Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISKUSI K3

KELOMPOK 7

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Kesehatan Keselamatan Kerja

Dosen Pengampu : Prana Arsha Dhitya, SE. MM.

Disusun Oleh :

1. M. Dhofir (A01220019)
2. M. Fahriza Adi Nugraha (A01220020)
3. Nila Nurul Hikmah (A01220021)

POLITEKNIK INDUSTRI FURNITUR DAN PENGOLAHAN


KAYU KENDAL

Apa Itu K 3 (Kesehatan Keselamatan Kerja),


Dan apa kaitannya dengan Desain Furnitur ?

Ilustrasi konsultasi di tentang proyek

A. Pengertian K 3

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu upaya menghindari dan meminimalisir
kecelakaan tenaga kerja dalam melakukan aktivitas bekerja pada saat di workshop ataupun
tempat lainnya yang dikemas dalam bentuk prosedur ataupun tata cara pra kerja, pasca
kerja , sampai usai kerja. K3 atau kesehatan dan keselamatan kerja adalah bidang yang
terkait dengan kesehatan keselamatan dan kesejahteraan manusia baik pada saat institusi
maupun di proyek. Jika diartikan menurut bahasa. Keselamatan merupakan keadaan di
mana rasa sakit yang dirasakan seseorang atau kerusakan property dapat dikurangi,
dipertahankan rendah pada tingkat yang dapat diterima melalui proses berkelanjutan dalam
identifikasi bahaya dan manajemen risiko. Sedangkan kesehatan merupakan keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Jadi, menurut bahasan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K 3) merupakan keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan  melindungi  keselamatan  dan  kesehatan  tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

B. Prinsip K 3

Prinsip K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) melingkupi multidisiplin yang luas, selalu
menyentuh pada isu-isu yang berkaitan dengan bidang ilmiah seperti dunia farmasi –
termasuk fisiologi dan toksikologi – ergonomi, fisika dan kimia, serta teknologi, ekonomi,
hukum dan daerah lainnya khusus untuk berbagai industri dan kegiatan.

Meskipun banyak ilmu dan kepentingan pihak-pihak tertentu, kita tetap dapat menyusun
prinsip K3 tersebut. ILO, lembaga perburuhan internasional, telah menyusun 14 prinsip K3
untuk kita pakai, yaitu :

1. Semua pekerja memiliki hak.

Pekerja, serta pengusaha dan pemerintah, harus memastikan bahwa hak-hak ini dilindungi
dan harus berusaha keras untuk menetapkan dan memelihara kondisi kerja yang layak dan
lingkungan kerja yang layak. Lebih spesifik lagi:
o pekerjaan harus dilakukan di lingkungan kerja yang aman dan sehat;
o kondisi kerja harus konsisten dengan kesejahteraan pekerja dan martabat manusia;
o pekerjaan harus menawarkan kemungkinan nyata untuk pencapaian pribadi, pemenuhan
diri dan layanan kepada masyarakat (ILO, 1984).

2. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus dapat ditetapkan.


Seperti kebijakan harus dilaksanakan baik secara nasional ataupun di level perusahaan.
Mereka harus secara efektif dikomunikasikan kepada semua pihak yang bersangkutan.

3. Sistem nasional untuk keselamatan dan kesehatan kerja harus ditetapkan.


Sistem tersebut harus mencakup semua mekanisme dan elemen yang diperlukan untuk
membangun dan mempertahankan sebuah pencegahan keselamatan dan kesehatan budaya.
Sistem nasional harus dipertahankan, dikembangkan secara progresif, dan ditinjau secara
berkala.

4. Program nasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja harus dirumuskan.


Setelah dirumuskan,program itu harus dilaksanakan, dipantau, dievaluasi dan ditinjau
secara berkala.

5. Mitra sosial (yaitu , pengusaha dan pekerja) dan pemangku kepentingan lainnya
harus dikonsultasikan.
Ini harus dilakukan selama perumusan, implementasi dan peninjauan semua kebijakan, sistem
dan program.

6. Program dan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus mengarah pada
pencegahan dan perlindungan.
Upaya harus difokuskan terutama pada pencegahan primer di dalam tingkat tempat kerja.
Tempat kerja dan lingkungan kerja harus direncanakan dan dirancang agar aman dan sehat.

7. Mempromosikan secara terus menerus perbaikan untuk keselamatan


Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa hukum nasional, peraturan dan standar teknis
untuk mencegah kerja cedera, penyakit dan kematian yang disesuaikan secara berkala untuk
sosial, teknis dan ilmiah kemajuan dan lainnya perubahan dalam dunia dari kerja. Hal ini
paling baik dilakukan dengan mengembangkan dan mengimplementasi suatu kebijakan
nasional, sistem nasional dan program nasional.

8. Informasi sangat penting untuk mengembangkan dan mengimplementasikan


program dan kebijakan yang efektif
Pengumpulan dan penyebaran informasi yang akurat tentang bahaya dan bahan berbahaya,
pengawasan tempat kerja, pemantauan kepatuhan dengan kebijakan dan praktik yang baik,
dan kegiatan terkait lainnya merupakan pusat pembentukan dan penegakan kebijakan yang
efektif.

9. Promosi kesehatan adalah sebuah elemen inti dari praktek kesehatan kerja.
Upaya harus harus dilakukan untuk meningkatkan pekerja fisik, mental yang dan sosial
kesejahteraan.

10. Layanan kesehatan kerja yang mencakup semua pekerja harus didirikan.
Idealnya, semua pekerja di semua kategori kegiatan ekonomi harus memiliki akses ke
layanan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan pekerja dan
meningkatkan kondisi kerja.

11. Layanan kompensasi, rehabilitasi, dan kuratif harus tersedia bagi pekerja yang
menderita cedera akibat pekerjaan, kecelakaan, dan penyakit terkait pekerjaan .
Tindakan harus diambil untuk meminimalkan konsekuensi dari bahaya akibat pekerjaan.

12. Pendidikan dan pelatihan adalah komponen penting dari lingkungan kerja yang
aman dan sehat.
Pekerja dan pengusaha harus dapat dibuat sadar dari para pentingnya dari membuat
prosedur kerja aman dan dari bagaimana untuk melaksanakannya. Pelatih harus dilatih dalam
bidang yang memiliki relevansi khusus dengan industri tertentu, sehingga mereka dapat
menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang spesifik .

13. Pekerja, pengusaha dan otoritas yang berwenang memiliki tanggung jawab, tugas,
dan kewajiban tertentu.
Sebagai contoh, pekerja harus mengikuti pembuatan prosedur kerja aman ; pengusaha harus
menyediakan tempat kerja yang aman dan memastikan akses ke pertolongan pertama; dan
otoritas yang kompeten harus menyusun, berkomunikasi dan secara berkala meninjau dan
memperbarui kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

14. Kebijakan K3 harus ditegakkan.


Sistem inspeksi harus ada untuk memastikan kepatuhan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja dan undang – undang perburuhan lainnya .’

Secara garis besar prinsip K3 adalah perlindungan terhadap pekerja hal ini sejalan dengan
filosofi paling mendasar dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam menjamin
keutuhan dan kesempurnaan melalui perlindungan atas keselamatan dan kesehatan para
pekerja dalam menjalankan pekerjaannya.

C. Tujuan K3
International Labour Organization (ILO) menjelaskan tujuan kesehatan kerja untuk:

 Promosi dan pemeliharaan tingkat tertinggi untuk kesejahteraan fisik, mental dan
sosial pada semua pekerjaan

 Pencegahaan di antara para pekerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan pekerja

 Perlindungan kepada pekerja dalam hubungan kerjanya terhadap risiko yang berasal
dari faktor-faktor yang dapat memperburuk kesehatan

 Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja agar yang disesuaikan
dengan kemampuan fisiologis dan psikologis

 Penyesuaian pekerjaan kepada pekerja dan pekerja kepada pekerjaannya

Dari sekian itu, tujuan utama K 3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja
dan lingkungan di sekitarnya.

D. Kaitannya K 3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dengan Desain


furniture.

Kita harus hati-hati dan jeli dalam bekerja menggunakan mesin-mesin pembuat furniture
karena mesin furniture sendiri memiliki resiko yang cukup tinggi ketika kita lengah atau tidak
berhati-hati.

Hubungan Ilmu Ergonomi dan Antropometri terhadap K 3

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, di samping itu K3 adalah hak asasi setiap tenaga
kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA) dan World
Trade Organization (WTO) serta Asia Pacific Ecomoic Community (APEC) yang akan
berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan
keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di
Indonesia. Ergonomi yang merupakan pendekatan multi dan interdisiplin yang berupaya
menserasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan kebolehan dan batasan
tenaga kerja sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, nyaman dan efisien
(3,4).

Dalam hal ini ergonomi juga berupaya menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Tujuan ergonomi dan
K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu
ergonomi dan K3 perlu diterapkan di semua tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan daan
keselamatan kerja tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja. Namun
kenyataannya penerapan ergonomi dan K3 di perusahaan terutama di perusahaan kecil dan
menengah masih jauh dari yang diharapkan. Program-program ergonomi dan K3 sering
menempati prioritas yang rendah dan terakhir bagi manajemen perusahaan ( (15). Memang
kesehatan dan keselamatan kerja bukanlah segala-galanya, namun tidak disadarinya bahwa
tanpa kesehatan dan keselamatan kerja segalanya tidak berati apa-apa.

Menyadari pentingnya ergonomi dan K3 bagi semua orang di manapun berada maupun
bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan di era
globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan
kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta
dari tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan. Dengan
tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang baik jelas mangkir kerja karena sakit akan
menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun, kerugian akibat kecelakaan

akan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja dengan produktivitas yang lebih tinggi,
keuntungan akan meningkat dan pada akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi
kerja akan meningkat.

FOTO DOKUMENTASI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai