DISUSUN OLEH :
NAMA–NAMA KELOMPOK VI
1.DENIS TINGUBUN
2.TEOVANO AVDAN
3.BUTRI LETSOIN
4.JUMRIA YAMWAV
6.JUWITA WARAWARIN
7.JAKOBUS WARAWARIN
2023/2024
DAFTAR ISI.
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................5
B. Tujuan...........................................................................................................6
C. Ruang lingkup...............................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................8
A. KESIMPULAN...................................................................................18
B. SARAN..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan terlepas dari
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak
hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan kesehatan kerja menentukan
produktivitas suatu pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap pekerjaan. Maka
dari itu, keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus di
perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh sistem
pekerjaannya. Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban
melainkan suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan.
Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai faktor yang menyebabkan
kecelakan di tempat kerja diantaranya: kurangnya perawatan terhadap perlengkapan kerja,
peralatan kerja dan perlengkapan kerja yang tidak tersedia ataupun tak layak pakai (Buntarto,
2015)
Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor dengan proporsi kecelakaan kerja yang
tinggi. Sektor manufaktur mencakup beberapa industry seperti industri tekstil, industri elektrik,
industri konsumsi dan industri kimia. Industri – industri tersebut menimbulkan berbagai bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja selama melakukan kegiatan atau proses
pekerjaan. PT. Tapian Nadenggan SMLM (Sinarmas Group) merupakan salah satu perusahan
besar di indonesia yang bergerak dibidang agrobisnis dan makanan. Produk yang dihasilkan
sudah tersebar diseluruh indoesia khususnya minyak goreng dan margarin. Proses pengolahan
kelapa sawit menjadi minyak ditemukan faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
PT. Tapian Nadenggan (Sinarmas Group) sejak tahun 2008-2019 telah menyadari
pentingnya pembinaan K3 di lokasi pabrik kelapa sawit. Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja telah di terapkan seperti melakukan monitoring APD, menjalankan program K3
(sosialisasi jobdes, sosialisasi kebakaran dan sosialisasi tanggap darurat), dan melakukan Audit
internal untuk evaluasi K3 setiap bulan.
Jumlah kecelakaan yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan oleh faktor
manusia, yaitu (Unsafe Action). Unsafe Action, yaitu tindakan yang salah dalam bekerja atau
tidak sesuai dengan yang telah ditentukan (Human Eror), biasanya terjadi karena ketidak
seimbangan fisik tenaga kerja dan kurangnya pendidikan. Serta 20% disebabkan oleh Unsafe
condition. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melaksanakan program keselamatan
dan kesehatan kerja serta meningkatkan kualitas tenaga kerja (Tarwaka, 2015)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penerapan APD di pabrik kelapa sawit PT. Tapian Nadenggan
SMLM (Sinarmas Group)
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan magang ini adalah penerapan perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja (Safety Behavior) pada pekerja pabrik kelapa sawit PT. Tapian Nadenggan
SMLM. Penerapan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan khususnya pada
penggunaan alat pelindung diri (APD).
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut keilmuan adalah ilmu dan penerapannya
secara teknis dan teknologi untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yangdilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut
(Widayana, I.G., 2014) K3 dapat difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera.
Hakikat dari kesehatan dan keselamatan kerja meliputi dua hal, yaitu yang pertama
sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin pada
pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, pengusaha, manajer atau pekerja bebas di
semua sektor kegiatan formal dan informal, sehingga tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan
yang kedua sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas yang berlandaskan kepada
perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Almansyah dan
Muliawati, 2013).
Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerja dalam suatu perusahaan
meliputi ketentuan dan persyaratan K3. Sebagaimana tercantum dalamUU No. 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja yang merupakan ketentuan pokok di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja yang dikemukakan oleh Barthos (Barthos, 2012), bahwa ruang lingkup
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
a. Ketentuan K3 berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup tiga unsur pokok yaitu
tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial.
1) Tenaga Kerja
3) Lingkungan
4) Proses Produksi
5) Sifat Pekerjaan
B. Kecelakaan Kerja
1. Bahaya kebakaran yang diakibatkan karena penggunaan bahan kapas, minyak, solar,
bensin, dan gas karbit
Perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan makhluk hidup dikarenakan adanya
stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini dapat berupa perilaku aman dan perilaku tidak
aman. Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, dan lingkungan disekitarnya atau
bagaimana manusia beradaptasi terhadap lingkungannya (Notoadmojo, 2010) Perilaku
keselamatan adalah aplikasi sistematis dari riset psikologi tentang perilaku manusia pada
masalah keselamatan (safety) ditempat kerja. Perilaku keselamatan lebih menekankan aspek
perilaku manusia terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Alat Pelindung Diri (APD)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya(OSHA, 2009) Alat pelindung
diri (APD) mempunyai peran penting terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam
pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai
pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu dilakukan upaya-upaya
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan
kesejahteraan tenaga kerja. terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa,
cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi,
kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak kepada
perekonomian nasional (Anizar, 2009) Menurut (Suma’mur, 2013) Alat pelindung diri
bermacam-macam jika digolongkan berdasarkan angoota tubuh yang di lindungi, maka alat
pelindung diri yang dimaksud adalah:
1. Bagian Kepala : Penutup rambut, Safety helmet, Topi atau tudung kepala
HASIL KEGIATAN
1. Sejarah PT. Tapian Nadenggan SMLM (Sinarmas Group) PT. Tapian Nadrnggan
SMLM didirikan oleh Smart Tbk pada tahun 2008. PT. Tapian Nadenggan SMLM memiliki
pabrik kelapa sawit yang terletak diarea perkebunan Semillar-Mill (SMLM). Pabrik memiliki
kapasitas pengolahan 80 ton/jam. Selain itu PT. Tapian Nadenggan SMLM mengolah buah
kelapa sawit yang dipasok oleh perkebunan sinarmas disekitar daerah PT. Tapian Nadenggan
yang diantaranya meliputi: Semillar Estate, Serindu Estate, dan Puri Estate.
2. Lokasi Perusahaan
PT. Tapian Nadenggan SMLM merupakan salah satu pabrik kelapa sawit dibawah
naungan Smart tbk (Sinarmas Group) yang berlokasi di Desa Rungau Raya, Kecamatan
Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.
a. Visi
b. Misi
4. Proses Pengolahan buah kelapa sawit Proses pemgolahan buah kelapa sawit dibagi
menjadi beberapa tahapan, yaitu :
a. Stasiun Timbangan (Weighbridge) Sebelum menuju tahapan utama, buah kelapa sawit
terlebih dahulu masuk ke stasiun timbangan. Pada tahapan ini hal-hal yang harus diperhatikan
meliputi :
Buah yang telah di timbang kemudian menuju ke stasiun grading untuk melakukan
pembongkaran buah dan pengecekan lab.
Truk yang muatannya telah dibongkar melewati bagian tara. Pada penimbangan ini akan
diperoleh netto.
b. Stasiun Grading
Stasiun Grading merupakan tahapan saat pembongkaran buah dan proses menentukan
kualitas buah kelapa sawit yang akan diolah.
Stasiun Loading ramp merupakan tempat penampungan sementara untuk buah kelapa sawit
yang telah memenuhi kriteria. Kegiatan yang dilakukan adalah memastikan semua buah yang
ada di dalam stasiun Grading masuk ke dalam hopper loading ramp dengan bantuan wheel
loader, lalu buah kelapa sawit yang berada di dalam hopper akan dimasukan kedalam lori
kosong.
d. Stasiun Sterillizer
Pada tahapan ini tujuannya adalah peroses perebusan buah kelapa sawit hingga buah kelapa
sawit meluna.proses perebusan ini menggunakan Uap panas (triple peak) selama 90 menit
dengan suhu 105 derajat celcius. Proses pada perebusan buah di PT. Tapian Nadenggan
dilakukan dengan pertama-tama memastikan lori kosong yang berada distasiun loading ramp
terisi oleh buah kelapa sawit dan memastikan bahwa lori yang berisi buah kelapa sawit telah
ditarik mengginakan wire rope (seling) yang dikatkan pada capstan menuju di rail track
sterillizer. Hasil akhir dari stasiun ini adalah daging buah kelapa sawit yang melunak (masak).
e. Stasiun Threser
Pada stasiun ini buah kelapa sawit yang telah masak akan dipisahkan antara janjangan dan
brondolannya dengan menggunakan alat yang disebut dengan threserdrum. Pada stasiun ini
juga terdapat alat yang disebut tippler yang digunakan untuk menuangkan buah kelapa sawit
yang telah masak dari lori untuk diumpankan menuju threser. Janjangan kosong hasil
pemisahan pada threser tersebut akan dibawa ke empty bunch area menggunakan inclined
empty bunch mechanical untuk selanjutnya di aplikasikan sebagai pupuk dikebun. Hasil akhir
dari stasiun ini adalah pemisahan janjangan buah kelapa sawit yang dijadikan pupuk untuk
tanaman buah kelapa sawit dan brondolan yang akan di ekstrasikan di stasiun digester dan
press.
Pada stasiun ini brondolan di lumatkan sehingga buah kelapa sawit dapat menjadi padatan dan
cairan. Yang selanjutnya akan di pisahkan antara padatan dan cairanan, yang padatan berupa
press cake yang terdiri dari fiber dan nut yang selanjutnya akan dibuat di stasiun nut dan karnel
sementara cairan berupa crude oil akan di olah distasiun klarifikasi. Hasil akhir dari stasiun ini
adalah minyak (crude oil) dan press cake yang akan di olah di boiler untuk tenaga uap yang ada
di pabrik.
g. Stasiun klarifikasi
Pada tahapan selanjutnya di stasiun ini dilakukan penjernihan minyak hasil dari ekstrak stasiun
digester dan pres. pada stasiun ini di pisahkan antara oil dan slaudge. Sehinga terdapat proses
pengendapan, pemanasan, pemisahana, pengurangan kadar air, serta pembuangan kotoran
minyak dan hasil yang diperoleh berupa crude palm oil (CPO) yang sesuai standart dan siap
dikirim ke bulking dan refinery. Terdapat beberapa standart CPO produksi agar dapat dijual
dipasar internasional maupun diolah lebih lanjut pada refinery. Hasil akhir dari stasiun ini adalah
crude palm oil (CPO) yang dapat di jual dipasar internasional maupun diolah lagi pada refinery.
Struktur organisasi PT. Tapian Nadenggan SMLM dapat dilihat pada gambar diatas. Adapun
penjelasan tugas dan tanggung jawab dari stuktur Organisasi PT.Tapian Nadengan SMLM:
a. Menyusun Budget berdasarkan kondisi lapangan yang akan digunakan sebagai dasar
pembuatan rencana kerja
b. Membuat perencanaan kerja harian, bulanan maupun tahunan kepada bawahan untuk
menentukan efektivitas kerja serta keseragaman pelaksanaan
g. Mengambil keputusan yang cepat dan tepat pada kondisi yang penting dan darurat disertai
dengan proses pelaporan
b. Membuat lapoaran harian, mingguan, dan bulanan terkait proses produksi pabrik
3. Asisten Laboratorium
a. Membantu factory manager dalam membuat budget yang berhubungan dengan kegiatan
laboratorium tahunan berdasarkan rencana penerimaan dan pengolahan buah kelapa sawit
b. Menyusun rencana kerja harian untuk menganalisis seluruh data yang di perlukan
berdasarkan jumlah dan frekuensi sampel yang diambil
a. Melakukan posting harian atas seluruh pekerjaan laboratorium sesuai dengan otorisasi
sistem
oprasional prosedur (SOP) yang berlaku dan di dokumentasi data dilaksanakan dengan tertib
dan baik.
5. Asisten Proses
a. Menyusun rencana shift proses harian dan shift kerja yang dibutuhkan berdasarkan estimasi
penerimaan buah kelapa sawit.
b. Membuat rencana kerja pada hari minggu/libur untuk perawatan dan kebersihan yang
menjadi tanggung jawab bagian proses
6. Mandor proses
7. Asisten maintenance
memonitor dan mengetahui performance mesin yang dicapai, serta mengambil langkah-langkah
perbaikan yang perlu ditindaklanjuti
8. Mandor Maintenance
b. Memonitor pekerja
c. Memonitor kondisi mesin/alat dan melaporkan kepada asisten apabila
ada hambatan
9. Asisten SMK3
20
Kegiatan yang saya lakukan selama kurang lebih 1 bulan magang di PT. Tapian
Nadenggan SMLM (Sinarmas Group) diantaranya adalah memahami Dokumen K3 yang
diberikan pembimbing lapangan, melakukan Hazard Identification Risk Asessment (HIRA)
kemudian dikoreksi dan disesuaikan oleh pembimbing lapangan dengan yang dimiliki
perusahaan, ikut melakukan sosialisasi Jobdes bersama pembimbing lapangan, Kegiatan
magang saya di beberapa waktu juga melakukan persentasi dan melaporkan kegiatan magang
saya kepada pembimbing lapangan dan pembimbing lapangan akan mengoreksi kegiatan
magang saya apabila terdapat perbedaan dengan hasil yang dilakukan perusahaan.
1. Kurangnya kesadaran dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja. Selama
saya melakukan magang masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD dengan alasan
tidak terbiasa.
2. APAR Pada saat saya melakukan pengecekan APAR terdapat beberapa APAR yang
tanggalnya melebihi batas kadaluwarsa namun belum diganti dengan yang baru.
3. Hydrant
Pada saya berkeliling pabrik saya mendapati penggunaan Hydrant yang tidak sesuai
kebutuhan. Misalnya hydant digunakan untuk menyiram lantai saat bersih-bersih. Dan juga
tidak dikembalikan ke box Hydrant.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap pekerjaan disuatu perusahaan tidak
terlepas dari bahaya dan risiko. Apabila bahya dan risiko tidak dapat di kendalikan maka akan
mengakibatkan kecelakaan kerja. PT. Tapian Nadenggan merupakan salah satu industri yang
meiliki potensi bahaya kecelakaan yang tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari PT.
Tapian Nadenggan yang diambil Saat magang.Berdasarkan hal tersebut,maka dapat dikatakan
bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang berperan besar dalam terjadinya suatu
kecelakaan. Berdasarkan Kegiatan magang yang saya lakukan. Sebagian besar perilaku
pekerja yang tidak menerapkan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dapat dilihat
dari selama bekerja masih kurang kesadaran penggunaan APD oleh pekerja, dan tindakan
kurang hati-hatian selama bekerja.Berdasarkan teori perilaku Lawrance Green (1980), dalam
(Notoadmojo, 2007) mengungkapkan determinan perilaku berawal dari analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku, yaitu :
Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, dan keyakinan pada diri pekerja. Jika dilihat
dari pengamatan selama
magang, kurangnya kesadaran perilaku para pekerja dalam menerapkan perilaku keselamatan
kerja.
B. Topik Khusus
Berdasakan fokus magang yang saya ambil yaitu “Perilaku keselamatan dan kesehatan kerja”,
topik khusus yang saya ambil adalah “Analisis Penerapan
perilaku keselamatan dan kesehatan kerja dalam penggunaan APD pada pekerja pabrik kelapa
sawit di PT. Tapian Nadenggan (SinarmasGroup). meletakan barang-barang berbahaya
dilantai, tumpahan press cake yang di biarkan begitu saja pada stasiun digester dan press, dan
kedisiplinan pekerja terkait dengan penggunaan APD di sekitar wilayah pabrik pengolahan
minyak. Berdasarkan pada hasil inspeksi APD yang saya lakukan, didapati pekerja yang tidak
menggunakan Helm dan baju kerja dengan alasan Panas, dan sudah terbiasa. Faktor
lingkungan juga merupakan salah satu yang mempengaruhi tidak menggunakan APD, serta
masih kurang pengawasaan dari atasan. Walaupun demikian PT. Tapian Nadenggan SMLM
tetap selalu berusaha meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya.
Adapun program yang dilakukan PT. Tapian Nadenggan SMLM untuk meningkatkan mutu K3:
3) Menyediakan Amaran terkait dengan K3 dan lokasi berbahaya di sekitar tempat kerja.
BAB V
A. Kesimpulan
1. PT. Tapian Nadenggan SMLM telah menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada
para pekerjanya. Hanya saja para pekerja yang masih kurang patuh terhadap peraturan yang
ada di perusahaan.
2. Masih terdapat para pekerja yang tidak memperdulikan penggunaan APD selama bekerja.
Hal ini didasari oleh kebiasaan para pekerja dan lingkungan kerja yang mendukung untuk tidak
menggunakan APD diwilayah kerja.
B. Saran
3. Memberikan peringatan dan sanksi kepada para pekerja yang berada diwilayah pabrik tetapi
tidak menggunakan APD
DAFTAR PUSTAKA
Almansyah dan Muliawati (2013) Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Anizar (2009) Teknik Keselamatan dan kesehatan kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Barthos (2012) Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kerja-Cenderung-Meningkat,-BPJS-Ketenagakerjaan-Bayar-Santunan-Rp1,2-Triliun.
Buntarto (2015) Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Industri.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat, T. (2017). (2017) Perkiraan Global Kecelakaan
Kerja Dan Penyakit Yang Berhubungan Dengan Kerja 2017.
Kongres Dunia XXI Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Di Tempat Kerja. singapura:
Lembaga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
Notoadmojo (2007) Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rieneksa Cipta.
Suma’mur (2009) Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Suma’mur (2013) Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
Tarwaka (2014) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.