Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERBENGKELAN

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbengkelan

Oleh:
Hari Sulistiyo A1C020039
Kukuh Adji Ferdinantara A1C020071
Muhsin Qudhori A1C020037

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, RISET DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
III. PEMBAHASAN...............................................................................................4
A. Kecelakaan Kerja......................................................................................4
B. Landasan Hukum Kecelakaan Kerja di Indonesia....................................4
C. Prinsip K3..................................................................................................4
D. Hubungan K3 dengan Kedisiplinan Produktifitas Kerja...........................6
E. Bentuk-bentuk Kecelakaan Kerja..............................................................7
F. Klasifikasi Kecelakan Kerja....................................................................10
IV. Pengelolaan Resiko dalam K3........................................................................13
V. PENUTUP......................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................17
DAFTAR PPUPSTAKA........................................................................................18

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami
kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka
berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa dan ia dapat mencegah
kecelakaan secara preventif. Selama pekerjaan masih dikerjakan secara
perseorangan atau dalam kelompok maka usaha pencegahan tidaklah terlalu sulit,
sifat demikian segera berubah, tatkala revolusi industri dimulai yakni sewaktu
umat manusia dapat memanfaatkan hukum alam dan dipelajari sehingga menjadi
ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan secara praktis.
Penerapan ilmu pengetahuan tersebut dimulai pada abad 18 dengan
penemuan ketel uap untuk keperluan industri. Tenaga uap sangat bermanfaat bagi
dunia industri, namun pemanfaatannya juga mengandung risiko terhadap
peledakan karena adanya tekanan uap yang sangat tinggi. Selama awal abad
pertengahan berbagai bahaya diidentifikasi, termasuk efek paparan timbal dan
mercury, kebakaran dalam ruang terbatas, serta kebutuhan alat pelindung
perorangan. Namun demikian, tidak ada standar atau persyaratan keselamatan
yang terorganisasi dan ditetapkan pada saat itu. Para pekerja biasanya pengrajin
independen atau bagian dari toko atau pertanian keluarga dan bertanggung jawab
sendiri untuk keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraannya. Selanjutnya terjadi
revolusi listrik, revolusi tenaga atom, dan penemuan-penemuan baru di bidang
teknik dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia. Di samping
manfaat tersebut, pemanfaatan teknik dan teknologi dapat merugikan dalam
bentuk risiko terhadap kecelakaan apabila tidak diikuti dengan pemikiran tentang
upaya K3.

1
B. Tujuan

1. Mengetahui definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


2. Mengetahui kecelakaan yang terjadi pada dunia kerja
3. Mengetahui regulasi keselamatan dan kesehatan kerja
4. Mengetahui cara mengidentifikasi bahaya dan penilaian resiko

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berkaitan dengan


pekerjaan. Hal ini berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Kani et al, 2013).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adlah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. (Armanda, 2006).
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang terjadi akibat penyebab yang
tidak terduga. Karena terdapat penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan
ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat
dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2013).

3
III.PEMBAHASAN

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan harta benda
(Permenaker No. 03/MEN/1998). Pengertian lain kecelakaan kerja adalah semula
kejadian yang tidak direncanakan yang menyababkan atau berpotensial
menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainya (Standar AS/NZS
4801:2001). Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut OHSAS 18991:2007
adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan
cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahanya) kejadian kematian atau
kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

B. Landasan Hukum Kecelakaan Kerja di Indonesia

1. UUD1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan :" setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
3. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi NO: PER,01/NEN/1981
tentang penyakit-penyakit akibat kerja yang perlu dilaporkan.
4. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No.per 02/Men/1980 tentang
pemeriksaan tenaga kerja dalam menyelenggarakan keselamtan kerja.

C. Prinsip K3

Penyebab kecelakaan kerja sangat kompleks dan umumnya satu dengan


yang lain saling berkaitan. Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, mulai dari SOP yang kurang menjamin keamanan pekerja, kelalaian pada
pekerja maupun pengawasannya, maupun adanya hal-hal di luar kendali lainnya.

4
Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh adanya paparan terhadap suatu
bahaya (hazard) zat maupun aktivitas yang memiliki risiko mengganggu
kesehatan atau menimbulkan penyakit. Bahaya dapat berupa bahaya fisika
(contoh: pencahayaan, suhu, tekanan, getaran, radiasi), kimia (zat-zat yang telibat
dalam proses produksi dari bahan baku hingga produk dan limbah), biologi
(bakteri, virus, jamur), ergonomi (seperti posisi dan pergerakan yang terus-
menerus dan menimbulkan kelelahan), sampai psikologis. Berbagai hal ini jika
terpapar pada pekerja pada jumlah dan waktu tertentu dapat menyebabkan
gangguan kesehatan.
Apabila aturan keselamatan dan kesehatan kerja tidak sepenuhnya
dilaksanakan oleh karyawan, maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
lebih besar dibandingkan dengan tempat lain yang secara sungguh-sungguh
melaksanakan aturan keselamatan dan kesehatan kerja. Kecelakaan tidak terjadi
kebetulan melainkan ada sebabnya, kecelakaan tersebut dapat dicegah dengan
cara melepaskan penyebabnya dan mencari apa penyebab kecelakaan sangat
penting, karena hal itu akan dapat membantu upaya mencegah terjadinya
kecelakaan sesedikit mungkin. Kecelakaan kerja mungkin disebabkan oleh
tindakan yang berbahaya dan kondisi yang membahayakan, yang perlu diketahui
dan diperhatikan adalah bahaya yang ada pada setiap jenis pekerjaan. Berdasarkan
hal tersebut, maka sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, untuk
selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi penyebab kecelakaan dapat dicegah dan
tidak berulang kembali. Usaha pencegahan kecelakaan kerja sangat penting untuk
menghindari kerugian yang besar, karena perusahaan harus menanggung biaya
kecelakaan. Kecelakaan dapat dicegah atau diantisipasi dengan memahami
Keselamataan dan Kesehatan Kerja (K3). Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) harus memegang prinsip K3 sebagai berikut:
a. Memandang kecelakaan bukan sebuah nasib.
b. Kecelakaan pasti ada penyebabnya sehingga dapat dicegah
c. Penyebab: personal factors 80-85% dan environmental factors 15 % sampai
20 %
d. Kecelakaan selalu menimbulkan kerugian

5
e. Peran pimpinan sangat penting & menentukan.
D. Hubungan K3 dengan Kedisiplinan Produktifitas Kerja

di dalam K3, terdapat prinsip 5S yang merupakan sistem manajemen


penataan tempat kerja, pembersihan, penataan kondisi yang mantap dan
memelihara kebiasaan agar pelaksanaan pekerjaan lebih nyaman. Program 5S
terdiri dari Seiri (Pemilahan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu
(Pemantapan) dan Shitsuke (Pembiasaan). Istilah 5S di Indonesia dikenal dengan
sebutan 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Pemanfaatan tempat
kerja yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan dan ruagan untuk melatih
kebiasaan pekerja dalam meningkatkan kedisiplinan kerja.
1. Seiri (Ringkas), kegiatan meringkas barang-barang di bengkel untuk
efisiensi tempat Memilah barang (alat dan bahan) yang diperlukan, belum
diperlukan, tidak di perlukan dan barang tidak sesuai penempatanya. Jika
seiri terpenuhi maka: efisiensi ruangan bengkel listrik, produktivitas
meningkat, tidak terjadi pemborosan rungan, K3 dan lingkungan kerja
meningkat, tidak terjadi penumpukan barang serta terdapat peningkatan
proses produktivitas kerja.
2. Seiton (Rapi), bertujuan untuk menata barang yang berguna secara rapi
dan teratur. Identifikasi semua barang yang ada, kemudian dikelompokkan
menurut kegunaan, lalu diberi penjelasan tentang nama barang, tempat,
dan jumlah barang supaya mudah ketika akan digunakan.
3. Seiso (Resik), bertujuan untuk menjaga kebersihan bengkel. Ruangan
bengkel dibuat bersih, sehat dan nyaman untuk menghindari menurunnya
motivasi belajar akibat dari tempat kerja yang kotor dan berantakan.
Keuntungan lainnya dari kondisi bengkel yang bersih adalah membuat
awet peralatan yang berada di bengkel.
4. Seiketsu (Rawat), bertujuan untuk mempertahankan kondisi lingkungan
kerja yang sudah baik. Memberikan standar pada label petunjuk dalam
semua operasi, memeriksa keadaan tempat kerja dengan peralatan yang
digunakan, serta menyediakan tempat sampah. Tahap perawatan

6
merupakan tahap yang lebih sulit. Tahap perawatan membutuhkan
konsistensi bekerja secara berkesinambungan.
5. Shitsuke (Rajin), rajin berhubungan dengan pembiasaan. Bertujuan agar
seseorang terbiasa membina displin diri, mampu dan berani mengubah
perilaku ke arah yang lebih baik secara konsisten. Perubahan perilaku
harus sesuai dengan nilai-nilai budaya. Usaha perubahan dilakukan secara
terus menerus untuk meningkatkan prestasi kerja. Melakukan yang boleh
dilakukan dan mematuhi larangan atau peraturan.. Segera mungkin
melakukan perbaikan bagi yang mendapat kritik dan saran.

E. Bentuk-bentuk Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja terjadi disaat yang tidak terduga. Kecelakaan kerja dapat
merugikan berbagai pihak yang terkait. Kecelakaan kerja terjadi memiliki sebab
dan akibat. Berikut bentuk-bentuk kecelakaan kerja menurut Bagaskara (2022):
1. Kecelakaan akibat human error
Kecelakaan akibat human error terjadi akibat kecerobohan pekerja.
Kecelakaan ini dapat diminimalisir dengan regulasi SOP dan jam
kerja yang optimal. Contoh kecelakaan akibat human error, yaitu
sebagai berikut:
a. Tertimpa objek di tempat kerja
b. Terpeleset atau terjatuh
c. Terkena benda tajam atau mesin
d. Cedera otot

7
Gambar 1. Kecelakaan akibat human error

2. Kecelakaan akibat lingkungan


Kecelakaan akibat lingkungan adalah salah satu kecelakaan yang
sulit untuk ditebak dan terkadang bersifat mendadak. Contoh
kecelakaan akibat lingkungan, yaitu tertimbun bangunan karena
gempa, tertimpa pohon disaat hujan lebat.

Gambar 2. Kecelakaan akibat lingkungan.


3. Kecelakaan akibat human error dan lingkungan
Kecelakaan akibat human error dan lingkungan terjadi apabila
pekerja tidak memperhitungkan dengan baik lokasi geografis tempat
dia bekerja.
a. Polusi udara
b. Polusi suara
c. Terpapat suhu tinggi

8
d. Kontak dengan bahan berbahaya
e. Terkena arus listrik

Gambar 3. Pekerjaan yang menyebabkan polusi udara.

Gambar 4. Polusi udara akibat kegiatan pekerjaan.

9
Gambar 5. Bahan-bahan berbahaya yang dapat mengancam keselamatan pekerja.

F. Klasifikasi Kecelakan Kerja

Menurut Bird & German (1990), terdapat tiga klasifikasi kecelakan kerja,
yaitu sebagai berikut:
1. Accident, yaitu kecelakaan yang menimbulkan kerugian baik bagi pekerja
maupun objek.
2. Incident, yaitu kecelakaan yang tidak menimbulkan kerugian bagi pekerja
maupun objek.
3. Near miss, yaitu kejadian hampir celaka atau kejadian yang hampir
menimbulkan incident atau accident.

10
Gambar 6. Kecelakaan pekerja accident.
Apabila berdasar dengan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dapat dibagi
menjadi beberapa jenis menurut (Sedarmayanti, 2011), yaitu sebagai berikut:
1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja
2. Kecelakaan kerja pada saat waktu bekerja
3. Kecelakaan di perjalanan
4. Penyakit akibat kerja
Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu (Suma’mur,1981):
1. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada
hari itu dan bisa melakakukan pekerjaannya kembali setelah beristirahat
selama beberapa hari.
2. Kecelakaan kerja sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan
pengobatan dan perlu istirahat selama beberapa minggu.
3. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan
kegagalan fungsi tubuh.

11
Kecelakaan kerja terjadi karena perilaku pekerja yang kurang hati-hati atau
ceroboh atau karena pengaruh lingkungan (Widodo, 2015). Terdapat penebab
kecelakaan menurut Ramli (2010), yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu faktor-faktor lingkungan fisik
yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,
penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai
yang berminyak, dan lain-lain.
2. Tindakan berbahaya (unsafe act), yaitu faktor-faktor lingkungan fisik yang
dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman, penerangan
yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai yang
berminyak, dan lain-lain.
Ridley (2008) menjabarkan lagi penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan
kerja, berikut penyebab-penyebab kecelakaan kerja:
1 Situasi kerja, yaitu disebabkan karena manajemen yang kurang dan
standar kerja yang minim.
2 Kesalahan orang, yaitu disebabkan karena keterampilan dan
pengetahuan yang kurang serta perhatian yang kurang.
3 Tindakan tidak aman, yaitu tidak menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja dan tidak mengikuti metode kerja yang ditentukan
karena ingin mengambil jalan pintas.
4 Kecelakaan, yaitu salah satu kejadian tidak terduga akibat kontak
dengan hal yang berbahaya.
Rachmawati (2018) mengelompokkan faktor-faktor kecelakaan kerja dengan
memperhitungan individu dan lingkungan.
1 Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban,
cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara,
dan lain-lain.
2 Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, awan, cairan, dan
benda-benda padat.
3 Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-
tumbuhan.

12
4 Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
5 Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara
pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.

IV. Pengelolaan Resiko dalam K3

Pengelolaan adalah kegiatan mengubah dan mengatur sesuatu agar lebih


sesuai serta padu fungsinya dengan kebutuhan yang ada sehingga memiliki nilai
manfaat yang tinggi (Pascallino Julian Suawa et al., 2021). Sedangkan risiko
adalah potensi yang ditimbulkan oleh suatu kejadian baik sengaja atau tidak
disengaja yang dampaknya cenderung ke arah berbahaya (Wedana Yasa et al.,
2013). Pengelolaan risiko dalam penerapan K3 adalah aktivitas mengatur sumber
daya yang dimiliki untuk mengurangi potensi akan bahaya yang ditimbulkan
akibat kecelakaan kerja baik sengaja atau tidak disengaja. Berikut adalah teknik-
teknik pengelolaan risiko dalam k3 :

1 Teknik Eliminasi
Semua potensi yang bahaya yang akan muncul dihilangkan

13
2 Substitusi
Potensi bahaya yang muncul diganti atau dialihkan ke potensi
bahaya yang risiko dampaknya lebih kecil. Bahaya tetap ada, tetapi
intensitasnya relatif berkurang.

3 Isolasi
Bahaya yang timbul diisolir atau diamankan. Potensi dari bahaya
tetap ada namun dampaknya berkurang atau sudah hilang.

4 Engineering
Pengelolaan engineering adalah pengelolaan risiko yang didasarkan
pada aspek-aspek teknis seperti:
Menjaga jarak yang aman
Penggunaan sistem pengaman dan pelindung
Proses tertutup

14
5 Administrative control
Pengelolaan akan risiko bahaya dilakukan melalui pendekatan
administratif atau manajemen seperti :
1) Pengaturan waktu kerja (shiff kerja)
2) Prosedur kerja aman (SOP)
3) Rotasi
Pemilihan/seleksi pekerja
6 Penggunaan Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah instrumen yang melekat pada pekerja
yang bertujuan melindungi pekerja dan meminimalisir apabila terjadi
kecelakan. Sedangkan alat pengaman kerja adalah alat bantu dalam
proses pelaksanaan proyek berupa rambu-rambu yang memiliki arti
tertentu.

15
16
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan harta benda
(Permenaker No. 03/MEN/1998).
2. Prinsip K3 adalah memandang kecelakaan bukan sebuah nasib namun
kecelakaan pasti ada penyebabnya sehingga dapat dicegah. oleh karena itu,
peran pimpinan sangat penting & menentukan.
3. Klasifikasi kecelakaan kerja dapat dilihat dari penyebabnya. Penyebab
kecelakaan dapat terjadi akibat individu tersebut maupun karena lingkungan.
Penyebab kecelakaan individu yaitu human error. Sedangkan penyebab
kecelakaan akibat lingkungan yaitu environtment hazard.

17
DAFTAR PPUPSTAKA

Austen, A.D. dan Neale, R.H. 1991. Memanajemeni Proyek Konstruksi, Penerbit
PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Armanda D, Penerapan SMK3 Bidang Konstruksi Medan, Jakarta
Ervianto, W.I. 2007. Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Jakarta
Ridley J. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Penerbit Erlangga, Jakarta
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
OHSAS 18001, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai