PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi yang sangat pesat belakangan ini menyebabkan keselamatan di
penerbangan semakin meningkat, tetapi hal tersebut menimbulkan pertanyaan kepada
keselamatan penerbangan: Mengapa pesawat mengalami kecelakaan?. Jawabannya tidak
semudah yang dibayangkan. Pada awal masa penerbangan digunakan, kecelakaan
dikarenakan oleh pesawat itu sendiri baik dari desainnya yang salah maupun kesalahan dari
manufaktur. Pada masa sekarang kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh manusia yaitu
pada kru penerbangan baik pilot, kru pemeliharaan, menara pengawas (air traffic control)
(Mason. 1993; dikutip dari Murray, 1997). Bahkan menurut penelitian oleh Shappell &
Wiegmann (1996) menghasilkan analisis bahwa 70 sampai 80 persen kecelakaan
penerbangan dapat disebabkan oleh kesalahan manusia (human error).
Kecelakaan penerbangan tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja atau bahkan
oleh satu orang saja (Heinrich, Peterson, dan Roos, 1980). Kecelakaan ini merupakan hasil
akhir dari banyak penyebab, dengan penyebab akhirnya adalah tindakan yang tidak aman
oleh kru penerbangan (Reason, 1990; Shappell & Wiegmann, 1997a; Heinrich, Peterson, &
Roos, 1980; Bird, 1974). Untuk itu perlu adanya suatu metode yang membantu penyelidik
melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan sehingga penyebab yang sama tidak terulang di
kemudian harinya.
Pada saat menggunakan model human factors, penyelidik harus mengaplikasikan
model kepada 3 area utama yaitu: lingkungan, individu, dan kejadian atau kecelakaan. Kru
yang mengalami kecelakaan (pilot, kru penerbangan, teknisi, dan lainnya) bereaksi terhadap
lingkungan dimana mereka terekspos. Faktor lingkungan tidak hanya melingkupi lingkungan
fisik dimana anggota kru terekspos dan juga lingkungan organisasi dan pengawasan serta
lingkungan fisik dan teknologi yang menyebabkan tindakan yang tidak aman terjadi. Faktorfaktor individu melingkupi tindakan tidak aman, tindakan-tindakan yang dilakukan
sebelumnya sehingga tindakan tidak aman terjadi, serta faktor pengawasan. Kecelakaan dapat
disebabkan karena kesalahan aktif dan kesalahan pasif yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kesalahan aktif terjadi.
Ketika menggunakan model yang akan dibahas secara rinci dibawah, penyelidik harus
mengasumsikan bahwa kesalahan dapat berarti beberapa hal (DOD US, 2005):
Kesalahan sebagai kegagalan itu sendiri. Sebagai contoh: pengambilan keputusan
yang salah oleh teknisi (keputusan, persepsi atau kesalahan akibat
kemampuan/keterampilan dasar).
Kesalahan sebagai penyebab terjadi kegagalan. Kejadian ini diakibatkan karena
kesalahan manusia (misal, kegagalan dalam memberikan bimbingan, petunjuk,
pedoman).
Kesalahan sebagai suatu proses, lebih spesifik kepada kesalahan tidak menjalankan
prosedur (prosedur rutin, prosedur istimewa, disengaja maupun tidak disengaja).
Bagian ini membahas mengenai teori Swiss Cheese Model James Reason yang
dikembangkan oleh Shappell dan Wiegmann menjadi HFACS, pembahasan HFACS secara
terperinci (level dan sub level pada HFACS beserta contoh-contohnya) dan perancangan kode
sebagai panduan penggunaan HFACS.
Reasons Swiss Cheese Model of Human Error
Model ini merupakan suatu alat untuk membantu menginvestigasi human error yang
diusulkan dan diajukan oleh James Reason pada tahun 1990 dengan nama Swiss Cheese.
Model ini diklasifikasikan menjadi 4 kategori yang dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
akibat proses ini sangat tinggi. Jika hal ini dipasangkan dengan buruknya kualitas pelatihan
CRM, maka kemungkinan kesalahan komunikasi dan kesalahan kru penerbangan akan
semakin tinggi dan memburuk.
Model Reason juga membahas organisasi pada level kesalahannya. Kesalahan pada
level ini juga dapat mengakibatkan dampak performansi pada setiap level dibawahnya.
Sebagai contoh pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan, pendanaan terhadap
pelatihan penerbangan akan dibatasi. Pengawas mau tidak mau menugaskan pilot dan kru
dengan tugas yang kompleks. Dengan ketidakadaan CRM membuat kegagalan komunikasi
dan kerjasama sebagai akibat yang mempengaruhi kepada kondisi tertentu yang akhirnya
menyebabkan tindakan tidak aman serta mempengaruhi performansi kru dan persentase
kesalahan menjadi tinggi.
Oleh karena itu penyelidik harus mengetahui apa saja yang dapat mengkibatkan
terjadinya kesalahan atau lubang pada Swiss Cheese sehingga hal tersebut dapat
diidentifikasi selama penyelidikan bahkan dapat dideteksi dan dikoreksi sebelum kecelakaan
tersebut terjadi.
The Human Factors Analysis and Classification System
Berdasarkan model James Reason (1990) mengenai konsep kegagalan aktif dan
kegagalan pasif, HFACS membagi menjadi 4 faktor yaitu: Unsafe Acts (tindakan tidak aman),
Preconditions for Unsafe Acts (kondisi tertentu yang menyebabkan tindakan tidak aman),
Unsafe Supervision (pengawasan yang buruk), Organizational Influences (pengaruh
organisasi). Model HFACS dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah beserta penjelasan secara
terperinci mengenai masing-masing level dan contohnya tindakan pada masing-masing sub
level HFACS.
Tabel 2. Tindakan Tidak Aman oleh Operator/Pilot (Wiegmann and Shappel, 2001)
Gambar 4. Categories of Preconditions for Unsafe Acts (Wiegmann and Shappel, 2001)
Faktor lingkungan merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan jika faktorfaktor fisik dan teknologi mempengaruhi pelatihan, kondisi dan tindakan individu dan
berefek pada kesalahan manusia atau situasi yang tidak aman. Faktor lingkungan meliputi:
a. Physical Environment (Lingkungan Fisik)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan jika fenomena
lingkungan seperti cuaca, iklim, getaran, kebisingan, dan lainnya mempengaruhi
tindakan seseorang dan berefek pada kesalahan manusia atau tindakan yang tidak
aman.
b. Technological Environment (Lingkungan Teknologi)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan ketika
kokpit/kendaraan/ruangan kerja atau otomasi mempengaruhi tindakan seseorang dan
berefek pada kesalahan manusia atau tindakan yang tidak aman.
Kondisi dari operator merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan
jika situasi seperti: perilaku psikis, keadaan fisik yang tidak sehat, keterbatasan fisik atau
mental, dan lainnya yang berefek pada kesalahan manusia atau situasi yang tidak aman.
Kondisi-kondisi ini antara lain:
a. Adverse Mental States (Tingkat Keadaan Mental)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan yaitu sifat dari
kepribadian seseorang dan sikap yang merusak seperti terlalu percaya diri, kepuasan
terhadap diri sendiri, dan motivasi yang salah tempat. Jika seseorang individu
mengalami kelelahan mental niscaya kesalahan yang mungkin terjadi akan semakin
besar serta terlalu percaya diri dan sikap negatf lainnya seperti kesombongan dan
impulsif akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran.
b. Adverse Physicological States (Tingkat Keadaan Fisik)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan ketika seorang individu
mengalami suatu kejadian yang berhubungan dengan fisiknya (kelelahan fisik, kondisi
tidak normal dan lainnya) sehingga berefek pada kesalahan manusia atau tindakan
yang tidak aman.
c. Physical/Mental Limitations (Keterbatasan Fisik atau Mental)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan ketika seseorang
individu tidak dapat menyelesaikan misi karena keterbatasannya. Hal ini sering
terjadi, namun tidak selalu, keterbatasan ini membuat seseorang tidak kompatibel
untuk mengoperasikan sesuatu objek. Seperti seseorang individu tidak memiliki
kekuatan fisik untuk mengoperasikan pesawat pada lingkungan gravitasi yang tinggi
atau karena keterbatasan fisik antropomentri tidak dapat menjangkau kendali pesawat
dikarenakan kokpit tidak didesain untuk semua bentuk, ukuran, kemampuan fisikal
semua individu.
Faktor personal merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan jika
kesiapan sesorang dan kerja sama tim (CRM) yang buruk berefek pada kesalahan manusia
atau situasi yang tidak aman. Faktor personal terbagi menjadi 2 bagian:
a. Crew Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan jika
koordinasi/komunikasi/perencanaan adalah penyebab kecelakaan dimana interaksi
antara individu, kru, dan tim pada saat proses penyiapan dan pelaksanaan sebuah misi
mengakibatkan pada kesalahan manusia atau tindakan yang tidak aman.
b. Personnel Readiness (Kesiapan Personal)
Merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan jika operator tidak
mematuhi peraturan dan instruksi yang menentukan bagaimana kesiapan individu
dalam bekerja atau gagal mempersiapkan diri baik secara mental maupun fisik untuk
melaksanakan pekerjaan.
Contoh kondisi tertentu yang menyebabkan terjadinya tindakan yang tidak aman
dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5 berikut ini.
Tabel 3. Contoh Kondisi Tertentu Penyebab Tindakan Tidak Aman oleh Operator/Pilot
(Wiegmann and Shappel, 2001)
Tabel 4. Contoh Kondisi Tertentu Penyebab Tindakan Tidak Aman oleh Operator/Pilot
(Wiegmann and Shappel, 2001)
Tabel 5. Contoh Kondisi Tertentu Penyebab Tindakan Tidak Aman oleh Operator/Pilot
(Wiegmann and Shappel, 2001)
3. Unsafe Supervision
Kesalahan pada pengawasan yang menyebabkan terjadinya tindakan yang tidak aman.
Jika suatu kecelakaan terjadi dan penyelidik melakukan penyelidikan seringkali
penyelidikan berujung kepada pengawasan buruk yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Kesalahan pada pengawasan terbagi menjadi 4 faktor yaitu: Inadequate
Supervision (Pengawasan yang tidak memadai), Planned Inappropriate Operations
(Pengoperasian yang Tidak Terencana dengan Baik), Failed to Correct Problem
(Gagal Menyelesaikan Permasalahan yang Telah Diketahui), Supervisory
Violation (Pelanggaran pada Proses Pengawasan). Untuk lebih memahami
kesalahan pada pengawasan akan dijelaskan pada Gambar 5 dibawah.
4. Organizational Influences
Keputusan yang salah dari pihak manajemen tingkat atas akan mempengaruhi secara
langsung pada praktek pengawasan juga kepada kondisi dan tindakan operator/teknisi.
Kesalahan pasif namun berpengaruh secara langsung ke tindakan dan perilaku
operator sebagai penyebab kesalahan aktif terbagi menjadi 3 sub level yaitu Resource
Management (Manajemen Sumber Daya), Organizational Climate ( Iklim dan Budaya
Organisasi), Organizational Process (Proses Operational Organisasi). Pengaruh
organisasi merupakan faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan jika komunikasi,
tindakan, kelalaian, kebijakan managemen tingkat atas baik secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh pada praktek pengawasan, kondisi dan tindakan operator
yang berefek pada kegagalan sistem, tindakan yang tidak aman dan kesalahan
manusia. Untuk lebih memahami kesalahan pada pengaruh organisasi akan
dijelaskan pada Gambar 6 dibawah.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, F. (1974). Management Guide to Loss Control. Atlanta, GA: Instute Press.
Heinrich, H., Peterson, D., & Roos, N. (1980). Industrial Accident Prevention: A Safety
Management Approach (1st ed.). New York: McGraw-Hill.
Murray, S.R. (1997). Deliberate Decision Making by Aircraft Pilots: A Simple Reminder to
Avoid Decision Making Under Panic. The International Journal of Aviation Psychology, 7,
83-100.
Reason, J.T., (1990). Generic Error Modelling System: A Cognitive Framework for Locating
Common Human Error Forms. In: Rasmussen, J., Duncan, K.D., Leplat, J. (Eds.), New
Techology and Human Error. Wiley, Chichester.
Reason, J., (1997). Managing The Risks of Organizational Accidents. Brookfield, VT:
Ashgate.
Shappel, S., & Wiegmann, D., (1996). U.S. Naval Aviation Mishaps 1997-92: Differences
Between Single and Dual Piloted Aircraft. Aviation, Space, and Environmental Medicine, 67,
65-69.
Shappel. S.A. and Wiegmann D.A. (1997). A Human Error Approachto Accident
Investigation: The Taxonomy of Unsafe Operations. The International Journal of Aviation
Psychology, 7, 269-291.
Shappell, S., & Wiegmann, D., (2001). Applying Reason: The Human Factors Analysis and
Classification System (HFACS). Human Factors and Aerospace Safety, 1, 59-86.