Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.

Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengaruh terhadap factor


kecelakaan, karyawan harus mematuhi standar (K3) agar tidak menjadikan hal-hal
yang negative bagi karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh
penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya
pengawasan terhadap kondisi fisik diterapkan sat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi secara dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaannya.
Keselamatandan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin
keselamatan bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para
pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan
prasarana yang terjamin keselamatannya maka prokdutivitas kerja akan dapat
ditingkatkan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari kata selamat bersumber dari bahasa inggris, yaitu
safety yang dihubungkan dengan keadaan bebassnya seseorang dari kondisi celaka
(accident).

Menurut Silalahi dan Rumondang (dalam Widodo, 2015), keselamatan


merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat
yang dapat mengakibatkan kecelakaa, sedangkan kesehatan kerja yaitu
terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai
pekerjaannya.

Selanjutnya, Leon C. Meggison (dalam Mangkunegara, 2000) berpendapat


bahwa keselamatan mencakup dua istilah, yaitu risiko keselamatan dan risiko
kesehatan.

Secara fisiologi, keselamatan dimaknai sebagai suatu pemikiran dan upaya


untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, serta hasil budaya dan
karyanya.

Dari segi keilmuan, dimaknai sebagai pengetahuan dan penerapan dalam


usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
pekerjaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa disimpulkan bahwa


keselamatan kerja adalah situasi dan kondisi yang dapat menjamin pencegahan
setiap ketidaknyamanan dalam melaksanakan pekerjaan sehingga pegawai dapat
melaksanakan tugasnya dengan aman dan nyaman.1

B. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris
health yang dewasa ini dimaknai tidak hanya sekedar terbebasnya seseorang dari
penyakit, tetapi juga bermakna secara fisik, mental, dan sosial.

1
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.361-362
Menurut WHO pada tahun 1948, dijelaskan bahwa kesehatan adalah “suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit
atau kelemahan.” Selanjutnya, pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa
menyatakan bahwa kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan sumber
daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Menurur Parkins (dalam Widodo, 2015), kesehatan didefinisikan sebagai


keadaan seimbang yang dinamis dan seimbang antara bentuk tubuh dan fungsi yang
dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.

Dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya dan di tempat kerjanya yang diindikasikan oleh ketiadaan penyakit atau
kelemahan.2

C. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

K3 merujuk pada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis tenaga kerja yang


diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh organisasi. Kondisi
fisiologis-fisik meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja yang berakibat
kematian atau kehilangan anggota badan, cedera yang diakibatkan gerakan yang
berulang-ulang, sakit punggung, sindrom akan terjadinya jenis berbagai kanker dan
berbagai penyakit yang berbahaya lainnya.

Secara filosofi K3 dimaknai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya, serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

Sementara itu, dari perspektif keilmuan K3 dijelaskan bahwa semua ilmu dan
penerapannya dimaknai sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan,
OHSAS (Occupational Health and Safety Management Systems).

2
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.363-364
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman dan tenteram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa K3 addalah suatu kondisi dalam


pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar organisasi atau tempat kerja tersebut, sehingga pegawai
dapat melakukan pekerjaannya dengan tenang dan motivasi yang tinggi.3

Keselamatan dan kesehatan kerja

D. Sejarah kesehatan dan keselamatan kerja dimulai ketika terjadinya Revolusi


Inggris tahun 1778 dengan digunakannya mesin uap di pabrik-pabrik,
pertambangan untuk memproduksi produk dan transportasi kereta api tanpa
peralatan keamanan dan perlindungan keselamatan kerja bagi para buruh,
akibatnya banyak terjadi kecelakaan kerja yag mengakibatkan buruh luka
dan meninggal dunia. Waktu itu buruh yang luka dan meninggal tidak
mendapatkan konpensasi dariu perusahaan. Gerakan buruh yag
memperjuangkan nasib buruh yang luka dan meninggal menyebabkan
pemerintah Perancis, Inggris dan Amerika Serikat mengeluarkan Undang-
undang jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Di Indonesia gerakan
buruh yang memperjuangkan hak-haknya mendorong Pemerintah Belanda
mengeluarkan peraturan megenai kesehatan dan keselamatan kerja, dimulai
dari peraturan sejumlah tanmbang, perkebunan, perindustrian dan lali lintas
kapal dan kereta api.
Kesehatan dan keselamatan kerja mendapat perhatian besar oleh organisasi
terutama perusahaan dan organisasi industry yang dapat menimbulkan
bencana massal seperti perusahaan minyak bumi dan gas, perusahaan
penerbagan dan dipersenjataan militer, perusahaan pembangkit listrik
tenaga atom, perusahaan angkutan darat dan laut, perusahaan kimia dan
perusahaan jalan tol. Menurut Internastional Labor Organization (ILO)

3
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.364-366
setiap 15 detik seorang pekerja buruh meninggal di dunia karena kecelakaan
atau penyakit yang diakibatkan oleh kerja. 4
Keselamatan kerja merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan
proyek konstruksi, dimana keselamatan kerja perlu mendapat perhatian
yang sama dengan kualitas, jadwal dan biaya. Keterlibatan secara aktif
manajemen perusahaan sangat penting artinya begi terciptanya perbuatan
dan kondisi lingkungan yang aman. Program keselamatan kerja (safety
work program) perlu dibuat oleh manajemen perusahaan, serta memiliki
komitmen untuk menjalankan program tersebut demi terciptanya keamanan
di lokasi proyek.
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan merupakan tujuan yang
ingin di capai oleh perusahaan untuk menunjang kerja karyawan.
Pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang maju akan
dicapai baik dan realistic merupakan factor yang sangat penting dalam
memberikan kegai rahan dalam bekerja menurut beberapa penelitian yang
dilakukan Johan (Rukhviyanti, 2007), System Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan meningkatkan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi dalam bekerja.5
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jsa maupunindustri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas
kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.6

4
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 519
5
Catarina Cori Pradnya Paramita, 2012, :Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap
Prestasi karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang”, Vol. 1 No.1 , diakses pada 30
September 2017, Hlm. 8
6
Bobby Rocky Kani , 2013, “Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Pelaksanaan Proyek
Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT Trakindo)”, Vol.1, No.6, diakses pada 30 September 2017, Hlm.
431
Di Indonesia kecelakaan kerja cenderung meningkat, berikut Tabel 72
menunjukkan peningkatan kecelakaan kerja di Indonesia antara tahun 2007-
2011 dan jumlah klaim kecelakaan kerja kepada Jamsostek.7

Tahun Jumlah Kasus Jumlah Klaim ke JAMSOSTEK


2011 99.491 Rp 504 Miliar
1010 98.711 Rp 401.2 Miliar
2009 96.314 Rp 328.5 Miliar
2008 94.736 Rp 297.9 Miliar
2007 83.714 Rp 219.7 Miliar
E. Penyebab Kecelakaan Kerja
Penyebab pertama, adalah factor-faktor individual tenaga kerja buruh yang
jumlahnya banyak. Contohnya pekerja/ buruh yang tidak kompeten dan
tidak berpengalaman untuk melaksanakan pekerjaanya dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.8

Penyebab Fenomena
Factor-faktor Individual Pekerja tidak berkompeten dan tidak
berpengalaman
Gerakan rutin yang berulang dari
pekerjaan yag membosankan
Stress kerja
Kelelahan kerja
Kealpaan pekerja
Menggunakan teknik yag tidak tepat
Meremehkan Resiko
Mempergunakan alat kerja yan tidak
tepat

7
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 520
8
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 520
Mengabaikan Peraturan Keselamatan
Kerja
Minuma keras dan narkoba

Factor terkait dengan tugas Shift kerja malam


Tugas yang beresiko tinggi
Pekerjaan yag memerlukan ketelitian
tinggi
Factor organisasi Industry yang berbahaya dan beresiko
Perusahaan dengan budaya keselatan dan
kesehatan kerja rendah

Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja (K2TK) dalam perusahaan


merupakan suatu bagian dari manajemen sumber daya manusia khususnya,
atau menejemen perusahaan secara keseluruhanpada umumnya. Oleh
karena itu, K2TK harus direncanakan secara cermat sejak bangunan fisik
(plant layout) di didirikan. Setelah direncanakan tentunya harus
dilaksanakan sebagai bagian dari kebijakan perusahaan. Sebagai suatu
bagian kebijakan perusahaan berarti K2TK harus secara cermat dan terus –
menerus dilaksanakan dalam menunjang operasi perusahaan. Keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja erat kaitannya dengan factor kemanusiaan.
Ditinjau dari segi tenaga kerjanya, K2TK harus merupakan bagian dari
manajemen sumber daya manusia dalam perusahaan bersangkutan, namun
ditinjau dari aspek tempat dan jenis pekerjaan, K2TK berkaitan erat pula
dengan menajemen yang lain, seperti manajemen produksi dan manajemen
keuangan. Sehingga aspek K2TK merupakan bagian integral (terpadu) dari
keselamatan operasi perusahaan yang didukung oleh seluruh menejemen
dan pemilik perusahaan.
Dalam skala yang lebih khusus, manajemen K2TK merupakan bagian dari
manajemen sumber daya manusia dan manajemen secara umum yang
terdapat dalam suatu bisnis atau industry. Oleh karena itu, manajemen
K2TK harus meliputi hal-hal sebagai berikut:
Perencanaan K2TK (planning)
Organisasi K2TK (organizing)
Pengarahan K2TK ( directing)
Penentuan orang –orang dalam K2TK ( staffing)
Pelaksanaan K2TK (actualing)
Pengawasan K2TK (controlling)9
F. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dapat dijelaskan sebagai :
a. Proses untuk mengetahui adanya suatu bahaya dan menentukan
karakteristiknya.
b. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari langkah pencegahan
kecelakaan yang disebabkan adanya tindakan tidak aman.
c. Identifikasi bahaya adalah langkah awal dari proses penilaian risiko.
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor
bahaya sebagai berikut :
a. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman,
binatang).
b. Kimia
(bahan/material/gas/uap/debu/cairanberacun/korosif,reaktif, dll)
c. Fisik/Mekanik (mesin, alat, perlengakapan,alat berat,
suhu,cahaya, radiasi, dll)
d. Biomekanik (posisi kerja, alat, mesin, dll)
e. Psikis/sosiologis (berlebihannya beban kerja, komunikasi,
pengendalian manajemen, dll)

9
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuntitatif,(
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hlm. 90
f. Dampak lingkungan (air, tanah, udara, ambien, dll)10
G. Teori-teori Penyebab Kecelakaan
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja para menajer hatrus
memahami berbagai teori yang menjelaskan mengapa kecelakaan kerja
terjadi. Para pakar keselamatan dan kesehatan kerja: Teori Domino, Human
Factor Theori of Accident Causation, Accident IncidentTheory of Accident
Causation, Epidemiological Theory of Accident Causation, System Theory
of Accident Causation, Combination Theory of Accident Causation,
Behavior Theory of Accident Causation, Drug and Accident Causation,
Despession ang Accident Causation, Management Failure and Accident
Causation, Obesity and Accident Causation. Di bawah ini dibahas teori-
teori mengenai teori-teori kecelakaan kerja tersebut yang dikutip dari
Theories of Accident Causation.11
H. Program Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja
Perencanaan dan program keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sebagai
bagian dari manajemen perusahaan harus erupakan kebijakan perusahaan.
Sehingga harus di dukung oleh semua pihak, yakni:
a. Dukungan berbagai lapisan manajemen termasuk manajemen puncak (
top management).
b. Secara structural dapat dibentuk suatu unit kerja keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja sebagai bagian dari struktur organisasi
perusahaan. Misalnya, pada perusahaan pengebiran minyak lepas pantai
atau reactor nuklir, jenis pekerjaan yang dilakukan sangat mengandung
resiko. Unit kerja keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus
merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang beresiko
tinggi dalam kecelakaan.
c. Susunan dan letak pabrik dan mesin
d. Program pelatihan dan demonstrasi keselamatan kerja

10
Suryatri Darmiatun dan Tasrial, Prinsip-Prinsip K3LH, ( Malang : Gunung Samudera, 2015),hlm.
20-23
11
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 521
e. Analisis kecelakaan kerja
f. Perlombaan menciptakan keselamatan

Kebijakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang harus dilaksanakan


peruasahaan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menyediakan tempat dan suasana kerja aman dan nyaman untuk para
karyawan
b. Mengupayakan pengurangan terjadinya kecelakaan, korban manusia,
dan menghindari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta
kondisi kerja
c. Mengembangkan rasa tanggung jawab pada setiap buruh terhadap
keselamatan sendiri maupun teman sekerja
d. Mengembangkan terciptanya hubungan yang serasi antara setiap
karyawan demikian pula dengan perusahaan dalam bidang keselamatan
dan kesehatan kerja
e. Menyediakan prosedur-prosedur dasar yang mencakup semua aspek
keselamatan keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya yang
berhubungan dengan cara-cara produksi baru dan penggunaan alat-alat
maupun mesin baru
f. Menyediakan dengan segera bantuan tenaga ahli medias bila terdapat
korban manusia untuk mengurangi penderitaan, mempercepat
penyembuhan, dan mengusahakan rehabilitasi selanjutnya
g. Menyelidiki setiap penyebab kecelakaan, baik kecelakaan yang
membawa korban maupun tidak, selanjutnya mengambil langkah-
langkah untuk menghindari terulangnya kejadian.12

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan dapat dicegah asal kita
cukup kemauan untuk mencegahnya.oleh karena itu pula sebab-sebab
kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selnjutnya dengan
usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada penyebab kecelakaan, maka
kecelakaan dapat dicegah. Berdasarkan penjelasan penyebab kecelakaan

12
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuntitatif,(
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hlm. 95
kerja, maka kecelakaan terjadi dikarenakan adanya ketimpangan dalam
unsur 5 M (manusia, manajemene, materi, dan mesin). 13

I. . Alat-Alat Pelindung Keselamatan

Dalam program keselamatan dan kesehatan kerja pihak perusahaan


bertanggung jawab dalam pencegahan atas penyakit maupun cidera akibat
kerja. Oleh karena itu, kewajiban manajemen perusahaan dalam
menyelenggarakan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
memerlukan kerja sama yang baik antara unit kerja yang terkait. Misalnya,
petugas keselamatan kerja, petugas kesehatan, dan petugas teknis (unit kerja
produksi dan sebagainya). Peralatan keselamatan atau perlengkapan
pelindung keselamatan bermacam-macam bentuk dan jenisnya, yakni:

a. Secara umum dapat dikemukakan semua mesin dilengkapi alat ukur dan
alat yang secara otomatis dapat menghentikan kerja mesin tersebut.
Misalnya, alat ukur kecepatan, alat ukur temperature (suhu), alat ukur
tegangan listrik. Artinya bila mesin tersebut melampaui batas normal,
mesin secara otomayis segera berhenti.
b. Alat keselamatan perorangan yang harus dipakai para karyawan sebagai
alat pengaman untuk melindunginya dari kecelakaan.
c. Alat yang berkaitan dengan bencana kebakaran. Misalnya, tetang
spinkle yaitu alat penyemprot air yang berputar yang dipasang pada
langit-langit ruangan, tabung pemadam kebakaran, dan hydrant berikut
selangnya.14
J. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Menurut Rivai dan Segala, (2011), terdapat dua tujuan utama keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai berikut:

1. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat.

13
Arif Choirul Gunawan, 2016, “Analisis Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja” ,Vol. 3,
No. 1, diakses pada 30 September 2017,Hlm. 9
14
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuntitatif,(
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) Hlm. 95
2. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat.

Menurut suma’mur (dalam Widodo,2015), tujuan K3 adalah: (a) agar setiap pekerja
mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan
psikologis; (b) agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya dan seefektif mungkin; (c) agar semua hasil produksi dipelihara
keamanannya; (d) agar ada jaminan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja; (e) agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kera;
(f) agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja; dan (g) agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja.15

K. Kompensasi Kesehatan

Dikemukakan beberapa teori/ Konsep, definisi ata batasan serta pendapat


dari para ahli dibidangnya. Samsudin (2005:203) menyatakan sebagai berikut:

“ Kesehatan pada dasarnya mencakup kesehatan jasmani maupun rohani. Seorang


disebut sehat jasmani apabila seluruh unsur organisme badaniah sesorang itu
berfungsi normal dan baik, yang berarti tanpa sakit, tanpa mengidap penyakit, dan
tanpa kelemahan fisik. Sedangkan sehat rohaniah adalah bila seseorang sudah
berhasil mengadaptasikan dirinya pada organisasi tempat ia bekerja, memiliki
konsepsi yang akan datang kenyataan-kenyataan hidup, dapat mengatasi berbagai
stress dan frustasi, dan sebagainya.”

