Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SUMBER DAYA MANUSIA

“KEAMANAN DAN KESEHATAN KARAYAWAN”

Dosen Pembimbing : Titin Maidarti , SE., MM

Di Susun Oleh :

Novianti

2019511091

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI IPWI JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI (S1)

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur panjatkan ke hadirat – Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah – Nya, sehingga bisa menyelesaikan
makalah berjudul Keamanan dan Kesehatan karayawan.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah


yang di buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. untuk itu, penulis dengan senantiasa menerima segala
masukan dan kritik dari pembaca yang bertujuan meningkatkan mutu makalah ini
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata penulis meminta semoga makalah Sumber daya alam Tentang
Keamanan dan Kesehatan karayawan, dapat diterima dan dapat memberi manfaat
ataupun inspirasi pada pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keamanan dan Kesehatan kerja karayawan (K3) merupakan salah
satu subyek yang relevan dengan semua sektor industri, bisnis dan
perdagangan, perusahaan teknologi informasi, Layanan Kesehatan,
Lembaga Pendidikan maupun perusahaan lainnya.
Dalam organisasi dengan bahaya rendah, kesehatan dan
keselamatan dapat diawasi oleh satu orang manajer yang kompeten, akan
tetapi dalam perusahaan dengan bahaya tinggi, banyak spesialis yang
berbeda, seperti insinyur. (kelistrikan, mekanik dan sipil), tenaga
medis/kesehatan, perencana kerja dan supervisor, mungkin diperlukan
untuk membantu kesehatan dan keselamatan professional praktisi dalam
memastikan bahwa ada kesehatan yang memuaskan dan standar
keselamatan dalam organisasi.
Ada banyak kendala untuk pencapaian standar yang baik. Tekanan
produksi atau kinerja target, kendala keuangan dan kompleksitas
organisasi adalah contoh khas dari hambatan semacam itu. Namun, ada
beberapa insentif kuat untuk organisasi berjuang untuk standar kesehatan
dan keselamatan yang tinggi. Insentif ini bersifat moral, hukum dan
ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada dan untuk mengetahui gambaran
yang lebih jelas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
 Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
 Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
 Sejarah dan Perkembangan K3
 Filosofi K3
 Lingkungan Kerja
 Definisi Penyakit Akibat Kerja
 Klasifikasi akibat kecelakaan kerja
 Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperkenalkan
konsep yang sesuai untuk sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang
dapat dibangun dikarenakan Kesehatan dan keselamatan Kerja
mempengaruhi semua aspek pekerjaan.
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3)


pengertian kesehatan dan keselamatan kerja atau sering disingkat
dengan K3. Pengertian K3 yang akan dibahas adalah menurut World
Health Organization (WHO) dan International Labour Organization (ILO).
Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan keselamatan
kerja atau Occupational Safety and Health adalah meningkatan dan
memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadiny
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja
pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat
mengganggu kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di
lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis
pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan
pekerja dan setiap orang dengan tugasnya
Definisi K3 yang disampaikan oleh ILO berbeda dengan yang
disampaikan oleh Occupational Safety Health Administrasi (OSHA).
Pengertian K3 menurut OSHA adalah kesehatan dan keselamatan kerja
adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko keselamatan manusia dan
properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan keselamatan kerja
merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri atas fisika, kimia, biologi dan
ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur, transportasi, penanganan
material bahaya.
Sementara pengertian K3 secara filosofi dapat merujuk pada
beberapa ahli sebagai berikut: Ridley (2006) mengemukakan bahwa
"Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta caracara melakukan pekerjaan".
Pendapat lain dikemukakan oleh Rowley dan Jackson (2012),
mengatakan bahwa: Kesehatan dan keselamatan atau dengan lebih
tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) memperhatikan
mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko
tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau
kesehatan yang buruk.
Menurut Rivai dan Sagala (2013), Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologisfisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Menurut Widodo (2015), Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas,
maka dapat disimpulkan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah
rangkaian usaha dan upaya menciptakan suasana kerja yang aman dari
risiko kecelakaan kecelakaan baik fisik, mental maupun emosional
sehingga memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, yang
menyangkut aspek keselamatan, kesehatan, pemeliharaan, moral kerja,
perlakuan sesuai martabat manusia dan moral agama. Dengan demikian
tenaga kerja secara aman dapat melakukan pekerjaanya guna
meningkatkan hasil kerja dan produktivitas kerja sehingga para tenaga
kerja harus memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan
ya di dalam setiap pelaksanaan pekerjaanya sehari-hari.
b. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Tujuan utama pelaksanaan K3 ada dua. Pertama, menciptakan
lingkungan kerja yang selamat dengan melakukan penilaian secara
kualitatif dan kuantitatif. Kedua, menciptakan kondisi yang sehat bagi
karyawan, keluarga dan masyarakat sekitarnya melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penilaian lingkungan kerja secara
kualitatif meliputi lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan psikologi
ergonomi, Sedangkan secara kuantitatif, penilaian lingkungan kerja
dengan parameter yang telah ditentukan dan dibandingkan dengan nilai
standar yang ada. Beberapa pedoman standar yang sering digunakan
bersumber dari Kementerian Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi dan
Standar Nasional Indonesia.
c. Sejarah dan Perkembangan K3
Secara ringkas sejarah K3 di Indonesia dimulai pada masa sebelum
abad 17, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa
kemerdekaan, orde lama, orde baru dan orde reformasi. Masa sebelum
abad 17 (kerajaan di Indonesia). Pada masa ini tidak diketahui secara pasti.
Namun demikian penggunaan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat
untuk prajurit yang terluka dan pengenalan beberapa bahan toksikan
alamiah untuk senjata merupakan awal pengenalan K3.Masa penjajahan
Belanda. Perkembangan K3 pada masa Belanda berbeda dengan makna
K3 sesungguhnya. K3 pada masa Belanda ditujukan untuk kesehatan dan
keselamatan militer Belanda, dan tidak ditujukan untuk Indonesia.
Termasuk juga beberapa produk peraturan tentang K3 yang dikeluarkan
pada masa itu bertujuan untuk memelihara peralatan, mesin dan karyawan
Belanda supaya tetap sehat dan terpelihara keselamatannya. Masa
penjajahan Jepang. Pada masa ini bisa dikatakan tidak ada perkembangan
K3. Masa kemerdekaan.Pada masa kemerdekaan ini ditandai dengan
adanya dasar hukum yang jelas berdirinya sebuah negara, yaitu UUD
1945. Pada pasal 27 ayat 2 UU yang menyebutkan bahwa ” Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan ”.Ini mengandung pengertian bahwa pekerjaan yang
dilakuan harus sesui dengan norma-norma kemanusiaan, termasuk juga
adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
Masa Orde Lama – Orde Baru. Pada masa ini pemerintah
Indonesia mulai memberi perhatian yang lebih besar terhadap
ketenagakerjaan terutama pentingnya upaya K3. Pada tahun 1957
Departemen Perburuhan dan Jawatan Keselamatan Kerja yaitu dengan UU
No 14 Tahun 1969 Tentang Ketenagakerjaan.
Kemudian pada tanggal 12 Januari 1970, lahirlah Undang-undang
Keselamatan Kerja. Pada masa ini juga berdiri beberapa lembaga yang
bergerak di bidang K3 yaitu Dinas Higiene Perusahaan dan Sanitasi
Umum, dan berbagai seminar tentang Higiene perusahaan. Dilihat dari
istilah higiene yang dipakai, penekanannya lebih pada lingkungan kerja
dan kesehatan pekerja, unsur keselamatan kerja belum menonjol.
Tanggung jawab dalam pelaksanaan K3 lebih besar pada Departemen
Tenaga Kerja, meskipun pada awal tahun 2000an yaitu 2003 K3 mulai
mendapat perhatian dari Departemen Kesehatan. Mulai berkembang K3
berbasis manajemen dengan adanya Sistem Manajemen K3. Era
Reformasi.
Pada masa ini seiring dengan semangat otonomi daerah, maka
perhatian terhadap K3 yang selama ini menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat, pemerintah daerah pun memiliki kewajiban untuk
memberikan jaminan K3. Semua tempat kerja wajib menyelenggarakan
upaya kesehatan dan keselamatan kerja. K3 mulai berkembang tidak hanya
di perusahaan namun juga di tempat kerja lainnya, misalnya rumah sakit.
Perkembangan K3 di dunia yang menekankan manajemen juga banyak
berkembang disini, mulai mengikuti standar internasional. Masa
mendatang.
Perkembangan K3 di dunia pada masa mendatang juga ikut
mempengaruhi di Indonesia. Implementasi K3 yang masih berorientasi
pada kepatuhan terhadap aturan, pada masa mendatang lebih menekankan
pada kesadaran berperilaku yang selamat dan sehat.
d. Filosofi K3
Dari beberapa pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa K3
mengandung beberapa nilai :
a. K3 merupakan hak asasi manusia/ pekerja. Bahwa tiap pekerja berhak
mendapatkan perlindungan tentang kesehatan dan keselamatan kerjanya
b. K3 merupakan usaha untuk mengendalikan haJard/ bahaya di tempat
kerja.
e. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat
memengaruhi kesehatan kerja yang berakibat dapat menimbulkan
kecelakaan kerja (occupational accident), penyakit akibat kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja (occupational disease & work related
diseases).
Faktor-faktor lingkungan kerja antara lain: Suara bising,
penerangan tempat kerja, kelembaban, suhu udara, pelayanan kebutuhan
karyawan, penggunaan warna, dan kebersihanlingkungan. Dalam
pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan/ atau bebas dari kecelakaan dan PAK yang
pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja.
Secara teoretis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam
lingkungan kerja meliputi Penyebab Kecelakaan Kerja, Penyebab
Kecelakaan Kerja, Sebab utama sebab utama dari kejadian kecelakaan
kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan
secara benar sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor manusia atau
dikenal dengan istilah tindakan tidak aman, Faktor lingkungan atau
dikenal dengan kondisi tidak aman
f. Definisi Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan. Ditinjau dari definisinya penyakit pada karyawan dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Penyakit umum (general diseases),
Penyakit akibat hubungan kerja (Work related disease/ Disease afeecting
Working Populations), dan Penyakit akibat kerja (Occupational
Disease).Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease).Penyakit akibat
kerja didefinisikan sebagai semua kelainan atau/ penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja atau pekerjaan.
Faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor
risiko lainnya dalam perkembangan penyakit yang mempunyai etiologi
kompleks. Penyakit yang Mengenai Populasi Pekerja (Occupational
Disease/ Disease Affecting Working Populations). Penyakit yang terhadi
pada pupulasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempak kerja,
namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaanbyang buruk bagi kesehatan
g. Klasifikasi akibat kecelakaan kerja
Standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan
kerja: Perawatan Ringan (First Aid) Perawatan ringan merupakan suatu
tindakan/perawatan terhadap luka kecil berikut observasinya, yang tidak
memerlukan perawatan medis (medical treatment) walaupun pertolongan
pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis. Perawatan ringan ini
juga merupakan perawatan dengan kondisi luka ringan, bukan tindakan
perawatan darurat dengan luka yang serius dan hanya satu kali perawatan
dengan observasi berikutnya.
Perawatan Medis (Medical Treatment)
Perawatan medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan
luka yang hanya dapat dilakukan olehtenaga medis profesional seperti
dokter ataupun paramedis. Yang dapat dikategorikan perawatan medis bila
hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis yang pofesional: terganggunya
fungsi tubuh seperti jantung, hati, penurunan fungsi ginjal dan sebagainya;
berakibat rusaknya struktur fisik dan berakibat komplikasi luka yang
memerlukan perawatan medis lanjutan.
Hari Kerja yang Hilang (lost work days) Hari kerja yang hilang
ialah setiap hari kerja di mana seseorang pekerja tidak dapat mengerjakan
seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit
akibat pekerjaan yang dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi
menjadi: Jumlah hari tidak bekerja (days away from work), yaitu semua
hari kerja di mana seseorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi
pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya. Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted
activities), yaitu semua kerja di mana seorang pekerja karena mengalami
kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya, dialihkan
sementara ke pekerjaan lain atau pekerja tetap bekerja pada tempatnya
tetapi tidak dapat mengerjakan secara normal.
Kematian (Fatality) Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa
memandang waktu yang sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan
kerja ataupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan
saat si korban meninggal.
Sedang (minor) Kecelakaan yang menimbulkan hari hilang tidak
lebih dari 21 hari kerja kalender dan tidak menyebabkan kehilangan
anggota badan atau fungsi badan. Termasuk dalam klasifikati sedang
adalah suatu kecelakaan yang menyebabkan pekerjaan hanya dapat
melakukan aktivitas terbatas (restricted activity) dan menyebabkan
pingsan.
Cacat Tetap (Permanent Disability) Cedera yang bukan berakibat
mati tetapi berakibat ketidakmampuan atau berkurangnya maupun
kehilangan sebagian atau seluruh fungsi pada bagian tubuh tertentu
(seperti sebelah kedua mata, tangan/lengan, kaki) dan amputasi serta
dislokasi. Cedera ini tidak termasuk hilangnya kuku jari tangan/kaki,
hilangnya ujung jari tangan/kaki tetapi tidak terkena tulang, hilang
bentuk/tampak jelek, keseleo yang tidak berakibat keterbatasan gerak yang
tetap. Klasifiksi kecelakaan kerja menurut ILO 1962, Klasifikasi jenis
kecelakaan: Terjatuh, Tertimpa benda, Tertumbuk atau terkena benda-
benda, Terjepit oleh benda, Gerakan-gerakan melebihi kemampuan,
Pengaruh suhu tinggi, Terkena arus listrik, Kontak bahan-bahan berbahaya
atau radiasi,
Klasifikasi penyebab Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga
listrik, mesin penggergajian kayu, dan sebagainya. Alat angkut, Alat
angkut darat, udara, dan air Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan
pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.

h. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja


Langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:
Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai
hal-hal seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi,
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan
industri, kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan kesehatan.
Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar misalnya mengenai
konstruksi yang aman dari jenis-jenis peralatan industri dan alat
pengamanan perorangan.Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha
penegakan peraturan yang harus dipatuhi.

.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Keselamatan kerja adalah suatu upaya pengendalian bahaya Supaya tidak


menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian dan
memberikan jaminan karyawan dan sistem kerja aman. Pertama, menciptakan
lingkungan kerja yang selamat dengan melakukan penilaian secara kualitatif dan
kuantitatif. Kedua, menciptakan kondisi yang sehat bagi karyawan, keluarga dan
masyarakat sekitarnya melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. yang Mengenai Populasi Pekerja . Lingkungan kerja adalah kondisi
sekitar pekerja atau karyawan terbuka maupun tertutup, baik di dalam ruangan
maupun di lapangan. Pajanan sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja
bisa bersumber dari faktor fisik, kimia, biologis dan ergonomi psikologi. Faktor
fisik lingkungan kerja yang terdiri dari kebisingan, getaran
pencahayaan, radiasi, tekanan udara dan iklim kerja.
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.com/books/about/Keselamatan_dan_Kesehatan_Kerja_Mana
jeme.html?hl=id&id=1CEgEAAAQBAJ

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://penerbitan.unej.
ac.id/wp-content/uploads/2018/11/dasar-dasar-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.pdf&ved=2ahUKEwiDx8WR8ebzAhWLbn0KHbHBAQIQFnoECAoQAQ
&usg=AOvVaw3WtLjhzr8QTON_lvixuZnm

https://books.google.com/books/about/Dasar_Dasar_Kesehatan_dan_Keselamatan
_Ke.html?hl=id&id=D-VNDwAAQBAJ

Anda mungkin juga menyukai