Anda di halaman 1dari 107

DASAR – DASAR K3

BIDANG LINGKUNGAN KERJA

YUDHI MARSIDI
dheems05@gmail.com
0812 9452 4586, 0859 3900 5656
Unit Pengawasan Ketenagakerjaan Serang I
Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Banten

Cilegon, 29 Maret 2019


Agenda
I. Latar Belakang
II. Dasar Hukum
III. Ruang Lingkup
IV. Pengertian
V. Bahaya Lingkungan Kerja
VI. Pengendalian Bahaya Lingkungan Kerja
I. Latar Belakang
 Lingkungan Kerja merupakan salah satu sumber
bahaya di tempat kerja yang belum dikelola secara
tepat;
 Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis Lingkungan Kerja
masih terbatas  (61 orang ++);
 Pemeriksaan dan Pengujian Lingkungan Kerja belum
optimal;
 Berkembangnya objek pengawasan lingkungan kerja;
 SMK3, OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001 menuntut
pemenuhan persyaratan K3 termasuk bidang
lingkungan kerja
II. Dasar Hukum
 Undang – Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
 Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 tahun 1964 mengenai Higiene dalam
Perniagaan dan Kantor-kantor.
 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3
 Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan Kebersihan dan Penerangan di Tempat
Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.03/MEN/1985 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No. Per 03/MEN/1986 Tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Di Tempat
Kerja yang mengelola Pestisida.
 Keputusan Menteri Tenaga kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010 tentang Alat Pelindung Diri
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 05 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 9 Tahun 2016 tentang K3 Pekerjaan Pada Ketinggian.
 Surat Edaran Menakertrans No. SE. 140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-syarat Keselamatan
dan Kesehatan kerja di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar (Major Hazard Instalation).
 Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep.104/DJPPK/IX/2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan K3 Pemakaian
Bahan yang Mengandung Asbes di Tempat Kerja;
 Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3
Ruang Terbatas;
 Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. Kep. 01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Terhadap
Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya
 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.SK.84/PPK/X/2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan Menengah.
III. Ruang Lingkup dan Tujuan

Pengusaha/Pengurus WAJIB Tujuan


Tempat Kerja (Ps 2) (Ps. 4)

Apakah Terdapat Sumber Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3)


mewujudkan Lingkungan
Bahaya Lingkungan Kerja 1. Pengendalian Faktor Fisika
Berupa, FAKTOR: dan Faktor Kimia agar Kerja yang aman, sehat,
1. FISIKA; berada di bawah NAB;
2. Pengendalian Faktor Biologi, dan nyaman dalam
2. KIMIA;
Faktor Ergonomi, dan Faktor
3. BIOLOGI; Psikologi Kerja agar
rangka mencegah
4. ERGONOMI; memenuhi standar; kecelakaan kerja dan
5. PSIKOLOGI 3. Penyediaan fasilitas
Kebersihan dan sarana penyakit akibat kerja.
Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat; dan
4. Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja
Program K3 Lingkungan Kerja (Ps. 5- Ps. 44)

Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:


1. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi
 fisika;

 kimia;

 biologi;

 ergonomi; dan

 psikologi

2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:


 Bangunan Tempat Kerja;

 fasilitas Kebersihan;

 kebutuhan udara; dan

 tata laksana kerumahtanggaan.


PERSONIL K3 (Ps. 45 – 57)

Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus


dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja,
meliputi:
 Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;

 Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan

 Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja.

Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri dan kewenangan K3 bidang lingkungan kerja.
Dapat diselaraskan dengan SKKNI terkait Higiene Industri Muda
(HIMU), Higiene Industri Madya (HIMA) dan Higiene Industri Utama (HIU)
Persyaratan personil yang berwenang

Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama


Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
- Pendidikan D3 - Pendidikan D3 - Pendidikan D3
- berpengalaman - berpengalaman - berpengalaman
paling sedikit 1 paling sedikit 3 paling sedikit 5
(satu) tahun (tiga) tahun sebagai (lima) tahun
Ahli K3 Muda sebagai Ahli K3
- memiliki sertifikat Lingkungan Kerja Madya Lingkungan
kompetensi sesuai - memiliki sertifikat Kerja;
bidangnya (HIMU) kompetensi sesuai - memiliki sertifikat
- berbadan sehat bidangnya (HIMA) kompetensi sesuai
- berbadan sehat bidangnya (HIU)
- berbadan sehat
VI. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (Ps.58-68)

 Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya


Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian.
 Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati,
menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi kondisi
Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan
 Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan
pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang bersumber
dari alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui
tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja
untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
Dilakukan secara:
 internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja
dan tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran
dengan pihak eksternal
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
 eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana
Teknis Bidang K3 (Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian
K3(Penguji K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3
Lingkungan Kerja)
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian :
1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja
meliputi:
 area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor
Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
 Kualitas Udara Dalam Ruang (KUDR); dan

 Sarana dan fasilitas Sanitasi.

2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik
secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan
di atas NAB
Mekanisme

Laporan Riksa Uji SURKETme Riksa Uji


menuhi Berkala
Syarat K3:
YA
Pelaksana Riksa Uji:
Pengawas
Ketenagakerjaan Sp
≤ NAB
K3 LK pada UPT
UPT atau L1, u/ Perusahaan;
Wasnaker;
Wasnaker memenuhi L2, u/ UPT Wasnaker;
standar L3, u/ Ditjen PPK dan K3
Penguji K3 pada
Direktorat Bina K3
beserta UPT K3 dan
UPTD Bidang K3; SURKET Riksa Uji
TIDAK
TIDAK Ulang
AK3 Lingkungan Kerja Memenuhi dan/atau
pada PJK3 Riksa Uji Syarat K3: STIKER
LK
Perusahaan yang
meminta
V. Bahaya Lingkungan Kerja
 Faktor Bahaya Fisik
iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra
ungu, dan medan magnet statis serta penerangan/
pencahayaan.
 Faktor Bahaya Kimia
Bahan Beracun, Bahan Mudah Terbakar, Bahan Reaktif
 Faktor Bahaya Biologi
Virus, Bakteri, Hewan
 Faktor Bahaya Ergonomi
Ketidaksesuaian mesin, alat kerja dengan postur manusia
 Faktor Bahaya Psikologi
FAKTOR BAHAYA DI LK

1. Faktor Fisik
 Iklim Kerja (panas)
 Kebisingan
 Getaran (hand arm vibration, whole body
vibration).
 Pencahayaan (penerangan)
 Radiasi (mengion dan tidak mengion)
 Medan Magnet Statis
Potensi Bahaya Iklim Kerja (Panas)
DEFINISI

 Iklim Kerja adalah kombinasi dari suhu udara,


kelembaban udara, kecepatan udara, dan suhu radiasi
dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga
kerja sebagai akibat pekerjaanya
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)

 Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) adalah parameter


untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu kering, suhu basah alami dan
suhu bola
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)
Contoh Tempat Kerja Dgn Iklim Kerja
Yang Panas

 Proses produksi yg menggunakan panas,


seperti : peleburan, pengeringan, pemanasan.
 Tempat kerja yang terkena langsung sinar
matahari, seperti : pekerjaan jalan raya,
bongkar muat barang, dll.
 Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang
memadai.
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

 Untuk pekerjaan di luar ruangan :


ISBB = 0,7 WB + 0,2 GT + 0,1 DB

 Untuk pekerjaan di dalam ruangan :


ISBB = 0,7 WB + 0,3 GT
Efek Terpapar Panas

 HEAT CRAMPS (kejang otot tubuh, perut sakit,


pingsan, lemah, enek, muntah).

 HEAT EXHAUSTION (belum beraklimatisasi


thd udara panas,keringat banyak,tekanan darah
turun,denyut nadi lebih cepat).

 HEAT STROKE (belum beraklimatisasi,suhu


tubuh naik,kulit kering dan panas).
NILAI AMBANG BATAS IKLIM KERJA INDEKS SUHU BASAH DAN
BOLA (ISBB) YANG DIPERKENANKAN
Alat Pengukuran Iklim Kerja panas
(Heat Stress Monitor)
Potensi Bahaya Kebisingan
DEFINISI

Suara :
1. Adalah variasi tekanan (dalam
udara, air, atau media lain) yang
dapat di deteksi oleh telinga
manusia (Standar, John.J)

2. Adalah vibrasi (getaran) yang


ditransmisikan melalui media elastis
(udara, air atau media lain) yang
kemudian di terima dan dipersepsikan
oleh telinga manusia (Putra, Ardhana)
PENGERTIAN

 Kebisingan :
Suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)
Sumber Kebisingan di LK

1. Fan Noise
2. Jet Noise
3. Pipe Noise
4. Pump Noise
5. Furnace dan Burner Noise
6. Electrical Equipment Noise
7. Blower
8. Mesin dan Peralatan Kerja
Jenis-Jenis Kebisingan

1. Kebisingan kontinu (steady)


- Contoh : kipas angin, dapur pijar
- Fluktuasi SPL < 3 dB

2. Kebisingan terputus-putus (intermitten,


fluktuatif)
- Contoh : lalu lintas, suara pesawat
terbang di bandara
- Fluktuasi SPL 3 s/d 10 dB
Lanjutan

3. Kebisingan Impulsive
- pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam
- Fluktuasi SPL > 10 dB
Efek Pemaparan Kebisingan

 Gangguan Komunikasi
 Gangguan Kenyamanan
 Pergeseran Ambang Dengar Sementara atau
Temporary Thershold Shif (TTS), di tandai
oleh bunyi ringing pada akhir paparan.
 Noise Injured Hearing Loss (NIHL), terjadi
pada frekuensi 4000 Hz, lemudian dapat
menyebar pd frekuensi 1500 – 3500 Hz
 Gangguan paling serius ketulian
AUDIOGRAM NIHL

0
500 1000 2000 3000 4000 6000

-10

-20

-30

-40

-50

-60

5 to 9 years 15 to 19 years 25 to 29 years 35 to 39 years


NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Alat Pengukuran Kebisingan

Alat Sound Level


(SLM) Meter dengan
Octave Band Analyzer
NOISE DOSIMETER
(Alat Pengukuran Kebisingan Personal)
Potensi Bahaya Getaran (Vibrasi)
DEFINISI

Getaran (vibrasi) adalah gerakan yang teratur


dari benda atau media dengan arah bolak balik
dari kedudukan keseimbangannya.
(Permenakertrans No 13 tahun 2011)
TERJADINYA GETARAN

 Adanya efek dinamis berupa gesekan dalam


dan antar bagian mesin.
 Hentakan
 Denyutan udara yg dimampatkan
 Masa berputar yg penempatannya tidak
tepat di tengah.
SUMBER PEMAPARAN GETARAN

 Peralatan mesin kendaraan


 Mesin gergaji
 Mesin bor
 Gerinda
 Mesin tempa
 Traktor
 Forklift
 dll
JENIS-JENIS GETARAN

a. Vibrasi Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)


- Terjadi bila seluruh tubuh di rambati
oleh getaran (biasanya menjalar
dalam posisi duduk di kursi atau
berdiri pada alas yg bergetar)
- Mempunyai frekuensi 1 Hz – 80 Hz
- Mis : getaran tubuh dalam kendaraan
atau dekat mesin.
WHOLE BODY VIBRATION
Efek Pemaparan Getaran Seluruh Tubuh
(Whole Body Vibration)

Efek jangka pendek :


- Motion sickness / mabuk perjalanan
(tidak nyaman, mual, lelah).

- Pandangan kabur.
Efek jangka panjang :
- Kerusakan permanen pd tulang
persendian (osteoarthritis), kerusakan
tulang belakang permanen (disc prolaps),
bergesernya sendi yg menyebabkan rasa sakit
pd punggung bawah, dll.
- Efek pd sistim syaraf yg dapat menimbulkan

keluhan sakit kepala, gangguan tidur, lemah,


lelah, lesu.
- Gangguan fungsi reproduksi wanita
b. Vibrasi Setempat / Segmental (Hand Arm
Vibration)
- Umumnya terjadi pada tangan dan
lengan, biasanya merambat pada
tangan dan lengan dari peralatan.
- Frekuensi : 8 Hz – 1 KHz
- Mis : getaran pada pekerjaan yg
menggunakan mesin gergaji, bor atau
martil pneumatik.
HAND-ARM VIBRATION
Efek Pemaparan Getaran Tangan-Lengan
(Hand Arm Vibration)

Efek jangka pendek :


- Kelelahan
- Produktivitas berkurang.
Efek jangka panjang :
- White finger atau Raynaud’s syndrome
NILAI AMBANG BATAS GETARAN UNTUK
PEMAPARAN LENGAN DAN TANGAN

Nilai Ambang Batas Getaran untuk seluruh tubuh


adalah 0,5 m/det2
ALAT VIBRASIMETER

1. Whole Body Vibration


2. Hand-Arm Vibration
Potensi Bahaya Pencahayaan (Penerangn)
PENGERTIAN PENCAHAYAAN
(PENERANGAN)

 Pencahayaan yang baik adalah Pencahayaan


(penerangan) yang dapat memudahkan tenaga
kerja untuk melihat objek yang dikerjakan
secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang
tidak perlu
JENIS-JENIS PENCAHAYAAN

1. Cahaya Alami (penerangan alami),


sumber : sinar matahari

2. Cahaya Buatan (penerangan buatan)


sumber : sinar lampu
Efek Pencahayaan (Penerangan)

Kelelahan pada mata


Kelelahan mental
Pegal di daerah mata
Kerusakan indera mata
Menyebabkan terjadinya kecelakaan
Memperpanjang waktu kerja
Syarat-syarat Penerangan di Tempat Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan
No. 7 tahun 1964

Pekerjaan yang hanya membedakan barang-


barang kasar membutuhkan penerangan minimal
50 lux, Contoh mengerjakan bahan-bahan yang
besar, mengerjakan bahan tanah dan batu, gang-
gang selalu dipakai dan gudang untuk menyimpan
barang besar.
Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang
kecil membutuhkan penerangan minimal 100 lux,
Contoh mengerjakan barang besi dan baja,
penggilingan padi, kamar mesin, alat pengangkut
orang dan tempat mandi & WC.
Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan
barang-barang kecil dengan teliti dibutuhkan
penerangan minimal 200 lux,
Contoh pekerjaan mesin dan bubut yang kasar,
menjahit tektil dan kulit, pembungkusan
daging dan mengerjakan kayu.

Pekerjaan yang membedakan secara teliti terhadap


barang-barang yang kecil dan halus membutuhkan
penerangan minimal 300 lux, Contoh pekerjaan mesin
yang teliti, pembuatan tepung, pekerjaan kantor
seperti membaca dan menulis.
Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan
membedakan barang-barang yang sangat halus dan kontras
dalam waktu yang lama dibutuhkan penerangan minimal 500-
1000 lux, Contoh pemasangan yang halus, pekerjaan mesin
yang halus, pekerjaan kayu yang halus dan akuntan

Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan yang


membedakan barang-barang yang sangat halus dan kurang
kontras memerlukan penerangan diatas 1000 lux, Contoh
pemasangan yang elastis dan halus (arloji), pemeriksaan
yang ekstra halus, tukang las dan intan dan percobaan alat-
alat yang ekstra halus.
ALAT PENGUKURAN PENCAHAYAAN
(Lux Meter)
INTENSITAS PENCAHAYAAN
DI UKUR DENGAN 2 CARA YAITU :
Penerangan Umum
 Di ukur setiap meter persegi luas lantai,
dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm
dari lantai.

Penerangan Lokal
 Di ukur di tempat atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja
Potensi Bahaya Radiasi
DEFINISI

Radiasi
 Suatu cara perambatan energi dari suatu
sumber ke lingkungannya tanpa
membutuhkan medium atau bahan
penghantar tertentu.
Radiasi Mengion (Ionizing Radiation)

Energi besar (>12 eV)


diakibatkan oleh disintegrasi atom
membentuk ion

Radiasi mengion dibagi 2


1. Elektromagnetik : X-Ray, Gamma Ray
2. Partikel : elektron, netron, proton,
alpha
SUMBER PEMAPARAN RADIASI
MENGION

Industri tabung sinar katoda


Pembangkit tenaga nuklir
Pertambangan
Rumah sakit (kedokteran gigi, umum,
radiologi, laboratorium)
Lembaga penelitian
Pertanian
dll
Efek Radiasi Mengion

Sifat : merusak atom atau molekul yg dilaluinya

Efek radiasi mengion :


Efek stokastik
Tergantung pd frekuensi pemajanan, tidak tergantung
pd dosis
Efek stokastik : karsinogen, kelainan genetik

Efek Non-stokastik
Efek yg ditimbulkan tergantung pd frekuensi dan dosis
- Contoh : erythema pd kulit, katarak pd mata
Efek Radiasi Akut (Radiation Sickness)

 Mual, muntah, sakit kepala, erythema


(sesudah 24 jam)
 Sakit perut, demam (2-3 hari)
 Diare, dehidrasi (minggu ke 2)
 Rambut rontok, lesu, demam, perarahan (minggu
ke 3)
 Jika gejala diatas semakin parah dpt timbul
perdarahan hebat yg menyebabkan kematian (4-
6 minggu sesudah radiasi)
Efek Paparan Radiasi Ir-192
(185 GBq selama 2 jam)
Hari ke-11

Hari ke-21

Hari ke-5
Standar Pemajanan

Ambang batas yg direkomendasikan oleh International


Commission on Radiological Protection didasarkan pd
dosis ekivalen yg diterima oleh seluruh tubuh dalam
pemajanan/tahun, yaitu :

5 rem (50 mSv) untuk tenaga kerja


0,5 rem (5 mSv) untuk masyarakat umum

(PP No.63/2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan


terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion)
Nilai Batas Dosis – NBD
(ditetapkan dlm SK Ka.BAPETEN No.01/Ka.BAPETEN/V/1999 tentang Ketentuan
Keselamatan Kerja dg Radiasi)

 NBD utk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv


(5000 mRem)/thn
 NBD utk wanita usia subur 13 mSv dlm jangka
13 minggu pd abdomen
 NBD utk wanita hamil 10 mSv pd janin,
terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga
saat bayi lahir
 NBD utk penyinaran lokal rata2 pd setiap
organ/jaringan 500 mSv/thn
ALAT PENGUKURAN RADIASI
MENGION

1. Alat Survey Meter


2. Personal Dosimeter
RADIASI TIDAK MENGION

• Energi relative rendah (<12 eV, tidak mengion)


• Spektrum radiasi elektromagnetik tdk mengion
- Frekuensi : 3.105-3.1015 Hz
- Panjang gelombang : 103 m-102 nm

• Yg termasuk radiasi tidak mengion :


- Frekuensi radio/TV
- Gelombang mikro
- Infra merah
- Sinar tampak
- Ultra violet
1. Gelombang Mikro (Microwave)

 Spektrum :
- f : 3.108 Hz – 3.1011 Hz (0,3 - 300 GHz)
- Relatif tdk berbahaya pd pemajanan luar tapi sangat
berbahaya jika tertelan/terhirup : 1m – 1 mm

 Sumber :
- Alamiah : matahari, bumi, bulan
- Buatan : satelit komunikasi, radar, hp, unit diatermi,
dapur peleburan logam/plastik

 Gel mikro :
1.Frek. Ultra (ultra high frequency-UHF):0,3-3 GHz
2.Frek Super (super high frequency – SHF): 3-30 GHz
3.Frek Tertinggi (extra high frequency – EHF):30-300
GHz
Efek Microwave Terhadap Kesehatan

 Pengaruh termal dan non termal (medan EM,


molekuler dan modulasi)
 Pemajanan melalui proses absorbsi, dipantulkan,
dan dpt berpenetrasi ke dlm tubuh tergantung pd
panjang gelombang. Jaringan dg kandungan air >
akan memudahkan absorbsi gel mikro ke dlm
tubuh.
 Radiasi menyebabkan gangguan sistem syaraf,
gangguan reproduksi dan dugaan leukemia
Microwave meter
NILAI AMBANG BATAS RADIASI FREKUENSI RADIO
DAN GELOMBANG MIKRO
2. Infra Merah (Infra Red)

 Spektrum :
- f : 3.1011 – 3.1014 Hz
-  : 1 mm – 1000 nm
 Sumber : dapur peleburan, pengelasan, lampu
pemanas/pengering
 Efek kesehatan : Katarak pd mata, kulit
terbakar (dugaan : gannguan reproduksi,
sistem syaraf, jantung)
 Standar :10 mW/cm2 u/ radiasi infra red dg 
> 770 nm
3. Radiasi Sinar Tampak (visible spectrum)

 f : 3.1014 – 3,5.1014
 : 1000 nm – 500 nm

 Sumber : lampu, sinar/pengelasan, dapur peleburan,


 Efek untuk lingkungan kerja : pencahayaan kurang dan
kesilauan (glare) : kelelahan, ke tidak nyamanan yg
dpt menyebabkan kecelakaan kerja

 Standar : Intensitas radiasi sinar tampak 10 mW/cm2


u/ 10.000 dtk (3 jam)
4. Ultra Violet

  : 400 nm -180 nm
f : 3,5. 1014 – 3.1015 Hz
 Sumber : sinar matahari, lampu
merkuri/halogen, las listrik, pemotong logam
 Ultra violet dibagi 3, dari segi efek yg
ditimbulkan :
- UV-A : 400-300 nm, pigmentasi kulit
- UV-B : 320-280 nm, erythema pd kulit
- UV-C : 200-180 nm, katarak pd mata
Efek Kesehatan

Pada kulit dan mata dimana energi radiasi diserap.

Acute :
- Pd mata Photokeratitis (inflamation of cornea) dan
conjunctivis
- Radiation burn (sunburn)

Chronic :
- Cataract (clouding of the lens)

- Premature ageing, keratosis (dry,spot on the skin)

- Skin cancer
UV Meter
WAKTU PEMAPARAN RADIASI SINAR ULTRA UNGU
YANG DIPERKENANKAN
NAB PEMAPARAN MEDAN MAGNIT STATIS YANG
DIPERKENANKAN
2. Faktor Kimia

Partikel :
 Debu (partikel padat yang terjadi karena
kekuatan mekanis atau alami).
 Fumes (terjadi pada proses peleburan logam).
 Kabut / Mists (butiran halus yang terbentuk
pada proses penyemprotan cairan).
 Asap (partikel karbon < 0,5 µm bercampur
dengan senyawa Hidrokarbon, pada proses
pembakaran yg tidak sempurna).
Lanjutan

Non Partikel :
 Gas

 Uap (vapour)
Klasifikasi Debu
1. Debu Respirabel (0,5 – 4 µm)
2. Debu Thoracic (5 – 10 µm).
3. Debu Inhalabel (> 10µm – 100µm).
4. Serat (bentuk karakteristik, rasio
panjang : lebar adalah 3 : 1, panjang
min, 5 µm dan max. 100 µm)
Rute Faktor Kimia Masuk ke Dalam Tubuh

1. Inhalasi (melalui saluran pernafasan),


misalnya : gas, uap, debu.
2. Absorpsi (melalui kulit), misalnya : liquid.
3. Ingestion (melalui mulut), misalnya : debu,
liquid.
4. Injeksi
Metode Monitoring Faktor Kimia

 Monitoring Lingkungan kerja


 Monitoring Pemaparan Personal (Perorangan)
 Biological Monitoring (Monitoring Biologik)
 Pemeriksaan Kesehatan
Siapa yang berhak mengukur dan menilai (Ps.
13):

1. Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja;


2. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
3. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja;
4. Pihak-pihak lain yang ditunjuk Menteri.
KATEGORI KARSINOGENITAS

Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen, dikategorikan sebagai berikut:

A-1 Terbukti karsinogen untuk manusia (Confirmed Human Carcinogen). Bahan-bahan kimia yang
berefek karsinogen terhadap manusia, atas dasar bukti dari studi-studi epidemologi atau bukti
klinik yang meyakinkan, dalam pemaparan terhadap manusia yang terpajan.
A-2 Diperkirakan karsinogen untuk manusia (Suspected Human Carcinogen). Bahan kimia yang
berefek karsinogen terhadap binatang percobaan pada dosis tertentu, melalui jalan yang
ditempuh, pada lokasi-lokasi, dari tipe histologi atau melalui mekanisme yang dianggap sesuai
dengan pemaparan terhadap tenaga kerja terpajan. Penelitian epidemologik yang ada belum
cukup membuktikan meningkatnya risiko kanker pada manusia yang terpajan.
A-3 Karsinogen terhadap binatang. Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen pada binatang
percobaan pada dosis relatif tinggi, pada jalan yang ditempuh, lokasi, tipe histologik atau
mekanisme yang kurang sesuai dengan pemaparan terhadap tenaga kerja yang terpapar.
A-4 Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia. Tidak cukup data untuk
mengklasifikasikan bahan-bahan ini bersifat karsinogen terhadap manusia ataupun binatang.
A-5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
Alat Monitoring Faktor Kimia
3. Faktor Biologi (Biological hazard)

♦ Mikroorganisma dan toksinnya (virus, bakteri, fungi


dan produknya), menyebabkan infeksi, reaksi alergi.
♦ Anthropoda (crustacea, arachnid, insect), gigitan dan
sengatannya dpt menyebabkan inflamasi kulit,
intoksikasi sistemik, reaksi alergi).
♦ Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi,
menyebabka dermatitis kontak, asma (inhalasi).
♦ Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah dan
hewan invertebrata (parasit seperti : protozoa,dll).
Sektor Pekerjaan yg terkait dg Fak. Biologi

 Pertanian
(menanam,panen, fishing,forestry)
 Produk pertanian

(Pemotongan, pengetaman, prosesing bulu,& kulit


hewan)
 Lab. Perawatan hewan

(Merawat hewan)
 Perawatan kesehatan
(merawat pasien, medical dental)
 Pharmasi & produk herbal

 Personal care

(penataan rambut, perawatan kaki)


 Lab. Klinis & lab research

 Bioteknologi

 Perawatan gedung

 Fasilitas pembuangan

 Sistem pembuangan limbah industri


91
Contoh Biological hazard & reaksi yg dpt diakibatkannya

Infeksi Infeksi Respon Racun Toxin carcino


zoono aler respir gen
sis1 gi abel
Virus x x
Bakteri x x x x(e)2
Rickettsia x x x x
Klamidia x x
Bakteri spiral x x
Bakteri gram negatif x x
Gram positf cocci x
Basil bentuk spora x
Non sporing gram x
positive rods &
corine bacteria
Mycobacteria
Actinomycetes
Fungi
Moulds x x x(m)3
Dermatophytes x X x
Yeast like geophilic fungi x x
Endogenous yeast x
Parasites of wheat x
Mushrooms x
Other lower plants
Lichen x
Liverworts x
Pakis (Fern) x
Higher plants
Serbuk sari (Pollen) x
Volatile oils x x
Dust processing x x x

1
Infeksizoonosis : Penyebab infeksi atau invasi dari hewan vertebrata
2
(e) : endotoxin
3
(m) : mycotoxin
Sumber : Dutkiewicz et. al 1988
Karakteristik Biological Hazard di
Indoor air Quality
 Pollen (serbuk sari)
- Mengandung bahan alergen
- Respon → alergi, hay fever, rhinitis
 Dander
- Terdiri dari partikel : kulit, rambut, ludah & urine
- Sumber : Kucing, anjing, tikus, mencit, hewan
piaraan, tupai, gerbil, burung
- Reaksi → rhinitis, asma
 Insect (serangga)
- Excreratory dpt menyebabkan alergi &
gangguan respiratory
 Mites (tungau)

- Sebagian besar menyebabkan alergi respiratory


 Virus

- Merupakan microorganisma yg sangat penting


 Desinfeksi atau dekontaminasi
Secara teratur terhadap lantai, dinding, dan
peralatan
 Program immunisasi

 Labeling, warning sign

 Training, education

Tentang bahaya terhadap kesehatan, standard


operating procedure (SOP) dll
VI. Pengendalian Bahaya Lingkungan
Kerja
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
1. Eliminasi (menghilangkan)
2. Substitusi (mengganti)
3. Engineering Control (ventilasi, isolasi).
4. Administrasi (rotasi, pengaturan waktu
kerja).
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Program Pengendalian di tempat kerja

 Administrasi kontrol
Screening, regular medical check up, medical record
 Personal Protective Equipment

 Standard Work Practice

Dilarang makan, minum, di tempat kerja, personal


hygiene, desinfecting process, pakain khusus
EVALUASI

Secara kuantitatif

1. Penilaian LK
Dilakukan dengan melakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis laboratorium.
Dibandingkan dengan standar.

Tujuan :
- Mengetahui tingkat pemaparan yg terjadi.
- Mengetahui efektifitas alat pengendalian.
- Penentuan kebijakan
2. Peralatan Monitoring / Pengukuran LK

a. Faktor Fisik
- Kebisingan : Sound Level Meter

- Getaran : Vibrationmeter
- Penerangan : Luxmeter

- Iklim kerja : Heat Stress Monitor

- Radiasi : Survey meter


b. Faktor Kimia
1. Direct Reading
- Gas detector, CO meter
- Mercury Vapour Analyzer
- dll.

2. Metoda pengambilan sampel udara


- Personal pump sampler
- Low volume sampler
- Impinger
- dll
3. Analisis laboratorium

AAS (Atomic Absorption Spetrophotometer)


untuk analisis logam berat seperti : Pb, Mn, Cd,
Cr, Mercury, As, dll.

GC (Gas Chromatograph) untuk analisis


Hidrokarbon seperti : Benzene, Toluen, Xylene, MEK,
n-Hexane, Styrene, dll.

SEM (Scanning Electrone Microscopy)


X-Ray Diffractometer dan instrumentasi lainnya.
Pengawasan (Ps. 70)

Pengawasan pelaksanaan
K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sanksi (Ps. 71)

Pengusaha dan/atau Pengurus


yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
Lampiran
 Terdapat 10 (sepuluh) lampiran yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
 Untuk memudahkan penerapan Permenaker No 5
tahun 2018, diterbitkan Buku Pedoman Teknis
Penerapan K3 Lingkungan Kerja sebagai suplemen
yang berisi penjelasan tambahan yang tidak mungkin
secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Penutup
 Permenaker No 5 Tahun 2018 mengatur kewajiban bagi Pengurus dan/atau
Pengurus untuk menerapkan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja, meliputi
o Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB;
o Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja
agar memenuhi standar;
o Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat; dan
o Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang Lingkungan Kerja.
 Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan syaman dalam rangka mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
 Dengan terbitnya Permenaker 5 tahun 2018 ini mencabut PMP No 7 Tahun 1964,
Permenakertrans No 13 Tahun 2011 dan SE Menaker No 1 Tahun 1978.

Anda mungkin juga menyukai