Dengan demikian, penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan
hal-hal sebagai berikut:

1. Menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan penglihatan,


pendengaran, kelelahan, dan sebagainya (pengendalian suara asing,
pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan suhu udara, pengaturan
penggunaan warna, dan fasilitas istirahat).

15
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.366-369
2. Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi
karyawan dengan berbagai kemudahan sehingga terjangkau bagi karyawan
yang memerlukan (termasuk penyediaan dokter dengan stafnya).

Dilain pihak, Mathis dan Jackson (2000:18) mengemukakan sebagai


berikut:

“Pengusaha memberikan berbagai tunjangan kesehatan dan perawatan kesehatan,


biasanya melalui perlindungan asuransi. Bentuk yang paling umum adalah yang
meliputi pengobatan, dokter gigi, obat yang diresepkan, dan biaya perawatan mata
untuk karyawan dan tanggungannya. Asuransi kesehatan yang paling dasar yang
melindungi baik biaya pengobatan yang normal maupun yang besar adalah yang
paling disukai oleh karyawan. Asuransi perawatan gigi juga penting untuk banyakk
karyawan. Banyak program perawatan gigi ini mencakup perlindungan perawatan
gigi, di mana sangat mahal biayanya. Beberapa program asuransi kesehatan
pengusaha uga mencakup konsultasi psikiatri.”

Dijelaskan bahwa biaya untuk perawatan kesehatan telah meningkat dalam


tingkat yang lebih dari tingkat inflasi untuk beberapa dekade terakhir. Beberapa
pendekatan untuk menahan pertumbuhan dalam biaya perawatan kesehatan
digunakan oleh banyak pengusaha. Satu pendekatan untuk mengurangi biaya
perawatan kesehatan adalah dengan cara, yaitu banyak pengusaha yang tidak
menawarkan tunjangan perawatan kesehatan. Selanjutnya, Samsudin (2006:12)
menyatakan sebagai berikut:

“Pembinaan kesehatan karyawan atau anggota organisasi merupakan suatu bentuk


kompensasi non-finansial yang sangat penting dalam organisasi. Keadaan aman dan
sehat dari seorang karyawan/ anggota organisasi tercemin dari sikap individual dan
aktivitas organisasional karyawan yang bersangkutan.”

Dijelaskan bahwa semakin baik kesehatan karyawan, makin positif


sumbangan mereka bagi organisasi/ perusahaan. Pada umumnya perusahaan
memerhatikan masalah kesehatan karyawan justru untuk memungkinkan
terciptanya kondisi kerja yang lebih baik dalam pemeliharaan kesehatan. Hal ini
penting sekali, terutama bagi bagian-bagian organisasi yang memiliki tingkat
kecelakaan yang tinggi. Biasanya tanggung jawab pembinaan kesehatan karyawan
tersebut terletak pada Manajer Operasional dari perusahaan atau organisasi yang
bersangkutan. Kesehatan pada dasarnya mencaku kesehatan jasmani maupun
rohani.

Penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan: pertama,


menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan penglihata, pendengaran,
kelelahan, dan sebagainya (pengendalian suara asing, pengaturan penerangan
tempat kerja, pengaturan suhu udara, pengaturan penggunaan warna, dan fasilitas
istirahat). Kedua, penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan
kesehatan bagi karyawan dengan berbagai kemudahan sehingga terjangkau bagi
setiap karyawan yang memerlukan (termasuk penyediaan dokter dengan staffnya).

Program-program kesehatan karyawan dapat dilakukan dalam berbagai


bentuk, yaitu: pertama, memuat kondisi kerja aman antara lain dengan membeli
atau mempergunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengamanan;
menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik; mengatur layout pabrik dan
penerangan sebaik mungkin. Lantai-lantai, tangga-tangga, dan lerengan-lerengan
harus di jaga agar bebas dari air, minyak, dan gemuk, melainkan pemeliharaan
fasilitas pabrik secara baik dan menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatan-
peralatan kesehatan. Kedua, melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan kecelakaan
dengan mengendalikan praktik-praktik manusia yang tidak sehat. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan mendidik para karyawan dalam hal kesehatan. Ketiga,
mmenciptakan lingkungan kerja yang sehat untuk menjaga kesehatan para
karyawan dari para gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan
lain-lain. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat, secara tidak langsung akan
mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas.

Terkait dengan jaminan kesehatan kerja, jaminan ini pada dasarnya tidak
dapat dilepaskan kaitannya dengan perasaan aman dan puas (quality of work life
atau QWL). Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Asuransi jiwa, yaitu sebagai jaminan kehidupan keluarga di masa depan


bukanlah menopoli atau hanya berlaku bagi para pekerja di lingkungan
suatu organisasi/ perusahaan asuransi jiwa dapat dimanfaatkan oleh setiap
orang sesuai kemampuannya masing-masing organisasi/ perusahaan dapat
menggunakan program ini untuk membantu para pekerja agar memiliki rasa
aman dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berbahaya dengan risiko
dapat merenggut kehidupan.
2. Kompensasi akibat pekerjaan kompensasi tidak langsung ini berbentuk
suatu bantuan para pekerja yang sifat pekerjaannya dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan psikologis.
3. Asuransi cacat tubuh. Asuransi ini termasuk asuransi kecelakan, keadaan
terburuk yang menempatkan asuransi ini menjadi sangat penting adalah
kecelakaan yang berakibat cacat jasmani (tubuh) sehingga pekerja tidak
dapat lagi menjalankan fungsi utama dalam pekerjaannya. Dari segi waktu
asuransi ini memberi manfaat untuk jangka panjang…
4. Biaya rumah sakit. Di satu pihak jaminan kesehatan ini sangat diperlukan
oleh pekerja dan keluarganya yang menderita sakit berkepanjangan, sedang
dipihak lain pembiayaan tersebut dapat menjadi beban yang cukup berat
bagi organisasi/perusahaan. Maka dari itu, jaminan kesehatan ini dapat
diselenggarakannya dalam bentuk asuransi kesehatan, baik dengan premi
yang dibayar sepenuhnya oleh organisasi/ perusahaan maupun dengan
menentukan presentase tertentu yang dibebankan juga pada upah/ gaji yang
diterima pekerja
5. Jaminan pengobatan lainnya. Jaminan ini memperluas kompensasi tidak
langsung yang tidak sekadar mengenai pekera yang menderita sakit
berkepanjangan, tetapi juga aspek lainnya seperti perawatan dan pengobatan
gigi. 16
L. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja
Untuk meminimalisasikan terjadinya penyakit akibat kerja dalam
dunia industri dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Subtitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan
yang kurang bahaya atau tidak bahaya sama sekali, misalnya karbon
tetraklorida diganti dengan trichlor etilen.

16
M.Kadarisman, Manajemen Kompensasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2012),Hlm.166-174
2. Ventilasi Umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut
perhitungan di dalam ruangan kerja, agar dari kadar dari bahan-bahan
yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih rendah daripada kadar
yang membahayakan yaitu kadar NAB. NAB adalah akdar yang
padanya atau dibawah daripadanya.
3. Ventilasi Keluar Setempat, ialah alat biasanya menghisap udara
disuatu tempat kerja tertentu agar bahan-bahan yang berbahaya di
tempat tertentu itu di hisap dan dialirkan keluar.
4. Isolasi, mengisolasi atau proses dalam perusahaan yang
membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar
kegaduhan yang disebabkannnya turun dan tidak menjadi gangguan
lain.
5. Menggunakan APD, misalnya : masker, kacamata, sarung tangan,
sepatu, topi, pakaian kerja, dll
6. Penerangan Sebelum Bekerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati
peraturan-peraturan dan agar mereka lebih berhati-hati.
7. Pendidikan Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kepada Pekerja
Secara Kontinu, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya.
8. Pengendalian Melalui Perundang-undangan antara lain :
a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok.
b. Petugas kesehatan dan non kesehatan, UU No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.
c. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi
lingkungan.
e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya.
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbaah.
9. Pengendalian Melalui Jalur Kesehatan (Medical Control), yaitu upaya
untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan
pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang di sekitarnya. Dengan
deteksi dini, maka penatalaksaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan
produktivitas masyarakat pekerja. Di sini diperlukan sistem rujukan
untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan
tepat.
Pencegahan Sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja melalui pemeriksaan kesehatan pekerja meliputi :
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan Awal adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan sebelum seseorang/ calon pekerja (petugas kesehatan dan
non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan
calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau
dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya. Anamnese umum pemeriksaan kesehatan
awal ini meliputi :
a. Anamnese pekerjaan
b. Penyakit yang opernah diderita
c. Alergi
d. Imunisasi yang pernah di dapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin, pemeriksaan tertentu :
a) Tuberkulin test
b) Psiko test
2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang
disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak jarak waktu antar
pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khsuus seperti
pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan risiko kesehatan yang
dihadapi pekerja.
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada khsuus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu
pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan k3 tidak hanya untuk intern laboratorium
kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga
harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja
di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat di sekitarnya.17

17
Riswan Dwi Djatmiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Yogyakarta : Deepublish, 2016),
hlm.31-34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keselamatan berasal dari kata selamat bersumber dari bahasa inggris,
yaitu safety yang dihubungkan dengan keadaan bebassnya seseorang
dari kondisi celaka (accident).
2. Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diterjemahkan dari Bahasa
Inggris health yang dewasa ini dimaknai tidak hanya sekedar
terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi juga bermakna secara fisik,
mental, dan sosial.
3. Penyebab Kecelakaan Kerja, penyebab pertama, adalah factor-faktor
individual tenaga kerja buruh yang jumlahnya banyak. Contohnya
pekerja/ buruh yang tidak kompeten dan tidak berpengalaman untuk
melaksanakan pekerjaanya dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
4. Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor
bahaya sebagai berikut : Biologi , Kimia, Fisik/Mekanik , Biomekanik
Psikis/sosiologis , Dampak lingkungan.
5. Teori-teori Penyebab Kecelakaan, diantaranya : Teori Domino, Human
Factor Theori of Accident Causation, Accident IncidentTheory of
Accident Causation, dll.
6. Program Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja, dengan
perencanaan dan program keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
sebagai bagian dari manajemen perusahaan harus erupakan kebijakan
perusahaan.
7. Alat-Alat Pelindung Keselamatan, Misalnya, petugas keselamatan
kerja, petugas kesehatan, dan petugas teknis (unit kerja produksi dan
sebagainya).
8. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, menurut Rivai dan Segala,
(2011), terdapat dua tujuan utama keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai berikut: manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat.,
kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat.
9. Kompensasi Kesehatan , dengan adanya kompensasi kesehatan
penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan hal-hal
sebagai berikut: menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan
penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya , Penyediaan
fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan
dengan berbagai kemudahan .
10. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja, diantaranya
Subtitusi, Ventilasi Umum, Ventilasi Keluar Setempat, Isolasi,
Menggunakan APD, Penerangan Sebelum Bekerja, Pendidikan
Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kepada Pekerja Secara Kontinu.
dll.

10. Saran
Akhirnya kami selaku penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk memperdalam ilmu dan mampu mendekatkan diri dalam
rangka menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT dan penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. , 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi,


Hukum Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi
Bisnis, Pemerintahan dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Pradnya Paramita, Catarina Cori. 2012. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Terhadap Prestasi karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang”.
VoL. 1 No.1. diakses pada 30 September 2017.

Kani, Bobby Rocky. 2013. “Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Pelaksanaan
Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT Trakindo)”.Vol.1, No.6. diakses
pada 30 September 2017.

Prawirosentono, Suyadi. 2007. Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia


dan Analisis Kuntitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gunawan, Arif Choirul. 2016. “Analisis Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja” ,Vol. 3, No. 1. diakses pada 30 September 2017.

Sinambela, Lijan Poltak. 2016.”Manajemen Sumber Daya Manusia”Jakarta:PT


Bumi Aksara.
M.Kadarisman.2012.”Manajemen Kompensasi”.Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Darmiatun, Suryatri dan Tasrial.2015. “Prinsip-Prinsip K3LH”.Malang : Gunung
Samudera.
Djatmiko, Riswan Dwi.2016. “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.Yogyakarta :
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai