Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dosen pengampuh: ANGGELINA JEUJANAN ,M.pd

DISUSUN OLEH :

NAMA–NAMA KELOMPOK VI

1.DENIS TINGUBUN

2.TEOVANO AVDAN

3.BUTRI LETSOIN

4.JUMRIA YAMWAV

5. RISNA DEWI KILMAS

6.JUWITA WARAWARIN

7.JAKOBUS WARAWARIN

8.ANANTA MITA RENMAUR

Sekolah tinggi ilmu keguruan dan ilmu pendidikan

Stkip persada evav tual

2023/2024
DAFTAR ISI.

HALAMAN JUDUL...................................................................................... ……...i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4

A. Latar belakang..............................................................................................5
B. Tujuan...........................................................................................................6
C. Ruang lingkup...............................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................8

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja..............................................................9


B. KECELAKAAN KERJA.................................................................................10
C. PRILAKU DAN KESEHATAN KERJA..........................................................11
D. ALAT PERLINDUNGAN DIRI.......................................................................12
BAB III HASIL KEGIATAN..........................................................................……..13
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................14
B. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN...........................................15
C. STRUKTUR ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
D. PERMASALAHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA...........16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................……..17

A. KESIMPULAN...................................................................................18
B. SARAN..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan terlepas dari
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak
hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan kesehatan kerja menentukan
produktivitas suatu pekerjaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap pekerjaan. Maka
dari itu, keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus di
perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh sistem
pekerjaannya. Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban
melainkan suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan.

Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai faktor yang menyebabkan
kecelakan di tempat kerja diantaranya: kurangnya perawatan terhadap perlengkapan kerja,
peralatan kerja dan perlengkapan kerja yang tidak tersedia ataupun tak layak pakai (Buntarto,
2015)

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO) 2,78 jutatenaga kerja


meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 86,3% dari
kematian ini diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan 13, 7% di akibatkan oleh kecelakaan
kerja (Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat, 2017). Data dari BPJS ketenagakerjaan pada
tahun 2017 jumlah angka kecelakaan kerja di tempat kerja sebanyak 123.041 kasus, dan pada
tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Angka ini menunjukan peningkatan kecelakaan di tempat
kerja (BPJS Ketenagakerjaan, 2019)

Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor dengan proporsi kecelakaan kerja yang
tinggi. Sektor manufaktur mencakup beberapa industry seperti industri tekstil, industri elektrik,
industri konsumsi dan industri kimia. Industri – industri tersebut menimbulkan berbagai bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja selama melakukan kegiatan atau proses
pekerjaan. PT. Tapian Nadenggan SMLM (Sinarmas Group) merupakan salah satu perusahan
besar di indonesia yang bergerak dibidang agrobisnis dan makanan. Produk yang dihasilkan
sudah tersebar diseluruh indoesia khususnya minyak goreng dan margarin. Proses pengolahan
kelapa sawit menjadi minyak ditemukan faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.

PT. Tapian Nadenggan (Sinarmas Group) sejak tahun 2008-2019 telah menyadari
pentingnya pembinaan K3 di lokasi pabrik kelapa sawit. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja telah di terapkan seperti melakukan monitoring APD, menjalankan program K3
(sosialisasi jobdes, sosialisasi kebakaran dan sosialisasi tanggap darurat), dan melakukan Audit
internal untuk evaluasi K3 setiap bulan.
Jumlah kecelakaan yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan oleh faktor
manusia, yaitu (Unsafe Action). Unsafe Action, yaitu tindakan yang salah dalam bekerja atau
tidak sesuai dengan yang telah ditentukan (Human Eror), biasanya terjadi karena ketidak
seimbangan fisik tenaga kerja dan kurangnya pendidikan. Serta 20% disebabkan oleh Unsafe
condition. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melaksanakan program keselamatan
dan kesehatan kerja serta meningkatkan kualitas tenaga kerja (Tarwaka, 2015)

Menurut Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003, menyatakan bahwa mempekerjakan


tenaga kerja berarti wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan,
keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja. Berbagai upaya dilakukan
perusahaan untuk melindungi pekerjanya dari bahaya kecelaakan kerja. Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan salah satu upaya untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Tapian


Nadenggan SMLM (Sinarmas Group)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penerapan APD di pabrik kelapa sawit PT. Tapian Nadenggan
SMLM (Sinarmas Group)

b. Untuk mengetahui perilaku pekerja terhadap penggunaan APD di pabrik Kelapa


Sawit PT. Tapian Nadenggan SMLM (Sinarmas Group)

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam laporan magang ini adalah penerapan perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja (Safety Behavior) pada pekerja pabrik kelapa sawit PT. Tapian Nadenggan
SMLM. Penerapan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan khususnya pada
penggunaan alat pelindung diri (APD).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut (Sucipto, 2014) keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu


pemeliharaan dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil
dan makmur pada umumnya.(Sucipto, 2014) juga menyatakan keselamatan kerja adalah
sebuah upaya rangkaian usaha yang bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman
dan tentram bagi karyawan yang bekerja di perusahaan bersangkutan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut keilmuan adalah ilmu dan penerapannya
secara teknis dan teknologi untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yangdilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut
(Widayana, I.G., 2014) K3 dapat difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera.

Hakikat dari kesehatan dan keselamatan kerja meliputi dua hal, yaitu yang pertama
sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin pada
pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manajer atau pekerja bebas di
semua sektor kegiatan formal dan informal, sehingga tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan
yang kedua sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada
perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Almansyah dan
Muliawati, 2013).

Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerja dalam suatu perusahaan
meliputi ketentuan dan persyaratan K3. Sebagaimana tercantum dalamUU No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja yang merupakan ketentuan pokok di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja yang dikemukakan oleh Barthos (Barthos, 2012), bahwa ruang lingkup
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

a. Ketentuan K3 berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup tiga unsur pokok yaitu
tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial.

b. Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan, yaitu:

1) Tenaga Kerja

2) Alat, bahan, dan Mesin

3) Lingkungan
4) Proses Produksi

5) Sifat Pekerjaan

B. Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 03 Tahun 1998. kecelakaan didefinisikan


sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang
tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari
suatu aktivitas (Suma’mur, 2013) Bahaya kecelakan menurut (Suma’mur, 2013) diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Bahaya kebakaran yang diakibatkan karena penggunaan bahan kapas, minyak, solar,
bensin, dan gas karbit

2. Bahaya akibat sengatan arus listrik

3. Bahaya yang terjadi akibat bagian mesin yang berputar

4. Bahaya yang terjadi akibat sambaran petir

C. Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Safety Behavior)

Perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan makhluk hidup dikarenakan adanya
stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini dapat berupa perilaku aman dan perilaku tidak
aman. Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, dan lingkungan disekitarnya atau
bagaimana manusia beradaptasi terhadap lingkungannya (Notoadmojo, 2010) Perilaku
keselamatan adalah aplikasi sistematis dari riset psikologi tentang perilaku manusia pada
masalah keselamatan (safety) ditempat kerja. Perilaku keselamatan lebih menekankan aspek
perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

D. Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Alat Pelindung Diri (APD)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya(OSHA, 2009) Alat pelindung
diri (APD) mempunyai peran penting terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam
pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai
pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu dilakukan upaya-upaya
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan
kesejahteraan tenaga kerja. terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa,
cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi,
kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak kepada
perekonomian nasional (Anizar, 2009) Menurut (Suma’mur, 2013) Alat pelindung diri
bermacam-macam jika digolongkan berdasarkan angoota tubuh yang di lindungi, maka alat
pelindung diri yang dimaksud adalah:

1. Bagian Kepala : Penutup rambut, Safety helmet, Topi atau tudung kepala

2. Bagian Mata : Kacamata pelindung

3. Bagian Muka : pelindung muka

4. Bagian Tangan dan jari : Sarung Tangan (sleeve&gloves)

5. Bagian telingan: Tutup telinga (Ear plug)

6. Bagian Tubuh : Pakaian Kerja

7. Bagian Pernafasan : Masker

8. Bagian Kaki : Safety shoes

9. Dan lain-lain : sabuk pengaman


BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah PT. Tapian Nadenggan SMLM (Sinarmas Group) PT. Tapian Nadrnggan
SMLM didirikan oleh Smart Tbk pada tahun 2008. PT. Tapian Nadenggan SMLM memiliki
pabrik kelapa sawit yang terletak diarea perkebunan Semillar-Mill (SMLM). Pabrik memiliki
kapasitas pengolahan 80 ton/jam. Selain itu PT. Tapian Nadenggan SMLM mengolah buah
kelapa sawit yang dipasok oleh perkebunan sinarmas disekitar daerah PT. Tapian Nadenggan
yang diantaranya meliputi: Semillar Estate, Serindu Estate, dan Puri Estate.

2. Lokasi Perusahaan

PT. Tapian Nadenggan SMLM merupakan salah satu pabrik kelapa sawit dibawah
naungan Smart tbk (Sinarmas Group) yang berlokasi di Desa Rungau Raya, Kecamatan
Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

3. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi perusahaan Agrebisnis dan produk konsumen global yang terintegrasi


dan terbaik – menjadi mitra pilihan

b. Misi

Secara efesien menyediakan produk, solusi, serta layanan agrebisnis dan


konsumen yang berkualitas tinggi serta berkelanjutan guna menciptakan nilai
tambah bagi pemangku kepentingan kami

4. Proses Pengolahan buah kelapa sawit Proses pemgolahan buah kelapa sawit dibagi
menjadi beberapa tahapan, yaitu :

a. Stasiun Timbangan (Weighbridge) Sebelum menuju tahapan utama, buah kelapa sawit
terlebih dahulu masuk ke stasiun timbangan. Pada tahapan ini hal-hal yang harus diperhatikan
meliputi :

1) Pembongkaran buah kelapa sawit

Buah yang telah di timbang kemudian menuju ke stasiun grading untuk melakukan
pembongkaran buah dan pengecekan lab.

2) Penimbangan Tara (Netto)

Truk yang muatannya telah dibongkar melewati bagian tara. Pada penimbangan ini akan
diperoleh netto.

b. Stasiun Grading
Stasiun Grading merupakan tahapan saat pembongkaran buah dan proses menentukan
kualitas buah kelapa sawit yang akan diolah.

c. Stasiun Loading Ramp

Stasiun Loading ramp merupakan tempat penampungan sementara untuk buah kelapa sawit
yang telah memenuhi kriteria. Kegiatan yang dilakukan adalah memastikan semua buah yang
ada di dalam stasiun Grading masuk ke dalam hopper loading ramp dengan bantuan wheel
loader, lalu buah kelapa sawit yang berada di dalam hopper akan dimasukan kedalam lori
kosong.

d. Stasiun Sterillizer

Pada tahapan ini tujuannya adalah peroses perebusan buah kelapa sawit hingga buah kelapa
sawit meluna.proses perebusan ini menggunakan Uap panas (triple peak) selama 90 menit
dengan suhu 105 derajat celcius. Proses pada perebusan buah di PT. Tapian Nadenggan
dilakukan dengan pertama-tama memastikan lori kosong yang berada distasiun loading ramp
terisi oleh buah kelapa sawit dan memastikan bahwa lori yang berisi buah kelapa sawit telah
ditarik mengginakan wire rope (seling) yang dikatkan pada capstan menuju di rail track
sterillizer. Hasil akhir dari stasiun ini adalah daging buah kelapa sawit yang melunak (masak).

e. Stasiun Threser

Pada stasiun ini buah kelapa sawit yang telah masak akan dipisahkan antara janjangan dan
brondolannya dengan menggunakan alat yang disebut dengan threserdrum. Pada stasiun ini
juga terdapat alat yang disebut tippler yang digunakan untuk menuangkan buah kelapa sawit
yang telah masak dari lori untuk diumpankan menuju threser. Janjangan kosong hasil
pemisahan pada threser tersebut akan dibawa ke empty bunch area menggunakan inclined
empty bunch mechanical untuk selanjutnya di aplikasikan sebagai pupuk dikebun. Hasil akhir
dari stasiun ini adalah pemisahan janjangan buah kelapa sawit yang dijadikan pupuk untuk
tanaman buah kelapa sawit dan brondolan yang akan di ekstrasikan di stasiun digester dan
press.

f. Stasiun Digester dan press

Pada stasiun ini brondolan di lumatkan sehingga buah kelapa sawit dapat menjadi padatan dan
cairan. Yang selanjutnya akan di pisahkan antara padatan dan cairanan, yang padatan berupa
press cake yang terdiri dari fiber dan nut yang selanjutnya akan dibuat di stasiun nut dan karnel
sementara cairan berupa crude oil akan di olah distasiun klarifikasi. Hasil akhir dari stasiun ini
adalah minyak (crude oil) dan press cake yang akan di olah di boiler untuk tenaga uap yang ada
di pabrik.

g. Stasiun klarifikasi

Pada tahapan selanjutnya di stasiun ini dilakukan penjernihan minyak hasil dari ekstrak stasiun
digester dan pres. pada stasiun ini di pisahkan antara oil dan slaudge. Sehinga terdapat proses
pengendapan, pemanasan, pemisahana, pengurangan kadar air, serta pembuangan kotoran
minyak dan hasil yang diperoleh berupa crude palm oil (CPO) yang sesuai standart dan siap
dikirim ke bulking dan refinery. Terdapat beberapa standart CPO produksi agar dapat dijual
dipasar internasional maupun diolah lebih lanjut pada refinery. Hasil akhir dari stasiun ini adalah
crude palm oil (CPO) yang dapat di jual dipasar internasional maupun diolah lagi pada refinery.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Tapian Nadenggan SMLM dapat dilihat pada gambar diatas. Adapun
penjelasan tugas dan tanggung jawab dari stuktur Organisasi PT.Tapian Nadengan SMLM:

1. Factory Manager Tugas Factory Manager:

a. Menyusun Budget berdasarkan kondisi lapangan yang akan digunakan sebagai dasar
pembuatan rencana kerja

b. Membuat perencanaan kerja harian, bulanan maupun tahunan kepada bawahan untuk
menentukan efektivitas kerja serta keseragaman pelaksanaan

c. Memberikan pengarahan secara berkala kepada seluruh jajaran dibawahnya untuk


memastikan seluruh oprasional berjalan dengan baik sesuai prosedur.

d. Melakukan komunikasi eksternal dengan instansi terkait dan masyarakat

g. Mengambil keputusan yang cepat dan tepat pada kondisi yang penting dan darurat disertai
dengan proses pelaporan

h. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja(K3) di lokasi kerja

2. Asisten Kepala Tugas asisten kepala

a. Mengontrol seluruh asisten

b. Membuat lapoaran harian, mingguan, dan bulanan terkait proses produksi pabrik

c. Menandatangani surat lembur pekerja

3. Asisten Laboratorium

Tugas asisten laboratorium yaitu:

a. Membantu factory manager dalam membuat budget yang berhubungan dengan kegiatan
laboratorium tahunan berdasarkan rencana penerimaan dan pengolahan buah kelapa sawit

b. Menyusun rencana kerja harian untuk menganalisis seluruh data yang di perlukan
berdasarkan jumlah dan frekuensi sampel yang diambil

c. Melakukan permintaan material untuk keperluan laboratorium sesuai dengan kebutuhan


d. Memastikan seluruh peralatan laboratorium yang digunakan dalam kondisi layak pakai agar
hasil yang dicapai akurat.

4. Analis Laboratorium Tugas Analis Laboratorium

a. Melakukan posting harian atas seluruh pekerjaan laboratorium sesuai dengan otorisasi
sistem

b. Memastikan proses grading buah kelapa sawit sesuai dengan standar

oprasional prosedur (SOP) yang berlaku dan di dokumentasi data dilaksanakan dengan tertib
dan baik.

5. Asisten Proses

Tugas Asisten Proses yaitu :

a. Menyusun rencana shift proses harian dan shift kerja yang dibutuhkan berdasarkan estimasi
penerimaan buah kelapa sawit.

b. Membuat rencana kerja pada hari minggu/libur untuk perawatan dan kebersihan yang
menjadi tanggung jawab bagian proses

6. Mandor proses

Tugas Mandor Proses yaitu :

a. Melakukan lingkaran pagi sebelum melakukan proses di daerah pabrik.

b. Memonitor seluruh karyawan

7. Asisten maintenance

Tugas Asisten Maintenance yaitu :

a. Membantu factory manager dalam membuat budget tahunan perawatan,


kendaraan/alat/mesin berdasarkan rencana pengolahan buah kelapa sawit.

b. Bekerjasama dengan asisten proses dan asisten laboratorium dalam

memonitor dan mengetahui performance mesin yang dicapai, serta mengambil langkah-langkah
perbaikan yang perlu ditindaklanjuti

8. Mandor Maintenance

Tugas mandor Maintenance:

a. Melakukan lingkaran pagi kepada karyawan

b. Memonitor pekerja
c. Memonitor kondisi mesin/alat dan melaporkan kepada asisten apabila

ada hambatan

9. Asisten SMK3

a. Membuat laporan kedinas ketenagakerjaan setiap bulan

b. Melakukan sosialisasi program Kebakaran dan Tanggap darurat

c. Memastikan kecukupan kotak P3K.

d. Memastikan pekerja bekerja demgan aman.

e. Melakukan pengecekan kepada pekerja setiap 6 bulan sekali

20

C. Struktur Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Panitia Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT.Tapian Nadenggan


SMLM dipimpin oleh pembina yang secara otomatis diangkat oleh perusahaan. Sehingga ketua
juga diangkat secara otomatis oleh pembina dan sekertaris P2K3 diangkat oleh ketua dengan
melihat sertifikasi keahlian keselamatan dan kesehatan kerja. Pengurus P2K3 dibantu oleh
anggota yang terdiri dari 5 bagian yaitu bagian evaluasi, bagian pengawasan, bidang
penelitiaan, bidang penyuluhan, dan bidang kesehatan. Anggota dipilih langsung oleh sekertaris
P2K3. D. Kegiatan Magang Kegiatan magang yang dilakukan di PT. Tapian Nadenggan SMLM
kurang lebih satu bulan. Saya di tempatkan pada bidang Health Safety and Enviromental
(HSE). Kegiatan magang dilakukan dari hari senin sampai denganhari sabtu dimulai pukul
07.00-16.00 WIB. Hari pertama magang saya diajak untuk berkeliling pabrik serta melihat
proses pembuatan minyak secara langsung.

Kegiatan yang saya lakukan selama kurang lebih 1 bulan magang di PT. Tapian
Nadenggan SMLM (Sinarmas Group) diantaranya adalah memahami Dokumen K3 yang
diberikan pembimbing lapangan, melakukan Hazard Identification Risk Asessment (HIRA)
kemudian dikoreksi dan disesuaikan oleh pembimbing lapangan dengan yang dimiliki
perusahaan, ikut melakukan sosialisasi Jobdes bersama pembimbing lapangan, Kegiatan
magang saya di beberapa waktu juga melakukan persentasi dan melaporkan kegiatan magang
saya kepada pembimbing lapangan dan pembimbing lapangan akan mengoreksi kegiatan
magang saya apabila terdapat perbedaan dengan hasil yang dilakukan perusahaan.

D. Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Kurangnya kesadaran dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja. Selama
saya melakukan magang masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD dengan alasan
tidak terbiasa.

2. APAR Pada saat saya melakukan pengecekan APAR terdapat beberapa APAR yang
tanggalnya melebihi batas kadaluwarsa namun belum diganti dengan yang baru.
3. Hydrant

Pada saya berkeliling pabrik saya mendapati penggunaan Hydrant yang tidak sesuai
kebutuhan. Misalnya hydant digunakan untuk menyiram lantai saat bersih-bersih. Dan juga
tidak dikembalikan ke box Hydrant.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perbandingan Teori dan Praktik

1. Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap pekerjaan disuatu perusahaan tidak
terlepas dari bahaya dan risiko. Apabila bahya dan risiko tidak dapat di kendalikan maka akan
mengakibatkan kecelakaan kerja. PT. Tapian Nadenggan merupakan salah satu industri yang
meiliki potensi bahaya kecelakaan yang tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari PT.
Tapian Nadenggan yang diambil Saat magang.Berdasarkan hal tersebut,maka dapat dikatakan
bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang berperan besar dalam terjadinya suatu
kecelakaan. Berdasarkan Kegiatan magang yang saya lakukan. Sebagian besar perilaku
pekerja yang tidak menerapkan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dapat dilihat
dari selama bekerja masih kurang kesadaran penggunaan APD oleh pekerja, dan tindakan
kurang hati-hatian selama bekerja.Berdasarkan teori perilaku Lawrance Green (1980), dalam
(Notoadmojo, 2007) mengungkapkan determinan perilaku berawal dari analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku, yaitu :

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, dan keyakinan pada diri pekerja. Jika dilihat
dari pengamatan selama

magang, kurangnya kesadaran perilaku para pekerja dalam menerapkan perilaku keselamatan
kerja.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor penguat meliputi peraturan, pengawasan, dan undang-undang. PT.Tapian Nadenggan


telah melakukan peraturan dan pengawasan yang tetap untuk para pekerja yang melanggar
aturan dalam bekerja. Contohnya saja pekerja yang didapati tidak menggunakan APD di sekitar
pabrik akan terkena penegguran lisan, dan tertulis.

2. Penyedian Alat Pelindung Diri

Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Per08/MEN/VII/2010 pasal 2


menjelaskan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD sesuai standar dan diberikan secara
Cuma-Cuma ke pekerja.

B. Topik Khusus

Berdasakan fokus magang yang saya ambil yaitu “Perilaku keselamatan dan kesehatan kerja”,
topik khusus yang saya ambil adalah “Analisis Penerapan
perilaku keselamatan dan kesehatan kerja dalam penggunaan APD pada pekerja pabrik kelapa
sawit di PT. Tapian Nadenggan (SinarmasGroup). meletakan barang-barang berbahaya
dilantai, tumpahan press cake yang di biarkan begitu saja pada stasiun digester dan press, dan
kedisiplinan pekerja terkait dengan penggunaan APD di sekitar wilayah pabrik pengolahan
minyak. Berdasarkan pada hasil inspeksi APD yang saya lakukan, didapati pekerja yang tidak
menggunakan Helm dan baju kerja dengan alasan Panas, dan sudah terbiasa. Faktor
lingkungan juga merupakan salah satu yang mempengaruhi tidak menggunakan APD, serta
masih kurang pengawasaan dari atasan. Walaupun demikian PT. Tapian Nadenggan SMLM
tetap selalu berusaha meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya.
Adapun program yang dilakukan PT. Tapian Nadenggan SMLM untuk meningkatkan mutu K3:

1) Penegguran langsung kepada pekerja yang tidak menggunakan APD

2) Pemenuhan APD untuk karyawan

3) Menyediakan Amaran terkait dengan K3 dan lokasi berbahaya di sekitar tempat kerja.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. PT. Tapian Nadenggan SMLM telah menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada
para pekerjanya. Hanya saja para pekerja yang masih kurang patuh terhadap peraturan yang
ada di perusahaan.

2. Masih terdapat para pekerja yang tidak memperdulikan penggunaan APD selama bekerja.
Hal ini didasari oleh kebiasaan para pekerja dan lingkungan kerja yang mendukung untuk tidak
menggunakan APD diwilayah kerja.

B. Saran

1. Meningkatkan pengawasaan APD kepada pekerja dapartemen masing- masing yang


dilakukan oleh supervisior

2. Meningkatkan intensistas dalam pemberian promosi K3 tentang pentinggnya penggunaan


APD diwilayah kerja

3. Memberikan peringatan dan sanksi kepada para pekerja yang berada diwilayah pabrik tetapi
tidak menggunakan APD
DAFTAR PUSTAKA

Almansyah dan Muliawati (2013) Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anizar (2009) Teknik Keselamatan dan kesehatan kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Barthos (2012) Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

BPJS Ketenagakerjaan (2019) ‘Jumlah Kecelakaan Kerja’. Available at:


https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/23322/Angka-Kecelakaan-

Kerja-Cenderung-Meningkat,-BPJS-Ketenagakerjaan-Bayar-Santunan-Rp1,2-Triliun.

Buntarto (2015) Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat, T. (2017). (2017) Perkiraan Global Kecelakaan
Kerja Dan Penyakit Yang Berhubungan Dengan Kerja 2017.

Kongres Dunia XXI Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Di Tempat Kerja. singapura:
Lembaga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Notoadmojo (2007) Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rieneksa Cipta.

Notoadmojo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

OSHA (2009) ‘Personal protection equipment’, in.

Sucipto (2014) Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Suma’mur (2009) Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Suma’mur (2013) Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.

Tarwaka (2014) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai