Pendahuluan
Bab II
Tinjauan Pustaka
Peristiwa - peristiwa itu terjadi secara bertahap namun masih dalam batas toleransi
tertentu. Peristiwa tersebut dapat terjadi jika telah melewati batas toleransi.
sebuah
keju
swiss
sebagai
suatu
sistem
keselamatan
penerbangan. Beberapa lapis keju dalam suatu sistem tersebut merupakan pihakpihak yang terlibat dengan operasi penerbangan. Pada masing-masing lapis keju
terdapat lubang-lubang yang menggambarkan adanya kelemahan atau kekurangan
pada pihak terkait dan berpotensi menimbulkan bahaya. Bila terjadi kelalaian,
digambarkan sebagai bom yang meledak maka ledakan itu akan mengenai
dinding-dinding keju. Sebagian serpihan ledakan akan tertahan lapisan keju dan
sebagian akan melalui lubang-lubang pada keju tersebut. Bila ledakan itu mampu
melewati semua dinding keju melalui lubang yang ada maka akan mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Sebaliknya, bila ledakan itu tidak berhasil melewati semua
lapisan keju maka kelalaian tersebut dalam batas toleransi dan tidak
mengakibatkan kecelakaan.
Reason (1990) membedakan dua macam kesalahan dalam sebuah sistem
(system error) yaitu aktif dan terselubung (latent). Active error adalah kesalahan
yag efeknya langsung dirasakan, sedangkan latent error melibatkan aspek buruk
pada sistem yang tidak aktif dan menjadi jelas ketika dikombinasikan dengan
aspek lain untuk menembus pertahanan suatu sistem. Perpaduan dua macam
kesalahan ini dalam suatu sistem akan menimbulkan kecelakaan bila mampu
menembus pertahanan atau batas normal.
Dalam kaitannya dengan dunia penerabangan, active error berhubungan
dengan kinerja orang-orang yang berada di lini depan seperti, pilot, pemandu lalu
lintas udara (ATC), kru di ruang pengendali dan yang ada kaitannya secara
langsung dengan kegiatan operasional. Sedangkan latent error merupakan
kegiatan yang tidak berhubungan dengan operasi langsung seperti, pembuat
desain, pembuat kebujakan tingkat tinggi dan pihak pengelola.
Sumber terjadinya kesalahan aktif dan terselubung
Latent Error
Terletak di :
1. Organisasi
2. Hukum dan peraturan
3. Prosedur
4. Tujuan atau sasaran
Active Error
Terletak di :
- Pekerja dan tim lini depan
disebabkan oleh:
1. Komunikasi
2. Kerusakan fisik
3. Faktor Psikologis
4. Interkasi manusi dengan
peralatan
Efek adanya active error bisanya langsung dapat diketahui dengan cepat
sedangkan tanda-tanda adanya latent error sulit diketahui. Pada semua sistem
selalu ada latent error namun karena proses berkembangnya secara bertahap dan
tidak menimbulkan efek secara langsung maka sulit dideteksi. Adanya latent error
lebih berbahaya dan mesti diwaspadai.
Salah satu latent error pada perusahaan penerbangan adalah tidak
diselenggarakannya pelatihan kru penerbangan ungtuk menghadapi masalah kritis,
misalnya pada kondisi cuaca buruk, terjadi badai dan jarak pandang pendek. Pada
penerbangan normal dengan kondisi cuaca yang cerah maka kemungkinan besar
tidak akan terjadi kecelakaan, naun bila kondisi cuaca tiba-tiba memburuk dan
pesawat melakukan manuver di daerah pegunungan, maka akan ada bahaya
menabrak gunung.
Irreversible adalah kesalahan yang akibatnya tidak bisa ditolerir atau tidak bisa
diperbaiki. Misalnya pada kondisi sebenarnya, pilot yang menabrak gunung dan
menyebabkan kerusakan fatal tidak bisa memperoleh kesempatan kedua.
Contoh Kasus Kecelakaan Penerbangan :
a. Kronologi Kecelakaan
Pada 1 Januari 2007, pesawat Boeing 737-4Q8 Adam Air nomor
penerbangan DHI 574 dengan registrasi PK-KKW terbang dari Surabaya, Jawa
Timur, menuju Manado, Sulawesi Utara. Pesawat yang dibuat pada tahun 1989 ini
lepas landas dari Bandar Udara Juanda pada pukul 12:59 WIB pada siang hari dan
diperkirakan akan sampai di Manado pada pukul 16:14 WITA dengan
penerbangan pada ketinggian jelajah 35.000 kaki atau sekitar 10.600 meter di atas
permukaan laut. Dengan kapasitas 170 penumpang, di dalam pesawat ini hanya
ada 102 orang yang terdiri dari 2 orang penerbang, 4 awak kabin, dan 96 orang
penumpang yang terdiri dari 85 orang dewasa, 7 anak dan 4 bayi.
Selama penerbangan, autopilot menerbangkan pesawat dengan memberi
koreksi kemiringan ke kiri karena ada angin dari sebelah kiri agar pesawat dapat
kembali datar. 9 detik setelah autopilot mati, penerbang mengkoreksi kemiringan,
tapi hanya dilakukan sebentar. Sekitar satu menit kemudian, muncullah peringatan
BANK ANGEL (peringatan ketika kemiringan pesawat melebihi normal atau
lebih dari 35 derajat) hingga kemiringannya mencapai 60 derajat dan turun dari
ketinggian jelajah dengan hidung pesawat 5 derajat ke bawah. Kemiringan terus
bertambah hingga 100 derajat. Akibatnya, pesawat dari ketinggian 35.008 kaki
turun ke 9.920 kaki hanya dalam waktu 75 detik (20.070 kaki per menit (fpm)),
padahal normalnya adalah 1.500-3.000 fpm. Proses jatuhnya Adam Air DHI 574
dapat digambarkan pada ilustrasi berikut ini :
Pada pukul 15:09 WITA, petugas ATC (Air Traffic Controller) mencoba
memanggil DHI 574, tapi tak ada jawaban dan pesawat hilang dari tampilan radar
di sekitar Selat Makassar. Pada pukul 17:24 WITA, ATC akhirnya menyiarkan
status DETRESFA, yaitu status di mana sudah diyakinkan bahwa pesawat dan
penumpangnya berada dalam keadaan bahaya (Komite Nasional Kecelakaan
Transportasi, 2008).
b. Analisis
Pada kecelakaan penerbangan ini, banyak faktor yang berperan, mulai dari
faktor perilaku penerbang hingga masalah sistem penerbangan. Dalam
hubungannya dengan Swiss Cheese Model, jatuhnya Adam Air DHI 574 dapat
dijelaskan berdasarkan layer-layer penyebab berikut ini:
Layer I : Organizational Influences
Tidak ada satupun dari pilot atau ko-pilot yang menjaga arah pesawat
selama 30 detik seperti yang diharuskan oleh Quick Reference Handbook
(buku yang berisi pedoman untuk kondisi darurat)
Cuaca buruk
Awak pesawat tidak mengetahui secara pasti IRS mana (Left IRS atau
Right IRS) yang masih berfungsi dengan baik.
Pilot dan ko-pilot lebih fokus pada kerusakan IRS dari pada tingkat
kemiringan pesawat yang bermasalah
sebagai lubang pada potongan keju Swiss. Kesalahan ini berasal dari manajemen
keselamatan penerbangan dan/atau dari awak pesawat itu sendiri. Kecelakaan ini
dapat terjadi karena lubang (kesalahan atau kegagalan) tersebut dapat menembus
hingga mencapai layer unsafe act yang dilakukan pilot maupun co-pilot, padahal
mereka memiliki peran paling penting dalam sebuah penerbangan. Perilakuperilaku tidak aman inilah yang paling dekat dengan kecelakaan dan akibatnya
langsung dapat dirasakan. Berdasarkan laporan yang ada, diketahui bahwa
beberapa perangkat pesawat pada lebih dari satu pesawat berada dalam kondisi
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Kecelakaan atau accident merupakan sesuatu yang tidak diinginkan
(undesired) dan tidak direncanakan (unplanned) yang dapat menimbulkan bahaya
atau menyebabkan kerugian, serta mengacaukan proses yang sedang berjalan.
Dalam
lingkup
mengakibatkan
keselamatan
terjadinya
transportasi
suatu
kecelakaan
udara,
banyak
pesawat
faktor
terbang.
yang
Biasanya,
mencegah
danmengandalikan
angka
kejadian
kecelakaan,
dapat
dilakukan
oleh
organisasi
atau
perusahaan
untuk
organisasi atauperusahaan, tetapi dari sudut pandang pekerja, para pekerja juga
sangatdianjurkan untuk memperbanyak lapisan kejunya.