannya.
4.9. Uji Coba Sistem Transportasi Tabung
Uji coba harus dilakukan untuk mengetahui berjalan tidaknya
mekanisme sistem yang bersangkutan. Kontraktor harus
menunjukannya dalam berbagai variasi alternatif, sejauh kemampuan
mekanisme transportasi tabung sistem ini.
Begitu pula terhadap kebocoran udara vacuum atau yang lainnya yang
mengakibatkan tidak efektif sistem peneumatic. Pengujian harus
disaksikan oleh MK/Pemberi Tugas, yang juga berhak untuk
memerintahkan alternatif-alternatif yang dipilihnya.

5.0. TAHAP PENYELESAIAN

5.1. Pemeriksaan / Commissioning


Pada awal dari tahap penyelesaian perlu diadakan pemeriksaan /
commissioning. Obyek Commissioning adalah membuktikan bahwa
setiap peralatan sudah berfungsi, dengan kapasitas yang diminta.
Semua peralatan control, automatic control, outlet-outlet penerima
sudah bekerja dengan bagus, termasuk blower tekan baik dalam
perjalanan pengiriman maupun sebaliknya .
Semua kegagalan / kekurang berhasilan harus dicari penyebabnya dan
diupayakan cara-cara mengatasinya. Pemeriksaan / commissioning
dilakukan oleh kontraktor, MK dan User atau Pemberi Tugas. Perlu
dibuatkan Berita Acara atas hasil-hasil pemeriksaan /commissioning
yang telah dilakukan bersama.
5.2. Serah Terima
Sebelum dilaksanakan serah terima hasil pekerjaan dari Kontraktor
kepada MK / Pemberi Tugas, apabila operasional penggunaan
pneumatic tube dapat dilaksanakan dengan baik dari operasi dari dan
ketujuan pengiriman tube system tanpa hambatan dan terukur sesuai
standar produk.
5.3. As Built Drawing
Kontraktor harus membuat As Buil Drawing, yaitu gambar instalasi dan
sistem yang terpasang yang sebenarnya . As Built Drawing ini harus
secepatnya diserahkan kepada MK/ Pemberi Tugas untuk
mendapatkan komentar/koreksi . Kontraktor wajib mengadakan revisi
terhadap as built drawing, dengan petunjuk MK / Pemberi Tugas. As
Built drawing ini akan menjadi dokumen bagi proyek.
5.4. Pemasangan
1. Untuk sambungan yang menggunakan ulir harus memiliki
spesifikasi panjang ulir tertentu sesuai dengan standart DIN 6656
2. Sebelum dilakukan penyambungan, bagian yang ber ulir harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat
3. Setiap pemasangan katub yang menggunakan ulir harus digunakan
sepasang warter moer (union coupling) untuk mempermudah
pekerjaan pemeliharaan
4. Semua ujung yang terakhir yang tidak dilanjutkan lagi harus dittutup
dengan dop/plug atau blank flanged
5. Pipa-pipa harus diberi penyangga, pipa-pipa tegak atau mendatar
yang menempel sepanjang kolom atau dinding dan pada setiap
percabangan atau belokan, harus diberi pengikat (klem)
6. Penyangga pipa harus dipasang pada lokasi-lokasi yang ditentukan
berdasarkan tabel dibawah ini :

Nominal Diameter ( mm ) Jarak Titik Penyangga Max ( m )


15 s/d 20 1.0
25 s/d 40 2.0
50 s/d 80 3.0
100 s/d 150 4.0
> 200 5.0

7. Apabila lokasi penggantung pipa berhimpitan dengan katup, maka


penyangga tersebut harus digeser dari posisi tersebut dengan
catatan pipa tidak akan melengkung apabila katup tersebut dilepas.

6.0. SPESIFIKASI PERALATAN

NO
MATERIAL SPESIFIKASI
.
1 jalur 2 arah, sistem transportasi
tabung untuk pengiriman /
penerimaan carrier / tabung
pengangkut.
1. Sistem
Redistribusi otomatis dari tabung
pengangkut yang kosong dengan
sistem Radio Frequency
Identification (RFID)
NO
MATERIAL SPESIFIKASI
.

Automatic Preventive Maintenance


yang memberitahukan waktu
pelaksanaan service untuk station
dan carrier bila sudah tiba waktunya.

Microprocessor controlled,
monitored by PTS control software
2. Kontrol
original dan berlisensi yang terinstall
dalam personal computer

Pemilihan tujuan Tombol Tombol Angka, dan bisa dibrowsing


3.
Angka di menu panel kontrol station.
Bahan / Warna = PVC / RAL / 7000
Diameter = 110 mm
4. Tabung / Pipa
Tebal nominal = 2.3 mm
Radius lengkung = 800 mm
Kecepatan = 2 – 6 m/ sec
Bahan = Polyurethane
Ukuran = 80 mm x 245 mm
5. Carier / Tabung Pengangkut
72 mm x 350 mm
76 mm x 375 mm
Max beban = 3 kg
Jenis = front loading through
station dengan 2 antena RFID
Panel Operasi = Tombol angka
dan huruf penunjuk, LCD, LED
6. Stasiun indikator status sistem.
LCD = 2 x 24 alphanumerical
character, menailkan nomer station
tujuan, status pengiriman dan status
kondisi sistem.
7. Sumber tenaga udara Blower 3 fase
8. Sumber tenaga listrik 3 fase 380 V – 2,3 kw
9. Kabel daya Kabel metal, kabelindo
7.0. DAFTAR MATERIAL

No Nama Matrial Merk


1 Sistem Pneumatic Tube PTSOne, Airlog, Swisslog

%$%
3(.(5-$$1(/(.75,.$/

 3$1'8$13(/$.6$1$$13(.(5-$$1

 6,67(03(1<$/853(7,5'$13(0%80,$1

 ',675,%86,7(*$1*$10(1(1*$+

 *(1(5$7256(7

 ',675,%86,7(*$1*$15(1'$+

 3(0%80,$1

 3(1(5$1*$1

 ),5($/$50

 35$6$5$1$58$1*$16(59(5

 6,67(07$7$68$5$

 6,67(01856(&$//

  %86%$57581.,1* %86'8&7 6,67(0

 


 


SPESIFIKASI UMUM

16.0

PANDUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1.0. KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


1.1. Ketentuan Umum
1.1.1. Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis. Apabila ada
klausul - klausul yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti
menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti
menghilangkan klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan
klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
1.1.2. Gambar-gambar dan Spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan
dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan
atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja
dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan
atau spesifikasi perencanaan saja, Kontraktor harus tetap melaksanakannya
tanpa ada biaya tambahan.

1.2. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.


1.2.1. Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah Kontraktor menerima
pemberitahuan meneruskan pekerjaan kecuali apabila ditunjuk lain oleh
Pemberi Tugas/Manajemen Konstruksi, Kontraktor diharuskan menyerahkan
daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat
rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama, alamat
manufacture, katalog dan menyertakan surat keterangan keaslian material
dari pabrik pembuat dan surat ketersediaan material dari distributor/pabrik
pembuat yang sudah memperhitungkan jumlah dan waktu kedatangan
material serta keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Manajemen Konstruksi.
1.2.2. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang
kepada Manajemen Konstruksi paling lama 6 (enam) hari setelah daftar
material disetujui. Kontraktor diwajibkan melampirkan surat pernyataan
keaslian dan ketersediaan material dari Pabrik/Distributor yang telah disetujui.
1.2.3. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian
contoh-contoh ini adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.2.4. Kontraktor harus membuat daftar yang lengkap untuk bahan, barang, dan
peralatan yang akan digunakan, dan menyerahkannya kepada Pengawas
Lapangan untuk mendapat persetujuan dari pemberi tugas, dengan dilampiri
brosur-brosur yang lengkap dengan data teknis serta performance dari
peralatan.

1.2.5. Contoh bahan berikut brosur/data teknis semua bahan jaringan komunikasi
data dan perlengkapannya harus diserahkan kepada Konsultan MK sebelum
diadakan/didatangkan ke lokasi. Contoh dan/atau brosur/data teknis
bahan/barang/peralatan untuk pekerjaan ini harus diajukan terlebih dahulu
kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.
1.2.6. Kontraktor wajib menyerahkan daftar bahan yang akan digunakan, seperti
disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini, kepada Konsultan MK untuk
diperiksa dan disetujui oleh pemberi tugas.
Daftar bahan meliputi tipe, model, nama pabrik pembuat, jumlah, ukuran dan
data lain (seperti performance dari peralatan) yang diperlukan.
Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan Surat Keterangan Keaslian Barang (Letter of Origin) dari pabrik
pembuatnya (Manufacturer) atau agen utamanya (Authorized Dealer/Agent).
1.2.7. Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru serta menggunakan
teknologi terakhir sehingga tidak terjadi diskontinyu spare part.
1.2.8. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas
peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keragu-raguan,
Kontraktor harus segera menghubungi Manajemen Konstruksi untuk
berkonsultasi dan koordinasi.
1.2.9. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya
tidak dikonsultasikan/dikoordinasikan dengan Manajemen Konstruksi, apabila
terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab
Kontraktor.
1.2.10. Untuk itu pemilihan equipment dan material harus mendapatkan persetujuan
dari Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

1.3. Gambar Perencanaan


1.3.1. Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terperinci. Semua bagian diatas walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan
dipasang oleh Kontraktor, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik.
1.3.2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar arsitektur dan
struktur/sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail
"finishing" dari proyek.
1.3.3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar-gambar
kerja dan detail (shop drawing) yang harus diajukan kepada Manajemen
Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing yang
diajukan Kontraktor untuk disetujui Manajemen Konstruksi dianggap bahwa
Kontraktor telah mempelajari situasi dan telah berkonsultasi dengan
pekerjaan instalasi lainnya.
1.3.4. Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari penyesuaian-
penyesuaian pelaksanaan pekerjaan dilapangan, catatan-catatan tersebut
harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir) dan tiga set lengkap
gambar blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built
drawings).
1.3.5. As built drawings harus diserahkan kepada Manajemen Konstruksi segera
setelah selesai pekerjaan.
1.4. Gambar Detail Pelaksanaan.
1.4.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan
kepada Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi untuk disetujui oleh
pemberi tugas.
1.4.2. Gambar Detail Pelaksanaan harus disediakan sebelum pengadaan bahan
sehingga diperoleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak ada tambahan
waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan ini.
1.4.3. Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisis detail-detail yang
diperlukan.
1.4.4. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja
yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor
harus menyampaikannya kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan
keluarnya.
1.4.5. Gambar Perencanaan ini hanya menunjukkan tata letak dan peralatan, dan
gambaran umum jalur kabel. Gambar Perencanaan ini harus diikuti dengan
seksama kemudian disesuaikan dengan kondisinya di lapangan untuk
dirubah menjadi Shop Drawing. Dalam mempersiapkan Shop Drawing untuk
acuan Detail Pelaksanaan di lapangan, dimensi dan ruang gerak yang
digambarkan harus mengacu kepada Gambar Arsitektur, Struktur dan
Gambar lainnya yang berkaitan.
1.4.6. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan
Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk
memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang telah
ditentukan.

1.5. Quality Assurance


1.5.1. Pabrik pembuat : perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembuatan/perakitan Main Equipment Elektronik sesuai dengan tipe dan
ukuran yang diperlukan, dimana produknya telah digunakan dengan hasil
baik / memuaskan untuk keperluan yang sama tidak kurang dari 5 (lima)
tahun.
1.5.2. Quality Assurance Plan: Kontraktor harus mengajukan quality assurance plan
sesuai dengan persetujuan dari Manajemen Konstruksi/Kontraktor
Utama/Quality Assurance Manager.
1.5.3. Quality Assurance Plan harus termasuk didalamnya quality assurance/control
program mencakup secara detail didalamnya adalah struktur organisasi
tenaga/personil dan pembagian tugas dari masing-masing personil
dilapangan, rencana penyelesaian pekerjaan, methodology, prosedur, cek
list, inspeksi rutin dan program monitoring, dokumentasi kerja, penyimpanan
barang-barang dll. Perencanaan tersebut haruslah sejalan dengan Peraturan
Kualitas dari Pemberi Tugas

1.6. Pengiriman dan Penyimpanan.


1.6.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik,
baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan label, data teknis dan
data lain yang diperlukan.
1.6.2. Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai
dengan surat jaminan keaslian barang (Letter of Origin) dan mempunyai
jaminan serta garansi (Warranty).
1.6.3. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada tempat
yang aman dan terlindung dari kerusakan.

1.7. Ketidaksesuaian
1.7.1. Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi berhak menolak setiap bahan
yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan Gambar
Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis ini.
1.7.2. Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan
yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
1.7.3. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau berbeda dari
yang ditentukan, Kontraktor harus membuat pernyataan tertulis yang
menjelaskan usulan penggantian berikut alasan penggantian, dengan
maksud bila diterima, akan segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor
mengabaikan hal diatas, Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Gambar Perencanaan.
1.7.4. Peralatan yang disebut dengan Merk dan Penggantinya
Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang
disebut dan dipersyarakan dalam spesifikasi ini, maka Kontraktor wajib
menyediakan sesuai dengan nama/merk tersebut diatas. Penggantian dapat
dilakukan dengan persetujuan Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana
dan Pemberi Tugas.
1.7.5. Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain khususnya dalam
pelaksanaan konstruksi oleh Kontraktor, maka Pemilik/Pemberi Tugas
dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

1.8. Koordinasi
1.8.1. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang
satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
1.8.2. Kontraktor pekerjaan instalasi ini dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus
bekerja sama dengan Kontraktor bidang lain atau disiplin lainnya, agar
seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditentukan.

1.9. Testing & Coomissioning


1.9.1. Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa/ mengetahui
apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat berfungsi dengan baik dan
telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku.
1.9.2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut sudah menjadi tanggung jawab Kontraktor. Hal ini termasuk
pula peralatan khusus yang diperlukan untuk pelaksanaan testing dari sistem
ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik.
1.9.3. Semua prosedur, metode pelaksanaan dan form-form testing commisioning
agar diajukan ke Manajemen Konstruksi untuk disetujui.
1.9.4. Listrik dan Air untuk keperluan testing dan commissioning menjadi tanggung
jawab kontraktor, kecuali ditentukan lain dalam kontrak.
1.9.5. Pelaksanaan testing dan commissioning harus disaksikan oleh Manajemen
Konstruksi, Konsultan Perencana, Pemberi Tugas dan Pengelola Gedung
(jika diperlukan).

1.10. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan


1.10.1. Peralatan-peralatan utama dan instalasi harus digaransikan selama satu
tahun terhitung dari serah terima pertama dan dilengkapi dengan Berita
Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan (BAST 1) yang telah disetujui oleh
Pengelola gedung/Building Manajemen.
1.10.2. Selama masa garansi, Kontraktor pekerjaan instalasi ini diwajibkan untuk
mengatasi, memperbaiki, mengganti segala kerusakan-kerusakan dari
peralatan dan instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan, kecuali
bila disebabkan kesalahan operasi dari operator pengelola gedung.
1.10.3. Selama masa pemeliharaan, Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus
menyediakan mimimal dua teknisi yang ahli berada dalam operasional
gedung selama jam kerja dan tenaga kerja lainnya yang dapat dihubungi
setiap saat bila diperlukan, dan diwajibkan langsung mengatasi,
memperbaiki, mengganti segala kerusakan-kerusakan dari instalasi yang
dipasang. Dalam masa ini Kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap
seluruh instalasi yang telah dilaksanakan.
1.10.4. Penyerahan pekerjaan pertama (BAST 1) baru dapat diterima setelah
dilengkapi dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan, dengan pernyataan baik
yang ditandatangani bersama oleh Main Kontraktor, Manajemen Konstruksi,
Konsultan Perencana, Pemberi Tugas dan Pengelola Gedung/Building
Manajemen serta dilampirkan sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh
Badan Instansi yang berwenang.
1.10.5. Satu minggu sebelum serah terima pertama, Kontraktor harus mengadakan
semacam pendidikan, training dan latihan secara periodik sampai mengerti
betul kepada 3 orang/lebih calon operator (Building Manajemen) untuk setiap
pekerjaan yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.
1.10.6. Kontraktor harus menyerahkan asbuilt drawing dan composit drawing kepada
pemilik dan sebagai dasar dalam pemberian training terutama untuk sistem
operasionalnya. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus
lengkap dengan 4 (empat) set untuk operating maintenance and repair
manual books, sehingga para petugas operator (Building Manajemen) dapat
mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.
1.10.7. Jika pada masa pemeliharaan/garansi tersebut, Kontraktor pekerjaan
instalasi tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas
perbaikan, penggantian, kekurangan instalasi selama masa tersebut, maka
Pemberi Tugas bersama dengan Pengelola Gedung dan Manajemen
Konstruksi berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut
kepada pihak lain atas biaya dari Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan
instalasi tersebut.
1.10.8. Berita Acara Serah Terima Pertama dapat diajukan oleh kontraktor setelah
menyerahkan sbb:
1.10.8.1. Operational Maintenance Manual Bookss sebanyak 4 set (1 asli +
3 copy) lengkap dengan schedule program maintenance
1.10.8.2. Surat penawaran kontrak service (asli + 3 copy) untuk satu tahun
pertama (bila diperlukan)
1.10.8.3. Berita acara Testing & Commissioning, dan pengetesan lainnya
(asli + 3 copy) yang disetujui dan ditandatangani oleh Operator
Gedung.
1.10.8.4. Surat keaslian barang dan country origin dari pabrik pembuat (asli
+ 3 copy).
1.10.8.5. Sertifikat Pengujian Peralatan dari Pabrik (bila ada) dan
surat/sertifikat garansi (minimal satu tahun sejak dari tanggal
BAST pertama diajukan) untuk setiap peralatan utama ( asli + 3
copy)
1.10.8.6. Surat rekomendasi dari instansi penanggulangan bahaya
kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran dibawah koordinasi
paket pekerjaan Pemadam Kebakaran (asli + 3 copy).
1.10.8.7. Asbuilt Drawing dan composit drawing 4 set (asli + 3 copy) dan 4
soft copy dalam bentuk CD
1.10.8.8. Berita Acara Pelaksanaan Trainning/Pelatihan kepada Operator
Pengelola Gedung (asli + 3 copy)
1.10.8.9. Surat Jaminan “ After Sales Service” dari keagenan peralatan
yang dipasang (asli + 3 copy)
1.10.8.10. Foto – foto untuk setiap peralatan dan instalasi yang sudah
1.10.8.11. Terpasang (asli + copy berwarna)

1.11. Laporan
1.11.1. Laporan Harian :
Kontraktor wajib membuat "Laporan Harian" & "Laporan Mingguan" yang
memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan
secara jelas.
Laporan tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga) meliputi:
1.11.1.1. Kegiatan Fisik.
1.11.1.2. Catatan dan perintah Manajemen Konstruksi yang disampaikan
secara tertulis.
1.11.1.3. Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan Hal-hal yang
menyangkut masalah:
o Material (masuk/ditolak)
o Jumlah tenaga kerja
o Keadaan cuaca
o Pekerjaan tambah / kurang.
o dll
Mingguan dimana laporan tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas
pekerjaan minggu lalu dan rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini
harus ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan kepada
Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.
1.11.2. Laporan Pengetesan
Pemborong harus menyerahkan kepada Manajemen Konstruksi dalam rangkap 4
(empat) mengenai hal-hal sebagi berikut :
a. Hasil pengetesan seluruh komponen.
b. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
c. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Manajemen
Konstruksi, Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

1.12. Penanggung Jawab Pelaksana


1.12.1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus
menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak
selaku wakil dari Kontraktor dan mempunyai kemampuan untuk memberikan
keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam berkoordinasi dan
menerima segala instruksi-instruksi dari Main Kontraktor dan Manajemen
Konstruksi.
1.12.2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam
kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada saat yang
dikehendaki oleh Main Kontraktor, Manajemen Konstruksi dan Pemberi
Tugas. Petunjuk dan perintah Direksi Pengawas/Manajemen Konstruksi
harus disampaikan langsung kepada pihak Kontraktor melalui penanggung
jawab Kontraktor.

1.13. Perubahan, Penambahan dan Pengurangan Pekerjaan


1.13.1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana
harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan Main Kontraktor dan Manajemen Konstruksi.
1.13.2. Dalam merubah gambar rencana tersebut, Kontraktor harus menyerahkan
gambar perubahan dalam rangkap 4 (empat) untuk disetujui.
1.13.3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,
harus diajukan oleh Kontraktor kepada Manajemen Konstruksi secara
tertulis. Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang
mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh
Main Kontraktor, Manajemen Konstruksi, Perencana dan Pemberi Tugas.

1.14. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1.14.1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam
rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaan
semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor instalasi ini.
1.14.2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari
Manajemen Konstruksi.
1.14.3. Pengelasan, pengeboran dan sebagainya pada konstruksi bangunan hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari
Manajemen Konstruksi.

1.15. Pemeriksaan Rutin


1.15.1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan
dan pemeriksaan routine.
1.15.2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus
dilaksanakan tidak kurang dari dua bulan sekali dan dibuatkan laporannya
sebagai bahan untuk pengajuan serah terima pekerjaan kedua (BAST 2).

1.16. Kantor Kontraktor, Los Kerja dan Gudang


1.16.1. Kontraktor diperbolehkan untuk membuat keet, kantor, gudang dan los
kerja di area proyek, untuk keperluan pelaksanaan, tugas administrasi
lapangan, penyimpanan barang/bahan, serta peralatan kerja, dan sebagai
area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), dimana pelaksanaan tugas
instalasi berlangsung.
1.16.2. Pembuatan keet kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan, bila
terlebih dahulu mendapatkan izin dari Main Kontraktor, Manajemen
Konstruksi dan Pemberi Tugas (bila diperlukan).

1.17. Penjagaan
1.17.1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat
kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan).
1.17.2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang
tersebut diatas, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.18. Penerangan dan Sumber Daya


1.18.1. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan
yang dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup.
1.18.2. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber
tenaga/daya kerja harus diusahakan oleh Kontraktor.
1.18.3. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan/Gedung, harus dilengkapi
dengan KWH meter.

1.19. Kebersihan dan Ketertiban


1.19.1. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan
tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam
keadaan bersih.
1.19.2. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik di dalam
gudang maupun diluar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar
memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari
bagian lain.
1.19.3. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Main
Kontraktor dan Manajemen Konstruksi pada waktu pelaksanaan.

1.20. Kecelakaan dan Peti P3K


1.20.1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
ini, maka Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna
kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut
kepada instansi dan departemen yang bersangkutan/berwenang
(dalam hal ini polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan mempertanggung
jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.20.2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan
pertama pada kecelakaan harus selalu ada di tempat pekerjaan.

1.21. Pegawai Penyelenggara Dari Kontraktor.


1.21.1. Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor harus
diserahkan kepada penyelenggara kepala dengan kualifikasi ahli,
berpengalaman dan mempunyai wewenang penuh untuk mengambil
keputusan.
1.21.2. Project/Site Manager harus berada ditempat pekerjaan selama jam-jam kerja
dan setiap saat diperlukan.
1.21.3. Project/Site Manager mewakili Kontraktor di tempat pekerjaan, dapat
bertindak penuh dalam mengambil keputusan kepada Main Kontraktor,
Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
1.21.4. Petunjuk dan perintah Manajemen Konstruksi di dalam pelaksanaan,
disampaikan langsung kepada Kontraktor melalui Project/Site Manager,
sebagai penanggung jawab di lapangan.
1.21.5. Kontraktor diwajibkan untuk menjalankan disiplin yang ketat terhadap semua
pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang melanggar terhadap
peraturan umum, mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak
wajar, melakukan perbuatan yang merugikan terhadap pelaksanaan
pekerjaan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas perintah
pengawas harian. Bila Kontraktor lalai, maka akan dikenakan tindakan sesuai
dengan yang dimaksud dalam pasal denda.
1.22. Pengawasan
1.22.1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan
oleh Main Kontraktor, Manajemen Konstruksi, dan Pemberi Tugas (bila
diperlukan).
1.22.2. Pada setiap saat Manajemen Konstruksi atau petugas-petugasnya harus
dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan
dan peralatan.
1.22.3. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
1.22.4. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengamatan Manajemen Konstruksi adalah tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
1.22.5. Jika diperlukan pengawasan diluar jam-jam kerja (08.00 sampai dengan
16.00), dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut
menjadi beban Kontraktor yang perhitungannya disesuaikan dengan
peraturan pemerintah (cipta karya). Permohonan untuk mengadakan
pemeriksaan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada
Manajemen Konstruksi.
1.22.6. Di tempat pekerjaan, Manajemen Konstruksi menempatkan petugas-petugas
pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Kontraktor,
agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan isi surat
perjanjian kontrak serta dengan cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.

1.23. Bagan Kemajuan Pekerjaan


1.23.1. Dua minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang, harus telah siap
dengan bagan kemajuan pekerjaan (Time Schedule/Network Planning)
sesuai dengan batas waktu maksimal yang telah ditetapkan.
1.23.2. Bagan tersebut disusun secara konvensional (barchart) dengan network
planning.
1.23.3. Di dalam bagan kemajuan pekerjaan ini dicantumkan volume masing-masing
bagian pekerjaan serta mandays yang diperlukan.
1.23.4. Dalam progress schedule harus tercantum kurva gambaran mengenai nilai
dan harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan volume dan harga penawaran
serta schedule yang dibuat oleh Kontraktor.
1.23.5. Kontraktor harus secara terpisah menyusun bagian pengerahan tenaga dan
bagian penyediaan bahan, peralatan dan mesin yang diperlukan.
1.23.6. Bagian-bagian tersebut diatas harus mendapatkan persetujuan dan
pengesahannya dari Manajemen Konstruksi.

1.24. Regulasi/Permintaan Referensi Dari Otoritas


1.24.1. Peraturan atau permintaan dari otoritas
Pekerjaan pemasangan dalam kontrak ini haruslah berdasarkan peraturan
terakhir dari referensi tersebut dibawah ini:
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 2011 (PUIL)
2. National Fire Protection Association (NFPA)
3. Indonesian Electrical Installation Code (SPLN)
4. Peraturan dan Ketentuan Keselamatan Kerja oleh Depnaker
1.24.2. Standard yang dijadukan acuan
Juga dijadikan standar acuan untukpegangan pelaksanaanantara lain adalah:
1. AVE Belanda
2. VDE/DIN Jerman
3. British Standard Association
4. IEC Standard
5. JIS Japan Standard
6. NFC Perancis
7. NEMA USA
Dalam spesifikasi ini dan dalam gambar tidak tercantum peraturan-peraturan
dengan tujuan untuk tidak menimbulkan konflik baik dengan Peraturan
Nasional maupun Lokal ataupun Undang-undang yang berlaku pada
pekerjaan instalasi ini. Peraturan serta undang-undang yang berlaku
merupakan bagian dari spesifikasi ini. Kontraktor diminta untuk dapat
memenuhi permintaan ini.

1.25. Standard Kode/referensi


Standard dan kode selain tersebut diatas harus tercantum pada bagian ini.
Kontraktor harus sesuai dengan kode/peraturan standard dibawah ini tanpa adanya
konpensasi biaya tambahan, sebagai berikut :
1. Standar Nasional Indonesia (SNI), PUIL 2011
2. American Society for Testing Materials (ASTM)
3. American National Standard Institute (ANSI)
4. Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE)
5. International Electrotechnical Commission (IEC)
1.26. Training
Dalam menunjang operasi dan maintenance secara teliti dan benar/terampil,
kontraktor harus memberikan training bagi operator dan teknisi/Engineer sampai
mengerti betul untuk system yang digunakan:
1. Pemahaman sistem secara keseluruhan.
2. Pemahaman fungsi masing-masing peralatan sistem, pemahaman penggunaan
termasuk fasilitas-fasilitas tersebut.
3. Pemahaman melakukan pembuatan program atau programmer, perubahan
program, pengaman serta fasilitas yang tercakup dalam sistem.
SPESIFIKASI TEKNIS

16.1

SISTEM PENYALUR PETIR DAN PEMBUMIAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan,


tenaga kerja, dan lain – lain untuk pemasangan, pengetesan,
commisioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh
instalasi sistem penangkal petir seperti disyaratkan di dalam buku ini
dan seperti ditunjukkan pada Gambar Perencanaan. Dalam pekerjaan
ini harus termasuk juga pekerjaan – pekerjaan kecil lain yang
berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan
secara terinci di dalam buku ini, tetapi dianggap perlu untuk
keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi instalasi sistem
penangkal petir.
1.2. Item – item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut
:
‰ Elektroda penangkal petir ini termasuk batang penangkap petir (air
termination), dudukan air termination dan peralatan bantu lainnya
yang dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi sistem penangkal
petir.
‰ Hantaran turun. Di dalam item ini termasuk juga pipa pelindung,
penyangga dan klem untuk dudukan dan pemasangan hantaran
turun.
‰ Elektroda pembumian, terminal penyambungan, bak kontrol dan
material – material bantu lainnya.

1.3. Instalasi sistem penangkal petir harus mengikuti Peraturan Umum


Instalasi Penangkal Petir atau peraturan lainnya yang berlaku di
Indonesia, serta harus mendapat rekomendasi dari Departemen
Tenaga Kerja RI.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011)


2.2. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP 1983)
2.3. British Standard (BS)
2.4. Standar Nasional Indonesia (SNI)
2.5. Japanese Industrial Standard (JIS)
2.6. Institute Electrotechnical Commision (IEC)
2.7. Spesifikasi Teknis 03300 – Beton Cor di Tempat
3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Elektroda Penangkal Petir.


3.1.1 Air Termination dari jenis Electrostatis Guardian IEC 60-1: 1989
lightning terminal
3.1.2 Dudukan air termination yang terbuat dari fibre glass dengan
diameter 70 mm dan ketinggian minimum 2.5 m.
3.1.3 Pemasangan dudukan air terminator harus tahan terhadap
pengaruh goncangan dan angin.
3.1.4 Air termination yang dipakai harus mendapat ijin atau
rekomendasi dari Departemen Tenaga Kerja RI atau instansi
lain yang berwenang.
3.1.5 Air termination yang dipakai dengan menggunakan air
termination dari jenis bukan radioaktif.
3.1.6 Detail dan tata letak instalasi penangkal petir sesuai dengan
Gambar Kerja.
3.1.7 Air termination harus terbuat dari bahan yang tahan untuk dialiri
arus listrik yang cukup besar tanpa terjadi kerusakan.
3.1.8 Elektroda penangkal petir harus dihubungan dengan hantaran
turun.
3.1.9 Pemasangan penangkal petir harus diatur sedemikian rupa,
sehingga semua bagian atau benda yang berada di atap
sampai dengan lantai basement harus dapat terlindung oleh
sistem instalasi penangkal petir.

3.2 Hantaran Turun


3.2.1 Hantaran turun berfungsi untuk mengalirkan muatan listrik petir
yang diterima / ditangkap oleh elektroda penangkal petir ke
konduktor pembumian, oleh karena itu hantaran turun harus
dihubungkan secara sempurna baik dengan elektroda
penangkal petir maupun elektroda pembumian.
3.2.2 Hantaran turun terbuat dari coaxial cable yang dirancang
khusus untuk hantaran turun sistem penangkal petir.
3.2.3 Coaxial cable yang digunakan harus mendapat rekomendasi
dari pabrik pembuatnya yang menyatakan bahwa kabel
tersebut dapat digunakan untuk sistem penangkal petir.
3.2.4 Coaxial cable yang digunakan mempunyai ukuran minimal 70
mm2.
3.2.5 Hantaran turun harus dipasang dengan baik, lurus dan
mempunyai kekuatan yang cukup sehingga mampu menahan
gangguan mekanis.

3.3 Elektroda Pembumian


3.3.1 Elektroda pembumian terbuat dari pipa GIP ∅ 1 ½“ dan plat
tembaga serta lilitan kawat timah dengan konstruksi seperti
tercantum di dalam Gambar Kerja.
3.3.2 Elektroda pembumian harus ditanam langsung di dalam tanah
dengan panjang bagian yang tertanam minimal sepanjang 6 m
dan mempunyai tahanan pentanahan sebesar 2 Ohm.
3.3.3 Terminal penyambungan untuk menghubungkan elektroda
pembumian dengan hantaran turun harus dilakukan di dalam
bak kontrol. Penyambungan tersebut harus menggunakan mur
baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik.
3.3.4 Sistem pembumian untuk penangkal petir ini harus terpisah dari
sistem pembumian untuk sistem elektrikal lainnya.

3.4 Bak Kontrol / Terminal Penyambungan.


3.4.1 Bak kontrol berfungsi sebagai tempat penyambungan antara
hantaran penyalur petir dengan elektroda pembumian (terminal
pembumian) dan sebagai tempat untuk melakukan pengukuran
tahanan pembumian.
3.4.2 Dimensi konstruksi bak kontrol sesuai dengan Gambar Kerja.
3.4.3 Dinding dan tutup bak kontrol terbuat dari konstruksi beton.
3.4.4 Bak kontrol mempunyai tutup yang dilengkapi dengan handle.
Tutup bak kontrol ini harus dapat dibuka dengan mudah.

3.5 Penyangga dan Klem


3.5.1 Penyangga digunakan untuk memegang hantaran penyalur
petir.
3.5.2 Penyangga terbuat dari besi yang digalvanisasi sehingga tahan
terhadap karat.
3.5.3 Dimensi dan konstruksi penyangga sesuai dengan Gambar
Kerja.
3.5.4 Jarak antara dua penyangga yang berdekatan minimal 40 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS

16.2

DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Kontraktor diminta menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik


dalam spesifikasi teknisini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar
perencanaan, dimana bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara
spesifikasi bahanan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasit eknis yang
dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untukmengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuaidengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya tambahan biaya.

1.1. Dokumen Penyerta Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan dimaksud di dalamnya termasuk pengadaan semua material peralatan,
penyediaan personil, material dan peralatan di site, pemasangan, pengujian atau
pengetesan (Comissioning) dan pemeliharaannya selama masa pemeliharaan yang
ditetapkan untuk pekerjaan sistem Distribusi Listrik. Semua tertera dalam dokumen
penyerta lingkup pekerjaan yang terdapat dalam:
a. SpesifikasiTeknis
b. GambarPerencanan
c. Bill Of Quantity
d. BeritaAcara( Aanwijzing )
e. Addendum
f. HasilKlarifikasiTeknis
Keterangan:
Hal-hal lain yang perludiperhitungkandalampenawaranpekerjaan:
- Penyediaan perlengkapan instalasi dan tenaga yang kompeten
- Penyediaan perlengkapan untuk instalasi pemipaan
- Tenaga-tenaga yang cakap dan berpengalaman.

1.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pemasangan semua material,
peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan,
commissioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalasi listrik
seperti dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukkan dalam gambar-
gambar perencanaan listrik. Dalam Pekerjaan ini harus termasuk sertifikat pabrik
dari peralatan yang akan dipakai dan pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang
berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara
terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk keselamatan dan
kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi listrik.
1.3. Uraian Lingkup Pekerjaan
Uraiandari lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Kabel Daya Tegangan Menengah.
Pekerjaan ini termasuk kabel yang menghubungkan Gardu Terdekat dengan
Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP) yang ada di Power House,
menghubungkan MVMDP dan Transformator Distribusi serta seluruh peralatan-
peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
2. Panel-Panel Daya Tegangan Menengah atau Medium Voltage Main Distribution
Panel (MVMDP).
Pekerjaan ini meliputi Incoming Panel, Metering Panel (jika dinyatakan dalam
gambar & BoQ) dan Out-going Panel serta peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
3. Transformator Distribusi.
Pekerjaan ini meliputi trafo distribusi (jenis kering dengan isolasi cast resin dan
belitan tembaga) serta kelengkapan-kelengkapan lain yang dibutuhkan sesuai
persyaratan teknis, gambar perencanaan dan persyaratan keamanan lain yang
diperlukan untuk kesempurnaan sistem.
4. Sistem Pembumian Pengaman.
Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang
elektroda pengebumian dan barecopperconductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda
pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem ini.
5. Peralatan Penunjang Instalasi.
Pekerjaan ini meliputi kabel tray, sparing,trench, klem dan peralatan-peralatan
lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan Sistem Distribusi Listrik meskipun
peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan jelas di dalam
Gambar Perencanaan.

2.0. STANDAR /RUJUKAN

• Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL – 2011).


• Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP – 1983).
• International ElectrotechnicalCommision (IEC).
• VerbandDeutscherElectrotechniker (VDE).
• Japanese Industrial Standar (JIS).
• Standar Nasional Indonesia (SNI).
• BritishStandars (BS).
• Spesifikasi Teknis – Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan.

3.0. KEMAMPUAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

1. Pada keadaan normal, seluruh beban dilayani oleh sumber catu daya listrik
utama yang berasal dari Jaringan Tegangan Menengah PLN (20 kV, 3 phasa,
50 Hertz).
2. Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan, secara
otomatis sebagian kebutuhan daya dilayani oleh sumber catu daya cadangan
yang berasal dari Diesel Generating Set.
3. Pada keadaan darurat (terjadi kebakaran), secara otomatis seluruh beban
dimatikan oleh signal listrik yang dikirimkan dari sentral Sistem Pengindera
Kebakaran (FACP) kecuali daya listrik untuk mencatu beban-beban khusus
seperti Electric FirePump, Fuel Pump, danperalatan bantu evakuasi.

4.0. PERSYARATAN PERALATAN


4.1. Kabel Tegangan Menengah
4.1.1. Ketentuan Umum
1. Kabel tegangan menengah digunakan untuk menghubungkan:
a. Gardu PLN dengan MVMDP di Power House
b. Antar MVMDP yang telah dituangkan dalam gambar perencanaan
c. MVMDP dengan Transformator Daya
2. Kabel kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SNI
dan SPLN atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik
Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LMK.

4.1.2. Data Teknis


1. Jenis kabel : N2XSYGbYmulticore atau singlecore sesuai
dengan gambar perencanaan.
2. Bahan konduktor : Tembaga
3. Isolasi : XLPE
4. Tegangan nominal : 24 kV
5. Ukuran kabel : Sesuai gambar perencanaan.

4.1.3. Persyaratan Pemasangan


1. Pemasangan kabel instalasi tegangan menengah harus memenuhi
peraturan PLN dan PUIL atau peraturan lain yang diakui di negara
Republik Indonesia.
2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga
tidak akan lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.
3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari
pembelokan tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut
atau sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press,
ukuran sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit
dengan excelciortape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang
sesuai.
5. Kabel yang menghubungkan antara gardu PLN dengan MVMDP dan
antara MVMDP dengan Trafo tidak boleh ada sambungan.
6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang
sesuai dan tidak boleh melebihi strength dan stressmaximum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.
7. Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal
dan ujung akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan
'sealingendcable', sehingga bagian konduktor maupun bagian isolasi
kabel tidak rusak.
8. Kabel antara gardu pln dengan MVMDP (di Power House) dipasang
dengan cara ditanam langsung dalam tanah dan Rak Kabel (seperti
dalam Gambar Perencanaan).

4.2. Panel TeganganMenengah - MVMDP


4.2.1. Ketentuan Umum.
1. Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP) terdiri dari panel:
a. Incoming Panel, Metering panel
b. Outgoing (transformerprotection) Panel & spare
2. MVMDP yang digunakan harus memenuhi SNI dan SPLN atau
standard- standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia
serta mendapat rekomendasi dari LMKdanmempunyaisertifikat Type
Test.
3. MVMDP yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk
dipasang di daerah tropis.

4.2.2. Konstruksi Box Panel


1. Panel berupa indoor installation type dan berbentuk kubikal jenis metal
enclosed.
2. Panel harus terbuat dari plat baja dengan ketebalan untuk dinding
minimum 2 mm dan pintu minimum 3 mm, dengan rangka yang terbuat
dari besi siku atau besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan
meni tahan karat serta difinish dengan powdercoating warna abu
abu.

4.2.3. Pintu Panel, Saklar Pembumian Dan Disconnecting Switch (DS)


1. Pintu panel, saklar pembumian dan Disconnecting Switch (DS) harus
interlock sehingga :
a. Pintu panel dapat dibuka bila saklarpembumian telah menutup/ON
dan sebaliknya pintu panel bisa ditutup bila saklar pembumian telah
membuka.
b. Saklar pembumian dapat ditutup bila Disconnecting Switch (DS)
telah membuka.
c. Disconnecting Switch (DS) dapat ditutup bila Saklar pembumian
sudah terbuka. Tujuan interlockdiatas bertujuan untuk keamanan
terhadap operator dan sistem.
d. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
dikebumikan (grounding) dan busbar pembumian yang berfungsi
untuk dudukan ujung kabel pembumian.

2. Kelengkapan – kelengkapan
MVMDP dilengkapi dengan komponen-komponen panel sebagai
berikut:
a. Fuse tegangan menengah,
b. LBS dan LBS Fuse,
c. DisconnectingSwitch / Switchgear,
d. Busbar dari tembaga dengan Zincromate,
e. Saklarpembumian,
f. Terminal ukur,
g. Dudukan kabel (terminating),
h. Capasitorvoltagedivider,
i. Lampu indikator,
j. Mimic diagram,
k. Penunjuk untuk posisi saklarpembumian,
l. Singlephaseprotector.
m. Heater.

4.2.4. Persyaratan listrik


1. Komponen komponen MVMDP mempunyai persyaratan teknis sebagai
berikut:
a. Tegangan kerja nominal : 24 kV
b. Tingkat ketahanan isolasi (untuk 1 menit) : 50 kV
c. Basic InsulationLavel : 125 kV
d. Arus nominal : sesuaigambar
e. Thermalwithstand (1 detik) : 14,5 kA
f. Electrodynamicwithstand (sesaat) : 62.5 Ka

2. Busbar
a. Panel mempunyai tiga buah busbarphasa dan satu bar
atauterminal untuk pembumian yang terbuat dari tembaga dengan
ukuran masing-masing 40 x 10 mm.
b. Busbar ditempatkan pada compartement yang terpisah.
c. Busbar dipasang menggunakan isolator sehingga kokoh dan tahan
oleh gangguan mekanis akibat electrodynamicforce.

3. Load Break Switch :


a. Peralatan switching panel berupa LBS Switchgear dengan
mekanisme penutupan dan pembukaannya secara manual
kecepatan operator.
b. LBS harus interlock dengan ACB trafo di LVMDP, dimana LBS
Fuse masuk terlebih dahulu kemudian ACB (kondisi ini untuk
menghindari Arus start yang sangat besar/inrushcurrent yang dapat
mengakibatkan FuseLink putus).

4. Peralatan Ukur.
MVMDP dilengkapi dengan peralatan ukur digital yang terdiri dari:
a. Amperemeter,
b. Voltmeter,
c. kWH-meter,
d. Trafo ukur tegangan menengah.
4.3. TransformatorDaya

4.3.1. Ketentuan Umum
1. Transformator daya yang digunakan harus memenuhi IEC standar dan
SPLN atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik
Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LMK.
2. Transformator yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk
dipasang di daerah tropis.
3. Transformator yang digunakan harus dari jenis Trafo Kering dengan
bahan belitan dirancang dari jenis tembaga dengan isolasi jenis cat
resin.
4. Index Proteksi IP 20 dan dilengkapi dengan fan dan ANAF (Air Natural
Air Force).

4.3.2. Konstruksi
1. Inti besi harus kokoh sehingga dijamin tidak akan bergetar dan memiliki
rugi-rugi inti kecil.
2. Kumparan terbuat tembaga harus mempunyai ketahanan dielektrik dan
mekanik yang cukup kuat.
3. Selungkup (housing) terbuat dari pelat baja yang di cat dasar tahan
karat dan cat finish berwarna putih.
4. Bushing isolator terbuat dari porcelin.
5. Kelengkapan-kelengkapan Trafo dilengkapi dengan komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Nameplate.
b. Alat memonitor temperatur yang dihubungkan ke:
i. Alarm system,
ii. Fancontrolsystem,
iii. Trippingsystem.
c. Kuping pengangkat,
d. Tap changer,
e. Roda,
f. Terminal pengebumian.
g. Internal fan.

4.3.3. Persyaratan listrik


a. Kapasitas :
sesuaigambarperencanaandanharusmampudibebanisampai 150 %
selama 2 jam.
b. Tegangankerja nominal
 Sisi primer : 20 kV,
 Sisi sekunder : 400/230 Volt.
 Jumlah phasa :3
 Frekwensi : 50 Hz.
 Hubunganbelitan : DYn-5
 Bahan : Copper
 Pendinginan : ANAF
 Tap changer : 3 tap dengan 2,5%, 1,5% per tap
 Basic Insulation Level : 125 kV

 Applied voltage test 1 menit : 50 kV


 Efisiensi : > 98 % dalam keadaan beban
 Jenis : Oil-immersed transformer.
 Impedansi : 5%
 Insulation class : primary voltage 24 KV
 Basic Impuls voltage : primary winding 125 KV
 Test voltage for 1 minute :
 Primary Winding : 50 KV
 Isolasi : Klass A
 Kenaikantemperaturpada winding oil : max. 65º

c. Perlengkapan
Tranformator dilengkapi dengan:
 Thermometer
 RTS
 Roda
 Lifting eye
 Elastimold bushing
 Grounding

4.3.4. Persyaratan Pemasangan.


a. Trafo ditempatkan pada ruang trafo seperti terlihat dalam gambar
perencanaan.
b. Trafo dipasang pada dudukan setempat dengan perkuatan
sedemikian rupa tidak akan bergeser oleh gangguan mekanis.

4.3.5. Pengujian dan Commissioning/Testing.


1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang
dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memastikan
bahwaseluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi
semua persayaratan.
2. Peralatan, fasilitas pengujian, pengawasan pengujian dan pemeliharaan
peralatan agar tetap dalam kondisi baik, harus diadakan oleh
Kontraktor.
3. Catatan pengujian harus dibuatoleh Kontraktor dan diserahkan secara
resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah terima pekerjaan.
4. Pengujian dan uji pengoperasian akan ditentukan oleh Pengawas
Lapangan.
5. Seluruh peralatan harus lulus uji fungsional dan ujielektris

6. Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah dipasang harus lulus uji


tahanan isolasi. Tahanan isolasinya dari semua bagian yang tidak
diketanahkan baik antara hantaran maupun antara hantaran dan tanah,
prosedur sesuai ketentuan yang berlaku di PUIL, IEC maupun VDE
sesuai yang disepakati bersama
7. Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah dipasang harus lulus uji
kontiunitas.
8. Dalam masa pemeliharaan pekerjaan system elektrikal ini, kontraktor
wajib mengatasi segalakerusakan dan kekurangan.
9. Kontraktor bertanggung – jawab mengganti setiap
peralatan/perlengkapan yang rusak sampai pada saat pemeriksaan
terakhir dan penyerahan kepada Pengawas Lapangan.
10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Lapangan semua
buku asli petunjuk/manual pemeliharaan dan cara pengoperasiannya
dalam bahasa Inggris dan Indonesia, yang selanjutnya akan diteruskan
kepada Pemilik Proyek.

5.0. SPESIFIKASI PERALATAN

JENIS
NO SPESIFIKASI SINGKAT MERK
MATERIAL

1. Transformator Kapasitas : Sesuaigambar Schneider,


Step Down Type : Step Up Siemens,
Dry Type – Cast Resin Bambang
Cu Foil / Sheet Djaya (B&D)
: Winding
Rangkaian : c/w Fan
: Dyn 5
Tegangan 380-400 V / 20 kV
: 50 Hz
Frekwensi
Housing Cover IP
20&Fan
Accessories

2. Panel TM 20 KV Incoming : V.C.B Schneider


ABB
Outgoing : V.C.B / LBS Fuse Siemens

Type : Air Insulated


- Breaking Capacity : 16KA – 3 detik

3. Kabel MV Multi core N2XSYGbY 120 mm2 Kabelindo


Kabelmetal
Single core N2XSYGbY 120 mm2 Supreme
SPESIFIKASI TEKNIS
16.3

GENERATOR SET

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada
spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan
atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang di persyaratkan pada
pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan
tambahan biaya.

Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:


a. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan sistem diesel electric generating set
beserta panel kontrol secara lengkap berikut segala sesuatu/kelengkapan yang
diperlukan (alat bantu) untuk dapat mengoperasikan mesin tersebut.
b. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan sistem penyediaan bahan bakar secara
lengkap berikut pemipaan, pompa pemindah bahan bakar dari storage tank ke
daily tank dan panel start stopnya termasuk struktur/rangka penyangga tangki.
c. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan system exhaust/knalpot, exhaust
radiator beserta sistem peredaman noisenya, (Muffler dan Silencer/Attenuator).
d. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan Sistem Peredam Getaran pada sistem
pondasi Genset maupun penggantung peralatan (pipa knalpot, Silencer dan
sebagainya).
e. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan Sistem Peredam Suara untuk pada
Ruang Genset.
f. Melakukan pekerjaan Sipil yang diperlukan, seperti pembobokan, grouting dan
sebagainya, sesuai dengan kebutuhan.
g. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan Panel-panel kontrol generator yang
berfungsi ;
1) Menghidupkan diesel secara otomatis jika sumber dari PLN mengalami
gangguan (mati).
2) Memindahkan beban listrik dari PLN ke genset dan sebaliknya secara
otomatis maupun secara manual.
3) Paraleling genset dan pembagian beban (Load sharing) secara otomatis,
pada saat pemindahan beban dari genset yang satu kesatunya lagi tanpa
melepaskan beban.
4) Mengembalikan pasokan daya dari layanan Genset ke layanan PLN,
bilamana layanan dari PLN sudah dinyatakan kembali normal.
5) Mengatur/scheduling operasi masing-masing genset.
h. Peralatan pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem,
meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di
dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis.
i. Pekerjaan testing dan commissioning sistem catu daya cadangan secara
lengkap termasuk pengujian kebocoran, pengujian tekanan, start-up, pengujian
pembebanan dan pengujian sistem pemindahan beban dan sistem kontrol
operasi.
j. Melatih tenaga operator dan maintenance dari Pemilik Bangunan serta
menyerahkan brosur Maintenance & Operation Manual.
k. Melaksanakan Supervisi Pengoperasian Sistem dan melaksanakan
Pemeliharaan.

2.0. URAIAN LINGKUP PEKERJAAN

a. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan Diesel Generator Set sesuai dengan


gambar perencana.

Pengadaan dan pemasangan diesel genset lengkap dengan :


1) Electronic Governor
2) Digital Automatic Voltage Regulator
3) Peralatan pengaman dan control (Engine Control)
4) Spring absorber/ Vibration isolator
5) Sistem pelumas mesin lengkap Pompa circulasi pelumas (prelube oil pump).
6) Radiator lengkap
7) Residential Silencer
8) System starting.
9) Alat kontrol
10) Dan lain-lain sesuai gambar perencanaan dan standard pabrik.

b. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan peralatan utama system dan peralatan


bantu untuk Generatorset dengan bahan bakar Gas mapun untuk Generatorset
Diesel.

c. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan peralatan utama cooling system untuk


Generatorset dengan bahan bakar Gas mapun untuk Generatorset Diesel

d. Pengadaan dan pemasangan peralatan Pemipaan :

1) Pipa Silencer termasuk fleksible pipe dan isolasi panas.


2) Sistim pendinginan radiator dan isolasi panas pipa-pipa,fleksible duct.
3) Sistim bahan bakar lengkap dengan fitting terminal pengisi.
4) Dan lain-lain sesuai gambar perencanaan dan standard pemasangan pabrik.

e. Pengadaan dan Pemasangan Local Cotrol Panel (LCP) yang terdiri dari
peralatan/modul AMF, Automatic Synchronizing, Load Sharing/Watt Matric
Program dan interkoneksi dengan BAS melalui Mod-Bus protokol.

f. Pengadaan dan Pemasangan semua peralatan sinkronisasi dengan sumber PLN


pada sisi tegangan 20 KV (Medium Voltage Synchronizing, Back/Forward
Synchronizing) dengan batasan-batasan (sesuai dengan pasal 8.12.3.B) sebagai
berikut :
1) Daya dari genset harus diproteksi agar tidak dapat mensupply kejaringan PLN
2) Apabila kondisi sumber daya dari PLN mengalami gangguan :
a) Tegangan lebih besar 10% dari 20 KV
b) Tegangan kurang 10% dari 20 KV
c) Frekuensi lebih besar 10% dari 50 Hz
d) Frekuensi kurangr 10% dari 50 Hz
maka peralatan kontrol harus melepaskan sistim jaringan PLN dan segera
menstart seluruh Diesel generatorset
Apabila kondisi sumber daya dari PLN telah mengalami recovery maka sistim
segera melakukan sikronisasi kembali dengan jaringan Generatorset.

g. Peralatan Pelengkap dan bantu untuk seluruh Diesel Genset


1) Pompa Bahan Bakar
2) Fuel transfer tank dan Fuel storage tank lengkap crankcase vent pipe.

h. Battery dan automatic battery charger.


1) Rangka penyangga transfer tank dan radiator
2) Penyangga atau penggantung silencer dan sistem gas buang lengkap dengan
peredam getaran.
3) Penyangga radiator dan fan radiator
4) Klem besi, mur, baut, cheker plate untuk pipa radiator pipa bahan bakar dan
lain-lain.
5) Pengecatan
6) Angkur
7) Meteran pengukur,cruckas,peredam suara ditelinga, torque meter.
8) Dan lain-lain sesuai gambar perencanaan dan standard pemasangan pabrik.

i. Pengadaan dan pemasangan instalasi peredam suara pelapis ruangan (Rockwool


100kg/cm2 atau Glasswool 40kg/m2) serta instalasi peredam suara pada shaft
exhaust (Discharge Attenuator) dan fresh air intake (Intake Attenuator).

j. Pengadaan dan Pemasangan feeder TEGANGAN RENDAH dan kabel kontrol untuk
seluruh peralatan Diesel Genset dari genset dari Output Generator dan
“connection” ke sisi incoming LVMDP termasuk sistem pentanahannya.

k. Mengajukan penawaran kontrak Service pertahun, lengkap dengan harga satuan


suku cadang standar yang secara periodic memerlukan penggantian sesuai
dengan standar pabrik, untuk periode 250 jam, 500 Jam, 1000 jam, 5000 jam dan
10000 jam.

l. Pengadaan dan pemasangan Peralatan Kontrol dan Peralatan Ukur bukan bawaan
genset namun terdapat dalam gambar perencanaan sebagai pendukung
beroperasinya Power system sesuai dengan pasal 8.11 dan 8.12.

m. Pengadaan dan pemasangan kabel feeder Tegangan Rendah (sesuai gambar)


lengkap dengan sealing end.

n. Mengadakan dan memasang peralatan pendukung lainnya :


1) instalasi pentanahan.
2) rack kabel dan cable ladder.
3) Cincin pengangkat-Besi Plat sebagai pengikat trafo supaya tidak bergerak.
4) Pondasi dan angkur
5) Roda dan base plat profil “I” tepat pada roda.
6) Dan lain-lain sesuai gambar perencanaan dan standard pemasangan pabrik.

o. Melaksanakan pengetesan tersambung ke pasokan dari PLN dan menyerahkan


sertifikat hasil pengetesan.

p. Melaksanakan supervisi dan pemeliharaan secara berkala selama masa


pemeliharaan sesuai kontrak.
q. Untuk kesempurnaan pekerjaan, Kontraktor wajib memperbaiki atau menambah
peralatan, bila diperlukan untuk kelengkapan dan keandalan sistem, walupun tidak
tergambar atau disebutkan tertulis pada spesifikasi tanpa menambah biaya.

r. Melaksanakan pemeliharaan dan memberikan jaminan terhadap instalasi dan


peralatan terpasang sesuai pasal 6 dengan menyerahkan surat pernyataan
jaminan instalasi listrik dari instasi yang terkait dan juga dari pabrik pembuat.

s. Menyerahkan buku Panduan Operasional dan Pemeliharaan (Operation &


Maintenance Manual) dalam bahasa Indonesia (lampiran berupa Brosur
diperbolehkan dalam bahasa Inggris).

1) Brosur-brosur yang dikeluarkan pabrik pembuat peralatan tidak dapat


dianggap petunjuk kerja dan petunjuk pemeliharaan, tetapi harus dilampirkan
sebagai pelengkap.

2) Buku petunjuk sistem kerja instalasi dan petunjuk pemeliharaan harus


disusun sedemikian, sehingga mudah dipelajari dan bersampul kertas tebal
dengan muka depan tertulis dengan jelas jenis instalasi yang bersangkutan,
dan tertulis dalam BAHASA INDONESIA.

3) Buku petunjuk tersebut harus memuat :

a) Uraian secara umum dari sistem dan peralatan instalasi.


b) Sistem kerja dari setiap bagian instalasi.
c) Cara menjalankan/mematikan setiap peralatan, serta mengatasi
kerusakan-kerusakan kecil yang mungkin timbul.
d) Petunjuk pemeliharaan dari sistem instalasi dan semua peralatan, yang
memuat tugas pemeriksaan secara umum, semua pemeliharaan berkala,
tabel pelumasan dan daftar suku cadang.
e) Tabel peralatan yang memuat jumlah unit, lokasi, pabrik asal, tipe, tahun
pembuatan, nama dan alamat perusahaan yang menjadi agen di
Indonesia.
f) Literatur dari pabrik tentang peralatan yang terpasang.
g) Tidak diperkenankan melampirkan data dan literatur dari peralatan yang
tidak ada sangkut pautnya dengan peralatan yang terpasang.

4) Buku petunjuk sistem kerja instalasi harus disetujui oleh Perencana

t. Setelah selesai pemasangan seluruh sistem instalasi dan setelah selesai


pelaksanaan pengujian, Kontraktor harus menempatkan tenaga terdidik dan ahli
dalam mengoperasikan serta memelihara seluruh sistem perlengkapan instalasi
yang dilaksanakan.

u. Memberi pelatihan kepada operator Pemilik bangunan (orang-orang yang ditunjuk


Pemilik Bangunan) selama 28 hari kerja dan dilengkapi dengan berita acara
training. Buku panduan yang dipergunakan dalam pelatihan adalah buku panduan
sesuai item diatas.

v. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk mengoperasikan seluruh peralatan


dan sistem instalasi yang dilaksanakan, sampai orang yang ditunjuk Pemilik
Bangunan tersebut benar-benar mahir (dalam kurun waktu yang telah ditentukan)
dan sanggup menggantikannya.
w. Melaksanakan dan mengurus perizinan yang terkait, dengan cara melakukan
segala proses perizinan sesuai dengan item pekerjaan dalam rangka sebagai
persyaratan untuk mendapatkan “surat IPB (Ijin Penggunaan Bangunan)”. Semua
biaya yang terkait kepada proses pengurusan perizinan tersebut adalah
tanggungan kontraktor.

x. Menyerahkan 4 set gambar “As Built Drawing” dan 1 set transparent termasuk soft
file. Serta menyerahkan Spare part dan consumable spare part Generatorset untuk
1 (satu) tahun

3.0. URAIAN SYARAT-SYARAT PEKERJAAN

a. Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan tentang spesifikasi bahan dan cara
pemasangan pekerjaan Instalasi dan peralatan seperti tercantum dalam pasal-
pasal, lampiran-lampiran dan gambar-gambar sehingga sistem dapat beroperasi
secara baik dan sempurna.

b. Setiap lembar spesifikasi ini harus diparaf dan dicap/stempel serta dilampirkan
dalam penawaran sebagai bentuk konfirmasi bahwa peserta tender (kontraktor)
telah mengerti dan memahami dengan baik semua uraian dan hal yang
dipersyaratkan dalam buku spesifikasi ini, dan juga untuk menunjukkan bahwa
penawaran sudah mengikuti semua uraian dan syarat-syarat dalam buku
spesifikasi ini.

c. Maksud dari spesifikasi dan gambar-gambar lampirannya adalah untuk


memintakan suatu pekerjaan lengkap, telah dites dan siap untuk bekerja dengan
sempurna.

d. Pekerjaan tersebut harus meliputi pengadaan material, tenaga, equipment,


perlengkapan pembantu dan semua pekerjaan yang perlu untuk pemasangan
secara sempurna sehingga menjamin bekerjanya sistem instalasi yang diuraikan
dalam spesifikasi ini.

e. Bila suatu pernyataan diulang kembali pada spesifikasi dan/atau gambar, hal ini
adalah untuk menuntut perhatian yang lebih dan bukan berarti bahwa bagian lain
yang tidak dinyatakan ulang merupakan hal yang kurang penting.

f. Setiap material, equipment, peralatan dan perlengkapan yang tidak tampak pada
gambar, tetapi dijelaskan pada spesifikasi, atau sebaliknya, atau setiap
perlengkapan, material, peralatan yang diperlukan dalam melengkapi
penyelesaian pekerjaan ini sampai siap bekerja, meskipun tidak dijelaskan dalam
spesifikasi, harus disediakan dan dipasang oleh Kontraktor yang bersangkutan
sebagai bagian dari pekerjaannya.

g. Semua equipment, perlengkapan, peralatan atau material yang terpasang harus


sesuai dengan persyaratan yang ada pada spesifikasi dan gambar rencana,
harus dalam keadaan baru dan dari mutu yang terbaik, serta harus datang di
proyek dengan etiket yang menunjukkan merek dari pabrik yang
memproduksinya.

h. Bila hal itu perlu untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistim pemasangan atau
kerja atau lazim terdapat dalam praktek, agar system dapat berjalan
sebagaimana mestinya maka hal itu menjadi kewajiban Kontraktor untuk
melengkapinya sesuai dengan lingkup pekerjaan pasal 7.
i. Pemberitahuan Waktu-waktu Kritis
Kontraktor diharuskan memberitahukan saat-saat pemasangan yang kritis
kepada Management Konstruksi misalnya: saat pemasangan sleeve, pemasukan
dan penempatan genset dari luar sampai ke pondasi, bagaimana rute yang akan
ditempuh, kecukupan dari segi ruang dan kekuatan struktur, alat-alat bantu yang
akan dipasang, schedule dengan urutan kerja dan sebagainya.

j. Adanya Penggunaan bahasa asing pada sebagian spesifikasi disebabkan belum


adanya padanan kata yang tepat, dan juga untuk menghindari penyimpangan
maksud dan tujuan, serta menghindari persepsi yang berbeda.

k. Pada saat pengajuan penawaran, kontraktor wajib melampirkan konfirmasi


design terhadap semua system dan peralatan. Konfirmasi berupa gambar
usulan yang diartikan sebagai pernyataan kesanggupan/kesesuaian system atau
peralatan yang ditawarkan terhadap system atau peralatan yang dipersyaratkan
dalam dokumen perencanaan, termasuk dalam konfirmasi design adalah daftar
penyimpangan (deviasion list) jika ada. Konfirmasi design harus mendapat
dukungan dari agen tunggal peralatan. Kontraktor dapat mengajukan surat
dukungan lebih dari satu merek peralatan.

l. Pada saat pengajuan penawaran, kontraktor wajib melampirkan :

1) Surat rekomendasi dari agen tunggal di Indonesia untuk peralatan utama


“komponen panel utama”

2) Kesanggupan dari pihak pabrik pembuat peralatan utama untuk


mengeluarkan surat dukungan sebagai lampiran surat jaminan yang akan
dikeluarkan oleh pihak agen tunggal, sesuai dengan butir-butir diatas.
3) Apabila diperlukan suatu peralatan tambahan yang berbeda merek tapi
merupakan bagian dari sistem secara keseluruhan, maka kontraktor harus
mengajukan surat dukungan dari pabrik peralatan utama yang menyatakan
bahwa merek peralatan tambahan tersebut akan “compatible” dengan
peralatan utama yang diproduksinya.

4) Harus mengajukan semua pekerjaan yang diperlukan oleh Kontraktor dan


yang didalam spesifikasi ini dinyatakan akan dikerjakan oleh Kontraktor, tapi
belum dinyatakan dalam gambar.

5) Kesanggupan dari pihak pabrik peralatan utama untuk melakukan presentasi


sebelum diambil keputusan dalam persetujuan material.

6) Menginformasikan proyek yang setara yang pernah dikerjakan. Setara dalam


hal kapasitas, kemampuan, dan jenis fasilitas yang ada pada peralatan
utama.

7) Mengajukan usulan gambar teknis untuk pemasangan yang dibuat oleh


pabrik atau studio Kontraktor, yang memuat denah, potongan dan detail serta
ukuran yang jelas untuk keperluan pemasangan nantinya, sesuai dengan
peralatan utama dan peralatan bantu serta peralatan perlengkapan lainnya.
Semua usulan teknis dimaksudkan untuk melengkapi gambar tender yang
menunjukkan semua peralatan utama beserta kelengkapan peralatan bantu
yang diperlukan yang belum terlihat pada gambar tender, dengan
persyaratan sebagai berikut ;
a) Kontraktor diharuskan meneliti semua dimensi-dimensi dan
menyesuaikan dengan standart pemasangan sesuai peraturan di
Indonesia, Internasional maupun persyaratan dari pabrikan peralatan
utama.

b) Apabila ada perbedaan antara peralatan yang akan diajukan dengan


peralatan yang ditunjukan dalam gambar rencana , maka data-data dan
usul-usul harus diajukan dalam penawaran tentang apa yang perlu
dirubah atau diatur kembali agar supaya semua intalasi dan peralatan
dalam sistim dapat ditempatkan dan bekerja sebaik-baiknya.

c) Kontraktor bertanggung jawab atas kelengkapan gambar-gambar, ukuran


dan cara pelaksanaan, sehubungan dengan pekerjaan tersebut. Semua
gambar-gambar harus memenuhi selayaknya sebagai gambar kerja
seperti yang disyaratkan pada spesifikasi ini.

d) Bila Kontraktor tidak dapat memberikan data-data tersebut, atau apabila


kontraktor salah memberikan data-data tersebut, maka pada saat
pelaksanaan kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap tambahan
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kelalaian tersebut.

e) Gambar usulan tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa Kontraktor


telah menerima semua informasi data yang diperlukan, serta telah
mengerti dan paham dengan baik semua diagram kontrol, diagram listrik
dan semua yang tergambar dalam gambar rencana, dan telah menyetujui
serta beritikad untuk melaksanakan pekerjaannya dengan hasil terbaik.

4.0. PERSYARATAN KONTRAKTOR GENSET

a. Syarat – syarat Kontraktor

1) Memegang keagenan dari merk yang ditawarkan dengan menunjukan


surat keagenan/ kerjasama.

2) Harus mempunyai SIKA-PLN golongan-C yang masih berlaku atau


bekerja sama dengan pemegang SIKA-PLN.

3) Kontraktor maupun sub-kontraktor harus mempunyai sertifikat dari


institusi yang diakui sesuai dengan item pekerjaan masing-masing.

b. Tanggung Jawab Kontraktor

1) Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tugas-


tugas yang tercantum didalam kontrak, sehingga menghasilkan sistem
instalasi yang diminta oleh Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, beserta
gambar-gambar lampirannya.

2) Apabila terjadi suatu keganjilan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat


ataupun gambar, dimana menurut pendapat Kontraktor tidak sesuai
dengan tanggung jawab serta jaminannya, maka Kontraktor wajib
memintakan perhatian dan mengajukan persoalannya pada saat
pelelangan.

3) Rencana Kerja & Syarat-syarat dan Gambar-gambar rencana harus


digunakan secara bersama-sama dan menjadi satu kesatuan.

4) Segala sesuatu yang tidak dijelaskan baik pada gambar maupun pada
spesifikasi, tetapi sangat diperlukan untuk melengkapi instalasi yang
dimintakan agar dapat bekerja dengan sempurna, harus disediakan dan
termasuk dalam kontrak dan disesuaikan dengan pasal 1.11

c. Hubungan Kerja Kontraktor

1) Koordinasi Kerja dengan Kontraktor-kontraktor lain

a) Kontraktor harus berkonsultasi dengan MK tentang rencana kerja dan


detail kegiatannya, sehingga semua kontraktor dapat membuat
jadwal rencana kerja penyelesaian proyek secara keseluruhan.

b) Kontraktor bangunan sesuai dengan kontraknya dengan Pemilik


Bangunan dan bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan
pelaksanaan proyek dan Kontraktor bertanggung jawab atas
pengawasan yang ketat terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaannya,
sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek ini secara
keseluruhan pada waktu yang ditetapkan.

c) Setiap Kontraktor harus dapat bekerja sama dengan lain kontraktor


dalam melaksanakan kegiatannya, dan tidak menghalang-halangi
serta mengganggu kegiatan kontraktor lain.

d) Setiap Kontraktor hendaknya berkonsultasi dengan Kontraktor lain


dibawah koordinasi MK untuk mencegah timbulnya pertentangan,
perbedaan atau perselisihan pendapat dalam melaksanakan kegiatan,
sehingga terjalin koordinasi kerja sebaik-baiknya.

e) Kontraktor harus memberitahukan secepatnya kepada MK apabila


mengalami suatu kesulitan dalam pelaksanaannya, atau
memperkirakan akan timbul kesulitan didalam pelaksanaan
dikemudian hari, baik yang menyangkut dengan kegiatannya ataupun
yang menyangkut dengan kegiatan Kontraktor lain.

2) Kegiatan pekerjaan Kontraktor yang berhubungan dengan konstruksi


bangunan.
a) Semua pekerjaan yang diperlukan oleh Kontraktor dan yang didalam
spesifikasi ini dinyatakan akan dikerjakan oleh Kontraktor lain, seperti
misalnya pembuatan shaft, bukaan pada dinding beton, parit dan lain-
lain harus secepatnya diberitahukan kepada MK.

b) Kontraktor bertanggung jawab atas kelengkapan gambar-gambar,


ukuran dan cara pelaksanaan, sehubungan dengan pekerjaan
tersebut. Semua gambar-gambar harus memenuhi sebagai gambar
kerja seperti yang disyaratkan pada spesifikasi ini.

c) Bila Kontraktor tidak dapat memberikan data-data tersebut tepat pada


waktunya sesuai dengan jadwal kerja pelaksanaan proyek, atau
apabila Kontraktor salah memberikan data-data tersebut, maka
Kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap tambahan biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kelalaian tersebut.

d) Kontraktor wajib mengawasi pelaksanaan sesuai dengan lingkup


pekerjaan dan secepatnya memberitahukan kepada Managemen
Konstruksi apabila terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Setiap
selesainya pelaksanaan suatu tahap pekerjaan Kontraktor harus
memberitahukan Managemen Konstruksi bahwa pelaksanaan
pekerjaan tersebut telah sesuai dengan permintaannya.

e) Kontraktor harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan MK apabila


hendak melakukan sesuatu pekerjaan yang secara langsung
berhubungan dengan konstruksi bangunan.

3) Penyampaian Informasi

a) Semua dokumen dan korespondensi harus disampaikan melalui MK.


b) Informasi akan disampaikan kembali kepada Kontraktor melalui MK.
c) MK dan Konsultan Perencana akan segera melakukan tindakan yang
diperlukan untuk melanjutkan atau menyelesaikan permintaan-
permintaan Kontraktor dan akan memberikan tanggapannya.

5.0. URAIAN GAMBAR, PERATURAN DAN STANDAR

a. Gambar-gambar Detail dan Ukuran Dalam Gambar

1) Detail-detail kecil yang diperlukan tidak semuanya digambar atau ditulis dalam
spesifikasi teknis.
2) Ukuran panjang, lebar, tinggi dan elevasi dari mesin atau peralatan lainnya
yang tercantum dalam gambar, adalah ukuran yang didapat dari data-data lain
seperti gambar arsitektur, struktur atau brosur-brosur, Kontraktor wajib
menyesuaikan dengan standard pabrik yang dimiliki.

b. Gambar dan Spesifikasi Teknis

1) Apabila suatu penjelasan atau spesifikasi tidak terdapat dalam gambar tetapi
terdapat dalam spesifikasi teknis, atau sebaliknya terdapat dalam spesifikasi
teknis tetapi tidak terdapat dalam gambar maka keterangan yang manapun
berlaku.
2) Apabila terdapat pertentangan antara keduanya diambil nilai yang lebih
tinggi,lebih lengkap dan lain-lain yang bersifat lebih baik secara kuantitas
maupun kualitas (apabila perlu dikonfirmasikan dengan Perencana).

3) Perubahan terhadap spesifikasi material harus mendapat persetujuan dari


konsultan perencana. Pengajuan perubahan material maksimum 4 (empat)
minggu sebelum jadwal persetujuan atau 4 (empat) minggu sebelum jadwal
pengajuan gambar kerja/shop drawing.

4) Keterlambatan pengajuan material/shop drawing/schematic diagram sesuai


dengan yang telah ditentukan dalam spesifikasi/RKS ini adalah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor, dan kontraktor tidak berhak untuk
mendapatkan penambahan/pengunduran jadwal.
5) Penolakan lebih dari satu kali atas material/shop drawing/schematic diagram
yang tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi/RKS ini adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor, dan kontraktor tidak berhak
untuk mendapatkan penambahan/pengunduran jadwal.

c. Peraturan dan Standar


Dalam melaksanakan pekerjaan ini Kontraktor harus mengikuti dan mematuhi
semua peraturan dan standar yang ada antara lain :

1) SNI 04-0225-2011 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun


2011. (serta penyesuaian terhadap “amandemen” yang dikeluarkan secara
berkala oleh tim penyusun PUIL): Tata cara pengkabelan, pentanahan
pemutusan arus.

2) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum ; Kep Men PU No.441 Tahun 1998 :


Persyaratan Teknis bangunan gedung.

3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang Keselamatan Kerja :


- Peraturan Menteri tenaga Kerja No. 2/KPTS/1985
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. SKBI - 3.4.53 - 1987
- Peraturan Depnaker No. 17 tahun 1980
- Peraturan Depnaker No. PER-02/Ddp/1983

4) The Protection of Structure Against Lightning, British Standar Institution 1990.

5) DIN 57185 dan VDE 0185 : Lightning Protection System 1991.

6) Standarisasi ISO-8528-1 dan ISO-8528-5 untuk material utama Generator Set

7) Persyaratan Pabrik dll.

8) Dokumen Perencanaan yang terdiri dari :


- Gambar-gambar rencana
- Syarat-syarat umum
- Spesifikasi Teknis
- Berita-berita Acara

9) Peraturan PEMDA setempat.

10) NFPA No. 70

11) NFPA No. 110

12) NFPA No. 101

13) Peraturan dan Standar Internasional yang dikenal secara umum seperti :

- VDE (Verband Deutscher Elektrotechniker)


- IEC (International Electrotechnical Commission)
- BS (British Standard)
- JIS (Japanese Industrial Standard)
- NEMA (National Electrical Manufacturers Association)

14) Peraturan dan Standar lokal (Indonesia) akan diprioritaskan penggunaannya


dalam perencanaan dan pelaksanaan.
6.0. SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN & PERALATAN INSTALASI GENSET
a. Kabel listrik Tegangan Rendah

1) Type NYA
- Standard : PLN / LMK dan SII
- Konstruksi : Annealed copper stranded
- Diameter : sesuai kebutuhan minimal 2,5 mm2.
- Jumlah core : Satu (single)
- Kelas tegangan : 1000 Volt dan 600/1000 Volt
- Isolasi : PVC and sheathed
- Produksi : Lihat Daftar Material

2) Type NYY
- Standard : PLN / LMK dan SII
- Konstruksi : Annealed copper stranded
- Diameter : sesuai kebutuhan
- Jumlah core : Satu (single) atau banyak (multi)
- Kelas tegangan : 1000 Volt dan 600/1000 Volt
- Isolasi : PVC and sheathed
- Produksi : Lihat Daftar Material

3) Type NYFGbY
- Standard : PLN / LMK dan SII
- Konstruksi : Annealed copper stranded
- Armour : Flat steel wire and tape
- Diameter : sesuai kebutuhan
- Jumlah core : Satu (single) atau banyak (multi)
- Kelas tegangan : 1000 Volt dan 600/1000 Volt
- Isolasi : PVC and sheathed
- Produksi : Lihat Daftar Material

4) Type Bare Conductor (BC)


- Standard : PLN / LMK dan SII
- Konstruksi : Annealed copper solid atau stranded
- Diameter : sesuai kebutuhan
- Produksi : Lihat Daftar Material
5) Copper rod untuk Pentanahan
- Konstruksi : Round solid Copper
- Diameter : 1” φ dengan kemurnian 90%
- Produksi : Local product

6) Type Fire Resistance Cable (Mineral - Insulation)


- Standard : IEC , NFPA
- Konstruksi : Copper with mineral Protection
(mineral Insulation Copper Cable)
- Diameter : sesuai kebutuhan minimal 2,5 mm2.
- Jumlah core : Satu (single) atau multi core
- Kelas tegangan : 1000 Volt dan 600/1000 Volt
- Isolasi : mineral
- Produksi : Lihat Daftar Material

7) Merek Kabel harus seragam untuk pemasangan dalam satu sistim 3-phase atau
1-Phase.
8) Merek Kabel harus seragam untuk pemasangan dalam satu deretan panel listrik
(beberapa panel yang tergabung tanpa pemisah satu sama lainnya).

9) Merek Kabel harus seragam untuk pemasangan dalam satu panel listrik.

Pemasangan

1) Seluruh ujung kabel harus diberi sepatu kabel. Bahan sepatu kabel ialah
tembaga.

2) Sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus menggunakan alat press
hidraulic yang kemudian disolder dengan timah pateri.

3) Kabel feeder didalam ruang terpasang rapih pada rak kabel atau trench tanpa
dilindungi pipa. Kabel feeder yang dipasang didalam trench harus
mempergunakan support dari besi siku tiap 50 cm.

4) Pada kedua ujung kabel harus diberi tanda yang jelas dan tidak mudah lepas,
untuk meng-identifikasi arah beban.

5) Kabel feeder didalam shaft terpasang rapih pada rak kabel tanpa dilindungi pipa.

6) Setiap belokan kabel harus diperhatikan radiusnya yang minimal R = 40 D,


dimana D adalah diameter kabel tersebut.

7) Semua kabel yang masuk kedalam panel harus menggunakan kabel gland dan
bahannya harus sesuai dengan type kabel

8) Setiap ujung kabel yang akan diconnect pada, panel atau peralatan harus diberi
kelebihan panjang secukupnya untuk menghindari kemungkinan penggeseran
alat-alat tsb.

9) Identifikasi warna (colour coding) untuk kebel harus sesuai standard (PUIL).

Pengujian
Pengujian semua kabel feeder harus ditest tegangan dan tahanan isolasi yang
memenuhi persyaratan PLN/LMK.

a. Pipa Galvanis
Pipa galvanis dan fitting untuk instalasi atau sparing dibawah lantai, diluar
bangunan/ tanah, dan ruang-ruang yang mempunyai tekanan mekanis seperti
ruang trafo, ruang pompa, ruang diesel genset dan lain-lain :

1) Spesifikasi Material
a) Pipa galvanized digunakan kelas medium jenis bulat dengan luas
penampang 2.5 kali penampang luar kabel dan minimal φ 20 mm.
b) Semua pipa galvanis ini harus dilindungi dengan lapisan anti karat.

2) Pemasangan
a) Dihalaman instalasi terpasang minimal 80 centimeter dari permukaan.
b) Pipa diletakan pada lapisan pasir setebal 10 cm pada bagian bawah dan
atas pipa dan diberi pelindung batu beton diatasnya.
c) Diruang Pompa, Trafo dan Diesel genset apabila instalasi terpasang
"surfacemounted" maka harus terpasang dengan teratur rapih didinding
atau diklem pada rak kabel.
d) Untuk sleeve/sparing didalam bangunan : lubang antara pipa dengan
kabel dicor/diisi dengan bahan (Multi Cable Transit) yang sifatnya
menahan Air, Asap dan api dengan fire rating ± 2 (dua) jam.

3) Produksi (Pipa GIP) : Lihat Daftar Material


4) Produksi (Multi Cable Transit) : Lihat Daftar Material

b. Pipa UPVC
Pipa UPVC dan fitting untuk instalasi didalam bangunan dan diluar bangunan/
tanah yang tidak terdapat tekanan mekanis :
Spesifikasi Material
Pipa UPVC jenis high impact dengan luas penampang 2.5 kali luas penampang
luar kabel dan minimal φ 20 mm.

Conduit
- Type : Unplastisized Polyvinyl Chloride (UPVC) conduit
- Ukuran : minimum ¾” φ
- Produksi : Lihat daftar material

Flexible conduit
- Type : Unplastisized Polyvinyl Chloride (UPVC) conduit
- Ukuran : minimum ¾” φ
- Produksi : Lihat daftar material

Conduit accessories
- Coupling, elbow, bushing, boxes dan lain lain
- Material sesuai dengan material pipa
- Ukuran disesuaikan

accessories lainnya
- Hanger :
- Ramset atau Fischer plug
- Hanger, steel plate, steel bar atau steel frame dilengkapi dengan anti
karat serta di finish dengan di cat.
- PVC clamp and steel plate clamp complete with bolt and nuts.

c. Cable rack
1) Material
Dari bahan Galvanized steel dengan ketebalan minimum 2.0 mm

-Ukuran : sesuai dengan gambar perencanaan


-Produksi : Lihat daftar material

2) Pemasangan

a) Dihalaman instalasi terpasang minimal 80 cm dibawah permukaan.


b) Pipa diletakan pada lapisan pasir setebal 10 cm pada bagian bawah
dan atas pipa dan diberi pelindung batu beton diatasnya.

c) Pada daerah langit-langit dengan plafond instalasi satu atau dua


jalur diletakan pada rack atau diklem langsung ke pelat beton.Untuk
instalasi lebih dari dua jalur diletakan pada rack-cable.

d) Pada daerah langit-langit tanpa plafond terpasang dengan di klem ke


plat atap atau diletakan pada rak atau hanger cable yang digantung
ke plat.

e) Dibawah plafond atau langit-langit instalasi terpasang


recessedmounted kekolom, tembok atau didalam partisi.

f) Kelos kayu kamper harus terpasang kokoh dan rata/rapi ke pelat


beton.

d. Rak Kabel dan Hanger

1) Spesifikasi Material

a) Material Hanger
- Bahan besi pelat atau siku yang diklem setiap jarak 100 cm
- Gantungan ke plat beton dengan ikatan ramset atau
fischerplug
- Besi pelat dan muur baut
- Semua bahan besi harus di ”Hot dipped galvanize”

b) Rak Kabel

- Kabel ladder lengkap dengan alat Bantu atau accessories.


- Bahan galvanis sheet steel dengan bentuk sesuai gambar
dengan ketebalan 2.0 mm.
- Ukuran lebar disesuaikan dengan gambar atau sesuai
kebutuhan
- Gantungan ke plat atap atau pemegang ke dinding untuk
setiap 100 cm dengan besi beton 10 mm dan besi siku.
- Semua bahan besi harus dianti karat ”Hot dipped galvanize”
2) Pemasangan

- Pemasangan angkur harus dikerjakan sebelum pengecoran dan


diikat ke besi beton.
- Dapat juga dilakukan dengan tembakan ramset atau fischerplug.
- Ramset atau fischerplug harus terpasang ke pelat beton dengan
kokoh.
- Rak kabel bersama penggantung di muurbaut ke ankur.
- Hanger besi pelat atau besi beton dimurbaut atau dilas ke ramset
atau fischerplug.
- Kemudian instalasi diklem ke rack kabel.

3) Penggunaan:

- Untuk kabel dengan diameter < 50 mm2 : menggunakan kabel Tray


-
- Untuk kabel dengan diameter ≥ 50 mm2 : menggunakan kabel
Ladder

e. Gali Urug

1) Kontraktor harus menggali dengan kedalaman dan besar yang sesuai


spesifikasi yang diminta.

2) Bilamana ada tabrakan dengan pipa, saluran got atau lainnya, harus dibuat
gambar detail dan cara penyelesaian yang baik untuk semua pihak dengan
mendapat persetujuan dari Managemen Konstruksi Lapangan.

3) Biaya yang timbul karena kelalaian/ kesalahan Kontraktor harus menjadi


tanggung jawab Kontraktor bersangkutan.

4) Setelah selesai pemasangan kabel, galian harus diurug kembali dengan sirtu
sampai padat.

5) Keterlambatan penggalian sehingga merusak hasil pekerjaan pihak lain


harus diperbaiki kembali oleh kontraktor dengan beban biaya tanggungan
sendiri.
f. Pentanahan

1) Semua sistim pentanahan termasuk pentanahan (grounding) peredam petir


digabung (bounded) pada satu panel penyama tegangan PEB (Potential
Equalization Bar) untuk mencegah terjadinya perbedaan tegangan terutama
pada kondisi ”transient period”.

2) complete grounding system untuk low voltage switch gear, generator, steel
door, steel louver, piping, fuel tank, oil tank, electrical pump dan lain-lain.

3) Semua material bangunan yang bersifat konduktif seperti :Pintu besi, base
plate, plate bordes, pipa air, ducting AC dan semua Peralatan & panel-listrik

4) Yang harus diberi pentanahan adalah :

- Diesel Generatorset dan Panel Kontrol Genset


- Semua Peralatan dan panel-listrik
- checker plate, pintu metal, base plate, pagar dan rak kabel.
- Dan semua material dan peralatan Mekanikal dan Elektrikal yang
bersifat konduktif.

5) Spesifikasi Material

a) Semua sistem listrik menggunakan sistem pentanahan menurut apa


yang ditentukan dalam PUIL 2000 (serta penyesuaian terhadap
“amandemen” yang dikeluarkan secara berkala oleh tim penyususn
PUIL)

b) Grounding Electroda berupa pentanahan buatan dari pantekan


batangan tembaga masip φ 25 mm, panjang minimal 6 meter dan
mendapatkan tahan tanah lebih kecil dari 1 ohm.

c) Pentanahan sistem

d) Yang dimaksud dengan pentanahan sistem adalah pentanahan kawat


netral (N), yang harus ditanahkan adalah listrik netral.

e) Pentanahan Badan Peralatan dilakukan sebagai berikut :

6) Menggunakan Electrical wiring system 4 wire + Grounding (TNS system)


atau TNC system

a) 380 Voltsystem : menggunakan TNS system


b) 20 KV system : menggunakan TNC system.

7) Untuk pentanahan sistem dimana penampang kawat fasanya lebih besar


atau sama dengan 10 mm2 dilakukan pentanahan ke kawat netral (N). Kawat
penghubung antara badan dengan tanah diberi code “P”.

8) Sistem pentanahan ini mempunyai sifat N = P. Busbar dalam panel hanya 4


(empat) buah yang dikenal dengan TNC system dimana Neutral dan
Grounding cable digabung pada akhiran instalasi

9) Untuk sistem dimana penampang kawat fasa lebih kecil dari 10 mm2 dianut
pentanahan ke kawat pengaman “P” Pada panel ini keluar 2 kawat
pentanahan yaitu “N” dan “P” , sehinggah jumlah busbar dalam panel
berjumlah 5 (lima) buah.
Sistim ini dikenal sebagai TNS system dimana Neutral dan Grounding cable
terpisah pada panel distribusi, dan akan digabung pada sistim pentanahan.

10) Earthing electrode copper rod :

- Ukuran : φ 1” dengan kemurnian minimum 90%


- Panjang : minimal 6 m
- Earthing resistance less than 3 ohm
- Control box reinforced concrete complete with cover
- Copper connector
- Copper clamp complete with bolt & nuts
- Accessories sesuai kebutuhan

11) Pemasangan
a) Kabel Pentanahan terpasang dalam trench atau Tray kabel,
menembus dinding diatas sloof menuju bak kontrol. Instalasi
terpasang minimal 60 cm dibawah permukaan tanah.
b) Kawat pentanahan adalah dari tembaga dengan penampang 50 mm.

c) Batang pentanahan terpasang dengan kedalaman 6 meter dan


disambung kedalam ring system.

d) Penurunan ke Bak Kontrol menggunakan kabel BC 70mm.

e) Pentanahan berupa pantekan batangan tembaga masip 25 mm,


sehingga diperoleh tahanan pentanahan lebih kecil dari 1 ohm
dengan panjang pantekan minimal 6 meter.

f) Penyambungan antara penghantar dan pentanahan memakai klem


tembaga dan baut, dilaksanakan dalam bak kontrol.

g) Penyambungan antar penghantar memakai sistim pabrikasi


dilapangan dengan sistim CADWELD .

h) Untuk penyambungan antar material yang berbeda seperti Copper


dan alluminum maka alat penyambung ”connector” harus
disesuikan.

Alat pencetakan peralatan penyambung sistim CADWELD


Cotoh hasil pencetakan peralatan penyambung sistim CADWELD

12) Pengujian
Tahanan tanah harus diuji sampai lebih kecil dari 1 ohm diukur dalam
keadaan tanah kering.

7.0. DESKRIPSI TEKNIS UNIT GENSET

a. Sumber Daya
Sumber daya utama berasal dari PLN, dengan sumber daya cadangan berasal dari
Diesel Generator set dengan sistim tegangan:

- PLN’s connection : 20 KV, 3 phases, 50 HZ


- Main system( LV ) : 380 volt, 3 phases, 50 HZ
- Generator set (LV) : 380 volt, 3 phases, 50 HZ
- Power factor Genset : 0.80
- Sistim sinkronisasi pembangkit : 400 KV, 3 phases, 50 HZ
- Power factor pada sisi beban : 0,95 ( 18,2o Lagging)
b. Operasi Sistem Emergency
1) Menghidupkan mesin secara otomatis bila sumber PLN hilang dengan jumlah
dan selang waktu cranking yang dapat diatur dalam waktu kurang dari 15 detik.

2) Mematikan mesin secara otomatis bila beban telah dialihkan kembali ke PLN.

3) Dapat memberi alarm bila terjadi kegagalan dalam usaha menghidupkan mesin
diesel dan kegagalan pemindahan beban.

4) Memindahkan beban listrik ke genset secara otomatis dengan selang waktu


yang dapat diset antara 10-60 detik setelah cranking yang berhasil.

5) Memindahkan kembali beban ke PLN jika PLN hidup/normal kembali dengan


selang waktu yang dapat disetel antara 5 sampai dengan 15 menit setelah PLN
hidup/normal bila operasi diset pada kondisi otomatis.

6) Gensettidak boleh mati/berhenti beroperasi/rusak walaupun beban preference


yang bekerja/on hanya 5 % atau kurang dari nominal bebannya.

c. Unit Diesel Generating Set


1) Harus dari jenis PACKAGED DIESEL-ELECTRIC GENERATING SET dengan
JACKET WATER COOLED RADIATOR MOUNTED DIESEL ENGINE.
2) Unit Diesel harus didatangkan dari negara asal pembuatnya oleh agen tunggal
resmi di Indonesia secara lengkap berikut segala sertifikat uji dan kelengkapan
lainnya yang merupakan standard pabrik dan optional yang disetujui.

3) Factory Test (Dummy Load) dilakukan di Negara Asal dan disaksikan oleh
Owner Engieer. Memiliki Certivicate of Origin (C.O.D) Enggine and Altenator
From Origin Manufacture Made in Japan dan Stanford UK ditambah sertifikat
TNK1951MI

d. Rating dan Klasifikasi


1) Rating adalah Continuous Output pada kondisi kerja sebagai berikut,
a) Duty : prime,
b) Drive : directly coupled,
c) Speed : 1500 rpm nominal,
d) Engine Power : dihitung untuk (kVA) pada putaran 1500 RPM,
e) Altitude : 5 - 10 M di atas muka laut,
f) Suhu Udara : 30 - 45 C-grade,
g) RH : 70 - 95%,
h) Generator Output,
- Tegangan : 400V/230V + 5%,
- Phasa : 3
- Frekuensi : 50 Hz,
i) Daya Netto : sesuai dengan gambar,
j) Power Factor : 0,8

2) Harus mampu beroperasi sebagai continuous duty, untuk itu harus mampu
dibebani 10% di atas ratingnya selama 1(satu)jam di dalam 12 jam operasi
pada kecepatan nominal tanpa terjadi "overheating" pada engine maupun
altenator dan mampu beroperasi pada bebannominal terus menerus selama
24 jam.
3) Dilengkapi "starting aids" sesuai standard/ketentuan manufacturer sehingga
persyaratan tersebut di atas dapat dipenuhi.

8.0. DIESEL ENGINE

a. Konstruksi
1) Engine harus dari jenis high speed stationery diesel enginekhusus untuk
penggerak sistem pembangkit listrik dengan kualifikasi jenis Genset masuk
Kategori G3.
2) Engine Features, harus mengikuti ketentuan berikut, Heavy duty diesel engine,
a) Jacket Water Cooled,
b) Strokes engine type.
c) Engine arrangement, harus Vee-engine untuk 6 (Enam) silinderatau yang
lebih besar.
d) Turbocharged dengan Aftercooled.
e) Replaceable cylinder liners.
f) Replaceable valve seat inserts.
g) Main bearing caps harus diikat secara cross tie
h) Erhadap crankcase.
3) Engine mounting harus dari jenis neoprene inshear.
4) Base frame boleh produk lokal dengan konstruksi sesuai dengan konstruksi
asal dari pabrik pembuat unit mesin diesel dan dilengkapi dengan surat
pernyataan dan jaminan kekuatan dari perwakilan perdagangan unit mesin
tersebut.

b. Sistem Pendingin
1) Pendinginan menggunakan sistem cylinder jacket water cooled dengan
bantuan penukar panas radiator. Sistem terintegrasi dengan mesinnya, yang
mana harus dilengkapi dengan peralatan pemipaan, fitting dan kutub untuk
menghubungkan alat-alat tersebut dengan bagian-bagian yang ditentukan.
2) Harus mampu mendinginkan bagian bagian engine secara baik.
3) Air pendingin disirkulasikan dengan cooling water pump dari jenis neoprene
impeller pump atau setara yang digerakkan langsung dariputaran poros engkol
atau melalui transmisi roda gigi, sistem dilengkapi dengan cooling water flow
control yang akan memberi peringatan bila terjadi kondisi aliran air pendingin
terhenti dan control tersebut mematikan mesin.
4) Water temperature pada sisi engine outlet tidak boleh melebihi 93 oC (200 oF).
Harus disediakan kran air (faucet) tepat di atas tutup radiator untuk pengisian
air pendingin.
5) Diesel harus dilengkapi dengan electric heater yang selalu memanaskan jacket
water selama keadaan stand by sehingga temperatur jacket water mencapai
temperatur sesuai rekomendasi pabrik.

c. Sistim pendinginan radiator dan isolasi panas pipa-pipa termasuk rangka radiator,
fleksible duct
1) Radiator
a) Harus dari heavy duty heat exchanger
b) Harus mampu untuk mengeluarkan kalor sebesar 1.8 kali dari kalor yang
dihasilkan oleh mesin diesel pada kondisi operasi normalnya.
c) Dilengkapi dengan "jacket water heater", dikontrol oleh "adjustable
thermostat", temperatur dijaga konstan 90 F-grade pada saat siap start.
d) Dilengkapi "intake-air silencer" dan exhaust-air sound attenuator.
2) Material Pipa Radiator dan flexible duct.

Untuk pipa radiator dibungkus dengan asbes dan Kontraktor harus menghitung
ulang dan mengajukan proposal diameter pipa radiator pada waktu pelelangan.
Terpal/ flexible duct dari bahan yang kuat dan tahan terhadap panas yang
dikeluarkan genset.

3) Pemasangan

Terpal antara radiator ke shaft attenuator harus terpasang rapih dan tanpa
bocor.

d. Sistem Start
1) Sistem starter menggunakan DC electric motor.
2) Sistem pengisian batere menggunakan dua cara yaitu pengisian dari altenator
mesin bila diesel dalam keadaan operasi dan sistem pengisian secara
otomatis dari battery charger.
3) Kapasitas batere harus disesuaikan untuk melakukan 12 kali cranking
masing-masing selama 10 detik, atau serendah-rendahnya adalah 400 AH
seperti dibawah ini,
a) Jenis batere : lead acid
b) Plat per cell : 29
c) Rated voltage : 24 V
d) Kapasitas : minimum 400 AH pada 80 F-grade
e) Instrumentasi : batere voltage indicator,
batere charging indicator,
electrolyt hydrometer.
f) Kelengkapan : Automatic battery charger.

e. Sistem Pernapasan (Intake/Respiration)


1) Harus melalui saringan udara dengan kemampuan saring terkecil untuk partikel
50 micron.
2) Melalui turbocharged dan aftercooler.

f. Sistem Pembuangan (Exhaust-gas)


1) Exhaust pipe diameter harus disesuaikan dengankemampuan engine back
pressure, dilampiri dengan perhitungan, dengan memperhitungkan adanya
muffler sesuai dengan yang disyaratkan.
2) Sambungan exhaust pipe dengan engine exhaust port harus menggunakan
bellow type exhaust pipe joint (flexible joint) yang memiliki kemampuan
expansi-kontraksi thermal sebesar 25 mm dan kemampuan geser sebesar 25
mm.
3) Pada bagian pemipaan yang dapat terjangkau oleh orang atau lebih rendah
dari 2.10 M harus dilapisi dengan bahan isolasi seperti asbes tali diameter
minimal 10 mm sehingga suhu permukaan tidak melebihi 30 oC pada suhu
engine exhaust port sebesar 565 oC (1000 oF) dan dilapis metal jacketing.
4) Pemipaan harus dibuat miring dengan slope sebesar 0,5% ke arah menjauhi
engine dan dilengkapi dengan drain cock dan condensation trap.
5) Tidak diperkenankan menggunakan sharp bend harus menggunakan long
radius elbow untuk belokan dan standard tee untuk condensate trap.
6) Seluruh bagian pemipaan dan muffler harus digantung dengan konstruksi
gantungan seperti pada gambar detail.
g. Muffler
1) Muffler harus dari jenis Multi chamber Reactive Muffler kelas critical/residential
muffler dengan besarnya peredaman noise minimal adalah 30 db(A) pada 500
Hz, sehingga dicapai setinggi-tingginya 70 dB pada jarak 1 M dari ujung
exhaust pipe.
2) Muffler harus dipasang sedekat mungkin terhadap engine exhaust port, jarak
minimum terdekat yang diperkenankan adalah 1 M.

3) Konstruksi mengikuti gambar perencanaan


a) Pemipaan yang menembus dinding atau lantai dan semacamnya harus
tidak menyebabkan atau mendapat tekanan/tarikan dan getaran.
b) Pemipaan, penggantung, penjepit dan semacamnya harus dicat dengan
cat alumunium khusus tahan temperatur sampai dengan 500 C-grade.
c) Muffler harus dipilih dari buatan NAP Silentflo type RR/AE-AS atau
setaraf.

h. Silencer

1) Spesifikasi Material
Untuk menjaga suara dari power plant tidak mengganggu, Kontraktor harus
menyediakan dan memasang residential / critical cilencer sebagai exhause
noise supresing.
Kontraktor harus menghitung ulang dan mengajukan proposal diameter pipa
silencer pada waktu pelelangan/tender.
Pipanya harus direncanakan sedemikian sehingga backpressure-nyatidak
melampaui batas yang telah ditentukan oleh pabrik.
2) Pemasangan
Silincer digantung atau disanggah (model gawang) memakai besi siku dan
isolator peredam sedemikian sehingga beratnya tidak membebani mesin,
demikian juga pemuaian yang diakibatkannya tidak boleh mendorong mesin.

3) Pengujian
Resindensial Silencer harus diuji sehingga diperoleh noise level 70 dB pada
jarak 3 m diluar dinding ruangan(pengujian dilakukan pada malam hari).

i. Pengadaan dan pemasangan instalasi peredam suara pelapis ruangan


(Rockwool/Glasswool) serta instalasi peredam suara (attenuator).Pada inlet
opening (intake attenuator) dan outlet opening (discharge attenuator).

1) Peredam suara pelapis ruangan (Rockwool)


2) Semua dinding dan langit-langit ruang Diesel Generator-set harus diberi
peredam suara berupa rockwool dengan ketebalan 2,5 cm dan kepadatan 100
kg/m3, glas cloth dan rangka serta kawat ayam, sehingga secara keseluruhan
akan menghasil-kan suara 70dB pada jarak 3 m diluar dinding ruangan
Genset(pengukuran dilakukan pada malam hari).

3) Peredam suara pada shaft dan exhaust, termasuk Exhaust fan (Sound
Attenuator).

4) Material
a) Sound Attenuator terdiri dari rangka luar, peredam suara dan splitters
atau concentric pods.
b) Rangka luar adalah plat baja yang harus digalvanized sistim celup, tebal
minimum 1.6 mm.
c) Bagian penyerap suara, harus mempunyai efisiensi yang baik, terdiri dari
bahan mineral wool, rock woll dengan kepadatan minimal 100 kg/m3 atau
Glasswool 40kg/m3.
d) Sound attenuator harus dapat mencegah keluar/masuknya serangga dan
harus tahan air dan perubahan cuaca.

5) Kontraktor harus menghitung ulang dan mengajukan proposal dimensi sound


attenuator pada waktu pelelangan/tender.

6) Sound attenuator direncanakan sedemikian sehingga suara yang akan keluar


sesudah attenuator tidak lebih dari 70 dB pada jarak 3 m dari sekeliling dinding
luar ruang Genset(pengukuran dilakukan pada malam hari).

7) Pemasangan
a) Sound Attenuator terpasang pada discharge shaft radiator, pada air intake
shaft dan pada exhaust fan sesuai persyaratan.
b) Pengujian
c) Pengujian harus diadakan sehingga suara yang akan keluar sesudah
attenuator tidak lebih dari 70 dB pada jarak 3 m dari sekeliling dinding luar
ruang Genset(pengukuran dilakukan pada malam hari).

j. Sistem Pelumasan (Lubrication)


1) Sistem pelumas mesin lengkap Pompa circulasi pelumas (prelube oil
pump).Minyak pelumas harus disirkulasikan dengan bantuan positive
displacement oil pump dari jenis rotary atau gear pump.

2) Harus dilengkapi oil filter.


3) Pompa harus digerakkan oleh putaran poros mesin diesel, boleh melalui
reduksi roda gigi.

4) Harus dilengkapi dengan lubricant oil pressure control yang akan memberi
peringatan bila kondisi tekanan minyak pelumas mengalami penurunan hingga
di bawah batas terendah yang diperbolehkan dan kontrol tersebut akan
menghentikan kerja mesin diesel.

5) Spesifikasi Material

a) Mesin harus dilengkapi dengan sebuah full pressure lubricating oil


system,untuk melumasi dan mendistribusi-kan minyak pelumas keseluruh
bagian mesin yang bergerak.

b) Sistem pelumasan harus lengkap dengan peralatan yang diperlukan


seperti drain, pemipaan, fitting valves, lubricating oil pump, filter dan dapat
dioperasikan sesuai kriteria yang telah disebutkan.

c) Dalam pipa harus bersih dari butiran-butiran logam maupun kotoran-


kotoran lain.

d) Lubricating oil pump (prelube oil pump) harus dilengkapi dengan full flown
filter dan strainers.
e) Pompa harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk melumasi dan
mendinginkan olie pada putaran tertentu dari mesin.

f) Dalam keadaan stand by, prelube oil pump harus bekerja otomatis pada
setiap periode tertentu sesuai rekomendasi pabrik.

6) Pemasangan

a) Pompa harus diletakkan dengan jarak yang cukup dari engine crankshaft
ke cammshaft.

k. Sistem Pengaturan Putaran (speed control)


1) Harus menggunakan constantspeed governordari jenis electronic sesuai
petunjuk/standard manufacturer.
2) Harus mampu mengatur putaran dalam range 3% dari putaran nomimal pada
saat ada kejutan-kejutan listrik.

l. Sistem Bahan Bakar


1) Bahan bakar yang dipergunakan Diesel Fuel Oil (minyak solar).
2) Spesifikasi bahan bakar sesuai dengan persyaratan PERTAMINA setempat.
3) Pengiriman bahan bakar dari daily tank ke injector menggunakan fuel injection
pump built in pada engine.
4) Dilengkapi built in fuel strainer sisihulu pompa dan water separator.
5) Strainer harus mampu menyaring partikel yang lebih besar dari 10 micron.

6) Sistim bahan bakar lengkap fitting terminal pengisi.

a) Material Pipa Bahan Bakar


- Seluruh pipa yang memuat atau mengalirkan bahan bakar, harus
terbuat dari bahan black-steel sch.-40.
b) Pemasangan
- Pipa tegak transfer tank diklem kerangka transfer tank atau dinding
tembok.
- Pipa horizontal dalam bangunan terpasang dalam trench beton atau
diklem kedak beton.
- Diluar bangunan tertanam sedalam 60 cm dibawah permukaan tanah.
- Pipa vent untuk transfer tank harus sampai ke luar bangunan.
- Seluruh pekerjaan pemipaan harus diisolasi untuk mengurangi panas
yang dipancarkan ke ruangan.

7) Peralatan Pelengkap dan Alat Bantu Sistem Bahan Bakar

a) Pompa Bahan Bakar


(1) Material Pompa bahan bakar jenis konvensional.

(2) Pemasangan: Pompa bahan bakar solar diklem ke dinding dengan


angkur dan murbaut.

(3) Pengujian: Pompa bahan bakar harus diuji bekerja baik.

b) Main tank, Fuel Transfer tank dan Overflow tank lengkap dengan alat
Bantu (accessories).

(1) Material

(a) Main Tank

- Buatan dalam negeri, bagian luar harus dilapisi bahan anti


karat,
- dibuat dan direncanakan sesuai dengan standard dari
ASME/ASTM/API atau ketentuan-ketentuan badan
keselamatan kerja.
- Sebelum pembuatan Kontraktor harus berkonsultasi dengan
ahli pembuat tangki, dan menyampaikan shop drawings
kepada Managemen Konstruksi Lapangan untuk mendapat
persetujuan dahulu.
- Dinding luar tangki harus dicat anti karat min.2 kali.
- Kapasitas main tank 10.000 Liter
- Bahan tanki besi pelat tebal 8 (delapan) mm
- Tanki bahan bakar berbentuk Silinder.

(b) Perlengkapan :
- Air vent valve lengkap dengan vent pipe
- Pipa pengisi dan rubber host lengkap dengan coupling
standard dan sesuai dengan ukuran coupling mobil tanki
bahan bakar.
- Harus diperlengkapi dengan peralatan bantu alarm untuk level
tinggi, meter tekanan cairan, meter pengukur level bahan
bakar (Fuel Level Indicator), valve pemipaan pada instalasi
(inlet dan outlet).
- Semua alat pengukur diletakkan sedekat mungkin dengan
tangki yang bersangkutan.

(c) Transfer Tank


- Buatan dalam negeri, bagian luar harus dilapisi bahan anti
karat, dibuat dan direncanakan sesuai dengan standard dari
ASME/ASTM/API atau ketentuan-ketentuan badan
keselamatan kerja.
- Sebelum pembuatan Kontraktor harus berkonsultasi dengan
ahli pembuat tangki, dan menyampaikan shop drawings
kepada Managemen Konstruksi Lapangan untuk mendapat
persetujuan dahulu.
- Dinding luar tangki harus dicat anti karat min.2 kali.
- Kapasitas Transfer tank 3000 Liter.
- Bahan tanki besi pelat tebal 5 (lima) mm
- Tanki bahan bakar berbentuk Silinder.

(d) Perlengkapan :
- Air vent valve lengkap dengan vent pipe
- Gelas penduga bahan bakar
- Electric Fuel Level control
- Harus diperlengkapi dengan peralatan bantu alarm untuk level
tinggi, meter tekanan cairan, valve pemipaan pada instalasi
(inlet dan outlet).
- Semua alat pengukur diletakkan sedekat mungkin dengan
tangki yang bersangkutan.

(e) Overflow Tank


- Buatan dalam negeri, bagian luar harus dilapisi bahan anti
karat,
- dibuat dan direncanakan sesuai dengan standard dari
ASME/ASTM/API atau ketentuan-ketentuan badan
keselamatan kerja.
- Sebelum pembuatan Kontraktor harus berkonsultasi dengan
ahli pembuat tangki, dan menyampaikan shop drawings
kepada Managemen Konstruksi Lapangan untuk mendapat
persetujuan dahulu.
- Dinding luar tangki harus dicat anti karat min.2 kali.
- Kapasitas Overflow Tank 200 Liter..
- Bahan tanki besi pelat tebal 5 (lima) mm.
- Tanki bahan bakar berbentuk Silinder.

(f) Perlengkapan :
- Air vent valve lengkap dengan vent pipe
- Gelas penduga bahan bakar
- Electric Fuel Level control
- Harus diperlengkapi dengan peralatan bantualarm untuk level
tinggi, meter tekanan cairan, valve pemipaan pada instalasi
(inlet dan outlet).
- Semua alat pengukur diletakkan sedekat mungkin dengan
tangki yang bersangkutan.

(g) Pemasangan :
- Main Tankterpasang didalam tanah sesuai dengan gambar
perencanaan.
- Transfer tank terpasang ke rangka besi secara kokoh pada
ketinggian sesuai gambar.
- Overflow tank terpasang pada lantai kerja sesuai gambar.
(h) Pengujian

- Tangki bahan bakar harus diperiksa dan di test tidak bocor.


Peralatan pengukur, gelas penduga, solar release valve harus
bekerja dengan baik khusus untuk main fuel tank peralatan
meter pengukur bahan bakar harus bekerja dengan baik dan
bilamana telah mencapai volume minimum akan timbul bunyi
alarm.

m. Battery dan Automatic Battery Charger


1) Spesifikasi Pengisi Batere Otomatis (Battery Charger)
- Harus dari jenis float type battery charger.
- Charger dihubungkan ke jala-jala dan dilengkapi dengan sistem
pengatur yang secara otomatis akan melakukan charging bila
tegangan turun hingga mencapai 95% nominal.
2) Material
Battery harus mempunyai kemampuan menstart mesin pada temperatur keliling
dan memutar minimum selama 5 menit.
Charger harus mempunyai tegangan yang tepat untuk pengisian sel-sel Battery
dan harus diperlengkapi dengan pengaman arus lebih (over current) silicine
diode full wave rectifier, DC ammeter, dan fuse pada output.

ƒ Battery accu 24 VDC-200 AH x 2 Bank


ƒ Peralatan overcurrent charger
ƒ Jenis asam sulfat

3) Pemasangan
Battery dan automatic battery charger harus diletakan diatas rak, dan rak
harus disupply oleh vendor. Perletakan tidak jauh dari unit genset. Material rak
harus dari bahan yang resistan terhadap asam sulfat.

4) Pengujian
Battery dan automatic battery charger harus diperiksa cocok dengan ketentuan
RKS dan brosur serta bekerja baik.

n. Kontrol dan Instrumentasi (EGC)


1) Harus dilengkapi dengan switch pengaman automatic terhadap :
a) Temperatur air yang melebihi safe working limit.
b) Tekanan minyak pelumas dibawah safe working limit.
c) Kecepatan melebihi 110% nominal.

2) Kelengkapan engine mounted instrument panel :


a) Pengukur suhu air,
b) Pengukut suhu minyak pelumas,
c) Pengukur tekanan minyak pelumas,
d) Pengukur tekanan bahan bakar,
e) Dan lain lainnya sesuai standard pabrik.

9.0. GOVERNOR
Governor, harus mudah diatur (adjustable), wajib electronic type
"Frequency regulation : Isochronous dengan variasi pembebanan, dari tanpa beban
sampai dengan beban penuh.
"Frequency drift :± 0,5 % drift untuk 60°F (33°C).
10.0. SYSTEM STARTING :
Mesin harus diperlengkapi dengan motor starter dengan kapasitas yang cukup
memutar mesin sampai jalan.Gigi penarik harus secara otomatis lepas waktu mulai
jalan.

11.0. ALTERNATOR
a. Konstruksi
1) Merupakan generator sinkron dengan rotor silinder yang dilengkapi dengan
damper cage dan reactive current compensator.
2) Direncanakan untuk daerah tropis sehingga mampu beroperasi normal diatas
suhu 35 0C dan kelembaban udara sampai 90%.
3) Alternators dari type single bearing, IP23, brushless, self ventilating, salient
pole type fitted dengan interconnected damper windings. Generator dan
excitation system harus dapat bertahan tanpa kerusakan pada kondisi :
a) 300% dari rated KVA untuk 10 seconds.
b) 150 % dari rated kVA untuk 120 seconds

4) Winding insulation dari type class H dengan vacuum pressure impregnated.


Winding temperature detector disiapkan pada setiap phase Genset yang harus
dapat bertahan tanpa kerusakan pada kondisi overspeed of 25%.
5) Harus tersedia “anti condensation heater” pada “stator winding” sebagai alat
pemanas kumparan/winding pada saat genset tidak digunakan. Heater akan
switched off secara otomatis pada saat genset starts dan beroperasi.

b. Penguatan Medan
1) Secara excitation dari exciter yang dipasang satu as dengan rotor.
2) Catuan arus medan secara brushless, dapat dikontrol secara otomatis dari
rangkaian electronic.

c. Data Teknis
1) Daya output nominal (sesuai dengan skedul pada Gambar).
2) Tegangan output 380 V, 3 phasa dengan minimum 4 kawat dan tegangan
dapat diatur dalam batas ketepatan 5%.
3) Frequensi 50 Hz.
4) Isolasi kelas F.
5) Effisiensi diatas 90% pada variasi beban 50% hingga 110% pembebanan
nominal.
6) Urutan phasa U-V-W searah jarum jam.
7) Pengatur tegangan tidak lebih dari 1% baik pada saat alternator dingin maupun
panas, pada saat PF = 0,8 maupun PF = 1.
8) Total maximum distorsi gelombang tegangan open circuit antara fasa tidak
lebih dari 2%
9) Response pada beban penuh dan PF = 0,8 tegangan output mencapai steady
pada toleransi + 2% dapat dipenuhi dalam waktu 0,25 detik.
10) Overload secara kontinu maupun sesaat, harus dapat menahan overload
current sampai 300% selama 1,5 detik dan 150% selama 120 detik.
11) Interferensi radio pada jarak 10 M tidak lebih dari 50 Oersted.
12) Noise level pada jarak 1(satu) M tidak lebih dari 60 dB(A).
13) Pendinginan harus secara axial dengan suatu fan dan dilengkapi filter udara
dan alarm atau peralatan generator tripping dalam hal filter jenuh atau terjadi
kenaikan temperatur pada stator.
14) Exciter ditempatkan dalam arah aliran udara pendingin.
12.0. DIGITAL AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR

a. Regulator adalah type otomatis, pengaturan volt-per-hertz dipasang didalam


generator. Module harus memuat alat kontrol yang dengan mudah dapat dicapai.
Pengaturan tegangan harus minimum 10%.
b. Regulasi tegangan harus kurang lebih 0,5 % dari beban nol sampai beban
penuh.
c. "Voltage drift : ± 0,5 % untuk 60°F (33°C).

d. "Random voltage variation : untuk pembebanan konstan dari tanpa beban


sampai dengan beban penuh ±0,5%.
e. Automatic voltage regulation dan excitation control mempunyai fasilitas manual
adjustment yang dapat dilakukan dari control panel. System ini harus cocok
untuk “substantial solid state electronic loads” begitu pula dengan “large motor
starting duty”. Peralatan ini harus terdiri dari permanent magnet rotating exciter
dan voltage regulator yang dilengkapi dengan “over-excitation limiting device”
dan “diode failure alarm/indicators”, dan peralatan tambahan/support yang
diperlukan termasuk accessories seperti instrument transformers, resistors,
rheostats, shunts, field suppression switch, relays dan peralatan yang diperlukan
untuk menyempurnakan voltage regulating system.
f. Automatic voltage regulator harus sesuai dengan grade VR3 (BS 4999: Part
140) dan dapat beroperasi pada range of 75% s/d 110% dari nominal generator
voltage, dari kondisi tanpa beban (no load) s/d 110% rated kVA pada rated
lagging power factor dan dari 47-53 Hz. Juga harus dimungkinkan untuk
pengaturan manual (manually adjustment) untuk mengatur tegangan nominal
yang diinginkan dan yang akan dipertahankan secara otomatis.
g. Voltage regulator akan merespon secara kontinu terhadap perubahan tegangan
pada generator dan akan mempertahankan besaran tegangan steady state pada
terminal generator dengan toleransi + 0,5% terhadap tegangan setting dari
kondisi tanpa beban (no load) s/d full load pada power factor 0.8 lagging. Pada
kondisi transient, perubahan tegangan yang terjadi harus kembali ke kondisi
semula dalam waktu tidak lebih dari 10 detik.
h. Pada saat terjadinya beban un-symmetrical yang akan menyerap 100 % rated
current pada rated voltage dengan power factor antara 0.4 s/d zero lagging,
maka initial voltage drop akan dibatasi sebesar 15% terhadap rated voltage dan
tegangan harus dapat kembali kesemula (recover) keposisi 97% percent rated
voltage dalam waktu 0.3 detik. Kenaikan tegangan transient akibat adanya
beban tiba-tiba tidak akan menyebabkan kecepaan constant akan melebihi 15%
dan maximum recovery harus tercapai tidak lebih dari 1.5 detik.

13.0. SYSTEM STARTING


a. Mesin harus diperlengkapi dengan motor starter dengan kapasitas yang cukup
memutar mesin sampai jalan.
b. Gigi penarik harus secara otomatis lepas waktu mulai jalan. Local Control Panel
Genset
Local Controlers Panel (LCP)

a. Definisi :

• Local Control Panel yaitu peralatan yang mempunyai kesanggupan


mengontrol diesel Genset dalam keadaan jalan, baik dalam keadaan
sendiri atau keadaan paralel (Synchronisasi) dengan Genset lainnya pada
level tegangan 20 KV atau pada level 380 Volt, maupun pada kondisi
parallel sementara (short time synchronization) dengan sumber PLN juga
pada level tegangan 20 KV atau pada level 380 Volt serta dapat terhubung
ke peralatan lainnya seperti IBMS (Integrated Building Management
System) dengan protocol Mod-Bus.

• LCP harus mampu melakukan synchronizing dalam waktu < 10 detik tiga
unit genset dapat diparalel sampai tercapai sinkronisasi.
• Komunikasi antar LCP menggunakan komunikasi digital dengan jenis
komunikasi CAN-BUS

• Dapat melakukan start stop bila PLN putus daya atau tegangan PLN turun
pada besaran yang telah ditentukan atau adanya Transformator yang
gagal bekerja, dan lain-lainnya sesuai dengan perintah/control dari IBMS
(Integrated BuildingManagement System).

• Dalam perlengkapan ini harus juga termasuk fasilitas penyambungan


lanjut berupa panel transisi atau peralatan connection lainnya yang
digunakan untuk penyambungan kabel (sesuai pasal 7 butir 7.4).

b. Fungsi dan tujuan :

ƒ Melayani generator set dalam keadaan berjalan kontinyu.


ƒ Dapat dibuat sebagian atau seluruhnya otomatis atau manual.
ƒ Dapat melakukan auto start bila sumber PLN terganggu sesuai sinyal yang
diterima dari AMF
ƒ LCP harus mampu melakukan synchronizing dengan waktu maksimum <
10 detik
ƒ LCP dapat melakukan dua model synchronizing, yaitu
¾ Live Bus/Dynamic Synchronizing
¾ Dead Bus/Static Synchronizing

c. Cara kerja dari panel kontrol LCP adalah sebagai berikut :

1) Dasar pengaturan

a) Prioritas sumber daya adalah:


Pertama : Daya PLN
Kedua : Daya dari Generator Set

b) Beban utama disupply dari PLN 100%, jika PLN Failure (mengalami gangguan)
maka beban prioritas akan digantikan pelayanannya oleh Diesel Genset.

c) Ketika Genset telah berhasil sinkronisasi, maka Beban prioritas pasokannya akan
di lepaskan pasokannya dari Catuan PLN kemudian akan diambil alih oleh
Genset yang sudah tersinkronisasi.

d) Bila PLN tidak dapat mensupply daya atau bila terjadi kondisi ”OFF” pada LCP
akan melakukan interpretasi sebagai berikut:
• Hilangnya daya akibat hilangnya tegangan listrik atau
hilangnya arus listrik.
• Naiknya Tegangan menjadi 400 Volt (Tegangan Rendah)
atau 21 KV (Tegangan Menengah)
• Turunnya Tegangan menjadi 360 Volt (Tegangan Rendah)
atau 19 KV (Tegangan Menengah)
• Naiknya Frekuensi menjadi 52,5 Hz.
• Turunnya Frekuensi menjadi 48 Hz.
• Adanya gangguan 1-phase, 2-phase, 3-phase.
Berikut di bawah ini adalah batasan-batasan kondisi operasional
genset sebagai berikut:

2) Peralatan Kontrol Sinkronisasi dengan sumber PLN pada sisi tegangan 20 KV dengan
batasan-batasan sebagai berikut :

- Daya dari genset harus diproteksi agar tidak dapat mensupply kejaringan
PLN
- Apabila kondisi sumber daya dari PLN mengalami gangguan :
- Tegangan lebih besar 10% dari 20 KV
- Tegangan kurang 10% dari 20 KV
- Frekuensi lebih besar 10% dari 50 Hz
- Frekuensi kurang 10% dari 50 Hz

- maka peralatan kontrol melakukan prosedur sinkronisasi., apabila sumber


PLN belum memenuhi persyaratan maka peralatan kontrol melakuka
sisnkronisasi kembali semua sumber daya Generatorset terpasang.
- Apabila kondisi sumber daya dari PLN telah mengalami recovery maka
sistim segera melakukan sikronisasi kembali dengan jaringan Generatorset.
3) Alat kontrol (Local Panel Controller) yang terdapat pada setiap unit generatorset
merupakan Engine mounted Controllers, kecuali peralatan kontrol yang telah
ditentukan oleh pabrik, maka pada unit genset harus mempunyai alat control minimum
sebagai berikut :
a) Instrument :
ƒ AC voltmeter (90° scale)
ƒ Frequency meter (90° scale)
ƒ Hours run meter
ƒ Coolant temperature gauge
ƒ Oil pressure gauge
ƒ Battery condition voltmeter

b) Controls :
- Auto/off/manual switch
- Test/Alarm reset
- Push button start/stop/reset
- Switch pengatur kecepatan

c) Protection shut down device lengkap dengan indicators :


ƒ High coolant temperature
ƒ Low oil pressure
ƒ Overspeed
ƒ Fail to start
ƒ Short of fuel
ƒ Overload
ƒ Emergency stop push button
ƒ Reverse power relay
ƒ Ground fault

d) Konstruksi
1) Panel kontrol generator merupakan floor standing indoor installation type.
2) Panel terbuat dari steel plate dengan ketebalan minimal 3 mm dicat dasar
tahan karat dan cat finish warna abu-abu.
3) Panel kontrol mempunyai pintu yang dilengkapi dengan kunci dan operating
handle yang berada pada sisi sebelah luar pintu.
4) Panel kontrol dilengkapi dengan gambar, diagram yang memperlihatkan
hubungan komponen panel kontrol dengan peralatan peralatan yang
dikontrolnya dan dilengkapi dengan lampu-lampu indikator yang ditempatkan
pada diagram tersebut di atas.
5) Panel kontrol dilengkapi dengan peralatan-peralatan proteksi seperti :
a) Reverse power,
b) Short circuit,
c) Overload,
d) Ground Fault (Earth leakage current),
e) Gangguan gangguan lainnya sesuai standard dan optional dari
pabrik yang relevan.

6) Pemutus daya menggunakan MCCB dari High Breaking Capacity sebesar


minimal 50 kA.

4) Fungsi Alat Kontrol


a) Panel kontrol generator harus dapat melakukan fungsi-fungsi kontrol sebagai
berikut :
a. Pengaturan start-stop mesin diesel
b. Pengaturan kecepatan, beban dan lainnya sesuai spesifikasi Teknis
c. Pengaturan Paralleling genset.
d. Pengaturan load sharing
b) Pengaturan di atas harus dapat dilakukan secara manual dan otomatik sehingga
harus disediakan mode selector switch untuk operasi manual dan otomatik.

5) Peralatan Ukur
Pada panel kontrol disediakan peralatan-peralatan alat ukur listrik seperti :
1) AC voltmeter kelas 2,
2) AC amperemeter kelas 2,
3) Frequency meter kelas 2,
4) Multi Function Emergency duter yang dapat mengukur :
a) Volts (V)
b) Ampere (A)
c) Power factor (PF)
d) Active power (KW)
e) Apparent Power (KVAR)
f) Frequency (Hz)
g) Active power consumption (KW)
h) Apparent power consumption (KVARH)
i) Max. Demand (KW),
j) Max. Demand (KVA),
k) kWH meter dan Cosphi meter.

6) Protective Pengaman dan Proteksi


Harus terjadi alarm peringatan awal dan kemudian penghentian operasi Diesel
Genset apabila terdapat hal-hal antara lain :
a) Gangguan pada batere,
b) Over temperature,
c) Over speed,
d) Over crank,
e) Reverse power,
f) Over current/Over load,
g) Control Source
h) Engine over speed
i) Engine high temperature
j) Coolant low level
k) Engine fail to start
l) Over voltage
m) Under voltage
n) Lot of control relay
o) Alarm accept push button
p) Engine fail to paralel
q) Fuel tank low level
r) Reset push button
s) Lamp test push button
t) Emergency stop push button
u) Kegagalan cranking dan kegagalan pemindahan beban,
v) Gangguan pada charge alternator
w) Low Oil pressure
x) Dan lain-lain sesuai standard dan optional pabrik yang relevan.
y) Water jacket : low temperature
z) Water jacket : high temperature
aa) Oil : low temperature

14.0. PERSYARATAN INSTALASI


a. Dudukan Mesin Genset
1) Lantai beton,
a) Mesin ditempatkan di atas pelat beton dengan ketebalan 200 mm dengan
plinth setempat.
b) Semua bagian/komponen mesin harus lurus, rata dan diikat dengan baut
terhadap base frame baja yang mana harus cukup kuat untuk menahan seluruh
beban statis maupun dinamis selama mesin itu dioperasikan dan dapat tetap
mempertahankan kelurusannya.
c) Base frame harus ditumpu secara rata terhadap lantai dengan vibration
mounting tidak kurang dari 8 (delapan) buah.

2) Spring absorber/ Vibration isolator


a) Spesifikasi Material

ƒ peredam getaran type “per” baja/ steel spring atau ruber mounting yang
direkomendasikan oleh pabrik.

ƒ Kekuatan harus sesuai dengan berat dan kuat getaran dari Diesel Generatorset.
ƒ Base plate dari besi baja type H atau sesuai standard.- Isolator harus punya
efisiensi minimal 98% , dan dilengkapi dengan sertifikasi dari pabrik pembuat.

b) Pemasangan
Terpasang diatas pondasi beton dan dibawah base plate memakai angkur
atau sesuai sistem pemasangan yang disyaratkan oleh pabrik.

3) Vibration Mounting
a) Harus darijenis 'Composite steel spring and Polychloroprene Rubber Pad'.
b) Memiliki Fabricated/cast bracket yang mendukung pegas secara lateral.
c) Memiliki kekakuan (shiffness) yang sama pada arah Horizontal maupun Vertikal.
d) Spesifikasi :
a. Height to diameter ratio tidak lebih dari 2.1,
a. Jenis open spring yang tidak bertumpu pada housing untuk stabilitas
arah lateral.
b. Pemilihan dilakukan pada kondisi putaran nominal mesin dengan
batasan defleksi pada beban penuh tidak kurang dari 50 mm atau pada
angka yang akan memberikan efisiensi peredaman 98%, dipilih yang
memberikan hasil lebih besar. Dengan ditambahkan sebesar 50% dari
operating deflection sebelum pegas habis (solid).
e) Riding clearence minimum 30 mm antara machine base dengan lantai (plinth)
pada kondisi operasi.
f) Dilengkapi dengan Accoustic Barrier antara base plate dengan lantai.
g) Dipasang pada titik-titik yang akan menghasilkan defleksi yang seragam antara
masing-masing vibration isolators.

4) Persyaratan Peredaman Suara Ruangan


a) Intensitas suara yang diterima oleh sekeliling ruang genset harus sesuai dengan
Standard Instensitas Suara yang dipersyaratkan /diperbolehkan terjadi pada
ruangan trsebut.
b) Struktur dinding ruang genset harus merupakan dinding ganda (double wall)
yang diantaranya dilapisi dengan Rockwool dengan density minimal 80kg/m3
dan dengan ketebalan minimal 2" serta jarak antara kedua dinding bersih
(setelah dilapisi Rockwool) minimal 10 cm.
c) Dinding bagian dalam Ruang Genset dilapisi dengan Rockwool dengan density
80kg/m3 dengan ketebalan 2" serta bagian dalam terluar dilapisi dengan Glass
cloth.
d) Noise transmitted dari Ruang Genset tidak boleh melebihi 55 dB pada jarak 1
meter dari Ruang Genset dan diukur pada sebarang tempat.

5) Persyaratan Pemipaan Gas Buang


Pipa gas buang termasuk fleksible pipe dan isolasi panas.

a) Material Pipa gas buang


ƒ Kontraktor harus mensuplai dan memasang peredam suara gas buang
yang terdiri dari peredam, flens, pipa fleksibel dari bahan stainless steel
atau sesuai dengan anjuran dari pabrik.

ƒ Untuk Pipa gas buang adalah pipa hitam yang dibungkus dengan asbes
dan alluminium sheet, ukuran menurut kebutuhan sehingga temperatur
udara disekitar pipa tidak melebihi 40° C.
Kontraktor harus menghitung ulang dan mengajukan proposal diameter
pipa silencer pada waktu pelelangan/tender (dalam penawaran atau
konfirmasi design).
Pipanya harus direncanakan sedemikian sehingga backpressure-nya
tidak melampaui batas yang telah ditentukan oleh pabrik.

ƒ Sambungan antara Genset dan Pipa gas buang memakai pipa flexible
yang tahan temperatur tinggi.

b) Pemasangan

ƒ Pipa silincer digantung ke plat beton dengan dilengkapi isolator


peredam getaran serta menembus tembok memakai karet pelindung
getaran.
ƒ Pemasangan pipa harus diusahakan agar jangan mengganggu fungsi
dari pipa fleksibel.
ƒ Pada ujung pipa harus dilengkapi dengan pelindung tampias air hujan.

c) Pengujian
ƒ Tekanan dalam pipa silincer harus diatur sehingga cocok ketentuan
pabrik dan dapat menghasilkan daya listrik sesuai kapasitas Diesel
Generatorset.

6) Penggantung Saluran Gas Buang & Muffler


a) Penggantung yang dilengkapi dengan pegas isolator dan double deflection
neoprene in shear 8 mm defleksi yang berada di dalam rangka baja dimana
ukuran dan lendutan disesuaikan dengan beban.
b) Lubang untuk batang penggantung pada rangka baja harus dilengkapi neoprene
spacer, diberi kelonggaran untuk lendutan batang penggantung sebesar 30 oC.

7) Discharge & Intake Attenuators


a) Harus dari jenis Low pressure sound attenuators.
b) Harus fabricated dengan galvanized sheet metal case dengan tebal pelat
minimum 1,2 mm.
c) Sound Absorptive fiel harus dari bahan mineral wool yang diberi pelindung dari
fibreglass tissue dengan tebal tidak kurang dari 400 micron.
d) Sebelum melakukan pembelian, Kontraktor harus mengajukan perhitungan
Attenuation calculation untuk menentukan ukuran dengan persyaratan
Insertion loss yang sesuai untuk meredam suara sehingga tidak melebihi dari
55 dB bila diukur dari jarak 1 meter di luar Ruang Genset tepat didepan
Attenuator.
e) Harus dipilih dari NAP Silentflo H-series atau setaraf.

8) Acoustic Louvers
a) Harus dipasang pada bagian terluar dari Discharge Air Attenuators.
f) Harus dari jenis Aluminium sheet Fabricated louvers.
g) Acoustic blades harus berlapis dengan acoustic dengan acoustic material dan
dilengkapi dengan Corrosion resistance wire bird quard.
h) Harus dipilih dari NAP Silentflo Flowline Acoustic Louvers.

b. Persyaratan Bahan Instalasi


1) Pipa dan Fitting
a) BLACK STEEL PIPE dan BLACK STEEL FITTING, dipergunakan untuk
instalasi sistem berikut ini seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar,
(1) Saluran gas buang diesel
(2) Saluran pemipaan bahan bakar dari tanki mingguan sampai ke tanki harian.
(3) Saluran pemipaan bahan bakar dari tanki harian ke unit diesel.
b) Pipa yang dipergunakan untuk sistem pemipaan harus memenuhi.
persyaratan berikut,
(1) Kelas : MEDIUM
(2) Standard : SII-0161.81 atau standard lain yang setaraf.
c) Ujung akhir pipa (end-finish) dari jenis,
(1) Berulir : 65 mm atau lebih kecil
(2) Biasa/plain : 75 mm dan yang lebih besar
d) Fitting berulir (screwed-fitting) harus memenuhi persyaratan berikut,
(1) Ukuran : 65 mm atau lebih kecil
(2) Bahan : malleable-iron
(3) Standard : BS, ANSI, atau JIS.B.2301 atau setaraf.
e) Fitting las (Welded-fitting) harus memenuhi persyaratan berikut,
(1) Ukuran : 75 mm dan lebih besar
(2) Bahan : Forged steel
(3) Standard : BS, ANSI, atau JIS.B.2304,2305,2306, setaraf
f) Fitting flange (Flanged-fitting) harus memenuhi persyaratan berikut,
(1) Ukuran : 75 mm dan lebih besar
(2) Bahan : Forged steel
(3) Standard : BS, ANSI, atau JIS.B.2221-3,2211-3 atau setaraf
g) Flange,
(1) Bahan : Malleable iron atau forged steel (sesuai dengan tekanan
kerja)
(2) Standard :BS, ANSI, atau JIS.B.2210-2215 (malleable iron) JIS.B.2221-
2225 (steel) atau setaraf.
h) Material pipa, fabrikasi pipa, dimensi pipa dan pengujian pipa harus sesuai
dengan standard yang berlaku.
i) Setiap batang pipa yang disediakan oleh Kontraktor harus terdapat indikasi
tentang, jenis pipa, standard pipa, nama pabrik pembuat pipa tersebut, sebagai
tanda jaminan yang diberikan pabrik kepada konsumen atas mutu setiap batang
pipa, kecuali untuk copper-tube.
j) Pita perapat sambungan (seal-tape) pada pemipaan bahan bakar,
(1) Bahan : Teflon tape
(2) Standard : BS, ANSI, atau JIS
k) Gasket untuk sambungan flange pada pemipaan bahan bakar,
(1) Jenis : Ring-type
(2) Bahan : Long fibre asbestos, cross laminated dilumasi pada
kedua sisi.
(3) Tebal : 1.6 mm
(4) Standard : BS, ANSI, atau JIS

c. Persyaratan Isolasi Peredam Suara


1) Persyaratan ketahanan api
Perekat, bahan-bahan isolasi, acoustic insulation dan sejenis, harus dari bahan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Karakteristik fire hazard rating,
(1) Combustibility : none
(2) Frame spread maksimum : 25
(3) Smoke developed maksimum : 50
(4) Toxic gas/vapour developed max.: none
b) Pengujian untuk hal di atas harus dilakukan di pabrik sesuai dengan metoda uji
salah satu dari daftar berikut :
- BS.476-P4.1970 atau, ASTM.E.136-82 atau, ISO.R11 atau, DIN.4102 atau
yang setaraf dan disetujui DIREKSI PENGAWAS/MK.
c) Perekat yang digunakan harus dari bahan yang tahan air (water repellent) dan
bersifat memadamkan api bila terbakar/fire- retardant.

2) Bahan isolasi dan pembungkusnya


a) Rockwool blanket,
(1) Jenis : 50mm wired mats, stitched to hexagonal
(2) galvanized
(3) wire mesh345 g/M2 20 gauge 0.635 mm dia, water repellent, non capillary,
non-hygroscopic.
(4) Berat jenis : minimum 80 kg/m3
(5) Konduktivitas : 0.252 Btu/h.sqft.F-grade, pada 100 0F
(6) Alkalinitas : none
(7) Acoustic prop. :

Frequency bands Sound absorption Min. ISO R. 354


125 0.20
250 0.60
500 0.90
1000 0.90
2000 0.90
4000 0.80
b) Adhesive-Tape,
(1) Jenis : Al. backing adhesive tape,
(2) Tebal Al.foil : minimum 50 micron.
(3) Adhesive : fire retardant adhesive.

c) Perekat untuk isolasi


Adhesive/perekat untuk isolasi, harus mengikuti persyaratan sebagai berikut
(1) Piping jacket adhesive; digunakan untuk merekatkan jacket pada Isolasi
harus dari jenis weather proof mastic.
(2) Vapour Barrier Coating; coating untuk jacket atau glass cloth pada
pemipaan, katup, fitting, strainer dan lainnya harus dari jenis yang disetujui
oleh DIREKSI PENGAWAS/MK.
(3) Insulation Cements; cements untuk katup dan fitting harus dari jenis/bahan
yang disetujui oleh DIREKSI PENGAWAS/MK.

d) Perekat untuk pelat logam


Adhesive/perekat untuk pelat logam, harus mengikuti persyaratan sebagai
berikut :
(1) Perekat yang digunakan untuk merekat lapisan isolasi dengan lapisan
flame retardant atau glass cloth harus dari jenis/bahan yang disetujui
DIREKSI PENGAWAS/MK.
(2) Perekat untuk metal clips harus dari fire retardant epoxy resin adhesive.
(3) Insulating cement;lapisan perekat untuk katup dan fitting harus dari buatan
pabrik yang disetujui.
(4) Metal clip boleh disambungkan dengan sambungan patri.
(5) Pengikat isolasi harus dari twisted jute atau kawat baja anealed 16 US
Gauge.
(6) Metal mesh harus dari standard expanded metal lath atau 20 mm mesh
kawat hexagonal yang digalvanis.

d. Konstruksi Penunjang

1) Rangka penyangga transfer tank dan radiator.


Material : Bahan dari besi siku dan besi plat lengkap murbaut dan setelah itu
dimeni dan dicat.

2) Penyangga dan penggantung silencer dan sistem gas buang lengkap dengan peredam
getaran.
Material : Terdiri atas ramset atau Ficherflug, besi siku, diberi isolator getaran
murbaut dan lain-lain setelah itu dimeni dan dicat.

3) Klem besi, mur, baut, cheker plate untuk pipa radiator pipa bahan bakar dan lain-lain.
Material : Dari bahan besi plat dengan ukuran yang cukup untuk menahan/
menggantung pipa.

4) Pengecatan
Semua equipment dan perlengkapan instalasi yang belum dicat di pabrik sebagai cat
akhir, harus dicat minimum 3 (tiga) lapis terdiri dari 1 (satu) kali cat dasar dan 2 (dua)
kali cat akhir.
Warna cat akan ditentukan kemudian oleh Konsultan perencana.
Apabila ada peralatan yang dicat akhir di pabrik, mengalami kerusakan/kelecetan
selama transportasi dan pemasangan, harus diadakan "touch up".

5) Angkur

a) Material
ƒ Bahan berupa besi beton, besi siku atau hasil
ƒ tembakan ramset dengan kekuatan yang cukup.
ƒ Harus dilaksanakan bersama Kontraktor Sipil.

b) Pemasangan
ƒ Pemasangan angkur harus dikerjakan sebelum pengecoran dan diikat ke
besi beton.
ƒ Dapat juga dilakukan dengan tembakan ramset atau fischerplug.

15.0. KABEL TEGANGAN RENDAH DAN PENTANAHAN


a. Jenis kabel yang digunakan :
1) Kabel NYY untuk kabel kontrol,
2) Kabel BC untuk pentanahan,
3) Kabel serabut untuk accu.
b. Bahan kabel terbuat dari tembaga dengan isolasi yang sesuai dengan jenis kabel.
c. Bahan kabel yang diusulkan, diantaranya KABELMETAL, SUPREME, KABELINDO,
TRANKA.

16.0. PERALATAN PROTEKSI DAN PERALATAN UKUR


ƒ Feeder panel harus menggunakan circuit breaker.
ƒ Earth fault protection untuk stator dan rotor.
ƒ Trafo Arus untuk pengukuran, pengaman beban dan untuk diffrential protection
ƒ Trafo Tegangan : digunakan type cast resin
ƒ pilot lamp

ƒ relay-relay :
- over current relay
- instantaneous shorth circuit relay
- stator earth fault relay
- earth fault relay
- under voltage relay

ƒ winding over temperature protection relay

ƒ over voltage relay


- Control switch
- Selector switch

17.0. AC OUTPUT METERING


a. Analog Meters
b. Kilowatt Meter
c. Frequency Meter : Scale is 45-65 HZ. Accuracy is ± 0.5 HZ.
d. AC Voltmeter
e. AC Ammeter
f. Phase Select Switch

g. Digital Metering

• Generator set output voltage (3-phase, line-to-line or line-to-neutral).


• Generator set output current (3-phase)
• Power Factor (0 to 1, leading or lagging)
• AC Kilowatts
• AC Kilowatt-hours
• Alternator exciter duty and governor duty (%)
• Generator set output frequency (Hertz)
• Parallel bus frequency (Hertz)

18.0. PANEL GENSET


a. Semua ACB dilengkapi dengan penggerak motor (motorized type).
b. Air circuit breaker (ACB) dilengkapi dengan :
ƒ Interphase barier ƒ Testing / uji coba trip
ƒ Proteksi arus bocor ƒ Petunjuk gangguan
ƒ Proteksi hubung singkat dengan waktu tunda ƒ Unit Trip
ƒ Proteksi beban lebih
c. Penyambungan circuit breaker ≥ 250 A, terhadap komponen lainnya harus
disambung dengan busbar.

d. Pilot lamp, push button pada semua panel listrik dan panel-panel kontrol berupa light
emiting diode (LED).

e. Pilot lamp, push button pada semua panel listrik dan panel-panel kontrol mempunyai
indeks proteksi (IP) 65.

f. Ukuran dan rumah panel harus dapat mencakup semua peralatan dengan
penempatan yang cukup secara elektris dan fisis.

g. Bagian-bagian rumah panel terbuat/terdiri dari kompartemen sheet steel yang dilas.
Pintu swing depan, kerangka baja yang dilas dan pelat penutup, dari sheet steel
(yang dimaksud steel adalah carbon steel).

h. Diagram hubungan listrik antar Circuit Breaker pada setiap cell/kubikel panel,
maupun antar cell/kubikel panel, harus tergambar pada setiap sisi pintu panel dengan
bahan/material yang tahan lama seperti Scotlite atau yang sejenisnya. Gambar harus
menunjukan : busbar, Circuit Breaker, dan jaringan/wiring utama.

i. Tebal dari pelat adalah minimum 2,0 mm.

j. Peralatan instrumen, switches dan sebagainya harus dipasang dalam pasangan


masuk dari muka melalui bukaan-bukaan yang telah tersedia pada rumah panel.

k. Untuk memudahkan pemasangan dan pemeliharaan bagian penutup belakang panel


harus dapat dibuka dengan peralatan khusus.

l. Pintu harus dengan engsel yang tersembunyi dan interlock dengan breaker untuk
pengaman

m. Bukaan Ventilasi pada kedua sisi panel

n. Pada tempat masuknya kabel kedalam panel harus dipasang penutup dengan baut,
yang bila dikencangkan maka kontak antara udara dalam dan udara luar terputus.
Penutup adalah dari type anti debu atau kotoran lainnya.
o. Penutup dan bagian-bagian yang dilas harus dibersihkan dengan bahan-bahan kimia
yang tepat, di treat dengan hot phospate, dicuci dan dicat primer dengan bahan
indoor light gray paint. Sesudah semua bagian terpasang, bagian luar diberi cat
pelindung yang sama.

p. Automatical Transfer Switch (ATS) menggunakan sistem “Mekanikal Elektrikal


Interlok”.

q. Diameter kabel < 10mm2 harus terdiri dari 5 (lima) core.

r. Kabel pentanahan BC 70mm2.

s. Perubahan / penggantian type kabel dari “multi-core” menjadi “single-core”


diperbolehkan dengan syarat diameter kabel pengganti sama dan sejenis.

t. Perubahan / penggantian type kabel dari “single-core” menjadi “multi-core”


diperbolehkan dengan syarat diameter kabel pengganti diperbesar / ditingkatkan dua
tingkat diatasnya dengan mempertimbangkan maximum bending radius daripada
kabel.

u. Kontraktor harus/wajib melakukan penyesuaian komponen panel (circuit breaker,


cable, busbar, dll ) terhadap kemungkinan adanya perbedaan asumsi/persepsi antara
perencanaan dengan penawaran kontraktor atas karakteristik arus asut (starting
current) motor.

v. Kontraktor harus/wajib melakukan penyesuaian komponen panel (circuit breaker,


kabel, busbar, dll) terhadap kemungkinan adanya perbedaan asumsi/persepsi antara
perencanaan dengan penawaran kontraktor atas tipe motor 3φ (phase) dan 1φ
(phase).

w. Semua material yang bersifat konduktif harus ditanahkan.

x. Penyambungan kabel BC harus dipabrikasi di lapangan (Cadweld-System) dengan


serbuk tembaga.

y. Proteksi untuk semua peralatan penunjang seperti control / indikator menggunakan


MCB (Mini Circuit Breaker).

z. Bahan terdiri dari Semua permukaan pelat baja sebelum dicat harus mendapat
pembersihan sejenis "phosphatizing treatment". Bagian dalam dan luar harus
mendapat paling sedikit satu lapis cat penahan karat.
aa. Lapisan akhir cat finish bagian luar dasarnya abu-abu.

bb. Label-label terbuat dari bahan "Trafolite" yang tersusun berlapis putih-hitam-putih dan
digrafir sesuai kebutuhan dalam Bahasa Indonesia

cc. Semua pengabelan didalam harus rapih terdiri atas kabel-kabel warna (setiap kabel
harus diberi “permanent wire markers”), dipasang memakai terminal (setiap terminal
block harus diberi marking), mudah diusut dan mudah dalam pemeliharaan.

dd. Terminal block dimana CT diterminasi harus memiliki busbar yang dilengkapi dengan
“Treaded Hole” untuk menghubungsingkatkan terminal sekunder CT saat
maintenance (relay dilepas).

19.0. BUSBAR PANEL TEGANGAN RENDAH


a. Pengeboran pada busbar tidak diperkenankan.
b. Pada sambungan busbar harus diberi bahan pelindung (tinned).

c. Tembaga yang berdaya hantar tinggi, bentuk persegi panjang dipasang pada pole-
pole isolator dari bahan cast resin dengan kekuatan dan jarak yang telah
diperhitungkan untuk menahan tekanan-tekanan elektris dan mekanis pada level
hubung singkat yang ada dititik tersebut.

d. Busbar dalam panel harus disusun sebaik-baiknya sampai semua terminasi kabel
atau bar lainnya tidak menyebabkan lekukan-lekukan yang tidak wajar.

e. Batang-batang penghubung antara busbar dengan breaker harus mempunyai


penampang yang cukup dengan rating arus tidak kurang dari 125 % rating (amper
frame) breaker tersebut.

f. Rel pentanahan diperpanjang kearah deretan panel, terbuat dari tembaga dengan
kapasitas 100% rel utama.

g. Busbar material : Hard drawn high conductivity copper dengan kandungan tembaga (
Cu > 99%)
h. Dibuktikan dengan sertifikat yang menunjukkan komposisi untuk setiap jenis / ukuran
busbar. Sertifikasi dari salah satu anggota Copper Development Comite of South
East Asia.

i. Busbar Support :
† Busbar harus non hygroscopic / thermoplastic serta anti traking insulator dan
harus self extinguisher
† Harus individual (satu-satu) untuk setiap phasenya
† Banyaknya support yang digunakan harus cukup jumlahnya untuk menahan
electrodynamic stress yang disebabkan oleh arus hubung singkat.
† Harus mampu menahan peak short circuit current.

j. Busbar clearance :

† Jarak antara dua busbar : sesuai dengan standar IEC,DIN.


† Phase to phase clearance : minimal 75mm
† Phase to earth clearance : minimal 40mm

k. Harus terdapat busbar horizontal dan vertikal pada setiap kubikel panel.

l. Cu BARS di cat dengan warna yang berbeda untuk setiap phase sesuai PUIL
m. Tidak diperbolehkan melakukan optimasi besaran / kapasitas busbar dengan
menggunakan sistem hantaran bercabang.

20.0. INSTRUMENT DAN PERALATAN PENUNJUK LAINNYA :

a. Voltmeter AC :

• Jenis moving iron, range 600 volt, sudut 90 derajat, kelas 2,5 hubungan
langsung.
• Rangkaian memakai fuse.
• Bentuk persegi empat pasangan masuk.

• Selector switch dapat mengukur : - fasa/fasa


- fasa/netral

‰ Ammeter AC : - Jenis moving iron, range sesuai kebutuhan, 90 derajat


hubungan langsung dengan trafo arus kelas 2,5.
- Bentuk persegi empat, pasangan masuk
‰ Cos-ϕ meter. : - Jenis moving iron, range sesuai kebutuhan, 90 derajat
hubungan langsung dengan trafo arus kelas 2,5.
- Bentuk persegi empat, pasangan masuk

‰ Frequensi meter : - Jenis moving iron, range sesuai kebutuhan, 90


derajat hubungan langsung dengan trafo arus kelas
2,5.

- Bentuk persegi empat, pasangan masuk

‰ Lampu pilot/indicator : Light Emitting Diode (LED)

21.0. BUSWAY/ BUSBAR TRUNKING


a. Spesifikasi Material

1) Umum
† Low Impedance
† 600 Volt, 3-phase, 4-Wire dengan 50% capacity integral earth bus.
† 20KVolt, 3-phase, 3-Wire untuk interkoneksi antar panel Tegangan Menengah
† Short Circuit rating test sesuai dengan peraturan/standart UL no. 857 , IEC 439-2,
BS 5486, IEC 60439-2 ; JIS XC 8364 ; BSEN 60439-2.
† Type test = by ASTA
† Electrical wiring system = 3 wire atau 4 Wire
† Breaking Capacity = 65 KA
† Insulation Cast Resin type

2) Housing
† Bahan terbuat dari ‘code gauge stell’ dan ‘aluminium’ atau Galvanized steel untuk
meredam hysteresis dan eddy-current.
† Bahan finishing dari epoxy-paint atau Epoxy Powder
† Housing harus “totally enclosed” dan “non-ventilated ( IP = 68 )
† “Housing totally enclosed” harus berasal dari pabrik, tidak diperkenankan
membuat/mem-pabrikasi sendiri sistim “totally enclosed tersebut dengan cara
memodifikasi Busway.
3) Joint
† Joint pada Busway harus terbuat dari “high strength steel bolt” (bolt type)
† “Bolt” (baut) harus mempunyai petunjuk “TORSI” (Torque indication)

4) Busbar
† Busbar terbuat dari “silver flashed Copper / Alluminum”, sesuai gambar
perencanaan.
† Isolasi pada Busbar menggunakan Class-B dengan temperature 130 o C.
† Tingkat pertambahan/kenaikan temperature (temperature rise) tidak boleh
melebihi 55 o C diatas temperature ambient pada kondisi “Full rated load”.
† Susunan ‘Feeder’ dan ‘Plug’ pada Busbar Trunking menggunakan metode
“sandwich construction” sehingga tidak ada celah udara (air gap) pada busbar.

5) Voltage Drop : Pada sistim 3-phase, susut tegangan jala-jala (Line to line voltage drop)
tidak melebihi 0.15 volt per meter.

6) Pemasangan : Mengikuti ktentuan yang disiapkan oleh pabrik pembuat

22.0. PERSYARATAN PEMASANGAN


a. Persyaratan tanki harian
1) Dibuat dengan kapasitas dan dimensi seperti pada gambar.
2) Tanki dibuat di dalam negeri (ex-lokal) dengan syarat-syarat pembuatan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3) Dinding harus terbuat dari material Mild steel.
4) Dinding dibuat dengan konstruksi las.
5) Tukang las yang digunakan harus memenuhi persyaratan (kualifikasi) sebagai tukang
las dan memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Depnaker setempat.
6) Tebal dinding tanki tidak boleh lebih tipis dari 2 mm atau setara dengan US gauge 15.
7) Tanki harus dilengkapi dengan cleaning access, yaitu lubang berpenutup, lihat
gambar detail. Penutup tersebut dipasang pada dinding tanki dengan konstruksi mur
baut serta diberi packing agar tidak bocor.
8) Konstruksi tanki harus memenuhi persyaratan persyaratan dari ASME standard,
PERTAMINA dan Depnaker.
9) Kelengkapan tanki :
a) Delivery line ke mesin diesel dan fire pump,
b) Fuel level (tipe elektris maupun mekanis),
c) Return line,
d) Over flow line,
e) Drain valve,
f) Cleaning access,
g) Tank ventilation,
h) Magnetic floating switch dan sight glass
10) Seluruh pekerjaan besi/baja harus dicat dengan bahan cat yang tahan karat.

b. Persyaratan tanki tanah/storage tank


1) Dibuat sesuai dengan kapasitas dan dimensi seperti pada gambar.
2) Tanki boleh dibuat di dalam negeri (ex lokal), dengan syarat-syarat pembuatan
sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan PERTAMINA.
3) Sebagian dari persyaratan konstruksi tanki yang harus dipenuhi diuraikan di bawah ini:
a) Dinding harus terbuat dari material Mild steel.
b) Konstruksi dinding adalah single walled dengan konstruksi las dimana pada
bagian luar maupun bagian dalam harus dilapisi bahan anti karat terhadap
bahan bakar yang bersifat agresif.
c) Tukang las yang digunakan harus memenuhi persyaratan (kualifikasi) sebagai
tukang las tanki dan memiliki sertifikat yang di- keluarkan oleh Departemen
Tenaga Kerja setempat.
d) Tebal bahan dinding tanki tidak boleh lebih tipis dari 6 mm.
e) Konstruksi tanki harus memenuhi persyaratan dari ASME standard, ketentuan
PERTAMINA dan DEPNAKER.
f) Tanki harus dilengkapi dengan lubang bertutup (lihat gambar detail tanki
bahan bakar).
g) Penutup tersebut dipasang dengan konstruksi mur baut dan diberi packing agar
dapat tertutup dengan rapat.
h) Kelengkapan minimum untuk konstruksi tanki,
(1) Pipa isap,
(2) Fuel level (tipe elektris maupun mekanis),
(3) Drain valve,
(4) Cleaning access,
(5) Pipa pengisi,
(6) Pipa return,
(7) Pipa ventilation dengan flame arrester,
i) Tanki harus diberi perkuatan seperti pada gambar perencanaan.
(1) Tanki harus dibungkus dengan goni RC2 atau tebal minimum 8 mm dan
dilapis dengan aspal setebal 40-50 mm atau sesuai petunjuk DIREKSI
PENGAWAS/MK menurut kondisi tanah setempat.
(2) Sebelum dibungkus harus dicat anti karat min. 2 kali, pelaksanaan
pengecatan seperti ketentuan terdahulu.

c. Persyaratan pompa bahan bakar,


(1) Harus dari jenis hand swing pump dan gear pump atau self primming
regenerative pump.
(2) Harus khusus untuk pompa transfer bahan bakar, memindahkan bahan
bakar dari storage tank ke daily tank.
(3) Kapasitas : sesuai dengan gambar.

d. Persyaratan pipa bahan bakar,


(1) Jenis : Black Steel pipe, Medium Class,
(2) Sambungan : Screwed/Welded joint,
(3) Kelengkapan : Filter & meteran bahan bakar.

23.0. START-UP, TESTING DAN COMMISSIONING


a. Harus dilakukan oleh tenaga akhli yang ditunjuk oleh Manufacturer (pabrik pembuat unit
packaged diesel generating set) atau tenaga Ahli yang telah pernah mendapat pendidikan
khusus dan sertifikat untuk Start-up dan Commissioning mesin tersebut.
b. Pengujian dilakukan untuk mesin, alternator, sistem catu daya cadangan keseluruhan.
c. Harus menggunakan 2 (dua) macam beban pengujian, yaitu dummy load dan beban gedung
sesungguhnya.
d. Selama pengujian semua parameter yang terindikasikan pada alat ukur dicatat, termasuk
oil dan fuel consumption.
e. Uraian Tata Cara Pengujian dapat dilihat dalam Butir 16 sampai dengan Butir 18.

24.0. PENYERAHAN, PEMELIHARAAN DAN JAMINAN


a. Pekerjaan dikatakan selesai apabila :

1) Instalasi telah diselenggarakan dengan baik dan semua sistem telah diuji dan bekerja
sempurna sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi dan dijamin akan tetap
bekerja dengan baik untuk waktu jangka panjang.
2) Pernyataan bahwa sistem telah bekerja dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar, harus dilakukan dengan Berita Acara Pemeriksaan dan sertifikat pengujian.
3) Telah menyerahkan surat jaminan.
4) Telah memenuhi syarat penyerahan gambar revisi (As Built Drawing).

5) Telah melengkapi dengan buku petunjuk kerja dan pemeliharaan, serta telah
memberikan petunjuk kepada wakil dari Pemilik Bangunan tentang cara penggunaan
peralatan-peralatan yang ada.

6) Telah mendapatkan surat pernyataan bahwa instalasi telah dilaksanakan dengan baik
dan dapat bekerja, dari instansi-instansi yang berwenang atas penggunaan instalasi
tersebut, seperti: Dinas Keselamatan Kerja, PLN, Dinas Pemadam Kebakaran dan lain-
lain.

7) Telah mendapatkan surat pernyataan dari MANAGEMEN KONSTRUKSI. bahwa


instalasi telah dilaksanakan dengan baik dan sistem bekerja dengan sempurna.

8) Telah memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam kontrak.

a) As built drawing
b) Certificate dari laboratory (Hanya untuk peralatan utama seperti Generatorset,
panel control genset Transformer dan Panel 20 KV, untuk peralatan lainnya akan
ditentukan kemudian oleh PM/Engineer dan consultant)
c) Measurement report
d) Factory certificate
e) Guarantee certificate dan brochure.
f) Operation dan maintenance manual
g) Spare part untuk satu tahun operasi.
b. Semua sertifikat, instruksi dan perizinan dari instansi yang berwenang memberikan izin
penggunaan atas instalasi yang dipasang, harus diserahkan pada saat atau sebelum hari
penyelesaian pekerjaan yang ditentukan.

c. Penyerahan dilakukan dengan Berita Acara proyek disertai lampiran-lampiran sebagai


berikut :

1) Gambar revisi (as built drawing), dengan jumlah sesuai lingkup/ scope pekerjaan.
2) Surat pemeriksaan dari LMK.
3) Laporan hasil pengukuran.
4) Sertifikat pabrik untuk peralatan utama seperti Transformator dan Panel 20 KV.
5) Sertifikat pabrik (yang masing-masing terpisah satu sama lainnya) untuk peralatan
utama Generatorset :
6) Genset Couple

d. Sertifikat pabrik harus mencantumkan nomor seri peralatan, tahun pembuatan dan nama
proyek. Tahun pembuatan/Couple diharuskan minimal tahun 2016.

e. Surat jaminan ditujukan kepada pemilik bangunan. Surat jaminan berasal dari agen tunggal
dengan melampirkan surat dukungan pabrik pembuat. Surat jaminan dan dukungan harus
mencantumkan nomor seri peralatan, tahun pembuatan dan nama proyek.

f. Sertifikat instalasi dari instansi yang terkait

g. Brosur asli, petunjuk operasi dan petunjuk pemeliharaan.

h. Setelah serah terima tahap pertama Kontraktor harus melakukan masa pemeliharaan dan
penggantian peralatan yang rusak secara cuma-cuma selama jangka waktu 90 hari
terhadap hasil pekerjaan tetap dalam keadaan bekerja sempurna.

i. Setelah penyerahan I, Kontraktor diharuskan melatih orang-orang yang ditunjuk oleh pemilih
bangunan, sehingga mahir dalam mengoperasikan, menyetel dan memelihara semua
peralatan dari instalasi yang dilaksanakan.

j. Pada saat serah terima tahap II (dua) :

1) Semua peralatan dalam kondisi bersih.


2) Ruangan Generatorset, ruang Transformator dan panel 20 KV dalam kondisi bersih
3) Semua peralatan dalam kondisi siap operasi
4) Oil Filter, Fuel filter dan water filter diganti dengan yang baru.
5) Fuel transfer tank dan fuel storage tank dalam kondisi penuh.
6) Battery dalam kondisi 100 % baru (tidak dipakai pada saat testing Genset)
7) Semua peralatan dan material yang rusak pada waktu pengetesan di site project harus
diperbaiki dan diganti dengan yang baru.

k. Setelah serah terima tahap II, Kontraktor harus melakukan masa jaminan dan masa
pemeliharaan terhadap instalasi dan peralatan terpasang selama jangka waktu 365 hari
termasuk melakukan dan penggantian peralatan yang rusak secara cuma-Cuma.

l. Kondisi serah terima I dan II dapat dilihat pada syarat-syarat administrasi khusus didokumen
tender paket ini.

m. Biaya untuk pekerjaan tersebut harus sudah termasuk pada kontrak pekerjaan ini. Apabila
selama masa pemeliharaan kontraktor tidak melaksanakan kewajiban, maka pekerjaan
tersebut dapat diserahkan dengan pihak lain dan biaya tetap ditanggung oleh kontraktor
yang bersangkutan.

n. Selama masa jaminan tersebut, dan atas instruksi MANAGEMEN KONSTRUKSI. Kontraktor
wajib atas biaya sendiri dengan cepat mengganti semua equipment atau peralatan atau
material yang rusak karena kualitas yang kurang baik atau karena pelaksanaan yang
kurang sempurna dan bukan karena kesalahan penggunaan selama instalasi
dipergunakan.

o. Semua perlengkapan,tenaga dan biaya sehubungan dengan perbaikan-perbaikan tersebut


adalah tanggung jawab Kontraktor.

p. Setiap Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua biaya yang timbul sehubungan
dengan kerusakan material, equipment dan kesalahan pembuatan, pemasangan dari
material, equipment yang disuplai oleh Kontraktor, selama masa jaminan.

25.0. SPESIFIKASI UMUM TESTING/PENGUJIAN


a. Pengujian Instalasi Listrik

1) Kontraktor harus segera mengajukan program testing & commissioning untuk semua
peralatan utama, materials, dan systems sebelum testing commissioning
dilaksanakan..

2) Seluruh Pengetesan dan pengujian harus dilakukan bersama MK dan konsultan


perencan dan pemilik gedung di workshop kontraktor sebelum dikirim ke site project
(delivery) atas biaya agent/manufacture.

3) Sebelum melakukan pengetesan kontraktor harus mengajukan prosedur pengetesan


kepada Manajemen Konstruksi dan harus mendapat persetujuan dari konsultan
Perencana.

4) Test yang sama harus dilakukan di site project dengan disaksikan oleh Management
Konstruksi, perencana dan pemilik bagunan atas biaya kontraktor.

5) Pengujian seluruh sistem harus dilakukan bersama agen dan hasilnya harus baik dan
memenuhi persyaratan spesifikasi dan pabrik pembuat.
6) Kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pengetesan dan
mempersiapkan format pengetesan , record dan segala prosedur pengetesan untuk
mendapat persetujuan dan membuat berita acara hasil pengujian.

7) Bilamana diangap perlu maka MK atau Perencana atau pemilikgedung berhak meminta
supaya bahan-bahan instalasi atau peralatan dapat diuji di laboratorium atas
tanggungan biaya Kontraktor.

8) Manufaturing test didasarkan pada standar manufacturing dan applicable standar. Hasil
test tersebut berikut sertifikatnya harus diserahkan kepada pemilik gedung

9) Semua pelaksanaan instalasi harus sesuai dengan persyaratan PLN dan syarat-syarat
pada pasal 1 butir 1.13. Atau sesuai dengan standar pabrik.

a) Pengujian di manufacturer’s shops : sesuai dengan standard pabrik.

b) Pengujian di site project:


(1) Insulation tests
(2) Grounding resistance tests
(3) Circuit continuity tests
(4) Switchboard tests
(5) Polarity tests
(6) Load tests
(7) Dan lain-lain sesuai standard pabrik
10) Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan 20 KV harus diuji sehingga mencapai hasil
baik dan bekerja sempurna sesuai persyaratan PLN dan syarat-syarat pada pasal 1
butir 1.13.

a) Tahanan/impedansi instalasi harus sesuai dengan persyaratan RKS dan PUIL


2011 serta sesuai dengan standar pada pasal 1 butir 1.13..
b)
c) 20 KV circuit insulation resistance tidak kurang dari 1 Mega ohm.
d)
e) 20 KV feeder insulation resistance tidak kurang dari 5 Mega ohms.
f)
g) Atau sesuai dengan standar pabrik.

11) Setiap instalasi yang akan ditutup harus diuji sebelum dan sesudah bagian tersebut
tertutup sehingga diperoleh hasil yang baik sesuai peraturan pada pasal 1 butir 1.13.

12) Tahanan tanah harus diuji memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan sesuai dengan
yang tercantum dalam PUIL-2011.

13) Setiap Panel dan Instalasi selesai dilaksanakan harus diuji bahwa sambungan
terpasang dengan kencang dan tidak terjadi salah polaritas.

14) Semua perlengkapan, tenaga dan biaya untuk mengadakan pengujian baik pengujian
intern ataupun pengujian yang ditentukan oleh instansi yang berwenang memberikan
perizinan menjadi tanggungan Kontraktor.

a) Semua penyambungan harus diperiksa tersambung dengan mantap, kencang


dan tidak terjadi kesalahan sambung atau kesalahan polaritas.

b) Setelah seluruh peralatan terpasang harus diuji kelengkapannya sehingga tidak


ada yang kurang dan tersambung dengan benar.

b. Pengujian Instalasi Pemipaan :

1) Setiap bagian instalasi pemipaan harus diuji sehingga dicapai hasil baik menurut
persyaratan pada pasal 1 butir 1.13.Untuk bagian-bagian yang akan ditutup maka
instalasi didalamnya harus diuji sebelum dan sesudah bagian tersebut tertutup.

2) Setiap instalasi pemipan harus diuji tak ada yang bocor dengan pengujian tekanan
sebesar 6 atm selama 2 jam.

c. Pengujian Generator Set


1) Pengujian harus dilakukan sebelum generator set diberangkatkan dari pabrik pembuat
dan pengujian harus dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh pabrik
pembuat.
2) Pengujian di lokasi harus dilakukan sesuai prosedur testing dan commissioning
sebagaimana telah diuraikan dalam butir 12.

26.0. URAIAN PROSEDUR PENGETESAN / PENGUJIAN GENSET

a. Sebelum Generatorset dikirim ke site project, terlebih dahulu harus dilakukan TEST di
workshop agen sebagai berikut:

1) Pengetesan BEBAN pada workshop agen/factory shop :

a) Pengetesan beban untuk tiap-tiap genset dengan bank load (resistance


bank load) dengan power factor 0,8 :
- 10 % --> 10 menit
- 25 % --> 10 menit
- 85 % --> 15 menit
- 100 % --> 60 menit
- 110 % --> 60 menit
- 50 % --> 15 menit
- 25 % --> 10 menit
- 10 % --> 10 menit

b) Sebelum melakukan pengetesan kontraktor harus mengajukan prosedur


pengetesan kepada Manajemen Konstruksi dan harus mendapat
persetujuan dari konsultan Perencana.

2) Factory acceptance test (FAT) / workshop acceptance:

a) Generator
(1) Visual and mechanical inspection
(2) Over speed run
(3) Measurement of cold resistance of armature and field windings
(4) Measurement of insulation resistance of stator and rotor windings
(5) Dielectric and strength test

b) Diesel Engine

(1) Mechanical inspection


(2) No Load runningtest
(3) Starting test
(4) Load test (lihat butir i )
(5) Speed governor test
(6) Over speed trip test
(7) Measurement of Noise Level and Vibration

c) Controls Equipment

(1) Visual inspection


(2) Measurement of insulation resistence
(3) Operation check
(4) Sequence test of generator control panel (lihat butir iii)
(5) Signal test from/to external facilities (lihat butir iii)
(6) Test certificate dari komponen utama seperti Protection relay. CT/PT

3) Pengetesan SIMULASI (Simulation Test) pada workshop agen:

Engine Warning and Shutdown Messages

(1) Low oil pressure (warning)


(2) Low coolant temperature (warning)
(3) High coolant temperature (warning)
(4) Oil pressure sender (warning, indicates a sender or wiring failure in the oil
pressure monitoring system).
(5) Engine temperature sender (warning , indicates a sender or wiring failure in
the engine temperature monitoring equipment).
(6) Low oil pressure (shutdown)
(7) High coolant temperature (shutdown)
(8) Fail to crank (shutdown, indicates failure of engine to rotate on start
command).
(9) Overcrank (shutdown, indicates cranking time exceeds 75 seconds, or
failed to start after all cycle cranking attempts).
(10)Magnetic pick-up failure (shutdown)
(11)Overspeed (shutdown, engine speed greater than 115 % of nominal).
(12)Emergency Stop (shutdown)
(13)Hight alternator temperature alarm (shutdown)
(14)Ground fault alarm (shutdown)
(15)Fail to synchrone (shutdown)

Generator Warning and Shutdown Messages


(1) Overload
(2) Overcurrent
(3) Short Circuit
(4) High AC voltage
(5) Low AC Voltage
(6) Reverse Power
(7) Under Frequency
(8) Loss of Excitation
(9) Phase Rotation (Anticipate Feature)

4) Sebelum Generatorset dihubungkan ke beban, terlebih dahulu harus dilakukan TEST


beban di site project sebagai berikut:

a) Pengetesan BEBAN di site project dilakukan sebagai berikut :

Pengetesan beban untuk tiap-tiap gensedengan bank load (resistance bank load)
dengan power factor 0,8 atau 1 :

- 10 % --> 10 menit
- 25 % --> 10 menit
- 85 % --> 15 menit
- 100 % --> 60 menit
- 110 % --> 60 menit
- 50 % --> 15 menit
- 25 % --> 10 menit
- 10 % --> 10 menit

Selain pembebanan, hal lainnya yang harus diteliti adalah lube oil low pressure,
high water temp, high engine oil temp, overspeed, fuel oil pressure dan lain-lain
sesuai standard pabrik engine.

Sebelum melakukan pengetesan kontraktor harus mengajukan prosedur


pengetesan kepada Manajemen Konstruksi dan harus mendapat persetujuan dari
konsultan Perencana.

b) Pengetesan SIMULASI (Simulation Test) di site project :

Engine Warning and Shutdown Messages


(10)Low oil pressure (warning)
(11)Low coolant temperature (warning)
(12)High coolant temperature (warning)
(13)Oil pressure sender (warning, indicates a sender or wiring failure in the oil
pressure monitoring system).
(14)Engine temperature sender (warning , indicates a sender or wiring failure in
the engine temperature monitoring equipment).
(15)Low oil pressure (shutdown)
(16)High coolant temperature (shutdown)
(17)Fail to crank (shutdown, indicates failure of engine to rotate on start
command).
(18)Overcrank (shutdown, indicates cranking time exceeds 75 seconds, or
failed to start after all cycle cranking attempts).
(19)Magnetic pick-up failure (shutdown)
(20)Overspeed (shutdown, engine speed greater than 115 % of nominal).
(21)Emergency Stop (shutdown)
(22)Hight alternator temperature alarm (shutdown)
(23)Ground fault alarm (shutdown)
(24)Fail to synchrone (shutdown)

Generator Warning and Shutdown Messages


(1) Overload
(2) Overcurrent
(3) Short Circuit
(4) High AC voltage
(5) Low AC Voltage
(6) Reverse Power
(7) Under Frequency
(8) Loss of Excitation
(9) Phase Rotation (Anticipate Feature)

5) Seluruh biaya pengetesan ditanggung oleh kontraktor, dan untuk setiap pengujian/test
harus dibuatkan berita acaranya..

6) Tingkat kebisingan suara diluar ruang Genset sejauh 3 meter harus diukur dan
memenuhi persyaratan RKS yaitu tidak lebih dari 70 dB (Pengukuran dilakukan pada
malam hari).

7) Semua pengujian harus disaksikan dan disetujui oleh pemilik gedung/MK dan
Perencana dengan membuat laporan tertulis.
8) Kontraktor harus memneritahukan secara tertulis kepada pemilik gedung paling lambat
satu minggu sebelum pengujian. Kontraktor wajib menyediakan prosedur pengujian
dan diserahkan kepada perencana, pemilik gedung/MK bersamaan dengan
pemberitahuan jadwal pengujian.

9) Kontraktor wajib menyediakan alat pengaman dalam melakukan pengujian seperti :


(1) Pemadam kebakaran
(2) Peredam suara ditelinga
(3) Dan lain-lain
JENIS
NO SPESIFIKASI SINGKAT MERK
MATERIAL

1. Generatorset Kapasitas : Sesuai Gambar Perencanaan ƒ MTU On Site


ƒ Kohler
ƒ Engine Diesel 4 Cycle, Electronic, Governor, Water ƒ Caterpillar
Cooling Radiator (Engine Mounted Type)
ƒ Stanford
ƒ Alternator 4 Pole wye (Y) connection ƒ Marathon
Self Exciting (PMG) Brushless Type 125 °C (class ƒ Leroy Somer
–H) insulation.

ƒ ABB
2. Panel Kontrol Circuit Breaker : ƒ Scheneider
Genset ƒ Siemens

Contactor / relay : ƒ Telemecanique


ƒ Omron
ƒ ABB

Time Delay ƒ Matsushita


: ƒ Omron
ƒ Hager

Transformator pengukuran ƒ AGS


- CT ƒ SEG
- PT : ƒ Trafindo

Metering ƒ Schneider
- Elektronik ƒ Fuji
ƒ ABB

Electronics Control : Sesuai Spesifikasi ƒ Deapsea


dan Gambar. ƒ Deiv

Componen LV (Circuit ƒ Schneider


Breaker) : ƒ Siemens
ƒ ABB

Komponen LV (Contactor / : ƒ Telemecanique


relay) ƒ Omron
ƒ ABB
SPESIFIKASI TEKNIS

16.4

DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan serta
pemasangan berikut penyerahan sistem elektrikal dalam keadaan baik dan siap
untuk dipergunakan. Pekerjaan ini mencakup tetapi tidak terbatas pada hal-hal
berikut :

 Panel-panel TR yang akan dipasang pada tempat-tempat seperti ditunjukkan


dalam Gambar Perencanaan.
 Khusus untuk Panel LVMDP dan MDP harus Smart Panel Non Type Test
 Jaringan kabel feeder, busbar trunking dari sumber daya yang ada ke panel-
panel seperti ditunjukkan dalam Gambar Perencanaan.
 Untuk menjamin kualitas pemasangan yang baik dan benar, maka pekerjaan
harus dilaksanakan oleh panel builder terpilih.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL – 20110).


1. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP – 1983).
2. International Electrotechnical Commision (IEC).
3. Verband Deutscher Electrotechniker (VDE).
4. Japanese Industrial Standar (JIS).
5. Standar Nasional Indonesia (SNI).
6. British Standars (BS).
7. Spesifikasi Teknis 02315 – Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.

3.0. KONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI

1. Panel distribusi yang tertera dalam gambar perencanaan merupakan system


Smart Panel yang akan difungsikan untuk integrasi dengan BAS/BMS dan
pengoperasian secara remote dari Ruang Kontrol sebagai pusat komando
operasi.

2. Integrasi yang dimaksud meliputi operasi On/Off untuk pemadaman maupun


penyalaan secara Remote, Pengukuran secara remote baik untuk pengukuran
energi listrik, daya, arus, tegangan sampai pada tingkat mengetahui besarnya
harmonisa arus dan tegangan bahkan di tingkat Panel LVMDP dan SDP.

3. Panel Distribusi Tegangan Rendah (LVMDP, SDP & PP/LP), seperti yang tertera
pada gambar perencanaan, kecuali ditunjuk lain. Seluruh Assembly termasuk
housing, busbar, alat – alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba dan
dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan. Panel Distribution Tegangan
Rendah dan Panel Penerangan & Daya harus dari jenis indoor type terbuat dari
plat baja, dimana mempunyai kekuatan Mekanikal dengan IK10 dan dibuat
mengikuti standar SNI-IEC 61439-1&2

4. Form Segregasi dari Panel Distribusi Tegangan Rendah untuk Panel LVMDP dan
SDP harus Form 3B (minimum) dan untuk Panel PP dan LP harus minimum
Incoming & Outgoing Form 2B Non Type Tested mengikuti standar SNI-IEC
6139-1&2. Indeks Proteksi pada Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR)
harus memenuhi standar IP 55.

5. Kontruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku, yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh stress mekanis pada waktu hubungan singkat.
Rangka ini secara lengkap di bungkus pada bagian bawah, atas dari sisi dengan
plat-plat.

6. Penutup harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk mengatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian-bagian
yang bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL-2011 dan SNI-IEC 61439-
1&2 untuk peralatan yang tertutup.

7. Material-material yang bertegangan harus di cegah dengan sempurna terhadap


kemungkinan percikan air. Semua meteran dan tombol transfer yang
dipersyaratkan harus di kelompokan pada satu papan panel yang berengsel dan
tersembunyi.

8. Setiap panel yang akan di remote dari sistem BMS atau BAS harus dilengkapi
fasilitas dry contact.

4.0. MODUL KOMUNIKASI

1. Komponen Incoming Circuit Breaker (ACB,MCCB,MCB) yang berada di LVMDP,


SDP dan Panel Penerangan dan Daya harus di beri modul Komunikasi, di mana
fungsinya membuat pengelolaan energy didalam gedung menjadi lebih
sederhana, aman dan lebih efisien yang tentunya berdampak langsung pada
efisiensi energy melalui 3 langkah : Mengukur, Menghubungkan dan Menyimpan
Data. Modul komunikasi pada tiap-tiap panel tersebut diperlukan untuk
mengintegrasikan pemutus ke dalam system supervise (IBMS/BAS), sehingga
fungsi proteksi, control dan monitoring dapat dilakukan dari jarak jauh, seperti :
a. Identifikasi Pemutus
b. Indikasi status dan kondisi pemutus
c. Analisa parameter – parameter daya arus bolak balik untuk keperluan
pengoperasian dan pemeliharaan.
2. Komponen breaker (ACB, MCCB, dan MCB) yang mempunyai modul komunikasi
yaitu Ethernet, Modbus atau modul komunikasi lainya dan dapat dihubungkan
dengan Building Management System (BMS) atau Building Automation System
(BAS). Modul komunikasi tidak hanya memonitor status Breaker tapi juga
mengontrol Breaker tersebut seperti ON, OFF dan Trip. Fungsi kontrol tersebut
bisa dijalankan baik itu secara Manual melalui perintah dari Lokal (Push button di
Panel) maupun secara Remote (dari BMS atau BAS).
3. Mempunyai fasilitas Digital Metering tersentralisasi yang mempunyai modul
komunikasi Ethernet dengan Global Accuration 1 sehingga memungkinkan untuk
memonitor, mengatur, mengaanlisa dan profiling pengukuran parameter daya.
4. Komponen ACB harus menggunakan fasilitas digital trip unit dan MCCB harus
dilengkapi elektronik trip unit yang keduanya dilengkapi motorize dan assesories
pendukung untuk di remote dari BMS atau BAS.
5.0. KEMAMPUAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

1. Pada keadaan normal, seluruh beban dilayani dari catuan daya listrik utama di
Power House yang berasal dari Jaringan Tegangan Menengah PLN 20kV yang
telah dikonversi oleh Unit Trafo Distribusi menjadi bertegangan 380 V, 3 phasa,
50 Hertz.
2. Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan, secara
otomatis seluruh kebutuhan daya listrik akan dilayani oleh sumber catu daya
cadangan yang berasal dari Diesel Generating Set.
3. Pada keadaan darurat (terjadi kebakaran), secara otomatis seluruh beban pada
gedung yang mengalami kebakaran akan dimatikan oleh signal listrik yang
dikirimkan dari sentral Sistem Pengindera Kebakaran (FACP) kecuali daya
listrik untuk mencatu beban-beban khusus seperti Electric Fire Pump, Fuel Pump
lift kebakaran, peralatan bantu evakuasi.

6.0. PANEL DAYA & INSTALASI UNTUK RUANG OK & RUANG ICU

6.1 Persyaratan Umum


a. Instalasi kelistrikan harus memenuhi atau melampaui persyaratan standar
internasional IEC 603647-710 yaitu perlindungan oleh pemisahan listrik
sebagaimana ditetapkan oleh referensi IEC 60364 (pembangkit listrik
pengguna dengan tegangan pengenal tidak lebih dari 1000 V dalam arus
bolak-balik dan 1500 V dalam arus searah) mencegah pembangkitan arus
berbahaya karena kontak dengan bumi di bawah tegangan karena
kesalahan di isolasi utama sirkuit. Dan atau memenuhi peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia no. 2306/MENKES/PER/XI/2011.

b. Ketersediaan dan kualitas daya listrik sangat penting untuk keselamatan


pasien saat menjalani suatu operasi. Instalasi listrik di Kamar Operasi dan
Ruang Rawat yang masuk kategori ICU harus memastikan
kesinambungan perawatan sekaligus memberikan perlindungan terhadap
kemungkinan sengatan listrik dalam semua kondisi; oleh karena itu, solusi
yang diterapkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Availability Energi.
a) Untuk lingkungan dengan Criticality level 1 desain kelistrikan
harus memenuhi persyaratan IEC 60364-7-710. Persyaratan
“outage kurang dari 0.5 detik” harus diatasi oleh UPS dengan
static switch. Sedangkan “daya tahan 3 jam” dapat dipenuhi
dengan generator back-up di sisi upstream.
b) Suplyer harus menyediakan kalkulasi “Dependability”
menggunakan metode MTBF (Mean time between failure) dalam
hal gangguan. Kinerja yang diharapkan, durasi “Unavailability”
pada IT outlet harus lebih kecil dari 0.04 menit/tahun.

2) Perlindungan terhadap sengatan listrik.


Berdasarkan standard IEC 60364-7-710, solusi untuk suplay ke grup 2
(grup 2 adalah peralatan medik yang masuk ke dalam tubuh) adalah
dengan trafo isolasi yang dilengkapi dengan gawai monitor insulasi
(GMI) yang terpasang permanen.

6.2 Standar Yang Digunakan



a. IEC 61439-1 and -2
"Low-voltage switchgear and control gear assemblies - General Rules"
and "Low-voltage switchgear and control gear assemblies - Power
switchgear and control gear assemblies".

b. IEC 60439-1 and -2


"Low-voltage switchgear and control gear assemblies - General Rules"
and "Type-tested and partially type-tested assemblies".

c. IEC 60364-7-710
"Electrical installations of buildings - Requirements for special installations
or locations – Medical locations".

d. IEC 61557-8
"Electrical safety in low-voltage distribution systems up to 1000 V AC and
1500 V DC - Equipment for testing, measuring or monitoring of protective
measures - Part 8: Insulation monitoring devices for IT systems".

e. IEC 61558-2-15
"Safety of power transformers, power supply units and similar - Part 2-15:
Particular requirements for isolating transformers for the supply of medical
locations".

f. IEC 60364-4-44
"Low-voltage electrical installations - Protection for safety - Protection
against voltage disturbances and electromagnetic disturbances".

g. IEC 61000-6-2
"Electromagnetic compatibility (EMC) – Generic standards – Immunity for
industrial environments".

h. IEC 61000-6-3
"Electromagnetic compatibility (EMC) – Generic standards – Emission
standard for residential, commercial and light-industrial environments".

i. 2306/MENKES/PER/XI/2011
“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia” PERSYARATAN
TEKNIS PRASARANA INSTALASI ELEKTRIKAL RUMAH SAKIT.

6.3 Rancangan Panel Elektrik untuk Kamar Operasi & Ruang ICU
Berdasarkan IEC standar, panel kamar operasi disuplay oleh 2 sumber
energy terpisah. “Suplay utama” adalah suplay yang datang langsung dari
sistem backup UPS. Sedangkan “Suplay darurat” datang dari sistem suplay
cadangan.
a. Pada saat terjadi gangguan “suplay utama”, sebuah Automatic
Changeover Switch akan memindahkan suplay dari sumber utama ke
suplay cadangan dalam waktu kurang dari 30ms. Waktu transfer dari
Utility ke Genset harus dibatasi maksimum 10 detik.
b. Total diskriminasi gangguan dikelola di sisi up-stream panel isolasi,
dengan rating Circuit Breaker lebih besar dari 63A dan kurva D, untuk
mencegah tripping akibat arus inrush.
c. Wiring harus dilaksanakan memenuhi rekomendasi PUIL 2011/IEC
60364-4-44, IEC 61000-6-2 dan IEC 61000-6-3.
d. Peralatan proteksi listrik harus dapat diakses oleh staf maintenance tanpa
resiko kontak.
e. langsung dengan bagian bertegangan. Selain itu jalur komunikasi dan
power harus melalui jalur terpisah.
f. Perambatan induksi medan elektromagnet harus dicegah dengan sistem
pemisahan secara fisik (sesuai dengan SNI-IEC 61439-1&2).
g. Setiap panel harus memiliki minimal 12 pemutus arus output untuk sistem
IT dan 3 breaker
h. output untuk sistem TNS. Tiap pemutus arus untuk output ini memiliki
kurva pemutus tipe C.
i. Panel memiliki ketahanan mekanikal IK10 sesuai standar IEC 62262
(2002).

6.4 Trafo Isolasi
Perlidungan terhadap sengatan listrik dicapai dengan pemasangan Trafo
Isolasi untuk ruang operasi. Trafo isolasi yang digunakan hendaknya
memenuhi persyaratan IEC 61558-1 and IEC 61558-2-15
 System grounding sekunder sesuai dengan panduan dari IEC 60364-7-
710
 Trafo satu fasa 230/230V
 Insulasi trafo kelas H
 Kebisingan maksimum 30dB pada jarak 1 meter
 Belitan primer dan sekunder terpisah total
 Terdapat faraday screen pemisah antara belitan primer dan belitan
sekunder
 Sistem cooling menggunakan aliran udara alami. Tidak diperbolehkan
menggunakan kipas tambahan.
 Monitoring suhu operasi trafo menggunakan bimetal strip.
 Rangkaian sisi sekunder tidak memiliki common point dengan rangkaian
sisi primer, baik berupa device ataupun titik grounding.

6.5 Gawai Monitor Isolasi
a. Gawai monitor Isolasi adalah alat pemantau isolasi yang dirancang
khusus untuk grup 2 lokasi medis. Gawai monitor isolasi mengukur
insulasi ke bumi dalam jaringan IT-M (medik), kelebihan panas dan listrik
dari isolasi transformator. Gawai monitor Isolasi yang digunakan harus
sesuai dengan standar internasional: EN 61557-8, IEC EN 64-8 / 7-710
dan UNE 20615

Menggunakan metode injeksi arus bolak-balik frekuensi rendah atau DC


Parameter impendasi sistem (dalam Ohm) ditampilkan pada layar gawai.

 Impedans arus bolak-balik (Zi) dari gawai tersebut paling sedikit 100
kOhm.
 Voltase ukurnya harus maksimal 25 V dc;
 arus ukur tidak boleh melebihi 1 mA, juga pada keadaan hubung
pendek sempurna ke bumi, dari salah satu fase.
 Mampu menampilkan impedansi sampai dengan 10 MOhm
 Harus ada isyarat bila resistansi insulasi turun sampai 50 kOhm
 Waktu respon gawai dari kejadian gangguan harus kurang dari 1 detik.
 Memonitor kapasitas pemakaian dan juga suhu operasional trafo.
 Gawai dilengkapi dengan log alarm.
 Gawai dapat integrasi berinteraksi dengan sistem pengawasan melalui
Protokol Modbus RTU melalui RS485 port serial
b. Sesuai dengan standar IEC 60364-7-710 dan peraturan Menkes RI, untuk
setiap sistem IT medik,ruang operasi atau kumpulan ruang operasi, harus
dipasang perangkat pemberi sinyal ke sebuah ruangan dan dalam ruang
itu harus selalu ada petugas. Perangkat pemberi sinyal ini harus
terintegrasi dengan sistem perangkat lunak basis data yang akan
merekam semua parameter di setiap ruang operasi termasuk:

 Kondisi insulasi ruang operasi
 Kondisi pembebanan trafo isolasi
 Kondisi lingkungan pasien (suhu, kelembaban ruangan)
 Kondisi gas medik
 Waktu (durasi) operasi, dll

6.6 Display dan Remote control di Kamar Operasi
Remote display analog di setiap ruang operasi yang memberikan status
isolasi listrik, yang terdiri dari:

- Lampu hijau : Kondisi operasi normal dan aman Alarm


gangguan isolasi pada sistem IT.
- Lampu merah : Alarm gangguan akibat trafo overload, atau
overheat, atau tripping pemutus arus.
- Buzzer : beroperasi sinkron dengan alarm
- Tombol tekan test : tombol untuk pengetesan isolasi
- Tombol tekan alarm : untuk mematikan suara alarm, tetapi tidak untuk
memutus alarm.

Selain display analog, secara terpisah, setiap kamar operasi juga dilengkapi
dengan layar sentuh digital yang memuat informasi sebagai berikut :
- Monitoring status panel isolasi, level insulasi
- Monitoring suhu ruangan operasi, kelembaban, AHU status
- Monitoring level gas medik

6.7 Fault Locator
Gawai monitor insulasi harus dilengkapi dengan fault locator, yang berfungsi
untuk diagnostik gangguan insulasi dan menginformasikan pemutus arus
mana yang mengalami gangguan. Fault locator terpasang di panel.

7.0. PROSEDUR UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

7.1 Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.

7.1.1 Sebelum diadakan ke lapangan, contoh dan/atau brosur/data teknsi


bahan/peralatan untuk pekerjaan sistem elektrikal tersebut harus
diajukan dahulu kepada Konsultan MK untuk disetujui.

7.1.2 Kontraktor harus membuat daftar bahan/peralatan yang akan


digunakan dan menyerahkannya kepada Pengawas Lapangan untuk
disetujui.

7.2 Gambar Detail Pelaksanaan.


7.2.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan sistem elektrikal dimulai, Kontraktor
harus membuat dahulu Gambar Detail Pelaksanaan serta diajukan
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.

7.2.2 Dalam membuat Gambar Detail Pelaksanaan dan dalam


pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus bekerja sama dengan
Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama agar
seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.

7.2.3 Kontraktor harus membuat Gambar Kerja yang diperlukan untuk


mendapatkan ijin dari PLN.

7.2.4 Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan secara garis besar letak
dari peralatan, instalasi, jalur kabel, titik penomoran pada
sambungan-sambungan.
Pemasangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi
setempat lapangan.

7.3 Pengiriman dan Penyimpanan.

7.3.1 Semua bahan dan peralatan yang didatangkan dan akan dipasang
harus dalam keadaan baru, tidak rusak, bukan barang bekas dan
tidak bercacat dan harus dilengkapi dengan data teknis yang jelas
yang menyebutkan bahwa bahan-bahan tersebut sesuai dengan yang
telah disetujui.

7.3.2 Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya


pada tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.

7.4 Ketidaksesuaian.

7.4.1 Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau tidak


sesuai dengan yang telah disetujui, maka Kontraktor wajib
menggantinya dengan bahan yang sesuai dan yang disetujui
Pengawas Lapangan.

7.4.2 Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

7.5 Persyaratan Lainnya.

7.5.1 Pekerjaan sistem elektrikal harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang


terdaftar di PLN dan memliki surat ijin dari PLN yang masih berlaku,
minimal pas PLN kelas C, dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan.

7.5.2 Kontraktor diwajibkan untuk mendidik petugas-petugas dari Pemilik


Proyek sehingga memahami seluruh sistem elektrikal ini dan dapat
menjalankannya dengan baik.

7.5.3 Dalam hal ada perbedaan antara satu pernyataan dengan pernyataan
lain atau antara Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini, maka
Kontraktor harus menginformasikan masalah tersebut kepada
Pengawas Lapangan untuk pemecahannya.

8.0. BAHAN – BAHAN

8.1 Panel.
8.1.1 Panel harus dari tipe pemasangan sesuai petunjuk Gambar Kerja,
terdiri dari unit tertutup yang dilengkapi dengan pintu depan dan
bagian belakang panel yang dapat dibuka.

8.1.2 Kecuali ditentukan lain, rangka panel harus dibuat dari baja pelat
tebal minimal 2mm, bak untuk panel daya maupun panel penerangan
dan lainnya dengan dimensi sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

Panel harus dibuat pada rangka yang kuat dengan pengaku dan
penumpu yang dibutuhkan.

8.1.3 Setiap panel harus menggunakan cat bakar dalam warna sesuai
Skema Warna yang akan diterbitkan terpisah.

8.1.4 Pintu panel dipasang ke badan panel menggunakan engsel sebanyak


2 buah, dan pintu panel harus dilengkapi dengan kunci tipe lock
handle, yang semuanya harus berasal dari kualitas terbaik.

8.1.5 Sekeliling bidang bukaan/pintu panel harus dilengkapi dengan gasket


untuk mencegah masuknya debu dan air.

8.1.6 Tipe dan besaran komponen panel yang akan dipasang harus sesuai
dengan ketentuan dalam Gambar Kerja atau disesuaikan dengan tipe
peralatan yang digunakan.

8.1.7 Komponen-komponen pengaman yang dipakai harus dari tipe mini


circuit breaker, moulded case circuit breaker dan air circuit breaker,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

8.1.8 Setiap pintu panel harus dilengkapi dengan lampu indicator pentunjuk
fasa serta lampu pijar yang ditempatkan di dalam panel yang
semuanya harus berasal dari kualitas terbaik. Kabel untuk lampu-
lampu tersebut harus dari jenis yang tahan terhadap hubung singkat.

8.1.9 Khusus untuk Panel LVMDP dan MDP harus Smart Panel Non Type
Test. Hal ini dilakukan untuk megetahui kapasitas arus dan tegangan
yang digunakan kemudian dapat termonitor oleh BAS

8.2 Kabel.
8.2.1 Kabel-kabel feeder untuk penanaman langsung pada 600V/1kV atau
lebih rendah, harus dari Jenis NYFGbY (SNI 04-2700-1992), dengan
ukuran yang sesuai ketentuan Gambar Kerja.

8.2.2 Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja, kabel daya dan
penerangan yang dipasang di dalam conduit untuk tegangan kerja
600V/1kV atau lebih rendah, harus dari tipe NYY (SNI 04-2701-1992)
atau NYM (SNI 04-2699-1992) seperti ditunjukkan dalam gambar
perencanaan.
8.2.3 Kecuali ditentukan lain, standar warna kabel yang digunakan adalah
sebagai berikut:
 Netral : Biru
 Ground : Hijau – Kuning
 Fasa : Merah, Hitam, Kuning

8.2.4 Alat penyambung kabel/mof harus dari merek atau 3M yang dikenal
atau dari jenis yang sesuai dengan tipe kabel yang akan disambung.

8.3 Konduit.

8.3.1 Konduit untuk kabel-kabel yang menuju stop kontak, saklar, titik
lampu dan peralatan harus terbuat dari pipa high impact uPVC tipe
high impact dengan kode angka 332112 yang memenuhi standar IEC
/ BS-EN 61386, dengan diameter sesuai petunjuk Gambar Kerja.

8.3.2 Kabel yang ditanam dalam tanah, dibawah atau melintang jalan dan
perkerasan harus ditempatkan dalam konduit yang terbuat dari pipa
baja lapis galvanis kelas medium standar SNI 07-0039-1987 atau
pipa PVC kelas 8kg/cm2 yang memenuhi standar SNI 06-0084-1987,
dengan diameter sesuai Gambar Kerja.

8.3.3 Konduit fleksibel harus terbuat dari pipa lentur uPVC yang memenuhi
standar BS 4607, digunakan pada tempat-tempat tertentu sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja. Konduit fleksibel ini harus tahan
cuaca, panas, tidak mudah pecah, serta kedap air dan debu.

8.4 Rak Kabel.

Rak kabel harus terbuat dari baja lembaran berlubang lapis seng/galvanis,
dengan tipe lengkap tutup, bentuk dan dimensi sesuai Gambar Kerja.

8.5 Busduct.

Busduct terbuat dari Aluminium yang dilapis tin coating dengan bahan isolasi
antar konduktor double layer polyester film (2 x 0,20mm = 0,40mm) class
B(130°C), dengan kemampuan memadamkan api sendiri ( V1 self-
extinguishing insulating material), dengan ketahanan dielectric dan
incandescent wire test sesuai IEC 60695-2-1 (CEI 50.11).

Casing busduct harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum
1,5mm dan dirakit menggunakan rivet sehingga bisa mencapai minimum IP
55

8.6 Soket dan Saklar.

8.6.1 Stop kontak, baik tipe tunggal maupun ganda, dengan kontak
pembumian disisi-sisinya, harus dari tipe pemasangan terbenam
(lengkap dengan kotak) dan harus memenuhi standar CEE7.
Kapasitas minimal stop kontak adalah 250V 16A, tipe tunggal dan
ganda.
Stop kontak yang dipasang pada ketinggian sesuai petunjuk dalam
Gambar Kerja.
8.6.2 Saklar, baik tipe tunggal, rangkap maupun hotel, harus dari tipe
pemasangan terbenam (lengkap dengan kotak), dengan kapasitas
minimal 10A dan harus memenuhi standar BS3676.
Saklar dipasang 120 cm di atas permukaan lantai, kecuali ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.

8.6.3 Seluruh saklar dimaksud dalam pekerjaan ini adalah harus buatan
dari Panasonic, Legrand atau Schneider model Mallia dan
pemasangannya tersambung sebagai Digital Input yang sudah
disiapakan dalam Direct Digital Control (DDC) yang telah disediakan
dalam lingkup pekerjaan IBMS. Saklar dan Stop kontak harus
memiliki opsi warna dan juga memiliki frame dengan kapasitas lebih
dari satu gang untuk kerapian dan estetika pemasangan.

8.6.4 Stop kontak dan tusuk kontak untuk peralatan harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan.Stop kontak dipasang
antara 30 – 90 cm diatas permukaan lantai,kecuali ditentukan lain
dalam gambar.

8.6.5 Kecuali ditentukan lain, semua stop kontak, sklar dan sklar grid harus
berwarna putih / Ivori.

9.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

9.1 Umum.

9.1.1 Prinsip Suplai Listrik.


Suplai daya untuk penerangan dan lainnya akan ditentukan
kemudian dan harus terdiri dari 4 (empat) kawat, 3 fasa, 380/220/50
Hz.

9.1.2 Prinsip Distribusi.


w Distribusi secara radial dari panel distribusi utama ke panel-
panel.
w Distribusi daya untuk penerangan, dipisahkan dari distribusi
daya untuk peralatan lainnya.

9.1.3 Prinsip Proteksi.


w Sistem listrik harus dilengkapi dengan proteksi terhadap hubung
singkat di setiap panel, proteksi terhadap beban lebih dan
hubung singkat untuk panel distribusi utama dan panel daya,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
w Semua bagian metal dari peralatan listrik harus dihubungkan ke
kabel PE seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
w Termasuk dalam hal ini adalah, tetapi tidak terbatas pada kolom
bangunan, konduit, peralatan elektrikal, rangka motor dan
lainnya.
w Sistem pembumian sesuai Peraturan Umum Instalasi Penangkal
Petir (PUIPP – 1983).

9.2 Panel dan Komponen.


9.2.1 Sebelum fabrikasi dan pengadaan panel, Kontraktor harus
menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

9.2.2 Panel-panel harus difabrikasi dan dipasang sesuai notasi dalam


Gambar Kerja.

9.2.3 Semua komponen panel harus dipasang sesuai notasi dalam Gambar
Kerja atau sesuai instruksi Konsultan Manajemen Konstruksi.

9.2.4 Seluruh panel kontrol panel daya, pemutus daya (CB), saklar
pengaman dan peralatan elektrikal lainnya, harus dubuatkan papan
nama untuk identifikasi dan petunjuk penggunaan alat tersebut.

9.2.5 Papan nama (direktori) harus dibuat dari pelat logam dengan huruf
timbul. Keseluruhan papan nama harus berukuran 1,5” (3,81cm)
tinggi dengan lebar seperlunya. Tinggi huruf 1,0” (2,54cm).
Ketebalan pelat minimal 3mm.
Papan nama harus menempel dengan kokoh dengan cara dibaut
atau dirivet.

9.2.6 Setiap daun pintu dari masing – masing panel disambungkan/


dipasangkan kawat pembumian ke badan panel.

9.2.7 Setiap panel harus diketanahkan (grounded) dengan harga tahanan


pembumian maksimum 2ohm. Sistem pembumian adalah PNP.

9.2.8 Lubang penarik pada panel harus berukuran sesuai dengan ukuran
dan jumlah konduit, penghantar dan konfigurasi penghantar.

9.2.9 Pada semua jalur masuk ke panel, lubang penarik atau lubang ke luar
tanpa leher berulir, konduit harus diikat pada tempatnya dengan mur
pengunci di luar kotak dan dengan mur pengikat dan bantalan pada
bagian dalam kotak. Bantalan harus dari jenis penyekat.

9.2.10 Setiap panel harus dilengkapi dengan diagram pengkabelan/bagan


aliran arus dan kartu direktori yang ditempatkan di bagian dalam pintu
panel.
Kartu direktori harus diisi lengkap oleh Kontraktor dengan
mencantumkan semua beban terhubung.

9.3 Pemasangan Kabel.

9.3.1 Luar Bangunan.

w Pemasangan kabel didalam tanah harus dilakukan dengan cara


sedemikian rupa sehingga kabel itu cukup terlindung terhadap
kerusakan mekanis dan kimiawi yang mungkin timbul pada
tempat kabel tersebut dipasang.
w Kabel ditanam minimal 800mm dari permukaan tanah dan harus
diletakkan di dalam pasir, diatas galian tanah yang stabil, kuat,
rata dan bebas dari batu-batuan dengan ketentuan tebal lapisan
pasir tidak kurang dari 10cm. Sebagai timbunan perlindungan,
diatas urukan pasie harus dipasang beton atau batu bata
pelindung.
w Kabel-kabel yang ditanam melintang jalan harus ditempatkan
dalam konduit pipa baja lapis galbani atau PVC, seperti
ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini, dengan diameter sesuai
Gambar Kerja.
w Pemasangan dan jenis konduit yang dipilih sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja.
w Pekerjaan galian, urukan kembali dan pemadatan yang
dibutuhkan untuk penanaman kabel harus dilaksanakan sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis 02315.
w Letak penanaman kabel harus ditandai dengan patok tanda
kabel yang kuat dan jelas.
w Setiap tarikan kabel feeder yang memerlukan sambungan harus
dilengkapi dengan alat penyambung kabel.

9.3.2 Dalam Bangunan.

w Pembengkokan dan pengukuran harus seragam dan simetris


tanpa memipihkan atau merusak permukaan konduit.
Pembengkokan harus dibuat dengan alat dan perlengkapan
standar yang dibuat khusus untuk maksud tersebut. Jari-jari
pembengkokan konduit minimal 15 (lima belas) kali diameter
konduit.
w Sistem konduit harus diadakan dan dipasang sesuai ketentuan
Gambar kerja. Sistem ini harus menghubungkan semua kotak
keluaran (termasuk soket dan saklar), kotak penghubung,
perlengkapan penerangan, panel dan lainnya seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
Konduit harus memenuhi ketentuan butir 4.3 dari Spesifikasi
Teknis ini.
w Jalur konduit harus terpasang sesuai ketentuan dalam Gambar
Kerja. Konduit harus vertikal, horisontal atau sejajar dengan
garis struktur.
Semua konduit horisontal harus diarahkan ke arah konduit
vertikal untuk dihubungkan.
w Semua konduit yang dipasang di bawah lantai harus terdiri dari
pipa PVC seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Tipe pipa
PVC harus memenuhi ketentuan butir 4.3 dari Spesifikasi Teknis
ini.
Konduit yang dipasang di bawah lantai harus memiliki penutup
minimal 50mm.
w Penyambungan kabel harus diusahakan se-minimal mungkin.
Semua sambungan harus dibuat dengan junction box atau kotak
terminal yang disetujui.
w Hubungan kabel pada terminal busbar panel harus
menggunakan sepatu kabel.

9.4 Pengujian dan Commissioning/testing.

9.4.1 Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang


dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memastikan bahwa
seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi semua
persayaratan.
9.4.2 Peralatan, fasilitas pengujian, pengawasan pengujian dan
pemeliharaan peralatan agar tetap dalam kondisi baik, harus
diadakan oleh Kontraktor.

9.4.3 Catatan pengujian harus dibuat oleh Kontraktor dan diserahkan


secara resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah terima
pekerjaan.

9.4.4 Pengujian dan uji pengoperasian akan ditentukan oleh Pengawas


Lapangan.

9.4.5 Seluruh peralatan harus lulus uji fungsional.

9.4.6 Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah dipasang harus lulus uji
tahanan isolasi. Tahanan isolasi dari semua bagian yang tidak
diketanahkan baik anatara hantaran maupun antara hantaran dan
tanah, sekurang-kurangnya 1000ohm untuk setiap satu volt tegangan
nominal.

9.4.7 Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah dipasang harus lulus uji
kontiunitas.

9.4.8 Dalam masa pemeliharaan pekerjaan sistem elektrikal ini, kontraktor


wajib mengatasi segala kerusakan dan kekurangan.

9.4.9 Kontraktor bertanggung-jawab mengganti setiap


peralatan/perlengkapan yang rusak sampai pada saat pemeriksaan
terakhir dan penyerahan kepada Pengawas Lapangan.

9.4.10 Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Lapangan semua


buku asli petunjuk/manual pemeliharaan dan cara pengoperasiannya
dalam bahasan Inggris dan Indonesia, yang selanjutnya akan
diteruskan kepada Pemilik Proyek.

10.0. SPESIFIKASI PERALATAN


Seluruh peralatan yang tertera dalam uraian diatas harus memenuhi spesifikasi
seperti yang dituliskan dalam uraian table berikut ini.

JENIS
NO SPESIFIKASI SINGKAT MERK
MATERIAL
1. PQCR/AHF Terdiri dari fungsi Active Harmonic Filter untuk ƒ Circutor
kompensasi adanya harmonic arus dan ƒ Albarex
balancing arus, sedangkan kompensasi daya ƒ Schneider
reaktif menggunakan static Var generator
2. ATS ƒ Schneider
ƒ Asco
ƒ Enos

ƒ Schneider
3. Panel & Air Circuit Breaker & MCCB ƒ Siemens
Komponen LV ƒ ABB

MCB

Contactor/Relay

4. Panel Maker LVMDP IMC Global,


Powertek, Delta
Jaya
Engineering
(DJE)
MDP, Panel Distribusi & Panel Penerangan IMC Global,
Powertek, Delta
Jaya
Engineering
(DJE)
Panel OT (Trafo Isolasi Medik) IMC Global,
Powertek, Nata
Ultima Enggal
(NUE)
5. Trafo Isolasi IEC 61558-1 dan IEC 61558-2-15, Isolasy Type Schneider,
Medik Test Standart Bender,
Isolasi transformator fase tunggal medis Socomec
menyediakan pemisahan galvanis antara
jaringan distribusi dan pemuatan pengguna

6. Kabel LV Jenis/kapasitas: Sesuai gambar (NYA, NYM, ƒ Kabelindo


NYY, NYFGbY) ƒ Kabelmetal
ƒ Supreme
JENIS
NO SPESIFIKASI SINGKAT MERK
MATERIAL
7. Fire ƒ Mineral Insulation ƒ Betaflame
Resistance: ƒ LSOH ƒ Pyrotec
ƒ Operating temp 900 ƒ Shan Cable
ƒ BS 6387 : C, W, Z / IEC 60331-21
ƒ 9000C dan 6500C W/ Shower

8. Lampu Jenis/Type : sesuai Gambar.


Penerangan
Cat Powder Coating

a. Armature : Led Panel Integrated ƒ Philips


ƒ Scarto
ƒ Osram
b. Tube : Led Panel Integrated

c. Efikasi : 100 Lumen/Watt (Minimum)

d. Colour : Cool Daylight

e. Capasitor : Built-in

f. Power : C/w Battery 4 Hours duration


Pack
:

9. Pipa & Fitting - UPVC ƒ Bakrie


ƒ Double-H
- Galvanized ƒ Clipsal

10. Cable - Bahan galvanis sheet steel, ketebalan 2.0 ƒ DS Tray


Tray/Cable mm. ƒ Spectra
Ladder - Materials harus berupa Hot Rolled Steel, ƒ Interack
criteria SPHC JIS3131G atau Equivalent.
- Minimum Material Yield Point tidak lebih dari
235 N/mm2.
- Materials harus di-coated dengan Zinc
Coating melalui Hot Dip Galvanized yang
sesuai dengan standar ASTM A-123 atau
sesuai dengan standar proteksi
denganPowder coating untuk indoor yaitu
ISO 6272 and ISO 2409.
- Load Test : NEMA VE-1 2002 untuk Method
JENIS
NO SPESIFIKASI SINGKAT MERK
MATERIAL
A dan Method B.
- Design Type : Standart NEMA VE-1 2002.
- Coating Thickness Test
- Powder Coating: minimum thickness 45ȝm.
- Hot Dip Galvanized : 55 – 65 ȝm.

11 Multi Transit ƒ Mineral Insulation ƒ Betaflame


Cable ƒ LSOH ƒ Pyrotec
ƒ Operating temp 900 ƒ Shan Cable
ƒ BS 6387 : C, W, Z / IEC 60331-21
ƒ 9000C dan 6500C W/ Shower

Standart : JIS, BS, NFPA Fire Rating

12. Under Floor ƒ Bakrie


Duct ƒ Double-H
ƒ Clipsal

13. Relay Switch Sesuai Gambar ƒ Schneider


ƒ Siemens
ƒ ABB

14. UPS
Efisiensi > 96%
ƒ APC
Power Factor > 0,96 ƒ Salicru
ƒ Eaton.P
Thdi < 3%
Back up time 5 menit @ full load untuk back up
switching dari main line ke CDPK (Catu Daya
Pengganti Khusus)

15. Power/Digital Analog ( 3 Phase )


Meter
ƒ ABB
ƒ SOCOMEC
ƒ SCHNEIDER
Digital ( 3 Phase / 1 Phase )

16. Pentanahan - CU Rod masip ij 25 cm


JENIS
NO SPESIFIKASI SINGKAT MERK
MATERIAL
- BC conductor 50 mm dan 70 mm Lokal
- Cooper Tape (kemurnian 90%)

17. Box Listrik Unit Box Fiber ƒ Schneider


ƒ ABB
ƒ Siemens

18. Peredam Petir Benjamin Franklin dan Faraday Cage dengan ƒ Furse
Copper Tape ƒ OBO
Jumlah : sesuai gambar ƒ Critect
ƒ Head: Tembaga
ƒ Jenis penghantar : BC

19. Arrester Spesifikasi & jumlah : sesuai gambar ƒ OBO


ƒ Critect
ƒ Furse

20. Pentanahan ƒ CU Rod masip φ 20 cm Lokal


ƒ BC conductor 70 mm

21. Gawai IEC 60364-7Dilengkapi komunikasi Modbus RTU Socomec,


Monitoring melalui RS485 port serial Schneider,
isolasi Bender

11.0. Diagram Peralatan


SPESIFIKASI TEKNIS

16.5

SISTEM PEMBUMIAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini harus termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga
kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan pemeliharaan
yang lengkap sempurna untuk seluruh pekerjaan sistem pembumian seperti
dipersyaratkan di dalam buku ini dan ditunjukkan di dalam Gambar Perencanaan.
Dalam pekerjaan ini harus termasuk sertifikat pabrik dari pembuat peralatan dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang tidakmungkin disebutkan secara terinci di dalam buku
ini tetapi dianggap perlu untuk keamanan dan kesempurnaan fungsi dan operasi
sistem pembumian untuk pengaman secara keseluruhan.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar
perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara
spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Titik Grounding, pekerjaan ini meliputi pekerjaan penanaman batang
grounding,dan peralatan-peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem.
2. Titik Kontrol (Test Box), pekerjaan ini meliputi pekerjaan sambungan grounding
untuk proses pengukuran tahanan grounding melalui test box seperti yang
disampaikan dalam gambar.
3. Penghantar Grounding, pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengkawatan grounding
antar panel ke titik kontrol yang ditarik melalui shaft/tempat yang disediakan untuk
jalur kabel listrik.
4. Terminal grounding di setiap panel,pekerjaan ini meliputi penyambungan setiap
box panel ke penghantar grounding yang telah tersambung ke titik control yang
telah disediakan.

2.0. KETENTUAN UMUM

1. Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian


dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang
bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak
bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke
badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.
2. Sistem pembumian yang diterapkan untuk instalasi kelistrikan gedung adalah
system TN-S, untuk instalasi listrik di ruang OK adalah Sistem IT, dimana
systemini menuntuk instalasinya harus terpisah dari sistem-sistem yang lain.
3. Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari
bahaya tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan.
4. Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat
konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.
5. Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard lain
yang diakui di Negara Republik Indonesia.

3.0. KONSTRUKSI
1. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-
benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem ini.
2. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga
dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
3. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding
rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
4. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang
terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.

4.0. PEMASANGAN
1. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding
rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing
titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.
2. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak
kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini
mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat
pengukuran tahanan pembumian grounding rod.Ukuran bak kontrol harus sesuai
dengan Gambar Perencanaan.
3. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan
gangguan mekanis.
4. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam
tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan
peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
5. Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini
dilakukan di dalam bak kontrol.
6. Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam
Gambar Perencanaan.
7. Sistem pembumian harus terpisah dari masing-masing sistem :
a. Pembumian jaringan tegangan menengah,
b. Pembumian instalasi sistem penangkal petir,
c. Pembumian sistem tegangan rendah,
d. Pembumian sistem telepon,
e. Pembumian sistem tata suara,
f. Pembumian system pengindra kebakaran
g. Pembumian sistem Komputer.
h. Pembumian peralatan elektronik dan peralatan medis yang
memerlukannya
SPESIFIKASI TEKNIS

16.6

SISTEM PENERANGAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan serta
pemasangan berikut penyerahan seluruh system penerangan dalam keadaan baik
dan siap untuk dipergunakan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.

2.0. STANDAR / RUJUKAN.

2.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL – 2011).


2.2. International Electrotechnical Commision (IEC).
2.3. Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.4. Spesifikasi Teknis :
w 09910 – Cat
w 16400 – Distribusi Tegangan Rendah

3.0. PROSEDUR UMUM.

3.1 Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.

3.1.1 Sebelum diadakan ke lapangan, contoh dan/atau brosur/data teknis


bahan/peralatan untuk pekerjaan ini harus diajukan dahulu kepada
Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

3.1.2 Kontraktor harus membuat daftar bahan/peralatan yang akan


digunakan dan menyerahkannya kepada Pengawas Lapangan /
Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

3.2 Gambar Detail Pelaksanaan.

3.2.1 Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan kepada Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi
untuk disetujui.
Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan
bahan sehingga diperoleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak
ada tambahan waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini.
Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi tata letak dan
detail-detail yang diperlukan.

3.2.2 Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar
Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis,
Kontraktor harus menyampaikannya kepada Pengawas Lapangan
untuk dicarikan jalan keluarnya.
3.2.3 Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak bahan dan
peralatan, jalur kabel dan sambungan-sambungan.
Gambar Kerja ini harus diikuti dengan se-seksama mungkin.
Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan
ruang gerak yang digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur,
Struktur dan Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus diperiksa.

3.2.4 Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan


Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk
memastikan bahwa semua bahan dapat dipasang pada tempat yang
telah ditentukan.

3.3 Pengiriman dan Penyimpanan.

3.3.1 Semua bahan dan peralatan yang didatangkan dan harus dalam
keadaan baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan
label, data teknis dan data lain yang diperlukan.

3.3.2 Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya


pada tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.

3.4 Ketidaksesuaian.

3.4.1 Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi berhak menolak setiap


bahan yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi
ketentuan Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis.

Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap


pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari
Pemilik Proyek.

3.4.2 Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau


berbeda dari yang ditentukan, Kontraktor harus membuat pernyataan
tertulis yang menjelaskan usulan penggantian berikut alasan
penggantian, dengan maksud bila diterima, akan segera diadakan
penyesuaian. Bila Kontraktor mengabaikan hal diatas, Kontraktor
bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar
Kerja.

4.0. BAHAN – BAHAN.

4.1 Umum.
Semua bahan penerangan harus berasal dari produk pabrikan yang dikenal
luas serta dalam keadaan baru, bebas dari segala cacat dan disetujui
Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi.

4.2 Penerangan.

4.2.1 Lampu
Untuk memastikan kemampuan distribusi cahaya, semua produk
lampu yang akan dipasang harus disertai dengan perhitungan
pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur
isoline dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk
Light Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR juga harus
disertakan.

Untuk produk indoor, kesilauan diindikasikan dengan UGR - Unified


Glare Rating (mengacu kepada standar dan rumus CIE) harus
disertakan untuk setiap armature indoor untuk menunjukkan
pengukuran terhadap gangguan yang diakibatkan oleh kesilaun
dengan skala penilaian dari 10(unnoticeable) to 30 (unbearable).

Semua armature lampu harus dibuat oleh satu pabrikan dengan


kualitas yang sesuai dengan Standar IEC.

4.2.1.1 Lampu TL-LED (LED PANEL)

Lampu TL-LED standar warna putih (Cool Daylight) memiliki indeks


colour rendering (C.R.I>80) yang dilengkapi dengan komponen
bawaan pabrik pembuat seperti built-in ballast, kapasitor yang
menghasilkan factor daya minimal 0,9 dan memiliki nilai Efikasi
minimal 100 Lumen/Watt, semuanya buatan PHILIPS, OSRAM,
Scarto.

4.2.1.2 Lampu Down Light LED

Lampu Down Light LED standar warna putih (white.84) merupakan


lampu built-up buatan PHILIPS atau OSRAM yang di dalamnya
sudah dilengkapi dengan balas dan kapasitor secara built-in
sehingga menghasilkan factor daya minimal 0.9. Dengan nilai
Efikasi minimal 80 Lumen/Watt.

4.2.2 Armature Lampu

4.2.2.1 Armature Lampu TL LED (LED PANEL) & DOWN LIGHT

1. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan,


seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar detail Elektrikal.
• Semua lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general
harus buatan Philips, Osram, Scarto
• Produk lampu yang ditawarkan harus dilengkapi dengan jaminan
atas tersedianya barang dalam jangka waktu minimal 5 tahun
kedepan sehingga apabila ada beberapa produk membutuhkan
penggantian maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin
kontinuitasnya.
• Pabrikan lampu yang dipilih adalah dari pabrikan yang dapat
memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1
tahun sejak barang terpasang di proyek.
• Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai
terminal pentanahan (grounding).
• Jika digunakan Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari
bahan yang cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban
mekanis dari diffuser itu sendiri.
• Reflektor harus mempunyai lapisan pemantul kualitas baik.
• Box sebagai armatur dudukan lampu harus cukup besar dan
dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen
lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
• Kabel-kabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klem
tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
• Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam box lampu,
tetapi mudah dibuka untuk diperiksa atau diangkat.

4.2.2.2 Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel Plafond.


• Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal
0,6 mm atau ketebalan total setelah finis sekitar +- 0,7 mm,
pembuatan harus dengan mesin peralatan lampu Built-in dan
dengan proses melalui system Pre Treatment dengan
penyempurnaan finishing cat powder coating.
• Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat
sedemikian rupa agar dapat dibuka / dilepas untuk perbaikan /
penggantian komponen yang berada di dalamnya. Armature dan
reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat dilepas pada
waktu memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap
dengan rangka dudukan / gantungan.

4.2.2.3 Armature Lampu Jalan

Armatur lampu jalan harus merupakan lampu built-up dengan


kapasitas lampu sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.

i. Housing, sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu


kepada standar Internasional IEC 598.
ii. Pegangan lampu: Terbuat dari plastik tahan panas hingga suhu
105OC, berwarna biru transparant
iii. Armature dapat dilengkapi dengan aksesoris berupa reflektor GMS
012 R berwarna putih dan cover acrylic PMMA berwarna putih
susu.
iv. Instalasi armature pada ceiling harus mudah dilakukan.
v. Armatur lampu Jalan, mengunakan lampu SON-T atau HPI-T
(250W/400W) atau sejenisnya harus buatan PHILIPS atau
OSRAM. Armature harus terbuat dari die-cast tekanan tinggi tahan
karat dan memenuhi Standar Proteksi outdoor IP 65 untuk
compartment lampu dan IP 43 untuk compartment gear.
vi. Bahan reflektor menggunakan alumunium puritas tinggi dengan
sistem T-POT reflector untuk menjamin pencapaian distribusi
cahaya yang baik. Pegangan lampu adjustable. Cover kaca untuk
lamp compartment terbuat dari kaca flat atau cekung,

4.2.2.4 Armature Lampu Taman

Armatur lampu taman, mengunakan lampu LED harus dari buatan


PHILIPS, OSRAM, SCARTO. Armature harus memenuhi Standar
Proteksi outdoor IP 44 atau IP 54.
Menggunakan Diffuser PMMA untuk menjamin difusi cahaya yang
baik dan merata.

4.3 Persyaratan Set Lampu LED


• Lampu merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan
antara armature, LED Chip, ballast dan komponen pendingin sehingga
memilikikestabilan dalam pencahayaan, dengan kapasitas lampu
sesuaiketentuandalam gambar Kerja.
• Semua lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus
mempunyai jaringan distribusi penjualan atau kantor cabang resmi
yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia.
• Pabrikan lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang
dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada
beberapa produk membutuhkan spare part pengganti maka barang
tersebut masih tersedia dan terjamin kontinuitasnya.
• Pabrikan lampu yang digunakan adalah pabrikan yang dapat
memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun
sejak barang terpasang di proyek.
• Semua lampu LED harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
• Semua lampu harus memiliki faktor daya 90% - 95% dan harmonisa
dengan nilai THDi tidak lebih dari 15%.
• Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian dalam
lampu, sehingga tidak menjadi sarang serangga dan penempelan
debu.
• Lampu LED harus memenuhi standard electrical protection class II,
CB,CCC, dan RoHS.
• Seluruh harus dapat diintegrasikan dengan sistem control
pengendalian otomatis melalui pemasangan perangkat sensor cahaya
& sensor kehadiran.
• Seluruh lampu LED dapat dioperasikan dengan menggunakan sistem
terpusat berupa BAS (Building Automation System).
• Diffuser/reflector lampu-lampu harus terbuat dari bahan yang cukup
kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu
sendiri.
• Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20) dan
mengacu kepada standar Internasional IEC.
• Housing outdoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP65) dan
kekuatan impact (IK08).

4.4 Bahan Elektrikal.

Bahan-bahan elektrikal seperti kabel daya, conduit, saklar, soket dan lainnya
harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis 16400.

4.5 Penumpu / Penopang.


Semua penumpu/penopang yang dibutuhkan peralatan dalam Spesifikasi
Teknis ini harus disediakan.
Penumpu/penopang dapat terdiri dari rangka baja, pelat, rak dan bentuk lain
dengan ukuran yang memadai, dan harus dipasang dengan baut, sekrup
atau las. Semua penumpang/penopang baja dan/atau metal harus
memenuhi ketentuan Gambar Kerja.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1 Pemasangan Penerangan.

5.1.1 Kontraktor harus melengkapi semua armature, perlengkapan


penerangan, komponen, tenaga kerja dan bahan pemasangan yang
diperlukan agar system penerangan terpasang dengan lengkap
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.1.2 Semua armatur dan peralatan penerangan harus dipasang lengkap


dengan aksesori penggantung, rumah lampu, soket, pemegang,
reflektor, penyebar cahaya, balas, kapasitor dan komponen lain yang
diperlukan serta seluruh pengkabelan yang dibutuhkan.
Armatur dan lampu untuk daerah berbahaya harus dari jenis yang
sesuai untuk tujuan tersebut.

5.1.3 Perlengkapan penerangan yang tidak sesuai dengan ketentuan tidak


diijinkan dipasang.

5.1.4 Jika Kontraktor bermaksud menggunakan perlengkapan penerangan


selain dari yang telah ditentukan, perlengkapan pengganti berikut
data fotometrik harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk
disetujui dengan mengacu pada ketentuan dalam Spesifikasi Teknis
ini.
Informasi tambahan seperti cara menggantung, penyelesaian
dan/atau contoh bahan perlengkapan harus diserahkan atas
permintaan.

5.2 Pengujian dan commissioning / Testing.

5.2.1 Setelah selesainya pekerjaan dan sebelum penyerahan, Kontraktor


harus melakukan pengujian lengkap dan pengukuran yang dianggap
perlu dengan dihadiri Pengawas Lapangan. Semua sistem dan
peralatan harus dioperasikan agar berfungsi sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.

5.2.2 Peralatan, fasilitas pengujian, pengawasan pengujian dan


pemeliharaan peralatan agar tetap dalam kondisi baik, harus
diadakan oleh Kontraktor.

5.2.3 Catatan pengujian harus dibuat Kontraktor dan diserahkan secara


resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah terima pekerjaan.

5.2.4 Pengujian dan uji pengoperasian harus ditentukan oleh Pengawas


Lapangan.

5.2.5 Semua peralatan harus lulus uji fungsional.

5.2.6 Kontraktor bertanggung jawab untuk mengganti setiap


peralatan/perlengkapan yang rusak, termasuk kaca, plastik atau
penyebar cahaya sampai pada saat pemeriksaan terakhir dan
penyerahan kepada Pengawas Lapangan.

5.3 Pembersihan.

Kontraktor dari waktu ke waktu harus menjaga agar tempat kerja dan
sekitarnya bersih dari segala bahan-bahan terbuang atau kotoran yang
diakibatkan oleh pekerjaan.
Pada akhir pekerjaan, Kontraktor harus menyingkirkan semua kotoran, alat-
alat, perancah dan bahan sisa dari lokasi pekerjaan, sehingga pekerjaan
terlihat bersih dan siap untuk digunakan.

5.4 Lapisan Pelindung.

Kecuali ditentukan lain, semua bahan metal yang terlihat, seperti


penopang/penumpu, conduit dan lainnya, harus diberi lapisan pelindung cat
anti karet dalam warna sesuai Skema Warna.
Bahan cat dan cara pengecatan harus memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis 09910.

5.5 Spesifikasi Lampu Penerangan.

1. Lampu LED PANEL


• Housing indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP20) dan
mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
• Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan tegangan
minimum 1 kV.
• Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
• Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian
dalam lampu, sehingga tidak menjadi sarang serangga dan
penempelan debu.
• Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya minimal
95lumen/watt.
• Lampu LED indoor harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20)
dan mengacu kepada standar Internasional IEC.
• Lampu harus berbentuk persegi dengan lensa optik berstruktur
khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal
untuk mencapai illuminasi yang tinggi dan merata.
• Lampu LED harus memiliki sudut pencahayaan 120 derajat,
sehingga mampu mendistribusikan cahaya dengan merata.
• Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius.
• Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari
life time lampu.
• Daya Lampu tidak melebihi 36 watt dan intesitas cahaya minimal
3400 lumen.

2. Lampu LED Downlight


• Housing indoorharus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan
mengacu kepada standar keamanan CCC/CB.
• Lampu LED harus memiliki ketahanan terhadap lonjakan tegangan
minimum 1 kV.
• Lampu LED tidak boleh berkedip pada waktu dinyalakan.
• Lampu LED memiliki harmonik distorsi maksimal 20%, sehingga
tidak menimbulkan gangguan terhadap perangkat elektronik
lainnya dengan impedansi rendah.
• Lampu LED harus memiliki Efisiensi cahaya minimal 100 lumen /
watt.
• Lampu LED menghasilkan intensitas cahaya minimal 1600 lumen.
• Lampu LED harus memiliki sudut cahaya 90-100 derajat, sehingga
mampu mendistribusikan cahaya dengan merata.
• Lampu LED memiliki ketahanan minimal 50000 jam pada
temperatur ambien 25 derajat Celsius.
• Daya Lampu tidak melebihi 19 watt.

• Lampu LED memiliki intensitas cahaya 70% pada saat akhir dari
life time lampu.
• Lampu LED harus memiliki cover/diffuser yang menutupi bagian
dalam lampu, sehingga tidak menjadi sarang serangga dan
penempelan debu.
• Lampu harus berbentuk bulat dengan lensa optik berstruktur
khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal
untuk mencapai illuminasi yang tinggi dan merata
SPESIFIKASI TEKNIS

16.7

FIRE ALARM


1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini harus termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga
kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang lengkap sempurna untuk seluruh pekerjaan sistem pengindera
kebakaran seperti dipersyaratkan di dalam buku ini dan ditunjukkan di dalam
Gambar Perencanaan. Dalam pekerjaan ini harus termasuk sertifikat pabrik dari
pembuat peralatan dan pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak mungkin disebutkan
secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk keamanan dan
kesempurnaan fungsi dan operasi sistem pengindera kebakaran secara keseluruhan.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar
perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara
spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

8UDLDQ/LQJNXS3HNHUMDDQ
Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pusat Control, Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pekerjaan Central Processing
Unit (CPU) Fire Alarm, dan peralatan-peralatan bantu lain yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan sistem.
2. Initiating Device, Item pekerjaan ini meliputi pekerjaan Ionization Smoke
Detector, Rate of Rise and Fixed Temperature Detector, Fixed Temperature
Detector dan Manual Detector/Alarm.
3. Alarm Device, Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Visual Alarm Devices (lampu
indikator dan lampu exit) dan Audible Alarm Device (bell).
4. Annunciator panel, Dalam pekerjaan ini harus termasuk pula batere cadangan
berikut charger-nya, kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan peralatan dan
harus mampu bekerja dalam waktu 12 jam tanpa supply listrik DC.
5. Integrasi antara Master control Fire Alarm dengan CCTV dan Access Control
dalam konsep Integrated Security System.

2.0. INSTALASI SISTEM

1. Pekerjaan ini meliputi pengkabelan lengkap dengan conduit, sparing, metal


doos untuk fixture unit, pencabangan dan penyambungan serta peralatan bantu
lainnya.
2. Peralatan bantu yaitu peralatan-peralatan yang diperluk
3. an untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak
disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan
Persyaratan Teknis.
4. Sistem Pembumian Pengaman, yang termasuk di dalam pekerjaan sistem
pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan bare copper conductor
atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan
elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

3.0. PENJELASAN SISTEM

3.1. Pusat Kontrol


Pusat kontrol merupakan pusat untuk melakukan fungsi monitoring,
alerting/signalling dan controlling baik secara otomatis dan atau manual. Operasi
otomatis dilakukan berdasarkan suatu program tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya sedangkan operasi manual berdasarkan suatu prosedur operasi
tertentu melalui input unit.
1. Pusat kontrol tersebut harus dapat memonitor dan mengontrol :
a. Pendeteksi kebakaran dan tanda (alarm) kebakaran.
b. Peralatan bantu evakuasi yang terdiri dari lampu exit, lampu
emergency, voice communication, pressurized fan dan pintu darurat.
c. Sistem perlawanan kebakaran yang terdiri dari sistem sprinkler dan
sistem hidran.
d. Lampu lampu penerangan.
e. Pemutusan aliran listrik.
2. Peralatan sentral fire alarm harus diletakkan dalam meja kontrol.
3. Peralatan sentral fire alarm tersebut dalam fungsinya harus terintegrasi dengan
sistem CCTV dan Access Control dalam konsep terpadu Integrated Security
System
4. Kontraktor harus mengkoordinasikan bentuk dan ukuran meja kontrol dengan
Perencana Arsitek/Interior.

3.2. Annunciator Panel


1. Yang dimaksud dengan annunciator adalah bagian sistem yang
menghubungkan antara peralatan input (peralatan deteksi) dan output unit
(alarm system, actuator unit) dan lainnya dengan pusat kontrol.
2. Annunciator panel bertujuan untuk memonitor apabila ada kejadian fire atau
fault alarm pada zoning mana saja terjadinya gangguan tersebut.

3.3. Peralatan Pendeteksi


Peralatan pendeteksi dapat dikelompokkan menjadi :
1. Pendeteksi kondisi area/ruang/tempat yang terdiri dari :
a. Rate of rise and fixed temperature detector, fixed temperature detector,
ionization smoke detector dan manual station untuk mendeteksi kebakaran
dalam ruangan.
b. Water level kontrol untuk mendeteksi kondisi air dalam reservoar dan
bahan bakar dalam tanki bahan bakar.
c. Flow switch untuk mendeteksi adanya aliran air dalam pipa.
2. Pendeteksi operasi peralatan yang disupervisi yang disesuaikan dengan jenis
dan kerja dari peralatannya.
3. Wiring system menggunakan kelas 'A'.

4.0. KEMAMPUAN OPERASI

4.1. Ketentuan Umum


1. Sistem harus mampu melakukan fungsi monitoring yaitu memonitor :
a. kejadian atau kondisi ruang/tempat yang dilengkapi dengan peralatan deteksi
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya,
b. Kondisi operasi peralatan yang disupervisi.
2. Sistem harus mampu melakukan fungsi Alerting dan Signaling yaitu bila terjadi
kondisi yang tidak normal, maka sistem secara otomatis akan memberikan
tanda tanda tertentu dan memerintahkan CCTV di dalam Sistem Security untuk
mengaktivasikan fungsi monitoring untuk melakukan perekaman tentang kejadian
di maksud.
3. Sistem harus mampu melakukan fungsi Controlling yaitu mengoperasikan
semua sistem yang dikontrolnya. Termasuk melakukan aktivasi CCTV untuk
melakukann kegiatan perekaman. Pengoperasian tersebut harus dapat
dilaksanakan dengan cara :
a. Secara otomatis berdasarkan kejadian artinya apabila sistem mendeteksi
adanya ketidak wajaran maka secara otomatis sistem menjalankan fungsi
pengontrolan sebagai contoh apabila sistem mendeteksi adanya asap pada
suatu ruangan, maka sistem akan otomatis memberikan tanda alarm.
b. Secara otomatis mampu melakukan aktivasi CCTV untuk proses monitoring
dan perekaman tentang kejadian yang dimaksud.
c. Secara manual melalui pemantauan dan pengendalian dari pusat kontrol.
4. Pengoperasian seperti dijelaskan diatas harus dapat diprogram sesuai
kebutuhan.

4.2. Fire Detection dan Signaling


1. Dari Pusat Kontrol, harus dapat diprogram (maupun dikerjakan secara manual)
perintah pengoperasian sistem. Adanya indikasi bahaya kebakaran dan
bekerjanya Control Point pada masing masing zone, dapat dimonitor/direkam
oleh Fire Alarm Control Panel dan ditandai dengan adanya alarm cahaya
maupun alarm bunyi.
2. Dari pusat kontrol harus dapat dimonitor adanya 'ketidak wajaran operasi sistem
baik pada bagian-bagian instalasi, power supply, monitor point, batere maupun
pusat kontrol sendiri termasuk integrasinya dengan system security.
3. Setelah pusat kontrol menerima Signal dari Initiating Devices dan dinyatakan
kejadian tersebut sudah pada tingkatan General Alarm, maka system harus
mampu (secara otomatis) memberikan perintah Tripping kepada Circuit Breaker
di Panel yang tertera dalam gambar elektrikal dengan tanda terintegrasi dengan
Sistem Fire Alarm sehingga dapat memberikan indikasi signal kebakaran,
perintah pengoperasian fire hydrant pump, perintah pengoperasian smoke
vestibule ventilator dan fire damper extract fan dan lain-lain.
4. Di pusat kontrol harus disediakan fasilitas pesawat telepon khusus yang secara
otomatis langsung akan terhubung dengan Fire Brigade apabila terjadi indikasi
bahaya kebakaran.
5. Pada tiap lantai disediakan pula Annunciator Panel yang menunjukkan
lokasi/zone terjadinya bahaya kebakaran.
6. Dari pusat kontrol harus dapat diprogram secara otomatis atau secara manual
untuk melakukan general alarm ke seluruh ruangan/ lantai/ gedung/zone
pengindera kebakaran.
7. Pada pusat control harus dilengkapi dengan software mapping untuk visualisasi
lokasi detector di setiap ruang di setiap lantai dengan identifikasi kejadian yang
dilengkapi dengan log historical event sebagaimana yang telah disiapkan oleh
pabrik pembuat yang dipilih.

4.3. Self Diagnostic

4.3.1. Pusat kontrol harus mampu melakukan System Self Diagnostic, yaitu
penyampaian indikasi adanya gangguan / ketidak normalan kondisi yang
terjadi pada pusat kontrol atau sistem itu sendiri.
4.3.2. Gangguan yang dapat diindikasikan yaitu :
o Gangguan pada jaringan
o Terputusnya jalur kabel ke detector
o Terputusnya fuse untuk Alarm Bell
o Terputusnya suplai daya dari battery

4.4. Pemutusan Aliran Listrik
1. Pada saat terjadi indikasi bahaya kebakaran, maka dari pusat kontrol harus
dapat dikirim sinyal kontrol untuk pemutusan aliran listrik terhadap zone yang
memberikan indikasi kebakaran.
2. Pemutusan aliran listrik ini dilaksanakan melalui fasilitas 'Motorized Unit'
yang dipasang pada sisi incoming panel pada jaringan Distribusi Listrik.
3. Pengontrolan Peralatan Bantu Evakuasi
a. Pengontrolan Pintu Darurat,
Pintu darurat harus dilengkapi dengan electric strike dan sensor unit
sehingga dari pusat kontrol dapat dimonitor kondisi pintu tersebut,
Sedangkan pada saat terjadi kebakaran, pintu tersebut dapat dibuka secara
remote dari pusat kontrol.
b. Pengontrolan Voice Communication,
Sistem dilengkapi dengan peralatan Telepon Emergency. Pada keadaan
normal, alat komunikasi tersebut tidak bekerja; sedangkan pada saat terjadi
kebakaran, pusat kontrol akan mengaktifkan alat komunikasi tersebut.
(Peralatan ini digunakan untuk memberi petunjuk kepada Sentral Fire Alarm
tentang kondisi kebakaran melalui sarana telephone emergency.
4. Pengontrolan Peralatan Perlawanan Kebakaran
Monitor Kondisi Air pada Reservoar,
Dari pusat kontrol harus dapat dimonitor kondisi air dalam reservoar.
Pelaksanaan monitoring ini dilakukan dengan pemasangan water level control di
dalam reservoar.

5.0. PUSAT KONTROL

5.1. Ketentuan Dasar


1. Pusat kontrol dan annunciator panel yang digunakan adalah Multi Zone Solid
State Micro Processor dengan Presignal type yang bekerja pada sistem
tegangan rendah (24 Volt DC) dan tetap beroperasi dengan normal pada
operating temperature 0 sampai dengan 40 oC.
2. Digunakan peralatan-peralatan dengan sistem module (standard) yang
ditempatkan di dalam Enclosure/Box. Kabel untuk merangkai module harus
Factory Made dan hubungannya secara 'solderless'.
3. Pusat Kontrol dan annuniator panel dapat bekerja secara 'silenceable' maupun
'non silenceable' untuk Alarm Signal Output dan Trouble Signal Output.
4. Wiring ke semua Initiating Devices (Monitor Point), Alarm Devices dan
Releasing Devices (Control Point) harus dilengkapi dengan alat-alat supervisi
secara elektris, untuk melihat adanya troubles yang terjadi melalui Pusat Kontrol
dan interface unit. Trouble yang perlu dideteksi yaitu Short Circuit, Open Circuit
dan Ground Fault.
5. Pusat Kontrol harus dilengkapi dengan switch kontrol untuk reset silence switch,
alarm lamp test switch, AC power failure switch, batere equalizer normal
switch dan beberapa switch kontrol yang tidak disebutkan di sini (sesuai
dengan produk terpilih).
6. Pusat Kontrol harus dilengkapi dengan software mapping untuk visualisasi lokasi
detector di setiap ruang di setiap lantai dengan identifikasi kejadian yang
dilengkapi dengan log historical event sebagaimana yang telah disiapkan oleh
pabrik pembuat yang dipilih.

5.2. Power Supply
1. Catu Daya Primer menggunakan sistem tegangan 220V - AC, 50 Hz, 1 phasa,
sistem 3 kawat dan dilengkapi dengan 'Electronics Voltage Stabilizer' sehingga
fluktuasi tegangan sumber berada pada batas kerja Pusat Kontrol dan interface
unit.
2. Pusat Kontrol dan interface unit dilengkapi dengan standby battery unit
(24V-DC) jenis Sealed Acid Battery, rechargeable yang dilengkapi dengan
Chargernya.
3. Jika Primary Supply mengalami kegagalan, maka secara otomatis beban akan
dilayani oleh Stand by Battery.
4. Stand by Battery harus mampu melayani sistem selama 24 jam dalam Normal
Operation dan ditambah 30 menit dalam keadaan alarm (terjadi bahaya
kebakaran).

5.3. Peralatan Indikasi Alarm
1. Local FACP yang terpasang disetiap gedung harus mempunyai lampu-lampu
indikator untuk memberitahukan kepada Operator tentang apa yang terjadi.
Indikator tersebut harus bisa divisualisasikan secara remote melalui Master
Control Fire Alarm Panel (MCFA) yang terpasang di gedung A.
2. Indikasi True Alarm,
Lampu indikator berwarna merah :
a. Menandakan adanya initiating device yang aktif. Dari lampu indikator yang
menyala, juga dapat diketahui initiating device dari zone mana yang sedang
aktif.
b. Menandakan bahwa alarm devices pada zone yang sedang aktif tersebut
juga telah berbunyi/menyala.
c. Menandakan bahwa pemutusan daya listrik telah beroperasi.
d. Menandakan bahwa Smoke Vestibule Ventilator telah bekerja.
e. Menandakan bahwa fire hydrant pump telah bekerja.
f. Indikasi False Alarm,
Lampu indikator berwarna kuning :
a. Menandakan adanya trouble seperti: short circuit, open circuit dan lain-lain.
Dalam kondisi seperti ini juga harus dapat diketahui mengenai wiring pada
bagian mana yang mengalami trouble.
b. Menandakan tegangan stand by battery lebih rendah dari harga yang
diijinkan.
c. Menandakan catu daya primer mengalami kegagalan.
3. Indikasi Power Supply On
Lampu indikator berwarna hijau, menandakan bahwa catu daya primer dalam
keadaan normal.
4. Konstruksi Enclosure
a. Enclosure harus merupakan Factory made dimana pintu enclosure
dilengkapi dengan kunci.
b. Khusus untuk switch-switch kontrol diberi pintu khusus yang di lengkapi
dengan kunci, sehingga jika akan dilakukan pengontrolan dari switch control
tersebut tidak perlu membuka seluruh pintu enclosure.
c. Enclosure harus dilapisi dengan cat dasar dan diberi cat akhir dengan warna
merah enamel.
d. Kelengkapan-Kelengkapan Lain :
i. Peralatan Recording dan printing Alarm.
ii. Peralatan Monitoring yang terdiri dari LCD Display.
iii. Peralatan hand set telephone emergency sebanyak 5 buah.
iv. Peralatan lain sesuai dengan fungsi sistem yang diharapkan.

5.4. Persyaratan Pemasangan Pusat Kontrol


Pemasangan enclosure untuk Local Fire Alarm Control Panel harus secara wall
mounting dengan tata letak /penyusunan disesuaikan atau dikoordinasikan dengan
modul ruang kontrol dan peralatan lain yang ada di ruangan tersebut.

6.0. PERALATAN PENDETEKSI (INIATING DEVICES)

6.1. Ketentuan Dasar


1. Initiating Devices yang digunakan terdiri dari Automatic Initiating Devices dan
Manual Initiating Devices dimana Automatic Initiating Devices yang digunakan
terdiri dari Ionization Smoke Detector, Combination Rate of Rise and Fixed
Temperature Detector dan Fixed Temperature Detector.
2. Manual Initiating Devices yang digunakan jenis Break glass dan Pre-Signal
Alarm.
3. Rangkaian Initiating Devices yang digunakan jenis surface mounting.
4. Rangkaian Initiating Devices harus menggunakan End of Line Resistance
(EOLR) yang ditempatkan dalam Electrical Box (metal doos) atau sesuai
dengan Rekomendasi dari pabrik pembuat.

6.2. Detektor Asap


1. Ionization Smoke Detector yang digunakan harus jenis Completely Solid State,
pengionisasiannya menggunakan bahan radioaktif berkadar rendah dengan
sistem 2 ruang ionisasi (two ionization chamber) sehingga sensitivity deteksinya
stabil walaupun terjadi perubahan kondisi lingkungan.
2. Ionization Smoke Detector harus mempunyai switch untuk mengatur tingkat
sensitivitas (2 posisi) dan mempunyai indikator alarm (LED) yang menyala jika
kondisi alarm.
3. Ionization Smoke Detector harus mampu mendeteksi daerah kebakaran (detector
coverage area) minimal seluas 80 M2 pada ketinggian ceiling 4,5 M.
4. Ionization Smoke Detector bekerja pada tegangan nominal sebesar 24 Volt dan
tetap bekerja normal pada tegangan kerja + 25% di atas nominal.
5. Ionization Smoke Detector harus mampu bekerja dengan normal pada kondisi
temperatur kerja 0-60 oC, Air Velocity 90 M/menit dan Relative Humidity 95%.
6. Kontraktor harus mengatur posisi pemasangan Ionization Smoke Detector
sehingga sistem pendeteksi kebakaran bekerja dengan tepat dan LED Alarm
terlihat dengan jelas dari arah pintu masuk.

6.3. Detektor Manual
1. Manual Initiating Devices atau Manual Alarm Station yang digunakan jenis Pre
Signal Alarm dimana Manual Initiating ini juga dilengkapi dengan kunci untuk
General Alarm.
2. Manual Initiating Devices yang digunakan jenis Pulling Handle dengan Break
glass Cover atau jenis lain sesuai dengan merk yang dipilih.
3. Kontraktor harus menyediakan Glass Cover sebanyak 20% dari jumlah Manual
Initiating Devices yang terpasang untuk spare.
4. Manual Initiating Devices harus tetap dapat dioperasikan dengan baik pada
temperatur operasi 0 – 60 oC dan pada Relative Humidity 95%.
5. Manual Initiating Devices dari bahan metal difinish dengan cat merah enamel,
dipasang pada dinding secara inbow dengan menggunakan metal doos (sesuai
dengan Rekomendasi dari pabrik). Sedangkan yang dipasang pada kolom-
kolom beton menggunakan Surface Mounting Box menggunakan box khusus
untuk Manual Initiating Devices sesuai dengan merk yang dipilih.

6.4. Detektor Panas
1. Rate of Rise and Fixed Temperature Detector yang digunakan mempunyai Rate
of Rise Setting sebesar 8o C/menit dan fixed temperature setting 56 oC.
2. Rate of Rise and Fixed Temperature Detector harus mampu men deteksi di
dalam suatu ruangan minimal seluas 40M2 pada ketinggian ceiling 4,5 M.

6.5. Persyaratan Pemasangan


Pemasangan Initiating Devices harus menggunakan metal doos.
1. Heat Detector,
Pemasangan Heat Detector setiap 40 M, minimum 1 (satu) buat detector dan
jarak maximum dari dinding 4,4 M. Pemasangan Heat Detector langsung
menempel pada plafond/beton.
2. Smoke Detector,
Pemasangan Smoke Detector setiap 80 M, minimum 1 (satu) detector dan jarak
maximum ke dinding 6,7M. Jarak pemasangan Smoke Detector ke plafond min.
30 mm dan max. 200 mm.




7.0. PERALATAN TANDA ALARM
7.1. Ketentuan Dasar
1. Alarm Devices yang digunakan terdiri dari Audible Alarm Devices dan Visual
Alarm Devices.
2. Audible Alarm Devices yang digunakan terdiri dari Bell (buzzer) sedang Visual
Alarm Devices digunakan Flashlight Lamp.
3. Semua rangkaian Alarm Devices harus menggunakan/dipasang EOLR walaupun
di dalam Gambar Perencanaan tidak ditunjukkan dengan nyata dan EOLR
harus ditempatkan di dalam metal doos.

7.2. Alarm Suara ( Audible Alarm )
1. Alarm suara yang digunakan berupa Bell 24V DC atau 220V AC.
2. Bell mempunyai Sound Level kira-kira 115 dB pada jarak 1 M pada tegangan
kerja masing masing/minimum dapat didengar oleh manusia pada titik terjauh.
3. Bell harus dapat bekerja pada tegangan nominal dan harus tetap dapat bekerja
pada tegangan + 25% di atas nominal.
4. Box Alarm Bell harus dibuat Corrosion Proof dicat warna enamel dan didisain
untuk pemasangan di dalam ruangan.
5. Dilengkapi kabel tahap (Flexible Fire Resistance) untuk sumber daya listriknya.

7.3. Alarm Cahaya ( Visual Alarm )
1. Visual Alarm Devices yang digunakan dari jenis High Intensity Flash Lighting
dengan nyala lampu berwarna merah.
2. Visual Alarm jenis Electronic Flashing dengan menggunakan kapasitor sebagai
penyimpan muatan listrik.
3. Visual Alarm harus tetap dapat bekerja pada kondisi tegangan sebesar + 25% di
atas tegangan nominalnya.
4. Daya Flash Light 15 W dengan kecepatan 60 flash/menit.

7.4. Paralel Lampu Indikasi
1. Dalam keadaan normal lampu indikator tidak menyala dan harus secara
otomatis dapat menyala pada saat terjadi indikasi kebakaran.
2. Sistem penyalaan Lampu menerima perintah dari Detektor.
3. Lampu indikator dilengkapi dengan 'push button' untuk pengetesan lampu.
4. Kontraktor harus mengkoordinasikan bentuk & ukuran lampu indikator dengan
Perencana Arsitektur/Interior.

7.5. Persyaratan Pemasangan
1. Dalam pemasangan, Visual Alarm Devices dipasang di bawah Audible Alarm
Devices (Horn) atau bersebelahan.
2. Pemasangan Alarm Devices harus menggunakan Metal Doos.
3. Ukuran 119 x 119 x 54 (mm) atau ukuran lain sesuai dengan produk yang dipilih.

8.0. KABEL INSTALASI
8.1. Persyaratan Pengerjaan
1. Kecuali kabel untuk keperluan Emergency Call (Voice Communication) semua
wiring (kabel) instalasi baik yang ada di dalam MCFA dan LFACP maupun di
luar panel kontrol harus digunakan kabel jenis Solid Conductor (bukan Stranded
Conductor) dari bahan tembaga.
2. Kecuali instalasi untuk control point, Terminal Tripping, Telephone
emergency, electric strike, fire damper, extra fan dan semua instalasi ke circuit
yang ada menggunakan kabel jenis isolasi PVC dengan ukuran luas
penampang kabel minimal 1,5 mm2 atau sesuai Rekomendasi dari produk
terpilih.
3. Instalasi untuk control point, Terminal Tripping, Telephone emergency, electric
strike, fire damper, extract fan menggunakan jenis kabel tahan api (Flexible
Mineral Insulated) dengan ukuran luas penampang sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat alat.
4. Semua kabel instalasi, kecuali untuk kabel jenis tahan api harus dimasukkan
dalam conduit High Impact atau RSC thickwall untuk instalasi expose yang
sesuai (minimal 3/4").
5. Semua instalasi harus dilengkapi dengan kabel supervisi atau harus
memenuhi instalasi sistem pengindera kebakaran kelas A. Hal ini harus
diperhatikan dalam pemilihan jumlah kabel untuk setiap titik instalasi.
6. Instalasi Penunjang
Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti konduit, sparing, rak
kabel dan lainnya sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi daya
listrik.

9.0. PERSYARATAN PEMASANGAN


9.1. Smoke Detector dan Heat Detector dipasang langsung menempel pada plafond
ruangan.
9.2. Manual Alarm Station dipasang pada dinding secara exposed (surface mounted)
pada ketinggian sekitar 1,40 meter dari lantai.
9.3. Alarm Bell dipasang tepat disebelah Manual Alarm Station.
9.4. Kecuali kabel untuk keperluan komunikasi suara, maka semua kabel instalasi baik
yang ada di FACP maupun di luar panel kontrol harus menggunakan kabel jenis solid
conductor (bukan stranded conductor) dari bahan tembaga.
9.5. Semua instalasi ke circuit yang ada menggunakan kabel PVC dengan ukuran luas
penampang kabel minimal 1,5 mm2 atau sesuai rekomendasi pabrik pembuat
peralatan sistem.
9.6. Semua kabel instalasi, kecuali dari jenis tahan api harus dimasukkan dalam konduit
yang sesuai (minimal diameter ¾ inch).

10.0. PROSEDUR UMUM.


10.1. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan
10.2. Sebelum diadakan/didatangkan ke lokasi, contoh dan/atau brosur/data teknis
bahan/barang/peralatan untuk pekerjaan ini harus diajukan terlebih dahulu kepada
Konsultan MK untuk disetujui.

10.3. Kontraktor harus membuat daftar yang lengkap untuk bahan, barang, dan peralatan
yang akan digunakan, dan menyerahkannya kepada Pengawas Lapangan untuk
mendapat persetujuan dengan dilampiri brosur-brosur yang lengkap dengan data
teknis serta performance dari peralatan.

10.4. Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai dengan
Surat Keterangan Keaslian Barang (Letter of Origin) dari pabrik pembuatnya
(Manufacturer) atau agen utamanya (Authorized Dealer/Agent).
11.0. GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)
11.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sistem
elektrikal kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.
11.2. Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan agar
diperoleh cukup waktu untuk pemeriksaan dan tidak ada tambahan waktu bagi
Kontraktor bila mengabaikan hal ini.

11.3. Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang diperlukan.

11.4. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja yang lain
atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus
melaporkannya kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan keluarnya.

11.5. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukan tata letak bahan dan peralatan, jalur
kabel dan sambungan-sambungan.

11.6. Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seksama.

11.7. Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang gerak yang
digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja lainnya
yang berkaitan, harus diperiksa.

11.8. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan Kontraktor lain
yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk memastikan bahwa semua
peralatan dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan.

12.0. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN


12.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, baru,
bebas dari segala cacat dan dilengkapi dengan label, data teknis dan data lain yang
diperlukan.
12.2. Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus disertai dengan
surat jaminan keaslian barang (Letter of Origin) dan mempunyai jaminan serta
garansi (Warranty).
12.3. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada tempat yang
aman dan terlindung dari kerusakan.

13.0. KETIDAKSESUAIAN
13.1. Konsultan MK berhak menolak semua bahan yang didatangkan atau dipasang yang
tidak memenuhi ketentuan dalam Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis.

13.2. Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan yang
tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

13.3. Bila bahan-bahan yang akan didatangkan ternyata menyimpang atau berbeda
dengan yang ditentukan, Kontraktor harus terlebih dahulu membuat pernyataan
tertulis yang menjelaskan usulan penggantian, dengan maksud bila diterima, akan
segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor mengabaikan hal di atas, Kontraktor
bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Kerja.

14.0. BAHAN-BAHAN.
13.4. Umum

13.4.1. Detector, Manual Alarm Station, dan Alarm Bell harus berasal dari merek
yang dikenal luas seperti merek NOTIFIER, APRON,NITTAN,
SIMPLEX,NATIONAL ,Honey well, siemens

13.4.2. Sistem harus sesuai untuk daerah dengan temperatur sekeliling maksimal
40° C.

15.0. REKOMENDAI PRODUK YANG DITAWARKAN.


Sistem Fire Alarm yang ditawarkan adalah salah satu dari pilihan merk berikut:
 Siemens
 Honeywell
 Bosch
Uraian selengkapnya dari kompenen dimaksud dapat dilihat dalam table berikut:

IV. FIRE ALARM

1. Peralatan Utama Fully Point Addressable Intelligent System ƒ Siemens


(MCFA, FACP) ƒ Honeywell
ƒ Securiton

2. Kabel - NYA ƒ Kabelindo


ƒ Kabelmetal
ƒ Supreme

Kabel FRC :
• Mineral Insulation ƒ Betaflame
• LSOH ƒ Pyrotec
• BS 6387 : C, W, Z / IEC 60331-21 ƒ Shan Cable
• 900ºC dan 650ºC with shower

- Intercom Cable
ƒ Kabelindo
ƒ Kabelmetal
ƒ Supreme

3. Conduit/Fitting - UPVC ƒ Ega


ƒ Double H
ƒ G-Pipe
- Galvanized ƒ Bakrie
ƒ PPI
ƒ Matsushita

4. Multi Transit Fire rating ±2 (dua) jam ƒ Betaflame


Cable ƒ Pyrotec
ƒ Shan Cable
Chrystalized in high temperature at • 800 C
(Volume Expansion > 4 times)

Standart : JIS, BS, NFPA


SPESIFIKASI TEKNIS

16.8

PRASARANA RUANG SERVER

1.0. DESKRIPSI PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua komponen Ruang Ruang
Server untuk menunjang beroperasinya Pusat Data dan Informasi yang akan
tersambung ke seluruh gedung di lingkungan RUMAH SAKIT NATIONAL HOSPITAL
MALANG Type B melalui infrastruktur ICT yang uraiannya telah disampaikan dalam
bundle spesifikasi nomor 16700.
Tercakup dalam lingkup pekerjaan prasarana ruang Server ini meliputi tetapi tidak
terbatas pada uraian berikut ini:

2.0. DESKRIPSI UMUM


Ruang Server yang dimaksud terdiri dari beberapa bagian pekerjaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pengadaan Ruang Server untuk pusat pengelolaan data dan informasi
berikut peralatan penunjang yang diperlukan termasuk UPS, Peralatan Fire
Surpression dll. sehingga system bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan
yang dikehendaki dalam dokumen spesifikasi ini.
2. Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Sistem Rack 42U untuk Rack Core
Switch, Rack Server dan Rack Terminasi Kabel Fiber Optik dan Kabel Data.
3. Pekerjaan Penyambungan Fiber Optik di Rack Core Switch di Ruang Server.
4. Pekerjaan Instalasi UTP Jaringan Data di Ruang Server.

3.0. DESKRIPSI RUANG SERVER


1. Ruang Server yang dimaksud adalah ruangan sentral komputer secara lengkap
berikut dengan peralatan-peralatan yang diperlukan termasuk AC ( system
pendingin ), Rack Core Switch, Rack Server, Rack Data Storage & Video
Storage, UPS, dll. Sehingga system bisa berfungsi sebagai Ruang pusat data
dan informasi sebagaimana dikehendaki dalam buku spesifikasi ini.
2. Ruang Server yang dimaksud harus disetting sedimikian rupa sehingga
memudahkan untuk melakukan pemantauan manajemen operasional dan
manajemen network terhadap fasilitas yang terdapat dalam Ruang Server.
3. Ruang Server yang dimaksud adalah Ruang Server yang hemat energi dan
berkonsep "hijau".
4. Sistem pengkondisian udara di dalam Ruang Server yang dimaksud mengacu
kepada metoda pengaliran udara dingin supaya tetap bersuhu rendah.
5. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah “cara membuang udara panas”,
karena tidak tertampungnya udara panas akan menimbulkan sirkulasi di bagian
dalam peralatan yang akhirnya membuat server terlalu panas dan dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan.
6. Prinsip yang diterapkan adalah mengarahkan udara dingin ke sumber panas dan
melakukan pengaturan Relative Humidy secara presisi hingga 35%.
4.0. PERSYARATAN INSTALASI RUANG SERVER
1. Pekerjaan Instalasi di Ruang Server seluruhnya harus dikerjakan oleh tenaga-
tenaga yang sudah berpengalaman mengerjakan pekerjaan instalasi data yang
dibuktikan dengan pengalaman pekerjaan.
2. Setiap barang / material utama (Sistem AC, UPS, Server, Fire Suppression, Data
Cabling) yang akan diinstall harus melampirkan spesifikasi teknis dan brosur
serta memiliki surat dukungan principal / distributor resmi.
3. Memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dalam pembangunan Ruang Server
dengan Project Manager yang ditempatkan minimal memiliki pengalaman 7
(tujuh) tahun dalam pembuatan Ruang Server.
4. Memberikan jaminan ketersediaan sparepart selama lima tahun.
5. Memberikan jaminan bahwa system yang diimplementasikan sesuai dengan
requirement dan spesifikasi teknis serta sudah termasuk servis support (standart
support 5 hari x 8 jam pada hari kerja) terhitung sejak Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan ditandatangani. Dan Vendor wajib menjamin bahwa semua perangkat
/ system yang di implemantasikan dapat beroperasi dan berfungsi dengan
sempurna.
6. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana, kecuali bilamana perlu dapat
usulkan untuk dilakukan perubahan tanpa pembebanan biaya tambahan kepada
Pemberi Tugas. Perubahan tadi dapat dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi
7. Kontraktor harus menyerahkan daftar pekerja pelaksana dengan kualifikasi ahli
serta nama penanggung jawabnya.
8. Dalam waktu 30 hari setelah dinyatakan sebagai pelaksana, Kontraktor
diharuskan untuk menyerahkan daftar bahan yang akan dipasang dengan
katalog, spesifikasi dari pabrik,wiring diagram,dll

5.0. RUANG LINGKUP PEKERJAAN RUANG SERVER


Ruang lingkup penyediaan Ruang Server yang dimaksud, terdiri dari:
1. Pembangunan Fisik Ruangan Server
2. Penyediaan dan Pemasangan Sistem Kelistrikan Ruang Server
3. Penyediaan dan Pemasangan Fire Surpression System
4. Penyediaan dan Pemasangan Sistem Air Conditioning Ruang Server
5. Penyediaan dan Pemasangan UPS System
6. Penyediaan dan Pemasangan Rack System
7. Penyediaan dan Pemasangan Cabling Data System
8. Penyediaan dan Pemasangan Security System Ruang Server
9. Penyediaan dan Pemasangan Perangkat Pendukung Ruang Server

6.0. PEMBANGUNAN FISIK RUANG SERVER


Pembangunan Fisik Ruang Server yang dimaksud meliputi pekerjaan pengadaan
dan pemasangan sarana dan prasarana untuk setup ruang server secara lengkap
sehingga siap untuk digunakan dalam melakukan penyimpanan Server dan Video
Storage di Ruang Server termasuk di dalamnya pengadaan dan pemasangan Raised
Floor (bila memang dinyatakan diperlukan) berikut dengan insulation ruangan,
Ramp, Fire Rated Partition di jendela & pembuatan pintu untuk akses masuk ke
dalam Ruang Server & ruang penunjang nya, pemasangan Metal ceiling, termasuk
pemasangan wiremesh sebagai pemisah di dalam ruang server, dan pemasangan
kaca setebal 10 mm sebagai pemisah antara ruang server & ruang penunjangnya.
6.1. Penyediaan dan Pemasangan Instalasi Kelistrikan
Penyediaan dan Pemasangan Instalasi Kelistrikan di Ruang Server meliputi
pengadaan & penarikan kabel untuk instalasi dari Panel listrik terdekat dengan
Ruang Server sampai tersambung ke Sistem UPS dan Main Switch Board (MSB)
dalam Ruang Server yang akan digunakan untuk melakukan pasokan listrik ke
perangkat Core Swicth, Data Storage, Video Storage dan seluruh Server yang
akan digunakan untuk melakukan layanan IT serta Sistem Video Surveilance di
kompleks bangunan.

6.2. Penyediaan dan Pemasangan Fire Surpression System


Pekerjaan Fire Surpression untuk Ruang Server yang dikehendaki meliputi
pengadaan & pemasangan system pemadam kebakaran yang ramah lingkungan
dan ramah terhadap manusia yang terintegrasi dengan system pendinginan di
ruangan Server.

6.3. Penyediaan dan Pemasangan Air-Conditioning


Penyediaan dan Pemasangan Sistem Air-Conditioning yang dikehendaki meliputi
pengadaan & pemasangan unit Pendinginan untuk kebutuhan ruang Server
menggunakan Sistem Air-Conditioning yang dapat bekerja terus menerus 24 jam
& dapat diatur kelembaban udara nya.

6.4. Penyediaan dan Pemasangan UPS System


Penyediaan & pemasangan UPS system yang dimaksud adalah pengadaan dan
pemasangan unit UPS dengan kapasitas sesuai jumlah kebutuhan daya dari
masing-masing server dan Storage yang akan dipasang di dalam ruang server
dimaksud.

6.5. Penyediaan dan Pemasangan Rack System


Penyediaan & pemasangan Rack System yang dimaksud adalah pengadaan dan
pemasangan Sistem Rack yang akan digunakan sebagai tempat perletakan
Server, tempat perletakan Core Switch, perletakan media Storage untuk
penyimpanan data dan hasil perekaman video dari CCTV serta terminasi kabel
network baik yang ada di dalam ruang Server maupun keluar masuk dari ruang
Server.

6.6. Penyediaan dan Pemasangan Cabling Data System


Penyediaan & pemasangan Cabling Data System yang dimaksud meliputi
pengadaan dan pemasangan sistem kabel data antar rak di dalam Ruang Server
menggunakan kabel basket khusus untuk kabel data yang dipasang di atas rack
di dalam ruang Server.

6.7. Penyediaan dan Pemasangan Security System


Penyediaan & pemasangan Security System Ruang Server yang dimaksud
adalah pengadaan dan pemasangan CCTV khusus dan beberapa alat elektronik
(seperti Smoke Detector, Access Control, EMS) yang diperlukan untuk
memberikan system pengamanan & monitoring terhadap operasional Ruang
Server dari adanya bahaya kebakaran, pemantauan aktivitas dalam Ruang
Server berikut dengan ruang penunjang di sekitarnya, pemantauan kondisi power
serta pembatasan hak akses untuk memasuki ruang Server .

6.8. Penyediaan dan Pemasangan Perangkat Pendukung


Penyediaan & pemasangan Perangkat Pendukung yang dimaksud adalah
pengadaan perangkat penunjang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per
satu namun diperlukan untuk menunjang tersedianya fasilitas ruang server yang
siap dioperasikan sebagai ruang pengelolaan Server dan Video Storage
sebagaimana telah dituliskan dalam Spesifikasi Teknis ini.

6.9. Speksifikasi Perlengkapan Ruang Server


Berikut ini adalah spesifikasi teknis dari setiap perangkat yang dibutuhkan untuk
mendukung desain di dalam pembangunan Ruang Server:

6.9.1. Spesifikasi Partisi


1. Partisi Penutup kaca Ruang Server menggunakan gypsum tahan api
2. Bahan Fire Rated Partition bersertifikat
3. Double Layer Firestop min 12mm + hollow frame
4. Fire Insulation 2 hours
5. Untuk ruang Ruang Server menggunakan metal ceiling
6. Antara ruang Penunjang ke koridor dan ruang Server ada half Glass
Partition
7. Perforated Metal Ceiling / Grill diatas Rak server untuk return air PAC

6.9.2. Spesifikasi Pintu Tahan Api


1. Pintu tahan api bersertifikat
2. Double Door ukuran 900 x 2200 dan ukuran 30 x 2200
3. Plat Daun Pintu min 2mm
4. Isolator Rock wool min 100kg/m3
5. Accessories + kunci

6.9.3. Spesifikasi Pintu Ruang Operator


1. Alumunium door ukuran 900 x 2200
2. Daun Pintu lengkap dengan handle + kunci

6.9.4. Instalasi Kabel Listrik & Kabel Data


1. Termasuk penarikan kabel dari Power Panel ke Main Switc Board
(MSB) di Ruang Server
2. Menggunakan Kabel 4 besar PLN
3. Menggunakan Kabel Ladder untuk Data & Kabel power
4. Kabel Power di bawah raised Floor, kabel data diatas rack server
6.9.5. Spesifikasi Fire Supression System
1. Sesuai standard NFPA 2001
2. Extinguishing Agent : Argon 50% + Nitrogen 50%
3. Ozone Depletion Potential (ODP) : 0
4. Global Warming Potential (GWP) : 0
5. Atmospheric life time : 0
6. Aman terhadap manusia, no toxity
7. Tidak ada kabut pada saat discharge
8. Total Flooding system
9. Piping Class Sch. 40
10. Waktu discharge 60s
11. Yang dilindungi ada 2 layer (dibawah dan diatas ceiling)

6.9.6. Spesifikasi System Air Conditioning


1. Fan Coil Unit model Refrigerant Flow
2. Kapasitas : sesuai kebutuhan pada 24oC – 45% RH
3. Air Flow Type : Down Flow
4. Cooling Type : Air Cooled
5. System Control : Touch screen Display
6. Humidifier
7. Electronic Expansion Valve
8. Heater : Three stage electric reheat
9. Compressor : Dual standart scroll
10. Network : SNMP Card
11. Frame : Modular
12. Auto start : Bila power mati lalu hidup kembali maka akan hidup
secara otomatis
13. Scheduler : mampu melakukan penjadwalan operasi terhadap
beberapa unit secara otomatis.
6.9.7. System UPS
1. UPS : Concept Power Conditioning Modular
2. Kapasitas : 20Kva/16Kw (per module)
3. Minimal 3 (tiga) module per frame
4. Topologi : On Line Double Conversion, VFI
5. Parallel Technology : Distributed Parallel Architecture (in one module
included rectifier, inverter, control logic and display)
6. Construction : Modular (Expandable Vertical and Horizontal), Hot
Swapable, No need bypass or shutdown system when adding or
replacing modules.
7. Input Power Factor: 0.98
8. Output Power Factor: 0.8
9. Input Frequency: 35 - 70 Hz
10. Input Current Form: Sinewave
11. Redundancy n + 1: High Reliability
12. Efficiency(double conversion) : Up to 97%
13. Standards: EN 50091, Part 1, 2 and 3, IEC 62040, Part 1, 2 and 3
14. Input Voltage (V) : 3x380V/220V+N, 3x400V/230V+N,
3x415V/240V+N
15. Input Voltage Tolerance: For Loads <100%(-23%,+15%), <80%(-
30%,+15%), <60%(-40%,+15%)
16. Output Voltage (V) : 3x380V/220V+N, 3x400V/230V+N,
3x415V/240V+N tolerance + 1%
17. Crest Factor: 3 : 1
18. Overload : 150% for 1 min., 125% for 10 min.
19. Power Management Display: With LCD, Mimic Diagram, Control
20. Communication Port: Serial RS - 232
21. SNMP
22. SMS Alert + Probe Temp
23. Battery untuk back-up 30 menit pada load 20Kva.

6.9.8. Rack System


1. Ukuran Rak Server 19 “
2. Tinggi : 42 U
3. Depth : 1100mm
4. Pintu Depan & belakang Perforated, dengan engsel bukaan mencapai
1300
5. Terdapat pre-cut untuk lobang masuk kabel di roof
6. Lavelling feet
7. 1 unit Horizontal kabel management
8. unit vertical kabel management
9. Tiap rak dilengkapi 2 PDU minimal outlet 12 port,
10. rak server & 1 rak network yang masing masing memiliki 1 IP
monitoring PDU
11. Warna rak adalah Dasar (un finished)

6.9.9. System Kabel Data


1. Instalasi Kabel Data (Cabling) harus menurut standart TIA 942
2. Penarikan Kabel Data dari rack network ke semua rak server
3. Tarikan UTP dari Rack network ke masing-masing rack server kabel
data yang digunakan adalah UTP Cat 6 A.
4. Terminasi Cabling Data ke Core Switch
5. Patch Panel Terminasi & Patch Panel 24 port
6. Menyediakan patch cord, ukuran minimal 10 feet di setiap rak server
(untuk penarikan ke server)
7. Membuat Dokumentasi & labeling lengkap untuk cabling data
8. Etherscope
9. Series II mainframe,
10. Battery pack (installed),
11. Protective boot,
12. Rechargeable Li-Ion
13. Carrying strap,
14. AC adapter/battery charger,
15. Remote wire map (WireView #1),
16. CompactFlash® card,
17. Patch cable, RJ-45
18. 802.11a/b/g Cardbus adapter (include untuk WLAN)
19. external directional antenna (include untuk WLAN)
20. Adapter,
21. Getting Started Guide,
22. Resource CD,
23. Carrying
24. Cable Analyzer
25. Cable tester for Cat 6A & 10 GB Cabling,
26. level IV Accuracy,
27. 900 Mhz,
28. Intuitive trouble shooting

6.9.10. Smoke Detector


1. HSSD, Very Early Smoke Detector apparatus
2. Sensivity range 0.005 to 20% obs/m
3. Dual Stage Filter
4. Laser detection system
5. stage configure alarm (alert, action, fire1, fire 2)
6. Automatic adjustable system
7. Bar Graph/Indicator LED display (20 segment)

6.9.11. EMS Monitoring System


Monitoring Critical environmental condition seperti :
1. Temperature and Humidity sensor
2. Liquid Detection Sensor
3. Motion intrusion, vibration, all door contact
4. FAP System
5. Aalarm beacon & siren
6. TCP/IP Communication
7. Communication by sms & email

6.9.12. Kamera CCTV


Spesifikasi sudah tertera dalam persyaratan pekerjaan CCTV (Spesifikasi
17100)

6.9.13. Access Control System


1. IP base Finger print access control + Proximity reader
2. Memory : 4MB flash + 8MB RAM
3. Finger print sensor : 500 dpi optical sensor
4. Identification speed 2,000 match in 1 second
5. Fingerprint capacity 10,000 templates (5,000 users)
6. Log capacity 50,000 events
7. Network interface TCP/IP, RS485
8. Size 50 x 160 x 37mm (W x H x D)
9. RF card Proximity (125kHz EM), Mifare (13.56MHz) = 10 pcs
10. Power supply with Battery Back-up
11. Magnetic lock with bracket
12. Push Button

7.0. BAHAN - BAHAN


7.1. Umum.
Semua bahan yang didatangkan dan akan dipasang harus baru, bebas dari segala
cacat/kerusakan, kualitas terbaik dari produk yang dikenal dan sesuai untuk daerah
tropis.

7.2. Closed Distribution Frame (CDF) untuk terminasi OLT Fiber Optik di Ruang
Data Center.
Kotak CDF di Core Switch harus dari tipe pasangan dalam dengan kapasitas sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja, dan harus memiliki karakteristik minimal sebagai
berikut :
w Rumah dibuat dari reinforced polyester,
w Dilengkapi dengan pintu yang dapat dilepas untuk terminasi kabel.
w Dilengkapi dengan ventilasi pada bagian atas dan bawah untuk sirkulasi udara
dan mencegah kelembaban,
w Disetujui oleh Telkom,

7.3. Kotak CDF di setiap bangunan.


Kotak CDF di setiap bangunan merupakan kotak terminsi kabel UTP ke ONU dengan
tipe dan kapasitas sesuai petunjuk dalam Gambar Perencanaan, harus memiliki
karakteristik minimal sebagai berikut:
w Dapat dipasang Flooer Standng di setiap gedung,
w Mudah di pasang,
w Ringan dan Kuat,
w Kotak dibuat dari resin daur ulang,
w Bagian metal dibuat dari bahan baja anti karat AISI 304,
w Dapat dibuka sampai 90°,
w Tahan terhadap UV dengan proteksi indeks IP 53/54,
w Dapat dikunci,

7.4. Kabel Serat Optik


1. Kabel Serat Optik dalam gedung yang keluar atau masuk dari Kotak CDF
merupakan serat optic jenis Multi Mode. Kabel serat optic yang dimaksud harus
dari jenis kabel serat optik berisolasi PVC dengan pita pelindung statis, seperti
tipe R-V (Pe) V, yang memenuhi ketentuan SNI 04-2077-1990.
2. Merk kabel yang direkomendasikan adalah DATWYLER, PANDUIT, SYSTIMX
atau setaraf dengan jumlah core sesuai ketentuan dalam Gambar Perencanaan.

7.5. Kabel UTP


1. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Perencanaan, Kabel UTP yang digunakan
harus sesuai dengan produk unit komponen aktif yang terpilih baik dengan tipe
kabel spesifikasi PoE (Power over Ethernet) atau non PoE baik untuk UTP Cat
5E maupun Cat 6.
2. Kabel data pada system jaringan komputer yang akan digunakan
direkomendasikan dari buatan DATWYLER, PANDUIT, LS Cable dengan
karakteristik minimal sebagai berikut:
w Diameter 0,6mm.
w Berisi 4 pasang UTP untuk setiap data.
w Atenuasi maksimal (dB yang hilang per 100m) :
1MHz : 1.8dB
4MHz : 3.2dB
10MHz : 5dB
16MHz : 6.2dB
20MHz : 7dB
31.25MHz : 8.8dB
62.5MHz : 12.5dB
100MHz : 16dB
w Near end crosstalk loss minimal (dB yang hilang per 100m):
1MHz : 65dB
4MHz : 55dB
10MHz : 50dB
16MHz : 47dB
20MHz : 45dB
31.25MHz : 42dB
62.5MHz : 38dB
100MHz : 35dB

7.6. Stop Kontak./ Outlet


1. Stop kontak / Outlet data harus dari tipe rata permukaan (flush mounted)
dengan warna netral Ivori atau sesuai arahan dari Arsitek.
2. Spesifikasi dari Outlet data yang dimaksud harus sama atau setara dengan
produk Clipsal, Legrand dan Panasonic sesuai yang telah disetujui oleh
perwakilan owner.

7.7. Pipa konduit


Pipa conduit untuk kabel telepon harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis 16400.
Diameter pipa conduit harus sesuai dengan ketentuan dalam Gambar Kerja atau
disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan ditempatkan didalamnya.

7.8. Kabel Fiber Optic


Kabel Fiber Optic yang di gunakan ada 2 jenis :

a. Kabel Outdoor Direct Buried untuk Backbone

• Mendukung G.652D.

• Redaman kabel per meter 1310 nm adalah max 0.36 dB dan 1550nm
adalah max 0.25 dB.

• Konstruksi kabel adalah armored type untuk direct buried.

• Minimum jumlah core adalah 4 core.

• Outer diamer adalah 8.5 mm.

• Warranty End to End adalah 25 tahun.

b. Kabel Indoor Dropwire untuk horizontal cabling

• Tipe Fiber adalah G.657a.

• Fiber Optic adalah bend insensitive type untuk indoor instalasi.

• Jaket kabel adalah LSZH.

• Jumlah core fiber adalah 2 core.

• Redaman kabel per meter 1310 nm adalah max 0.3 dB dan 1550nm
adalah max 0.2 dB.

• Warranty End to End adalah 25 tahun

7.9. Accessories Fiber Optic Cable


Aksesoris Kabel Fiber Optic meliputi :

a. Passive Optical Splitter (POS)

• Splitter memiliki beberapa tipe yaitu : 1:4;1:8;1:16:1:32 dan 1:64

• Interface dari splitter adalah SC/APC

• Splitter adalah tipe PLC type

• Insertion loss untuk Splitter tergantung pada splitting ratio


• Same brand with Fiber Optic

• Warranty End to end : 25 tahun

b. Optical Distribution Panel (ODP)

• ODP dapat di tempatkan pada rack 19”

• ODP memiliki beberapa sizing : 1RU,2RU dan 4RU

• Maximum kapasitas ODP : 144 core

• ODP terbuat dari Galvanized Steel

• ODP menggunakan SC Connector

• ODP adalah tipe sliding dan modular

• Same brand with Fiber Optic

• Warranty End to end : 25 tahun

c. Patch Cord FO

• Patch Cord adalah buatan pabrik (factory fabrication)

• Tipe Patch Cord adalah SC/APC-SC/APC

• Panjang Patch Cord : 3mtr dan 5 mtr

• Jaket Patch Cord adalah Low Smoke Zero Halogen

• Tipe Fiber adalah G.652d

• Same brand with Fiber Optic

• Warranty End to end : 25 tahun

7.10. UTP Cable Category 6


Kabel UTP Cat6 di gunakan untuk instalasi kabel data :

a. Performance Char : 600 MHz

b. Pair Count : 4 pair

c. Outer dimension : 7,15 mm

d. Conductor : 23 AWG Solid bare copper

e. Impedance : 100 ohm

f. NVP : 66
g. Jacket : PE or LSZH

h. Attenuation (dB) : 32,8

i. NEXT (dB) : 38,3

j. ACR (dB) : 5,5

k. Warranty End to End : 25 years

7.11. Accessories UTP Cable


Aksesoris UTP Cable Category 6 meliputi :

a. Patch Panel Category 6

• Meet or exceed TIA Cat6 performance requirement

• Number of ports available : 24 ports or 48 ports

• Same brand with the proposed Cable

• Have rear cable management bars and fixings

• Removable label area

• End to End Warranty : 25 years

b. Modular Jack Category 6

• Meet or exceed TIA Cat6 performance requirement

• IDC punch down type

• RJ45 Jack life : Min. 750 insertions

• IDC Jack life : Min. 250 terminations

• Same brand with proposed Cable

• End to End Warranty : 25 years

c. Patch Cord Category 6

• Meet or exceed TIA Cat6 performance requirement

• Cable construction : stranded flexible copper cable

• Copper conductor : AWG 24

• Injection moulded boot for improved strain relief


• High Grade gold plated RJ45 connector

• Same brand with proposed cable

• End to End Warranty : 25 years

d. 19” Rack Server

• Closed Rack with perforated Door

• Size : W 600 mm x D 1100 mm x H 42U

• Material : Galvanized Steel

• Static load : 1000 kg

• Fan : 6 heavy duty fan

• PDU : 2 x 12 port

e. 19” Wallmount Rack Server

• Type : Wallmounted Closed Rack

• Size : W 600 mm x D 550 mm

• Door : Double door with tamper glass front door

• Fan : 4 unit heavy duty fan

• PDU : 1 x 6 port

7.12. Switch PoE


Spesifikasi Teknis untuk Switch PoE :

a. Merupakan Manageable switch yang bersifat dapat stackable dan merupakan


switch dengan kemampuan L2+

b. Mendukung 24PoE+ atau 48PoE+

c. Switch Fabric capacity (full duplex) minimum 172 Gbps

d. Forwarding rate capacity minimum 128 Mpps

e. Link Aggregation minimum 128 LAG group, 144 dynamic ports

f. Remote Switch port Analyzer (RSPA) monitor port

g. Mendukung OSPF Routing

h. Mendukung Spaning Tree Protocol

i. Mendukung fitur IPv6


j. Memiliki fitur ACL (Access Control Lists) yang dapat diaplikasikan di level port,
VLAN, dan Router

k. Memiliki fitur port based QoS

l. Memiliki fitur Management CLI (command-line interface)

m. Mendukung VLAN Tagging; Spanning Tree

n. Memiliki fitur SNMP v1/v2/v3

o. Memiliki Lifetime Warranty Support

p. Memiliki Service Support 3x24x7

8.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


8.1. Umum.
8.1.1. Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang dengan Kontraktor lain untuk
memastikan semua peralatan dan perlengkapannya dapat dipasang pada
tempat yang telah ditentukan.
8.1.2. Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang dinilai tidak
sesuai oleh Konsultan MK.
8.1.3. Kontraktor secara teratus harus membuang kotoran dan bahan tak terpakai
agar dapat bekerja dengan aman.
8.1.4. Kontraktor harus menyediakan semua alat kerja, peralatan pemasangan,
peralatan pengujian dan melaksanakan pengujian serta mencatatnya.

8.2. Pemasangan CDF


8.2.1. Unit kotak CDF unit harus dipasang pada ruangan seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar Perencanaan.
8.2.2. Setiap kotak CDF harus diberikan cadangan titik terminalsi harus memiliki
cadangan sekurang-kurangnya 20% dari total kapasitas.
8.2.3. Kabel yang akan ditanam di dalam bagian bangunan (di lantai atau di
dinding) harus ditempatkan di dalam konduit tahan karat seperti disebutkan
dalam Spesifikasi Teknis 16400.
8.2.4. Untuk ruangan tanpa langit-langit, kabel harus ditempatkan di dalam konduit
atau rak kabel ( Kabel Try ) dan diklem ke beton pelat pada setiap jarak
100cm.
8.2.5. Seluruh kabel harus diberi tanda dengan tanda kabel.
8.2.6. Soket telepon dan data harus ditempatkan pada lokasi yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk dari Pengawas Lapangan.
8.2.7. UTP Category 5 atau Category 6 harus dipasang pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam gambar Kerja, dengan tetap memperhatikan batasan jarak
yang diisyaratkan. Total panjang satu segmen dibatasi sampai 90meter.
8.2.8. Kontraktor harus menyiapkan diagram pemasangan kotak terminal data CDF.
8.2.9. Semua kabel data harus ditempatkan di dalam konduit.
8.2.10. Tinggi maksimal pemasangan kotak terminal sambung ± 90 cm dan tinggi
minimal ± 30 cm.

8.3. Peralatan
Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian.

8.3.1. Kabel Konduit


a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang Trunking
Kabel.

b. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus di


pasang pada tangga kabel.

c. Konduit harus diklem ke struktur bangunan dengan sadle klem


dan warna sesuai spesifikasi.

d. Kabel fiber optic dan kabel UTP memakai PVC high impact
conduit.

e. Kabel data tidak boleh ada sambungan.

f. Instalasi yang berada pada plan room menggunakan Steel


Conduit.

8.3.2. Kabel Trunking (Kabel Tray) dan Tangga Kabel


a. Kabel tray harus terbuat dari Galvanized finishing dengan
lebar sesuai gambar perencanaan, dimana untuk panjang dari
masing-masing ukuran tersebut disesuaikan dengan gambar
rencana.

b. Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton


dengan besi bundar berulir (iron rod diameter 10mm) dengan jarak
antar besi penggantung maksimum 150 cm.

c. Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk kabel tray harus


dibuat sedemikian rupa sehingga kabel sesuai dengan bending
yang diperkenankan.

d. Tangga kabel terbuat dari hot dip Galvanized finishing


dengan lebar sesuai gambar perencanaan, dimana untuk
panjang dari masing-masing ukuran tersebut disesuaikan dengan
gambar rencana.
e. Tangga kabel digunakan untuk keperluan instalasi kabel feeder
sistem elektronik (untuk instalasi : Fire Alarm, Telephone/Kabel
Data, Sound System, Security, CATV dan BMS)

f. Kabel feeder yang dipasang pada tangga kabel atau cable ladder
harus diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie).

g. Tangga kabel di pasang ke dinding dengan memakai 3 buah


dynabolt berukuran ½“ x 2” pada tiap kelipatan maksimum 75 cm.

h. Kabel tray dan tangga kabel untuk instalasi sistim elektronik


menggunakan kabel tray Sound System.

9.0. PENGUJIAN
Pengujian terhadap sistem kerja peralatan harus dilakukan oleh pihak agen
penjualan peralatan dan pihak tersebut harus menyiapkan surat-surat jaminan
pemasangan yang baik.

10.0. REFERENSI PRODUK


a. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.
Pemborong dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dan
Pemborong baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan
tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.

b. Referensi Produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut : lihat daftar
peralatan & material.

c. Seluruh instalasi data cabling system harus disertifikasi dengan jaminan 25 tahun
untuk aplikasi.

10.1. Pemasangan kabel Tanah (Serat Optik).


10.1.1. Kabel tanah (Serat Optik) harus ditanam pada kedalaman minimal 80 cm
dan diberi penutup lapisan pasir halus (bebas batuan) tebal minimal 20
cm, dan diatasnya ditutup dengan batu bata.
10.1.2. Kabel-kabel yang ditanam melintang jalan harus ditempatkan dalam
konduit.
10.1.3. Inti kabel harus disambung dengan cara las.
10.1.4. Semua penyambungan kabel tanah harus dilakukan dengan alat
penyambung yang disetujui seperti 3M, Raychem atau yang setara,
dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan jenis kabel yang akan
disambung.
10.1.5. Kontraktor harus membuat diagram jalur kabel yang akan dipasang.
10.1.6. Setiap jalur kabel harus diberi tanda kabel yang jelas, sedang untuk
setiap sambungan harus diberi tanda khusus.
10.1.7. Pekerjaan galian dan urugan untuk penanaman kabel harus dilaksanakan
sesuai Spesifikasi Teknis dalam pekerjaan infrastruktur.
10.1.8. Sebelum dan setelah peletakan kabel, Kontraktor harus mengukur data
kualitas kabel yakni isolasi antar kawat, kawat pembumian, tahanan/loop,
atenuasi apda 800Hz, hubungan menerus dan tahanan pelindung kabel.

10.2. Lapisan Pelindung.


10.2.1. Semua bahan yang dipasang harus sudah memiliki lapisan pelindung.
10.2.2. Konduit kabel serat optik harus diberi cat dalam warna sesuai Skema
Warna yang akan diberikan kemudian.
10.2.3. Bahan cat dan cara pengerjaannya harus sesuai ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis tentang Cat.

10.3. Pengujian dan Uji Penampilan.


10.3.1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang
dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memeriksa bahwa
seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi semu
persyaratan.
10.3.2. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan tenaga kerja untuk
pengujian dan perawatan peralatan pengujian dan perlengkapannya agar
tetap dalam kondisi baik selama waktu pengujian.
10.3.3. Hasil pengujian harus dicatat oleh Kontraktor dan diserahkan secara
resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah terima pekerjaan.
10.3.4. Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh
Pengawas Lapangan.
10.3.5. Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas
Lapangan, buku asli pengoperasian/pemeliharaan peralatan berikut
salinannya dalam jumlah tertentu, sesuai persyaratan kontrak.
10.3.6. Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui Pengawas
Lapangan, Surat Jaminan (Warranty) atas produk sistem telepon tersebut,
dengan jangka waktu masa garansi sesuai standar dari pabrik pembuat.

11.0. SISTEM PEMBUMIAN UNTUK PENGAMAN


11.1. Umum.
11.1.1. Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah
pembumian dari badan-badan peralatan ICT atau benda-benda di
sekitar yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-
benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan
seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan
benda-benda tersebut menjadi bertegangan.
11.1.2. Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan
manusia dari bahaya tegangan sentuh pada saat terjadinya
gangguan.
11.1.3. Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang
bersifat konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.
11.1.4. Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL-2011, SPLN
dan standard lain yang diakui di Negara Republik Indonesia.
11.2. Konstruksi
11.2.1. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung
antara benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain
yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
11.2.2. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan
tembaga dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
11.2.3. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan
grounding rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel
berisolasi sesuai dengan Gambar Perencanaan.
11.2.4. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan
sentuh yang terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.
11.2.5. Untuk keperluan pembumian ruangan Data Center dalam gedung
Perpustakaan harus disiapkan titik grounding khusus yang memiliki
nilai tahanan pentanahan tidak melebihi dari angka 0.2 Ohm.
11.3. Pemasangan.
11.3.1. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian
grounding rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M
dan masing masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak
lebih dari 0.2 Ohm atau sesuai dengan rekomendasi produk yang
diajukan.
11.3.2. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang
tertutup. Tutup bak kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi
dengan handle. Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat
terminal penyam-bungan dan tempat pengukuran tahanan
pembumian grounding rod.Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
11.3.3. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat
menahan gangguan mekanis.
11.3.4. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam
di dalam tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan
penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus
menggunakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar Perencanaan.
11.3.5. Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik.
Penyambungan ini dilakukan di dalam bak kontrol.
11.3.6. Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum
di dalam Gambar Perencanaan.
11.3.7. Sistem pembumian harus terpisah dari masing-masing sistem:
a. Pembumian jaringan tegangan tinggi,
b. Pembumian instalasi sistem penangkal petir,
c. Pembumian sistem tegangan rendah,
d. Pembumian sistem telepon,
e. Pembumian sistem tata suara,
f. Pmbumian system pengindra kebakaran
g. Pembumian sistem Komputer.
h. Pembumian alat elektronik lain atau peralatan medis.
SPESIFIKASI TEKNIS

16.9

SISTEM TATA SUARA

1.0. UMUM
a. Keseluruhanperalatanutama yang membangun sound system iniharusdari merk
yang sama. Adapun merk yang boleh direferensikan adalah TOA, Bosch.
b. Kontraktor harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang mendapatkan
Surat Dukungandari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan yang
mendapatkan Surat Penunjukan dari Distributor serta mendapatkan Surat Dukungan
dari Principal (Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia.
c. Sistem tata suara harus memenuhi standard keselamatan evakuasi sebagaimana
dipersyaratkan pada IEC 60849 standard dan EN 54.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN


1. Sebagaimana yang tertera dalam gambar rencana, Kontraktor pekerjaan Sistem
Tata Suara ini harus mengadakan dan memasang, serta nantinya menyerahkan
seluruh hasil pekerjaan dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan instala sisistem tata suara yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan sentral sistem tata suara
meliputi unit penguat sinyals uara (power amplifier) lengkap dengan unit kontrol
dan monitor serta pemasangan system dalam rak untuk peralatan sentral tata
suara.
b. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian MDF dan kotakhubungbagi (TB) di
setiaplantai.
c. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel distribusi sistem tata suara
antara peralatan sentral dan system rak dengan kotak hubung bagi di
setiaplantai.
d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian ala tpengeras suara (loud speaker)
sesuai dengan gambar rencana.
e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel pemakaian antara kotak
hubung bagi dengan alat-alat pengeras suara dan volume control di tempat yang
ditunjuk.
f. Melaksanakan matching dan balancing atassemua speaker dan system secara
keseluruhan, sedemikian rupa hingga menghasilkan kualitas suara yang prima
dan tingkat tekanan bunyi yang merata di seluruh bagian lantai bangunan.
2. Ruang lingkup pekerjaan sound system meliputi pengadaan peralatan berikut
pemasangannya. Pengadaan dan pemasangan peralatan sound system ini secara
keseluruhan terbagi menjadi 2 (dua) bagian utama yaitu :
a. Sound System untuk Back Ground Music, Paging dan Evacuation, meliputi area
selasar dan public area.
b. Sound system untuk keperluan Evacuation, meliputi semua area yang telah
dicover oleh item diatas tersebut di atas ditambah area-area yang memerlukan
ketenangan seperti Ruang Patient.
3. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperkuat dan meningkatkan Kualitas suara
secara merata keseluruh area rumah sakit.
Kualitas suara tidak hanya diperkuat tetapi harus mempunyai derajat pengertian
atau kejelasan suara (intelegibility) yang tinggi, bebas dari gangguan listrik
tegangan tinggi dan sinyal pemancar pemancar baik yang ada didalam gedung itu
sendiri maupun diluar gedung seperti ORARI, KRAP dan sejenisnya.
4. Pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut :
PeralatanUtama :
a. Digital Matrix Mixer (Build inEquializer)
b. Paging Microphone w/ Chime
c. Emergency Message w/ Mic Evac
d. Speaker Selector 10Ch
e. Power Amplifier 240 Watt
f. CD/USB/ MP3 Player & Integrated Tuner FM-AM
g. Ceiling Speaker 3 Watt,
h. Wall Box Speaker 6Watt, (EVAC)
i. Volume Control 30 Watt

PeralatanPenunjang :
a. Rack 23U c/w Roof Fan, Blank Panel, accessories
b. Terminal Box Sound System
c. Change Over switch

3.0. KEMAMPUAN PERALATAN


Sound system yang ditawarkan, haruslah memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
1. Sound system berbasis digital.
Setting dan konfigurasi dilakukan secara cepat dan mudah tanpa perlu merubah
perkabelan dan dilengkapi dengan Equalizer.
2. Sistem dilengkapi dengan had-held emergency microphone yang terintegrasi pada
front panel.
3. Tingkat Kekerasan dan Kualitas Suara harus dapat diatur secara group dan terpusat
dari sentral untuk menyesuaikan dengan keadaan ruang sehingga menghasilkan
kualitas suara sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
4. Sound system yang dipasang harus dapat berfungsi dengan baik untuk distribusi
suara secara merata pada area (zone) yang dipilih dan tidak mengganggu zone
lainnya.
Misalnya dilakukan pilihan untuk zone 1 dan 2, maka zone 3 dan 4 tidak boleh ikut
berbunyi. Pemilihan zone dilakukan melalui selector yang terintegrasi pada
microphone call station.
5. Sistem tata suara yang
akandipasangmemilikisistemprioritasotomatisuntuklayanandenganurutanprioritastere
ndahsampaitertinggisebagaiberikut :
a. Back Ground Music kesemuaruangan / lantai yang dilengkapi speaker.
b. Paging dengan Attention Chime untukpenyampaianberita, dengansistem zones.
c. Emergency Call dengan Pre-Recorded Announcement, yang dapat di-trigger dari
Emergency Push-button ataupun Master Control Fire Alarm. Emergency Call
merupakanprioritastertinggi, merupakan All Call (kesemua speaker) dan
dilakukan by-pass terhadap volume control.
6. System priority yang dapatdiprogramsampaidengan 16 level, dimana microphone
dengan priority lebihtinggidapatmelakukan over-ride ke microphone dengan priority
lebihrendah (namuntidaksebaliknya),
denganpengaturanurutanprioritassebagaiberikut :
a. Emergency Microphone.
b. Microphone General PAtermasukdengan Car Call.
c. Background Music.
7. Selainuntukkeperluan back ground music, announcement / paging dan
mengumandangkanadzan, peralatanharusdilengkapidengan system
evakuasiuntukhal-hal yang bersifatdarurat. Sinyaldari MCFA
secaraotomatisdapatmengaktifkan digital programmable pre-recorded message
module.

4.0. INSTALASI
Dalampelaksanaanpekerjaan Public Address (Sound System) yang
perludiperhatikanantaralain :
1. Kabel Speaker
a. Instalasiperkabelankesemua speaker yang tersebardiseluruhgedungterdiridari :
ƒ Kabel jenis NYMHY 3 x 1,5 mm² digunakandari sub-sentralsampaidengan
Volume Control
ƒ Kabel jenis NYMHY 3 x 1.5 mm² digunakandari Volume Control
sampaidengan ceiling speaker dan dari Mixing Amplifier ke ceiling speaker.
b. Penarikankabeldarisentralkeseluruh volume control dan ceiling speaker
harusdibuatsecara group tiap-tiaplantai (1 lantaidibuat 1 group),
kecualidarisentralkeceilling speaker, penarikankabeldibuatsecaralangsungdari
Mixing Amplifier kebeberapaWall speaker secara parallel ( dalam 1 group
tersendiri ) dan menggunakankebal NYMHY 3 x 1.5 mm².
2. Kabel Microphone
Instalasikabel microphone terdiridari:
a. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengankualitasterbaik dan kabel
telephone ITC 2x10x0.6 mm² (10 pairs) ditarikdari front office
sampaidengansentral.
3. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengankualitasterbaik dan kabel telephone
ITC 2x2x0.6mm² ( 4 pairs ) ditarikdari front office tiap-tiaplantaisampaidengan sub
sentral.

5.0. SPESIFIKASI TEKNIS


1. Digital Matrix Mixer

Power Source 120V AC, 60 Hz


Power Consumption 40 W
Audio Input Max. 8 channels, modular construction (modules optional)
Preamplifier output 1, 2: 0 dB(*1), 600 ȍ, balanced,
Audio Output
removable terminal block (3 pins)
Analog input (slot 1 - 8): -10 dB(*1), 10 kȍ, unbalanced
Digital input (slot 1 - 4): 24 bit/48 kHz
MIX output (slot 1 - 8): -14 dB(*1), 330 ȍ (CH 1 prefader
Module Slot
output), unbalanced
Digital output (slot 5 - 7): 24 bit/48 kHz
Power supply (slot 1 - 8): +24 V, -24 V, +6 V DC
Digital Audio Signal
-20 dBFS
Reference Level
Frequency Response 20 Hz - 20 kHz, +1, -3 dB
Total Harmonic Distortion 0.008 % (at 22 kHz LPF, 1 kHz, +10 dB(*1) output)
At Input short, 20 Hz - 20 kHz, set to ALL FLAT or OFF
setting
S/N Ratio Output volume min.: 90 dB
Output volume max.: 61 dB (Input 1 volume: 0 dB, Other
Inputs: OFF)
Cross Talk 64 dB or more (at 20 kHz)
Bass: ±12 dB (at 100 Hz)
Tone Control
Treble: ±12 dB (at 10 kHz)
10 bands, Frequency: 20 Hz - 20 kHz, 31 points, Variable
Parametric Equalizer
range: ±12 dB, Q: 0.3 - 5
Speaker Equalizer 10 (setup software has 30 TOA speaker presets)
-12 dB/oct, Variable frequency range: 20 Hz - 20 kHz, 31
High-pass Filter
points
-12 dB/oct, Variable frequency range: 20 Hz - 20 kHz, 31
Low-pass Filter
points
Compressor Depth: 1 - 5
0 - 40 ms (1 ms steps), maximum 40 ms (CH 1 + CH 2),
Delay
mixer mode only
Scene/Event Memory 32/32
Auxiliary Function Key lock function
RS-232C(*2), D-sub connector (9 P, female)
Control input: 4 inputs, no-voltage make contact input,
open voltage: 3.3 V DC,
short-circuit current: 1 mA or less, removable terminal
block (14 pins)
Control output: 4 outputs, open collector output, withstand
Control Input/Output
voltage: 27 V DC,
control current: 50 mA, removable terminal block (14 pins)
Remote volume: 2 channels, connect a 10 kȍ/linear taper
variable resistor or
input the DC voltage of 0 to +10 V, removable terminal
block (14 pins)
Operating Temperature -10 Ԩ to +40 Ԩ (14 ࢎF to 104 ࢎF)
Operating Humidity 35 % to 80 %RH (no condensation)
Panel: Aluminum, hair-line, black
Finish
Case: Surface-treated steel plate, black, paint
420 (W) × 107.6 (H) × 353 (D) mm (16.54" × 4.24" ×
Dimensions
13.9")
Weight 6 kg (13.23 lb)
Power cord (2 m (6.56 ft)) …1, Rack mounting bracket
Accessory …2, Bracket mounting screw …4,
Blank panel …7, Blank panel mounting screw …14,
Removable terminal plug (3 pins) …2, Removable
terminal plug (14 pins) …1, CD …1

2. Paging Microphone w/ Chime

Power Source 12 - 24 VDC ar 12V AC adaptor


Current Consumption 60 mA or less
Audio Output 0 dB(*1), 600 ȍ, balanced
Distortion 1% or less
Frequency Response 100 - 20,000 Hz
S/N Ratio 60 dB or more
Microphone Unidirectional electret condenser microphone
No. of Function Keys 13, Emergency key (covered), Talk key
Activation of Emergency Broadcast (pre-recorded
announcement or live
Emergency Broadcast(*3)
microphone announcement) by Emergency Broadcast
Switch
Volume Control Microphone volume control
Connection Cable and
Cable Microphone + ITC 2 Pair
Connector
ABS resin, blueish gray (PANTONE 538 or its
Finish
equivalent)
Dimensions 16,4 X 4.24 (3,5 Without Feet)
Weight 13,23 lbs. (6Kg)
Accessory Link cable (3 m) ……1
Option Wall mounting bracket

3. Power Amplifier 240 /2 x 120 Watt

Power Source 220 - 240 V AC, or 24 - 30 V DC


Rated Output 240 W
Power
238 W (EN60065)
Consumption
Frequency
50 - 20,000 Hz (±3 dB)
Response
Distortion 1% or less at 1 kHz, 1/3 rated power
Line in: 0 dB*, 10 kȍ, balanced, screw terminal, 100V Line in 40
dB*, 330 kȍ, unbalanced, screw terminal,
Input
distance between barriers: 8.3 mm (0.33")
Power remote control: Make contact
Output Balanced (floating)
High impedance: 42 ȍ (100 V), 21 ȍ (70 V)
S/N Ratio 60 dB or more
Bass: ±10 dB at 100 Hz
Tone Control
Treble: ±10 dB at 10 kHz
Ventilation Fan cooling
Panel: ABS resin, black
Finish
Case: Steel plate, black
Dimensions 420 (W) × 101 (H) × 360 (D) in mm
Weight 13.2 Kg

4. Emergency Message w/Mic Evac Voice

Usable Power Supply Unit: FV-200PS


Power Source
24 V DC (operating range: 19.5 - 27 V), M3 screw terminal
Current
250 mA
Consumption
Emergency Alert (repeated continuously), Evacuation (repeated continuously),
Announcement False (repeated continuously), and Clear (repeated continuously)
Emergency
Warning Indonesian (default)
Language
Fireman's microphone: -55 dB*, 600 ȍ, unbalanced, XLR-3P
Audio Input
connector
Audio Output EV : -20 dB*, unbalanced, Removable terminal block (2 pins)
FA Input : No-voltage make contact input, Open voltage : 24 V DC,
Control Input
Short-circuit current: Under 5 mA, Removable terminal block (2pins)
Relay contact output x 4, rated voltage : 24 V DC, Removable
Control Output
terminal block (2 pins)
Frequency
20 Hz - 20 kHz, ±3 dB, 1 kHz
Response
Distortion Under 1% (1 kHz, rated output)
Wave Format 44.1 kHz sampling frequency, 16 bit PCM (monaural)
Recording
USB data transfer from rear panel
System
Maximum
6 minutes (use built in memory)
Recording Time
Alert announcement button, Evacuation announcement button,
Operation False announcement button, Clear announcement button, Stop
announcement button
Power (Green), Fire (Red), Alert announcement
LED Indicator (Green), Evacuation announcement (Green), False announcement
(Green), Clear announcement (Green), USB (Green)
Operating
0 Ԩ to +40 Ԩ
Temperature
Operating
Under 90% RH (no condensation)
Humidity
Finish Front Panel : Aluminum, black, alumite
Dimensions 482 (W) × 100 (H) × 396.7 (D) mm
Weight 4.3 kg (with microphone)
Removable terminal plug (2 pins) x 7, Fireman's Microphone x 1,
Accessory
Instruction Manual x 1

5. Speaker Selector 10CH

Voltage Source 24V DC


Current Consumption 0.4 A DC
10 Inputs BGM / Paging
Inputs
1 Link as Input / Output
10 Outputs with 3 wire R-H-C, each output max.
Outputs
480W
10 BGM Selectors
Front
1 All Call Selector for All paging
Control Switch
1-10 Paging Controls In
Rear
All Paging Control In for All Paging
10 BGM Selector LEDs
Indicator LED 10 Paging Selector LEDs
1 All Call LED
Operating Temperature 0 °C to 40 °C
Front Panel: Aluminum Hair Line, Etching Black
Finish
Case: Steel Plate, Painting Black
Dimensions 420 (W) × 44 (H) × 320 (D) mm
Weight 3.2 kg
Accessories 6P Connectors x 12 pcs, 2P Connectors x 1 pcs

6. CD/USB/MP3 Player & integrate Tuner FM-AM

Output Power 15 W
Power Recruitmen 220-240V
Terminal radio antenna 75ohm
Input
Unbalance, usb, sd/mmc card, CD
Frequency respose CD: 20-20.000Hz, FM 87.5-108Mhz
Dimensions 482 (W) × 250 (H) × 44 (D) mm
Weight 4 Kg

7. Ceiling Speaker 3 W

Rated Noise Power 6 W (100 V Line), 3 W (70 V Line)


100 V line: 1.7 kȍ (6 W), 3.3 kȍ (3 W), 6.7 kȍ
(1.5 W), 13 kȍ (0.8 W)
Rated Impedance
70 V line: 1.7 kȍ (3 W), 3.3 kȍ (1.5 W), 6.7 kȍ
(0.8 W), 13 kȍ (0.4 W)
90 dB (1 W, 1 m) (500 Hz - 5 kHz, pink noise)
Sensitivity

85 dB (6 W, 4 m) (100 Hz - 10 kHz, pink noise)


according to EN 54-24
Maximum Sound Pressure Level
97 dB (6 W, 1 m) (100 Hz - 10 kHz, pink noise)
converted based on EN 54-24
Frequency Response 100 Hz - 18000 Hz
Environmental Type A (indoor applications) according to EN 54-24
Speaker Component 12 cm (5") cone-type
Mounting Hole :ij145 ± 5 mm (ij5.71” ± 0.2”),
Dimensions for Fixing Hole
ceiling thickness :5 – 25 mm (0.2" - 0.98)
Speaker Mounting Method Spring Clamp
Applicable Cable Solid wire: ij1.0 - ij3.0 mm (AWG18-9)
Connection Screw connector (steatite terminal) bridging
Baffle: Polypropylene resin Off – White (RAL
9010 or Equivalent Color)
Finish
Grille: Surface – Treated steel plate net Off –
White (RAL 9010 or Equivalent Color)
Dimensions ij168 × 77 (D) mm (ij6.61" × 3.03")
Weight 470 g (1.04 lb)
Accessory PapperPatern
8. Wall Box Speaker 6 W

Rated Input 6W
Sound Preasure Level 90 dB (1 W, 1 m)
Frequency Response 100 Hz - 12 kHz
Speaker Component 12 cm Dynamic Speaker
External Dimension 290 (W) x 214 (H) x 150 (D) in mm
Speaker Mounting Method Wall Mounted
Material Enclosure : Wood, Grille: Cloth
Weight 2.1Kg
Accessory Paper pattern …1

9. Volume Control 30 Watt

Input Power 30 W
Level Control 4 steps : 0(OFF),1,2,3
Finish ABS Resin Color: Printing Black
Dimensions 70 (W) × 180 (H) × 59 (D) mm
Weight 190 g

6.0. PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN


1) Semuakabel yang keluardarirakperalataniniharusmelaluikabel gland dan
memakai flexible conduit.
2) Kotak hubungbagiditempatkan di tempat yang sesuaidengangambarrencana
di setiaplantai pada ketinggian 150 cm di atasmukalantai dan
diklemkedindingdengandynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah. Semuakabel
yang masuk/keluarkotakhubunginiharusmelaluikabel gland.
3) Semuakabel yang digunakanharusditempatkandalam Conduit high impact,
sedangkansemuakabeldistribusiharusdiklem pada tanggakabel yang
dipasang di shaft denganmemakaidynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah pada
setiapjarak 75 cm. Conduit harusdiklem pada strukturbangunandengan
saddle klem.
4) Semuaalatpengerassuara (loudspeaker) harusdipasang pada tempat-tempat
yang sesuaiseperti yang ditunjukkandalamgambarrencana, di mana
koordinat yang tepatakandapatditentukanlebihlanjutdalam shop drawing oleh
Kontraktorsesudahdipadukandenganperlengkapan lain yang ada.
Bagipenempatan speaker yang belumjelasakanditentukankemudian di
lapangan.
5) Untuksemuapekerjaan yang bersifatelektrikal, Kontraktorterikat pada
persyaratan dan ketentuansesuaidenganperaturan yang berlaku, yakni PUIL
2000.
7.0. TESTING & COMMISSIONING
1. Pemeriksaan
Pemeriksaandilakukansetelahinstalasikabel dan
pemasanganperalatanutamatelahdilaksanakan.
Pemeriksaaninibertujuanuntukmelihat dan
memastikanbahwapekerjaaninstalasisound
sistemtelahdikerjakansesuaispesifikasi dan peraturan yang berlaku.
2. Pengujian
a. Pengujian yang berhasil dan dapatditerima oleh DireksiLapangan yang
bertindakmewakilipemberitugas (Owner), harusdilengkapidenganberita
acara yang telahditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Setelah inidilanjutkandenganpemberianbukupetunjukpengoperasian dan
pemeliharaansertamelaksanakan training kepadapengelolagedung.
Sesudahsemuainidilaksanakanmakadapatdiadakanserahterimapertamad
arikontraktorkePemberiTugas.
b. Pengujiansistemharusdilakukansekurangkurangnyasebagaiberikut:
− Semuaperalatandalamsistem tata suarainiharusdiuji oleh
perusahaanpemegangkeagenanperalatantersebutdengandisaksikan
oleh MK / Direksi.
− Sebelummelakukanpengujian, Kontraktorwajibmemberitahu MK /
Direksiterlebihdahulu. Setiappengujian yang dilakukantanpadisaksikan
oleh MK / Direksiakandinyatakantidaksah dan harusdiulangkembali.
− Pengujiandapatdilakukan per bagianpekerjaan,
namunakhirnyatetapdilakukanpengujiansekaligussecarakeseluruhan.
− Semuabiaya yang diperlukanuntukdapatdilakukannyapengujian,
baikuntukdayalistrik dan peralatanbantusertaperalatanukur,
sepenuhnyamenjaditanggungjawabKontraktor.
− Apabilaterdapatketidaksempurnaanataupunkegagalandalampengujian
, makaKontraktorwajibmemperbaikinyadenganbiaya yang
sepenuhnyamenjaditanggunganKontraktor.
− Apabilakarenaperbaikan yang dilakukanmenyebabkankerusakan pada
bagianpaketpekerjaanKontraktorlain,
makabiayaperbaikannyatetapmenjaditanggungjawabKontraktorsistem
tata suara.
− Pengujianharusdilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized
dealer penjualanperalatantersebut dan
harusmenyiapkansertifikatpemasangan yang baikdariinstansi yang
berwenang.
3. KontraktorharusmenyerahkankepadaKonsultanPengawasdalamrangkap 3 (
tiga ) mengenaihal – halsebagaiberikut :
a. Hasil pengetesankabel – kabel.
b. Hasil pengetesanperalatan – peralatan.
c. Hasil pengetesansemuapersyaratanoperasi dan instalasi
d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
e. Semuapengetesan dan ataupengukurantersebutharusdisaksikan oleh
KonsultanPengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS

16.10

SISTEM NURSE CALL

1.0. URAIAN UMUM


Dalam tuntutan perkembangan dunia teknologi kesehatan yang demikian
pesat, maka diperlukan suatu sistem komunikasi keperawatan yang
komprehensif dengan berbasis komunikasi data antar jaringan atau yang
lebih dikenal dengan istilah IP Nurse Call System yang didesain untuk
memenuhi standar kebutuhan rumah sakit yang sejalan dengan program
pemerintah dalam upaya peningkatan keselamatan pasien pada rumah sakit.

2.0. PRAKUALIFIKASI SISTEM


Mengingat penggunaan sistem elektronik yang akan digunakan dalam
lingkungan rumah sakit, maka diperlukan standarisasi elektronika kelas
industri kesehatan atau Medical Grade, seperti:
2.1. Sertifikasi kelulusan tes dan uji ketaatan - kesesuaian standar global
UL Listed 1069 tentang Standar Signal Rumah Sakit dan Peralatan
Sistem Panggilan Perawat.
2.2. Menunjang program pemerintah dalam pengendalian infeksi untuk
lingkungan rumah sakit sekaligus dalam pengoperasian yang ramah
terhadap pengguna.
2.3. Memiliki sistem pencatatan otomatis / jejak rekam data yang dapat
berintegrasi terhadap penilaian pelayanan dan kinerja secara umum
dalam keperawatan pasien.

3.0. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup mulai dari desain perencanaan sistem kerja dan
pengoperasian pada area rumah sakit, meliputi:
3.1. Pekerjaan pemasangan instalasi jaringan dan pemrograman, yang
diawali dengan pengajuan rencana gambar kerja dilengkapi dengan
persetujuan material instalasi jaringan.
3.2. Pekerjaan pengadaan material-material utama berikut aksesoris
pendukungnya sesuai dengan standar pekerjaan jalur instalasi
jaringan.
3.3. Uji fungsi Sistem yang meliputi pengujian alat secara keseluruhan yang
termasuk berbagai pelatihan kepada para pengguna hingga perawatan
dan pemeliharaan sistem.

4.0. DAFTAR PERALATAN


4.1. Peralatan Kontrol Induk
a. Server IP Nurse Call System.
Sebuah alat utama sebagai jantung dari keseluruhan sistem
panggilan perawat dalam rumah sakit.
b. Sistem Pemancar Tanggap Darurat.
Terdiri dari beberapa peralatan seperti penyeranta, antena, dan
modul yang berfungsi untuk penyebar berita tanggap darurat untuk
memanggil satuan tim respon cepat darurat.
c. PC Monitor lengkap dengan sistem operasi Microsoft Windows
beserta keyboard, mouse dan aksesoris terkait lainnya untuk
layanan jejak rekam data yang komprehensif.
d. Catu Daya Cadangan/ Backup Baterai UPS.
Sumber catu daya cadangan yang dapat menggantikan sumber
kelistrikan jika pasokan listrik utama dari PLN mengalami
pemadaman.

4.2. Area Pos Perawat / Nurse Station


a. Nurse Station Monitor
Sebuah Layar Monitor berbasis komputer untuk menampilkan
status rekam data panggilan dan status panggilan meliputi lokasi,
nomor kamar dan durasi pelayanan dalam satu layar.
b. IP Digital Display Corridor
Sebuah alat yang dipasang pada area pos perawat baik didepan
meja maupun pada koridor-koridor kamar pasien yang berfungsi
untuk memberikan informasi dengan skala prioritas, antara lain:
• Nada Panggil & Teks dalam skala prioritas dan antrian.
• Status Panggilan Pasien (Normal/ Perhatian/ Darurat).
• Nomor Kamar Pasien dan Nomor Urut Tempat Tidur.
c. IP Room Controller
Seperangkat rangkaian elektronik berbasis komunikasi data antar
jaringan dilengkapi dengan catu daya arus lemah yang berada
didalam panel disetiap lantai keperawatan.

4.3. Kamar Pasien / Patient Room


Semua alat panggilan dan tombol yang berada pada area kamar
pasien wajib dan dapat difungsikan sebagai tombol panggilan darurat,
(Emergency / Code Blue,) antara lain:
a. IP Over Door LED 4RGB
Lampu ini terpasang pada depan pintu kamar pasien yang
berfungsi untuk mengindikasikan asal panggilan.
b. IP Presence / Emergency Button
Tombol ini berada pada akses pintu masuk sebagai panggilan
darurat dan sekaligus tanda hadir perawat.
c. IP Emergency /Code Blue Button
Tombol ini diposisikan didalam bedhead tepat diatas kepala pasien
yang berfungsi sebagai tombol darurat dan kode biru yang
dilengkapi fitur untuk akses panggilan untuk pasien.
d. Handheld Pendant with Braille
Alat genggam ini dilengkapi dengan fitur huruf Braille untuk pasien
ketika membutuhkan bantuan perawat, dan memerlukan IP
Emergency / Code Blue Button.
e. IP Toilet Push Emergency Button
Tombol Darurat ini wajib tahan air dan berada disamping dinding
kursi duduk toilet untuk panggilan darurat dari pasien.
f. IP Shower Emergency Pull Cord
Alat Panggil Darurat yang dilengkapi dengan tali panggil ini untuk
area kamar mandi / Shower dan juga area wastafel pasien didalam
kamar mandi.

4.4. Layanan Data Antar Muka


Peralatan Sistem Panggilan Perawat ini wajib memiliki kemampuan
berkomunikasi antar jaringan dengan peralatan komunikasi lainnya
dalam gedung yang telah mengikuti standar kepatutan dan kesesuaian
seperti Sistem Informasi Rumah Sakit, dan piranti lainnya berbasis
layanan data akses dengan komputer.

4.5. Material Pendukung Instalasi


g. Kabel Data UTP minimal kategori 5 (UTPCat5) atau setara dengan
tipe kategori 5 yang ditingkatkan (UTPCat5e /UTPCat6) yang
masuk dalam 5 besar merek lengkap dengan konektor RJ-45
sebagai aksesorisnya.
h. Kabel Power Utama 3x2.5mm VAC dalam 1 MCB khusus dengan
standar PUIL 2000 dan Kabel Power Arus Lemah dengan
menggunakan 2x0.75mm untuk tegangan standar 24VDC.
i. Sirkuit Jaringan atau Switch Network sebagai terminal komunikasi
antar jaringan yang digunakan dalam operasional sistem secara
keseluruhan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam topologi komputer antar jaringan.
j. Panel Elektronika dengan standar ketebalan industri, yaitu 2mm
yang akan digunakan pada setiap pengontrol jaringan disetiap
lantai keperawatan yang terhubung dengan jaringan utama.

5.0. PELAKSANAAN & LAYANAN PURNA JUAL


Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut wajib memiliki jejak rekam dan
pengalaman mengingat investasi ini termasuk dalam koridor investasi jangka
panjang pada bangunan rumah sakit, antara lain:
5.1. Tenaga Ahli dalam profesi yang bersangkutan dengan sertifikasi yang
diperlukan seperti surat keagenan dalam bidangnya dan didukung oleh
distributor utama penyedia produk.
5.2. Surat Pernyataan Ketersediaan Layanan Tenaga Ahli sekurang-
kurangnya selama lima (5) tahun sejak proses serah terima pekerjaan.
5.3. Surat Dukungan dari Penyalur Utama / Distributor Utama Produk yang
dilengkapi dengan surat keagenan resmi, pernyataan bahwa produk
yang ditawarkan memiliki kelangsungan sistem yang cukup baik untuk
prospek jangka panjang sekaligus ketersediaan produk meliputi dari
layanan servis berikut suku cadangnya selama minimal untuk jangka
waktu lima (5) tahun.
6.0. DAFTAR REKOMENDASI
Berdasarkan dari hasil survei penelitian dan seleksi yang meliputi
kelangsungan produk yang memenuhi kriteria dan kualifikasi tersebut, dan
berdasarkan penilaian yang meliputi populasi produk dan kelancaran jalur
pendistribusian yang baik, maka merek yang direkomendasikan adalah
sebagai berikut:

1.1. Daftar Produk


Merek Dagang Pengalaman
Austco – USA 5 tahun
Sedco – Australia 5 tahun

1.2. Daftar Material Instalasi


Jenis Material Merek Dagang
Kabel Data LS Cable,Commscope, Belden
Kabel Power Supreme, Kabelindo, Metal
Pipa Konduit Clipsal, Legrand, Double H
Aksesoris Sirkuit TP-Link, D-Link, Cisco
Catu Daya UPS Legrand, Vektor
ϭϲ͘ϭϭ

^W^/&/<^/͗h^ZdZhE</E';h^hdͿ^/^dD

ϭ͘ hŵƵŵ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚ ŚĂƌƵƐ ƚĞƌďƵĂƚ ĚĂƌŝ ďĂŚĂŶ ůůƵŵŝŶŝƵŵ ĚĞŶŐĂŶ ŬŽŶĚƵŬƚŝǀŝƚĂƐ ƚŝŶŐŐŝ ĚĂŶ ŚĂƌƵƐ ĚŝůĂƉŝƐŝ
ĚĞŶŐĂŶŬŽŶƚĂŬƚĞŵďĂŐĂĚĂůĂŵƐĞƚŝĂƉŬŽŶĞŬƐŝ;ŝŵĞƚĂůͬŽƉƉĞƌŽŶƚĂĐƚͿ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚŚĂƌƵƐŵĞŵƉƵŶLJĂŝƵŬƵƌĂŶLJĂŶŐƐĂŵĂƉĂĚĂŵĂƐŝŶŐͲŵĂƐŝŶŐƉŚĂƐĞĚĂŶϭϬϬйŶĞƚƌĂůĚĂŶ
ďƵƐĚƵĐƚŚĂƌƵƐƚĞƌƚƵƚƵƉƐĞĐĂƌĂƚŽƚĂůĚĂŶĚĂƉĂƚĚŝŐƵŶĂŬĂŶƵŶƚƵŬϯƉŚĂƐĂͬϰǁŝƌĞĚĞŶŐĂŶϭϬϬй
ŶĞƚƌĂůĚĂŶϱϬйƵŶƚƵŬƉĞŶƚĂŶĂŚĂŶ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚŚĂƌƵƐĚŝůĞŶŐŬĂƉŝĚĞŶŐĂŶƉĞƌůĞŶŐŬĂƉĂŶƐĞƉĞƌƚŝƚĂƉͲŽĨĨƵŶŝƚ͕ĞůďŽǁ͕ĨůĂŶŐĞĞŶĚĚĂŶůĂŝŶʹ
ůĂŝŶƐĞƐƵĂŝĚĞŶŐĂŶŬĞďƵƚƵŚĂŶĚĂůĂŵŐĂŵďĂƌƉĞƌĞŶĐĂŶĂ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚ LJĂŶŐ ĚŝƐƵƉƉůLJ ƵŶƚƵŬ ƉƌŽLJĞŬ ŝŶŝ ŚĂƌƵƐ ŵĞŵƉƵŶLJĂŝ /ŶĚĞŬƐ WƌŽƚĞŬƐŝ /W ϱϰ ƵŶƚƵŬ ĂƉůŝŬĂƐŝ
ĚĂůĂŵƌƵĂŶŐĂŶĚĂŶ/WϲϱƵŶƚƵŬĂƉůŝŬĂƐŝůƵĂƌƌƵĂŶŐĂŶ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚLJĂŶŐĚŝƉƌŽĚƵŬƐŝŚĂƌƵƐƐĞƐƵĂŝĚĞŶŐĂŶƐƚĂŶĚĂƌLJĂŶŐďĞƌůĂŬƵĚĂƌŝ/ϲϭϰϯϵͲϲLJĂŶŐĚŝƚĞƐƚ
ŵĞŵƉƵŶLJĂŝƐĞƚŝĨŝŬĂƚĚĂƌŝ^d/DKEĚĂŶ<D<hZ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚLJĂŶŐĚŝƐƵƉƉůLJƵŶƚƵŬƉƌŽLJĞŬŝŶŝŚĂƌƵƐŵĞŵŝůŝŬŝƐĞƌƚŝĨŝŬĂƐŝ^ĞŝƐŵŝĐdĞƐƚLJĂŶŐŵĞŶLJĂƚĂŬĂŶ
ůŽůŽƐƵũŝŐĞŵƉĂƉĂĚĂŬŽŶĚŝƐŝŐĞŵƉĂƐĂŵƉĂŝnjŽŶĂϰ͘
Ͳ ƵƐĚƵĐƚ ŚĂƌƵƐ ŵĞŵŝůŝŬŝ ZŽ,^ ĞƌƚŝƚŝĐĂƚĞ LJĂŶŐ ŵĞŶLJĂƚĂŬĂŶ ďƵƐĚƵĐƚ ƚŝĚĂŬ ŵĞŶŐĂŶĚƵŶŐ ďĂŚĂŶ
ŬŝŵŝĂ LJĂŶŐ ďĞƌďĂŚĂLJĂ ĚĂŶ ƌĂŵĂŚ ůŝŶŐŬƵŶŐĂŶ LJĂŶŐ Ěŝ ŬĞůƵĂƌŬĂŶ ŽůĞŚ ŝŶƐƚŝƚƵƐŝ ŝŶĚĞƉĞŶĚĞŶƚ
ƐĞƉĞƌƚŝ/ŶƚĞƌƚĞŬ͘

Ϯ͘ >ŝŶŐŬƵŶŐĂŶ
ƵƐĚƵĐƚ ƐLJƐƚĞŵ ŚĂƌƵƐ ĚĂƉĂƚ ďĞƌŽƉĞƌĂƐŝ ƐĞĐĂƌĂ ƚĞƌƵƐ ŵĞŶĞƌƵƐ ƚĂŶƉĂ ƉĞŶƵƌƵŶĂŶ ŬĂƉĂƐŝƚĂƐ
;ĚĞƌĂƚŝŶŐͿ ƉĂĚĂ ƚĞŵƉĞƌĂƚƵƌĞ ƐĞŬĞůŝůŝŶŐ ϰϬŽ ĚĂŶ ŬĞŶĂŝŬĂŶ ƚĞŵƉĞƌĂƚƵƌĞ ƚŝĚĂŬ ůĞďŝŚ ĚĂƌŝ ϱϱŽ͘
ƵƐĚƵĐƚŚĂƌƵƐƌĂŵĂŚůŝŶŐŬƵŶŐĂŶĚĂŶĚĂƉĂƚĚŝĚĂƵƌƵůĂŶŐ͘

ϯ͘ <ŽŶƐƚƌƵŬƐŝƵƐĚƵĐƚ
Ă͘ /ƐŽůĂƐŝƉĂĚĂďƵƐĚƵĐƚďĞƌƵƉĂDz>ZƉŽůLJĞƐƚĞƌĨŝůŵůĞŵďĂƌĂŶ;ďƵŬĂŶĚŝůŝůŝƚƐĞƉĞƌƚŝŵƵŵŝͿ
ĂƚĂƵŵĞŶŐŝŶŐĂƚŬĞƚĞďĂůĂŶŶLJĂůĞďŝŚĚŝƵƚĂŵĂŶĂŬĂŶLJĂŶŐŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶďĂŚĂŶƉŽůLJŽůĞĨŝŶ
ď͘ /ƐŽůĂƐŝLJĂŶŐĚŝŐƵŶĂŬĂŶŚĂƌƵƐŵŝŶŝŵƵŵŬĞůĂƐĚŝŵĂŶĂŬĞŶĂŝŬĂŶƚĞŵƉĞƌĂƚƵƌĞƐĂŵƉĂŝĚĞŶŐĂŶϱϱŽ
ĚŝĂƚĂƐƚĞŵƉĞƌĂƚƵƌĞƐĞŬĞůŝůŝŶŐĚĂŶƚĞŵƉĞƌĂƚƵƌĞŬĞƌũĂŵĂŬƐŝŵƵŵƚŝĚĂŬďŽůĞŚŵĞůĞďŝŚŝϵϱŽ͘
Đ͘ hŶƚƵŬŵĞLJĂŬŝŶŬĂŶŬĞŚĂŶĚĂůĂŶŝƐŽůĂƐŝ͕ ŵĂŬĂŚĂƌƵƐĚŝůĂŬƵŬĂŶƉĞŶŐĞƚĞƐĂŶĚĞŶŐĂŶƚĞŐĂŶŐĂŶ ƚĞƐƚ
ϭϬ͘ϬϬϬsŽůƚ͘
Ě͘ ƵƐĚƵĐƚƐŝƐƚĞŵLJĂŶŐůĞŶŐŬĂƉŚĂƌƵƐƚĞƌĚŝƌŝĚĂƌŝ͗
• ĂďůĞĞŶĚďŽdž
• ,ĂŶŐĞƌ
• WůƵŐŝŶͬ&ĞĞĚĞƌƵƐďĂƌ
• WůƵŐŝŶͬƚĂƉͲŽĨĨďŽdž
• ůďŽǁ
• KĨĨƐĞƚ
• dƌĂŶƐƉŽƌƚŝŶŐƵŶŝƚ
• ŶĚĐĂƉ
• &ŝƌĞďĂƌƌŝĞƌ
• /ŶƚĞŐƌĂůĞĂƌƚŚ
Ğ͘ ƵƐĚƵĐƚ ůƵŵŝŶŝƵŵ LJĂŶŐ ĚŝŐƵŶĂŬĂŶŚĂƌƵƐĚŝůĂƉŝƐŝ ŽůĞŚ
ƉĞƌĂŬƵŶƚƵŬŵĞŶĚĂƉĂƚŬĂŶŬĞƚĂŚĂŶĂŶƚĞƌŚĂĚĂƉŬŽƌŽƐŝĚĂŶŬŽŶƚĂŬLJĂŶŐďĂŝŬƉĂĚĂƐĂŵďƵŶŐĂŶ͘
Ĩ͘ ^ŝƐƚĞŵƉĞŶƚĂŶĂŚĂŶĚĂƉĂƚĚŝůĂŬƵŬĂŶŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶďĂŐŝĂŶƌƵŵĂŚ ďƵƐĚƵĐƚ ;/ŶƚĞŐƌĂů 'ƌŽƵŶĚ ƵƐͿ
LJĂŶŐƚĞƌďƵĂƚĚĂƌŝůƵŵŝŶŝƵŵĚĞŶŐĂŶƵŬƵƌĂŶϱϬйĚĂƌŝƉŚĂƐĞĂƚĂƵŶĞƚƌĂůŶLJĂ͘ƉĂďŝůĂƌƵŵĂŚďƵƐĚƵĐƚ
ƚĞƌďƵĂƚĚĂƌŝďĞƐŝ͕ ŵĂŬĂŚĂƌƵƐĚŝƐĞĚŝĂŬĂŶ ŐƌŽƵŶĚ ďƵƐ ƚĞƌƉŝƐĂŚ LJĂŶŐ ƚĞƌďƵĂƚĚĂƌŝůƵŵŝŶŝƵŵ
;ŬŽŶĚƵŬƚŽƌƉĞŶƚĂŶĂŚĂŶLJĂŶŐƚĞƌďƵĂƚĚĂƌŝďĂũĂͬďĞƐŝƚŝĚĂŬĚŝƉĞƌŬĞŶĂŶŬĂŶͿ
Ő͘ ƵƐĚƵĐƚ LJĂŶŐ ĚŝŐƵŶĂŬĂŶƵŶƚƵŬĚŝƐƚƌŝďƵƐŝƚĞŶĂŐĂůŝƐƚƌŝŬ ;ũĞŶŝƐ ƉůƵŐ ŝŶ ĂƚĂƵ ƌŝƐĞƌͿ LJĂŶŐ
ƚĞƌĚŝƌŝĚĂƌŝďĞďĞƌĂƉĂďĂƚĂŶŐƚĞŵďĂŐĂ ;ŽƉƉĞƌ ďĂƌͿ ƵŶƚƵŬƚŝĂƉƉŚĂƐĂŶLJĂ͕ ŵŝŶŝŵƵŵ ƉĂĚĂ
ƐĞƚŝĂƉƐĂŵďƵŶŐĂŶĚĂƌŝ ďƵƐĚƵĐƚ ƚĞƌƐĞďƵƚŚĂƌƵƐƚĞƌĚĂƉĂƚ ƉĂƌĂůůĞů ďĂƌ LJĂŶŐ ŵĞŶŐŚƵďƵŶŐŬĂŶƚŝĂƉ
ŽƉƉĞƌďĂƌLJĂŶŐďĞƌĂĚĂƉĂĚĂƉŚĂƐĂLJĂŶŐƐĂŵĂ͘
Ś͘ WĞŶŐƵĂƚZƵŵĂŚ ďƵƐĚƵĐƚ ŚĂƌƵƐƚĞƌďƵĂƚĚĂƌŝďĂũĂ LJĂŶŐ ĚŝŐĂůǀĂŶŝƐĚĞŶŐĂŶŬĞƚĞďĂůĂŶ ŵŝŶŝŵƵŵ ϭ͕ϴ
ŵŵ ĚĂŶ ŚĂƌƵƐŵLJůĂƌͬƉŽůLJĞƐƚĞƌƐĞĐĂƌĂĞůĞŬƚƌŽƐƚĂƚŝƐ ĚĂŶ ŚĂƌƵƐ ůƵůƵƐ ƚĞƌŚĂĚĂƉ Ƶũŝ ^Ăůƚ WƌĂLJ
ŵŝŶŝŵƵŵϱϬϬ:Ăŵ͘
ŝ͘ džƉĂŶƐŝŽŶ :ŽŝŶƚ ŚĂƌƵƐĚŝƉĂƐĂŶŐƐĞƐƵĂŝƌĞŬŽŵĞŶĚĂƐŝƉĂďƌŝŬĂŶƵŶƚƵŬŵĞŶŐƵƌĂŶŐŝ ƐƚƌĞƐƐ ƉĂĚĂ
ƐŝƐƚĞŵĂŬŝďĂƚƉĞƌďĞĚĂĂŶŵƵĂŝĂŶƚĂƌĂďƵƐďĂƌĚĂŶƌƵŵĂŚŶLJĂ͕ƚĞƌƵƚĂŵĂƵŶƚƵŬƐŝƐƚĞŵLJĂŶŐůƵƌƵƐĚĂŶ
ƉĂŶũĂŶŐĂƚĂƵŵĞůĂůƵŝďĂŶŐƵŶĂŶůĂŝŶ͘

ϰ͘ :ŽŝŶƚŝŶŐ;^ĂŵďƵŶŐĂŶƵƐĚƵĐƚͿ
Ă͘ ^ĞŵƵĂŬŽŶĞŬƐŝ ďƵƐĚƵĐƚ ƉĂĚĂ ƐĂŵďƵŶŐĂŶ ;<ŽŶĞŬƐŝ ƉĂĚĂ ũŽŝŶƚ ĂƚĂƵ WůƵŐ /Ŷ hŶŝƚͿ
ŚĂƌƵƐŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶƐŝƐƚĞŵƐŝůǀĞƌƉůĂƚĞĚŽǀĞƌ;ŽƉƉĞƌŽŶƚĂĐƚͿ͘
ď͘ ƵƐĚƵĐƚ <ŽŶĞŬƐŝ ;ƐĂŵďƵŶŐĂŶͿ
ŚĂƌƵƐŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶƐĂƚƵďĂƵƚĚĞŶŐĂŶũĞŶŝƐďĂũĂĚĞŶŐĂŶŬĞŬƵĂƚĂŶƚŝŶŐŐŝ ;ƐͿ
ƵŶƚƵŬŵĞŵƉĞƌƚĂŚĂŶŬĂŶƚĞŬĂŶĂŶ LJĂŶŐ ƚĞƉĂƚŵĞůĂůƵŝ ĂƌĞĂ ƉĞƌŵƵŬĂĂŶŬŽŶƚĂŬ LJĂŶŐ ďĞƐĂƌ ĚĂŶ
ďŝƐĂĚŝďŽŶŐŬĂƌ͘hŶƚƵŬŵĞŵƉĞƌŵƵĚĂŚĂƉĂďŝůĂĂĚĂŵŽĚŝĨŝŬĂƐŝ͘
Đ͘ ƵƐĚƵĐƚ ŬŽŶĞŬƐŝ
;ƐĂŵďƵŶŐĂŶͿŚĂƌƵƐŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶďĂƵƚĚĞŶŐĂŶĚĞƐĂŝŶĚƵĂďĞƌŬĞƉĂůĂƵŶƚƵŬŵĞŶƵŶũƵŬŬĂŶďŝůĂ ƚŽƌƐŝ
LJĂŶŐ ƚĞƉĂƚƚĞůĂŚĚŝƚĞƌĂƉŬĂŶ ĚĂŶ ŚĂŶLJĂŵĞŵĞƌůƵŬĂŶƐƚĂŶĚĂƌƉĂŶũĂŶŐƉĞŐĂŶŐĂŶŬƵŶĐŝ LJĂŶŐ
ĂŬĂŶĚŝĂŬƚŝĨŬĂŶĚĞŶŐĂŶďĞŶĂƌ͘
Ě͘ DĞŵƵŶŐŬŝŶŬĂŶƵŶƚƵŬŵĞŵŽĚŝĨŝŬĂƐŝƐĂƚƵƉĂŶũĂŶŐĚĂƌŝĨĞĞĚĞƌƚĂŶƉĂŵĞŶŐŐĂŶŐŐƵƉĂŶũĂŶŐĚĂƌŝĨĞĞĚĞƌ
LJĂŶŐďĞƌĚĞŬĂƚĂŶ͘

ϱ͘ <ĂƉĂƐŝƚĂƐ,ƵďƵŶŐ^ŝŶŐŬĂƚ
ƵƐĚƵĐƚ ƐĞĐĂƌĂƐŝƐƚĞŵŬĞƐĞůƵƌƵŚĂŶŚĂƌƵƐŵĂŵƉƵďĞƌƚĂŚĂŶƐĞĐĂƌĂĞůĞŬƚƌŝŬ͕ ŵĞŬĂŶŝŬ͕ ĚĂŶ ƚŚĞƌŵĂů
ƐƚƌĞƐƐƚĞƌŚĂĚĂƉƚĞƌũĂĚŝŶLJĂŐĂŶŐŐƵĂŶƐĞƐƵĂŝŬĂƉĂƐŝƚĂƐŚƵďƵŶŐƐŝŶŐŬĂƚƉĂĚĂŝŶƐƚĂůĂƐŝůŝƐƚƌŝŬLJĂŶŐƚĞůĂŚ
Ěŝ ƌĞŶĐĂŶĂŬĂŶ ;^ĞƌƚŝĨŝŬĂƚ ƚĞƐƚ ŚƵďƵŶŐƐŝŶŐŬĂƚĂƚĂƵ dLJƉĞ dĞƐƚ ĚĂƌŝ ^d /DKE ĂƚĂƵ <D
<hZŚĂƌƵƐĚŝůĂŵƉŝƌŬĂŶͿ

ϲ͘ ŬƐĞƐŽƌŝƐƵƐĚƵĐƚ^ŝƐƚĞŵ͗

ϲ͘ϭ yWE^/KE:K/Ed

 džƉĂŶƐŝŽŶ ũŽŝŶƚ ŚĂŶLJĂĚŝŐƵŶĂŬĂŶŬĞƚŝŬĂ ďƵƐďĂƌ


ƚƌƵŶŬŝŶŐƐŝƐƚĞŵŵĞŶLJĞďƌĂŶŐĚĂƌŝƐĂƚƵďĂŶŐƵŶĂŶŬĞďĂŶŐƵŶĂŶůĂŝŶŶLJĂ͕ĂƚĂƵƐĞƉĞƌƚŝ LJĂŶŐ
ĚŝƌĞŬŽŵĞŶĚĂƐŝŬĂŶ ŽůĞŚ ǀĞŶĚŽƌ ƵŶƚƵŬŵĞŶŐƵƌĂŶŐŝƐƚƌĞƐ ƉĂĚĂ
ƐŝƐƚĞŵĚĞŶŐĂŶĞŬƐƉĂŶƐŝĚŝĨĞƌĞŶƐŝĂůĂŶƚĂƌĂ ďƵƐďĂƌ ĚĂŶ ĐĂƐŝŶŐ ŬŚƵƐƵƐŶLJĂƵŶƚƵŬũĂŶŐŬĂƉĂŶũĂŶŐĚĂƌŝ
ďƵƐďĂƌƚĞƌƐĞďƵƚ͘

ϲ͘Ϯ ^WZ/E',E'Z

ĞƌĨƵŶŐƐŝƐĞďĂŐĂŝƉĞƌĞĚĂŵŐĞƚĂƌĂŶŵŝƐĂůŶLJĂƐĂĂƚƚĞƌũĂĚŝŐĞŵƉĂďƵŵŝ LJĂŶŐ
ŵĞŶLJĞďĂďŬĂŶƉĞƌŐĞƌĂŬĂŶƐƚƌƵŬƚƵƌďĂŶŐƵŶĂŶ͘
^ƉƌŝŶŐ ŚĂŶŐĞƌ ĚŝŐƵŶĂŬĂŶƵŶƚƵŬŝŶƐƚĂůĂƐŝ ďƵƐĚƵĐƚ ƌŝƐĞƌ͕ ĚŝŵĂŶĂƉĞŶĞŵƉĂƚĂŶŶLJĂ ƉĂĚĂ ůĂŶƚĂŝ ƉĂĚĂ
ƉŽƐŝƐŝ ďƵƐĚƵĐƚ ŬĞůƵĂƌĚĂƌŝůƵďĂŶŐůĂŶƚĂŝ͘  ^ƉƌŝŶŐ ŚĂŶŐĞƌ ĚĂƉĂƚĚŝƉĂƐĂŶŐůĞďŝŚĚĂƌŝƐĂƚƵƉĂƐĂŶŐ͘
ŝĂƐĂŶLJĂĂƉĂďŝůĂŬĞƚŝŶŐŐŝĂŶůĂŶƚĂŝŵĞůĞďŝŚŝϰŵĞƚĞƌĚĂƉĂƚĚŝƚĂŵďĂŚůĂŐŝƐĂƚƵƉĂƐĂŶŐƐƉƌŝŶŐŚĂŶŐĞƌ

ϲ͘ϯ <KE<^/

ϭ͘ ^ĞŵƵĂŬŽŶĞŬƐŝ ďƵƐďĂƌ ƚƌƵŶŬŝŶŐƐŝƐƚĞŵ ;<ŽŶĞŬƐŝ ƉĂĚĂ ũŽŝŶƚ ĂƚĂƵ WůƵŐ /Ŷ hŶŝƚͿ
ŚĂƌƵƐŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŬŶƐŝƐƚĞŵƐŝůǀĞƌƉůĂƚĞĚŽǀĞƌ;ŽƉƉĞƌŽŶƚĂĐƚͿ
Ϯ͘ ƵƐďĂƌ dƌƵŶŬŝŶŐ<ŽŶĞŬƐŝŚĂƌƵƐŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶƐĂƚƵďĂƵƚĚĞŶŐĂŶũĞŶŝƐďĂũĂĚĞŶŐĂŶŬĞŬƵĂƚĂŶƚŝŶŐŐŝ
;ƐͿ ƵŶƚƵŬŵĞŵƉĞƌƚĂŚĂŶŬĂŶƚĞŬĂŶĂŶ LJĂŶŐ ƚĞƉĂƚŵĞůĂůƵŝ ĂƌĞĂ ƉĞƌŵƵŬĂĂŶŬŽŶƚĂŬ LJĂŶŐ ďĞƐĂƌ
ĚĂŶďŝƐĂĚŝďŽŶŐŬĂƌ͘hŶƚƵŬŵĞŵƉĞƌŵƵĚĂŚĂƉĂďŝůĂĂĚĂŵŽĚŝĨŝŬĂƐŝ
ϯ͘ ĂƵƚŚĂƌƵƐĚĞŶŐĂŶĚĞƐĂŝŶĚƵĂďĞƌŬĞƉĂůĂƵŶƚƵŬŵĞŶƵŶũƵŬŬĂŶďŝůĂ ƚŽƌƐŝ LJĂŶŐ
ƚĞƉĂƚƚĞůĂŚĚŝƚĞƌĂƉŬĂŶ ĚĂŶ ŚĂŶLJĂŵĞŵĞƌůƵŬĂŶƐƚĂŶĚĂƌƉĂŶũĂŶŐƉĞŐĂŶŐĂŶŬƵŶĐŝ LJĂŶŐ
ĂŬĂŶĚŝĂŬƚŝĨŬĂŶĚĞŶŐĂŶďĞŶĂƌ͘
ϰ͘ DĞŵƵŶŐŬŝŶŬĂŶƵŶƚƵŬŵĞŵŽĚŝĨŝŬĂƐŝƐĂƚƵƉĂŶũĂŶŐĚĂƌŝ ĨĞĞĚĞƌ ƚĂŶƉĂŵĞŶŐŐĂŶŐŐƵƉĂŶũĂŶŐĚĂƌŝ
ĨĞĞĚĞƌLJĂŶŐďĞƌĚĞŬĂƚĂŶ͘

ϲ͘ϰ ,Kh^/E'

ϭ͘ ,ŽƵƐŝŶŐ ƵƐďĂƌ
dƌƵŶŬŝŶŐ^ŝƐƚĞŵŚĂƌƵƐĚŝďƵĂƚĚĂƌŝůĞŵďĂƌĂŶĂůƵŵŝŶŝƵŵĚĞŶŐĂŶďĂũĂƐĂůƵƌĂŶƐĂŵƉŝŶŐƵŶƚƵŬŬĞŬĂŬƵ
ĂŶ͘ /ŶŝŚĂƌƵƐĚŝůĞŶŐŬĂƉŝĚĞŶŐĂŶƉĞůŝŶĚƵŶŐ ĐĂƚ ĞƉŽdžLJ LJĂŶŐ ƐĞƐƵĂŝ ĚĂŶ ŚĂƌƵƐ ůƵůƵƐ ŵŝŶŝŵĂů ϭϬϬ
ũĂŵƐĞŵƉƌŽƚŐĂƌĂŵ͘ƵƐǁĂLJƚĂŶƉĂƉĞƌůŝŶĚƵŶŐĂŶĐĂƚƚŝĚĂŬĂŬĂŶĚŝƚĞƌŝŵĂ͘
Ϯ͘ ƵƐǁĂLJ ,ŽƵƐŝŶŐ ŚĂƌƵƐďĞŶĂƌͲďĞŶĂƌƚĞƌƵƌƵƉ ŶŽŶͲ
ďĞƌǀĞŶƚŝůĂƐŝƵŶƚƵŬƉĞƌůŝŶĚƵŶŐĂŶƚĞƌŚĂĚĂƉŬĞƌƵƐĂŬĂŶŵĞŬĂŶŝƐĚĂŶĂŬƵŵƵůĂƐŝĚĞďƵ͘

ϲ͘ϱ W>h'/EKWE/E'

 WĂĚĂ WůƵŐ /Ŷ ŚĂƌƵƐŵĞŵŝůŝŬŝƐŝƐƚĞŵƉŝŶƚƵĂŬĂŶƚĞƚĂƉƚĞƌŬƵŶĐŝŬĞƚŝŬĂ ďƵƐǁĂLJ


ĚĂůĂŵŬĞĂĚĂĂŶŚŝĚƵƉ͕ĚĞŶŐĂŶũĞŶŝƐƉŝŶƚƵďĞƌĞŶŐƐĞů ƉůƵŐ ŝŶ ďƵŬĂĂŶ Ěŝ ƐĞƚŝĂƉƐŝƐŝƐĞƚŝĂƉƉĂŶũĂŶŐůƵƌƵƐ
ĚĂŶƐĞƚŝĂƉďƵƐďĂƌĚŝƉĂƐĂŶŐĚŝƵŶŝƚŚĂƌƵƐďĞƌůĂƉŝƐƉĞƌĂŬŬŽŶƚĂŬƚĞŵďĂŐĂ͘ 

ϲ͘ϲ dWK&&hE/d
ϭ͘ ^ĞŵƵĂ ƌĞĂŬĞƌ ƐŝƌŬƵŝƚ LJĂŶŐ ĚŝŐƵŶĂŬĂŶŚĂƌƵƐĚĂƉĂƚďĞƌŽƉĞƌĂƐŝƐĞĐĂƌĂ ŶŽƌŵĂů
ŬĞƚŝŬĂĚŝƉĂƐĂŶŐƚĞƌďĂůŝŬĂƚĂƵ Ěŝ ƐĞƚŝĂƉƐƵĚƵƚ͘ dĂƉ KĨĨ hŶŝƚ ŝŶŝ ũƵŐĂ
ŚĂƌƵƐŵĞŵŝůŝŬŝŬĞƚĞŶƚƵĂŶƵŶƚƵŬƌĞĂŬĞƌĚĂŶƌĞůĂLJ͘
Ϯ͘ dĂƉ KĨĨ hŶŝƚ ƐŝƐƚĞŵ ďƵƐďĂƌ
ƚƌƵŶŬŝŶŐŚĂƌƵƐƐĂůŝŶŐƚĞƌŬĂŝƚƵŶƚƵŬŵĞŵĂƐƚŝŬĂŶďĂŚǁĂŬŽŶƚĂŬƉĞŵďƵŵŝĂŶŚĂƌƵƐƐĞůĂůƵĂĚĂƐĞďĞůƵ
ŵŬŽŶĚƵŬƚŽƌŚŝĚƵƉĚĂŶƐĞƚŝĚĂŬŶLJĂƵŶƚƵŬŝƐƚŝƌĂŚĂƚƐĞůĂŵĂƉĞŶŐŚĂƉƵƐĂŶ͘
Ă͘ DLJĂŶŐĚŝŐƵŶĂŬĂŶĚĂůĂŵdĂƉKĨĨhŶŝƚŚĂƌƵƐƐĞƐƵĂŝĚĞŶŐĂŶ/ϲϬϵϰϳͲϮ
ϯ͘ ^ĞŵƵĂDŚĂƌƵƐŵĞŵŝůŝŬŝ͞ƌĂƚĞĚƐĞƌǀŝĐĞďƌĞĂŬŝŶŐĐĂƉĂĐŝƚLJ;/ĐƐͿ͟ĚĂƌŝŶŝůĂŝZD^Ěŝϰϭϱs
ƐĂŵĂĂƚĂƵůĞďŝŚƚŝŶŐŐŝĚĂƌŝƚŝŶŐŬĂƚŬĞƐĂůĂŚĂŶŝŶƐƚĂůĂƐŝƵŶƚƵŬŵĞůŝŶĚƵŶŐŝƐŝƐƚĞŵďƵƐďĂƌƚƌƵŶŬŝŶŐ
ϰ͘ dĂƉ ŽĨĨ ƵŶŝƚ ĚĂŶ ƐŝƐƚĞŵ ďƵƐďĂƌ
ƚƌƵŶŬŝŶŐŚĂƌƵƐƐĂůŝŶŐƚĞƌŬĂŝƚƵŶƚƵŬŵĞŵĂƐƚŝŬĂŶďĂŚǁĂƉĞƌĂŶŐŬĂƚďĞƌĂĚĂĚĂůĂŵƉŽƐŝƐŝ ΖK&&Ζ
ƐĞďĞůƵŵŝŶƐƚĂůĂƐŝĂƚĂƵƉĞŶŐŐĂŶƚŝĂŶƵŶŝƚ͘
ϱ͘ dĂƉ KĨĨ hŶŝƚ ŚĂƌƵƐŵĞŵŝůŝŬŝƉĞŶŐƵŶĐŝĂŶŽƚŽŵĂƚŝƐ LJĂŶŐ
ŵĞŶĐĞŐĂŚƉĞŶƵƚƵƉĚĂƌŝĚŝďƵŬĂƐĂĂƚƉĞƌĂŶŐŬĂƚĚĂůĂŵƉŽƐŝƐŝ ΖKEΖ ĚĂŶ
ŵĞŶĐĞŐĂŚƉĞŶƵƚƵƉĂŶĚŝƐĞŶŐĂũĂƉĞƌĂŶŐŬĂƚŬĞƚŝŬĂƉĞŶƵƚƵƉĚŝďƵŬĂ͘
ϲ͘ dĂƉ KĨĨ hŶŝƚ ŚĂƌƵƐŵĞŵŝůŝŬŝŵĞŬĂŶŝƐŵĞƵŶƚƵŬŵĞŵĂƐƚŝŬĂŶďĞŶĂƌĚŝƉĂƐĂŶŐ ƉĂĚĂ ďƵƐďĂƌ
ƚĞƌƐĞďƵƚ͘ 

 


%$%
,&7 6(&85,7<6<67(0

  ,17(*5$7('6(&85,7<6<67(0,66

  6,67(0&/26('&,5&8,767(/(9,6,21 &&79 

  6,67(0,379

  0$67(5&/2&.

  3(.(5-$$1,1)5$6758.785,&7

  6,67(0.2081,.$6,7(/(321

  $&&(66&21752/

  %8,/',1*$8720$7,216<67(0

 





SPESIFIKASI TEKNIS

17.1

INTEGRATED SECURITY SYSTEM - ISS





1.0. LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan Integrated Security System disingkat ISS merupakan


pengadaan, pemasangan, system ISS yang mampu mengakomodir kebutuhan
seluruh komponen Security System di seluruh gedung dan kawasan RSUD Kota
Probolinggo menjadi satu kesatuan system yang integral dalam kontek Integrated
Security System (ISS) dalam skala enterprise.
2. Pengadaan Integrated Security System disingkat ISS yang dimaksud tidak hanya
sebatas melakukan pengadaaan, pengetesan, commissioning saja. Namun juga
termasuk melakukan pemeliharaan sampai sistem dapat dinyatakan lengkap
sempurna dan stabil untuk dioperasionalkan di seluruh gedung dan kawasan
RSUD Kota Probolinggo.
3. Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan pekerjaan lain yang tidak
mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini, tetapi jika dianggap perlu
untuk keamanan dan kesempunaan fungsi dan masa operasi dalam konteks
Integrated Security System secara keseluruhan, masih merupakan bagian
pekerjaan Kontraktor untuk melengkapinya, Sehingga sistem berfungsi sesuai
yang diharapkan.

2.0. LAYANAN SOFTWARE INTEGRATED SECURITY SYSTEM



1. Layanan Integrated Security System yang dimaksud merupakan perangkat lunak
aplikasi yang dibuat untuk mengakomodir beberapa aplikasi yang telah
ditetapkan sebagai bagian dari Integrated Security System yang akan ditetapkan
dalam lingkup pekerjaan ini.
2. Perangkat lunak yang dikehendaki merupakan Software untuk system security
terintegrasi yang selanjutnya disebut dengan istilah ISS Software, singkatan dari
Integrated Security System.
3. Software ISS yang dimaksud merupakan perangkat lunak yang dirancang secara
modular sehingga mampu mengakomodir beberapa aplikasi dalam satu kesatuan
system yang terdiri dari beberapa sub sistem atau modul sebagai berikut:

Modul layanan yang diminta Sifat


Modul Pengamanan
1. Video Surveillance Security Harus ada
2. Integrated Access Control unit, Harus ada
3. Watch man Tour Guard, Harus ada
4. Parking System, Harus ada
5. Burglar & Security Alarm System, Harus ada
6. Visitor Management System, Harus ada
7. Asset & Personil Tracking Harus ada


Modul layanan yang diminta Sifat


Modul Pencegahan Bahaya(Life Safety)
1. Fire Alarm & Life Safety System, Harus ada
2. Smoke & CO2 Detection Harus ada

Modul Pengendalian & Pemantauan


1. Building Automation System, Harus ada
2. Elevator Management System, Harus ada
3. Room Management System, Ditetapkan
kemudian
4. Building Aplication Management System Ditetapkan
kemudian
5. Network Management System, Ditetapkan
kemudian
6. IP Phone Voice Communication Recording Ditetapkan
kemudian

Keterangan:
 Agar disampaikan produk hardware apa saja yang bisa diakomodir oleh sub
system/modul yang tergabung dalam Software ISS yang ditawarkan sehingga
menjadi satu kesatuan seperti yang dikehendaki dalam buku spesifikasi ini.
 Dalam hal ini Bila tidak terjadi kesesuaian antara komponen subsistem dengan
Software ISS sehingga menyebabkan system tidak dapat beroperasi
sebagaimana yang diharapkan, menjadi kewajiban Vendor untuk melakukan
penyesuaian terhadap produk maupun software yang dipilih.

4. Perangkat lunak yang dikehendaki harus mampu untuk mengakomodir
perekaman data video selama satu bulan untuk merekam data video dari CCTV,
yang diambil dari pelaksanaan surveillance menggunakan kamera CCTV yang
ada.

5. Fitur dari masing-masing aplikasi yang dikehendaki pada setiap subsitem yang
tergabung dalam Software ISS yang dimaksud akan dijelaskan secara terpisah
sesuai dengan judull topic yang sedang dibahas.

6. Software ISS yang dikehendaki mampu terintegrasi dengan Active Directory yang
terdapat dalam system IT.

3.0. FITUR PERANGKAT LUNAK

1. Melalui perangkat lunak ISS akan dilakukan proses pengumpulan data dan event
dari setiap sub sistem yang sudah disiapkan dalam bentuk modul-modul software
ISS. Melalui modul-modul tersebut akan dilakukan proses capture data, tagging
kemudian recording ke dalam storage yang telah disediakan. Proses mapping
event/data dan pengolahannya menjadi laporan merupakan fungsi-fungsi
pelaporan yang disiapkan sesuai dengan skenario yang disiapkan oleh pembuat
program aplikasi. Namun demikian beberapa fungsi dasar berikut merupakan fitur
yang harus tersedia.

2. Requirement dari fungsi yang dikehendaki (namun tidak hanya terbatas pada
uraian dimaksud), dapat dijelaskan dalam beberapa uraian sebagai berikut:


a. Requirement alerting alarm melalui aplikasi android, email atau SMS


Perangkat lunak EISS yang dimaksud mampu memberikan instruksi untuk
mengirimkan peringatan (warning) lewat aplikasi android, E-mail dan /atau
SMS. Jika data/event yang diterima ternyata keluar dari ambang batas
kewajaran yang telah ditentukan. Data/event yang keluar dari ambang batas
kewajaran biasanya merupakan pertanda adanya mal function baik di tingkat
system maupun sub system.
b. Requirement perekaman event dalam Access Control tersinkronisasi dengan
perekaman event dalam CCTV

Requirement fungsi perekaman Access Control yang tersinkronisasi dengan


perekaman CCTV dapat dijelaskan melalui uraian sebagai berikut:

1) Seorang pemegang kartu (Card holder) mencoba melakukan akses ke suatu
ruang yang tidak diijinkan untuk diakses. Kejadian ini secara otomatis akan
dianggap sebagai suatu alarm. Keadaan alarm ini akan diikuti dengan
adanya kegiatan perekaman oleh kamera CCTV. Perekaman tersebut tidak
hanya mengandalkan adanya fasilitas motion detection dalam fasilitas CCTV
saja, namun dengan adanya event yang dicatat melalui Card Reader dari
Access Control akan memicu dilakukannya proses perekaman oleh CCTV.
2) Dalam hal ini dikehendaki terjadinya sinkronisasi antara perekaman yang
dilakukan oleh Access Control dengan perekaman yang dilakukan oleh
CCTV. Sinkronisasi tersebut tidak hanya sebatas pencatatan time tagging
saja namun juga verifikasi identitas pemegang kartu access serta
membandingkan hasil capture screen dengan foto orang yang mencoba
melakukan akses ruangan yang dimaksud.

c. Requirement Walkman Tour Guard untuk pencatatan data di Check Point
ketika petugas keamanan melakukan kegiatan patroli.
Requirement fungsi walkman tour guard ini merupakan fasilitas perekaman
dan reporting system dari hasil kegiatan patrol Satpam dalam melaporkan
kejadian ketika mendatangi check point yang sedang diinspeksi. Contoh
reporting hasil patrol Satpam dalam mendatangi check point dimaksud dapat
dijelaskan melalui uraian sebagai berikut:
1) Inspeksi kondisi di sekitar tangga kebakaran agar selalu siap dan aman
untuk digunakan.
2) Inspeksi kondisi ruang staf di luar Jam kerja diyakini selalu dalam
keadaan aman.
3) Inspeksi kondisi pantry tidak ada kompor menyala tanpa ada yang
menggunakannya.
4) Inspeksi di setiap toilet untuk memastikan semua kran dalam keadaan
tertutup.
5) Inspeksi di setiap ruang panel dan ruang Switch dalam keadaan aman.
6) Kondisi di luar gedung dipastikan aman pada setiap Check Point yang
dilewati.
7) Bila petugas patrol terlambat /miss dalam melewatu satu check point
yang harus dilewati maka system secara otomatis akan mengeluarkan
alarm.

d. Requirement perekaman event dalam Parking System tersinkronisasi dengan
perekaman event dalam CCTV
Requirement fungsi perekaman event dalam Parking System yang
tersinkronisasi dengan perekaman event dalam kamera CCTV sangat mirip
dengan yang dikehendaki dengan perekaman dalam Access Control Unit.


Dalam hal ini masuk dan keluarnya kendaraan dari luar mau pun dari dalam
gedung dianggap sebagai suatu event.
Proses pelaksanaan perekaman event oleh Parking System ini harus
tersinkronisasi dengan perekaman event yang dilaksanakan melalui CCTV.
Dalam hal ini fungsi Parking System tidak hanya melakukan proses buka dan
tutup Barrier Gate. Namun ada tindakan verifikasi antara plat nomor
kendaraan yang dibawa dengan kartu identitas pengemudi yang membawa
kendaraan dimaksud. Bila verifikasi tersebut berhasil maka Barrier Gate akan
secara otomatis terbuka namun bila verifikasi tersebut menyatakan tidak
berhasil, maka Barrier Gate tidak bisa dibuka dan proses membukanya harus
dilakukan secara manual.

Berikut di bawah ini disampaikan uraian dari sinkronisasi yang dikehendaki:
1) Adanya masuk dan keluarnya kendaraan akan diidentifikasi dengan
nomor plat kendaraan serta kartu identitas yang dibawa oleh pengemudi
yang menjalankan kendaraan dimaksud. Ketika kendaraan tersebut akan
masuk ke dalam gedung maka akan melewati suatu barier gate terlebih
dahulu. Agar Barrier Gate tersebut dapat dibuka, maka nomor kendaraan
dan identitas pengemudi yang membawanya akan dilakukan verifikasi
terhadap data yang sudah direkam dalam system database. Dalam hal ini
setiap mobil dan pengemudi yang akan menggunakan fasilitas parkir di
lingkungan RSUD Kota Probolinggo Utara akan deregister terlebih
dahulu. Dalam hal ini kombinasi antara nomor kendaraan dengan
identitas pengemudi yang tidak teregister tidak dapat menggunakan
fasilitas parkir yang telah disediakan.
2) Unit Parking System yang dikehendaki harus dilengkapi dengan sarana
Access Control untuk verifikasi kartu identitas pengemudi dan fasilitas
mekanik untuk melakukan buka dan tutup Barrier Gate. Sedangkan Video
Surveillance dalam hal ini berfungsi untuk mengenali plat nomor melalui
fitur Lisence Plate Recognition (PLT) dan untuk mengenali wajah
pengemudi melalui fitur Face Recognition.
3) Dalam hal ini bila terjadi kesesuaian data yang disimpan dengan
database dengan data identitas plat nomor dan pengemudinya maka Unit
Parking System akan secara otomatis akan membuka Barrier Gate.
Sebaliknya bila tidak ada kesesuaian maka secara otomatis Barrier Gate
tidak dapat dibuka dan petugas keamanan akan mendatangi mobil
dimaksud untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Kejadian tersebut
akan direkam dalam database dan dapat divisualisasikan secara grafis
dalam layar monitor.

e. Requirement perekaman event deteksi bahaya kebakaran melalui Fire Alarm


Detector tersinkronisasi dengan perekaman event dalam CCTV
Requirement Fire Alarm Detection yang tersinkronisasi dengan perekaman
CCTV dapat dijelaskan melalui uraian sebagai berikut:
1) Adanya False Alarm maupun kondisi darurat yang sesungguhnya di
dalam suatu ruangan, juga akan dideteksi oleh motion detection yang
ada dalam fasilitas Video Surveillance. Perekaman tersebut tidak hanya
mengandalkan adanya fasilitas motion detection melalui fasilitas CCTV
saja namun dengan adanya event bekerjanya Fire Detector yang ada di
dalam setiap ruang akan mentriger perlu dilakukannya proses
perekaman oleh CCTV yang ada di dekatnya.
2) Dalam hal ini dikehendaki terjadinya sinkronisasi antara perekaman hasil
deteksi event gejala dini adanya bahaya kebakaran yang dilakukan oleh
Fire Detector dengan perekaman yang dilakukan oleh CCTV.


Sinkronisasi tersebut tidak hanya sebatas pencatatan time tagging saja


namun juga disertai catatan address dari Fire detector yang dimaksud
serta verifikasi kategori gejala dini kebakaran yang terjadi serta
membandingkan hasil capture screen dengan event yang baru saja
direkam oleh kamera CCTV.
f. Requirement perintah General/Local Alarm dalam sub system Life Safety/Fire
Alarm yang tersinkronisasi dengan proses Unlock /Release Magnetic Lock
dalam sub system Access Control
Requirement perintah General Alarm dalam sub system Life Safety/Fire
Alarm yang tersinkronisasi dengan proses Unlock / Relase Magnetic Lock
dalam sub system Access Control dapat dijelaskan melalui uraian sebagai
berikut:
1) Adanya perintah General Alarm yang dilakukan oleh sub system Life
Safety/Fire Alarm, juga harus diikuti dengan perintah Unlock / Relase
pada Magnetic Lock yang dikontrol oleh sub system Access Control.
Kondisi default dalam keadaan operasi normal seluruh pintu adalah dalam
keadaan tertutup dengan situasi normally closed sehingga Magnetic Lock
dalam keadaan terkunci. Dalam kondisi General Alarm maka perintah
general alarm tersebut akan diintepretasikan sebagai situasi keadaan
darurat. Situasi keadaan darurat ini akan diikuti dengan perintah untuk
melepas magnetic lock sehingga akan menyebabkan pintu- pintu
evakuasi dalam keadaan terbuka.
2) Dalam hal ini dikehendaki terjadinya sinkronisasi antara perintah general
alarm dengan instruksi tanggap keadaa darurat yang dilakukan oleh
Access Control untuk member perintah Unlock / Relase pada Magnetic
Lock yang dikontrol oleh sub system Access Control. Instruksi tanggap
darurat tersebut harus dapat diprogram urutan prosesnya sesuai scenario
evakuasi yang akan ditetapkan oleh pengguna sesuai dengan SOP yang
telah ditetapkan.

g. Requirement perekaman event dalam Visitor Management System
Requirement fungsi pendaftaran pengunjung melalui Visitor Management
System dengan aktivasi Access Control dan aktivasi pemantauan melaui
CCTV dapat dijelaskan melalui uraian sebagai berikut:
1) Adanya seseorang yang berkunjung ke RSUD Kota Probolinggo Utara
akan didaftar terlebih dahulu melalui fasilitas Visitor Management System
dan diberlakukan sebagai seorang tamu. Dalam hal ini ketika dilakukan
proses pendaftaran akan ditanya maksud dan tujuannya siapa yang
ditemui kemudian dilakukan verifikasi sehingga akan mendapatkan
jawaban bahwa request berkunjungnya dapat diterima.
2) Dari catatan yang diisi dari pelaksanaan kunjungan tersebut akan
disiapkan kartu khusus, dan bilamana perlu dilakukan pemotretan
sehingga pengunjung tersebut dapat melakukan akses ke tempat-tempat
yang terbatas.
3) Access Control Unit akan memberikan akses ke tempat-tempat yang telah
ditetapkan dan kamera CCTV akan melakukan pengawasan aktivitas
pengunjung di dalam gedung. Penetapan akses yang diberikan ke
pengunjung maupun pemantauan yang akan dilakukan melalui kamera
CCTV harus dapat deprogram melalui modul aplikasi Visitor Management
System.

h. Requirement dalam Room Management System untuk trigger ke fasilitas
Integrated Building Management System (IBMS)


Requirement fungsi Room Management System pada intinya adalah


melakukan booking untuk penggunaan ruang misalnya ruang rapat, ruang
konferensi, ruang serba guna dan ruang pemeriksaan. Pelaksanaan booking
tersebut akan menyangkut pengaturan waktu penggunaan ruang, aktifasi
fasilitas utilitas gedung melalui sarana IBMS.
Requirement dalam Room Management System dapat dijelaskan melalui
bebarapa uraian sebagai berikut:
1) Pengaturan jadwal rapat dikaitkan dengan ketersediaan ruang agar
optimal dalam penggunaan ruang yang akan dibooking. Dalam hal ini
booking tersebut akan dijawab dengan assignment Kapan waktu dapat
digunakannya ruangan dimaksud, mulai dari pukul berapa dan berakhir
sampai dengan pukul berapa.
2) Aktivasi fasilitas IBMS untuk melakukan setting pada Lighting Control dan
MVAC Control.

i. Requirement Building Aplication Management System untuk handling Back
Office Management dan Maintenance Complaint Management
Requirement fungsi Building Management System pada intinya dimaksudkan
untuk melakukan penanganan Back Office Management dan Maintenance
Complain Management terkait dengan penggunaan fasilitas bangunan.

Requirement dalam Building Management System dapat dijelaskan melalui
bebarapa uraian sebagai berikut:
1) Penanganan masalah Back Office yang menyangkut rumah tangga
gedung yang menjadi tanggung jawab Building Manager dalam
memberikan layanan terhadap penghuni gedung.
2) Penanganan layanan atas complaint tentang adanya gangguan pada
fasilitas gedung.
3) Sebagai sarana help desk terkait dengan complaint yang terjadi pada
hasil perawatan gedung.

4.0. MODUL INTERFACE DAN SISTEM PELAPORAN

 Modul interface yang dimaksud berfungsi sebagai sarana antarmuka muka


(interface) antara Komputer Server dengan modul modul Sub System yang
tergabung dalam perangkat lunak ISS. Keseluruhan modul interface dimaksud
dapat dilihat melalui aplikasi berbasis Web.
 Sistem Pelaporan yang disajikan terdiri dari laporan baku dan laporan yang
dimodifikasi. Agar disampaikan sejauh mana modifikasi tersebut dapat dilakukan
oleh pengguna.

5.0. KONFIGURASI SERVER

 Server yang akan digunakan untuk deployment aplikasi ISS yang dimaksud
akan menggunakan dua buah server yang dikonfigurasikan secara redundant,
seperti yang disampaikan dalam gambar berikut:

 Server yang pertama akan berfungsi sebagai main server dan server yang
kedua akan berfungsi sebagai hot standby server yang sewaktu-waktu dapat
difungsikan sebagai main server secara otomatis jika server yang pertama
mengalami kegagalan (fail over).

 Spesifikasi server yang dikehendaki disesuaikan dengan interpretasi kebutuhan


ISS oleh vendor yang akan mengajukan usulan pekerjaan ini.


 Kapasitas storage harus menyesuaikan sehingga mampu untuk menampung


perekaman selama 1 bulan data video yang didapat dari sekitar 500 kamera
CCTV yang terdistribusi di RSUD Kota Probolinggo Utara.
 Storage yang dimaksud merupakan SAN (Storage Area Network) dengan
konfigurasi RAID 1 (mirror), yang akan disimpan di dalam ruang Data Center

6.0. PROTOKOL KOMUNIKASI

Protokol komunikasi yang diterapkan dalam fasilitas ISS secara fisik akan
menggunakan media ethernet dari perangkat komunikasi data. Dalam hal ini seluruh
sub system yang tergabung dalam fasilitas ISS semuanya akan tergabung dalam
satu jaringan komunikasi menggunakan TCP/IP. Berikut ini adalah gambaran dari
protocol yang dimungkinkan untuk digunakan dalam fasilitas ISS yang dikehendaki:

No Item Protokol Keterangan
1 Access Control ASCII to TCP/IP, OPC
2 Video Survillance/CCTV TCP/IP, ONVIF Tergantung Merk
3 Fire Alarm BACnet/TCP-IP, OPC Tergantung Merk
4 Lighting control TCP/IP, OPC, BACNET, LON
5 Elevator control TCP/IP-RTU Tergantung Merk
6 HVAC TCP/IP, OPC, BACNET, LON
7 BAS TCP/IP, OPC, BACNET, LON


SPESIFIKASI TEKNIS

17.2

CLOSED CIRCUITS TELEVISION (CCTV)

1.0. KETENTUAN UMUM

1. Pekerjaan yang dimaksud ialah mengenai pelaksanaan pekerjaan: Pengadaan,


pemasangan dan penyetelan INSTALASI CCTV yang terdiri dari : Instalasi-
instalasi pengkabelan dari Peralatan Utama / server Monitor ke Camera Pantau
yang diperlukan.
2. Membuat gambar instalasi terpasang secara lengkap.
3. Melatih operator yang ditunjuk oleh pemberi tugas tentang instalasi yang
dipasang. Pemborong diwajibkan pula menyerahkan Dokumen cara operasi
maupun pemeliharaan dari sistem tersebut.
4. Melaksanakan masa pemeliharaan, Pemborong harus menyediakan tenaga
yang cakap untuk pemeliharaan terhadap instalasi yang telah dipasangnya
selama 6 (enam) bulan dihitung dari masa penyerahan instalasi. Pemborong
harus bersedia datang sewaktu-waktu jika terjadi masalah atau kerusakan serta
memperbaikinya segera.
5. Garansi
Pemborong harus memberikan garansi dari pabrik selama paling kurang satu
tahun khusus untuk peralatan utama.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan ini harus termasuk pengadaan material peralatan, tenaga


kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang lengkap sempurna untuk seluruh pekerjaan CCTV System
seperti dipersyaratkan di dalam buku petunjuk ini dan ditunjukkan di dalam
gambar perencanaan.
2. Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan pekerjaan lain yang tidak
mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini,tetapi jika dianggap perlu
untuk keamanan dan kesempunaan fungsi dan masa operasi Security System
secara keseluruhan, masih merupakan bagian pekerjaan Kontraktor untuk
melengkapinya, Sehingga sistem berfungsi sesuai yang diharapkan.

3.0. URAIAN LINGKUP PEKERJAAN

Item-item pekerjaan yang termasuk di dalam pekerjaan TV ini adalah:


a. Pengadaan Software Video Surveillance yang merupakan bagian dari Software
Video Manajemen System sebagaimana dikehendaki dalam buku spesifikasi ini.
b. Pengadaan Pusat Kontrol, yang terpasang di Ruang Kontrol terdiri dari Video
Storage berikut dengan Perangkat Server dan perlengkapan hardware lainnya
untuk menunjang beroperasinya Sistem Video Surveillance sebagai bagian dari
Security System yang diimplementasikan dalam proyek ini.
c. Kapasitas storage yang dikehendaki adalah untuk dapat menyimpan hasil
perekaman data Video Surveillance sebanyak kamera di dalam gambar secara
kontinu 24 jam dalam waktu 1 bulan, atau seperti yang telah ditetapkan dalam
berita acara penjelasan lelang.
d. Pengadaan dan pemasangan unit kamera CCTV berikut peralatan bantunya
sehingga dapat berfungsi dengan baik sesuai tujuan dari diadakannya pekerjaan
video surveillance ini.
e. Instalasi Sistem, pekerjaan ini meliputi pengkabelan lengkap dengan conduit,
sparing, metal doos untuk fixture unit, percabangan dan penyambungan serta
peralatan bantu lainnya.
f. Lokasi penempatan unit kamera CCTV telah ditunjukkan dalam gambar namun
menjadi kewajiban kontraktor untuk melakukan penyesuaian sehingga secara
geometri didapatkan cakupan yang terbaik sebagaimana dikehendaki dalam buku
spesifikasi ini.

4.0. PENJELASAN SISTEM

 3XVDW.RQWURO
1. Pusat kontrol merupakan pusat untuk melakukan fungsi monitoring dan control
baik secara otomatis maupun secara manual, operasi otomatis dilakukan
berdasarkan suatu program yang telah ditentukan, sedangkan operasi manual
berdasarkan suatu prosedur operasi melalui unit input.
2. Peralatan utama CCTV berbasis teknologi IP (Internet Protocol) dioperasikan dari
Ruang Kontrol.

 6XUYHLODQFH'HYLFHV
Peralatan untuk pendeteksian berupa kamera yang digunakan untuk mendeteksi
kejadian-kejadian diluar/dalam bangunan, di dalam ruang pemeriksaan dan di dalam
ruangan ruangan lain yang memerlukan. Surveilance Devices yang dimaksud harus
sudah menerapkan teknologi berbasiskan IP (Internet Protocol) yang diterapkan
dalam Merk CCTV yang ditawarkan.

5.0. KEMAMPUAN OPERASI


 .HWHQWXDQ8PXP
1. System harus mampu melakukan fungsi monitoring secara flexibel terhadap
kejadian di dalam bangunan Rumah Sakit.
2. Sistem harus mampu melakukan fungsi alerting dan signalling yaitu bila terjadi
kondisi yang tidak normal, maka sistem secara otomatis akan memberikan tanda
tertentu ( berupa alarm ).
3. Sistem harus mampu melakukan fungsi controlling yaitu mengoperasikan semua
sistem yang dikontrolnya.
4. Pengoperasian tersebut harus bekerja sebagai berikut :
a. Pengoperasian dapat dilakukan melalui Ruang Kontrol.
b. Dari pusat kontrol dapat melakukan control secara otomatis atau manual
terhadap kamera antara lain.
1) Zoom,
2) Iris,
3) Pencetakan gambar kejadian secara otomatis bila alarm berbunyi.

 &DNXSDQ6RIWZDUH9LGHR6XUYHLOODQFH
1. Video Surveillance System adalah sarana pengelolaan Video untuk pengawasan
secara detil / menyeluruh seperti pengawasan video secara real-time, memainkan
video yang telah direkam, pengelolaan kamera-kamera IP, NVR (Network Video
Recorder) dan media penyimpanan data.
2. Alat dasar Video Surveillance System terdiri dari NVR, IP Kamera, Workstation
dan Network Switch.
3. NVR (Network Video Recorder), digunakan sebagai media penyimpanan utama
dan dapat melakukan perekaman video selama terus menerus 24 jam sehari
selama 30 hari atau lebih.
4. NVR dapat melakukan pengelolaan perekaman dengan resolusi gambar / frame-
rate lebih rendah pada saat tidak ada kegiatan dan resolusi gambar / frame-rate
optimal pada saat ada kegiatan / gerakan di video sebagai efisiensi pengelolaan
media penyimpanan data video.
5. NVR dapat menyediakan hubungan jaringan data serta daya untuk kemudahan
instalasi dan pemeliharaan Video Surveillance System
6. NVR menyediakan dukungan keamanan maximal dengan adanya akses aman
(secured access – https) antara client dan NVR, Telnet yang di non-aktifkan serta
sistem berdasarkan Software open-source Linux.
7. NVR mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

a. Video
Picture-in-Picture, sequential mode, multi- display
- Tampilan Mode
mode
- Compression H.264

b. Recording
Continuous/manual/ schedule recording Alarm
- Recording Mode
recording/ multiple alarm recording schedules

c. Playback
Play, pause, stop, reverse play, next/previous
- Playback Mode frame, next/previous video file, different speed
control
By date & time, timeline, event, and intelligent
- Search Mode
video analytics (IVA)

d. Security
Operation System Linux-embedded
Record of the users currently logged on and
On-line Users List
previously logged on to the NVR
Host Access Specify the connections to be allowed and
Control denied to access NVR
The right to monitor and playback each camera can
User Management
be separately, defined for each user
Detailed event logs of system warning, hard disk
Event Logs error, network disconnection, and users’ networking
service, and data access.

6.0. KETENTUAN TEKNIS PEKERJAAN CCTV

 .HWHQWXDQ8PXP
Kondisi Operasi
01. Kemampuan Operasi
ƒ System harus mampu melakukan fungsi monitoring secara flexibel
terhadap kejadian di dalam bangunan.
ƒ Sistem harus mampu melakukan fungsi alerting dan signalling
yaitu bila terjadi kondisi yang tidak normal, maka sistem secara
otomatis akan memberikan tanda tertentu (berupa alarm).
ƒ Sistem harus mampu melakukan fungsi controlling yaitu mengoperasi-
kan semua sistem yang dikontrolnya.
Pengoperasian tersebut harus bekerja sebagai berikut :
ƒ Pengoperasian dapat dilakukan melalui Ruang Kontrol.
ƒ Dari pusat kontrol dapat melakukan control secara otomatis atau
manual terhadap kamera antara lain :
- Zoom,
- Iris.
- Pencetakan gambar kejadian secara otomatis bila alarm berbunyi.
02. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang
sesuai dengan catu daya di Indonesia.
03. Semua peralatan yang membutuhkan catu daya listrik, harus dipilih yang
dapat bekerja secara normal dengan besaran faktor daya tidak kurang dari
0,9 atau Pemborong wajib menambahkan kapasitor.

04. Apabila ternyata peralatan yang diajukan Pemborong mempunyai


kapasitas yang lebih besar dari yang direncanakan, Pemborong wajib
menyesuaikan semua perubahan komponen yang berhubungan dengan
perubahan kapasitas.

 .HWHQWXDQ7HNQLV3HUDODWDQ8WDPD
01. Pusat kontrol merupakan pusat untuk melakukan fungsi monitoring dan
control baik secara otomatis maupun secara manual,operasi otomatis
dilakukan berdasarkan suatu program yang telah ditentukan, sedangkan
operasi manual berdasarkan suatu prosedur operasi melalui unit input.
Pusat Kontrol dimaksud, terdiri dari namun tidak sebatas pada
kelengkapan-kelengkapan berikut:
1. Central Video Management System
2. Sistem kontrol dokumentasi
3. Printer
4. Personal Computer
5. Keyboard
6. Monitor colour
7. Grounding sistem, terinterkoneksi dengan grounding arus lemah.
02. Initiating devices merupakan peralatan untuk pendeteksian berupa
kamera yang digunakan untuk mendeteksi kejadian-kejadian
diluar/dalam bangunan.
Meliputi pekerjaan :
1. Pemasangan unit Kamera, dengan jenis Kamera
ƒ Kamera Indoor
ƒ Kamera Indoor Low Light
ƒ Kamera PTZ
2. Peralatan bantu :
ƒ Bracket Camera
ƒ Fixed Camera Adafter
ƒ Track Camera
ƒ Peralatan bantu lainnya untuk membantu system

 .HWHQWXDQ7HNQLV3HUDODWDQ,QLWLDWLQJ'HYLFHV
01. Ketentuan Umum
a. Initiating device yang digunakan terdiri dari System Controller,
Monitor Colour, Network Video Recorder, Lens, Camera, Housing
camera mounting Bracket.
b. Sistem mempunyai tegangan kerja yang sama,
c. Perlengkapan CCTV System harus diletakkan dalam satu rack
khusus.

02. System Controller


a. Dapat mengontrol jauh dan auto iris room lens
b. Mengkontrol kamera ON/OFF, Housing, zoom lens.

03. Monitor Colour


a. Ukuran 32 inch LED
b. Resolusi 1920 x 1080 pixel
c. Mempunyai USB & HDMI connector

 .HWHQWXDQ7HNQLV1HWZRUN9LGHR5HFRUGHU
a. Minimum 16 Channel Camera
b. Mempunyai port PoE
c. Siap Smartphone Aplikasi
d. Memiliki sertifikasi UL, CE, FCC & RCM sekaligus
e. HDMI & VGA output
f. Kompresi rekaman menggunakan format H.265/H.264/MJPEG
g. Kapasitas storage maksimum 2 slot HDD, dimana satu slot HDD
mampu menampung 6TB HDD
h. Display resolusi : 3840 x 2160, 1920 x 1080, 1280 x 1024, 1280 x 720,
1024 x 768
i. Memiliki minimal Mic input 1Ch
j. Temperature operasi alat +0°sampai 40°C
k. Ethernet port RJ45
l. Protocols : HTTP, HTTPS, TCP/IP, IPv4/IPv6, UpnP, RTSP, UDP,
SMTP, NTP, DHCP, DDNS/DNS, IP Filter, PPPoE & FTP
 .HWHQWXDQ7HNQLV.DPHUD,QGRRU

$ 63(6,),.$6,8080
 3HUV\DUDWDQ8PXP
D .DPHUD KDUXV PHUXSDNDQ SURGXN UHVPL SURGXVHQ GLUDQFDQJ XQWXN 
SHQJJXQDDQLQGXVWULNRPHUVLDO
E .DPHUDKDUXVGLGDVDUNDQSDGDNRPSRQHQVWDQGDUGDQWHNQRORJLWHUEXNWL
PHQJJXQDNDQSURWRNROWHUEXNDGDQGDSDWGLSXEOLNDVLNDQ
F 6HPXD SHUDODWDQ &&79  \DQJ GLVHGLDNDQ KDUXV GLGXNXQJ ROHK PLQLPDO
VDWXWDKXQJDUDQVLSURGXVHQ
 6HUWLILNDVLGDQVWDQGDU
D 6HEXDK NDPHUD KDUXV PHPSXQ\DL VHUWLILNDVL &( 8/  &6$ WDQSD
WHUNHFXDOL 
E .DPHUDKDUXVPHPHQXKLVWDQGDUEHULNXW
 219,)FRPSOLDQFH
- EN 50132-5-2, EIC 62676-2-3
2. Networking:
- IEEE 802.3af (Power over Ethernet)
- IPv4, IPv6, HTTP, HTPPS, FTP, DNS, DDNS, SMTP, Dropbox
F .DPHUD KDUXV PHPSXQ\DL SURWHNVL WHUKDGDS OLQJNXQJDQ GHQJDQ
WLQJNDWDQ SURWHNVL PLQLPDO ,3  SURWHNVL WHUKDGDS EHQWXUDQ VHEHVDU
PLQLPDO,.

% 63(6,),.$6,352'8.
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D 'LUDQFDQJ XQWXN PHQ\HGLDNDQ YLGHR GL +'79 PLQLPDO S
[  UHVROXVL SDGD  IUDPH SHU GHWLN GHQJDQ PHQJJXQDNDQ
++DWDX0RWLRQ-3(*
E %HURSHUDVL SDGD RSHQ VRXUFH SODWIRUP EHUEDVLV :LQGRZV GDQ ZHE
VHUYHUEXLOWLQ
F 'DSDW EHURSHUDVL GL VXKX DQWDUD °& VDPSDL °& °) VDPSDL
°) 
G %HURSHUDVLGDODPUHQWDQJNHOHPEDEDQ5+

& 63(6,),.$6,+$5':$5(
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D .DPHUDPHQJJXQDNDQOHQVDEHUNXDOLWDVWLQJJLLQFK
E 'LOHQJNDSLGHQJDQOHQVDIL[HGPPGHQJDQIXQJVLLULVRWRPDWLV
F 7HUGDSDW VORW XQWXN PHPRU\ FDUG GHQJDQ NDSDVLWDV PLFUR6'+& VDPSDL
GHQJDQ*E PLFUR6;'&VDPSDLGHQJDQ7%


' 63(6,),.$6,9,'(2
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D 5HVROXVL
 .DPHUD KDUXV PDPSX PHPEHULNDQ YLGHR IUDPH UDWH SHQXK UHVROXVL
PLQLPDOS+'79PHODOXLMDULQJDQ,3
 5HVROXVL YLGHR \DQJ GLGXNXQJ PHOLSXWL S S S S S
SS
3) Mendukung sampai 30 FPS
b. Encoding :
1) Support Motion JPEG encoding
2) Support H.264 encoding
3) Mampu secara independen dikonfigurasi H.264 simultan dan Motion
JPEG streaming (dual streaming)
4) Support estimasi gerak dalam H.264 (motion detection).

c. Transmisi Protokol
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
.DPHUDKDUXVPDPSXEHUMDODQSDGDSURWRFROVHEDJDLEHULNXW
1) HTTP
2) HTTPS
3) RTP
4) FTP
5) RTSP

d. Kontrol Gambar
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
 6XSSRUWNRQILJXUDVL2WRPDWLVGDQ0DQXDO:KLWH%DODQFH
 6XSSRUWVKXWHUHOHNWURQLNRWRPDWLVDQWDUDDQG
 6XSSRUW:LGH'\QDPLF5DQJH

( )81*6,21,7$68080
 :(%6(59(5
D .DPHUD KDUXV EXLOWLQ ZHE VHUYHU VHKLQJJD PHPEXDW YLGHR GDQ
NRQILJXUDVL \DQJ WHUVHGLD XQWXN EHEHUDSD NOLHQ GDODP VLVWHP RSHUDVL
VWDQGDU GDQ OLQJNXQJDQ EURZVHU PHQJJXQDNDQ +773 WDQSD
PHPEXWXKNDQVRIWZDUHWDPEDKDQ
E 2SVLRQDONRPSRQHQGRZQORDGGDULNDPHUDXQWXNWXJDVWXJDVWHUWHQWX

 ,3$GGUHVV
D .DPHUD DNDQ PHQGXNXQJ NHGXD DODPDW ,3 WHWDS GDQ DODPDW ,3 \DQJ
GLWHWDSNDQ VHFDUD GLQDPLV GLVHGLDNDQ ROHK '\QDPLF +RVW &RQWURO
3URWRFRO '+&3 
E .DPHUDVXSSRUWXQWXN,3YGDQ,3Y


) )81*6,21,7$6.(-$',$1
1. Kamera harus dilengkapi dengan fungsi kejadian yang terintegrasi,
yang bisa dipicu oleh:
D 'HWHNVLJHUDNDQ
E -DGZDO\DQJWHODKGLNRQILJXUDVL
F .DPHUD\DQJGLSXNXO
2. Respon untuk pemicu meliputi:
D 3HPEHULWDKXDQPHQJJXQDNDQ7&36073DWDX+773
E 8SORDGJDPEDUPHQJJXQDNDQ)736073DWDX+773
3. Kamera harus menyediakan setidaknya 10 detik memori untuk pra &
pasca rekaman alarm.
4. Fungsi kejadian akan dikonfigurasi melalui antarmuka web.

* '8.81*$135272.2/
 .DPHUDKDUXVPDPSXPHQGXNXQJXQWXNVHWLGDNQ\D,3+773+773666/
7/6 7&3 ,&03 5763 573 8'3 ,*03 57&3 6073 )73 '+&3 83Q3 
$53'16'\Q'16'URSER[62$3GDQ&+$3
 ,PSOHPHQWDVL6073KDUXVPHQFDNXSGXNXQJDQXQWXNRWHQWLNDVL6073

+ 78/,6$1
Kamera harus:
1. Menyediakan teks pada layar dengan dukungan untuk tanggal & waktu,
dan teks- pelanggan yang spesifik, nama kamera, setidaknya 45
karakter ASCII.
2. Untuk memastikan akurasi, kamera akan menerima sinkronisasi waktu
eksternal dari server NTP (Network Time Protocol).
3. Mempunyain kemampuan untuk menerapkan masker privasi untuk
gambar.

, .($0$1$1
Kamera harus:
1. Mendukung penggunaan HTTPS dan SSL / TLS, menyediakan
kemampuan untuk mengenkripsi dan otentikasi aman dan komunikasi
baik data administrasi dan video stream.
2. Memberikan dukungan untuk membatasi akses ke alamat IP yang telah
ditetapkan saja, yang disebut alamat IP filtering.
3. Membatasi akses ke web server built-in dengan username dan
password pada tiga tingkat yang berbeda.
4. Mendukung otentifikasi IEEE 802.1X.

- '8.81*$1$3,
1. Kamera harus didukung sepenuhnya oleh API terbuka dan diterbitkan
(Programmer Application Interface), yang akan memberikan informasi
yang diperlukan untuk integrasi fungsionalitas ke aplikasi pihak ketiga.
2. Kamera harus sesuai dengan standar jaringan video seperti yang
didefinisikan oleh organisasi ONVIF.

. ,167$/$6,'$13(0(/,+$5$$1
Kamera harus:
1. Disertakan dengan perangkat lunak manajemen berbasis Windows yang
memungkinkan penugasan dari alamat IP, upgrade firmware dan
backup konfigurasi Kamera.
2. Mendukung penggunaan alat manajemen berbasis SNMP menurut
SNMP v1, 2c & 3 / MIB-II.
3. Memungkinkan update perangkat lunak (firmware) melalui jaringan,
menggunakan FTP atau HTTP.
4. Semua pengaturan akan disimpan dalam memori non-volatile dan tidak
akan hilang selama kamera restart atau soft reset.

/ /2*3(1**81$
Kamera harus:
1. Menyediakan file log, yang berisi informasi tentang koneksi terbaru dan
akses upaya sejak me-restart unit. File harus mencakup informasi
tentang alamat IP menghubungkan dan waktu menghubungkan.
2. Menyediakan daftar koneksi dari semua viewer saat terhubung dengan
kamera. File harus mencakup informasi tentang cara menyambungkan
alamat IP, waktu menghubungkan dan jenis aliran diakses.

0 ',$*1267,..$0(5$
Kamera harus:
1. Dilengkapi dengan LED, mampu memberikan informasi status terlihat.
LED akan menunjukkan status operasional kamera dan memberikan
informasi tentang kekuatan, komunikasi dengan penerima, status
jaringan dan status kamera.
2. Dipantau oleh fungsi Watchdog, yang akan secara otomatis kembali
memulai proses atau restart unit jika kerusakan yang terdeteksi.

1 .21(.6,-$5,1*$1
Kamera harus :
Kamera harus dilengkapi dengan satu 100BASE-TX Fast Ethernet port,
menggunakan standar RJ-45 socket dan akan mendukung negosiasi auto
kecepatan jaringan (100 MBit / s dan 10 Mbit / s) dan modus transfer (full
duplex dan setengah) .

2 3(5/,1'81*$1
Kamera harus :
IP66-rating

3 32:(5
Kamera harus :
Power over Ethernet sesuai dengan IEEE 802.3af Kelas 1.

 .HWHQWXDQ7HNQLV.DPHUD,QGRRU/RZ/LJKW
$ 63(6,),.$6,8080
 3HUV\DUDWDQ8PXP
D .DPHUD KDUXV PHUXSDNDQ SURGXN UHVPL SURGXVHQ GLUDQFDQJ XQWXN 
SHQJJXQDDQLQGXVWULNRPHUVLDO
E .DPHUDKDUXVGLGDVDUNDQSDGDNRPSRQHQVWDQGDUGDQWHNQRORJLWHUEXNWL
PHQJJXQDNDQSURWRNROWHUEXNDGDQGDSDWGLSXEOLNDVLNDQ
F 6HPXD SHUDODWDQ &&79  \DQJ GLVHGLDNDQ KDUXV GLGXNXQJ ROHK PLQLPDO
VDWXWDKXQJDUDQVLSURGXVHQ

 6WDQGDU 3HUDWXUDQ
a. Kamera harus memenuhi beberapa standard dan sertifikasi sebagai
berikut :
1) Sebuah kamera harus mempunyai sertifikasi CE, FCC, UL,
cUL, RCM & CB (tanpa terkecuali)
2) Kamera akan bertemu ONVIF profil S / ONVIF profil G / ONVIF
profil Q.
b. Kamera harus ada sertifikasi EMC berikut:
1) EN 50130-4
2) EN 50130-5
3) EN 60950-1
4) IEC 62471
5) FSC part 15 Subpart B, class B

c. Kamera harus memenuhi standar berikut:


1) IEEE 802.3af (Power over Ethernet)
2) IEEE 802.1X (Authentication)
3) IPv4
4) IPv6

% 63(6,),.$6,352'8.
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D 'LUDQFDQJ XQWXN PHQ\HGLDNDQ YLGHR GL +'79 PLQLPDO S
[  UHVROXVL SDGD  IUDPH SHU GHWLN GHQJDQ PHQJJXQDNDQ
+DWDX0RWLRQ-3(*
E %HURSHUDVL SDGD RSHQ VRXUFH SODWIRUP EHUEDVLV :LQGRZV GDQ ZHE
VHUYHUEXLOWLQ
c. Kamera akan beroperasi dalam rentang suhu dari -30 ° C hingga
+70 ° C (-22 ° F sampai 158 ° F).
G %HURSHUDVLGDODPUHQWDQJNHOHPEDEDQ5+ NRQGHQVDVL 

& 63(6,),.$6,+$5':$5(
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D .DPHUD KDUXV GLOHQJNDSL GHQJDQ VHQVRU SURJUHVVLYH VFDQ PHJDSL[HO ,5
VHQVLWLI
E .DPHUD DNDQ PHPEHULNDQ JDPEDU GDODP ZDUQD VDDW FXNXS
SHQFDKD\DDQGDQ%:WDQSDSHQFDKD\DDQVDDW,5DNWLI
F .DPHUDKDUXVGLOHQJNDSLGHQJDQOHQVD\DQJPHPSXQ\DLDXWRLULV
G 'LOHQJNDSL GHQJDQ LQIUD PHUDK PHPLOLNL MDQJNDXDQ PLQLPDO VHNLWDU
P IW 

' 63(6,),.$6,9,'(2
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D 5HVROXVL
 .DPHUDKDUXVPDPSXPHPEHULNDQYLGHRIUDPHUDWHSHQXKUHVROXVL
PLQLPDOS+'79PHODOXLMDULQJDQ,3
 5HVROXVLYLGHR\DQJGLGXNXQJPHOLSXWL
a) 400x720
b) 704x480
c) 768x432
d) 854x480
e) 1280x720
f) 1920x1080
 0HQGXNXQJVDPSDL)36

E (QFRGLQJ
1) Support Motion JPEG encoding
2) Support H.264 encoding
3) Mampu secara independen dikonfigurasi H.264 simultan dan
Motion JPEG streaming (dual streaming)
4) Support estimasi gerak dalam H.264 (motion detection).

F 7UDQVPLVL3URWRNRO
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
D .DPHUDKDUXVPDPSXEHUMDODQSDGDSURWRFROVHEDJDLEHULNXW
(1). HTTP
(2). HTTPS
(3). RTP
(4). FTP
E .DPHUD PDPSX PHQGXNXQJ 4XDOLW\ RI 6HUYLFH 4R6  XQWXN
GDSDWPHPSULRULWDVNDQODOXOLQWDVEDQGZLWGK

d. Kontrol Gambar
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
 6XSSRUWNRQILJXUDVL2WRPDWLVGDQ0DQXDO:KLWH%DODQFH
 6XSSRUWVKXWHUVSHHGRWRPDWLVGDQPDQXDODQWDUDGDQ
 6XSSRUW:LGH'\QDPLF5DQJH
( )81*6,21,7$68080
 :(%6(59(5
D .DPHUD KDUXV EXLOWLQ ZHE VHUYHU VHKLQJJD PHPEXDW YLGHR GDQ
NRQILJXUDVL \DQJ WHUVHGLD XQWXN EHEHUDSD NOLHQ GDODP VLVWHP RSHUDVL
VWDQGDU GDQ OLQJNXQJDQ EURZVHU PHQJJXQDNDQ +773 WDQSD
PHPEXWXKNDQVRIWZDUHWDPEDKDQ
E 2SVLRQDO NRPSRQHQ GRZQORDG GDUL NDPHUD XQWXN WXJDVWXJDV WHUWHQWX
 
 ,3$GGUHVV
D .DPHUD DNDQ PHQGXNXQJ NHGXD DODPDW ,3 WHWDS GDQ DODPDW ,3 \DQJ
GLWHWDSNDQ VHFDUD GLQDPLV GLVHGLDNDQ ROHK '\QDPLF +RVW &RQWURO
3URWRFRO '+&3 
E .DPHUDVXSSRUWXQWXN,3YGDQ,3Y

) )81*6,21,7$6.(-$',$1
1. Kamera harus dilengkapi dengan fungsi kejadian yang terintegrasi,
yang bisa dipicu oleh:
D 'HWHNVLJHUDNDQ
E -DGZDO\DQJWHODKGLNRQILJXUDVL
2. Respon untuk pemicu meliputi:
D 3HPEHULWDKXDQPHQJJXQDNDQ7&36073DWDX+773
E 8SORDGJDPEDUPHQJJXQDNDQ)736073DWDX+773
F .DPHUD KDUXV PHQ\HGLDNDQ VHWLGDNQ\D  GHWLN PHPRUL XQWXN SUD 
SDVFDUHNDPDQDODUP
3. Fungsi kejadian akan dikonfigurasi melalui antarmuka web.
4. Mengaktifkan IR LED saat tidak ada pencahayaan
5. Dapat Merekam ke penyimpanan local (SD Card).

* '8.81*$135272.2/
1. Kamera harus mampu mendukung untuk setidaknya IP, HTTP, HTTPS,
SSL / TLS, TCP, RTSP, RTP, UDP, IGMP, RTCP, SMTP, FTP, DHCP,
UPnP , ARP, DNS, DynDNS, Dropbox, SOAP dan CHAP.
2. Implementasi SMTP harus mencakup dukungan untuk otentikasi SMTP.
+ 78/,6$1
Kamera harus:

1. Untuk memastikan akurasi, kamera akan menerima sinkronisasi waktu


eksternal dari server NTP (Network Time Protocol).

2. Mempunyain kemampuan untuk menerapkan masker privasi untuk


gambar.

, .($0$1$1
Kamera harus:

1. Mendukung penggunaan HTTPS dan SSL / TLS, menyediakan


kemampuan untuk mengenkripsi dan otentikasi aman dan
komunikasi baik data administrasi dan video stream.

2. Memberikan dukungan untuk membatasi akses ke alamat IP yang


telah ditetapkan saja, yang disebut alamat IP filtering.

3. Membatasi akses ke web server built-in dengan username dan


password pada tingkat yang berbeda.

4. Mendukung otentifikasi IEEE 802.1X.

- '8.81*$1$3,

1. Kamera harus didukung sepenuhnya oleh API terbuka dan


diterbitkan (Programmer Application Interface), yang akan
memberikan informasi yang diperlukan untuk integrasi
fungsionalitas ke aplikasi pihak ketiga.

2. Kamera harus sesuai dengan ONVIF Profil S atau ONVIF Profile Q


atau ONVIF profil G.

. ,167$//$6,'$13(0(/,+$5$$1
Kamera harus:

1. Disertakan dengan perangkat lunak manajemen berbasis Windows


yang memungkinkan penugasan dari alamat IP, upgrade firmware
dan backup konfigurasi Kamera.

2. Mendukung penggunaan alat manajemen berbasis SNMP menurut


SNMP v1, 2c & 3 / MIB-II.

3. Memungkinkan update perangkat lunak (firmware) melalui jaringan,


menggunakan FTP atau HTTP.

4. Memberikan kemampuan yang dapat digunakan sebagai counter


pixel mengidentifikasi ukuran objek dalam jumlah pixel.
5. Semua pengaturan akan disimpan dalam memori non-volatile dan
tidak akan hilang selama kamera restart atau soft reset.

/ /2*3(1**81$
Kamera harus:

1. Menyediakan file log, yang berisi informasi tentang koneksi terbaru dan
akses upaya sejak me-restart unit. File harus mencakup informasi
tentang alamat IP menghubungkan dan waktu menghubungkan.

2. Menyediakan daftar koneksi dari semua viewer saat terhubung dengan


kamera. File harus mencakup informasi tentang cara menyambungkan
alamat IP, waktu menghubungkan dan jenis aliran diakses.

0 ',$*1267,..$0(5$
Kamera harus:
1. Dilengkapi dengan LED, mampu memberikan informasi status terlihat.
LED akan menunjukkan status operasional kamera dan memberikan
informasi tentang kekuatan, komunikasi dengan penerima, status
jaringan dan status kamera.

2. Dipantau oleh fungsi Watchdog, yang akan secara otomatis kembali


memulai proses atau restart unit jika kerusakan yang terdeteksi.

1 .21(.6,-$5,1*$1
Kamera harus :

1. Kamera harus dilengkapi dengan satu 100BASE-TX Fast Ethernet port,


menggunakan standar RJ-45 socket dan akan mendukung negosiasi
auto kecepatan jaringan (100 MBit / s dan 10 Mbit / s) dan modus
transfer (full duplex dan setengah).

2 3(5/,1'81*$1
Kamera harus :
1. Dirancang untuk penggunaan indoor
2. Wall Bracket sudah termasuk ke dalam unit.

3 32:(5
Kamera harus :
Kamera akan mendukung Power over Ethernet menurut IEEE
802.3af/802.3at Type 1

4 0(',$3(1<,03$1$1
Kamera harus :
Kamera harus mendukung penyimpanan local menggunakan micro SDHC
sampai memori 32GB / microSDXC sampai memori 2TB.
 .HWHQWXDQ7HNQLV.DPHUD37=
$ 63(6,),.$6,8080
1. Persyaratan Umum
D .DPHUD KDUXV PHUXSDNDQ SURGXN UHVPL SURGXVHQ GLUDQFDQJ XQWXN 
SHQJJXQDDQLQGXVWULNRPHUVLDO
E .DPHUDKDUXVGLGDVDUNDQSDGDNRPSRQHQVWDQGDUGDQWHNQRORJLWHUEXNWL
PHQJJXQDNDQSURWRNROWHUEXNDGDQGDSDWGLSXEOLNDVLNDQ
F 6HPXD SHUDODWDQ &&79  \DQJ GLVHGLDNDQ KDUXV GLGXNXQJ ROHK PLQLPDO
VDWXWDKXQJDUDQVLSURGXVHQ
2. Sertifikasi dan standar.
D NDPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVWDQGDU(0&(1(1
E .DPHUDKDUXVPHPHQXKLEDJLDQ\DQJUHOHYDQGDULVWDQGDUYLGHREHULNXW
 S
 .DPHUDKDUXVPHPHQXKLVWDQGDUNRPSUHVL
- +
3. Networking:
a. IEEE 802.3af (Power over Ethernet)
b. IPv4
c. IPv6
4. Kamera harus memenuhi standar perlindungan lingkungan berikut:
a. IP66

% 63(6,),.$6,352'8.
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
 'LUDQFDQJ XQWXN PHQ\HGLDNDQ VHWLGDNQ\D WLJD GLNRQILJXUDVL VHFDUD
LQGLYLGXDO YLGHR VWUHDP VLPXOWDQ SDGD  IUDPH SHU GHWLN +]  DWDX 
IUDPHSHUGHWLN +] GLVHPXDUHVROXVLKLQJJD[SLNVHOLQ0RWLRQ
-3(*GDQ+
 6WDQGDUMDULQJDQYLGHRVHSHUWL\DQJGLGHILQLVLNDQROHKRUJDQLVDVL219,)
 'LOHQJNDSL GHQJDQ IXQJVL 'D\  1LJKW PHQ\HGLDNDQ NHFHSDWDQ WLQJJL GDQ
IXQJVLSDQWLOWGDQGLOHQJNDSLGHQJDQ[RSWLFDOGDQ[GLJLWDO]RRP
 %HURSHUDVL SDGD RSHQ VRXUFH SODWIRUP EHUEDVLV ZLQGRZV GDQ ZHE VHUYHU
EXLOWLQ
 'LSURGXNVLGHQJDQKRXVLQJGDQGDSDWRSHUDVLDQWDUD°&VDPSDL°& 
°)VDPSDL°) GLOHQJNDSLGHQJDQSHUOLQGXQJDQ,3
 %HURSHUDVLGDODPUHQWDQJNHOHPEDEDQVDPSDL5+

& 63(6,),.$6,+$5':$5(
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
 .DPHUDPHQJJXQDNDQOHQVEHUNXDOLWDVWLQJJL,5VHQVLWLIVHQVRU&&'
 'LOHQJNDSL GHQJDQ ,5FXW ILOWHU VHFDUD RWRPDWLV GDQ PDQXDO VHKLQJJD
PHQXQMDQJIXQJVLVLDQJPDODPVHFDUDPDNVLPDO
 'LOHQJNDSLGHQJDQ[OHQVD]RRPGHQJDQIRNXVRWRPDWLVGDQLULVIXQJVL
 0DPSX PHQDPSLONDQ JDPEDU GDODP NHDGDDQ WDQSD FDKD\D VHNDOLSXQ
GHQJDQGXNXQJDQ,5/('

' 63(6,),.$6,9,'(2
.DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
 5HVROXVL
D .DPHUDKDUXVGDSDWPHPEHULNDQVHWLGDNQ\DUHVROXVLS
E 5HVROXVLYLGHR\DQJGLGXNXQJPHOLSXWL
1) 704x480
2) 1280x720
3) 1920x1080
F PHQGXNXQJVDPSDL)36
 (QFRGLQJ
a. Support Motion JPEG encoding
b. Support H.264 encoding
c. Mampu secara independen dikonfigurasi H.264 simultan dan Motion
JPEG streaming (dual streaming)
d. Support estimasi gerak dalam H.264 (motion detection).
 7UDQVPLVL3URWRNRO
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
a. Kamera harus mampu berjalan pada protocol sebagai berikut:
1) HTTP
2) HTTPS
3) RTP
4) RTSP
5) FTP
 .RQWURO*DPEDU
 .DPHUDKDUXVPHPSXQ\DLVSHFVVHEDJDLEHULNXW
a. Support konfigurasi Otomatis dan Manual White Balance.
b. Support shuter elektronik otomatis antara 1/25 dan 1/15.000 detik
c. Support Wide Dynamic Range.

( )81*6,21,7$68080
 :(%6(59(5
a. Kamera harus built-in web server sehingga membuat video dan
konfigurasi yang tersedia untuk beberapa klien dalam sistem
operasi standar dan lingkungan browser menggunakan HTTP,
tanpa membutuhkan software tambahan.
b. Opsional komponen download dari kamera untuk tugas-tugas
tertentu
 $GGUHVV
a. Kamera akan mendukung kedua alamat IP tetap dan alamat IP
yang ditetapkan secara dinamis disediakan oleh Dynamic Host
Control Protocol (DHCP).
b. Kamera support untuk IPv4 dan IPv6.

 )XQJVL37=
a. Kamera mampu menyediakan setidaknya minimal 200 posisi
preset.
b. Memberikan gerakan pan terus menerus 360 ° tanpa putar balik
lagi.

) )81*6,21,7$6.(-$',$1
 .DPHUDKDUXVGLOHQJNDSLGHQJDQIXQJVLNHMDGLDQ\DQJWHULQWHJUDVL\DQJELVD
GLSLFXROHK
a. Deteksi gerakan.
b. Jadwal yang telah di konfigurasi.
c. Posisi PTZ.
d. Penyimpanan lokal penuh.
 5HVSRQXQWXNSHPLFXPHOLSXWL
a. Pemberitahuan, menggunakan TCP, SMTP atau HTTP.
b. Upload gambar, menggunakan FTP, SMTP atau HTTP.
c. Panggilan Preset yang telah di konfigurasi.
d. Merekam ke penyimpanan local
 .DPHUD PHPSXQ\DL IXQJVL
,QWHOOLJHQW 'HIRJ
 GL PDQD SHQJJXQD GDSDW
PHQJNRQILJXUDVL PRGXV DNDQ WHUXV DNWLI DWDX DNWLI VHFDUD RWRPDWLV NHWLND
YLGHR DQDO\WLFV GDODP NDPHUD PHQGHWHNVL NDEXW  FDKD\D PHQDPEDK NH
JDPEDUYLGHR

* '8.81*$135272.2/
1. Kamera harus mampu mendukung untuk setidaknya IP, HTTP, HTTPS,
SSL / TLS, TCP, ICMP, RTSP, RTP, UDP, IGMP, RTCP, SMTP, FTP,
DHCP, UPnP , ARP, DNS, DynDNS, Dropbox, SOAP dan CHAP.
2. Implementasi SMTP harus mencakup dukungan untuk otentikasi SMTP.

+ 78/,6$1
Kamera harus:
 0HQ\HGLDNDQWHNVSDGDOD\DUGHQJDQGXNXQJDQXQWXNWDQJJDO ZDNWXGDQ
WHNVSHODQJJDQ\DQJVSHVLILNSRVLVL37=VDDWLQLQDPDNDPHUD
 8QWXN PHPDVWLNDQ DNXUDVL NDPHUD DNDQ PHQHULPD VLQNURQLVDVL ZDNWX
HNVWHUQDOGDULVHUYHU173 1HWZRUN7LPH3URWRFRO 
 0HPSXQ\DLQNHPDPSXDQXQWXNPHQHUDSNDQPDVNHUSULYDVLXQWXNJDPEDU

, .($0$1$1
Kamera harus:
 0HQGXNXQJ SHQJJXQDDQ +7736 GDQ 66/  7/6 PHQ\HGLDNDQ NHPDPSXDQ
XQWXN PHQJHQNULSVL GDQ RWHQWLNDVL DPDQ GDQ NRPXQLNDVL EDLN GDWD
DGPLQLVWUDVLGDQYLGHRVWUHDP
 0HPEHULNDQ GXNXQJDQ XQWXN PHPEDWDVL DNVHV NH DODPDW ,3 \DQJ WHODK
GLWHWDSNDQVDMD\DQJGLVHEXWDODPDW,3ILOWHULQJ
 0HPEDWDVL DNVHV NH ZHE VHUYHU EXLOWLQ GHQJDQ XVHUQDPH GDQ SDVVZRUG
SDGDWLJDWLQJNDW\DQJEHUEHGD
 0HQGXNXQJRWHQWLILNDVL,(((;

- '8.81*$1$3,
 .DPHUD KDUXV GLGXNXQJ VHSHQXKQ\D ROHK $3, WHUEXND GDQ GLWHUELWNDQ
3URJUDPPHU$SSOLFDWLRQ,QWHUIDFH \DQJDNDQPHPEHULNDQLQIRUPDVL\DQJ
GLSHUOXNDQXQWXNLQWHJUDVLIXQJVLRQDOLWDVNHDSOLNDVLSLKDNNHWLJD
 .DPHUD KDUXV VHVXDL GHQJDQ VWDQGDU MDULQJDQ YLGHR VHSHUWL \DQJ
GLGHILQLVLNDQROHKRUJDQLVDVL219,)

. ,167$//$6,'$13(0(/,+$5$$1
Kamera harus:
 'LVHUWDNDQ GHQJDQ SHUDQJNDW OXQDN PDQDMHPHQ EHUEDVLV :LQGRZV \DQJ
PHPXQJNLQNDQ SHQXJDVDQ GDUL DODPDW ,3 XSJUDGH ILUPZDUH GDQ EDFNXS
NRQILJXUDVL.DPHUD
 0HQGXNXQJ SHQJJXQDDQ DODW PDQDMHPHQ EHUEDVLV 6103 PHQXUXW 6103 Y
F 0,%,,
 0HPXQJNLQNDQ XSGDWH SHUDQJNDW OXQDN ILUPZDUH  PHODOXL MDULQJDQ
PHQJJXQDNDQ)73DWDX+773
 0HPEHULNDQ NHPDPSXDQ \DQJ GDSDW GLJXQDNDQ VHEDJDL FRXQWHU SL[HO
PHQJLGHQWLILNDVLXNXUDQREMHNGDODPMXPODKSL[HO
 6HPXDSHQJDWXUDQDNDQGLVLPSDQGDODPPHPRULQRQYRODWLOHGDQWLGDNDNDQ
KLODQJVHODPDNDPHUDUHVWDUWDWDXVRIWUHVHW

/ /2*3(1**81$
Kamera harus:
 0HQ\HGLDNDQ ILOH ORJ \DQJ EHULVL LQIRUPDVL WHQWDQJ NRQHNVL WHUEDUX GDQ
DNVHV XSD\D VHMDN PHUHVWDUW XQLW )LOH KDUXV PHQFDNXS LQIRUPDVL WHQWDQJ
DODPDW,3PHQJKXEXQJNDQGDQZDNWXPHQJKXEXQJNDQ
 0HQ\HGLDNDQ GDIWDU NRQHNVL GDUL VHPXD YLHZHU VDDW WHUKXEXQJ GHQJDQ
NDPHUD )LOH KDUXV PHQFDNXS LQIRUPDVL WHQWDQJ FDUD PHQ\DPEXQJNDQ
DODPDW,3ZDNWXPHQJKXEXQJNDQGDQMHQLVDOLUDQGLDNVHV

0 ',$*1267,..$0(5$
Kamera harus:
 'LOHQJNDSL GHQJDQ /(' PDPSX PHPEHULNDQ LQIRUPDVL VWDWXV WHUOLKDW /('
DNDQ PHQXQMXNNDQ VWDWXV RSHUDVLRQDO NDPHUD GDQ PHPEHULNDQ LQIRUPDVL
WHQWDQJNHNXDWDQNRPXQLNDVLGHQJDQSHQHULPDVWDWXVMDULQJDQGDQVWDWXV
NDPHUD
 'LSDQWDX ROHK IXQJVL :DWFKGRJ \DQJ DNDQ VHFDUD RWRPDWLV NHPEDOL
PHPXODLSURVHVDWDXUHVWDUWXQLWMLNDNHUXVDNDQ\DQJWHUGHWHNVL

1 .21(.6,-$5,1*$1
Kamera harus :
Kamera harus dilengkapi dengan satu 100BASE-TX Fast Ethernet port,
menggunakan standar RJ-45 socket dan akan mendukung negosiasi auto
kecepatan jaringan (100 MBit / s dan 10 Mbit / s) dan modus transfer (full
duplex dan half duplex) .

2 3(5/,1'81*$1
Kamera harus :
1. Didesain untuk penggunaan outdoor.
2. Diproduksi dengan bahan metal.
3. IP66-rating.
4. Cover transparan atau cover gelap.

3 32:(5
Kamera harus :
1. Power over Ethernet sesuai dengan IEEE 802.3af.

 .HWHQWXDQ7HNQLV+RXVLQJ.DPHUD
Jenis outdoor dan indoor untuk kamera dengan variasi lensa termasuk zoom
lens. Khusus untuk outdoor tahan terhadap matahari dan air.

 .HWHQWXDQ7HNQLV0RQLWRULQJ%UDFNHW
Jenis outdoor dan indoor,
 .HWHQWXDQ7HNQLV,QVWDODVL
01. Persyaratan Pengerjaan
a) Kabel instalasi yang digunakan harus dari produk unit yang terpilih
dengan type cabel data terbaik.
b) Semua kabel instalasi harus dimasukkan ke dalam conduit/sparing yang
sesuai (minimal 3/4").
c) Semua instalasi harus dilengkapi dengan kabel supervisi atau harus
memenuhi instalasi CCTV system.
d) Hal ini harus diperhatikan dalam pemilihan jumlah kabel untuk setiap
titik instalasi.

02. Instalasi Penunjang


Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti konduit, sparing,
dan lain lain sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi daya
listrik.

 .HWHQWXDQ7HNQLV3LSD3HOLQGXQJ
01. Pemborong wajib mempergunakan pipa pelindung kabel bagi semua
kabel yang diameternya berukuran lebih kecil dari 20mm, dimana
diameter dalam dari pipa pelindung kabel tidak kurang dari 150%
diameter luar kabel.

02. Apabila dipergunakan kabel berinti tunggal maka luas penampang


dalam pipa pelindung harus tidak kurang dari 250% jumlah luas
penampang kabel yang akan dipasang.

03. Apabila tidak ditentukan lain, maka Pemborong wajib memakai pipa
pelindung kabel yang terbuat dari bahan PVC khusus SUPER HIGH
IMPACT HEAVY GAUGE khusus untuk pemakaian dalam bangunan
sesuai dengan Standar BSI.

04. Pipa pelindung kabel yang dipergunakan harus tidak mempunyai sifat
sebagai berikut:
a. Tidak mudah terbakar,
b. Tidak merambatkan api,
c. Dapat memadamkan api dengan sendirinya,
d. Tidak mengeluarkan gas beracun bila terbakar,
e. Dan ketentuan ketentuan lainnya sesuai dengan persyaratan
International.
05. Pemborong wajib mempergunakan kotak percabangan yang sesuai
dengan kebutuhan dan tipe pemasangannya serta disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.

06. Pemborong wajib mempergunakan alat bantu pemipaan yang sesuai


dengan kegunaannya dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

07. Peralatan bantu untuk pipa pelindung diatur sebagai berikut:


a. Pada setiap jarak 6 meter harus diberikan sambungan tipe
EXPANSION COUPLING,
b. Tipe klem pipa harus sesuai untuk pemakaian jenis sambungan
yang dimaksud, dimana pipa tidak berhubungan langsung dengan
tempat kedudukannya,
c. Lem yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan dari pabrik
pembuat pipa dan bersifat FIRE RETARDANT.
d. Pada setiap 4 belokan arah jalur kabel, harus diberikan kotak
percabangan.
08. Dalam pemasangan kabel keperalatan utama, Pemborong wajib
mempergunakan pelindung yang bersifat fleksibel dilengkapi dengan
semua peralatan bantunya.

7.0. PERSYARATAN PELAKSANAAN


 ,QVWDODVL,3&DPHUD
Yang dimaksud dengan intalasi IP Camera adalah instalasi IP Camera secara
lengkap dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Semua kamera IP bermuara ke sebuah Komputer yang berfungsi sebagai
server untuk mengontrol Proses perekaman data dari kamera.
b. Dari Komputer Server disambungkanpada TV monitor.
c. Ruang lingkup instalasi IP Camera
 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi IP Camera lengkap
dengan peralatan-peralatan yang diperlukan termasuk Switching,
Video Wall di ruang monitor, TV Monitor dan Komputer PC sehingga
system bisa berfungsi dengan baik sesuai dengan perencanaan.
 Menyelesaikan seluruh perijinan /sertifikat yang diperlukan sehingga
dapat menjamin kelancaran pekerjaan hingga dilakukan serah terima
pekerjaan.
 Melaksanakan pengujian terhadap instalasi dengan disaksikan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi yang akan menyatakan bahwa
instalasi berfungsi dengan baik dan dapat diterima.
 Melaksanakan pemeliharaan sistem (garansi) sekurang-
kurangnya selama 12(duabelas) bulan, termasuk penyediaan suku
cadangannya.

 3HUV\DUDWDQ8PXP3HODNVDQDDQ
1. Instalasi IP Camera seluruhnya harus dikerjakan oleh teknisi yang sudah
berpengalaman mengerjakan pekerjaan instalasi data.Yang dibuktikan
dengan pengalaman pekerjaan.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana, bilamana dirasa perlu
ada dapat diusulkan adanya perubahan tanpa pembebanan biaya
tambahan kepada Pemberi Tugas. Perubahan tadidapat dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Kontraktor harus menyerahkan daftar pekerja pelaksana dengan
kualifikasi teknisi serta nama penanggung jawabnya.
4. Dalam waktu 30 hari setelah dinyatakan sebagai pelaksana, Kontraktor
diharuskan untuk menyerahkan daftar bahan yang akan dipasang dengan
katalog,spesifikasi dari pabrik,wiring diagram,dll.

 3HUV\DUDWDQ7HNQLV3HODNVDQDDQ
01. Setiap bahan dan peralatan hendaknya dipasang sesuai dengan
gambar rencana dan atau gambar revisi serta harus disetujui oleh
Manajemen Konstuksi,
02. Kotak Hubung hendaknya dipasang secara mendatar dengan dudukan
dari bahan baja siku 40x40x4 mm atau UNP 5.
03. Apabila tidak ada ketentuan lain, maka Kotak Hubung harus
ditempatkan pada ketinggian 150 cm dari permukaan lantai ruangan
yang bersangkutan.
04. Lokasi yang tepat dari semua bahan dan peralatan akan ditentukan
kemudian dilapangan oleh Manajemen Konstruksi.

05. Pemborong wajib mempergunakan setiap peralatan bantu pipa


pelindung kabel sesuai dengan fungsinya dengan tidak mengadakan
perubahan.

06. Pipa pelindung kabel hendaknya ditempatkan dibagian bawah plat


lantai diatas lantai yang bersangkutan dan diklem pada setiap jarak
yang tidak lebih dari 100 cm. Pemborong wajib memberikan klem
disetiap belokan arah, didekat kotak percabangan dan ditempat lain
yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

07. Pemotongan pipa baik pada pipa pelindung kabel harus dilakukan
dengan memakai alat potong khusus pipa, dimana pada bagian bekas
dilakukan pemotongan harus dibersihkan dengan mempergunakan
REAMER.

08. Bagian persambungan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan


pembersih sesuai dengan yang dianjurkan pabrik pembuat pipa
sebelum diadakan penyambungan. Bagian persambungan harus
sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik pembuatnya.

09. Dalam hal pemasangan pipa, penempatan yang di perkenankan adalah


yang sejajar dengan dinding bangunan baik untuk pemasangan yang
mendatar maupun yang tegak terhadap bidang mendatar. Sudut
belokan yang diperkenankan adalah tegak lurus atau 45 derajat.

10. Dalam hal pemasangan pipa yang tidak dapat di laksanakan secara
sekaligus, maka bagian ujung pipa harus ditutup sementara sesuai
dengan petunjuk Manajemen Konstruksi.

11. Kotak percabangan dari pipa pelindung kabel apabila diperlukan harus
ditempatkan pada plat lantai diatas lantai yang bersangkutan. Kotak
percabangan harus dipasang dengan mempergunakan FISHER 5
sebanyak 2 buah keplat lantai yang bersangkutan.
12. Pemborong tidak diperkenankan mengadakan penyambungan kabel
penghantar, kecuali pada terminal peralatan.
13. Dalam pemasangan kabel penghantar yang ditanam, maka ketentuan
penanaman kabel yang berlaku harus ditaati.

14. Setiap bagian dalam pekerjaan yang terbuat dari bahan baja yang tidak
terlindung harus diberikan lapisan antikarat dengan ZINCHROMATE
buatan ICI sebanyak 2 lapis.

15. Apabila terdapat pemasangan pipa pelindung kabel yang tidak


dipasang pada tembok sejumlah 6 jalur atau lebih Pemborong wajib
memerikan penutup seperti yang diminta oleh Manajemen Konstruksi.

16. Hal hal lainnya mengenai pemasangan bahan dan peralatan akan
ditentukan oleh Manajemen Konstruksi selama periode pelaksanaan
pekerjaan.

 .DEHO,QVWDODVL
1. Pengawatan instalasi kabel power didalam tembok bangunan dilakukan
secara inbouw (tertanam) dengan sparing kabel menggunakan
pipa PVC high impact-heavy gauge yang memenuhi standar Sll atau di
dalam partisi antar ruang.
2. Pengawatan instalasi kabel data/signal gambar dipasang diluar tembok
bangunan dilakukan secara outbouw (ditempel pada tembok) dengan
sparing kabel menggunakan PVC high impact-heavy gauge yang
memenuhi standar Sll.
3. Kabel signal yang digunakan adalah kabel UTP Category 6 diletakan di
dalam conduit PVC heavy/high-impact yang dipasang outbouw pada
dinding atau langit-langit ruangan/selasar.
4. Tidak diperkenankan ada sambungan kabel antara kamera IP CAMERA
sampai ke switching.

5. Kabel instalasi yang digunakan harus dari produk unit yang terpilih
dengan type cabel UTP CAT 5E atau Cat 6 sesuai dengan gambar
peencanaan.
6. Semua kabel instalasi harus dimasukkan ke dalam conduit/sparing yang
sesuai (minimal 3/4").
7. Semua instalasi harus dilengkapi dengan kabel supervisi atau harus
memenuhi instalasi CCTV system.
8. Hal ini harus diperhatikan dalam pemilihan jumlah kabel untuk setiap titik
instalasi.
9. Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti konduit, sparing,
dan lain lain sama dengan persyaratan penunjang untuk instalasi daya
listrik.

 .HWHQWXDQ7HNQLV3HUDODWDQ/DLQQ\D
01. Kotak Hubung yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terbuat dari bahan
plat baja setebal 1,20 mm dan diproses anti karat kemudian dicat dengan
cat bakar. Warna kotak hubung akan ditentukan kemudian. Kotak Hubung
hendaknya dilengkapi dengan kunci yang sama dan Pemborong wajib
menyediakan satu kunci untuk setiap Kotak Hubung.
02. Peralatan terminasi yang akan dipasangkan dalam Kotak Hubung harus
tipe Screw dan untuk terminasi ke peralatan harus tipe jack / soket, kecuali
ditentukan lain oleh Manajemen Konstruksi.

03. Pemborong wajib mempergunakan rak kabel untuk semua kabel yang
ditempatkan didalam pipa pelindung kabel atau pun tidak, bila dipasangkan
secara mendatar dan atau tegak dengan jalur kabel lebih dari enam jalur.

04. Rak kabel harus terbuat dari bahan besi yang diproses dengan Hot Rolled
Meld Steel Sheet yang diproses anti karat dengan sistem hot dip galvanized
pada kedua sisinya dilengkapi dengan penghubung yang terbuat dari bahan
yang sama dengan tinggi 100 mm, tebal 2mm dengan jarak anak tangga
minimal 300 mm

05. Konstruksi rak kabel yang dipergunakan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dibentuk dalam arah lengkung sesuai dengan keperluan di
lapangan.

06. Rak kabel harus dilengkapi dengan penggantung yang dibuat dari bahan
besi siku 40x40x4mm dibagian bawah, tiang penggantung dari bahan besi
beton berukuran diameter 10mm dan kanal baja UNP 10 pada bagian
atasnya. Tiap persambungan pada bagian penggantung ini harus dilengkapi
dengan mur disetiap sisinya.

07. Penggantung rak kabel harus ditempatkan pada setiap jarak yang tidak lebih
dari 200 cm.

08. Pemborong wajib membuat rak kabel selebar kebutuhan dengan


memperhitungkan cara pemasangan kabel yang baik.

09. Apabila ternyata lebar rak kabel yang dibutuhkan lebih dari 75 cm,
Manajemen Konstruksi akan menentukan konstruksinya.

10. Semua bagian baja pada rak kabel harus dilapisi oleh bahan antikarat
berupa Zinchromate buatan ICI sebanyak 2 lapis atau lebih sebelum
dipasang.
11. Pada hubungan sesama kabel kontrol, Pemborong harus memakai
LASDOOP merk 3M.
12. Pada hubungan antara pipa pelindung kabel dengan rak peralatan utama
dan kotak hubung, Pemborong wajib mempergunakan Cable Gland yang
sesuai dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

8.0. PENGETESAN & COMMISSIONING
 .HWHQWXDQ8PXP3HQJXMLDQ+DVLO3HNHUMDDQ

01. Pemborong wajib melaksanakan pengujian baik untuk setiap bagian dari
sistem maupun untuk sistem secara keseluruhan sesuai dengan
permintaan Manajemen Konstruksi.

02. Pemborong wajib memberitahukan rencana pengujian kepada


Manajemen Konstruksi. Pengujian yang tidak dihadiri oleh Manajemen
Konstruksi dan wakil dari Pemberi Tugas dinilai tidak sah dan harus
diulang.

03. Pengujian hasil pelaksanaan terutama ditujukan untuk memeriksa hal


hal sebagai berikut:
a. Kuat penerimaan sinyal dari kamera CCTV sampai dengan Centrail
System.
b. Operasi peralatan secara keseluruhan,
c. Lain-lain yang akan ditentukan oleh Manajemen Konstruksi.

04. Apabila ditemukan adanya ketidakberesan dalam pemasangan, maka


Manajemen Konstruksi berhak untuk menolak adanya penyerahan
pekerjaan kepada Pemberi Tugas.

05. Penyerahan pekerjaan kepada Pemberi Tugas hanya dapat


dilaksanakan setelah hasil pengujian dinyatakan dapat diterima baik
oleh Manajemen Konstruksi maupun oleh Pemberi Tugas, dimana
semua kewajiban Pemborong telah diselesaikan secara keseluruhan.

 .HWHQWXDQ.KXVXV3HQJXMLDQ+DVLO3HNHUMDDQ

1. Pengetesan dilakukan setelah selesainya pemasangan dari seluruh


perlengkapan instalasi CCTV harus dalam kondisi baik dan bebas cacat.
2. Bagian-bagian yang rusak harus diganti oleh Pemborong atas biaya
Pemborong.
3. Mengadakan perbaikan lain terhadap kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan kecerobohan para pekerja, baik untuk pekerjaan CCTV
maupun pekerjaan lain yang mengalami kerusakan.
4. Pengetesan dan pemeriksaan instalasi CCTV yang terpasang.
5. Setelah terpasang sistem yang baik, wiring instalasi yang telah sesuai,
maka pemeriksaan dan pengetesan harus dilakukan apakah sistem
sudah bekerja dengan baik dan benar.
6. Pemborong harus melakukan semua pengetesan seperti yang
dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap
sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Semua tenaga,
bahan dan perlengkapan yang perlu untuk pengetesan tersebut,
merupakan tanggung jawab Pemborong.
7. Peralatan, bahan dan pengerjaan yang tidak baik, rusak ataupun cacat
harus diganti dan diperbaiki oleh Pemborong untuk dicoba (di-tes) dan
didemonstrasikan kembali.

9.0. REFERENSI PRODUK


Berikut di bawah ini adalah referensi produk yang dikehendaki dalam spesifikasi ini:
1. Merk Peralatan Utama, Camera : Panasonic, SONY, Avigilon


SPESIFIKASI TEKNIS

17.3

SISTEM IPTV

1.0. KETENTUAN UMUM


1.1. Pekerjaan sistem IPTV meliputi kegiatan pengadaan, pemasangan termasuk
instalasinya, testing and commissioning dan perawatan selama masa pemeliharaan.
1.2. Penyedia jasa / pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dijelaskan baik dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar rencana,
dimana peralatan/perangkat sistem yang digunakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi
yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban penyedia jasa untuk
mengganti peralatan/perangkat tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada
pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN


Yang tercakup dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, dan pengoperasian semua system IPTV seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Lingkup utama pekerjaan sistem IPTV ini adalah melaksanakan pengadaan dan
pemasangan system IPTV, seperti tertera dalam gambar teknis. Sistem IPTV dapat
mendukung siaran Televisi minimal dengan kualitas gambar HD 1080.

3.0. URAIAN LINGKUP PEKERJAAN


3.1. Pada intinya pengadaan dan pemasangan outlet TV, headend IPTV, STB, kabel tray
/ rack dan pembumian sesuai dengan gambar perencana.
3.2. Pengadaan dan pemasangan antenna parabola untuk 3 satelit, sedangkan untuk
antenna TV untuk 3 arah yang berbeda.
3.3. Pengadaan, pemasangan/instalasi dan pengujian seluruh perangkat IPTV di Head
End, yaitu perangkat IP Encoder DVB-S Modulator (Satelit), Encoder DVB-T
Modulator (Teresterial), Server IPTV management system (IMS), Switched Layer 3,
Server media/file sharing, server digital signage, PC Workstation digital signage
player, PC Workstation digital signage designer, grounding system, UPS dan Rack
19” pemasangan dan integrasi seluruh perangkat sebelum didistribusikan.
3.4. Pengadaan, instalasi, konfigurasi dan pengujian software middleware IPTV
management system (IMS) dan software digital signage (DSS). Didalamnya
termasuk pembuatan channel untuk semua konten yang didapat dan meregistrasi
seluruh STB yang akan digunakan.
3.5. Pengadaan dan pemasangan instalasi IPTV di seluruh lantai meliputi pengadaan,
pemasangan dan instalasi STB (Set Top Box) dan interkoneksi STB ke jaringan data
local (LAN). STB terkoneksi dengan LCD/LED TV di tiap lantai.
3.6. Pengadaan, instalasi dan pengujian perangkat TV (LED/LCD TV)
3.7. Melakukan testing dan commissioning (lihat di Persyaratan Umum).
3.8. Melaksanakan training, dan menyerahkan buku manual (lihat Persyaratan Umum)

4.0. DESKRIPSI SISTEM


Seiring perkembangan teknologi, sistem TV telah berubah dari sistem analog
menjadi sistem digital berbasis IP (internet Protokol). Sistem IPTV adalah suatu
sistem penyaluran siaran TV yang mampu menerima berbagai sumber siaran bagi
analog maupun digital dan menampilkan dalam bentuk video streaming yang
terkodekan secara digital (encoded) sebagai rangkaian paket Internet Protocol.
Dengan mengubah siaran TV menjadi berbasis IP maka Layanan TV bukan sekedar
untuk acara hiburan seperti program-program TV yang sifatnya satu arah tapi bisa
menjadi media yang efektif untuk berinterkasi dengan pasien/pengunjung.
Diharapkan dengan Sistem TV yang berbasis IP dapat mengadaptasi teknologi
televisi hingga 5 (lima) tahun mendatang.
Sistem IPTV yang dibangun harus memberi manfaat dan mempunyai kualitas
sebagai berikut :
Ͳ Semua sistem merupakan IP base dapat support multicast dan unicast mode
untuk transfer HD TV ke seluruh ruangan yang memerukan keberadaan IPTV
Ͳ Kualitas gambar yang superior (dikombinasikan dengan screen berkualitas
Full HD seperti TV LED )
Ͳ Format widescreen
Ͳ Subtitle
Ͳ Informasi program (EPG)
Ͳ Kemudahan mengatur jadwal tontonan dan fitur perekaman
Ͳ Mengurangi biaya jaringan karena hanya memelihara satu jaringan IP , tidak
perlu memelihara jaringan koaksial.

Gambar Skema Sistem IPTV


Gelombang signal dari pemancar TV baik yang diterima oleh Parabola Antena
maupun oleh terrestrial VHF/UHF antenna di-dikonversi oleh DVB/S/T/C IP Encoder
menjadi paket IP. Apabila terdapat konten lokal dari Media Player dapat
menggunakan IP Encoder HDMI Input. Keluaran DVB/S/T/C IP Encoder dan IP
Encoder HDMI akan digabungkan ke LAN dan distribusikan ke IPTV STB baik
menggunakan sistem Wireless maupun kabel.
Standar yang digunakan untuk IPTV ini adalah :
• Multicast : UDP dan RTP
• Video Compression : H264
• Service Providing Streaming : IGMP v2 dan IGMP v3

Persyaratan utama dari sistem IPTV yang dibangun adalah :


Ͳ Sistem menyediakan akses ke berbagai file video dan music yang ada di
server lokal maupun server penyedia konten internet seperti youtube,
sehingga pengguna bisa menikmati tayangan video dan musik bukan hanya
dari Live TV lewat antena tetapi dari file yang tersimpan di server.
Ͳ Terintegrasi dengan sistem digital signage yang bisa membuat channel TV
khusus (lokal). Channel TV yang dibuat harus bisa menyediakan informasi
cuaca, Informasi kurs mata uang, informasi nomor-nomor telpon penting
secara real time dimana sumber datanya berasal dari internet sekaligus juga
menampilkan pesan/informasi dari pihak Bandara secara real time dan bisa
dijadwalkan.
Ͳ Pengguna dapat secara langsung mengakses internet (browsing) dari
perangkat Set Top Box (STB) yang terkoneksi dengan TV tanpa bantuan
perangkat komputer tambahan.
Ͳ Sistem IPTV harus mendukung konten televisi multi operator dalam arti
system ini tidak hanya tergantung dari satu operator tv berbayar.

5.0. SPESIFIKASI SISTEM


5.1. Ketentuan teknis umum
• Sistem IPTV harus mempunyai sistem redundancy
• Sistem IPTV harus dapat memonitoring kondisi STB (Mati, Off, atau kondisi
lainnya)
• Sistem IPTV dapat mengirimkan informasi (push informasi) dari headend ke
setiap STB
• STB harus hemat energy
• Logo STB dapat diubah sesuai dengan permintaan
• STB dapat menjalankan konten non streaming/lokal

5.2. Ketentuan Bahan dan Peralatan


Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut :

a. Antena Parabola + Kabel


Parabola 6 Feet Aluminium Alloy
LNB Dual Polarisasi
Tiang Antena 2,5 Inc + Pondasi Cor Beton
Material Galvanized
Panel (Sector Devided) 6
Aperture Diameter 180 cm / 6 feet
C- Band Gain @4 GHz 35,89 dB
F/D ratio 0,38
Focus Length 68,4 cm
Mounting Type Pole Mount
Elevation Alignment 0---600/0—900
Azimuth Alignment 0---3600
Ambient Temperature -40 to + 60
Relative Humidity 0---100%
Survival Wind 180 km/h
Kabel Kabel coaxial RG 6 + Connector + Conduit

b. UAntena Terestrial + Kabel


Antenna UHF
Tiang Antena Pondasi Cor Beton
Kabel coaxial RG 6 + Connector + Conduit

c. UIP Encoder DVB S2/S

Fitur utama • Memiliki 8 x Tuners Input, mendukung input


DVB-S2/S
• Mendukung DVB-S2 Input Stream Identifier
• Memiliki 1xchannel full duplex TS over IP
,9xchannels MPTS IP out tanpa IP input atau
128xchannels SPTS IP out tanpa IP input
• Memiliki Remote Control dan Supervision by
SNMP v2, HTTP WEB and Proprietary HDMS
software
• On Site software update melalui IP or USB
• RSSI, received signal strength, Eb/N0, C/N
and BER monitoring

Input Tuner • Tipe konektor : 8×F type female 75ȍ untuk


Input
• Jangkauan frekuensi input : 950 ~ 2150MHz
• Input Level -25 ~ -65dBm
• Symbol Rate 2 ~ 45Mbaud
• LNB Polarity Selection Voltage : 0, 13V, 18V
selectable
• LNB Band Selection Tone : 0/22KHz
selectable
• Satellite Selection Command : DiSEqC 1.0

TS Processing & TS • TS Input Management : Demux and Remux

Over IP among IP Input


• Service and PID Management : Service and
PID level for Remux
• PSI/SI : PSI/SI table regeneration, NIT and
SDT edition, LCN Edition and Re-generation
• BISS : Mode BISS-1, BISS-E
• Connector Type 1×RJ-45, 100/1000 Base-T
• Protocol UDP/RTP, Multicast/Unicast,
IGMPv3, ARP
Control & Monitoring • Connector Type 1×RJ-45, 10/100 Base-T,
untuk mengontrol IP Perangkat
• Remote control : SNMP, HTTP (Web
Interface), Proprietary HDMS (Headend
Device Management System)
• Serial Port 1×RS-232 D-sub female, hanya
untuk keperluan ‘debug’
• Koneksi untuk keperluan Upgrade perangkat
melalui : USB,WEB http and FTP

d. UIP Encoder DVB T/T2

Fitur utama • Memiliki 8 x Tuners Input, mendukung input


DVB-T/T2
• Mendukung DVB-T2 Multi PLP
• Memiliki 1xchannel full duplex TS over IP
,9xchannels MPTS IP out tanpa IP input atau
128xchannels SPTS IP out tanpa IP input
• Memiliki Remote Control dan Supervision by
SNMP v2, HTTP WEB and Proprietary HDMS
software
• On Site software update melalui IP or USB
• RSSI, received signal strength, Eb/N0, C/N
and BER monitoring

Input Tuner • Tipe konektor : 8×F type female 75ȍ untuk


Input
• Jangkauan frekuensi input : 104 ~ 862MHz
(VHF/UHF)
• Input Level: -20 ~ -70dBm
• Constellation : DVB-T Æ QPSK, 16QAM,
64QAM ; DVB T2 Æ QPSK, 16QAM, 64QAM,
256QAM
• Bandwidth : 6MHz, 7MHz, 8MHz
• Input Return Loss : 7dB (typ.)

TS Processing & TS • TS Input Management : Demux and Remux


among IP Input
Over IP • Service and PID Management : Service and
PID level for Remux
• PSI/SI : PSI/SI table regeneration, NIT and
SDT edition, LCN Edition and Re-generation
• BISS : Mode BISS-1, BISS-E
• Connector Type 1×RJ-45, 100/1000 Base-T
• Protocol UDP/RTP, Multicast/Unicast,
IGMPv3, ARP

Control & Monitoring • Connector Type 1×RJ-45, 10/100 Base-T,


untuk mengontrol IP Perangkat
• Remote control : SNMP, HTTP (Web
Interface), Proprietary HDMS (Headend
Device Management System)
• Serial Port 1×RS-232 D-sub female, hanya
untuk keperluan ‘debug’
• Koneksi untuk keperluan Upgrade perangkat
melalui : USB,WEB http and FTP

e. UIP Encoder HDMI

Fitur Utama • Mendukung 8 HDMI channels input & 1


ASI Input
• Mendukung H.264/AVC high profile level
4.0 video encoding
• Mendukung MPEG1 Layer 2 (HE-AAC (V2)
or LC-AAC optional) audio encoding
• Mendukung PSI/SI editing and inserting
• Mendukung VBR or CBR video bitrate
mode
• Mendukung 720P, 1080I, 1080P HD video
format
• Mendukung ASI output MPTS or 8 SPTS
• Mendukung IP Output MPTS and 8 SPTS
• Mendukung IP null packet filter
• Mendukung PID filter and transparent
transport
• Real-time output bit-rate monitoring
• Update device melalui port NMS
• Mendukung LCD / keyboard operating, and
network management (SNMP)
Input, Video dan Audio • Input : 8 HDMI ; 1 ASI; BNC interface
• Video Encoding : MPEG-4 AVC/H.264 high
profile level 4.0
• Video Bit rate : 0.8Mbps~19Mbps (setiap
channel)
• Video Rate control : CBR/VBR
• Audio Encoding : MPEG-1 Layer II, HE-
AAC (V2), LC-AAC
• Audio sampling rate : 48 KHz
• Audio Resolution : 24 bit
• Audio bit rate : 64Kbps~384Kbps setiap
channel

Multiplexing & Stram • Multiplexing : 1 ASI input multiplexed with


local 8 channels of TS
output • Stream output : MPTS and 8 SPTS over
UDP, 1000 Base-T Ethernet interface
(UDP unicast / multicast)

f. UIMS Server
Ukuran 1U
UProsesor Intel Xeon quad core
URAM 8GB DDR 4 DIMM
UHDD 500GB SATA
EthernetU Port 2x 1GB

g. UFile/Media Server
Ukuran 1U
UProsesor Intel Xeon quad core
URAM 8GB DDR 4 DIMM
UHDD 500GB SATA
EthernetU Port 2x 1GB

h. UServer Signage Distribution


Ukuran 1U
UProsesor Intel Xeon quad core
URAM 8GB DDR 4 DIMM
UHDD 500GB SATA
EthernetU Port 2x 1GB

i. UPC Workstation Digital Signage Player


UProsesor Intel core i5
URAM 8GB DDR 3
UHDD 256GB SSD
EthernetU Port 1x 1GB

j. PC Workstation Digital Signage Designer


UProsesor Intel core i5
URAM 8GB DDR 3
UHDD 1TB SSD
EthernetU Port 1x 1GB

k. USwitch
UPort 24-port 10/100/1000Mbps
ULayer Layer 3 Switch
Manage Switch
Support Multicast

l. USet Top Box (STB)

Fitur Utama • Memiliki performa Host CPU yang tinggi


(1200DMIPS )͒
• Memiliki performa RAM yang cepat dan
mendukung DDR3͒
• Dual H264 HD decoding͒
• 3DTV decoding dan display kompatibel
dengan HDMI1.4b
• Konsumsi daya yang rendah pada kondisi
standby
• Memiliki fitur Wake on HDMI CEC, IR/UHF
RC input
• HDMI 1.4
• USB 2.0
• RJ45 (Ethernet 10/100BaseTX)
• 3,5 mm jack suitable for SCART or RCA
adapter
• WiFi client embedded - 802.11b/g/n, up to
300mbps (2T2R)
• External IR input
• Mendukung video FullHD (1080i) dan
audio digital crystal clear
• Mendukung Interactive TV - Multicast TV,
Electronic Program Guide, VOD, Mozaic
• Mendukung PVR and Network PVR
• Terintegrasi dengan mayoritas sistem DRM
• Memiliki fitur Segment streaming dan
buffering untuk pengiriman OTT delivery
walaupun pada kondisi jaringan kecepatan
rendah
• Hardware generated Picture-in-Picture
• Mampunyai fitur Intelligent low power
consumption management
CAS / SCRAMBLING / • Verimatrix
• Key Rider
DRM • Securemedia

Video • MPEG-2
• H.264 (AVC)
• VC-1 (WMV9)
• MPEG-4 part 2 (DivX, XviD)
• Flash (VP6, Sorenson)
Audio • MPEG-1 (layer I/II)
• MP3
• Dolby Digital (AC-3)
• AAC (HE-AAC v2 Pro le)
• FLAC
• Vorbis
Streaming • MPEG-2 transport stream
• Multicast atau Unicast
• TS over UDP
• TS over RTP
• HTTP streaming
• RTSP (with trick play support) untuk VoD
• Teletext and subtitles
• IGMP v2 & v3
• HLS
Software integration • Minimal Operating system Linux 2.6
• Copy Protection HDCP v 1.2 (optional),
Ekioh (SVG), Webkit (HTML5)

m. UMonitor/TV Display + Braket


UType ULED Monitor Industrial Display
UDimensi U42 inch
UInput UHDMI, VGA, Composite, Coaxial dll

n. USoftware Middleware IPTV Management System (IMS)


Fitur utama • Mampu mengelola paket channel dan
channel yang serderhana dengan mudah
dan cepat
• Memiliki kontrol penuh jarak jauh (remote)
terhadap Set Top Box seperti fungsi
reboot,shutdown dan kirim pesan
(meskipun melalui internet publik)
• Proses update firmware STB secara jarak
jauh (remote) dan otomatis͒
• Mempunyai fitur tata kelola database
dengan EPG (Electronic Programme
Guide) dan fitur seamless EPG content
import
• Mampu merubah logo booting dan latar
belakang/backgorund STB
• STB management dan user database͒
• Mampu menampilkan data statistik (users,
channels, time,...)͒
• Mendukung komunikasi lewat SNMP ͒
• Punya fitur Instant messaging ke semua
perangkat STB yang terkoneksi͒
• Mempunyai sistem tambahan/optional
untuk mengelola VOD (Video On Demand)

STB Administration • Mampu menambahkan dan memvalidasi


paket channel ke STB yang dipilih
• Mampu mengontrol embeded switch yang
ada di STB
• Dapat menambahkan STB yang dipilih ke
dalam group STB. Setiap STB dapat
ditambahkan ke spesifik group. Setiap
group STB dapat dikontrol secara
bersamaan sehingga petugas admin tidak
perlu merubah konfigurasi/setting ke setiap
STB secara terpisah.
• Mempunyai daftar tombol command
sehingga pengontrolan STB dapat
dilakukan jarak jauh (remote).
• Dapat menampilkan daftar aktivitas dari
setiap STB, petugas admin dapat melihat
apa saja yang dilihat user sebelum
terjadinya error
Channels management • Petugas admin dapat memfilter channel
yang diinginkan berdasarkan banyak
kategori secara mudah dan cepat
• Transmisi channel TV dapat
dibagi/dikategorikan berdasarkan jenis
media seperti TV, radio, camera, dll
• Mampu melihat setiap channel terasosiasi
dengan spesifik receiver (DVB S2/S & DVB
T/T2)
EPG management • Mempunyai modul untuk import database
dari berbagai bentuk (XML, TV data
format) sehingga bisa dijadikan EPG
• Mendukung info channel berupa judul,
genre, deskripsi panjang, waktu dan
gambadr dari video/film.
• Sistem secara otomatis men-download
data baru dan cek konsistensi data
Hybrid multicast + • Sistem dapat secara otomatis mengenali
OTT operation STB yang terkoneksi dengan jaringan lokal
maupun internet.
• Setiap channel dapat dikonfigurasi dengan
2 skenario pengiriman/streaming yaitu
dengan OTT ataupun jaringan multicast
Statistik aktivitas • Statistik penggunaan IPT secara detail
pengguna/user • Channels, programmes, box, PAL/NTSC,
PIP, aspect ratio, resolution, restarts, FW
versions, dll

o. Software Digital Signage

Fitur Utama • Software dalam sistem digital signage


memiliki minimal komponen sebagai
berikut :
Ͳ Sistem desain , sehingga memudahkan
dalam pembuatan desain layout secara
cepat
Ͳ Sistem player, adalah aplikasi yang
akan menampilkan konten digital
signage
Ͳ Sistem update/sinkronisasi konten
Ͳ Sistem manajemen konten
Ͳ Sistem manajemen klien/user
• Mempunyai input live broadcast, sehingga
memungkinkan konten digital live
broadcast seperti TV, Satelit bahkan dari
video streaming internet dapat dipadukan
dengan konten digital signage yang lain
• Mempunyai kemampuan membaca sumber
data dari sistem lain seperti : webpage,
RSS dan Database , contohnya: ASA
DBLib 7.0, 8.0, 9.0, Firebird 1.0, 1.5, 2.0
(Embedded 1.5, 2.0) ,IBM DB2, Interbase
5+, 6+, Microsoft ADO, Microsoft SQL 7+,
MySQL 3.20+, 4.x, 5x , Embedded 4.x,
5.x), Oracle 9i, PostgreSQL 6.5, 7.x, 8.x,
SQLite 2.8, 3, Sybase ASE 12.5
• Memiliki fitur membuat multi/gabungan
screen yang tersinkronisasi secara
software sehingga bisa membuat berbagai
bentuk gabungan screen tanpa batas.
Desainer bisa membuat desain tanpa
dibatasi dengan bentuk kotak dari screen
dan resolusi masing-masing screen tetap
dapat dijaga Full HD berapapun gabungan
screen yang dibuat.
• Memiliki fitur sinkronisasi konten. Artinya
konten baik berupa text, gambar atau video
di berbagai layar yang berbeda bisa kita
samakan waktu penayangannya sehingga
kelihatan sinkron pergerakan gambarnya
• Fleksibel dalam instalasi Multiple screen &
resolution baik di pc maupun android
• Pada fitur multi screen mempunyai
kemampuan interaktif secara touch screen
• Tidak ada limitasi zone dan punya
kemampuan layering untuk konten dan
kanal
• Mempunyai penjadwalan multi level yang
memungkinkan playback kontisional dari
konten tanpa batas. Selain itu jadwal
kemunculan konten bisa ditrigger dari input
diluar sistem.
• Dapat membuat konten animasi hanya
melalui konten gambar/image. Jadi
gambar/image bisa kita gerakan di seluruh
area layar.
• Konten dapat langsung dirubah dan
dikeluarkan menjadi konten streaming
berbasis internet tanpa menggunakan
hardware ip streaming.
• Transisi untuk tiap objek dengan pilihan
transisi yang sudah ready (seperti power
point), bukan hanya fade in-fade out.
Mempunyai objek aplikasi power point
yang bisa diimpor sebagai image slide,
video dan scene per slidenya.
• Sistem dapat dikontrol dengan
menggunakan aplikasi berbasis android
• Dapat menampilkan Barcode = QR
Barcode, Data Matrix, cukup dengan
memasukkan linknya saja
• Dalam aplikasi desain template, dapat
memasukkan musik, dan dimainkan
selama objek tersebut berada pada scene
tersebut. Selain itu dapat memasukan
background musik tanpa terpengaruh
konten video/movie atau timeline saat
scene dimainkan
• Dapat terhubung dengan social media
seperti facebook dan twitter
• Dapat membuat customize watch dengan
time zone yang dapat diatur
• Mempunyai fungsi rotasi 3D untuk objek
2D dengan rotasi 360 derajat
• Mendukung konten gambar yaitu : .png,
.psd, .jpg, .jpeg, .tif, .tiff ,.bmp , .gif , .ilbm,
.iff, .pcx, .psp, .pspimage, .tga
• Mendukung konten video yaitu : .mov,
.wmv, .avi(DivX, Xvid), .avi, .mpg,
.mpeg(mpeg1), .mpg, .mpeg(mpeg2),
mp2v, .mp4, .vob,.gif(animated gif) dan
konten flash
• Mendukung konten suara/sound yaitu :
.mp3, .ogg, .wma, .wav, .rif, .riff
6.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
6.1. Standar /Rujukan
1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL – 2011).
2. Standar Pabrik Pembuat.
3. Spesifikasi Teknis 16400 – Distribusi Tegangan Rendah.

6.2. Prosedur Umum


6.2.1. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.
6.2.1.1. Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan, data teknis semua
bahan kepada Konsultan MK untuk dipelajari dan disetujui,
sebelum pengadaan bahan.
6.2.1.2. Kontraktor harus membuat daftar bahan dan peralatan yang akan
digunakan dan menyerahkannya kepada Pengawas Lapangan
untuk disetujui.

6.2.2. Gambar Detail Pelaksanaan.


6.2.2.1. Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan Gambar Detail
Pelaksanaan Sistem IPTV kepada Pengawas Lapangan untuk
diperiksa dan disetujui sebelum melakukan pemesanan barang.
6.2.2.2. Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan minimal 14 hari
sebelum pengadaan bahan sehingga diperoleh cukup waktu untuk
memeriksa, dan tidak ada tambahan waktu bagi Kontraktor bila
mengabaikn hal ini.
6.2.2.3. Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail
yang diperlukan.
6.2.2.4. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan
Gambar Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan
Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus menyampaikannya kepada
Konsultan MK untuk dicarikan jalan keluarnya.
6.2.2.5. Gambar Perencanaan Sistem IPTV hanya menunjukkan tata letak
bahan dan peralatan, jalur kabel dan sambungan-sambungan.
6.2.2.6. Gambar Perencanaan ini harus diikuti dengan seksama.
6.2.2.7. Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan
ruang gerak yang digambarkan dalam Gambar Perencanaan
Arsitektur, Struktur dan Gambar Perencanaan lainnya yang
berkaitan, harus diperiksa.
6.2.2.8. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan
dengan Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang
sama untuk memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang
pada tempat yang telah ditentukan.

6.2.3. Pengiriman dan Penyimpanan.


6.2.3.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan dan harus dalam
keadaan baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi
dengan label, data teknis dan data lain yang diperlukan.
6.2.3.2. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya
pada tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.

6.2.4. Ketidaksesuaian.
6.2.4.1. Konsultan MK berhak menolak setiap bahan yang didatangkan
atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan Gambar
Perencanaan dan/atau Spesifikasi Teknis.
6.2.4.2. Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap
pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari
Pemilik Proyek.
6.2.4.3. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau
berbeda dari yang ditentukan, Kontraktor harus membuat
pernyataan tertulis yang menjelaskan usulan penggantian berikut
alasan penggantian, dengan maksud bila diterima, akan segera
diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor mengabaikan hal diatas,
Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan Gambar Kerja.
6.3. Bahan-Bahan
6.3.1. Umum
6.3.1.1. Semua peralatan dan bahan-bahan harus berasal dari pabrik
pembuat/produk yang telah dikenal luas dan dari kualitas terbaik
seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini.
6.3.1.2. Semua peralatan yang terpilih untuk digunakan harus sesuai untuk
daerah tropis dengan temperatur dan keadaan sekitarnya yang
dapat mencapai 40°C dengan tingkat kelembaban menca ai 100%.
6.3.1.3. Sistem harus didesain untuk beroperasi pada 220V±6%/50Hz,
satu fasa, suplai daya AC.

6.3.2. Perangkat Sistem IPTV.


6.3.2.1. Semua perangkat Sistem IPTV harus dalam keadaan baru,
dilengkapi sertifikat lulus uji pabrik dan petunjuk pemasangan
serta penggunaan dari pabrik pembuatnya, dari Sync Master,
Softel, PBI, atau Antik.
6.3.2.2. Semua perangkat Sistem IPTV harus dilengkapi dengan data-data
berikut:
Ͳ Merek dan nama pabrik,
Ͳ Tipe/model,
Ͳ Frekuensi,
Ͳ Konsumsi Daya
Ͳ Impedansi,
Ͳ Tanggapan Frekuensi,
Ͳ Dimensi
Ͳ Dan data lain yang diperlukan.
6.3.2.3. Perangkat diatas harus memiliki karakteristik sesuai standar dari
pabrik pembuatnya dan sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan
dalam Gambar Perencanaan..
6.3.2.4. Soket TV, Semua soket TV harus sesuai untuk kabel koaksial tipe
75ohm dan dilengkapi dengan tutup muka yang dapat dilepas.
6.3.2.5. Konduit,Konduit untuk kabel-kabel dari pipa uPVC tipe high impact
yang memenuhi standar BS 6099, seperti Ega, Clipsal atau yang
setara, sesuai ketentuan dalam Spesifikasi teknis 16400, dengan
diameter sesuai petunjuk Gambar Kerja.

6.3.3. Pelaksanaan Teknis Pemasangan


6.3.3.1. Peralatan. Dalam melakukan pemasangan sistem harus
memenuhi persyaratan prosedur sebagai berikut :
Ͳ Pemasangan antena parabola dan antena terestrial harus
dilokasi yang cukup aman dan mudah dalam pemeliharaan.
Ͳ IPTV Headend di tempati di Equipment Room dekat Perangkat
Utama
Ͳ IPTV Headend di backup dengan UPS dengan 10 menit
backup time
Ͳ Penempatan channel receiver, amplifier (booster) harus
disesuaikan dengan losses yang ada dan level input ke TV set
yang diharuskan yaitu antara 65 - 75 dB.
Ͳ Pemasangan kabel antena harus mempunyai jarak yang
cukup aman dari pengaruh interferensi instalasi listrik (yang
memerlukan supply 220 VAC 50 Hz) terutama diatas plafond
(ceiling).
Ͳ Kondisi headend sebagai lokasi perangkat IPTV dan server
harus mempunyai listrik yang stabil dan mempunyai UPS
Ͳ Semua jaringan listrik yang terkoneksi dengan perangkat IPTV
dan server harus mempunyai grounding yang baik
Ͳ Pemasangan STB harus sedekat mungkin dengan lokasi TV
Ͳ Semua pekerjaan pengkabelan dan kelengkapannya harus
dilaksanakan sesuai standar dan ketentuan yang ditetapkan
dalam Spesifikasi Teknis 16400.
Ͳ Semua perangkat yang dipasang harus dibumikan dengan
baik.
6.3.3.2. Instalasi Kabel dan Konduit
a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang
Trunking kabel.
b. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertical harus
dipasang pada tangga kabel. Konduit harus diklem ke struktur
bangunan dengan sadle klem.
c. Instalasi yang berada pada plan room menggunakan Steel
Conduit.
6.3.3.3. Kabel Trunking (Kabel Tray) dan Tangga Kabel
a. Kabel tray harus terbuat dari Galvanized finishing dengan
lebar sesuai gambar perencanaan, dimana untuk panjang dari
masing-masing ukuran tersebut disesuaikan dengan gambar
rencana.
b. Kabel tray untuk instalasi sistem IPTV menggunakan kabel
tray yang digunakan oleh instalasi telepon dan data, fire alarm
& sound system.
c. Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton
dengan besi bundar berulir(iron rod diameter 10mm) dengan
jarak antar besi penggantung maksimum 150 cm.
d. Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk kabel tray
harus dibuat sedemikian rupa sehingga kabel sesuai dengan
bending yang diperkenankan.
e. Tangga kabel terbuat dari hot dip Galvanized finishing
dengan lebar sesuai gambar perencanaan, dimana untuk
panjang dari masing-masing ukuran tersebut disesuaikan
dengan gambar rencana.
f. Tangga kabel digunakan untuk keperluan instalasi kabel
feeder sistem elektronik (untuk instalasi : Fire Alarm,
Telephone/Kabel Data, Sound System, Security, CATV dan
BMS)
g. Kabel feeder yang dipasang pada tangga kabel atau cable
ladder harus diklem (diikat) dengan klem-klem kabel
(pengikat/kabel tie).
h. Sebelum dilakukan pemasangan kabel tray, harus
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan instalasi lainnya
misal : VAC, Plumbing dan Listrik).
i. Jarak minimum antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah
30 cm.
j. Tangga kabel dipasang dengan memakai 3 buah dynabolt
berukuran ½” x 2” pada tiap kelipatan maksimum 75 cm.

7.0. PENGUJIAN & COMMISSIOING


7.1. Semua peralatan dalam IPTV sistem ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dimana perusahaan tersebut harus
memberikan surat jaminan atas bekerjanya sistem tersebut setelah ternyata
hasil pengujiannya adalah baik.
7.2. Kontraktor harus menyusun pengujian dan commissioning dengan
menggunakan cara yang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat dan
petunjuk dari Pengawas Lapangan.
7.3. Rencana pengujian dan commisioning harus disetujui Pengawas Lapangan
sebelum pelaksanaan. Kontraktor harus memberitahukan hal ini 15 hari
sebelum melakukan pengujian.
7.4. Pelaksanaan pengujian dan comissioning harus dihadiri Pengawas Lapangan
atau wakilnya yang ditunjuk.
7.5. Masalah, kesalahan-kesalan, atau cacat yang ditemukan selama pengujian
harus segera diperbaiki oleh Kontraktor dan kemudian pengujian dilakukan
kembali, bersama dengan elemen pekerjaan atau komponen uji sebelumnya,
beroperasi sesuai ketentuan untuk setiap tahap pengujian.

8.0. MANUAL PEMASANGAN & PEMEILHARAAN


Kontraktor harus menyerahkan Manual Pemasangan dan Pemeliharaan sejumlah 3
salinan termasuk aslinya untuk setiap bangunan pada saat penyelesaian semua
pekerjaan. Manual harus dijilid dengan rapi.

9.0. JAMINAN PEMASANGAN & PEMEILHARAAN


Dalam melakukan pemasangan , pengujian dan pemeliharaan sistem maka
kontraktor wajib memenuhi persayaratan sebagai berikut :
Ͳ Semua peralatan dalam Sistem Monitoring ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dimana perusahaan tersebut harus
memberikan surat jaminan atas bekerjanya sistem setelah hasil pengujian
adalah baik.
Ͳ Kontraktor menjamin dengan masa pemeliharaan selama masa 1 (satu)
tahun untuk instalasi dan jaminan peralatan selama masa 1 (satu) tahun
setelah masa pemeliharaan.

10.0. REFERENSI PRODUK


Bahan dan peralatan/perangkat harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
Ͳ Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.
Pengadaannya boleh dilakuka bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
Ͳ Produk bahan dan peralatan/perangkat pada dasarnya adalah sebagai berikut :

NO BAHAN/PERALATAN MERK/PEMBUAT

1 DVB-S2 IP Encoder Softel, PBI, Syncmaster

2 DVB-T2 IP Encoder Softel, PBI, Syncmaster

3 IPTV Server / Signage server HP, Dell

4 File Media Server Hp, Dell

5 IPTV Management Software Antik, Technopresent, Syncmaster

6 STB IPTV Antik, Technopresent, Syncmaster

7 Switch Layer 3 HP, Cisco

8 Rak Server 19” 42U Fortuna, Indorack

9 Data Cabling System DTC, AMP

10 Parabola Venus, Yuri

11 Monitor /TV Display LG, Vewell, Samsung

Keterangan :
1. Di dalam Surat Penawaran, semua produk harus berasal dari agen tunggal yang
telah ditunjuk oleh Prinsipal.
2. Peserta tender harus melampirkan Diagram Sistem yang mencantumkan type /
model yang diajukan sesuai produk yang ditawarkan dengan mengacu pada
Spesifikasi Teknis ini.


SPESIFIKASI TEKNIS

17.4

MASTER CLOCK

1.0. KETENTUAN UMUM

Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik


dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar rencana, dimana bahan-
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi yang
dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban pemborong untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan serta
perakitan, pemasangan dan pengujian berikut penyerahan sistem jam utama
(master clock system) dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.

3.0. RUJUKAN

Spesifikasi Teknis :
• Standar Pabrik Pembuat
• Spesifikasi Teknis 16400 - Distribusi Tegangan Rendah

4.0. PROSEDUR UMUM

4.1. Data Teknis dan Daftar Bahan

1. Sebelum bahan/perangkat diadakan ke lapangan, data teknis dan/atau


brosur bahan/perangkat untuk pekerjaan sistem jam utama harus
diajukan dahulu kepada Manajer Proyek untuk disetujui.
2. Kontraktor harus membuat daftar bahan/perangkat yang akan digunakan
dan menyerahkannya kepada Manajer Proyek untuk disetujui.
3. Kontraktor harus mempunyai keagenan yang ditunjuk oleh pabrik dan di
syahkan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perdangangan Dalam
Negeri dengan melampirkan Surat Tanda Pendaftaran sebagi Distributor
Tunggal Barang Produksi Luar Negeri atas merk yang ditawarkan bila
produk tersebut dari luar negeri.
4. Kontraktor sudah berpengalaman dalam pengadaan dan pemasangan
Sistim sinkronisasi jam dengan melampirkan proyek referensi minimal 5
(Lima) proyek.


4.2. Gambar Detail Pelaksanaan

1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan kepada Manajer Proyek untuk disetujui.
2. Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan
sehingga diperoleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak ada tambahan
waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini.
3. Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detail-detail yang
diperlukan.
4. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar
Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis,
Kontraktor harus menyampaikannya kepada Manajer Proyek untuk
dicarikan jalan ke luarnya.
5. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak bahan dan
peralatan atau perangkat, jalur kabel dan sambungan-sambungan.
6. Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seseksama mungkin.
7. Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang
gerak yang digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan
Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus diperiksa.
8. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan
dengan Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang
sama untuk memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada
tempat yang telah ditentukan.

4.3. Pengiriman dan Penyimpanan

1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan


baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan label, data
teknis dan data lain yang diperlukan.
2. Semua bahan dan perangkat harus disimpan dalam kemasannya pada
tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.

4.4. Ketidaksesuaian

1. Manajer Proyek berhak menolak setiap bahan yang didatangkan atau


dipasang yang tidak memenuhi ketentuan Gambar Kerja dan/atau
Spesifikasi Teknis.
2. Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap
pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik
Proyek.
3. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau berbeda
dari yang ditentukan, Kontraktor harus membuat pernyataan tertulis yang
menjelaskan usulan penggantian berikut alasan penggantian, dengan
maksud bila diterima akan segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor
mengabaikan hal di atas, Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja.

4.5. Garansi

Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek surat jaminan/garansi


untuk seluruh bahan/peralatan dan sistem selama 1 (satu) tahun, dimulai
sejak seluruh pemasangan dan sistem dinyatakan berjalan dan berfungsi
dengan baik. Selama periode ini Kontraktor harus memperbaiki dan


mengganti kerusakan yang ada dan membayar semua biaya yang diakibatkan
oleh hal ini.

5.0. BAHAN-BAHAN

5.1. Umum

Semua bahan dan perangkat yang akan digunakan harus merupakan


komponen standar yang biasa diproduksi untuk sistem jam utama dan bukan
diproduksi secara khusus untuk proyek ini.

5.2. Data Teknis Peralatan

Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut :

Sistem Jam Utama

1. Umum
 Semua perangkat sistem jam utama harus dalam keadaan baru,
dilengkapi sertifikat lulus uji pabrik dan petunjuk pemasangan serta
penggunaan dari pabrik pembuatnya, dari setara Seiko, MobaTime
atau yang setara yang disetujui.
 Semua perangkat sistem jam utama harus memiliki karakteristik
sesuai standar pabrik pembuat dan dilengkapi dengan data-data yang
memenuhi ketentuan yang disebutkan dalam Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.
 Sistem Master jam tersinkronisasi dengan anak jam secara
automatis dengan menggunakan kabel jaringan.
 Pada perangkat anak jam tidak diperbolehkan menggunakan alamat
IP karena akan menggangu alamat jaringan data yang digunakan
oleh sistim jaringan data

5.3. Perangkat
Perangkat sistem jam utama terdiri dari:
 Network time server NTP
 GPS satelit penerima tipe GPS 100,
 Slave clock analog (secondary clock) diameter minimal 45cm,
 Dan aksesori penting lainnya untuk melengkapi sistem ini sesuai dengan
petunjuk dalam Gambar Kerja.

5.4. GPS Antenna Satellite Receiver

Antena Type Remote power supply


Kabel Ultra Violet protected Cable, 4 wire 0.25mm,
panjang kabel hingga 200m
Receiver input frequency 1575,42 MHZ
Operating Temperature -30 ... +70°C
Satellite Tracking 12 channel
Akurasi 10 μs
Catu Daya 10V to 40 VDC, <50mA (via antena cable)


5.5. Data Teknis Network Time Server

Network Time Server berfungsi sebagai pusat server waktu. Seluruh system
elektronik yang digunakan akan sinkronisasi dengan master clock time server
ini. Slave Clock, Display pada Hospital Automation System (HAS), Central
BAS, Central Fire Alarm, Data center, Access Kontrol, dan perangkat electro
medis lain nya diharuskan untuk sinkronisasi waktu dengan perangkat ini
sehingga waktu seragam dan akurat.

Accuracy NTP client to NTP server typically < ± 0.5 ms


GPS (DCF input) or NTP client to DCF/ impulse
typically < ± 2 ms
Holdover (unsynchronized) < ± 0.1 s/day (after
24h synch. from time source)
Time-keeping RTC with time keeping for min. 5 days (without
battery)

Network interface 10BaseT / 100BaseTX (IEEE 802.3)


Auto-negotiation / manual
Connector: RJ-45
Synchronization Output NTP, DCF (UTC) or pps (configurable)
Synchronization Input NTP (max. 4 NTP sources configurable)
GPS 4500 (incl. output for GPS 4500 power
supply)
Automatic selection of the best NTP source resp.
change from GPS to NTP in case of a failure
Operation Telnet or SSH, web interface or operation via
SNMP
Power Supply 100 - 240 VAC / 50-60 Hz / max. 12 W or 24 - 28
VDC / 200 mA
Temperature Kerja -5°C...50°C

Kelembaban 5-95% RH without condensation

5.6. Analog Clock

Analog clock menggunakan mesin penggerak yang mendapat sinyal sinkronize


dari Network Time Server.
Untuk ruangan pimpinan analog clock yang terpasang menggunakan material
casing dari kayu jati. Banyaknya analog clock disesuaikan gambar rencana.

Angka Arabia atau Romawi


Koneksi Data Clock Signal
Casing Plastic White
Ukuran Minimum 450mm
Mesin Intelligent type 1 minute
Catu Daya Clock Signal
Setting Time 1 Round Cicle

5.7. Pengkabelan Slave Clock




Untuk sinkronisasi dan power supply dari network time server ke menuju ke
unit clock menggunakan kabel ITC 2x1mm.

6.0. REFERENSI PRODUK

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi:


1. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan
yang dispesifikasikan ke Direksi.
2. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari
Direksi / MK (Manajemen Konstruksi).
3. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut:

Bahan / Peralatan: Merk / Pembuat

Peralatan : Mobatime / Citizen / Seiko / Georgy


Kabel Data : Supreme/kabelmetal/Kabelindo
SPESIFIKASI TEKNIS

17.5

PEKERJAAN INFRASTRUKTUR ICT

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua komponen pasif dan
komponen aktif untuk menunjang bekerjanya infrastruktur Information
Communication Technology (ICT) sehingga melalui backbane ini antar gedung di
lingkungan RSUD Kota Probolinggo Utara dapat melakukan komunikasi voice, data
maupun video. Lokasi penempatan tittik-titik outlet data, telepon maupun video di
seluruh lantai pada setiap bangunan telah disiapkan dalam gambar perencanaan.
Tercakup dalam lingkup pekerjaan Infrastruktur ICT ini meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
 Pengadaan dan Pemasangan Kotak Closed Dstribution Frame (CDF) yang akan
dipasang di disetiap gedung. Dimana CDF di dalam nya akan diisi OLT (Optical
Line Terminating), CDF di gedung lainnya akan diisi oleh ONU (Optical Network
Unit) untuk penghubung peralatan komunikasi telepon, data dan CCTV yang ada
di setiap lantai per bangunan
 Pengadaan dan Pemasangan Kotak CDF untuk penghubung infrastruktur ICT ke
Core Switch yang ada di Ruang Data Center/ Ruang Server.
 Pengadaan dan Pemasangan Kotak CDF per gedung yang akan digunakan
untuk terminasi instalasi secara horisontal di ruang Elketronika yang ada di setiap
lantai.
 Kabel Fiber Optic jenis Multi Mode untuk infrastruktur komunikasi ICT antar
Gedung.
 Kabel data (UTP PoE Cat 5E atau Cat 6) dan konduit untuk distribusi ke outlet
terminal ICT di setiap lantai (Pilihan UTP CAT 5 atau CAT 6 akan ditetapkan
pada saat aanwijzing).
 Pengadaan dan pemasangan outlet data yang dipasang pada dinding secara
inbow maupun di dalam outlet floor duct.
 Pengujian seluruh jaringan instalasi komunikasi data.

Keterangan:
Bila ditetapkan dalam pekerjaan ini di dalamnya termasuk pengadaan peralatan aktif
seperti Hub, Router dan Switch berikut dengan perlengkapan penunjangnya, maka
untuk peralatan aktif tersebut harus diadakan buatan dari Cisco, tricomm atau
lainnya yang memenuhi persyaratan umum terkait dengan support untuk purna
jualnya.

2.0. RUJUKAN

Spesifikasi Teknis :
 02315 – Galian, Ukuran Kembali dan Pemadatan.
 09910 – Cat.
 16400 – Distribusi Tegangan Rendah.
 Katalog produk peralatan aktif yang akan dipilih
3.0. PROSEDUR UMUM

3.1 Ketentuan Umum


3.1.1 Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis. Apabila
ada klausul - klausul yang dituliskan kembali dalam persyaratan
teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul
tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul tersebut
dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-
syarat umum.
3.1.2 Gambar-gambar dan Spesifikasi perencanaan ini merupakan satu
kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatu
bagian pekerjaan atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar
instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam
salah satu gambar perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja,
Kontraktor harus tetap melaksanakannya tanpa ada biaya tambahan.

3.2 Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan.

3.2.1 Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah Kontraktor
menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan kecuali apabila
ditunjuk lain oleh Pemberi Tugas/Manajemen Konstruksi, Kontraktor
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan
digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnya tercantum nama-nama, alamat manufacture, katalog dan
menyertakan surat keterangan keaslian material dari pabrik pembuat
dan surat ketersediaan material dari distributor/pabrik pembuat yang
sudah memperhitungkan jumlah dan waktu kedatangan material serta
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Manajemen
Konstruksi.

3.2.2 Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan


dipasang kepada Manajemen Konstruksi paling lama 6 (enam) hari
setelah daftar material disetujui. Kontraktor diwajibkan melampirkan
surat pernyataan keaslian dan ketersediaan material dari
Pabrik/Distributor yang telah disetujui.

3.2.3 Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan


pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

3.2.4 Kontraktor harus membuat daftar yang lengkap untuk bahan, barang,
dan peralatan yang akan digunakan, dan menyerahkannya kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan dari pemberi
tugas, dengan dilampiri brosur-brosur yang lengkap dengan data
teknis serta performance dari peralatan.

3.2.5 Contoh bahan berikut brosur/data teknis semua bahan jaringan


komunikasi data dan perlengkapannya harus diserahkan kepada
Konsultan MK sebelum diadakan/didatangkan ke lokasi. Contoh
dan/atau brosur/data teknis bahan/barang/peralatan untuk pekerjaan
ini harus diajukan terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk
disetujui.
3.2.6 Kontraktor wajib menyerahkan daftar bahan yang akan digunakan,
seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini, kepada Konsultan
MK untuk diperiksa dan disetujui oleh pemberi tugas.
Daftar bahan meliputi tipe, model, nama pabrik pembuat, jumlah,
ukuran dan data lain (seperti performance dari peralatan) yang
diperlukan.

Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus


disertai dengan Surat Keterangan Keaslian Barang (Letter of Origin)
dari pabrik pembuatnya (Manufacturer) atau agen utamanya
(Authorized Dealer/Agent).

3.2.7 Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di


dalam spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru serta
menggunakan teknologi terakhir sehingga tidak terjadi diskontinyu
spare part.

3.2.8 Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala


ukuran/kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor harus segera menghubungi
Manajemen Konstruksi untuk berkonsultasi dan koordinasi.

3.2.9 Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang


sebelumnya tidak dikonsultasikan/dikoordinasikan dengan
Manajemen Konstruksi, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut
menjadi beban tanggung jawab Kontraktor.

3.2.10 Untuk itu pemilihan equipment dan material harus mendapatkan


persetujuan dari Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana dan
Pemberi Tugas.

3.3 Gambar Perencanaan


3.3.1 Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan
semua accessories dan fixture secara terperinci. Semua bagian diatas
walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus
disediakan dan dipasang oleh Kontraktor, sehingga sistem dapat
bekerja dengan baik.

3.3.2 Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari


peralatan instalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar arsitektur dan
struktur/sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan
detail "finishing" dari proyek.

3.3.3 Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar-


gambar kerja dan detail (shop drawing) yang harus diajukan kepada
Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop
drawing yang diajukan Kontraktor untuk disetujui Manajemen
Konstruksi dianggap bahwa Kontraktor telah mempelajari situasi dan
telah berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

3.3.4 Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari


penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan dilapangan,
catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap
gambar (kalkir) dan tiga set lengkap gambar blue print sebagai
gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built drawings).

3.3.5 As built drawings harus diserahkan kepada Manajemen Konstruksi


segera setelah selesai pekerjaan.

3.4 Gambar Detail Pelaksanaan.

3.4.1 Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan Infrastruktur ICT kepada Pengawas Lapangan/
Manajemen Konstruksi untuk disetujui oleh pemberi tugas.
Gambar Detail Pelaksanaan harus disediakan sebelum pengadaan
bahan sehingga diperoleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak
ada tambahan waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan ini.
Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisis detail-detail
yang diperlukan.

3.4.2 Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar
Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis,
Kontraktor harus menyampaikannya kepada Pengawas Lapangan
untuk dicarikan jalan keluarnya.

3.4.3 Gambar Perencanaan infrastruktur ICT hanya menunjukkan tata letak


dan peralatan ICT di setiap lantai, dan jalur kabel. Gambar
Perencanaan ini harus diikuti dengan seksama kemudian disesuaikan
dengan kondisinya di lapangan untuk dirubah menjadi Shop Drawing.
Dalam mempersiapkan Shop Drawing untuk acuan Detail
Pelaksanaan di lapangan, dimensi dan ruang gerak yang
digambarkan harus mengacu kepada Gambar Arsitektur, Struktur dan
Gambar lainnya yang berkaitan.

3.4.4 Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan


Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk
memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat
yang telah ditentukan.

3.5 Quality Assurance


3.5.1 Pabrik pembuat : perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembuatan/perakitan Main Equipment Elektronik sesuai dengan tipe
dan ukuran yang diperlukan, dimana produknya telah digunakan
dengan hasil baik / memuaskan untuk keperluan yang sama tidak
kurang dari 5 (lima) tahun.
3.5.2 Quality Assurance Plan: Kontraktor harus mengajukan quality
assurance plan sesuai dengan persetujuan dari Manajemen
Konstruksi/Kontraktor Utama/Quality Assurance Manager.

3.5.3 Quality Assurance Plan harus termasuk didalamnya quality


assurance/control program mencakup secara detail didalamnya
adalah struktur organisasi tenaga/personil dan pembagian tugas dari
masing-masing personil dilapangan, rencana penyelesaian
pekerjaan, methodology, prosedur, cek list, inspeksi rutin dan
program monitoring, dokumentasi kerja, penyimpanan barang-barang
dll. Perencanaan tersebut haruslah sejalan dengan Peraturan
Kualitas dari Pemberi Tugas

3.6 Pengiriman dan Penyimpanan.

3.6.1 Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan
baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan label,
data teknis dan data lain yang diperlukan.

3.6.2 Semua barang dan peralatan yang diadakan oleh Kontraktor harus
disertai dengan surat jaminan keaslian barang (Letter of Origin) dan
mempunyai jaminan serta garansi (Warranty).
3.6.3 Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya
pada tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.

3.7 Ketidaksesuaian.

3.7.1 Pengawas Lapangan / Manajemen Konstruksi berhak menolak setiap


bahan yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi
ketentuan Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis ini.
Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap
pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari
Pemilik Proyek.

3.7.2 Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau


berbeda dari yang ditentukan, Kontraktor harus membuat pernyataan
tertulis yang menjelaskan usulan penggantian berikut alasan
penggantian, dengan maksud bila diterima, akan segera diadakan
penyesuaian. Bila Kontraktor mengabaikan hal diatas, Kontraktor
bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar
Perencanaan.

3.7.3 Peralatan yang disebut dengan Merk dan Penggantinya Bahan-


bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang
disebut dan dipersyarakan dalam spesifikasi ini, maka Kontraktor
wajib menyediakan sesuai dengan nama/merk tersebut diatas.
Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan Manajemen
Konstruksi, Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

3.7.4 Perlindungan Pemilik


Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain khususnya
dalam pelaksanaan konstruksi oleh Kontraktor, maka
Pemilik/Pemberi Tugas dijamin dan dibebaskan dari segala claim
ataupun tuntutan yuridis lainnya.

3.8 Koordinasi

3.8.1 Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan
yang satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

3.8.2 Kontraktor pekerjaan instalasi ini dalam melaksanakan pekerjaan ini,


harus bekerja sama dengan Kontraktor bidang lain atau disiplin
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.
3.9 Testing & Coomissioning
3.9.1 Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan
dapat berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan-
persyaratan yang berlaku.

3.9.2 Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam


kegiatan testing tersebut sudah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Hal ini termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk
pelaksanaan testing dari sistem ini seperti yang dianjurkan oleh
pabrik.

3.9.3 Semua prosedur, metode pelaksanaan dan form-form testing


commisioning agar diajukan ke Manajemen Konstruksi untuk
disetujui.

3.9.4 Listrik dan Air untuk keperluan testing dan commissioning menjadi
tanggung jawab kontraktor, kecuali ditentukan lain dalam kontrak.

3.9.5 Pelaksanaan testing dan commissioning harus disaksikan oleh


Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana, Pemberi Tugas dan
Pengelola Gedung (jika diperlukan).

3.10 Masa Garansi dan Sha Terima Pekerjaan


3.10.1 Peralatan-peralatan utama dan instalasi harus digaransikan selama
satu tahun terhitung dari serah terima pertama dan dilengkapi dengan
Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan (BAST 1) yang telah
disetujui oleh Pengelola gedung/Building Manajemen.

3.10.2 Selama masa garansi, Kontraktor pekerjaan instalasi ini diwajibkan


untuk mengatasi, memperbaiki, mengganti segala kerusakan-
kerusakan dari peralatan dan instalasi yang dipasangnya tanpa ada
biaya tambahan, kecuali bila disebabkan kesalahan operasi dari
operator pengelola gedung.

3.10.3 Selama masa pemeliharaan, Kontraktor pekerjaan instalasi ini harus


menyediakan mimimal dua teknisi yang ahli berada dalam
operasional gedung selama jam kerja dan tenaga kerja lainnya yang
dapat dihubungi setiap saat bila diperlukan, dan diwajibkan langsung
mengatasi, memperbaiki, mengganti segala kerusakan-kerusakan
dari instalasi yang dipasang. Dalam masa ini Kontraktor bertanggung
jawab penuh terhadap seluruh instalasi yang telah dilaksanakan.

3.10.4 Penyerahan pekerjaan pertama (BAST 1) baru dapat diterima setelah


dilengkapi dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan, dengan pernyataan
baik yang ditandatangani bersama oleh Main Kontraktor, Manajemen
Konstruksi, Konsultan Perencana, Pemberi Tugas dan Pengelola
Gedung/Building Manajemen serta dilampirkan sertifikat pengujian
yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.

3.10.5 Satu minggu sebelum serah terima pertama, Kontraktor


harus mengadakan semacam pendidikan, training dan latihan secara
periodik sampai mengerti betul kepada 3 orang/lebih calon operator
(Building Manajemen) untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas.

3.10.6 Kontraktor harus menyerahkan asbuilt drawing dan composit drawing


kepada pemilik dan sebagai dasar dalam pemberian training terutama
untuk sistem operasionalnya. Training tentang operasi dan perawatan
tersebut harus lengkap dengan 4 (empat) set untuk operating
maintenance and repair manual books, sehingga para petugas
operator (Building Manajemen) dapat mengoperasikan dan
melaksanakan pemeliharaan.

3.10.7 Jika pada masa pemeliharaan/garansi tersebut, Kontraktor pekerjaan


instalasi tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran
atas perbaikan, penggantian, kekurangan instalasi selama masa
tersebut, maka Pemberi Tugas bersama dengan Pengelola Gedung
dan Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan pekerjaan
perbaikan/kekurangan tersebut kepada pihak lain atas biaya dari
Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.

3.10.8 Berita Acara Serah Terima Pertama dapat diajukan oleh kontraktor
setelah menyerahkan sbb:
3.10.8.1 Operational Maintenance Manual Bookss sebanyak 4 set
(1 asli + 3 copy) lengkap dengan schedule program
maintenance
3.10.8.2 Surat penawaran kontrak service (asli + 3 copy) untuk
satu tahun pertama (bila diperlukan)
3.10.8.3 Berita acara Testing & Commissioning, dan pengetesan
lainnya (asli + 3 copy) yang disetujui dan ditandatangani
oleh Operator Gedung.
3.10.8.4 Surat keaslian barang dan country origin dari pabrik
pembuat (asli + 3 copy).
3.10.8.5 Sertifikat Pengujian Peralatan dari Pabrik (bila ada) dan
surat/sertifikat garansi (minimal satu tahun sejak dari
tanggal BAST pertama diajukan) untuk setiap peralatan
utama ( asli + 3 copy)
3.10.8.6 Surat rekomendasi dari instansi penanggulangan bahaya
kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran dibawah
koordinasi paket pekerjaan Pemadam Kebakaran (asli + 3
copy).
3.10.8.7 Asbuilt Drawing dan composit drawing 4 set (asli + 3
copy) dan 4 soft copy dalam bentuk CD
3.10.8.8 Berita Acara Pelaksanaan Trainning/Pelatihan kepada
Operator Pengelola Gedung (asli + 3 copy)
3.10.8.9 Surat Jaminan “ After Sales Service” dari keagenan
peralatan yang dipasang (asli + 3 copy)
3.10.8.10 Foto – foto untuk setiap peralatan dan instalasi yang
sudah
3.10.8.11 Terpasang (asli + copy berwarna)

3.11 Laporan
3.11.1 Laporan Harian :
Kontraktor wajib membuat "Laporan Harian" & "Laporan Mingguan"
yang memberikan gambaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
lapangan secara jelas.
Laporan tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga) meliputi:
3.11.1.1 Kegiatan Fisik.
3.11.1.2 Catatan dan perintah Manajemen Konstruksi yang
disampaikan secara tertulis.
3.11.1.3 Hal-hal yang menyangkut masalah:
o Material (masuk/ditolak)
o Jumlah tenaga kerja
o Keadaan cuaca
 Pekerjaan tambah / kurang.
 dll
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan
tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu
lalu dan rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus
ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan kepada
Manajemen Konstruksi untuk diketahui/disetujui.

3.11.2 Laporan Pengetesan


Pemborong harus menyerahkan kepada Manajemen Konstruksi
dalam rangkap 4 (empat) mengenai hal-hal sebagi berikut :
a. Hasil pengetesan seluruh komponen.
b. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
c. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh
Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana dan Pemberi Tugas.

3.12 Penanggung Jawab Pelaksana


3.12.1 Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus
menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli
dan berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang
bertindak selaku wakil dari Kontraktor dan mempunyai kemampuan
untuk memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh
dalam berkoordinasi dan menerima segala instruksi-instruksi dari
Main Kontraktor dan Manajemen Konstruksi.

3.12.2 Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan


selama jam kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau
pada saat yang dikehendaki oleh Main Kontraktor, Manajemen
Konstruksi dan Pemberi Tugas. Petunjuk dan perintah Direksi
Pengawas/Manajemen Konstruksi harus disampaikan langsung
kepada pihak Kontraktor melalui penanggung jawab Kontraktor.

3.13 Perubahan, Penambahan dan Pengurangan Pekerjaan

3.13.1 Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar


rencana harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Main Kontraktor dan
Manajemen Konstruksi.
3.13.2 Dalam merubah gambar rencana tersebut, Kontraktor harus
menyerahkan gambar perubahan dalam rangkap 4 (empat) untuk
disetujui.

3.13.2.1 Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana


dan lain sebagainya, harus diajukan oleh Kontraktor
kepada Manajemen Konstruksi secara tertulis.
Perubahan-perubahan material dan gambar rencana
yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus
disetujui secara tertulis oleh Main Kontraktor, Manajemen
Konstruksi, Perencana dan Pemberi Tugas.

3.14 Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


3.14.1 Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan
dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya
seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor
instalasi ini.

3.14.2 Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin


tertulis dari Manajemen Konstruksi.

3.14.3 Pengelasan, pengeboran dan sebagainya pada konstruksi bangunan


hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan
tertulis dari Manajemen Konstruksi.

3.15 Pekerjaan Listrik

3.15.1 Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja
dengan sempurna dan aman

3.15.2 Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat


penyerahan pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi
pekerjaan tersebut sudah dapat dipergunakan Pemberi Tugas.

3.16 Pemeriksaan Rutin


3.16.1 Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan
pemeliharaan dan pemeriksaan routine.

3.16.2 Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus


dilaksanakan tidak kurang dari dua bulan sekali dan dibuatkan
laporannya sebagai bahan untuk pengajuan serah terima pekerjaan
kedua (BAST 2).

3.17 Kantor Kontraktor, Los Kerja dan Gudang


3.17.1 Kontraktor diperbolehkan untuk membuat keet, kantor, gudang dan
los kerja di area proyek, untuk keperluan pelaksanaan, tugas
administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan, serta peralatan
kerja, dan sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar),
dimana pelaksanaan tugas instalasi berlangsung.
3.17.2 Pembuatan keet kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan,
bila terlebih dahulu mendapatkan izin dari Main Kontraktor,
Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas (bila diperlukan).

3.18 Penjagaan
3.18.1 Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus
menerus selama berlangsungnya pekerjaan atas
bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat
kerja (gudang lapangan).
3.18.2 Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-
barang tersebut diatas, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.19 Penerangan dan Sumber Daya


3.19.1 Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan
pekerjaan yang dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup.
3.19.2 Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber
tenaga/daya kerja harus diusahakan oleh Kontraktor.
3.19.3 Bila menggunakan daya listrik dari bangunan/Gedung, harus
dilengkapi dengan KWH meter.

3.20 Kebersihan dan Ketertiban


3.20.1 Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los
kerja dan tempat pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus
selalu dalam keadaan bersih.

3.20.2 Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik di


dalam gudang maupun diluar (halaman), harus diatur sedemikian
rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.

3.20.3 Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan


oleh Main Kontraktor dan Manajemen Konstruksi pada waktu
pelaksanaan.

3.21 Kecelakaan dan Peti P3K


3.21.1 Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini, maka Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala
tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta
melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan departemen yang
bersangkutan/berwenang (dalam hal ini polisi dan Departemen
Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

3.21.2 Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan
pertolongan pertama pada kecelakaan harus selalu ada di tempat
pekerjaan.

3.22 Pegawai Penyelenggara Dari Kontraktor.


3.22.1 Pimpinan harian pada pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor harus
diserahkan kepada penyelenggara kepala dengan kualifikasi ahli,
berpengalaman dan mempunyai wewenang penuh untuk mengambil
keputusan.
3.22.2 Project/Site Manager harus berada ditempat pekerjaan selama jam-
jam kerja dan setiap saat diperlukan.

3.22.3 Project/Site Manager mewakili Kontraktor di tempat pekerjaan, dapat


bertindak penuh dalam mengambil keputusan kepada Main
Kontraktor, Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.

3.22.4 Petunjuk dan perintah Manajemen Konstruksi di dalam pelaksanaan,


disampaikan langsung kepada Kontraktor melalui Project/Site
Manager, sebagai penanggung jawab di lapangan.

3.22.5 Kontraktor diwajibkan untuk menjalankan disiplin yang ketat terhadap


semua pekerja (buruh) dan pegawainya, kepada mereka yang
melanggar terhadap peraturan umum, mengganggu ataupun merusak
ketertiban, berlaku tidak wajar, melakukan perbuatan yang merugikan
terhadap pelaksanaan pekerjaan, harus segera dikeluarkan dari
tempat pekerjaan atas perintah pengawas harian. Bila Kontraktor
lalai, maka akan dikenakan tindakan sesuai dengan yang dimaksud
dalam pasal denda.

3.23 Pengawasan
3.23.1 Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah
dilakukan oleh Main Kontraktor, Manajemen Konstruksi, dan Pemberi
Tugas (bila diperlukan).

3.23.2 Pada setiap saat Manajemen Konstruksi atau petugas-petugasnya


harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan.

3.23.3 Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

3.23.4 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari


pengamatan Manajemen Konstruksi adalah tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

3.23.5 Jika diperlukan pengawasan diluar jam-jam kerja (08.00 sampai


dengan 16.00), dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan
untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor yang perhitungannya
disesuaikan dengan peraturan pemerintah (cipta karya). Permohonan
untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus dengan surat yang
disampaikan kepada Manajemen Konstruksi.

3.23.6 Di tempat pekerjaan, Manajemen Konstruksi menempatkan petugas-


petugas pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi
pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau
dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak serta dengan
cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.

3.24 Bagan Kemajuan Pekerjaan


3.24.1 Dua minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang,
harus telah siap dengan bagan kemajuan pekerjaan (Time
Schedule/Network Planning) sesuai dengan batas waktu maksimal
yang telah ditetapkan.

3.24.2 Bagan tersebut disusun secara konvensional (barchart) dengan


network planning.

3.24.3 Di dalam bagan kemajuan pekerjaan ini dicantumkan volume masing-


masing bagian pekerjaan serta mandays yang diperlukan.

3.24.4 Dalam progress schedule harus tercantum kurva gambaran


mengenai nilai dan harga pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan volume
dan harga penawaran serta schedule yang dibuat oleh Kontraktor.

3.24.5 Kontraktor harus secara terpisah menyusun bagian pengerahan


tenaga dan bagian penyediaan bahan, peralatan dan mesin yang
diperlukan.

3.24.6 Bagian-bagian tersebut diatas harus mendapatkan persetujuan dan


pengesahannya dari Manajemen Konstruksi.

3.25 Regulasi/Permintaan Referensi Dari Otoritas


3.25.1 Peraturan atau permintaan dari otoritas
Pekerjaan pemasangan dalam kontrak ini haruslah berdasarkan
peraturan terakhir dari referensi tersebut dibawah ini:
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 2011 (PUIL)
2. National Fire Protection Association (NFPA)
3. Indonesian Electrical Installation Code (SPLN)
4. Peraturan dan Ketentuan Keselamatan Kerja oleh Depnaker

3.25.2 Standard yang dijadukan acuan


Juga dijadikan standar acuan untukpegangan pelaksanaanantara lain
adalah:
1. AVE Belanda
2. VDE/DIN Jerman
3. British Standard Association
4. IEC Standard
5. JIS Japan Standard
6. NFC Perancis
7. NEMA USA

Dalam spesifikasi ini dan dalam gambar tidak tercantum peraturan-


peraturan dengan tujuan untuk tidak menimbulkan konflik baik dengan
Peraturan Nasional maupun Lokal ataupun Undang-undang yang
berlaku pada pekerjaan instalasi ini. Peraturan serta undang-undang
yang berlaku merupakan bagian dari spesifikasi ini. Kontraktor diminta
untuk dapat memenuhi permintaan ini.

3.25.3 Standard Kode/referensi


Standard dan kode selain tersebut diatas harus tercantum pada
bagian ini. Kontraktor harus sesuai dengan kode/peraturan standard
dibawah ini tanpa adanya konpensasi biaya tambahan, sebagai
berikut :
1. Standar Nasional Indonesia (SNI), PUIL 2011
2. American Society for Testing Materials (ASTM)
3. American National Standard Institute (ANSI)
4. Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE)

3.26 Training
Dalam menunjang operasi dan maintenance secara teliti dan benar/terampil,
kontraktor harus memberikan training bagi operator dan teknisi/Engineer
sampai mengerti betul untuk system yang digunakan:
1. Pemahaman sistem secara keseluruhan.
2. Pemahaman fungsi masing-masing peralatan sistem, pemahaman
penggunaan termasuk fasilitas-fasilitas tersebut.
3. Pemahaman melakukan pembuatan program atau programmer,
perubahan program, pengaman serta fasilitas yang tercakup dalam
sistem.

4.0. BAHAN - BAHAN

4.1 Umum.

Semua bahan yang didatangkan dan akan dipasang harus baru, bebas dari
segala cacat/kerusakan, kualitas terbaik dari produk yang dikenal dan sesuai
untuk daerah tropis.

4.2 Closed Distribution Frame (CDF) untuk terminasi OLT Fiber Optik di
Ruang Data Center.

Kotak CDF di Core Switch harus dari tipe pasangan dalam dengan kapasitas
sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dan harus memiliki karakteristik
minimal sebagai berikut :

w Rumah dibuat dari reinforced polyester,


w Dilengkapi dengan pintu yang dapat dilepas untuk terminasi kabel.
w Dilengkapi dengan ventilasi pada bagian atas dan bawah untuk sirkulasi
udara dan mencegah kelembaban,
w Disetujui oleh Telkom,

4.3 Kotak CDF di setiap bangunan.

Kotak CDF di setiap bangunan merupakan kotak terminsi kabel UTP ke ONU
dengan tipe dan kapasitas sesuai petunjuk dalam Gambar Perencanaan,
harus memiliki karakteristik minimal sebagai berikut:

w Dapat dipasang Flooer Standng di setiap gedung,


w Mudah di pasang,
w Ringan dan Kuat,
w Kotak dibuat dari resin daur ulang,
w Bagian metal dibuat dari bahan baja anti karat AISI 304,
w Dapat dibuka sampai 90°,
w Tahan terhadap UV dengan proteksi indeks IP 53/54,
w Dapat dikunci,

4.4 Kabel Serat Optik


4.4.1 Kabel Serat Optik dalam gedung yang keluar atau masuk dari Kotak
CDF merupakan serat optic jenis Multi Mode. Kabel serat optic yang
dimaksud harus dari jenis kabel serat optik berisolasi PVC dengan
pita pelindung statis, seperti tipe R-V (Pe) V, yang memenuhi
ketentuan SNI 04-2077-1990.
4.4.2 Merk kabel yang direkomendasikan adalah DATWYLER, PANDUIT,
SYSTIMX atau setaraf dengan jumlah core sesuai ketentuan dalam
Gambar Perencanaan.

4.5 Kabel UTP


4.5.1 Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Perencanaan, Kabel UTP yang
digunakan harus sesuai dengan produk unit komponen aktif yang
terpilih baik dengan tipe kabel spesifikasi PoE (Power over Ethernet)
atau non PoE baik untuk UTP Cat 5E maupun Cat 6.
4.5.2 Kabel data pada system jaringan komputer yang akan digunakan
direkomendasikan dari buatan DATWYLER, PANDUIT, SYSTIMX,
DATACOMMS atau setaraf dengan karakteristik minimal sebagai
berikut:

w Diameter 0,6mm.
w Berisi 4 pasang UTP untuk setiap data.
w Atenuasi maksimal (dB yang hilang per 100m) :
1MHz : 1.8dB
4MHz : 3.2dB
10MHz : 5dB
16MHz : 6.2dB
20MHz : 7dB
31.25MHz : 8.8dB
62.5MHz : 12.5dB
100MHz : 16dB

w Near end crosstalk loss minimal (dB yang hilang per 100m):
1MHz : 65dB
4MHz : 55dB
10MHz : 50dB
16MHz : 47dB
20MHz : 45dB
31.25MHz : 42dB
62.5MHz : 38dB
100MHz : 35dB

4.6 Stop Kontak./ Outlet

4.6.1 Stop kontak / Outlet data harus dari tipe rata permukaan (flush
mounted) dengan warna netral Ivori atau sesuai arahan dari Arsitek.
4.6.2 Spesifikasi dari Outlet data yang dimaksud harus sama atau setara
dengan produk Clipsal, Legrand dan Panasonic sesuai yang telah
disetujui oleh perwakilan owner.

4.7 Pipa konduit


Pipa conduit untuk kabel telepon harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
16400.
Diameter pipa conduit harus sesuai dengan ketentuan dalam Gambar Kerja
atau disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan ditempatkan didalamnya.
5.0. KETENTUAN TEKNIS UMUM INFRASTRUKTUR GPON
Pembangunan infrastruktur GPON meliputi pembangunan Infrastruktur Fiber Optic
passive, OLT, ONT/ONU dan Core Switch/Access Switch. Beberapa criteria dari
infrastruktur GPON yang harus di penuhi :
w Reliable
w Secure
w Quality of Service
w Modularity dan Scalability
w Cost Effective

5.1 SPESIFIKASI PERANGKAT INFRASTRUKTUR GPON


Perangkat GPON baik aktif atau pasif harus mempunyai spesifikasi teknis sebagai
berikut :

5.1.1 OLT (Optical Line Terminal) – Facility Backbone


a. OLT merupakan tipe compact high density dengan 19” untuk tipe 16 port
GPON.
b. OLT mempunyai design pay as you grow dengan 1RU memiliki 16 port
GPON port dan stackable sampai 10RU.
c. Full ITU-T G984.x GPON OLT functionality
d. High availability design : redundant power supplies dengan 4 buah fan.
e. OLT mempunyai downstream 2.5 Gbps; Upstream 1.25 Gbps
f. Line Card Interface memiliki 8x Gpon module, 2x 10GE port, 4x GE port
g. Backplane Switching Capacity 100 Gbps, Non blocking switching fabric
h. Jarak maximum OLT ke ONT adalah 20 km untuk Class B SFP dan 40
km untuk Class C SFP
i. Maximum Splitting Ration adalah 1:64
j. OLT mempunyai fitur Dynamic Bandwidth Allocation (DBA)
k. Mempunyai redundant controller dalam 1RU Chasis
l. OLT memiliki sistem keamanan Advanced Encryption Standard (AES)
untuk proteksi data user saat transfer data dari OLT ke ONT/ONU.
m. OLT mengadopsi network resilient protocol seperti : RSTP, Link
Aggregation dan ERPS Ring.
n. OLT mensupport 9000 byte jumbo frames, 32,000 Mac address, 4,096
Vlan dan 800 IGMP Multicast Channel
o. Mendukung IGMP Snooping dan Multicast Vlan Registration
p. Mendukung Flow Control IEEE802.3x pada mode Full duplex
q. Mendukung Service Classification based on port SVLAN-ID,CVLAN-ID,
P-Bit
r. Mendukung port dan flow based policing dengan kenaikan 1 Mbps
s. Mendukung Qos dengan Strict priority scheduling with minimum
bandwidth guarantee
t. Memiliki Built-in Stratum-3 Clock
u. Memiliki Operating Temperatur dari 40 derajat sampai 65 derajat Celcius
v. OLT bisa di control dengan NMS untuk konfigurasi, monitoring,
commissioning dan troubleshooting network.
w. NMS mendukung 100 concurrent sessions, minimum 20 OLT dan
minimum 25000 ONT

5.1.2 OLT (Optical Line Terminal) – Triple Play Backbone


a. OLT merupakan tipe Chassis base bisa support Up to 10,240 GPON
ONT.
b. OLT memiliki redundant Controller Card untuk meningkatkan reliability,
redundancy dan High Availability.
c. Full ITU-T G984.x GPON OLT functionality
d. High availability design : redundant power supplies dengan 4 buah fan.
e. OLT mempunyai downstream 2.5 Gbps; Upstream 1.25 Gbps
f. Line Card Interface memiliki 8x Gpon module, 2x 10GE port, 4x GE port
g. Backplane Switching Capacity 2TB Gbps, Non blocking switching fabric
h. Jarak maximum OLT ke ONT adalah 20 km untuk Class B SFP dan 40
km untuk Class C SFP
i. Maximum Splitting Ration adalah 1:64
j. OLT mempunyai fitur Dynamic Bandwidth Allocation (DBA)
k. Mempunyai redundant controller dalam 1RU Chasis
l. OLT memiliki sistem keamanan Advanced Encryption Standard (AES)
untuk proteksi data user saat transfer data dari OLT ke ONT/ONU.
m. OLT mengadopsi network resilient protocol seperti : RSTP, Link
Aggregation dan ERPS Ring.
n. OLT mensupport 9000 byte jumbo frames, 32,000 Mac address, 4,096
Vlan dan 800 IGMP Multicast Channel
o. Mendukung IGMP Snooping dan Multicast Vlan Registration
p. Mendukung Flow Control IEEE802.3x pada mode Full duplex
q. Mendukung Service Classification based on port SVLAN-ID,CVLAN-ID,
P-Bit
r. Mendukung port dan flow based policing dengan kenaikan 1 Mbps
s. Mendukung Qos dengan Strict priority scheduling with minimum
bandwidth guarantee
t. Memiliki Built-in Stratum-3 Clock
u. Memiliki Operating Temperatur dari 40 derajat sampai 65 derajat Celcius
v. OLT bisa di control dengan NMS untuk konfigurasi, monitoring,
commissioning dan troubleshooting network.
w. NMS mendukung 100 concurrent sessions, minimum 20 OLT dan
minimum 25000 ONT
x. OLT chasis mendukung mix archictecture : GPON, Active Ethernet dan
VDSL

5.1.3 ONU (Optical Network Unit)


a. Up to 24 port FE port with PoE or Non PoE type
b. Minimum 15 Gbps Non Blocking Switch Fabric
c. Support jumbo frames
d. Pembatasan bandwidth per port dengan kelipatan 1Mbps
e. Mendukung Multicast IGMP snooping dan multicast Vlan Registration
f. Mendukung VLAN tagging dan 4096 VLAN
g. ONU dapat di control, monitor dan commissioning dari NMS
h. Mendukung SNMP Management
i. Mendukung firmware upgrade dengan menggunakan NMS
j. Mendukung Transparent LAN Service (TLS)
k. Mendukung SIP protocol for POTS port
l. Mendukung MAC Filtering
m. Mendukung Firewall dan Port Forwarding

5.1.4 ONT (Optical Network Terminal)


a. ONT memiliki beberapa versi :
4GE+2POTS;4GE+2POTS+RF;4GE+2POTS+Wifi;4GE+2POTS+RF+Wif
b. ONT harus memenuhi standar ITU G.984
c. ONT harus fully interopable dengan OLT dan bisa di manage dengan
NMS
d. Mendukung Transparent LAN Service (TLS)
e. Mendukung Home Gateway dan Residential Gateway function.
f. Mendukung Layer 3 Service as router
g. Mendukung IPoE, PPPoE and DHCP koneksi
h. Mendukung NAT; private to public address translation
i. Mendukung MAC filtering
j. Mendukung Firewall dan Port Forwarding
k. Mendukung SIP protocol untuk POTS port
l. Uplink throughput : up to 1Gbps

5.1.5 Kabel Fiber Optic


Kabel Fiber Optic yang di gunakan ada 2 jenis :
a. Kabel Outdoor Direct Buried untuk Backbone
• Mendukung G.652D.
• Redaman kabel per meter 1310 nm adalah max 0.36 dB dan
1550nm adalah max 0.25 dB.
• Konstruksi kabel adalah armored type untuk direct buried.
• Minimum jumlah core adalah 4 core.
• Outer diamer adalah 8.5 mm.
• Warranty End to End adalah 25 tahun.

b. Kabel Indoor Dropwire untuk horizontal cabling


• Tipe Fiber adalah G.657a.
• Fiber Optic adalah bend insensitive type untuk indoor instalasi.
• Jaket kabel adalah LSZH.
• Jumlah core fiber adalah 2 core.
• Redaman kabel per meter 1310 nm adalah max 0.3 dB dan
1550nm adalah max 0.2 dB.
• Warranty End to End adalah 25 tahun.

5.1.6 Accessories Fiber Optic Cable


Aksesoris Kabel Fiber Optic meliputi :
a. Passive Optical Splitter (POS)
• Splitter memiliki beberapa tipe yaitu : 1:4;1:8;1:16:1:32 dan
1:64
• Interface dari splitter adalah SC/APC
• Splitter adalah tipe PLC type
• Insertion loss untuk Splitter tergantung pada splitting ratio
• Same brand with Fiber Optic
• Warranty End to end : 25 tahun

b. Optical Distribution Panel (ODP)


• ODP dapat di tempatkan pada rack 19”
• ODP memiliki beberapa sizing : 1RU,2RU dan 4RU
• Maximum kapasitas ODP : 144 core
• ODP terbuat dari Galvanized Steel
• ODP menggunakan SC Connector
• ODP adalah tipe sliding dan modular
• Same brand with Fiber Optic
• Warranty End to end : 25 tahun

c. Patch Cord FO
• Patch Cord adalah buatan pabrik (factory fabrication)
• Tipe Patch Cord adalah SC/APC-SC/APC
• Panjang Patch Cord : 3mtr dan 5 mtr
• Jaket Patch Cord adalah Low Smoke Zero Halogen
• Tipe Fiber adalah G.652d
• Same brand with Fiber Optic
• Warranty End to end : 25 tahun

5.1.7 UTP Cable Category 6


Kabel UTP Cat6 di gunakan untuk instalasi kabel data :
a. Performance Char : 600 MHz
b. Pair Count : 4 pair
c. Outer dimension : 7,15 mm
d. Conductor : 23 AWG Solid bare copper
e. Impedance : 100 ohm
f. NVP : 66
g. Jacket : PE or LSZH
h. Attenuation (dB) : 32,8
i. NEXT (dB) : 38,3
j. ACR (dB) : 5,5
k. Warranty End to End : 25 years

5.1.8 Accessories UTP Cable


Aksesoris UTP Cable Category 6 meliputi :
a. Patch Panel Category 6
• Meet or exceed TIA Cat6 performance requirement
• Number of ports available : 24 ports or 48 ports
• Same brand with the proposed Cable
• Have rear cable management bars and fixings
• Removable label area
• End to End Warranty : 25 years

b. Modular Jack Category 6


• Meet or exceed TIA Cat6 performance requirement
• IDC punch down type
• RJ45 Jack life : Min. 750 insertions
• IDC Jack life : Min. 250 terminations
• Same brand with proposed Cable
• End to End Warranty : 25 years

c. Patch Cord Category 6


• Meet or exceed TIA Cat6 performance requirement
• Cable construction : stranded flexible copper cable
• Copper conductor : AWG 24
• Injection moulded boot for improved strain relief
• High Grade gold plated RJ45 connector
• Same brand with proposed cable
• End to End Warranty : 25 years

d. 19” Rack Server


• Closed Rack with perforated Door
• Size : W 600 mm x D 1100 mm x H 42U
• Material : Galvanized Steel
• Static load : 1000 kg
• Fan : 6 heavy duty fan
• PDU : 2 x 12 port

e. 19” Wallmount Rack Server


• Type : Wallmounted Closed Rack
• Size : W 600 mm x D 550 mm
• Door : Double door with tamper glass front door
• Fan : 4 unit heavy duty fan
• PDU : 1 x 6 port

5.1.9 Switch PoE


Spesifikasi Teknis untuk Switch PoE :
a. Merupakan Manageable switch yang bersifat dapat stackable dan
merupakan switch dengan kemampuan L2+
b. Mendukung 24PoE+ atau 48PoE+
c. Switch Fabric capacity (full duplex) minimum 172 Gbps
d. Forwarding rate capacity minimum 128 Mpps
e. Link Aggregation minimum 128 LAG group, 144 dynamic ports
f. Remote Switch port Analyzer (RSPA) monitor port
g. Mendukung OSPF Routing
h. Mendukung Spaning Tree Protocol
i. Mendukung fitur IPv6
j. Memiliki fitur ACL (Access Control Lists) yang dapat diaplikasikan
di level port, VLAN, dan Router
k. Memiliki fitur port based QoS
l. Memiliki fitur Management CLI (command-line interface)
m. Mendukung VLAN Tagging; Spanning Tree
n. Memiliki fitur SNMP v1/v2/v3
o. Memiliki Lifetime Warranty Support
p. Memiliki Service Support 3x24x7

6.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1 Umum.
6.1.1 Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang dengan Kontraktor lain
untuk memastikan semua peralatan dan perlengkapannya dapat
dipasang pada tempat yang telah ditentukan.

6.1.2 Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang dinilai


tidak sesuai oleh Konsultan MK.

6.1.3 Kontraktor secara teratus harus membuang kotoran dan bahan tak
terpakai agar dapat bekerja dengan aman.

6.1.4 Kontraktor harus menyediakan semua alat kerja, peralatan


pemasangan, peralatan pengujian dan melaksanakan pengujian
serta mencatatnya.

6.2 Pemasangan CDF

6.2.1 Unit kotak CDF unit harus dipasang pada ruangan seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Perencanaan.

6.2.2 Setiap kotak CDF harus diberikan cadangan titik terminalsi harus
memiliki cadangan sekurang-kurangnya 20% dari total kapasitas.
6.2.3 Kabel yang akan ditanam di dalam bagian bangunan (di lantai atau di
dinding) harus ditempatkan di dalam konduit tahan karat seperti
disebutkan dalam Spesifikasi Teknis 16400.

6.2.4 Untuk ruangan tanpa langit-langit, kabel harus ditempatkan di dalam


konduit atau rak kabel ( Kabel Try ) dan diklem ke beton pelat pada
setiap jarak 100cm.

6.2.5 Seluruh kabel harus diberi tanda dengan tanda kabel.

6.2.6 Soket telepon dan data harus ditempatkan pada lokasi yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk dari Pengawas
Lapangan.

6.2.7 UTP Category 5 atau Category 6 harus dipasang pada tempat-tempat


seperti ditunjukkan dalam gambar Kerja, dengan tetap
memperhatikan batasan jarak yang diisyaratkan. Total panjang satu
segmen dibatasi sampai 90meter.

6.2.8 Kontraktor harus menyiapkan diagram pemasangan kotak terminal


data CDF.

6.2.9 Semua kabel data harus ditempatkan di dalam konduit.

6.2.10 Tinggi maksimal pemasangan kotak terminal sambung ± 90 cm dan


tinggi minimal ± 30 cm.

6.3 Peralatan
Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian.
6.3.1 Kabel Konduit
a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang Trunking
Kabel.
b. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus di
pasang pada tangga kabel.
c. Konduit harus diklem ke struktur bangunan dengan sadle klem
dan warna sesuai spesifikasi.
d. Kabel fiber optic dan kabel UTP memakai PVC high impact
conduit.
e. Kabel data tidak boleh ada sambungan.
f. Instalasi yang berada pada plan room menggunakan Steel
Conduit.

6.3.2 Kabel Trunking (Kabel Tray) dan Tangga Kabel


a. Kabel tray harus terbuat dari Galvanized finishing dengan
lebar sesuai gambar perencanaan, dimana untuk panjang dari
masing-masing ukuran tersebut disesuaikan dengan gambar
rencana.
b. Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton
dengan besi bundar berulir (iron rod diameter 10mm) dengan jarak
antar besi penggantung maksimum 150 cm.
c. Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk kabel tray harus
dibuat sedemikian rupa sehingga kabel sesuai dengan bending
yang diperkenankan.
d. Tangga kabel terbuat dari hot dip Galvanized finishing
dengan lebar sesuai gambar perencanaan, dimana untuk
panjang dari masing-masing ukuran tersebut disesuaikan dengan
gambar rencana.
e. Tangga kabel digunakan untuk keperluan instalasi kabel feeder
sistem elektronik (untuk instalasi : Fire Alarm, Telephone/Kabel
Data, Sound System, Security, CATV dan BMS)
f. Kabel feeder yang dipasang pada tangga kabel atau cable ladder
harus diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie).
g. Tangga kabel di pasang ke dinding dengan memakai 3 buah
dynabolt berukuran ½“ x 2” pada tiap kelipatan maksimum 75 cm.
h. Kabel tray dan tangga kabel untuk instalasi sistim elektronik
menggunakan kabel tray Sound System.

6.3.3 PENGUJIAN
Pengujian terhadap sistem kerja peralatan harus dilakukan oleh
pihak agen penjualan peralatan dan pihak tersebut harus
menyiapkan surat-surat jaminan pemasangan yang baik.

6.3.4 REFERENSI PRODUK

a. Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus


memenuhi spesifikasi. Pemborong dimungkinkan untuk
mengajukan alternatif lain yang setaraf dan Pemborong baru
dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
b. Referensi Produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
lihat daftar peralatan & material.
c. Seluruh instalasi data cabling system harus disertifikasi dengan
jaminan 25 tahun untuk aplikasi.

6.4 Pemasangan kabel Tanah (Serat Optik).

6.4.1 Kabel tanah (Serat Optik) harus ditanam pada kedalaman minimal 80
cm dan diberi penutup lapisan pasir halus (bebas batuan) tebal
minimal 20 cm, dan diatasnya ditutup dengan batu bata.
6.4.2 Kabel-kabel yang ditanam melintang jalan harus ditempatkan dalam
konduit.
6.4.3 Inti kabel harus disambung dengan cara las.
6.4.4 Semua penyambungan kabel tanah harus dilakukan dengan alat
penyambung yang disetujui seperti 3M, Raychem atau yang setara,
dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan jenis kabel yang akan
disambung.
6.4.5 Kontraktor harus membuat diagram jalur kabel yang akan dipasang.

6.4.6 Setiap jalur kabel harus diberi tanda kabel yang jelas, sedang untuk
setiap sambungan harus diberi tanda khusus.

6.4.7 Pekerjaan galian dan urugan untuk penanaman kabel harus


dilaksanakan sesuai Spesifikasi Teknis dalam pekerjaan infrastruktur.

6.4.8 Sebelum dan setelah peletakan kabel, Kontraktor harus mengukur


data kualitas kabel yakni isolasi antar kawat, kawat pembumian,
tahanan/loop, atenuasi apda 800Hz, hubungan menerus dan tahanan
pelindung kabel.

6.5 Lapisan Pelindung.

6.5.1 Semua bahan yang dipasang harus sudah memiliki lapisan


pelindung.

6.5.2 Konduit kabel serat optik harus diberi cat dalam warna sesuai Skema
Warna yang akan diberikan kemudian.
Bahan cat dan cara pengerjaannya harus sesuai ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis tentang Cat.

6.6 Pengujian dan Uji Penampilan.

6.6.1 Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang


dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memeriksa bahwa
seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi semu
persyaratan.

6.6.2 Kontraktor harus menyediakan peralatan dan tenaga kerja untuk


pengujian dan perawatan peralatan pengujian dan perlengkapannya
agar tetap dalam kondisi baik selama waktu pengujian.

6.6.3 Hasil pengujian harus dicatat oleh Kontraktor dan diserahkan secara
resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah terima pekerjaan.
6.6.4 Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan
oleh Pengawas Lapangan.

6.6.5 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui


Pengawas Lapangan, buku asli pengoperasian/pemeliharaan
peralatan berikut salinannya dalam jumlah tertentu, sesuai
persyaratan kontrak.

6.6.6 Kontraktor harus menyerahkan kepada pemilik Proyek melalui


Pengawas Lapangan, Surat Jaminan (Warranty) atas produk sistem
telepon tersebut, dengan jangka waktu masa garansi sesuai standar
dari pabrik pembuat.

7.0. SISTEM PEMBUMIAN UNTUK PENGAMAN

7.1 Umum.
ƒ Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah
pembumian dari badan-badan peralatan ICT atau benda-benda di
sekitar yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-
benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan
seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan benda-
benda tersebut menjadi bertegangan.
ƒ Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia
dari bahaya tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan.
ƒ Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang
bersifat konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.
ƒ Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL-2011, SPLN
dan standard lain yang diakui di Negara Republik Indonesia.

7.2 Konstruksi
ƒ Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara
benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
ƒ Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan
tembaga dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
ƒ Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan
grounding rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
ƒ Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh
yang terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.
ƒ Untuk keperluan pembumian ruangan Data Center dalam gedung
Perpustakaan harus disiapkan titik grounding khusus yang memiliki nilai
tahanan pentanahan tidak melebihi dari angka 0.2 Ohm.

7.3 Pemasangan.
ƒ Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian
grounding rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M
dan masing masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih
dari 0.2 Ohm atau sesuai dengan rekomendasi produk yang
diajukan.
ƒ Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup.
Tutup bak kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle.
Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyam-
bungan dan tempat pengukuran tahanan pembumian grounding
rod.Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.
ƒ Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat
menahan gangguan mekanis.
ƒ Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di
dalam tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan
penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus
menggunakan mur-baut atau sesuai dengan Gambar Perencanaan.
ƒ Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik.
Penyambungan ini dilakukan di dalam bak kontrol.
ƒ Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di
dalam Gambar Perencanaan.
ƒ Sistem pembumian harus terpisah dari masing-masing sistem :
a. Pembumian jaringan tegangan tinggi,
b. Pembumian instalasi sistem penangkal petir,
c. Pembumian sistem tegangan rendah,
d. Pembumian sistem telepon,
e. Pembumian sistem tata suara,
f. Pmbumian system pengindra kebakaran
g. Pembumian sistem Komputer.
SPESIFIKASI TEKNIS

17.6

SISTEM KOMUNIKASI TELEPON

1.0. PERSYARATAN SISTEM TELEPON


Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut :

1.1. Kapasitas PABX


a. Sistem telepon yang digunakan adalah PABX system IP dengan kapasitas
minimum 110 user dengan concurrent user minimum 16 user.

PABX minimal mempunyai fasilitas :


• DISA (Direct Inward System Access)
• DID (Direct Inward Dialing)
• DOD (Direct Outward Dialing)
• Off hook voice announcement
• Battery back up
• Music On Hold
• Night Service
• Call Transfer
• Name identification Recall
• Auto dial and redial to local Fire Brigade Dept
• Do not disturb
b. System harus memiliki reliability 99,999%.
c. System memiliki hot swappable disk drives dan redundant power supplies.
d. Slot-slot pada cabinet PABX bersifat universal yang tidak membatasi jenis-jenis
modul tertentu di tempat-tempat tertentu.
e. Perangkat dan material yang akan digunakan harus mempunyai karakteristik,
kapasitas serta kemampuan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, serta
memiliki lisensi sesuai dengan pemakaiannya.
f. Power supply wide range voltage 100-240 VAC.
g. Konsumsi listriknya rendah, tidak menghasilkan panas dan tidak perlu kipas
angin, tidak memerlukan alat pendingin khusus, seperti : alat tata udara (AC).
h. Modul-modulnya memiliki sirkit pelindung terhadap petir dan tegangan kejut,
tegangan 220 V rms, pelindung terhadap tegangan lebih serta pelindung
terhadap panas.

1.2. Spesifikai PABX


a. Power Supply = 110/220V; 50/60 Hz
b. Power Consumption = 230 Watts (maksimum)
c. Working Temperatur = 0 sampai 40 Celcius
d. Humidity = 20%-95%
e. Hard disk = Hot Swappable 320 Gb (upgrade to 500 Gb)
f. Fan = three redundant fan
g. Capacity = Up to 1000 user with 550 concurrent user
1.3. Pesawat Telepon
Pesawat telepon harus mempunyai fasilitas sebagai berikut :
• Tombol yang mudah dioperasikan
• LCD display
• Dial dengan menggunakan sistim DTMF
• Tombol redial/pause

1.4. Terminal Box Telepon (TBT)

a. TB terbuat dari bahan metal yang dilapisi dengan bahan galvanis (anti korosi).
b. Jenis penyambungan = solderless terminal.
c. TB dipasang di dinding dengan memakai Dynabolt ½” x 2” sebanyak 4 buah
pada ketinggian ± 1500 m.
d. TB harus dilengkapi dengan plat pentanahan, arrester dan perlindungan over
voltage.

1.5. Rak Data


a. Rak Data terbuat dari bahan metal yang dilapisi dengan bahan galvanis (anti
korosi)
b. Rak Data berupa cabinet yang berukuran 19” dengan Fan untuk exhaust dan
rak-rak untuk panel data dan telepon.
c. Setiap Rak Data terdapat back-up battery dengan menggunakan UPS untuk
tenaga cadangan, apabila suplai utama PLN atau genset mati, UPS ini dapat
memberikan suplai secara normal ke rack data selama ± 15 menit.
d. Arrester Unit
Arrester unit digunakan untuk melindungi peralatan dari transient surge
switching dan electro magnetic pulses dengan tahanan R < 1 ohm.

1.6. Kabel
Instalasi telepon menggunakan kabel UTP Cat 5E dengan spesifikasi :
a. Kabel Unshielded Twisted Pair Cat 5E :
• Max. capacitance unbalance = 330 PF/100 m
• Max. DC resistance = 9,38 ohm/100 m.
• Max. DC resistance unbalance = 5,0 %
• Gauge = 24 AWG
• Outside diameter = 14,12 mm
• Operating temp. range = -20oC to 60oC

2.0. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN


2.1. MDF (Main Distribution Frame)
a. Penyambungan kabel di dalam MDF dan TB harus mempergunakan
terminal sesuai dengan persyaratan PT. TELKOM.
b. Kabel yang masuk dan keluar ke/dari FDF harus memakai kabel gland
dan tanda untuk mengindentifikasikan rute kabel dengan memakai “cabel
marking”.
c. Semua Junction MDF/TB harus ditanahkan.
d. MDF/TB diperkuat kelantai dengan 4 buah dynabolt 5/8 “ x 2” .
e. MDF/TB dipasang ke dinding dengan memakai dynabolt ½ “ x 2”
sebanyak 4 buah pada ketinggian 150 cm.

2.2. Kabel
a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking kabel.
b. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus dipasang
pada tangga kabel.

2.3. Kabel Trunking (Kabel Tray) dan Tangga Kabel


a. Kabel tray harus terbuat dari Galvanized finishing dengan lebar sesuai
gambar perencanaan, dimana untuk panjang dari masing-masing ukuran
tersebut disesuaikan dengan gambar rencana.
b. Cara pemasangan kabel tray harus digantung pada dak beton dengan
besi bundar berulir (iron rod diameter 10mm) dengan jarak antar besi
penggantung maksimum 150 cm.
c. Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk kabel tray harus dibuat
sedemikian rupa sehingga kabel sesuai dengan bending yang
diperkenankan.
d. Tangga kabel terbuat dari hot dip Galvanized finishing dengan lebar
sesuai gambar perencanaan, dimana untuk panjang dari masing-masing
ukuran tersebut disesuaikan dengan gambar rencana.
e. Kabel feeder yang dipasang pada tangga kabel atau cable ladder harus
diklem (diikat) dengan klem-klem kabel (pengikat/kabel tie).
f. Sebelum dilakukan pemasangan kabel tray, harus dikoordinasikan
terlebih dahulu dengan instalasi lainnya (misal : VAC, Plumbing dan
listrik).
g. Jarak minimum antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 30 cm.
h. Tangga kabel di pasang ke dinding dengan memakai 3 buah
dynabolt berukuran ½“ x 2” pada tiap kelipatan maksimum 75 cm.
i. Kabel tray dan tangga kabel untuk instalasi sistim elektronik
menggunakan kabel tray Sound System.
j. Terminal Pesawat Telepon
Terminal ini dipasang pada ketinggian 300 mm dari lantai atau
ditentukan lain oleh Arsitek. Outlet pesawat telepon menggunakan RJ-45
dan harus di beri antara outlet data dan outlet telepon juga pada switch
panel.

2.4. Konduit
• Konduit harus diklem ke struktur bangunan dengan sadle klem dengan
ukuran sesuai gambar perencanaan dfan warna conduit sadle klem
sesuai spesifkasi.
• Tidak boleh ada sambungan pada install kabel telepon.
• Instalasi yang berada pada plan room menggunakan Steel Conduit.

3.0. PENGUJIAN

Instalasi ini harus mendapatkan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik pembuat.

4.0. REFERENSI PRODUK

a. Peralatan bahan dan meterial yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi.


Pemborong dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf
dan Pemborong baru dapat menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan
tertulis dari Direksi/Pengawas lapangan/manajemen Konstruksi.
b. Referensi Produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut : lihat daftar
peralatan & material.
NO MATERIAL / KOMPONEN MERK PRODUK BUATAN/ NEGARA

1 TELEPHONE 1. Xorcom USA


PABX Telephone 2. Alcatel Lucent USA
3. Avaya Europe
4. NEC

MDF & SDF = Solderless Teminal 1. Krone


2. Siemens atau
Setara

2 TELEPHONE & DATA OUTLET 1. Systimax US


2. Panduit US
3. Datwyler Europe

3 CONDUIT PVC 1. Elmech England


2. Clipsal/ Australia
Schneider
3. Boss China

4. STEEL CONDUIT 1. Matsushita Japan


2. Elpro Lokal

5. CABLE TELEPHONE :
Cat5e 1. Systimax US
Riser 2. Panduit US
3. Datwyler Europe

6 CABLE MARKING 1. Legrand


2. Clipsal
3. 3M


SPESIFIKASI TEKNIS

17.7

ACCESS CONTROL SYSTEM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan ini harus termasuk pengadaan material peralatan, tenaga


kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang lengkap sempurna untuk seluruh pekerjaan Access Control
System sebagai bagian dari ISS seperti dipersyaratkan di dalam bundel buku
Spesifikasi 17000 dan ditunjukkan di dalam gambar perencanaan.
2. Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan pekerjaan lain yang tidak
mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini, tetapi jika dianggap perlu
untuk keamanan dan kesempunaan fungsi operasi dalam kaintannya integrasi
dengan sistem lainnya dalam konteks Enterprase Integrated Security System
secara keseluruhan, masih merupakan bagian pekerjaan Kontraktor untuk
melengkapinya, Sehingga sistem berfungsi sesuai yang diharapkan.

1.1. Uraian lingkup pekerjaan


Item-item pekerjaan yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah:
1. Pengadaan Pusat Kontrol Access Control System, yang terpasang di Ruang
Data Center terdiri dari Server dan perlengkapan hardware lainnya untuk
menunjang beroperasinya Sistem Access Control sebagai bagian dari Integrated
Security System.
2. Pengadaan dan pemasangan unit Hardware perlengkapan Access Control yang
ada di setiap pintu berikut peralatan bantunya sehingga dapat berfungsi dengan
baik sesuai tujuan dari diadakannya pekerjaan Access Control ini sebagai bagian
yang integral dari Sistem Security yang tergabung dalam konteks Integrated
Security System.
3. Instalasi Sistem, pekerjaan ini meliputi pengkabelan lengkap dengan conduit,
sparing, metal doos untuk fixture unit, percabangan dan penyambungan serta
peralatan bantu lainnya.
4. Lokasi penempatan unit Hardware Access Control telah ditunjukkan dalam
gambar namun menjadi kewajiban kontraktor untuk melakukan penyesuaian
sehingga secara geometri didapatkan cakupan yang terbaik sebagaimana
dikehendaki dalam buku spesifikasi ini.

2.0. CAKUPAN SYSTEM ACCESS CONTROL SEBAGAI BAGIAN DARI ISS

Access Control System (ACS) yang dimaksud merupakan sistem yang akan
digunakan untuk mengatur akses masuk melalui pintu-pintu, gerbang atau gerbang
halang (barrier) untuk mengamankan area-area fasilitas yang termasuk dalam
kategori medium maupun high security zone. Sistem Access Control juga harus
menyediakan kemampuan untuk mengambil gambar pemegang kartu akses dan
memproduksi kartu akses yang digunakan untuk akses masuk.


Dengan adanya Access Control System (ACS) , maka proses pengontrolan dan
pemantauan terhadap buka tutupnya seluruh pintu dapat dilakukan secara otomatis
dan bersifat real time.

Penggunaan ACS ini dimaksudkan untuk memenuhi beberapa tujuan Secure


sebagai berikut:

1. Secara konsep security pemantaun keluar masuknya orang dari dalam dan
ke luar gedung diikuti secara seksama melalui pemantauan Access Control
Unit yang dipasang di setiap pintu, gerbang atau gerbang halang (barrier)
yang dimaksudkan untuk mengaman area-area dalam kategori medium
maupun kategori high security zone.
2. Otomatis recording dair ACS diikuti dengan kebutuhan integrasi dengan
system lainnya telah dituangkan dalam konsep ISS (Integrated Security
System) seperti system CCTV, system Fire Alarm dan Parking System.
3. Mengatur zona security sesuai dengan tingkat keamanan yang dikehendaki
melalui penerapan kombinasi akses ganda menggunakan Keypad atau
biometric.
4. Dapat digunakan untuk melakukan pemantauan Check Point Security melalui
Card Reader yang akan dikunjungi petugas keamanan dalam tugasnya
melakukan patroli terjadwal berdasarkan konsep Walman Tour Guard
System.
5. Dapat menyimpan report mengenai alarm, jam kerja, dan point-point yang
dikontrol pada database.

Sistem Access Control yang dikehendaki menggunakan controller dengan type yang
sudah mendukung sistem jaringan ethernet TCP/IP. Jumlah point yang diminta
sesuai yang tertera dalam schedule point Access Control termasuk spare point pada
masing-masing lantai.

Deskripsi Sistem
1. Fungsi utama Access Control System (ACS) dimaksudkan untuk mengatur akses
masuk melalui pintu-pintu, gerbang atau gerbang halang (barrier) untuk
mengamankan area-area fasilitas yang termasuk dalam kategori medium maupun
high security zone. Sistem yang dikehendaki juga harus menyediakan kemampuan
untuk mengambil gambar pemegang kartu akses dan memproduksi kartu akses yang
digunakan untuk akses masuk.
2. Sistem yang ditawarkan harus menerapkan basisdata tunggal untuk
mengintegrasikan fungsi kontrol akses dan fungsi badging. Integrasi ini harus
tersedia di bawah satu lingkungan operasi.
3. Sistem harus menyediakan kemampuan multi-tasking yang memudahkan pengguna
menjalankan beberapa aplikasi secara bersamaan. Perangkat lunak aplikasi ACS
harus dirancang khusus dan berjalan pada sistem operasi Windows edisi terakhir
baik versi 32 bit atau 64 bit. Dalam arti kata perangkat lunak aplikasi ACS yang
ditawarkan bukan merupakan perangkat lunak aplikasi hasil porting dari rancangan
menggunakan system operasi lainnya.
4. ACS yang ditawarkan harus mampu untuk berjalan berhubungan dengan aplikasi
Windows lainnya seperti MS Word dan Excel yang mana secara bersamaan mampu
menampilkan akses on-line alarm sekuriti dan informasi monitoring.
5. Semua modul, fitur, dan fungsi aplikasi sistem ACS harus dihasilkan dari source
code tunggal. Selain itu, sorce code harus dirancang menggunakan teknik
pengembangan perangkat lunak berorientasi obyek. Dalam hal ini tidak boleh ada


pemisahan source code untuk pembuatan perangkat lunak aplikasi Sistem Kontrol
Akses dan ID badging.
6. Fitur-fitur dan fungsi yang dikehendaki oleh pemilik (Owner) harus dikembangkan
dan ditetapkan menjadi satu kesatuan dalam perangkan lunak aplikasi ACS. Dalam
hal ini Penyedia ACS harus bekerja sama dengan pemilik untuk mengembangkan
dan mengkonfigurasi system yang dikehendaki.

Instalasi Sistem
1. Access Control System harus didesain, diinstalasi, dites dan di-service oleh tenaga
yang telah dilatih dari pabrik. Dibuktikan dengan adanya sertifikat dari pabrik.
2. Semua material yang disuplai oleh penyedia ACS harus baru dan harus sesuai
dengan spesifikasi dan rekomendasi pabrik dalam versi keluaran terakhir dalam
segala hal kecuali dinyatakan lain.
3. Penyedia ACS harus mensuplai model terakhir yang tersedia untuk semua
perlengkapan barang. Kecuali dinyatakan lain di dalam spesifikasi ini, semua
perangkat elektronik harus merupakan produk standar, tidak boleh model produksi
yang tidak diubah.
4. Penyedia ACS harus mendapat dukungan dari distributor resmi yang ada di
Indonesia.
5. Produk persamaan tidak boleh menjadi pengganti atas produk yang telah disetujui
sebelumnya kecuali Pemberi Tugas telah menyetujui permintaan tertulis dari
Penyedia Access Control System. Semua permintaan atas perangkat pengganti
harus mencerminkan deskripsi lengkap atas perangkat pengganti yang diajukan,
termasuk deskripsi teknis pabrikan, gambar-gambar berikut dengan unjuk kerja
teknisnya.
6. Penyedia ACS harus bertanggung jawab untuk menyediakan lengkap dan siap
dioperasikan atas subsistem, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua perangkat
keras, perangkat lunak, kawat, kabel, conduit dan kotak, koneksi power circuit,
terminal block, tenaga kerja, manajemen, engineering, training, testing, penyesuaian
relokasi dan koneksi ke NIC dan perangkat ACS.

Konfigurasi Sistem
1. Konfigurasi ACS yang dimaksud terangkum dalam satu kesatuan konfigurasi hardware
dan software Integrated Security System (ISS) yang dikehendaki dalam pekerjaan ini.
2. Sistem yang dikehendaki harus sudah dirancang menggunakan protocol TCP/IP dan
lebih disukai sistem yang sudah menerapkan teknologi berbasiskan Microsoft Windows.
3. Untuk menjamin integritas dan keamanan transfer data, enkripsi antara Server dan
masing-masing Client dapat dikonfigurasi menggunakan IPSec atau SSL.
4. Model konfigurasi yang diterapkan adalah system arsitektur terdistribusi meskipun
pemasangannya tersentralisasi. Dalam hal ini peralatan Access Control yang dipasang
di setiap pintu (terdiri dari Card Reader, Electromagnetik Lock, Magnetic Sensor, Exit
Button dan Emergency Button) akan dikendalikan melalui Door Modul Interface (DMI)
yang terdapat dalam Control Unit Access Control (CUAC) yang ada di Ruang Switch di
setiap lantai.
5. Susunan Konfigurasi dari CUAC dan modul DMI di dalamnya disusun melalui suatu Box
yang diberi nama Box Panel Controller (BPC).
6. Konfigurasi CUAC di setiap lantai akan disambungkan melalui infrastruktur IT
menggunakan Distribution Switch di ruang Switch yang ada di setiap lantai untuk
tersambung ke Server ISS yang ada di ruang Data Center.
7. Untuk pengendalian operasi Access Control akan dilakukan melalui modul ACS yang
tergabung dalam satu kesatuan dengan Software ISS.


8. Perekaman seluruh data transaksi hasil pencatatan Access Control Unit dakan ilakukan
di dalam server yang tersimpan di ruang Data Center sedangan pelaksanaan
pengendaliannya akan dilakukan melalui Work Station yang ada di Ruang Monitor di
lantai dasar.

Konfigurasi Hardware yang dipasang di setiap pintu


Berikut di bawah ini adalah gambaran peralatan hardware yang digunakan untuk melakukan
pengaturan buka tutup pintu menggunakan fasilitas Access Control:
 Card Reader
 Door Sensor
 Magnetic Sensor
 Electromagnetic Lock
 Push Button
 Exit (Emergency) Push Button, untuk konfigurasi menggunakan double Card Reader.

Fitur Access Control System


Berikut di bawah ini adalah gambaran dari fitur umum yang diminta, ditulis dalam bentuk
Functional Requirement.

No Fitur umum yang diminta Deskripsi yang harus dibuat ketika


membuat penawaran
1 Tidak memerlukan Master Control, Vendor diminta membuat deskripsi dari
dengan pengertian CUAC yang ada di kemampuan system yang diusulkan
setiap lantai dapat berdiri sendiri sebagai berikut dengan jumlah event monitor dan
suatu sub system. Dalam hal ini bila control yang bisa ditangani oleh setiap
sedang terjadi gangguan koneksi dengan CUAC yang ada di setiap lantai
Server yang ada di Data Center, CUAC
yang ada di setiap lantai dapat berdiri
sendiri melakukan kegiatan monitor dan
control pada setiap Event yang terjadi di
setiap pintu.
2 Konfigurasi Hardware menggunakan Vendor diminta membuat deskripsi
Microprocessor Control, dengan spesifikasi CUAC yang diusulkan.
kelengkapan Memory SDRAM & Flash Spesifikasi dimaksud dapat mencakup
Memory sesuai kebutuhan dalam Microprecessor Control yang digunakan,
gambar Rancangan Speed, Kapasitas Memory SDM dan Flash
Memory yang digunakan.
3 Komunikasi CUAC dengan Server ISS Vendor diminta membuat deskripsi tentang
menggunakan Ethernet - TCP/IP implementasi protocol TCP/IP yang
Network Backbone yang disediakan di digunakan dalam system Access Control
setiap lantai yang ditawarkan.
4 Dilengkapi fasilitas Setup untuk multi Vendor diminta membuat deskripsi jumlah
user dengan konfigurasi hak akses user yang bisa di set up berikut dengan
berjenjang dengan password merupakan konfigurasi hak aksesnya serta setting
kombinasi alphanumeric dan angka system password yang diterapkan.
5 Sinkronisasi waktu dilakukan Vendor diminta membuat deskripsi
menggunakan system Master Clock implementasi sinkronisasi menggunakan
berbasiskan pewaktuan yang didapat master clock yang akan disambungkan ke
dari GPS atau menggunakan system jam system Access Control yang ditawarkan.
atom.


6 Ketersediaan Individual Alarm Reporting Vendor diminta membuat deskripsi tentang


dan data logging konsepsi Alarm Reporting dan data logging
yang diusulkan dalam system Access
Control yang ditawarkan.

7 Penanganan Individual Alarm dan Vendor diminta membuat deskripsi tentang


Reporting konsepsi penanganan individual Alarm dan
Reporting yang bisa dilakukan dalam
system yang ditawarkan. Termasuk
kastemisasi pelaporan yang dapat
dilakukan di lapangan.

Keterangan:
Functional Requirement dalam tabel diatas hanya merupakan Requirement acuan. Dalam
hal ini Requirement tersebut harus disesuaikan dengan Fitur yang disediakan
oleh pabrik sehingga akan memudahkan dalam memberikan sejauh mana fitur tersebut
dipenuhi dalam produk yang ditawarkan.

Fitur Konfigurasi
Berikut di bawah ini adalah gambaran dari fitur konfigurasi yang diminta, ditulis dalam
bentuk Functional Requirement.
Vendor yang berminat untuk mengajukan penawaran ini diminta untuk membuat
Requirement Usulan sesuai fitur pada produk yang ditawarkan dengan susunan materi
seperti yang dituliskan dalam kolom Deskripsi.

No Konfigurasi yang Deskripsi yang harus dibuat ketika membuat


dikehendaki penawaran
1 Merupakan system yang bisa Komunikasi antar CUAC yang diminta dilakukan
dikonfigurasi secara Peer-to- secara langsung peer to peer ke server menggunakan
Peer kabel UTP Cat 6A
2 Menerapkan teknologi System yang dikehendaki merupakan system yang
Distributed System terdistribusi. Maksudnya antara CUAC yang satu
dengan CUAC yang lain terhubung dalam satu
workgroup. Dengan pengertian bila sedang terjadi
gangguan pada system sever. Antar CUAC yang
terhubung dalam satu work group masih tetap bisa
saling berkomunikasi.
3 Tersedia fasilitas Intelligence Intelligent in Every Controller yang dimaksud
in Every Controller mempunya pengertian bahwa setiap CUAC dapat
berfungsi sebagai master controller dan tidak
tergantung dengan CUAC lainnya.

4 Dapat dilakukan konfigurasi Sistem yang dikehendaki bisa beroperasi secara


dalam Network atau networking dalam satu jaringan atau berdiri sendiri
beroperasi secara secara stand alone.
Standalone


5 CUAC yang diusulkan CUAC yang ditawarkan harus dapat diprogram secara
sifatnya harus Fully penuh untuk digunakan dalam berbagai aplikasi
programmable untuk sesuai kebutuhan. Misal dalam satu CUAC dapat
implementasi implementasi diterapkan untuk implementasi pintu yang
layanan yang berbeda. berkebutuhan khusus.
application

6 Bila CUAC offline atau tidak Vendor harus mengajukan usulan tentang
bisa beroperasi normal, DMI kemampuan DMI dalam menangani masalah ini.
tetap dapat beroperasi.

KONFIGURASI SISTEM
Dari sisi logic konfigurasi Sistem Access Control yang dikehendaki secara garis besarnya
dibagi dalam tiga level hirarki sebagai berikut:

Management Level
Field Controller Level
Field Devices Level

No Function Requirement Deskripsi oleh Penyedia ACS


1 Management/Integration Level Diisi dengan deskripsi dari konfigurasi
Merupakan Sistem perangkat lunak system Software yang diusulkan terkait
untuk proses pengendalian dengan kebutuhan integrasi dengan system
operasional Sistem Access Control lainnya dalam konsep satu kesatuan ISS.
berikut dengan sarana integrasi
dengan subsistem lainnya.

2 CUAC/Field Controller Level Diisi dengan deskripsi dari konfigurasi


Merupakan Level Controller yang CUAC/Field Controller yang ada di setiap
dipasang di setiap lantai, berupa lantai.
Control Unit Access Control untuk Ͳ Gambar Konfigurasi CUAC yang
mengatur access control, door dimaksud sudah mencantumkan Merk,
interlock dan anti passback. Tipe, jenis serta kapasitas yang
interfacing Melalui CUAC ini juga diusulkan.
disediakan fasilitas: Ͳ Gambaran Kapasitas per modul CUAC,
Ͳ Peralatan catu daya terpusat untuk untuk 16 ,32 atau 96 pintu.
penggerak Electromagnetic Lock. Ͳ Hubungan antar modul bila dua pintu
Ͳ System komunikasi data dan dalam ruang yang sama tidak bisa
perangkat penunjang lainnya. ditangani oleh modul yang yang sama.
(Kaitannya bila sedang terjadi gangguan
komunikasi dengan server ISS).

3 Field Devices Level (DMI) Diisi dengan deskripsi maupun gambar untuk
Merupakan level untuk interface Card memberikan konfigurasi di tingkat Field
Reader, Exit Button, Magnetic Sensor Devices.
dan Electromagnetic Lock yang Ͳ Penggambaran penyambungan Field
terpasang di setiap pintu serta Card Devices (berupa actuator maupun
Reader untuk sarana Check Point sensor) yang akan disambungkan ke
dalam Watchman Tour & Guard setiap pintu
System. Ͳ Deskripsi Spesifikasi dari Field Level
Devices yang akan dikontrol dan
dimonitor melalui Sistem Access Control


CONTROLLER UNIT ACCESS CONTROL (CUAC)


1. Controller Unit Access Control (CUAC) yang dimaksud merupakan sarana control unit
tersentralisasi untuk pengendalian operasi dari setiap Door Modul Interface (DMI) yang
dijadikan sebagai sarana antar muka untuk pengendalian Field Devices yang dipasang
di setiap pintu yang dikendalikan melalui Access Control.

2. Keseluruhan komponen Aktif dari Controller Unit dan Door Modul Interface tersebut
dikemas dalam suatu Casing yang diberi nama dengan Controller Panel Box (CPB).

3. Di dalam panel Box Controller (CBP) tersebut sudah di sediakan catu daya terpusat 12
volt atau 24 volt, yang didapat dari konversi tegangan AC 220 volt dari PP-UPS yang
ada di setiap lantai.

Arsitektur Terdistribusi
1. Sistem Access Control yang dirancang dipilih dengan teknologi yang sudah menerapkan
arsitektur terdistribusi. Dengan pengertian seluruh keputusan akses (seperti bisa
tidaknya seseorang akses ke pintu) dibuat secara lokal dari CUAC. Seluruh keputusan
untuk memungkinkan dilakukannya akses dilakukan melalui CUAC yang ada di setiap
lantai.

2. CUAC harus menyediakan pemrosesan terdistribusi secara penuh untuk operasi


mengkontrol akses dan memonitor alarm. Tingkatan akses, konfigurasi perangkat keras
dan keluaran alarm harus terprogram dan diatur secara terpusat. Seluruh keputusan
dibolehkan/ditolaknya akses harus dibuat di CUAC untuk menyediakan respon yang
cepat untuk transaksi card reader.

3. Bekerjanya CUAC sebagai bagian dari sistem Access Control harus dikonfigurasi
melalui modul ACS dalam Software ISS yang telah diinstal dalam Server ISS di ruang
Data Center.

4. CUAC harus dapat beroperasi pada mode stand-alone dan peer-to-peer. Dalam hal
terjadinya putus komunikasi. CUAC harus terus lanjut membuat keputusan
dibolehkan/ditolaknya akses dan memelihara catatan kejadian. Catatan kejadiannya
harus disimpan di memori lokal dan kemudian ter-upload secara otomatis pada saat
komunikasi telah tersambung kembali.

5. ACS harus mampu berkomunikasi dengan ACS lainnya untuk mendistribusi lokasi
pemegang kartu dan menjalankan jadwal dan kejadian alarm.

6. Fasilitas Auto Discovery. Melalui fasilitas ini dimungkinkan untuk setiap CUAC secara
otomatis menemukan semua CUAC yang terhubung ke dalam jaringan Ethernet yang
sama.
7. Fasilitas anti passback. System harus mampu bekerja anti passback secara soft, hard,
workgroup anti passback. Fitur ini harus dapat tetap beroperasi walaupun CUAC tidak
berkomunikasi dengan server.
8. Fitur anti passback harus dapat bekerja secara peer to peer antara CUAC untuk global
anti passback.
9. Fasilitas interlocking. System dapat mengkonfigurasi fasilitas interlocking. Jadi bila satu
pintu terbuka di dalam suatu area tertentu, pintu lain dalam area tersebut tidak dapat
dibuka.


Komunikasi Ethernet
1. Controller Unit Access Control (CUAC) yang ada di setiap lantai tersambung ke Server
ISS di ruang Data Center menggunakan sambungan Ethernet dalam Infrastruktur IT
yang ada di setiap lantai.

2. CUAC harus berkomunikasi dengan Setral ACS melalui sambungan komunikasi WAN /
LAN yang diterapkan dalam gedung ini.

3. CUAC harus menyediakan terminal onboard terintegrasi untuk koneksi Ethernet


langsung. Koneksi ini tidak boleh merupakan kanal komunikasi RS-485 yang
dikonversikan ke dalam bentuk koneksi Ethernet, menggunakan “Terminal Server” atau
perangkat konversi yang serupa lainnya.

4. CUAC harus dapat beralamatkan IP dan mendukung transmisi TCP/IP standar.

Kemampuan Komunikasi CUAC


1. Sistem harus mampu berkomunikasi dengan CUAC berlokasi di gedung lainnya
menggunakan konektivitas modem dial-up. Sistem harus menyediakan kemampuan
men-download untuk mengakomodir perubahan yang terjadi dalam database ACS yang
disimpan dalam Server ISS.

2. CUAC harus juga menyediakan fungsi tambahan men-dial ke Server ISS untuk
mengkomunikasikan kejadian alarm, dan kejadian yang dianggap cukup fatal lainnya
atas aktivitas ini. Seluruh transaksi lainnya yang terjadi pada ACS yang berjauhan harus
disimpan di dalam buffer internalnya sendiri sampai buffer tersebut mencapai kapasitas
80% atau server meminta isi buffer tersebut, yang mana pada saat tersebut CUAC akan
meng-upload seluruh isi transaksi dari buffer nya.

3. Dalam hal jalur komunikasi utama terputus dengan sistem host, CUAC harus mampu
mengaktivasi metode komunikasi alternatif. Metode alternatif ini akan diaktivasi secara
otomatis dan memastikan bahwa seluruh kejadian penting dan pesan alarm diterukan ke
host.

Memori internal
1. CUAC harus dilengkapi dengan dengan memori internal jenis non-volatile memory.
Memori ini akan memungkinkan seluruh program, ijin akses, jadwal waktu dan data
tanggal-jam sekarang yang disimpan di dalam memori CUAC tetap bertahan selama
periode matinya tenaga listrik.
2. Tujuannya penggunaan memori internal jenis non-volatile memory ini adalah untuk
memastikan CUAC kembali beroperasi secara penuh setelah kejadian mati listrik total.
Dalam hal ini tambahan, memori CUAC tidak membutuhkan koneksi batere untuk
menyimpan informasi sistem secara permanen.

Memori tambahan
1. CUAC akan mendukung instalasi untuk kartu memori tambahan.
2. Kartu memori tambahan ini akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas CUAC
secara keseluruhan dan memungkinkan backup data terprogram dan transaksi secara
lokal untuk pemulihan segera setelah matinya pasokan listrik.


Input dan Output Alarm Lokal


1. CUAC harus mendukung koneksi langsung onboard untuk input tanda perusakan
(tamper). Koneksi input ini harus dicadangkan untuk mengkoneksi suatu saklar tamper
perangkat kabinet di mana CUAC dipasang.
2. Pada saat input tamper menerima sinyal dari saklar tamper akibat adanya buka paksa
kabinet, CUAC harus juga menyediakan output lokal yang mampu mengkoneksi suatu
perangkat output semisal buzzer atau strobe.

Modul Kontrol Input


1. Modul Kontrol Input yang dimaksud merupakan suatu modul perangkat keras yang
berfungsi untuk memonitor perangkat input alarm dan melaporkan kondisi kegagalan
sambungan, kondisi alarm, kegagalan power dan cek sinyal kabel. Ketika input alarm
teraktivasi, kondisi harus dilaporkan ke CUAC dan kemudian ke host ACS. Setiap Modul
Kontrol Input ini harus mempunya kemampuan untuk menyediakan koneksi minimal
sampai ke empat Card Door Modul Interface (DMI-M4) dan mendukung kemampuan
input saklar darurat.
2. Input saklar darurat harus mendukung cek sinyal kabel, untuk memastikan kondisi input
saklar darurat kebakaran palsu -akibat kabel putus atau short- tidak terpicu.

LED untuk Diagnostic


1. Minimal CUAC harus menyediakan paling sedikit 6 LED terpisah yang dapat mudah
terlihat untuk tujuan diagnostic.
2. Salah satu LED berfungsi untuk mengindikasikan status power dan komunikasi yang
terjadi setiap waktu.

DOOR MODULE INTERFACE (DMI)


1. Door Modul Interface (DMI) yang dimaksud merupakan modul interface untuk sarana
antar muka antara Field Devices yang dipasang di setiap pintu dengan CUAC.
2. Door Modul Interface (DMI) yang dimaksud dalam buku spesifikasi ditetapkan terdiri dari
3 model namun tidak tertutup kemungkinan model tersebut untuk disesuaikan dengan
produk yang telah disepakati untuk dibeli. Tiga jenis DMI yang dimaksud terdiri dari:
 DMI-M8, Door Modul Interface untuk melayani 8 pintu.
 DMI-M2 & DMI-M1, Reader Modul Interface untuk melayani 2 & 1 pintu.

DMI – M8 untuk melayani konfigurasi 4 Pintu


1. Door Modul Interface (DMI – M8) yang dimaksud merupakan tipe modul yang
disiapkan untuk melayani 8 pintu. Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang harus
dilayani di setiap pintu:
a. Membaca data dari Card Reader (tunggal atau ganda) yang ada di setiap
pintu
b. Memonitor posisi pintu (door contact) menggunakan Magnetic Sensor
c. Memungkinkan koneksi saklar Request-to-Exit (REX) untuk keluar
d. Mengkontrol pengunci pintu elektrik (electric door lock) atau strike
e. Menyediakan fasilitas sampai 3 auxiliary input untuk perangkat yang
dikoneksikan
2. Memungkinkan koneksi buzzer alarm yang dapat terpicu dalam hal terjadinya alarm,
atau lebih rincinya memicu buzzer secara lokal atas kejadian pintu ditahan sebelum
alarm ini terdaftar pada host.
3. Door Modul Interface (DMI – M8) ini harus juga menyediakan kemampuan untuk
bekerja offline dalam kasus di mana komunikasi dengan Server ISS terputus dan
masih meneruskan untuk menerima suatu set kartu yang ditetapkan valid ke pintu
yang dikontrolnya.


DMI – M1 dan DM – M2 untuk melayani konfigurasi 1 Pintu dan 2 Pintu


1. Door Modul Interface (DMI – M1 & DMI-M2) yang dimaksud merupakan tipe modul
yang dirancang hanya dapat melayani Access Control untuk 1 pintu dan 2 pintu
namun lokasinya cukup jauh sehingga lokasi Door Modul Interface – nya harus
didekatkan lagi ke lokasi Pintu yang akan dikendalikan melalui Access Control.
Berikut ini adalah fungsi-fungsi yang juga harus dilayani bila menggunakan Door
Modul Interface model DM-M1 dan DM-M2:
a. Memonitor posisi pintu (door contact)
b. Memungkinkan koneksi saklar Request-to-Exit (REX) untuk keluar
c. Mengkontrol pengunci pintu elektrik (electric door lock) atau strike
d. Menyediakan fasilitas sampai 3 auxiliary input untuk perangkat yang
dikoneksikan
e. Memungkinkan koneksi buzzer alarm yang dapat terpicu dalam hal
terjadinya alarm, atau lebih rincinya memicu buzzer secara lokal atas
kejadian pintu ditahan sebelum alarm ini terdaftar pada host.
2. Semua kejadian yang terjadi pada pintu yang dilayani menggunakan DMI-M1 dan
DMI-M2 dimaksud juga harus dilaporkan ke CUAC terdekat namun menggunakan
koneksi RS 485 atau koneksi Wiegand/Clock/Data.
3. Door Modul Interface DMI-M1 dan DMI-M2 ini harus juga menyediakan kemampuan
untuk bekerja offline dalam kasus di mana komunikasi dengan CUAC terputus dan
masih meneruskan untuk menerima suatu set kartu yang ditetapkan valid ke pintu
yang dikontrolnya.

Modul Kontrol Elevator


1. Modul Kontrol Elevator yang dimaksud merupakan suatu modul perangkat keras
yang digunakan untuk memonitor sampai 18 perangkat input tersendiri dan
melaporkan kondisi kegagalan sambungan, kondisi alarm, dan kegagalan power.
Ketika input alarm teraktivasi, kondisi harus dilaporkan ke CUAC dan kemudian ke
tingkat ACS. Modul yang sama harus memungkinkan kontrol sampai 18 perangkat
output yang dapat dikontrol melalui perubahan dalam status suatu input (monitor
point) atau melalui suatu perintah yang diterima dari Server ACS. Output ini harus
mendukung operasi saklar darurat kebakaran.
2. Input saklar darurat harus mendukung cek sinyal kabel, untuk memastikan kondisi
input saklar darurat kebakaran palsu -akibat kabel putus atau short- tidak terpicu.

Modul Kontrol Input Output


1. Modul Kontrol Input Output yang dimaksud merupakan suatu modul untuk
melakukan monitor perangkat input tersendiri dan melaporkan kondisi bila terjadi
kegagalan sambungan, kondisi alarm, kegagalan power dan cek sinyal kabel.
2. Ketika input alarm teraktivasi, kondisi harus dilaporkan ke CUAC dan kemudian ke
Server ACS.
3. Modul Kontrol Input Output yang dimaksud juga harus memungkinkan untuk
melakukan kontrol perangkat output yang dapat dikontrol melalui perubahan dalam
status suatu input (monitor point) atau melalui suatu perintah yang diterima dari
Server ACS. Kontrol Output ini harus mendukung operasi saklar darurat kebakaran.

Terminal Menghidupkan Sistem Alarm


1. Suatu modul perangkat keras harus tersedia untuk memberikan fasilitas bagi
pengguna sistem untuk menghidupkan (arm) dan mematikan (disarm) sistem alarm
secara manual.
2. Perangkat ini harus menyediakan sebuah keypad dan layar LCD untuk memudahkan
penelusuran area alarm dan informasi bagi pengguna atas tindakan yang dilakukan.


3. Perangkat ini juga harus mampu mengeluarkan suara nada pada saat alarm pertama
kali dihidupkan atau pada saat memasuki akses area yang sedang armed untuk
memberikan peringatan kepada pengguna bahwa alarm akan segera berbunyi.

Diagnostik
Setiap CUAC dan modul perangkat keras lainnya harus dilengkapi dengan sejumlah LED
(Light Emitting Diodes) yang menginformasikan status kontroler atau modul, dan dapat
digunakan sebagai indikator diagnostik visual. LED diagnostik tersebut setidakanya memberi
informasi sebagai berikut :
 Komunikasi
 Status input (monitor point)
 Status output (control point)
 Power

Saklar Tanda Perusakan (Tamper) pada Housing & Perangkat


1. Seluruh komponen perangkat keras Access Control harus ditempatkan di dalam kabinet
dari besi yang dapat dikunci dan dipasangkan saklar tanda perusak (tamper) serta
memenuhi persyaratan aturan lingkungan. CUAC harus memungkinkan koneksi saklar
tamper perangkat untuk mendeteksi akses ke perangkat sekuriti dan harus terdiri atas
rangkaian micro switch yang berpegas.
2. Setiap gerakan merusak ke pintu kabinet akan menyebabkan saklar terhubung
mengirimkan sinyal. Saklar tamper harus menyertakan kontak SPDT dan dipasang di
dalam setiap kabinet berisi perangkat sekuriti yang mana saklar tidak dapat diputus atau
dilepas dari luar cabinet.

Daftar Istilah

ACS Access Control System, meliputi seluruh jaringan kontrol akses dan
jaringan Security Systemn, termasuk Server, Workstations dan
Intelligent field atau kontroler sistem.

BPC Box Panel Controller, merupakan kotak panel sebagai Casing untuk
pengemasan konfigurasi CUAC dan modul DMI. Di dalam Casing
tersebut sudah terdapat converter untuk merubah pasokan daya dari
PP-UPS yang ada di ruang panel menjadi tegangan 12 volt atau 24
volt sesuai kebutuhan Access Control.
CUAC Controller Unit Access Control, merupakan sarana control unit
tersentralisasi untuk pengendalian operasi dari setiap Door Modul
Interfac (DMI) yang ada dalam Box Panel Controller (BPC) di setiap
lantai.
DMI Door Modul Interface, merupakan sarana antarmuka sebagai
penghubung field devices yang terpasang di setiap pintu dengan
CUAC.
SPESIFIKASI TEKNIS

17.8

BUILDING AUTOMATION SYSTEM

1.0. KETENTUAN UMUM

Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan


baik dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar rencana,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan
antara spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban
pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai
dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

2.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua komponen untuk


menunjang bekerjanya semua instalasi (Building Automation System BAS)
dalam kerangka Integrated Security System yang disampaikan dalam
spesifikasi Teknis 17000.
Tercakup dalam lingkup pekerjaan BAS ini meliputi namun tetapi tidak
terbatas pada :

1. Pengadaan dan Pemasangan Instalasi BAS di seluruh gedung.


2. Pengadaan dan Pemasangan DDC di seluruh lantai.
3. Instalasi kelengkapan BAS berikut sofwarenya sehingga menjadi satu
kesatuan system dalam konteks Integrated Security System.
4. Pembuatan gambar Asbuilt dan manual operation dan maintenance.
5. Pengujian seluruh fungsi yang sudah selesai dipasang sehingga dapat
berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan.

Uraian Lingkup Pekerjaan


Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, pemborong pekerjaan
Instalasi BAS harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkannya dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis
besar lingkup pekerjaan Instalasi BAS yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan sentral sistem Building
Automation System meliputi PC Server, Alarm Printer, IP Web Controller,
Aplikasi Open Web, I/O Module, Panel BAS, LCD Local Control.
2. Pengadaan, pemasangan kabel data, terminal box, sensor.
3. Melakukan Testing, Commissioning dan Training.
4. Perangkat Building Automation System (BAS) harus disuplai, dipasang,
ditest, termasuk penyediaan perangkat keras dan perangkat lunak, dll oleh
produsen atau system integrator (SI) yang disetujui oleh produsen untuk
memastikan instalasi yang tepat dan operasi sistem sesuai dengan yang
dibutuhkan.
5. Pabrikan harus memiliki Kantor lokal atau regional di sini untuk
memastikan dukungan penuh dari system dan peralatan yang digunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan Instalasi BAS yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Pengadaan, penyerahan dan aplikasi program software lengkap
yang sudah tergabung dalam Software Integrated Security System.
Sehingga dapat memonitor operasional peralatan gedung melalui
sinyal analog maupun digital.
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan hardware
meliputi Central Data Console berikut : CPU BAS yang mempunyai
out put terhadap komputer untuk operator workstation dan komputer
untuk Maintenance Management System, Printer Alarm, Printer Report
untuk Maintenance Management dan Remote Control Unit (RCU).
6. Lingkup pekerjaan BAS yang terkait sebagai berikut :
a. Kontraktor BAS harus menyediakan dan memasang mechanical /
electrical swicth, relay dan contactor yang diperlukan untuk memonitor
fungsi-fungsi instalasi dan peralatan M/E yang penting dan
menampilkan kondisi instalasi dan peralatan M/E tersebut baik secara
visual/lampu), suara (buzer) maupun character (text). Penampilan
muncul dalam bentuk list atau grafis serta animasi pada Monitor
Komputer.
b. Pengadaan dan pemasangan sub-panel listrik akan dilaksanakan oleh
Kontraktor ME.
c. Pemasangan yang dilakukan oleh Kontraktor BAS harus berkoordinasi
dengan Kontraktor VAC. Wiring peralatan M/E tersebut ke BAS akan
dilaksanakan oleh pemborong BAS.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel kontrol dan
konduitnya.
e. Melakukan testing dan commissioning.
f. Melaksanakan training.
g. Menyiapkan dan menyerahkan technical manual asli dalam bahasa
Inggris dan dalam bahasa Indonesia.

3.0. RUJUKAN
Spesifikasi Teknis :
• 16400 – Distribusi Tegangan Rendah.
• Katalog produk peralatan aktif yang dipilih.

4.0. STANDARD YANG DIGUNAKAN


1. AS/ACIF S009, Installation Requirement for Customer Cabling (Wiring
Rules)
2. ISO/IEC 18010, Commercial Building Standard for Telecommunication
Pathway and Spaces
3. ISO/IEC 14763-1, Administration of Communication Cabling Systems –
Basic Requirement
4. IEC61935-1:2000, Testing of Balanced Communication Cabling in
Accordance with ISO/IEC 11801-Part 1
5. ISO 11801 Ed 2, Information Technology – Generic Cabling for Customer
Premises
6. TIA/EIA 568-B.2-1, Transmission Performance Specification for 4 Pair 100
Ohms Cat6 Cabling (Alternate Reference Only)

5.0. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

1. Umum
a. Sistem harus mampu mengamati menampilkan dan merekam
(record) semua fungsi VAC (Ventilation and Air Conditioning ),
Instalasi Listrik, dan Mekanik yang ada dalam gedung baik secara
terpusat maupun tersebar agar bisa beroperasi dengan aman, handal
dan effektif.
b. Sistem kemudian akan memantau parameter yang diperlukan, input
analog dan digital, atau kontrol analog dan digital output sesuai dengan
fungsi dan aplikasinya. Untuk program applikasinya ditulis dalam high
level language yang dikonfigurasikan dalam suatu network.

2. Deskripsi Sistem
a. Building Automation System (BAS) harus dapat dihubungkan langsung
dengan sub layanan dalam bangunan seperti AC dan Ventilasi
Mekanik, Sanitasi, Listrik, generator, Pompa Air, dll di seluruh
bangunan. Sistem kemudian akan memantau parameter yang
diperlukan, input analog dan digital, dan kontrol analog dan digital
output sesuai dengan program dalam menjalankan meralatan sesuai
dengan fungsi atau aplikasinya.

3. Sistem Arsitektur
a. Building Automation System (BAS) minimal harus menggabungkan
Direct Digital Controller (DDC) berdasarkan komunikasi peer-to-peer
atau konsep distributed intelligence tanpa perlu master control atau
satu kontroler global. Setiap sistem yang menggunakan konfigurasi
master-slave atau kontroler global yang tidak dapat diterima.
b. Direct Digital Controller (DDC) akan menggunakan teknologi jaringan
Ethernet dan TCP/IP untuk komunikasi yang memungkinkan
pertukaran data yang cepat minimal 10 Mb/s.
c. Berdasarkan distributed intelligence, setiap masing-masing Digital
Controller minimum akan dapat memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Individual input/output point scanning, processing and control.
2) Memiliki Arithmetic Operation, Proportional Integral Derivative (PID)
control, dll pada masing-masing controller
3) Deteksi Alarm dan Logging Alarm hingga 50 alarm log
4) Waktu dan penjadwalan dengan jumlah tak terbatas beralih per hari
dengan durasi 24 jam
5) Ethernet communications interface and control
6) Built-in web browser, yang memberikan pilihan untuk menampilkan
halaman web pengguna tertentu tanpa perlu software tambahan,
serta untuk memungkinkan akses dengan mudah ke peralatan
ponsel.
Komputer workstation dan Direct Digital Controller (DDC) akan berada
pada platform pengalamatan Ethernet yang sama menggunakan
jaringan TCP / IP untuk arsitektur sistem ini. Namun kontroler harus
mampu melakukan semua monitoring dan kontrol tindakan secara
independen dari work station operator.

4. Sistem Hardware
a. Setiap Direct Digital Controller (DDC) mempunyai mikroprosesor MHz
66 dengan 16 MB SDRAM dan 8 MB Flash memori sehingga tidak
diperlukan baterai. Pada saat terjadi kegagalan power, kontroller harus
mempunyai kemampuan auto re-start sehingga prosesor akan
otomatis restart tanpa perlu intervensi dari luar pada saat power
kembali normal.
b. Direct Digital Controller (DDC) harus menggunakan komunikasi peer-
to-peer langsung dengan kontroler digital lainnya dan sentral
workstation dengan kecepatan minimal 10 Mbps yang menggunakan
platform Ethernet untuk berbagi data dan pertukaran informasi.
Dengan demikian data dari satu controller dapat dibagi ke seluruh
controller lainnya.
c. Setiap Direct Digital Controller (DDC) harus dirancang sedemikian rupa
dan mempunyai jenis-jenis I/O module yang bervariatif yang terhubung
ke controller dalam bentuk modular sehingga point Digital Input (DI),
Digital Output (DO), Output Analog (AO) dan Input Analog (AI) poin
harus dihubungkan ke modul masing-masing. Ini untuk memberikan
konfigurasi titik kontrol fleksibel dan biaya pengganti yang efektif.
Kerusakan dari satu atau beberapa titik kontrol tidak akan membuat
penggantian seluruh kontroler. Oleh karena itu kontroler yang
mempunyai I/O module dengan jumlah input/output fixed poin tidak
akan diterima.
d. DDC mempunyai desain modular yang memungkinkan ekspansi masa
depan melalui I/O module tambahan atau modul output tambahan
sesuai dasar kebutuhan tanpa mengganti atau mengubah controller itu
sendiri. Semua point analog input harus dari jenis yang universal
sehingga mampu menangani arus, tegangan, termistor atau input
digital (kontak membuka atau menutup) dalam jenis input apapun. Hal
ini untuk mengurangi suku cadang untuk berbagai jenis modul input.
1) Analog Input, minimum harus dapat mendukung ;
 4 to 20 mA
 0 to 10V
 PT1000
2) Digital Input, minimum harus dapat mendukung ;
 Normally Open
 Normally Close
3) Analog Output, minimum harus dapat mendukung ;
 0 to 10V
4) Digital Output, minimum harus dapat mendukung ;
 Normally Open
 Normally Close
e. Direct Digital Controller (DDC) masing-masing harus memiliki indikator
LED visual yang individu untuk indikasi terus menerus untuk parameter
berikut :
1) Power supply – LED HIJAU (Power)
2) Kerusakan Kontroller – LED MERAH (Watchdog).
3) Komunikasi Connection - LED HIJAU (OK)
4) Kesalahan koneksi I/O module - LED MERAH (I/O Bus)
5) Komunikasi – LED KUNING (Rx) - berkedip saat menerima atau
transfer data

f. Setiap Direct Digital Controller (DDC) harus menyediakan fitur berikut,


tetapi tidak terbatas pada hal berikut:
1) Time Program / Scheduling
Setiap Direct Digital Controller (DDC) harus memiliki kemampuan
yang memungkinkan rekayasa beberapa program waktu yang telah
ditetapkan. Setiap item schedule harus dapat memberikan jumlah
tak terbatas per durasi 24 jam sehari sesuai dengan aplikasi yang
dibutuhkan. Sebuah jadwal waktu memiliki fasilitas override untuk
mengakomodasi acara khusus, periode liburan, dll juga harus
dimasukkan dan jadwal waktu ini akan kembali ke "normal" setelah
masa periode override

2) Data Collection & Trend Logging


Direct Digital Controller (DDC) harus memiliki kemampuan log data
minimal 100 poin analog dan digital. Kontroler harus mampu
menyimpan hingga 1000 nilai untuk setiap Trend Log. Setelah itu,
data awal akan ditimpa dengan data baru sehingga data paling
terbaru selalu tersedia. Alat kontrol harus dapat mengatur interval
antara log minimum sebagai berikut :
 1 menit
 5 menit
 10 menit
 15 menit
 20 menit
 30 menit
 1 jam
 6 jam
 24 jam
Kemampuan trending di atas akan disimpan secara terpusat di
workstation. Sistem ini juga harus memastikan bahwa bila
kapasitas controller lapangan terlampaui, data dapat secara
otomatis di- download ke workstation operator dan diarsipkan.

3) Software Configuration
Direct Digital Controller (DDC) harus cukup fleksibel untuk
dikonfigurasi menggunakan perangkat lunak aplikasi untuk
memenuhi berbagai layanan dan aplikasi peralatan 'melalui fitur
algoritma, minimal tetapi tidak terbatas pada hal berikut:

a) Proportional Integral Derivative Control algorithms


 Konfigurasi yang diperlukan untuk Direct Digital Controller
(DDC) berada di masing-masing controller
 Menyediakan kontrol dua posisi.
 Menyediakan kontrol untuk menaikan dan menurunkan atau
tiga point control
 Memungkinkan pemilihan baik kontrol proporsional (P) atau
kontrol proporsional dan integral (P + I) atau kontrol
proporsional dan integral ditambah derivatif (P + I + D) mode
independen yang relevan untuk setiap item peralatan
 Memastikan bahwa proporsional, integral dan derivatif (PID)
dapat disesuaikan
 Memungkinkan kombinasi lebih dari satu kontrol loop
dengan secara langsung, yaitu menggunakan sinyal output
dari satu kontrol loop sebagai sinyal input untuk kontrol loop
lain

b) Boolean Algebraic & Logic modules


 Logika modul kombinasi (untuk variabel digital - AND, OR,
NOT, dll)
 Logika Modul Timer
 Logika Modul readback
 Logika Modul counter
 Logika Modul Run Hours

c) Komunikas Ethernet c/w Built-in Aplikasi Web Server


 Direct Digital Controller (DDC) akan menggabungkan server
web yang dapat memberikan halaman web ke komputer atau
perangkat mobile yang dapat menjalankan browser Internet.
Ini akan menjadi fitur built-in di setiap controller sebagai
paket tanpa perangkat lunak atau perangkat keras tambahan
(misalnya global kontroler, Node Controller, dll). Fitur-fitur ini
kemudian akan memungkinkan user yang berwenang
dengan kode keamanan yang sesuai untuk memantau atau
menyesuaikan parameter dari setiap titik lokasi.
 Selain itu dengan menggunakan komunikasi Ethernet,
masing-masing Direct Digital Controller (DDC) dapat
berkomunikasi dengan remote site atau workstation
menggunakan alamat IP/akses Internet. Hal ini
memungkinkan untuk memonitor dan melakukan
pengontrolan dari lokasi yang berbeda.

d) Centralized Operator Workstation


 Operator workstation pada dasarnya terdiri dari sebuah
komputer terpusat dan Supervisor Software yang terhubung
ke semua Direct Digital Controller (DDC) di jaringan
menggunakan Ethernet atau TCP / IP Local Area Network
(LAN) untuk memantau parameter yang relevan dari masing-
masing peralatan dalam bangunan termasuk alarm, report,
menampilkan grafis, penyimpanan data jangka panjang,
pengumpulan data otomatis, dan tindakan kontrol operator
seperti jadwal dan penyesuaian set-point.
 Meskipun operator workstation merupakan sentral BAS akan
tetapi operasinya harus independen dari masing-masing
Direct Digital Controller (DDC) dan workstation hanya
bertindak sebagai interface atau jendela bagi operator untuk
memantau kinerja peralatan dalam bangunan dan
menyesuaikan atau mengontrol parameter yang diperlukan,
set point yang dibutuhkan oleh aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan kerja perlatan dalam bangunan.
 Oleh karena itu dalam apabila terjadi kegagalan atau
kerusakan pada workstation atau unoperationable, Direct
Digital Controller (DDC) masih akan berfungsi dan system
BAS akan bekerja normal termasuk operasinal schedule,
alarm, Trend logging, dll.

Untuk memonitor suatu sistem operator tidak perlu mengetik


perintah atau nama point, tetapi dapat menggunakan mouse
untuk memilih menu, simbol atau gambar yang ada pada layar.

Setiap saat, operator dapat mengganti interface (user interface)


berdasarkan text maupun grafik.

Untuk interface dengan text, menu-menu yang ada akan


tersedia baik berupa pilihan point maupun pilihan perintah.

Interface mampu memperlihatkan informasi yang ada dalam


suatu window pada layar. Operator dapat menentukan ukuran,
lokasi dan isi dari setiap window. Informasi dalam semua
window secara dinamik akan diperbaharui sesuai perubahan
kondisi lapangan.

"Dinamik Graphic" yang tersedia dapat memuat gambar-gambar


seperti dibawah ini:
a. Gambar Outdoor Unit Sistem AC
b. Gambar Ventilasi
c. Gambar sistem Elektrikal (Distribusi)
d. Gambar sistem Elektrikal (Genset)
e. Gambar sistem Fire/Security
f. Gambar sitem Lift
g. Gambar sistem Plumbing
h. Gambar peralatan teknis lainnya.
i. Gambar instalasi listrik penerangan luar.
j. Gambar instalasi penerangan dalam bangunan.
k. STP.

5. Ketentuan Point Reporting.

a. Input-input analog akan dapat ditentukan :


 High Alarm Limit
 Low Alarm Limit
 Differential

b. Bila sebuah point analog memberikan "High Alarm Limit" lebih daripada
periode "Warning Delay", maka pesan Warning yang ditentukan oleh
operator akan merupakan output pada alarm printer yang
disediakan dan pada file PC di setiap operator workstation.

c. Jika sebuah point analog keluar sebagai "High Alarm Limit" atau "Low
Alarm Limit", maka pesan alarm ini akan dikirim ke file PC operator
workstation dan alarm printer, karena pesan alarm ini perlu diketahui
operator.

d. Jika point binary dikeluarkan sebagai alarm, maka pesan alarm ini
akan dikirim ke file PC operator workstation, karena pesan alarm ini
juga perlu diketahui oleh operator.

e. Setiap alarm dapat ditampilkan dan dicetak dengan pesan text yang
tidak kurang dari 65 karakter.

f. Jika sebuah point kembali ke keadaan normal, kejadian ini akan


direkam dalam file PC di operator worstation.

g. Operator workstation harus mampu menampilkan daftar dari semua


point yang berada pada keadaan alarm dalam sebuah summary
tunggal.

h. Sebuah laporan dapat dikirim ke setiap 15 menit selama ada alarm


"critical" yang belum selesai dan belum diberlakukan.

i. Paling sedikit ada 16 grup access yang dapat ditetapkan dalam


sistem sebagai berikut :
1) Point-point Air Conditioning
2) Point-point Ventilasi
3) Point-point Elektrikal
4) Point-point Lighting
5) Point-point Fire
6) Point-point Security
7) Point-point Plumbing (Air Kotor, air bekas dan air bersih)
8) Point-point Lift / Escalator / Automatic Door

j. Timer-timer "log-off" otomatis akan diberikan untuk melindungi sistem


terhadap access yang tidak sah pada terminal-terminal yang tidak
diawasi.

k. Timer tersebut khusus untuk setiap password dan pemakai, dimana


timer ini dapat ditentukan antara 1 menit sampai 24 jam.
l. Summary password akan diberikan ke operator dengan access yang
tertinggi. Summary tersebut akan menampilkan semua password dan
parameter-parameter yang berhubungan.

m. Database password akan disimpan ditempat yang berbeda sehingga


kerusakan pada salah satu piranti tidak akan menyebabkan sistem
menjadi tidak berfungsi.

n. Tanggalan untuk suatu sistem dapat diatur untuk menentukan jadwal


hari sebagai berikut :
 Hari Biasa
 Hari Khusus
 Liburan

o. Selama perbaikan point problem, operator BAS harus dapat


memproteksi point tersebut dan fungsi execute status On/Off.

p. Bila terjadi dummy alarm yang muncul di monitor, operator dapat


mereset status alarm tersebut.

q. Bila point kembali Normal, alarm printer juga dapat membuat print
reportnya.

r. Supervisor Software pada workstation server mampu mendukung


akses web tanpa melalui PC server lain atau perangkat keras lainnya.
Supervisor harus mendukung HTML dan memungkinkan sistem BAS
untuk dipantau dan kontrol melalui web browser standar dari jarak jauh
tanpa membutuhkan software tambahan. Melalui akses web
menggunakan web browser, harus dimungkinkan untuk melakukan hal
berikut :
 Graphic user interface
 Melihat dan mengetahui alarm,
 Membuat penyesuaian terhadap nilai (misalnya set-poin, on / off),
 Menyesuaikan pekerjaan / penjadwalan waktu,
 Tampilan trend grafik

6. Point History

a. Untuk setiap point analog dalam sistem, sebuah catatan 24 jam


dari nilai yang disample di Direct Digital Controller (DDC) setiap
interval 30 menit. Point History analog pada 24 jam terakhir harus
dapat ditampilkan pada workstation.

b. Point history dari 10 perubahan keadaan terakhir pada sistem akan


dipertahankan pada Direct Digital Controller (DDC). 10 sample terbaru
dari point histroy binary harus dapat ditampilkan pada workstation.

c. Sample-sample point history dengan waktu/tanggal juga akan diambil


menurut kondisi-kondisi dibawah ini :
 Point dalam keadaan alarm/kembali ke normal
 Point on-line/off-line
 Point dapat diandalkan /tidak dapat diandalkan

d. Point History yang disimpan dalam Direct Digital Controller (DDC) akan
dapat ditampilkan pada operator workstation.

e. Sebuah catatan akan memperlihatkan point-point untuk semua point


history yang disimpan pada operator workstation.

f. Point History harus dapat disimpan secara bersamaan pada operator


workstation yang berbeda.

g. Pada operator workstation, operator akan dapat menampilkan suatu


report minimal 7 point (dalam tujuh warna) dari point history
sebagai berikut ini :
 Tanggal/waktu masing-masing sample
 Point value untuk masing-masing sample
 Status point alarm untuk masing-masing sample
 Controlling feature untuk masing-masing sample
 "Operator override flag" untuk masing - masing sample
 "on-line/off-line flag" untuk masing-masing sample

7. Graphic Engineering
a. Grafik dapat dibuat dari salah satu bentuk dibawah ini :
 Scanned photograph
 Imported autocad file
 Simbol-simbol
b. Paket grafik dapat dilengkapi dengan simbol-simbol air conditioning
standar dan simbol-simbol listrik yang dapat dimport dalam beberapa
grafik.

c. Paket grafik harus mampu menentukan point-point pada grafik dimana


data sebenarnya ditampilkan.

d. Simbol-simbol dapat mempunyai warna sebagai berikut (usulan):


 On : Hijau
 Off : Putih
 Alarm : Merah
 Warning : Magenta
 Offline : Hitam
 Report/Trigger locked : Cyan

8. Summary

a. Minimal sistem harus dapat memberikan summary seperti dibawah ini:


 Point summary
 Alarm summary
 Limit summary
 Lockout summary
 Off-line summary
b. "Point Summary" akan memberikan daftar semua point yang ada
dalam suatu sistem pilihan. Definisi sistem tidak akan dibatasi oleh
hubungan hardware. Definisi sistem harus mampu mencakup point-
point dari semua Direct Digital Controller (DDC). Point summary
minimal harus mencakup:
 Status point (alarm, locked out, off-line, override)
 Nama point
 Status/ jumlah point (secara otomatis diperbaharui)
 Unit - unit engineering

c. Alarm summary harus memberikan daftar semua point alarm yang


ada dalam suatu sistem. Definisi system tidak akan dibatasi oleh
hubungan hardware, seningga memungkinkan untuk mencetak semua
point alarm yang ada dalam sistem pada satu summary.

Alarm summary setidaknya harus mencakup:


 Nama point
 Status/jumlah point (jika terjadi alarm)
 Pesan alarm
 Tanggal dan waktu terjadinya alarm

d. "Limit summary" akan memberikan daftar "alarm limit" dan "differential"


untuk semua point-point analog dalam suatu sistem.

e. "Lockout summary" akan menampilkan point-point dalam suatu


sistem yang mempunyai "reporting locked-out" maupun "trigerring
locked-out".

f. "Off-line summary" akan menampilkan point-point dalam suatu sistem


yang kehilangan komunikasi.

6.0. PERSYARATAN KEMAMPUAN SISTEM

1. Umum
a. Sistem ini harus mampu memantau dan me-record semua fungsi
instalasi listrik dan mekanik yang ada dalam gedung agar bisa
beroperasi dengan baik dan effektif. Sistem harus berbentuk module
agar dimungkinkan untuk pengembangan tanpa harus membuang
peralatan yang sudah ada.
b. Pekerjaan Instalasi BAS harus menjadi sebuah system yang mutakhir,
terdistribusi, terkomputerisasi, dan bersifat intelligence konsep tanpa
menggunakan satu controller master atau global controller. Setiap
Direct Digital Controller (DDC) dapat beroperasi baik dalam kondisi
mandiri (stand alone) atau operasi jaringan. Controller yang kembali ke
dalam keadaan default pada saat kehilangan jaringan komunikasi
dengan controller lain atau server tidak akan diterima.
c. Sistem control peralatan harus dapat bekerja mandiri dari workstation
sehingga system akan tetap bekerja dan beroprasi ketika terjadi
kegagalan pada workstation.
d. Masing-masing Controller mempunyai fasilitas Web Page Monitoring
yang di akses melalui Web Browser melalui jaringan TCP/IP (misal :
intranet atau internet) dengan menggunakan IP address atau host
name dari masing-masing DDC Controller dan dilengkapi oleh
password pengaman (jika pengguna ditetapkan dalam controller).

2. Sistem Komunikasi Protokol


a. Arsitektur sistem harus open protokol, Ethernet atau TCP / IP, dengan
jaringan komunikasi minimal 10 Mb / s untuk memungkinkan
pertukaran data yang cepat.
Supervisory / Management Level - TCP/IP
Field Controller / Direct Digital Controller - TCP/IP
b. System berbasis protokol proprietary atau menggunakan jaringan
tingkat baud kurang dari 1 Mb/s tidak akan diterima

3. Sistem Power Supply


Peralatan sistem kontrol harus beroperasi pada 240Vac dengan toleran
+10% dari tegangan standard pada variasi frekuensi 50/60Hz. Memiliki
perlindungan overload termal dan electronic self-resetting circuit breaker
untuk melindungi dari pasokan listrik yang masuk. Oleh karena itu tidak
diperlukan penggantian sekering

4. Prosedur Restorasi Sistem


Sistem BAS harus dapat mengembalikan sepenuhnya semua fungsi
pengendalian dan pengawasan apabila terjadi pemutusan darurat atau
kegagalan power. Sistem kontrol harus mempunyai kemampuan auto re-
start sehingga prosesor akan otomatis restart tanpa perlu intervensi dari
luar pada saat pasokan listrik kembali normal.

5. Sistem Uninterruptible Power Supply


Uninterruptible power supply (UPS) harus disediakan untuk server dan
controller untuk mendukung pasokan listrik jika terjadi kegagalan daya
dalam jangka waktu minimum 30 menit

6. Sistem Hardware
a. Integrated Bulding Management System (BAS) harus terdiri dari
workstation berbasis PC terpusat dan Direct Digital Controller (DDC)
dengan desain modular yang mempunyai kemampuan pemrosesan
terdistribusi, dan memungkinkan untuk ekspansi masa depan dari
kedua input/output poin serta pengolahan kontrol dan fungsi.
b. Sistem perangkat keras atau komponen harus dapat diandalkan,
mudah dipasang dan dengan desain modular. Sistem akan
memungkinkan ekspansi 20% tanpa redundansi, yaitu dengan
penambahan module tanpa perlu penggantian komponen. Hal ini harus
sama sekali tidak akan membahayakan fungsi sistem atau kecepatan
operasi.
c. Sistem ini juga akan berkemampuan dan memungkinkan lebih dari
13.000 controller dihubungkan dalam satu jaringan untuk memenuhi
kebutuhan pengembangan di masa depan.
d. Konfigurasi strategi dan data file disimpan dalam memori non-volatile
(Flash) sehingga baterai tidak diperlukan. Sistem yang menggunakan
back up baterai dan dibutuhkan maintenance penggantian baterai
dalam kurun waktu tertentu tidak diijinkan karena dapat mengakibatkan
kegagalan system dan kehilangan file data apabila terjadi
keterlambatan penggatian baterai.

7. Sistem Keamanan
a. Sistem BAS harus menyediakan proteksi password terhadap akses
yang tidak sah. Sistem ini harus mampu menetapkan minimal 10
pengguna yang berbeda dengan setiap password yang mengandung
setidaknya 20 karakteristik alfanumerik.
b. Sistem ini akan memungkinkan setidaknya 10 tingkat akses yang
berbeda di masing-masing tingkat dan hak akses dapat set oleh user
sesuai dengan fleksibilitas aplikasi serta kapasitas user. Sistem
dengan tingkat akses yang telah ditentukan tidak dapat set oleh user
tidak akan diterima. Pilihan otomatis sign-off juga harus disediakan.
Akses yang dilindungi sandi diatur pada dua system yaitu operator
workstation dan controller

8. Kondisi operasi
Komponen Building Automation System (BAS) dapat beroperasi dalam
kisaran lingkungan berikut:
Temperature : 0 DegC to 45 DegC
Humidity : 0%RH to 90%RH non condensing

9. Secara umum kemampuan sistem yang diminta mencakup:


a. Memonitor, mengontrol dan merecord peralatan instalasi penerangan
listrik dan daya.
b. Memonitor, mengontrol dan merecord peralatan fire, security dan
safety.
c. Memonitor, mengontrol dan merecord peralatan VAC, plumbing dan
sanitasi, Sistem AC ruang OK.
d. Program pencatatan jangka waktu operasi beberapa peralatan utama
untuk agenda maintenance atau penggantian part.
e. Sistem harus mempunyai proteksi terhadap tegangan kejut.

7.0. KETENTUAN TEKNIS PERALATAN

1. Umum
Peralatan BAS terdiri dari unit-unit sebagai berikut:
a. Central Data Console meliputi Central Processing Unit, Operator
Terminal, Printer Data, Colour Display Unit, Printer Alarm di ruang
control.
b. Remote Control Unit (RCU) dan Modul Input/Output di setiap lantai
gedung.
c. Switch, relay, Actuator, Contactor dan Kabel/Konduit.

2. Spesifikasi Teknis Hardware


a. Switch, Relay dan Contactor
 Elektrik maupun mekanik.
 Built in.
 Mampu mendeteksi sinyal analog atau digital sesuai keperluan
yang dideteksi.
 Tahan Korosi.
 Pemasangan tidak harus mempergunakan special tool yang mahal.

b. Room Temperature Sensors


Memiliki 2-pole terminal untuk komunikasi dengan IO Module DDC.
Casing dengan nilai estetika yang baik untuk penempatan di ruangan.
- Room temperature sensor akan ditempatkan pada ruang
transformator, yang menggunakan PT 1000 sebagai sensing
temperature.
- Akurasi sensor +/- 0,2°c ~ 0,4°c @25°c
- Sensor ini harus dapat bekerja dengan baik untuk pengukuran
objek/lingkungan pada temperature -30 ~ 70°c, 0 ~ 9 5% RH (non
condensing).
c. Room Temperature and Humidity Transmitter.
Memiliki 4-pole terminal untuk komunikasi dengan IO Module DDC.
Casing dengan nilai estetika yang baik untuk penempatan di ruangan.
- Room temperature and Humidity Transmitter akan ditempatkan
pada ruang OK, yang menggunakan PT 1000 sebagai sensing
temperature.
- Sensor ini harus dilengkapi lcd agar dapat memudahkan
penggunanya untuk melakukan monitoring
- Akurasi sensor +/- 0,2°c ~ 0,4°c @25°c dan 2%RH ( 25°c, 20 ~ 80%
RH)
- Sensor ini harus dapat bekerja dengan baik untuk pengukuran
objek/lingkungan pada temperature -30 ~ 70°c, 0 ~ 9 5% RH (non
condensing)
- Response time humidity transmitter <10sc (25°c, i n slow air)

d. Differential Pressure Transmitter


Minimum data teknis Pressure Sensors sebagai berikut:
 Range 0-125 Pa, 0-250 atau disesuaikan kebutuhan
 Output signal 0-10 V
 Long term stabilitas: ±0.5%FS /tahun
 Temperature Kerja.: -20~70°C
 Accuracy: lebih dari ±1.0%FS
 Response time 0.5~30s, dapat diset (disesuaikan)

e. Differensial Pressure Switch


Untuk monitoring tingkat kebersihan filter pada system AHU, tipe yang
digunakan dapat diadjust pressure sesuai kebutuhan:
 Range adjustable : 4 range
 Maksimum pressure 7500 Pa
 Koneksi Elektrikal : screw terminal
 Material housing PC, diaphragm silicone

f. Static Pressure Transmitter


Minimum data teknis Pressure Sensors sebagai berikut:
 range 0-125 Pa, 0-250 atau disesuaikan kebutuhan
 Output signal 0-10 V
 Long term stabilitas: ±0.5%FS /tahun
 Temperature Kerja.: -20~70°C
 Accuracy: lebih dari ±1.0%FS
 Response time 0.5~30s, dapat diset (disesuaikan)

g. Water Level Transmitter.


Water level transmitter ini digunakan untuk memonitor volume tangki
air secara real time, dimana dalam volume tangki air akan
diinformasikan dalam bentuk persen (0%) kosong hingga (100%) full.
Data teknis untuk perangkat ini adalah sebagai berikut.
 Power 11 – 28 VC
 Output 4 -20mA

h. Volume Damper.
Aktuator Volume Damper digunakan untuk pengaturan laju aliran udara
pada system AC.
 Torsi output 5, 10, 15 NM atau disesuaikan.
 Control signal 4 -20mA atau 0-10DV
 Feedback signal 4 -20mA atau 0-10DV
 Power Supply 24V
 Material Flame Resistant ABS

8.0. SPESIFIKASI POKOK HARDWARE PERALATAN YANG AKAN


DIPASANG

Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis diatas sebagai berikut:
1. PC Works Station

Processor Intel min. Pentium Corei7


Memory Capacity/RAM minimal 8 GB
Protocol TCP/IP dengan Ethernet Network Card 100 Mb/s
Operating Temperature -30 ... +70°C
Hard Disk minimal 1 TB
Operating System Windows 10 or Latest Edition
Catu Daya 220 V ± 10 %, 50 Hz

2. IP WEB Controller
Memiliki fungsi Kontrol yang terintegrasi, schedule, supervisi, Monitoring,
data logging, alarm, historical, management jaringan. Memiliki koneksi
Internet, dapat berjalan dan menampilkan view melalui Web base.

Prosessor Minimum, 200 MHz


Kapasitas Memory RAM 128 MB, NV-RAM 2 MB, battery-buffered,
2 GB Micro SD Card Flash Extension, Clock
battery-buffered real-time clock, Watchdog
Hardware
Komunikasi Ports: (2) 10/100Mbps Ethernet; (1) RS-485; (2)
RS-232; (2) CAN-bus, (2) USB.
Platform Bacnet, CAN-bus, Modbus
Catu Daya 24VDC dan dicatu dari sumber UPS

3. IP Controller DALI interface

Kontrol hingga 4 independent DALI interfaces


• Hingga 64 alamat per DALI interface
• Kontrol RGBW dengan 4 alamat DALI
• Individual control of single lights ON / OFF / DIMMING
• Auto addressing
• Auto grouping lampu RGBW
• Auto fault diagnostic function and status control
• Auto fault detection and recording.

Memiliki koneksi Internet, dapat berjalan dan menampilkan view melalui


Web base.

Prosessor Minimum, 200 MHz


Kapasitas Memory RAM 128 MB, NV-RAM 2 MB, battery-buffered,
2 GB Micro SD Card Flash Extension, Clock
battery-buffered real-time clock, Watchdog
Hardware
Komunikasi Ports: (2) 10/100Mbps Ethernet; (1) RS-485; (2)
RS-232; (2) CAN-bus, (2) USB.
Platform DALI INTERFACE
Catu Daya 24VDC dan dicatu dari sumber UPS

4. IO Module DDC
I/O module untuk controller memiliki terminal input/output dan ditempatkan
pada panel BAS tiap gedung setiap lantai.

Processor ARM7 Architecture 17~25 Mhz


Komunikasi CAN-bus.
Tegangan Kerja 24 VDC dan arus 50 mA
Temperature Kerja 0°C sampai 50°C

Untuk dapat berkomunikasi dengan berbagai tipe sensor/aktuator


Terminal IO Module DDC harus memiliki:
- Terminal input dengan variable, analog : Tegangan 0 to 10V., Digital
Dry contact, Pulse, PT1000
- Terminal output dengan variable, Digital : Tegangan 12/24 VDC dan
arus 80 mA per output. Analog : Tegangan 0 to 10 V DC dan arus 8mA
per output.

5. Hospital Automation System (HAS)


Disetiap ruang operasi dilengkapi dengan Hospital Automation System.
Permukaan Layar LCD harus anti gores, Back light panel, IP65 lengkap
dengan seal. Display ini akan memberikan informasi sebagai berikut
secara real time :
1. Temperature Ruang OK : menampilkan suhu ruangan
2. Humidity Ruang OK : menampilkan kelembaban ruangan
3. Pressure Ruang OK : menampilkan tekanan ruangan
4. Hepa Filter : menampilkan perbedaan tekanan antara
supply udara dengan tekanan ruangan
5. Air flow : menampilkan kecepatan aliran supply
udara
6. Digital Clock : menampilkan tanggal dan waktu dalam
format HH:MM:SS. Dimana tanggal dan
waktu diperoleh dari NTP Server Master
Clock.
7. Trend Log (Historical) : menampilkan nilai Temperature, Humidity
dan Pressure secara visual grafik

OK Room Control dan Monitoring ini juga harus dapat melakukan kontrol/
remote sebagai berikut:
1. Stopwatch : digunakan untuk mengukur lamanya
proses operasi, dimana terdapat 2 pilihan
pengaturan waktu yaitu waktu dihitung
mundur atau maju.
2. Set Point : digunakan untuk mengatur nilai
temperature yang diinginkan
3. Used/Unused : digunakan untuk memulai proses operasi,
tombol ini akan mengaktifkan konfigurasi
AHU OK, outdoor VRV pada mode Use/
Unused.
Layout tampilan harus didesain dengan mempertimbangkan kemudahan
penggunaan oleh user. Warna dan tata letak menu dibuat sedemikian
rupa sehingga graphic user interface dalam display menarik dan nyaman
dilihat.
LCD display ini dipasang dengan sudut yang kecil, atau rata dengan
dinding ruangan, untuk menghidari debu menempel pada perangkat.
Ukuran display pada ruang OK adalah 21.5”, untuk Nurse Station adalah
32’

6. Kabel
Kabel yang antara IP Web Controller ke PC Workstation menggunakan
Jaringan LAN, dari IP Web Controller ke I/O Module DDC menggunakan
kabel STP 20 AWG, dan kabel dari I/O module ke point I/O digital
menggunakan ITC kabel 0,6mm.
Koneksi ke perangkat metering yang terpasang panel/utility berjalan dalam
platform Modbus dan menggunakan kabel STP 2 core 18 AWG.
Koneksi ke Outdoor AC berjalan dalam platform Bacnet dan
menggunakan kabel STP 2 core 20 AWG.

9.0. PENGUJIAN DAN JAMINAN

1. Semua peralatan dalam Sistem BAS ini harus diuji oleh perusahaan
pemegang keagenan peralatan tersebut dimana perusahaan tersebut
harus memberikan surat jaminan atas bekerjanya sistem setelah hasil
pengujian adalah baik.
2. Kontraktor menjamin dengan masa pemeliharaan selama masa 6 (enam)
bulan untuk instalasi dan jaminan peralatan selama masa 1 (satu) tahun
setelah masa pemeliharaan.

10.0. REFERENESI PRODUK

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi:


1. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf
dengan yang dispesifikasikan ke Direksi.
2. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari
Direksi / MK (Manajemen Konstruksi).
3. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :

Bahan / Peralatan : Merk / Pembuat
Peralatan Utama : Deos, Panasonic, Priva, GFR
Kabel ITC : Supreme/kabelmetal/Kabelindo
Kabel Data : Ega, Double-H
Kabel Data STP : Belden, Nexans, Leoni
Conduit PVC : Ega, Double-H / setara

Anda mungkin juga menyukai