Anda di halaman 1dari 51

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LINGKUNGAN KERJA
(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)

SUBDIT PENGAWASAN NORMA ERGONOMI, LINGKUNGAN KERJA DAN BB


DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA K3
DITJEN BINWASNAKER DAN K3
DIREKTORAT JENDERAL BINWASNAKER DAN K3
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
REPUBLIK INDONESIA
IV. Ruang Lingkup

Pengusaha/Pengurus WAJIB Tujuan


Tempat Kerja (Ps 2) (Ps. 4)
Apakah Terdapat Sumber Bahaya Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3) mewujudkan Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja Berupa, FAKTOR: 1. Pengendalian Faktor Fisika dan
1. FISIKA; Faktor Kimia agar berada di yang aman, sehat, dan nyaman
2. KIMIA; bawah NAB; dalam rangka mencegah
3. BIOLOGI; 2. Pengendalian Faktor Biologi,
4. ERGONOMI; Faktor Ergonomi, dan Faktor kecelakaan kerja dan penyakit
5. PSIKOLOGI Psikologi Kerja agar memenuhi akibat kerja.
standar;
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan
dan sarana Higiene di Tempat
Kerja yang bersih dan sehat; dan
4. Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:
1. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi
 fisika;

 kimia;

 biologi;

 ergonomi; dan

 psikologi

2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:


 Bangunan Tempat Kerja;

 fasilitas Kebersihan;

 kebutuhan udara; dan

 tata laksana kerumahtanggaan.


Faktor
fisika
Faktor
kimia
PENGUJIAN Faktor
LINGKUNGAN
KERJA biologi
Faktor
ergonomi
Faktor
psikologi
4
FAKTOR FISIK

Kebisingan
Iklim Kerja
Getaran
Gelombang Mikro
Radiasi Sinar UV
Medan Magnet
5
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGANA
Waktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan Dalam dBAB
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5C 103
3,75C 106
1,88C 109
0,94C 112

28,12 DetikC 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 6 139
KEBISINGAN
Dalam PERMENAKER ini terdapat kolom keterangan
huruf A, B dan C, dengan penjelasan sebagai berikut:
 A Tidak boleh ada paparan berkelanjutan, berselang
atau dampak kebisingan berlebih di atas 140 dB

B NAB terukur dalam dBA dengan respon pengukuran
lambat

C Dibatasi oleh sumber kebisingan

7
NAB
IKLIM KERJA

ISBB (°C)
Pengaturan Siklus Waktu Kerja Kategori Laju Metabolit
Rendah Sedang Berat Sangat Berat
75% - 100% 31,0 28,0 - -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5 -
25% - 50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0% - 25% 32,5 31,5 30,5 30,0

8
Penjelasan Isi Pedoman Teknis PERMENAKAER No. 5 Tahun 2018
tentang K3 Lingkungan Kerja
Iklim Kerja
 Penambahan Tabel Laju Metabolit pada Beberapa
Pekerjaan
 Penambahan Kategori Laju Metabolit
 Adanya perubahan range temperatur udara dan
keterangan pada Tabel Jadwal dan Pemanasan
untuk Shift Kerja 4 Jam

9
GETARAN

Untuk getaran tidak terdapat perubahan.

10
GELOMBANG MIKRO

Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro


(Microwave) adalah :
radiasi elektromagnetik dengan frekuensi 30 Kilo
Hertz sampai 300 Giga Herzt.

11
NAB
GELOMBANG MIKRO
Kekuatan Kekuatan
Power Waktu
Medan medan
Frekuensi Density pemaparan
listrik magnit
( mW/cm2 ) ( menit )
( V/m ) ( A/m )
30 kHz – 100 kHz 1842 163 6
100 kHz – 1 MHz 1842 16,3/f 6
1 MHz – 30 MHz 1842/f 16,3/f 6
30 MHz – 100 MHz 61,4 16,3/f 6
100 MHz – 300 MHz 10 61,4* 0,163* 6
300 MHz – 3 GHz f/30 6
3 GHz – 30 GHz 100 33.878,2/f1,079
30 GHz – 300 GHz 100 67,62/f 0,476

*Penambahan nilai pada kolom kekuatan medan listrik dan kekuatan medan
magnit

12
RADIASI SINAR UV

Untuk Radiasi Sinar UV tidak terdapat perubahan.

13
MEDAN MAGNET

Medan magnet statis adalah :


Suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh
pergerakan arus listrik.

14
NAB
MEDAN MAGNET

NAB Pemaparan Medan Magnet Statis Yang


Diperkenankan
Kadar Tertinggi Diperkenankan
No. Bagian Tubuh
(Ceiling )
Seluruh Tubuh (tempat
1 2T
kerja umum)
Seluruh Tubuh (pekerja
2 khusus dan lingkungan 8T
kerja yang terkendali)
2 Anggota gerak (Limbs) 20 T
Pengguna peralatan medis
3 0,5 mT
elektronik
Keterangan: mT ( milli Tesla), T (Tesla)
15
NAB
MEDAN MAGNET

NAB medan magnet untuk frekwensi 1 - 30 kHz


Rentang
No. Bagian Tubuh NAB (TWA)
Frekuensi
1 Seluruh tubuh 60/f mT 1 – 300 Hz
Lengan dan
2 300/f mT 1 – 300 Hz
paha
3 Tangan dan kaki 600/f mT 1 – 300 Hz
Anggota tubuh
4 dan seluruh 0,2 mT 300Hz – 30KHz
tubuh
Keterangan: f adalah frekuensi dalam Hz

Lanjutan…
16
FAKTOR KIMIA
 Faktor fisik bahan kimia dikelompokkan :
 Padat, seperti debu, serat atau partikel yang dapat
berasal dari debu rokok, debu logam, debu mineral, serat
kapas dan kain.
 Cair misalnya cairan semprotan pembasmi serangga,
solvent dan lain-lain
 Gas dan Uap, seperti O2, N2, CO2, SO2,NH3, NO2, H2S
yang berbentuk gas, sedangkan dalam bentuk uap
misalnya pelarut cat atau tinner yang mengandung
benzene, toluene, xylene dan derifat-derifatnya, uap
pelarut atau pembersih gemuk, uap pencuci
dipercetakan/printing, uap pelarut, perekat dan
sebagainya 17
CONTOH NAB KIMIA DI AREA KERJA

18
Kualitas Udara Dalam Ruang (Office)

19
INDEKS PAJANAN BIOLOGI

Memberikan penjelasan terhadap perubahan dan penambahan


Lampiran Indeks Pajanan Biologis, mengenai:

 Nama bahan kimia,

 Determinan,

 Matriks,

 Nilai IPB, dan

 Parameter tambahan.

20
FAKTOR BIOLOGI
 Merupakan faktor lingkungan kerja yang berkaitan dengan makhluk
hidup seperti virus, bakteri, jamur, debu-debu organik (debu kapas),
dan makhluk hidup mikro lainnya.

 Penyakit akibat kerja yang ditimbulkan seperti tabakosis, bagasosis,


grain asma sporotrichisis, dll.
 Syarat faktor biologi adalah parameter mikroorganisme, yaitu
angka kuman yang terdiri dari
1. Jumlah bakteri total 700 cfu/m3
2. Jumlah jamur total 1.000 cfu/m3, dan
3. Tidak terdapat mikroorganisme patogen.
21
FAKTOR ERGONOMI
Metode Penilaian Ergonomi :

Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Rapid Office Strain Assessment (ROSA)

Performa Ergonomi

Quick Exposure Check (QEC)


FAKTOR PSIKOLOGI

 Terkait dengan Pasal 86 ayat 1 huruf (b) UU No.13 Tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan , menyebutkan bahwa setiap
pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
moral dan kesusilaan.

 Terkait dengan Pasal 8 UU no.1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja, salah satu poinnya menyebutkan adanya
pemeriksaan kondisi mental pekerja

23
FAKTOR PSIKOLOGI

 Kuesioner Survei Diagnosis Stres (SDS) bertujuan untuk


menilai tingkat risiko stres akibat sumber-sumber
penyebab stres di tempat kerja dan tidak diperuntukkan
menilai derajat stres personal.
 Kuesioner dapat digunakan baik oleh tenaga profesional
maupun awam di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja.
 Ketentuan jumlah responden dalam survei ini mengacu
pada perhitungan jumlah sample , Jika populasi kurang
dari 30 maka jumlah responden menggunakan total
populasi.
24
VI. PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI
(Ps. 26 – Ps. 44)
Halaman
Bangunan
Tempat Kerja Gedung

Bangunan bawah tanah

Toilet dan Kelengkapannya

Loker dan Ruang Ganti


Fasilitas
Kebersihan Tempat Sampah

Peralatan Kebersihan 1. Suhu


HIGIENE DAN SANITASI 2. Kelembapan
3. Kadar Oksigen
4. Kadar Kontaminan
dalam udara
KUDR

Ruang Udara
Kebutuhan 1. Alami
Udara
Ventilasi 2. Buatan
3. Kombinasi

Tata Laksana
Kerumahtanggaan (5S/5R)
VI. PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI (Ps. 26 – Ps. 44)

Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
a. halaman;
• bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas
orang dan barang
• saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan
terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang.
b. gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
gedung dalam kondisi:
 terpelihara dan bersih;
 kuat dan kokoh strukturnya; dan
 cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua)
meter persegi per orang.
Dinding dan langit-langit harus:
 kering atau tidak lembab;

 dicat dan/atau mudah dibersihkan;

 dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun sekali;


dan
 dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.

Lantai harus:
 terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari bahan
kimia yang merusak;
 datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan

 dibersihkan secara teratur.


Atap harus:
 mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan; dan
 tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
c. Bangunan Bawah Tanah harus
 mempunyai struktur yang kuat;
 mempunyai sistem ventilasi udara;
 mempunyai sumber pencahayaan;
 mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan
 bersih dan terawat dengan baik.
Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang terbatas, penerapan
Higiene dan Sanitasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2. Fasilitas Kebersihan
meliputi:
a. Toilet harus:
 Toilet dan kelengkapannya;
 bersih dan tidak menimbulkan bau;
 loker dan ruang ganti pakaian;  tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang
 tempat sampah; dan lainnya;
 peralatan Kebersihan.  tersedia saluran pembuangan air yang mengalir
dengan baik;
 tersedia air bersih;
 dilengkapi dengan pintu;
 memiliki penerangan yang cukup;
 memiliki sirkulasi udara yang baik;
 dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
 dapat digunakan selama jam kerja.
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja
dalam satu waktu kerja
 untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
 untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
 untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
 Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
 untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
 Untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban; dan
 setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban.
 Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah jamban
tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang
dipersyaratkan
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara
 untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
 untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40
(empat puluh) orang;
 untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap
50 (lima puluh) orang.

Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus memenuhi
persyaratan:
 Panjang 152,5 cm;
 lebar 227,5 cm;
 tinggi 240 cm;
 mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah dilalui;
 mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk pengguna kursi roda bermanuver
180 derajat;
 lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90 cm yang mudah dibuka dan ditutup.
 pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di bagian bawah pintu untuk
pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas netra;
 kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh) persen; dan
 mempunyai pegangan rambat untuk memudahkan pengguna kursi roda berpindah
dari kursi roda ke jamban ataupun sebaliknya.
b. Pakaian Kerja dan Ruang Ganti Pakaian
 Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat
diwajibkan memakai pakaian kerja sesuai syarat-
syarat K3 yang ditetapkan.
 Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
 Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian
kerja hanya selama bekerja, Pengurus harus
menyediakan ruang ganti pakaian yang bersih,
terpisah antara laki-laki dan perempuan serta
pemakaiannya harus diatur agar tidak berdesakan.
 Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat
menyimpan pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang
terjamin keamanannya.
c. Tempat sampah dan peralatan Kebersihan
harus disediakan pada setiap Tempat Kerja.
 Tempat sampah harus:
o terpisah dan diberikan label untuk sampah organik, non
organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
o dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap
air; dan
o tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga yang
lain.
 Tempat pembuangan pembalut harus disediakan
pada ruang Toilet perempuan.
 Tempat pembuangan pembalut harus:

 terbuat dari bahan yang kedap cairan;


 dilengkapi dengan penutup; dan

 diberikan label yang jelas.

 Tempat pembuangan pembalut harus dibersihkan


setiap hari.
3. Kebutuhan udara
Pemenuhan kebutuhan udara yang bersih dan sehat di
Tempat Kerja dilakukan melalui:
 KUDR;
 ventilasi; dan

 ruang udara.

 Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif,


pelayanan umum dan fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang
sehat dan bersih.
 KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar
kontaminan udara
 Suhu ruangan yang nyaman harus dipertahankan
dengan ketentuan:
 SuhuKering 230C– 260C dengan
 kelembaban 40% – 60%.

 perbedaan suhu antar ruangan tidak melebihi 5oC

 Kadar oksigen sebesar 19,5% - 23,5% dari volume udara.

 Kadar kontaminan atau polutan tercantum dalam Lampiran


dari Peraturan Menteri.
 Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menyediakan sistem
ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan udara Pekerja
dan/atau mengurangi kadar kontaminan di Tempat
Kerja.
 Sistem ventilasi dapat bersifat alami atau buatan atau
kombinasi keduanya.
 Dalam hal menggunakan ventilasi buatan maka ventilasi
tersebut harus dibersihkan secara berkala paling sedikit
3 (tiga) bulan sekali atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Setiap orang yang bekerja dalam ruangan
harus mendapat ruang udara (cubic space)
paling sedikit 10 meter kubik.
 Ruangan harus memenuhi ketentuan:
 tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai sampai
daerah langit-langit paling sedikit 3 meter;
dan
 tinggi ruangan yang lebih dari 4 meter tidak
dapat dipakai untuk memperhitungkan ruang
udara
4. Tata Laksana Kerumahtanggaan
Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi upaya:
 memisahkan
 menata
 membersihkan
 menetapkan dan melaksanakan prosedur Kebersihan
 mengembangkan prosedur Kebersihan
Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan
disimpan secara rapi dan tertib untuk menjamin kelancaran
pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya kecelakaan.
Bahan yang disimpan di gudang dan
diberi label yang jelas
PERALATAN LABORATORIUM

NO. NAMA ALAT KEGUNAAN


1 Sound level meter Kebisingan
2 Noise dosimeter Personal Noise
3 Thermometer Bola Basah dan Kering Iklim Kerja
4 Lux meter Pencahayaan
5 Dust Counter / Minivol Partikel inhalable, Partikel respirable
Getaran lengan tangan , getaran
6 Vibrasi Meter
seluruh tubuh
Frekuensi gelombang mikro dan medan
7 Electormagnetic Field Meter
magnet
8 UV Meter Sinar UV
9 Impinger (SO2, NO2, H2S, NH3, O3)
10 CO Analyzer CO
11 HC Analyzer HC
12 Microbologycal Air Sampler Mikrobiologi udara ( bakteri, jamur)
13 Personal Dust Sampler personal dust (inhalabel, respirabel)
Kebauan
14 Air sampler

42
V. PERSONIL K3 (Ps. 45 – 57)

Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus


dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja,
meliputi:
 Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;

 Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan

 Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja.

Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri dan kewenangan K3 bidang lingkungan kerja.
Dapat diselaraskan dengan SKKNI terkait Higiene Industri Muda
(HIMU), Higiene Industri Madya (HIMA) dan Higiene Industri Utama (HIU)
Persyaratan personil yang berwenang
Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama
Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja

- Pendidikan D3 - Pendidikan D3 - Pendidikan D3


- berpengalaman - berpengalaman - berpengalaman
paling sedikit 1 paling sedikit 3 paling sedikit 5
(satu) tahun (tiga) tahun (lima) tahun
sebagai Ahli K3 sebagai Ahli K3
- memiliki sertifikat Muda Lingkungan Madya Lingkungan
kompetensi sesuai Kerja Kerja;
bidangnya (HIMU) - memiliki sertifikat - memiliki sertifikat
- berbadan sehat kompetensi sesuai kompetensi sesuai
bidangnya (HIMA) bidangnya (HIU)
- berbadan sehat - berbadan sehat
Kompetensi Personil

Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama


Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
- Priadi, ST - Widarto, S.Sc - Djamal Thaib, BSc,
- Yunus Zakaria, ST S.IP, M.Sc. HIU
- Dinar, SKM
- Marche
- Yudi Setiawan, ST
- Riyanti, ST
VI. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (Ps.58-68)

 Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya


Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian.
 Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati,
menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi kondisi
Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan
 Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan
pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber
dari alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui
tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja
untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
Dilakukan secara:
 internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja
dan tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran
dengan pihak eksternal
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
 eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana
Teknis Bidang K3 (Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian
K3(Penguji K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3
Lingkungan Kerja)
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian :
1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja
meliputi:
 area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor
Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
 Kualitas Udara Dalam Ruang (KUDR); dan

 Sarana dan fasilitas Sanitasi.

2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik
secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan
di atas NAB
VIII. Sanksi (Ps. 71)

Pengusaha dan/atau Pengurus


yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
X. Penutup
 Permenaker No 5 Tahun 2018 mengatur kewajiban bagi Pengurus dan/atau
Pengurus untuk menerapkan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja, meliputi
o Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB;
o Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja
agar memenuhi standar;
o Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat; dan
o Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja.
 Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan syaman dalam rangka mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
 Dengan terbitnya Permenaker 5 tahun 2018 ini mencabut PMP No 7 Tahun 1964,
Permenakertrans No 13 Tahun 2011 dan SE Menaker No 1 Tahun 1978.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai