PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari kata selamat bersumber dari bahasa inggris, yaitu
safety yang dihubungkan dengan keadaan bebassnya seseorang dari kondisi celaka
(accident).
Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris
health yang dewasa ini dimaknai tidak hanya sekedar terbebasnya seseorang dari
penyakit, tetapi juga bermakna secara fisik, mental, dan sosial.
1
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.361-362
Menurut WHO pada tahun 1948, dijelaskan bahwa kesehatan adalah “suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit
atau kelemahan.” Selanjutnya, pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa
menyatakan bahwa kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan sumber
daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.
Dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya dan di tempat kerjanya yang diindikasikan oleh ketiadaan penyakit atau
kelemahan.2
Secara filosofi K3 dimaknai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya, serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
Sementara itu, dari perspektif keilmuan K3 dijelaskan bahwa semua ilmu dan
penerapannya dimaknai sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan,
OHSAS (Occupational Health and Safety Management Systems).
2
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.363-364
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman dan tenteram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.
3
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.364-366
setiap 15 detik seorang pekerja buruh meninggal di dunia karena kecelakaan
atau penyakit yang diakibatkan oleh kerja. 4
Keselamatan kerja merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan
proyek konstruksi, dimana keselamatan kerja perlu mendapat perhatian
yang sama dengan kualitas, jadwal dan biaya. Keterlibatan secara aktif
manajemen perusahaan sangat penting artinya begi terciptanya perbuatan
dan kondisi lingkungan yang aman. Program keselamatan kerja (safety
work program) perlu dibuat oleh manajemen perusahaan, serta memiliki
komitmen untuk menjalankan program tersebut demi terciptanya keamanan
di lokasi proyek.
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan merupakan tujuan yang
ingin di capai oleh perusahaan untuk menunjang kerja karyawan.
Pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang maju akan
dicapai baik dan realistic merupakan factor yang sangat penting dalam
memberikan kegai rahan dalam bekerja menurut beberapa penelitian yang
dilakukan Johan (Rukhviyanti, 2007), System Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan meningkatkan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi dalam bekerja.5
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jsa maupunindustri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas
kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.6
4
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 519
5
Catarina Cori Pradnya Paramita, 2012, :Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap
Prestasi karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang”, Vol. 1 No.1 , diakses pada 30
September 2017, Hlm. 8
6
Bobby Rocky Kani , 2013, “Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Pelaksanaan Proyek
Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT Trakindo)”, Vol.1, No.6, diakses pada 30 September 2017, Hlm.
431
Di Indonesia kecelakaan kerja cenderung meningkat, berikut Tabel 72
menunjukkan peningkatan kecelakaan kerja di Indonesia antara tahun 2007-
2011 dan jumlah klaim kecelakaan kerja kepada Jamsostek.7
Penyebab Fenomena
Factor-faktor Individual Pekerja tidak berkompeten dan tidak
berpengalaman
Gerakan rutin yang berulang dari
pekerjaan yag membosankan
Stress kerja
Kelelahan kerja
Kealpaan pekerja
Menggunakan teknik yag tidak tepat
Meremehkan Resiko
Mempergunakan alat kerja yan tidak
tepat
7
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 520
8
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 520
Mengabaikan Peraturan Keselamatan
Kerja
Minuma keras dan narkoba
9
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuntitatif,(
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hlm. 90
f. Dampak lingkungan (air, tanah, udara, ambien, dll)10
G. Teori-teori Penyebab Kecelakaan
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja para menajer hatrus
memahami berbagai teori yang menjelaskan mengapa kecelakaan kerja
terjadi. Para pakar keselamatan dan kesehatan kerja: Teori Domino, Human
Factor Theori of Accident Causation, Accident IncidentTheory of Accident
Causation, Epidemiological Theory of Accident Causation, System Theory
of Accident Causation, Combination Theory of Accident Causation,
Behavior Theory of Accident Causation, Drug and Accident Causation,
Despession ang Accident Causation, Management Failure and Accident
Causation, Obesity and Accident Causation. Di bawah ini dibahas teori-
teori mengenai teori-teori kecelakaan kerja tersebut yang dikutip dari
Theories of Accident Causation.11
H. Program Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja
Perencanaan dan program keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sebagai
bagian dari manajemen perusahaan harus erupakan kebijakan perusahaan.
Sehingga harus di dukung oleh semua pihak, yakni:
a. Dukungan berbagai lapisan manajemen termasuk manajemen puncak (
top management).
b. Secara structural dapat dibentuk suatu unit kerja keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja sebagai bagian dari struktur organisasi
perusahaan. Misalnya, pada perusahaan pengebiran minyak lepas pantai
atau reactor nuklir, jenis pekerjaan yang dilakukan sangat mengandung
resiko. Unit kerja keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus
merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang beresiko
tinggi dalam kecelakaan.
c. Susunan dan letak pabrik dan mesin
d. Program pelatihan dan demonstrasi keselamatan kerja
10
Suryatri Darmiatun dan Tasrial, Prinsip-Prinsip K3LH, ( Malang : Gunung Samudera, 2015),hlm.
20-23
11
Wirawan, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia:Teori, Psikologi, Hukum
Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian, Aplikasi dalam Organisasi Bisnis, Pemerintahan dan
Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Hlm. 521
e. Analisis kecelakaan kerja
f. Perlombaan menciptakan keselamatan
a. Menyediakan tempat dan suasana kerja aman dan nyaman untuk para
karyawan
b. Mengupayakan pengurangan terjadinya kecelakaan, korban manusia,
dan menghindari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta
kondisi kerja
c. Mengembangkan rasa tanggung jawab pada setiap buruh terhadap
keselamatan sendiri maupun teman sekerja
d. Mengembangkan terciptanya hubungan yang serasi antara setiap
karyawan demikian pula dengan perusahaan dalam bidang keselamatan
dan kesehatan kerja
e. Menyediakan prosedur-prosedur dasar yang mencakup semua aspek
keselamatan keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya yang
berhubungan dengan cara-cara produksi baru dan penggunaan alat-alat
maupun mesin baru
f. Menyediakan dengan segera bantuan tenaga ahli medias bila terdapat
korban manusia untuk mengurangi penderitaan, mempercepat
penyembuhan, dan mengusahakan rehabilitasi selanjutnya
g. Menyelidiki setiap penyebab kecelakaan, baik kecelakaan yang
membawa korban maupun tidak, selanjutnya mengambil langkah-
langkah untuk menghindari terulangnya kejadian.12
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan dapat dicegah asal kita
cukup kemauan untuk mencegahnya.oleh karena itu pula sebab-sebab
kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selnjutnya dengan
usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada penyebab kecelakaan, maka
kecelakaan dapat dicegah. Berdasarkan penjelasan penyebab kecelakaan
12
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuntitatif,(
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hlm. 95
kerja, maka kecelakaan terjadi dikarenakan adanya ketimpangan dalam
unsur 5 M (manusia, manajemene, materi, dan mesin). 13
a. Secara umum dapat dikemukakan semua mesin dilengkapi alat ukur dan
alat yang secara otomatis dapat menghentikan kerja mesin tersebut.
Misalnya, alat ukur kecepatan, alat ukur temperature (suhu), alat ukur
tegangan listrik. Artinya bila mesin tersebut melampaui batas normal,
mesin secara otomayis segera berhenti.
b. Alat keselamatan perorangan yang harus dipakai para karyawan sebagai
alat pengaman untuk melindunginya dari kecelakaan.
c. Alat yang berkaitan dengan bencana kebakaran. Misalnya, tetang
spinkle yaitu alat penyemprot air yang berputar yang dipasang pada
langit-langit ruangan, tabung pemadam kebakaran, dan hydrant berikut
selangnya.14
J. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Menurut Rivai dan Segala, (2011), terdapat dua tujuan utama keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai berikut:
13
Arif Choirul Gunawan, 2016, “Analisis Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja” ,Vol. 3,
No. 1, diakses pada 30 September 2017,Hlm. 9
14
Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuntitatif,(
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) Hlm. 95
2. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat.
Menurut suma’mur (dalam Widodo,2015), tujuan K3 adalah: (a) agar setiap pekerja
mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan
psikologis; (b) agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya dan seefektif mungkin; (c) agar semua hasil produksi dipelihara
keamanannya; (d) agar ada jaminan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi
pekerja; (e) agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kera;
(f) agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja; dan (g) agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja.15
K. Kompensasi Kesehatan
Dengan demikian, penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan
hal-hal sebagai berikut:
15
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT Bumi
Aksara,2016),Hlm.366-369
2. Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi
karyawan dengan berbagai kemudahan sehingga terjangkau bagi karyawan
yang memerlukan (termasuk penyediaan dokter dengan stafnya).
Terkait dengan jaminan kesehatan kerja, jaminan ini pada dasarnya tidak
dapat dilepaskan kaitannya dengan perasaan aman dan puas (quality of work life
atau QWL). Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
16
M.Kadarisman, Manajemen Kompensasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2012),Hlm.166-174
2. Ventilasi Umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut
perhitungan di dalam ruangan kerja, agar dari kadar dari bahan-bahan
yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih rendah daripada kadar
yang membahayakan yaitu kadar NAB. NAB adalah akdar yang
padanya atau dibawah daripadanya.
3. Ventilasi Keluar Setempat, ialah alat biasanya menghisap udara
disuatu tempat kerja tertentu agar bahan-bahan yang berbahaya di
tempat tertentu itu di hisap dan dialirkan keluar.
4. Isolasi, mengisolasi atau proses dalam perusahaan yang
membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar
kegaduhan yang disebabkannnya turun dan tidak menjadi gangguan
lain.
5. Menggunakan APD, misalnya : masker, kacamata, sarung tangan,
sepatu, topi, pakaian kerja, dll
6. Penerangan Sebelum Bekerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati
peraturan-peraturan dan agar mereka lebih berhati-hati.
7. Pendidikan Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kepada Pekerja
Secara Kontinu, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya.
8. Pengendalian Melalui Perundang-undangan antara lain :
a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok.
b. Petugas kesehatan dan non kesehatan, UU No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.
c. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi
lingkungan.
e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya.
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbaah.
9. Pengendalian Melalui Jalur Kesehatan (Medical Control), yaitu upaya
untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan
pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap
pekerja itu sendiri maupun terhadap orang di sekitarnya. Dengan
deteksi dini, maka penatalaksaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan
produktivitas masyarakat pekerja. Di sini diperlukan sistem rujukan
untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan
tepat.
Pencegahan Sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja melalui pemeriksaan kesehatan pekerja meliputi :
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan Awal adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan sebelum seseorang/ calon pekerja (petugas kesehatan dan
non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan
calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau
dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya. Anamnese umum pemeriksaan kesehatan
awal ini meliputi :
a. Anamnese pekerjaan
b. Penyakit yang opernah diderita
c. Alergi
d. Imunisasi yang pernah di dapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin, pemeriksaan tertentu :
a) Tuberkulin test
b) Psiko test
2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang
disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi.
Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak jarak waktu antar
pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khsuus seperti
pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan risiko kesehatan yang
dihadapi pekerja.
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada khsuus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu
pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan k3 tidak hanya untuk intern laboratorium
kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga
harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja
di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat di sekitarnya.17
17
Riswan Dwi Djatmiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Yogyakarta : Deepublish, 2016),
hlm.31-34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keselamatan berasal dari kata selamat bersumber dari bahasa inggris,
yaitu safety yang dihubungkan dengan keadaan bebassnya seseorang
dari kondisi celaka (accident).
2. Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diterjemahkan dari Bahasa
Inggris health yang dewasa ini dimaknai tidak hanya sekedar
terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi juga bermakna secara fisik,
mental, dan sosial.
3. Penyebab Kecelakaan Kerja, penyebab pertama, adalah factor-faktor
individual tenaga kerja buruh yang jumlahnya banyak. Contohnya
pekerja/ buruh yang tidak kompeten dan tidak berpengalaman untuk
melaksanakan pekerjaanya dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
4. Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor
bahaya sebagai berikut : Biologi , Kimia, Fisik/Mekanik , Biomekanik
Psikis/sosiologis , Dampak lingkungan.
5. Teori-teori Penyebab Kecelakaan, diantaranya : Teori Domino, Human
Factor Theori of Accident Causation, Accident IncidentTheory of
Accident Causation, dll.
6. Program Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja, dengan
perencanaan dan program keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
sebagai bagian dari manajemen perusahaan harus erupakan kebijakan
perusahaan.
7. Alat-Alat Pelindung Keselamatan, Misalnya, petugas keselamatan
kerja, petugas kesehatan, dan petugas teknis (unit kerja produksi dan
sebagainya).
8. Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, menurut Rivai dan Segala,
(2011), terdapat dua tujuan utama keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai berikut: manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat.,
kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat.
9. Kompensasi Kesehatan , dengan adanya kompensasi kesehatan
penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan hal-hal
sebagai berikut: menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan
penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya , Penyediaan
fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan
dengan berbagai kemudahan .
10. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja, diantaranya
Subtitusi, Ventilasi Umum, Ventilasi Keluar Setempat, Isolasi,
Menggunakan APD, Penerangan Sebelum Bekerja, Pendidikan
Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kepada Pekerja Secara Kontinu.
dll.
10. Saran
Akhirnya kami selaku penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk memperdalam ilmu dan mampu mendekatkan diri dalam
rangka menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT dan penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kani, Bobby Rocky. 2013. “Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Pelaksanaan
Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT Trakindo)”.Vol.1, No.6. diakses
pada 30 September 2017.