LINGKUNGAN KERJA
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PRAKTEK
Tim Penyusun
Dr. Indri Santiasih, S.KM., M.T. 197901252003122001
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom 197707152008121002
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T. 199108272019032024
Disetujui untuk digandakan dan digunakan sebagai media pembelajaran di lingkungan Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Surabaya, 31 Oktober 2019
Mengetahui,
Ketua Jurusan Koordinator Program Studi
George Endri Kusuma, S.T., M.Sc. Eng Arief Subekti, S.T., M.MT.
197605172009121003 196104151988031003
Menyetujui,
Wakil Direktur Bidang Akademik Kepala UP2SMP
Dr. Muhammad Anis Mustaghfirin, ST., MT. Dr. Mirna Apriani, S.T., M.T.
197208051997021001 197804142005012002
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah….
Puji Syukur kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan hidayah Nya menjadi semangat bagi Penulis
untuk menyelesaikan Modul Praktek Pengukuran Lingkungan Kerja ini. Modul Praktek ini
disusun sebagai referensi bagi mahasiswa Prodi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang mengambil mata kuliah Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja. Penulis memaparkan
materi kualitattif dan kuantitatif yang seimbang, berikut menyertakan lembar kerja praktikum
untuk mengukur pemahaman yang terintegrasi.
Tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para direksi di lingkungan PPNS, Kajur
TPK George Endri Kusuma, ST., MScEng., Koord. Prodi TK3 Arief Subekti, S.ST., M.T. dan
seluruh civitas akademik di PPNS yang mendukung terwujudnya penulisan buku ini. Akhir kata,
segala kritik dan saran selalu kami harapkan guna perbaikan pembelajaran yang berkelanjutan.
Penulis
DAFTAR JUDUL JOB SHEET
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
A. TEORI
Kebisingan merupakan salah satu penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) faktor fisik
berupa bunyi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pedengaran seorang pekerja.
Dalam Permenaker No. 05 Tahun 2018, kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Dari kedua pengertian tersebut, kebisingan dapat disimpulkan sebagai semua
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan kerja (Anizar, 2009).
Dalam mempelajari bunyi khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
pendengaran ada 2 hal yang perlu diketahui :
1. Frekuensi bunyi menentukan tinggi rendahnya bunyi.
2. Amplitudo (simpang getar) mempengaruhi besar kecilnya (intensitas) bunyi.
Frekuensi yang bisa di dengar manusia antara 20 – 20.000 Hertz (Hz). Bunyi yang
kurang dari 20 Hz disebut dengan Infrasonic, sedangkan lebih dari 20.000 Hz disebut
dengan Ultrasonic.
Menurut Suma’mur (1995) sumber kebisingan dibedakan nenjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung,
misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, dan sejenisnya.
b. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi, dan
sejenisnya.
Sedangkan untuk jenis kebisingan, Suma’mur (1995) membagi menjadi empat jenis,
yaitu :
a. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi luas (steady state, wide band noise),
misalnya mesin-mesin, kipas angin, dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di
Bandara.
d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan, tembakan,
ledakan, dan lain-lain.
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
Pengendalian Kebisingan
a. Pengendalian secara teknis (Engineering Control), Eliminasi, Subtitusi dan Isolasi
b. Pengendalian secara administratif (Administratif Control), pengaturan jam kerja,
disesuaikan dengan NAB.
c. Pengendalian secara medis (Medical Control), pemeriksaan audiometri pada pekerja
secara periodik.
d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment), alternatif
terakhir bila pengendalian lain telah dilakukan. seperti sumbat telinga (ear plug)
atau tutup telinga (ear muff).
B. KATEGORI ALAT
1. Alat Ukur
2. Peralatan kategori 1
- Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
- Risiko penggunaan rendah,
- Akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
- System kerja sederhana (pengoperasiannya cukup dengan panduan SOP / manual)
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Earplug
2. Safety Shoes
3. Wearpack
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 3 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
E. DESKRIPSI PERALATAN
Keterangan:
1. Windscreen
2. Display
3. Level range select button
4. Time weighting select button
5. Power and function switch
6. Max hold button
7. Data hold button
8. Microphone
9. DC/AC output jack
10. Calibration potentiometer
11. Tripod mounting screw
12. Battery cover
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 4 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium / bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kebisingan !
2. Mengapa kebisingan harus dikendalikan ?
3. Bagaimana cara mengendalikan kebisingan ? Jelaskan !
4. Bagaimana cara membuat peta kebisingan (noise mapping)?
B. Pengambilan Data
A. Gambaran Umum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
Layout Ruangan :
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
D. Peta Kebisingan
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
K. ASSESSMENT
Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian
M. REFERENSI
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang, Baku Tingkat
Kebisingan
Keputusan Menteri Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999 Tahun 1999, Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tahun
2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
Santiasih, I., Handoko, L., 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Suma’mur, P. K., 1995. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung
IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
KEBISINGAN INDIVIDU
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
A. TEORI
Kebisingan merupakan salah satu penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) faktor fisik
berupa bunyi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pedengaran seorang pekerja.
Dalam Permenaker No. 05 Tahun 2018, kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Dari kedua pengertian tersebut, kebisingan dapat disimpulkan sebagai semua bunyi
atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan kerja (Anizar, 2009).
Permenaker No. 05 Tahun 2018, dibahas tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam peraturan ini, ada batasan waktu yang
harus diikuti untuk seorang pekerja bekerja dalam lingkungan yang bising. Berikut
tabel NAB kebisingan tersebut :
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Earplug
2. Safety Shoes
3. Wearpack
E. DESKRIPSI PERALATAN
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
Keterangan:
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium / bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Apa perbedaan fungsi Sound Level Meter dan Noise Dosimeter ?
2. Mengapa seorang pekerja harus memperhatikan NAB kebisingan ?
3. Apa langkah yang harus dilakukan jika ruang kerja terdapat sumber bunyi
bising dan tidak dapat dimatikan/dihentikan ?
B. Pengambilan Data
Gambaran Umum
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
K. ASSESSMENT
Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
M. REFERENSI
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Standar Nasional, 2001, Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung, SNI 03-6572-2001, Standar
Nasional Indonesia
Keputusan Menteri Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999 Tahun 1999,
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tahun
2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja
Santiasih, I., Handoko, L., 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Suma’mur, P. K., 1995. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung
IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
PENERANGAN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
A. TEORI
1.1 Definisi Penerangan
Penerangan atau pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk
mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman serta berkaitan erat
dengan produktifitas manusia. Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari
suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan (Wibiyanti, 2008).
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (RI, 2002). Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara
jelas dan cepat. Penerangan memiliki dua aspek yang perlu mendapatkan
perhatian lebih. Kedua aspek tersebut antara lain :
a. Penerangan yang suram (intensitas rendah)
Penerangan suatu ruangan dapat dikatakan suram, jika intensitas cahaya pada
ruangan terlihat berada masih dibawah standar yang diijinkan. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan penerangan pada suatu ruangan dikatakan suram
adalah kurangnya lampu pada ruangan tersebut, lampu yang ada mengalami
kerusakan, lampu yang ada tidak memiliki jumlah lux yang cukup, atau
lampu ruangan kotor dikarenakan kurangnya perawatan dan pembersihan.
b. Penerangan yang silau (intensitas berlebihan)
Penerangan suatu ruangan dapat dikatakan intensitasnya berlebihan jika
jumlaj lux yang dipancarkan oleh lampu dalam ruangan melebihi standar
yang ada. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penerangan pada suatu
ruangan antara lain jumlah lampu terlalu banyak pada suatu ruangan, daya
lampu terlalu besar, atau banyak peralatan yang bersifat memantulkan cahaya.
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
Gambar 8 Penentuan Titik Pengukuran pada Luas Ruangan Lebih dari 100
m2
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 5 of 16
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
Keterangan :
F = Fluks luminous total dari semua lampu yang menerangi benda kerja (lumen)
A = luas bidang kerja (m2)
kp = koefisien penggunaan
kd = koefisien depresiasi
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
Keterangan :
hRc = tinggi meja kerja ke armatur
hCc = tinggi armature ke langit-langit
hFc = tinggi lantai ke meja kerja
L = panjang ruangan
W = lebar ruangan
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
Data didapatkan dari tabel dengan menarik garis antara umur lampu
dengan jenis lampu. Tabel ditunjukkan pada Gambar 12, 13, dan 14.
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta sistem kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan (SOP, manual))
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Helm Putih
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Masker
6. Wearpack
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
E. DESKRIPSI PERALATAN
Keterangan:
1. Opto-sensor protection cover : Penutup untuk melindungi sensor cahaya
2. Opto-sensor : Sensor cahaya
3. LCD Display Screen : Layar LCD yang menunjukkan hasil pengukuran
4. Power on/off : Tombol untuk menyalakan alat
5. Max/min : Tombol untuk menunjukkan nilai tertinggi dan terendah dari
pengukuran
6. Lux/fc : Tombol untuk mengganti satuan unit
7. Hold : Tekan singkat untuk menunjukkan data atau masuk ke mode pengukuran
kembali
Zero : Tekan selama 1 detik untuk mengkalibrasi alat
8. Rel : Tekan singkat untuk menunjukkan nilai pengukuran relative
Peak : Tekan selama 1 detik untuk menunjukkan nilai pengukuran dalam range
tertinggi
9. Ran:
- Tekan singkat untuk mengubah range dari 20.00 Lux > 200.0 Lux > 2000
Lux > 20000 Lux > 200000 Lux (atau 20.00 Fc > 200.0 Fc > 2000 Fc >
20000 Fc)
- Tekan selama 1 detik untuk keluar dari mode pemilihan range
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
- Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
- Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan peraturan yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang syarat
penerangan di tempat kerja, serta berikan contoh salah satu aturannya!
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 12 of 16
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
B. Pengambilan Data
SURVEI PENERANGAN
A. Gambaran Umum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Survei dilakukan pada : …………………………………………………….
Keadaan Cuaca : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
K. ASSESSMENT
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
M. REFERENSI
BNSP. (2001). SNI 03-6575-2001 tentang Tata cara perancangan sistem
pencahayaan buatan pada sistem gedung . Jakarta: BNSP.
Wibiyanti, P. I. (2008). Kajian Pencahayaan pada Industri Kecil Pakaian Jadi dan
Pembuatan Tas di Perkampungan Idnustri Kecil, Penggilingan Jakarta.
Jakarta: Universitas Indonesia.
IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IKLIM KERJA
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
A. TEORI
Iklim kerja adalah faktor-faktor thermis dalam lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara
36oC – 37oC dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi,
dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme
dalam tubuh, membuat suhu tetap stabil.
Parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara
suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola, yaitu:
1. Temperature suhu kering, ( oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun hasil
pembacaan tidak terlalu tepat karena ada pengaruh radiasi panas, kecuali jika
sensornya mendapat ventilasi yang baik
2. Temperature suhu basah, (oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain / kapas untuk
menghilangkan pengaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara yang
melewati sensor minimal 5 m/s
3. Kelembaban relatif, (%)
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang ada di
dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada temperature yang sama
Setelah pembacaan suhu kering dan suhu basah dilakukan, nilai pembacaan digunakan
untuk mencari nilai kelembaban relatif (relative humidity/RH) pada psychometric
chart/diagram psikrometri, kemudian bandingkan dengan rumus untuk menghitung
indeks suhu bola basah (ISBB).
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
Perhitungan ISBB merujuk pada SNI 16-7061-2004 mengenai pengukuran iklim kerja
(panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola, dimana penentuan NAB iklim
kerja pada SNI ini mengacu pada Permenaker Kep 51.Men/1999 tentang NAB Iklim
Kerja ISBB yang diperkenankan, yaitu:
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu
kering
2. Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
ISBB rata-rata =
Catatan :
• Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
• Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
• Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta system kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan
menggunakanpanduan (SOP, manual)
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Safety helmet
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Masker
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
E. DESKRIPSI PERALATAN
1 2
7
4
Keterangan:
1. Sensor suhu radiasi
2. Sensor suhu basah
3. Sensor suhu kering
4. Tombol naik (untuk melihat data sebelumnya)
5. Tombol turun (untuk melihat data setelahnya)
6. Layar tampilan (display)
7. Tombol I/O enter
8. Tombol run/stop
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
F. LANGKAH KERJAPENGOPERASIAN/PENGERJAAN
1. Tekan tombol I/O enter untuk menyalakan, maka akan muncul menu sebagai
berikut:
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium/ bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
I. LEMBAR KERJA
A. TugasPendahuluan
1. Jelaskan efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia,
dari segi kesehatan!
2. Apabila diketahui suhu basah = 28 OC, dan suhu kering = 29 OC tentukan
Kelembaban relative
3. Hasil pengukuran lingkungan kerja sebagai berikut :
Tentukan :
a. Kebutuhan kalori/jam
b. Pengaturan waktu kerja
c. Rekomendasi yang harus dilakukan
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
B. Pengambilan Data
A. GambaranUmum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
2. Gambarankegiatankerja
No. KegiatanKerja Peralatan yang DurasiKerja
digunakan (menit)
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
K. ASSESSMENT
Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
M. REFERENSI
IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
HUMAN VIBRATION
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
A. TEORI
1.1 Definisi Getaran
Getaran adalah Gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
yang bolak-balik dari kedudukan kesetimbangannya (RI, 2018). Setiap benda
yang memiliki massa dan elastisitas dapat mampu bergetar, jadi kebanyakan
mesin dan struktur rekayasa mengalami getaran sampai derajat tertentu dan
rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya (Widowati,
2015). Getaran merupakan salah satu faktor fisika yang ada di lingkungan kerja
yang berasal dari peralatan ataupun mesin yang memiliki motor penggerak.
Getaran atau vibrasi adalah suatu factor yang menjalar ke tubuh manusia, mulai
dari tangan sampai ke seluruh tubuh akibat getaran peralatan mekanis yang
digunakan dalam tempat kerja (Mardhatilla, 2016). Pajann vibrasi pada seluruh
tubuh dapat dibagi menjadi :
a. Vibrasi frekuensi rendah, contohnya peralatan transportasi darat (bus, truk,
kereta api)
b. Vibrasi frekuensi tinggi, contohnya mesin industry, alat-alat berat (forklift,
tractor, derek), peralatan transportasi udara/laut (helicopter dan kapal laut)
c. Vibrasi tidak beraturan, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan
yang tidak rata/berlubang
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta sistem kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan (SOP, manual))
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Helm Putih
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Masker
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
E. DESKRIPSI PERALATAN
Keterangan:
1. Tombol Navigasi Panah : menggerakkan kursor dan memilih pilihan fungsi dan
menu
2. Tombol Checklist (OK) : konfirmasi pilihan menu dan fungsi yang dipilih
3. Tombol On/off : menyalakan dan mematikan alat
4. Tombol Setup : masuk ke menu pengaturan untuk mengatur berbagai fungsi dan
fitur alat
5. Tombol Store : menyimpan data pengukuran dan menyimpan pengaturan dalam
menu setup
6. Tombol History : melihat kembali data yang sudah tersimpan
7. Tombol Data : melihat keseluruhan data pengukuran
8. Tombol Run : menjalankan pengukuran
9. Tombol Recall : membuka data, pengaturan, hasil pengukuran yang tersimpan
10. Tombol Print : menjalankan fungsi mencetak (print)
11. Tombol Reset : menghapus data atau pengaturan
12. Tombol Range : mengatur sinyal input pengukuran
13. Tombol Tools : mengatur berbagai fungsi lainnya
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
2. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Berikan contoh kecelakaan/penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
getaran mekanis pada alat (Hand arm vibration dan whole body vibration)
2. Apa yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis berlebihan pada
mesin/alat?
3. Jika seorang bekerja menggunakan gerinda tangan dan paparan getaran yang
diterima selama 4 jam bekerja adalah 8 m/s2. Apakah keadaan tersebut aman
berdasarkan standar yang berlaku? Rekomendasi apa yang dapat Anda
berikan?
B. Pengambilan Data
SURVEI PAPARAN GETARAN PADA TUBUH MANUSIA
A. Gambaran Umum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
K. ASSESSMENT
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
M. REFERENSI
Candra, F. (2015). Hubungan Lama Paparan Getaran Tangan dengan Keluhan Kesehatan
pada Pekerja Cukur Rambut di Kelurahan Padang Bulan . Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Santiasih, Indri & Handoko, Lukman. 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan
Kerja. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
VENTILASI
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
A. TEORI
Ventilasi Adalah proses pertukaran udara dengan cara pengeluaran udara
terkontaminasi dari suatu ruang kerja, melalui saluran buang, dan pemasukan udara
segar melalui saluran masuk. Menurut SNI 03-6572-2001, ventilasi merupakan proses
untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan.
Tujuan dari adanya ventilasi menurut SNI 03-6572-2001 adalah :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c. Menghilangkan kalor yang berlebihan.
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Sistem ventilasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Ventilasi alam / natural, sistem supply udara (Intake Air) dan sistem pengeluaran
udara (Exhaust Air) keduanya menggunakan aliran udara alami, yaitu dengan
membuat bukaan atau opening sehingga udara dapat mengalir dengan sendirinya.
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
B. KATEGORI ALAT
1. Alat Ukur
2. Peralatan kategori 1
- Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
- Risiko penggunaan rendah,
- Akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
- System kerja sederhana (pengoperasiannya cukup dengan panduan SOP / manual)
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Masker
2. Safety Shoes
3. Wearpack
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
E. DESKRIPSI PERALATAN
Gambar 2. Anemometer
Sumber: User’s Manual Professional Anemometer
Keterangan:
1. Sensor air velocity
2. LCD
3. Pilihan unit temperatur
4. Tombol Max / MIN / HOLD
5. Pilihan unit velocity
6. Tombol AVG / Backlight
7. On / Off
8. Battery cover
F. LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN
1. Masukan battery dan nyalakan anemometer dengan menekan tombol On/Off
(no.7 pada gambar).
2. Pilih unit velocity (satuan kecepatan angin) dengan menekan tombol UNITS
(no.5 pada gambar)
3. Pilih unit temperatur (Celcius atau Farenheit) dengan menekan tombol °C/°F
(no.3 pada gambar)
4. Masukkan luasan area / ruang (cm2, m2 atau ft2), tekan UNITS hingga pilihan yang
diinginkan tampildi LCD. Untuk menaikan besaran data tekan MAX/MIN, dan
untuk menurunkan besaran data tekan UNITS. Air Volume akan tampil x100,
artinya data yang tampil dikali 100.
5. Arahkan sensor ke ventilasi yang akan diukur. Tekan HOLD untuk menahan data
agar tidak berubah.
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
6. Jika selesai, matikan anemometer dengan menekan tombol On/Off, kemudian lepas
battrey.
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium / bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang di maksud dengan velocity, acceleration dan displacement ?
2. Mengapa ventilasi sangat penting diperhatikan ?
3. Kapan ventilasi natural, mekanikan dan kombinasi harus diterapkan ? Jelaskan !
4. Bagaimana penerapan ventilasi untuk ruang yang tidak akses ke udara bebas ?
B. Pengambilan Data
Gambaran Umum
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 5 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
K. ASSESSMENT
Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
M. REFERENSI
Badan Standar Nasional, 2001, Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung, SNI 03-6572-2001, Standar
Nasional Indonesia
Santiasih, I., Handoko, L., 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Suma’mur, P. K., 1995. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung
IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
PARTIKULAT
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
A. TEORI
Partikulat atau particulate matter (PM) adalah kombinasi kompleks dari partikel
padat dan aerosol di udara. Partikulat terdiri dari beberapa komponen seperti asam (nitrat
dan sulfat), unsur kimia organik, logam, debu tanah (Mogireddy, 2011) dan spora jamur
(Araújo-Martins et al., 2014; Woodson, 2012). Partikulat di dalam ruangan berasal dari
penetrasi partikulat dari luar ruangan maupun partikulat yang memang terbentuk di
dalam ruangan baik dari emisi langsung proses produksi dan aktivitas di dalam ruangan
yang menghasilkan partikulat (partikulat primer) maupun dari reaksi kimia gas precursor
(partikulat sekunder).
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Partikulat telah lama diketahui memberikan dampak buruk terhadap kesehatan untuk
diameter < 10 μm. Partikel ini akan masuk ke dalam sistem pernafasan dari saluran
hidung sampai dengan bagian dalam paru-paru yaitu alveoli karena kemampuan
penetrasi yang besar (Londahl et al., 2007). Partikel antara 5 μm sampai dengan 10 μm
akan terdeposit pada tracheobronchial, sedangkan diameter 1 - 5 μm akan terdeposit pada
bronchioles dan alveoli (tempat dimana terjadi pertukaran gas) (Gambar 2) (Londahl et
al., 2006). Partikel ini akan mempengaruhi pertukaran gas didalam paru-paru dan masuk
ke paru-paru. Pada akhirnya, partikel ini akan masuk ke dalam aliran darah yang akan
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius (Fu et al., 2011). Partikel yang lebih kecil
dari 1 m akan berperilaku mirip dengan molekul gas dan akan masuk ke alveoli
(deposisi partikel dipengaruhi oleh gaya difusi) dan dapat berpindah masuk ke dalam
jaringan sel dan/atau system sirkulasi darah (Valavanidis et al., 2008).
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Gambar 1. menunjukkan perbandingan ukuran antara (PM2,5) dan (PM10) terhadap rata-rata
diameter rambut manusia (~70 μm) dan pasir pantai halus (~90 μm)
(Sumber: Guaita et al., 2011)
Gambar 2. Diagram yang Menunjukkan Zona Pernafasan dari Partikel Debu yang Inhalable,
Thoracic, dan Respirable.
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 3 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Penelitian epidemiologi menggunakan PM10 dan PM2,5 sebagai indikator paparan. Hal ini
dikarenakan PM10 merepresentasikan massa partikel yang masuk ke dalam saluran
pernafasan dan PM10 ini meliputi ukuran partikel 2,5 µm dan 10 µm. Sedangkan PM2,5
berkontribusi memberikan dampak terhadap efek kesehatan pada lingkungan urban.
Batas aman paparan partikulat berdasarkan WHO (2005) adalah sebagai berikut:
B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta system kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan (SOP, manual)
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Safety helmet
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Respirator untuk partikulat
E. DESKRIPSI PERALATAN 1
4 2
Keterangan:
1. Minitor
2. On/Off
3. Enter
4. Tombol naik turun (untuk melihat data sebelumnya)
5. Tombol turun (untuk melihat data setelahnya)
6. Tombol run/stop
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Gambar 4. Diagram Inlet Sampling untuk Thoracic (A), Respirable (B) dan Inhalable (C)
Partikel Debu
Sumber: Manual book Haz-Dust IV Real-Time Personal Dust
Monitor ModeL HD-1004
Keterangan:
A : Thoracix sample inlet (sensor untuk partikulat thoracic)
B : SKC Respirable Dust 25mm Cyclone Inlet (sensor untuk partikulat respirable)
C : SKC IOM Sampling Adapter Inlet (sensor untuk partikulat inhalable)
F. LANGKAH KERJAPENGOPERASIAN/PENGERJAAN
Tahap Persiapan
1. Tekan tombol I/O untuk menyalakan alat
2. Tekan enter untuk menampilkan menu utama
3. Lakukan pengaturan waktu (tanggal dan jam)
4. Lakukan pengaturan alarm jika diperlukan
5. Lakukan auto zero baseline (baterai harus kondisi penuh).
a. Pastikan sensor yang sesuai telah terpasang pada sensor head of the Haz-
Dust IV
b. Pasang sampling inlet terpasang di sensor head, sesuai dengan Tabel 4.
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Gambar 5a. Zeroing filter (p/n ZF-102) yang dipasang pada Thoracic sampling inlet.
Gambar 5b. Zeroing filter (p/n ZA-202A) yang dipasang pada Inhalable sampling inlet.
Gambar 5c. Zeroing filter (p/n ZF-102) yang dipasang pada GSAS-202 GS-Cyclone adapter.
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 7 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
d. Pilih auto zero pada menu utama, maka tampilan layar menunjukkan
auto zeroing
e. Tunggu 50 detik, maka akan menunjukkan tahapan yang harus dilakukan
untuk mencapai baseline.
f. Hasilnya akan ditunjukkan di menu utama, yang menyatakan auto zero is
complete.
g. Sisihkan filter zero, kemudian mulai pengukuran.
Tahap Pengukuran
1. Tentukan pilihan partikulat yang hendak diukur (thoracic, respirable ataukah
inhalable), dan pastikan sensor yang dipasang sudah sesuai dengan partikulat yang
akan diukur.
2. Tekan special function pada menu utama
3. Tekan system option
4. Tekan extended option
5. Tekan size select
7. Pilih thoracic (jika yang hendak diukur thoracic)
8. Pilih sample rate pada special function
9. Pilih interval pengambilan data
10. Pilih security level, gunakan security level (pilih yes), lewati security feature (pilih
no), kemudian ke tahap no 5.
11. Masukkan security code 1209, pilih angka yang sesuai dengan menggunakan tombol
naik atau turun. Jika sudah sesuai dengan angka yang diminta, tekan enter.
12. Pasang belt clip pada pekerja/mahasiswa/teknisi yang diukur
13. Pastikan clip sensor berada di krah baju pekerja/mahasiswa/teknisi yang diukur
(merepresentasikan zona pernafasan sesuai ketentuan OSHA).
14. Pengukuran dilakukan dengan cara pilih run (jika tidak memakai alarm), sedangkan
pilih Sample/Rec-ALM (jika menggunakan alarm).
15. Tekan enter untuk berhenti dari proses pengukuran.
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Keterangan:
A : Indikasi kode lokasi. Jika memilih menu overwrite dipengaturan maka #001
merupakan kode lokasi data (karena data sebelumnya telah terhapus). Jika
memilih continuation pada pengaturan, maka jika data sebelumnya tersimpan di
kode #001, maka data yang barusaja terukur berada di kode #002.
B : Tipe partikulat yang diukur (T: thoracic; R: respirable; I: inhalable)
C : Konsentrasi partikulat yang ditunjukkan. Nilai negatif menunjukkan tidak
dilakukannya pengaturan zero. Maka dilakukan tahapan seperti yang dijelaskan
pada tahap persiapan no 5 (dari a sampai dengan g).
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium/ bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum
I. LEMBAR KERJA
A. TugasPendahuluan
1. Mengapa standar NAB menggunakan konsentrasi massa partikulat?
2. Apa yang dimasud dengan PM10 dan PM2,5?
3. Hasil pengukuran partikulat sebagai berikut, definisikan partikulat tersebut
sesuai ukurannya :
B. Pengambilan Data
A. GambaranUmum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
3. …………………………………..
4. …………………………………..
5. …………………………………..
2. Gambarankegiatankerja
No. KegiatanKerja Peralatan yang DurasiKerja
digunakan (menit)
C. InformasiPentingLainnya
1. Apakah alat dalam keadaan baik/ rusak?
2. Apakah alat sudah terkalibrasi?
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
K. ASSESSMENT
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian
M. REFERENSI
Araújo-Martins, J., Carreiro Martins, P., Viegas, J., Aelenei, D., Cano, M.M., Teixeira,
J.P., Paixão, P., Papoila, A.L., Leiria-Pinto, P., Pedro, C., Rosado-Pinto, J., Annesi-
Maesano, I., Neuparth, N., 2014. Environment and Health in Children Day Care
Centres (ENVIRH) – Study rationale and protocol. Rev. Port. Pneumol. 20, 311–
323.
Atkinson RW, Fuller GW, Anderson HR, Harrison RM, Armstrong B. Urban ambient
parti- cle metrics and health. A time series analysis. Epidemiology 2010;21:501–11.
Cheung K, Daher N, Kam W, Shafer MM, Ning Z, Schauer JJ, et al. Spatial and tem-
poral variation of chemical composition and mass closure of ambient coarse
particulate matter (PM10–2.5) in the Los Angeles area. Atmos Environ 2011;
45:2651–62.
Esworthy R. Air quality: EPA's 2013 changes to the particulate matter (PM) standard.
Congressional Research Service 7-5700, n. R42934; 2013. p. 6.
FuM, Zheng F, Xu X,Niu L. Advances of study onmonitoring and evaluation of PM2.5
pol- lution.Meteorol Disaster Reduc Res 2011;34:1–6
Guaita R, Pichiule M, Mate T, Linares C, Diaz J. Short-term impact of particulatematter
(PM2. 5) on respiratorymortality inMadrid. Int J Environ Health Res 2011;21:260–
74.
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 13 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT
IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT