KEHUTANAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
--------------------------------------------------------------------------------------------
BAHAN AJAR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3)
PELATIHAN TENAGA TEKNIS PENGELOLAAN
HUTAN PENGUJIAN KAYU BULAT
Disusun oleh:
Anna Indria Witasari
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja maupun
orang lain di tempat kerja. K3 diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
1/1970 tentang keselamatan kerja. Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja. K3 cukup
penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi termasuk Hak
Pengelolaan Hutan (HPH), HTI (Hutan Tanaman Industri), Industri Pengolahan Hasil
Hutan memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang
terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 meliputi
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan
perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit.
Sebagai seorang Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Lestari Pengujian Kayu
Bulat, penerapan K3 sangat diperlukan agar kecelakaan kerja dapat dihindarkan,
tidak saja pada yang bersangkutan tetapi juga pada orang lain. Hal ini karena
dengan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja lebih baik daripada pengobatan
atau pemulihan akibat kecelakaan kerja. Karena kecelakaan kerja akan
mengakibatkan kerugian baik kerugian material maupun immaterial. Oleh
karenanya, seorang Tenaga Teknis Pengujian Kayu Bulat perlu dibekali dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja mengenai penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) melalui Pelatihan Tenaga Teknis Pengujian Kayu Bulat.
B. Tujuan
Setelah peserta mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
1
BAB II
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor
yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja
maupun orang lain di tempat kerja. Beberapa peraturan yang mengatur tentang K3
adalah sebagai berikut:
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Nomor:
PER.01/MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Penebangan dan Pengangkutan Kayu.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
2
untuk sementara waktu tidak bisa beroperasi. Selain akan menimbulkan kerugian
akibat berhentinya produksi, maka produktivitas akan berkurang.
c. Pendekatan Kemanusiaan
Kecelakaan akan menimbulkan penderitaan bagi korban atau keluarganya. Dengan
penerapan K3 juga melindungi pekerja dan masyarakat karena K3 adalah bagian
dari HAM. Sebagai contoh: suatu keluarga yang kehilangan anggota keluarganya
akibat kecelakaan kerja, sementara pekerja tersebut merupakan tulang punggung
keluarganya.
Filosofi dari K3 adalah: upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
tenaga kerja dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat yang adil dan sejahtera. Sedangkan bila ditinjau dari keilmuan, K3
adalah: suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja , dan lain-lain
(accident Prevention). Dengan demikian yang perlu digaris bawahi dari K3 adalah
pencegahan sehingga suatu kejadian yang terkait kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja dapat diminimalisir.
Sasaran K3:
• Melindungi para pekerja dan orang lainnya di tempat kerja (formal maupun
informal).
• Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien.
• Menjamin proses produksi berjalan lancar.
Hazard
Terkait dengan K3, maka yang perlu diketahui adalah Hazard. Hazard adalah
sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kecelakaan/kerusakan. Hazard
dapat berupa : bahan-bahan , bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja
atau situasi kerja. Beberapa jenis hazard adalah:
- Physical Hazards: suatu keadaan yang berkaitan dengan aspek fisik dari
suatu benda. Contoh: konstruksi bangunan. Bangunan dari kayu lebih mudah
terbakar dibandingkan bangunan dari tembok.
- Chemical Hazards: bahaya yang berasal dari bahan kimia. Contohnya: bahan
kimia yang dapat membuat kulit gatal atau iritasi.
- Physiological Hazards: bahaya yang timbul dari beban kerja, sikap dan cara
kerja.
- Ergonomic Hazards: potensi bahaya karena posisi kerja yang tidak benar.
Misalnya posisi duduk. Dalam waktu lama, posisi duduk yang tidak benar
akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Misalnya: sakit pinggang.
Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Sementara yang
dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tidak diduga (insident)
yang mengakibatkan kacaunya proses pekerjaan / produksi yang direncanakan
sebelumnya. Kecelakaan kerja tidak selalu diukur dengan adanya korban manusia
cidera atau meninggal.
Biaya kecelakaan dapat diibaratkan sebagai fenomena gunung es
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 1 dibawah ini.
Pada Gambar 1, yang tampak di permukaan air hanya sebagian kecil gunung
es. Namun sesungguhnya sebagian besar gunung es berada di bawah permukaan
air yang tidak terlihat dari permukaan air. Hal ini yang sesungguhnya terjadi bila
4
terjadi kecelakaan kerja. Akibat kecelakaan kerja, yang langsung terlihat antara lain:
korban cidera, korban jiwa, biaya pengobatan, dan kerusakan properti. Sementara
itu, biaya lain sebagai akibat kecelakaan kerja yang tidak langsung terlihat bisa lebih
banyak lagi. Misalnya: adanya tuntutan ganti rugi dari karyawan yang mengalami
kecelakaan kerja terhadap perusahaan akibat cacat yang diderita karyawan
sehingga karyawan tersebut tidak dapat bekerja lagi. Selain itu, masa depan
keluarga bila terjadi korban jiwa sementara korban adalah tulang punggung keluarga
dan lain-lain.
Di lain pihak, perusahaan juga menderita kerugian. Misalnya: dengan adanya
karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan sementara tidak dapat bekerja,
perusahaan harus melatih karyawan baru supaya produksi tidak terhenti. Bila
karyawan meninggal, maka perusahaan perlu mencari tenaga kerja baru. Untuk
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerusakan fasilitas, maka perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk pembangunan kembali fasilitas yang
mengalami kerusakan. Produksi dapat juga terhenti bila kecelakaan kerja yang
terjadi menyebabkan kerusakan fasilitas yang serius ataupun yang menyebabkan
cidera karyawan dalam jumlah banyak.
Kecelakaan kerja dapat digambarkan sebagai Piramida Kecelakaan Kerja yang
digambarkan pada Gambar 2 dibawah ini.
5
puncak piramida dapat dilihat 1 kejadian kecelakaan fatal yang mengakibatkan
kematian atau cacat permanen. Pada setiap kejadian kecelakaan fatal terdapat
10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang menimbulkan
kerusakan aset/properti/alat/bahan serta 600 (enam ratus) kejadian nearmiss
(hampir celaka) sebelum terjadi 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal tersebut.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal di tempat kerja, maka perlu
dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian-
kejadian nearmiss di tempat kerja (pada bagian paling bawah piramida
kecelakaan kerja). Dengan demikian, kemungkinan terjadinya kecelakaan fatal
dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju terjadinya kecelakaan fatal pada
puncak piramida dapat dikurangi.
Prinsip dasar penerapan K3 adalah keseimbangan antara: Hazard (Risk
assessment, identifikasi & analisa potensi bahaya) dan control (Tindakan
pengendalian bahaya).
Risk assessment adalah proses menganalisa tingkat resiko, pertimbangan
tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya dapat dikendalikan,
memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi di tempat kerja. Risk analysis
adalah perkiraan kuantitatif dengan teknik matematik yang menggabungkan
konsekuensi dan frekuensi kejadian.
Aspek Penerapan K3 meliputi:
• Perencanaan
• Pemasangan
• Commissioning
• Pemakaian
• Perawatan
Pengendalian juga perlu dilakukan. Hal ini meliputi: administrasi, legalitas/perijinan,
standarisasi, serta sertifikasi.
Identifikasi Bahaya
• Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan identifikasi bahaya guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
• Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan Safety
Department.
6
• Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List,
JSA, JSO,What If, Hazops, dan sebagainya.
• Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Klasifikasi resiko
7
Resiko terdiri dari 2 dimensi yaitu: akibat dan frekuensi. Pada Tabel 1 dibawah ini
digambarkan Tabel penilaian resiko yang merupakan kombinasi dari keparahan dan
frekuensi terjadinya insiden.
Tabel 1. Penilaian Resiko
Berdasarkan Tabel 1 diatas, bila kejadian tersebut sangat sering terjadi dan akibat
yang ditimbulkan sangat berat maka kecelakaan kerja tersebut dikategorikan
ekstrim. Bila kecelakaan kerja sangat jarang terjadi, namun akibat yang ditimbulkan
sangat berat, maka resiko dikategorikan tinggi. Frekuensi yang dikategorikan sangat
sering sebagai contoh parameternya adalah yang terjadi hampir setiap hari.
Sedangkan tingkat keparahan yang sangat parah contoh parameternya antara lain
bila menimbulkan cacat permanen, kematian, jam kerja yang hilang lebih dari 1X24
jam.
Akibat kecelakaan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu: ringan,
sedang, kritis, sangat kritis dan ekstrim. Kategori akibat kecelakaan dapat dilihat
pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Kategori akibat kecelakaan
8
Pada Tabel 2, akibat kecelakaan kerja bervariasi, dari yang ringan yaitu: tidak
memerlukan perawatan medis, hingga yang ekstrim yaitu: mengancam keselamatan
masyarakat sekitarnya. Contohnya: limbah industri yang mencemari air sungai yang
digunakan untuk kebutuhan warga sehari-hari.
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian, maka
diperlukan langkah-langkah pengendalian resiko sehingga resiko dapat diminimalisir
sehingga menuju ke titik yang aman. Langkah pengendalian resiko dapat dilihat
pada Gambar 3 di bawah ini.
9
Gambar 4. Diagram alir prosedur identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian
resiko K3
10
Pencegahan kecelakaan yang disebabkan faktor manusia dapat dilakukan dengan:
a. Pemilihan Tenaga Kerja
b. Pelatihan sebelum mulai kerja
c. Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
Pencegahan kecelakaan kerja yang disebabkan faktor-faktor teknis dilakukan
dengan:
a. Perencanaan Kerja yang baik.
b. Pemeliharaan dan perawatan peralatan
c. Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
d. Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
e. Penerapan Sistim Manajemen Mutu
11
BAB III
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat-alat yang wajib digunakan oleh para
pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan
sebuah gedung, dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja
yang bersangkutan.
APD juga wajib digunakan oleh pekerja lapangan termasuk Tenaga Teknis
Penguji Kayu Bulat. Dengan penggunaan APD, pekerja akan lebih terlindungi bila
terjadi kecelakaan kerja ataupun juga melindungi pekerja sehingga kesehatannya
dapat terjaga.
Manfaat APD
Ada beberapa manfaat dari penggunaan APD, yaitu: untuk menghindari bahaya-
bahaya seperti:
• Tertimpa benda keras dan berat seperti cabang dan ranting pohon.
Pada saat melakukan pengujian di lapangan, helm harus digunakan untuk
melindungi bila kepala tertimpa ranting pohon.
• Tertusuk atau terkena benda tajam di lantai hutan.
Masih banyak dijumpai pekerja lapangan tidak menggunakan sepatu boot pada saat
bekerja di lapangan. Bahkan tidak jarang pekerja lapangan menggunakan sandal.
Memakai sepatu boot dapat melindungi kaki dari terkena benda tajam di lapangan
ataupun digigit ular.
• Rusak pendengaran antara lain yang disebabkan kebisingan suara gergaji
(chainsaw).
Penutup telinga diperlukan terutama bagi operator chainsaw atau pekerja yang
bekerja di penggergajian. Hal ini karena setiap hari pekerja terpapar suara bising
penggergajian. Terpapar terhadap kebisingan dalam waktu yang lama dapat
berdampak pada kesehatan yaitu: berkurangnya atau bahkan hilangnya
pendengaran.
Penggunaan APD lainnya adalah: penggunaan sarung tangan untuk
melindungi tangan dari permukaan kayu yang kasar atau agar tangan tidak tergores,
penggunaan kacamata pelindung untuk melindungi mata dari terkena serpihan kayu,
12
masker terutama bagi pekerja yang sehari-hari bekerja di penggergajian kayu
ataupun operator chainsaw untuk menghindari dari serbuk-serbuk kayu.
13
Berbagai APD dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini:
14
BAB V
PENUTUP
15
DAFTAR PUSTAKA
16