Anda di halaman 1dari 87

PENGUKURAN

LINGKUNGAN KERJA
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PRAKTEK

PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA

Tim Penyusun
Dr. Indri Santiasih, S.KM., M.T. 197901252003122001
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom 197707152008121002
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T. 199108272019032024

DAFTAR UNIT/ELEMEN KOMPETENSI YANG DIDUKUNG:


KODE UNIT/ELEMEN
NAMA UNIT/ELEMEN KOMPETENSI
KOMPETENSI
KKK.00.01.001.01 Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan Persyaratan
Lainnya
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3
secara aktif
KKK.00.02.007.01 Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk
mengendalikan risiko K3
1. Melakukan Identifikasi bahaya kesehatan yang dapat
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja
2. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
kerja
3. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan
saran dalam penerapannya
4. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

Disetujui untuk digandakan dan digunakan sebagai media pembelajaran di lingkungan Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Surabaya, 31 Oktober 2019
Mengetahui,
Ketua Jurusan Koordinator Program Studi

George Endri Kusuma, S.T., M.Sc. Eng Arief Subekti, S.T., M.MT.
197605172009121003 196104151988031003

Menyetujui,
Wakil Direktur Bidang Akademik Kepala UP2SMP

Dr. Muhammad Anis Mustaghfirin, ST., MT. Dr. Mirna Apriani, S.T., M.T.
197208051997021001 197804142005012002
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah….
Puji Syukur kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan hidayah Nya menjadi semangat bagi Penulis
untuk menyelesaikan Modul Praktek Pengukuran Lingkungan Kerja ini. Modul Praktek ini
disusun sebagai referensi bagi mahasiswa Prodi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang mengambil mata kuliah Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja. Penulis memaparkan
materi kualitattif dan kuantitatif yang seimbang, berikut menyertakan lembar kerja praktikum
untuk mengukur pemahaman yang terintegrasi.
Tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada para direksi di lingkungan PPNS, Kajur
TPK George Endri Kusuma, ST., MScEng., Koord. Prodi TK3 Arief Subekti, S.ST., M.T. dan
seluruh civitas akademik di PPNS yang mendukung terwujudnya penulisan buku ini. Akhir kata,
segala kritik dan saran selalu kami harapkan guna perbaikan pembelajaran yang berkelanjutan.

Surabaya, 31 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR JUDUL JOB SHEET

No. Job Sheet


1. Kebisingan Lingkungan
2 Kebisingan Individu
3 Penerangan
4 Iklim Kerja
5 Human Vibration
6 Ventilasi
7. Partikulat
KEBISINGAN
LINGKUNGAN
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

A. TEORI
Kebisingan merupakan salah satu penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) faktor fisik
berupa bunyi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pedengaran seorang pekerja.
Dalam Permenaker No. 05 Tahun 2018, kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Dari kedua pengertian tersebut, kebisingan dapat disimpulkan sebagai semua
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan kerja (Anizar, 2009).
Dalam mempelajari bunyi khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
pendengaran ada 2 hal yang perlu diketahui :
1. Frekuensi bunyi menentukan tinggi rendahnya bunyi.
2. Amplitudo (simpang getar) mempengaruhi besar kecilnya (intensitas) bunyi.
Frekuensi yang bisa di dengar manusia antara 20 – 20.000 Hertz (Hz). Bunyi yang
kurang dari 20 Hz disebut dengan Infrasonic, sedangkan lebih dari 20.000 Hz disebut
dengan Ultrasonic.
Menurut Suma’mur (1995) sumber kebisingan dibedakan nenjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung,
misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, dan sejenisnya.
b. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi, dan
sejenisnya.
Sedangkan untuk jenis kebisingan, Suma’mur (1995) membagi menjadi empat jenis,
yaitu :
a. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi luas (steady state, wide band noise),
misalnya mesin-mesin, kipas angin, dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di
Bandara.
d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan, tembakan,
ledakan, dan lain-lain.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 1 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

Gambar 1. Contoh Peta Kebisingan

Metode pengukuran tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup No. 48 Tahun 1996. Pengukuran dilakukan oleh 2 (dua) orang, dimana satu
orang bertugas melihat waktu dan memberikan aba-aba pembacaan tingkat kebisingan
sesaat setiap 5 (lima) detik dalam interval 10 menit. Orang kedua mencatat pembacaan
tingkat kebisingan sesaat dari alat Sound Level Meter (SNL). Berikut langkah yang
dijelaskan dalam surat keputusan tersebut:
a. Waktu pengukuran adalah 10 menit tiap jam (dalam 1 hari ada 24 data)
b. Pencuplikan data adalah tiap 5 detik (10 menit ada 120 data).
c. Ketinggian microphone adalah 1,2 m dari permukaan tanah.
Tabel penambahan desibel pada Sound Level Meter (SLM) dari sumber yang beragam :
Perbedaan desibel (db) Penambahan pada level tertinggi
0 3
1 2.6
2 2.1
3 1.8
4 1.4
5 1.2
6 1
7 0.8
8 0.6
9 0.5
10 0.4
11 0.3
12 0.2
more 0

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 2 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

Pengendalian Kebisingan
a. Pengendalian secara teknis (Engineering Control), Eliminasi, Subtitusi dan Isolasi
b. Pengendalian secara administratif (Administratif Control), pengaturan jam kerja,
disesuaikan dengan NAB.
c. Pengendalian secara medis (Medical Control), pemeriksaan audiometri pada pekerja
secara periodik.
d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment), alternatif
terakhir bila pengendalian lain telah dilakukan. seperti sumbat telinga (ear plug)
atau tutup telinga (ear muff).

B. KATEGORI ALAT
1. Alat Ukur
2. Peralatan kategori 1
- Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
- Risiko penggunaan rendah,
- Akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
- System kerja sederhana (pengoperasiannya cukup dengan panduan SOP / manual)

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS

Tabel 1. Daftar Peralatan


No Nama Peralatan Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Sound Level Basic Accuracy : ±1.4dB at 1 buah
Meter 94dB
Brand : Krisbow
Dimension (mm) :
251x63.8x40
High Range (dB) : 65-130
Low Range (dB) : 35-100
Model : KW06-290
Weight (kg) : 0.5

Tabel 2. Daftar Bahan Habis


No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Ballpoint 1 buah
2 Baterai 9V 1 buah
3 Kertas 5 lembar

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Earplug
2. Safety Shoes
3. Wearpack
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 3 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

E. DESKRIPSI PERALATAN

Gambar 2. Sound Level Meter


(Krisbow KW06-290)
Sumber: User’s Manual Sound Level Meter

Keterangan:
1. Windscreen
2. Display
3. Level range select button
4. Time weighting select button
5. Power and function switch
6. Max hold button
7. Data hold button
8. Microphone
9. DC/AC output jack
10. Calibration potentiometer
11. Tripod mounting screw
12. Battery cover
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 4 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

F. LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN


1. Aktifkan SNL, pilih respon time (pilih F atau S, no 4 pada gambar) dan weighting
(function switch, no 5 pada gambar) yang diinginkan. Untuk respon time agar dapat
menangkap tinggi suara tertinggi pilih F, dan untuk tinggi suara rata-rata pilih S.
untuk weighting, pilih A untuk general sound, dan C untuk suara dari material
akustik.
2. Pilih Level yang diinginkan (tombol no 3).
3. Pegang SNL dengan stabil dan arahkan microphone ke sumber suara.
4. Jika MAX yang dipilih, hasil yang tertera adalah level kebisingan maksimum.
5. Jika HOLD yang dipilih, maka hasil tertera akan ditahan agar tidak berubah. Untuk
keluar dari mode ini, tekan HOLD sekali lagi.
6. Matikan alat jika sudah selesai.

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum memulai
praktikum kebisingan lingkungan adalah:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Jika instrument tidak digunakan dalam waktu yang lama, keluarkan baterai dari
dalam instrument karena dapat menyebabkan korosi dan masalah teknis lainnya.
5. Hindari instrument dari benturan / cairan / listrik tekanan tinggi / medan magnet
yang dapat mempengaruhi instrument elektronik.
6. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
7. Dilarang memodifikasi / membuka casing / melakukan reparasi tanpa ijin teknisi.

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium / bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 5 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kebisingan !
2. Mengapa kebisingan harus dikendalikan ?
3. Bagaimana cara mengendalikan kebisingan ? Jelaskan !
4. Bagaimana cara membuat peta kebisingan (noise mapping)?
B. Pengambilan Data

SURVEI NOISE DI LABORATORIUM / BENGKEL

A. Gambaran Umum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….

Layout Ruangan :

Peralatan yang terdapat dalam ruangan :


1. ………………………………………………………
2. ………………………………………………………
3. ……………………………………………………… dst.

Pembagian lokasi pengukuran :


a. ………………………………………………………
b. ………………………………………………………
c. ……………………………………………………… dst.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 6 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

B. Data hasil pengukuran


Pengukuran
No Lokasi Pengukuran
(dB)
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
C. Data hasil pengukuran kebisingan kombinasi
hasil pengukuran mesin Selisih kebisingan Penambahan pada
No
(dB) (dB) level tertinggi
1.
2.
3.
4.
5.
dst.
Kebisingan kombinasi ……………………………….. dB

D. Peta Kebisingan

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 7 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang hasil pengukuran, analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Perhitungan kebisingan kombinasi dari laboratorium / bengkel yang diukur.
2. Gambar layout ruangan yang diukur dan juga noise mapping-nya.

K. ASSESSMENT

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG

Nama Skema: Ahli K3 Muda

Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3

Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

M. REFERENSI
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang, Baku Tingkat
Kebisingan
Keputusan Menteri Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999 Tahun 1999, Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tahun
2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 8 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN

Santiasih, I., Handoko, L., 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Suma’mur, P. K., 1995. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 9 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0001
KEBISINGAN LINGKUNGAN
KEBISINGAN INDIVIDU

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 10 of 9
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

A. TEORI

Kebisingan merupakan salah satu penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) faktor fisik
berupa bunyi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pedengaran seorang pekerja.
Dalam Permenaker No. 05 Tahun 2018, kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang
berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Dari kedua pengertian tersebut, kebisingan dapat disimpulkan sebagai semua bunyi
atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan kerja (Anizar, 2009).
Permenaker No. 05 Tahun 2018, dibahas tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam peraturan ini, ada batasan waktu yang
harus diikuti untuk seorang pekerja bekerja dalam lingkungan yang bising. Berikut
tabel NAB kebisingan tersebut :

Gambar 1. Tabel NAB Kebisingan

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 1 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi:


a. Kebisingan kontinyu dgn spektrum frekuensi luas, contoh: mesin
b. Kebisingan kontinyu dgn spektrum frekuensi sempit, contoh: gergaji sirkuler
c. Kebisingan intermitten (putus2), contoh: lalu lintas
d. Kebisingan impaktif, contoh: ledakan
e. Kebisingan impulsif berulang, contoh: mesin tempa
Gangguan Kesehatan meliputi
a. Kerusakan indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif.
b. Gangguan pendengaran dapat menyertai perubahan sistem vaskuler dan syaraf
Pencegahan agar tidak terdampak oleh kebisingan yang dapat mengakibatkan penyakit
akibat kerja adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan kebisingan pada sumber dengan menempatkan peredam pada sumber
kebisingan
b. Penempatan penghalang pada jalan tranmisi
c. Pengaturan jam kerja
d. Penggunaan APD
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP/51/MEN/1999 zona kebisingan
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Zona aman tanpa pelindung : < 85 dBA
b. Zona dengan pelindung ear plug : 85 - 95 dBA
c. Zona dengan pelindung ear muff : > 95 dBA
B. KATEGORI ALAT
1. Alat Ukur
2. Peralatan kategori 1
- Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
- Risiko penggunaan rendah,
- Akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
- System kerja sederhana (pengoperasiannya cukup dengan panduan SOP / manual)

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 2 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS


Tabel 1. Daftar Peralatan
No Nama Peralatan Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Dosimeter Range : 30 – 130 dB 1 Buah
Tipe pengukuran :
SPL : Sound pressure level
Dose : test noise exprosure
Dimension (mm) : 132 x 80
x 32
Weight (kg) : 0.250
2 Timer / Stopwatch 1 Buah

Tabel 2. Daftar Bahan Habis


No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Ballpoint 1 buah
2 Baterai AAA 6 buah
3 Kertas 5 lembar

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Earplug
2. Safety Shoes
3. Wearpack

E. DESKRIPSI PERALATAN

Gambar 2. Noise Dosimeter


Lutron DS-2013SD
Sumber: Noise Dosimeter DS-2013SD Operation Manual
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 3 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

Keterangan:

F. LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN


1. Masukan battery dan nyalakan dosimeter dengan menekan tombol POWER
(no.3-2 pada gambar).
2. Pilih SPL dengan tipe mode DOSE dengan menekan tombol RUN
(no.3-4 pada gambar)
3. Pada mode DOSE, LCD akan menampilkan DUR (durasi), 0.00 (dosis komulatif),
00:00:00 (waktu sekarang), 0 (record sampling time counter), %DOSE ([ilihan
mode), FAST (time weighting)
4. Tekan tombol TIME, dalam setting, SET "DATE→SP-T→POFF→BEEP→DEC→
SD-F→A→Crit→Thr→ER→CLRM→DATE".
Keterangan:
a. Crit (Criterion Level) : 80、84、85、90dB
b. Thr (Threshold Level) : 70 to 90dB in 1 dB steps.
c. ER (Exchange Rate) : 3, 4, 5, or 6 db.
d. Tekan " Power Button" umtuk keluar dari set mode.
e. Default settings : Crit→90 , Thr→70 , ER→3.
Pada pengukuran sumber suara tertentu, pilih Time Weighting (Fast atau Slow)
dengan menekan tombol ENTER. (no.3-7 pada gambar)
5. Dalam mode DOSE, tekan dan tahan tombol ▼, LCD akan menampilkan DUR , xx
: xx : xx (h : m : s) , tekan tombol ▲ atau ▼ untuk menyesuaikan waktu, tekan
tombol ENTER untuk menyimpan dan keluar halaman setting.
6. Jika selesai melakukan pengukuran, matikan Dosimeter dengan menekan tombol
POWER (no.3-2 pada gambar).

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 4 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum memulai
praktikum kebisingan lingkungan adalah:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Jika instrument tidak digunakan dalam waktu yang lama, keluarkan baterai dari
dalam instrument karena dapat menyebabkan korosi dan masalah teknis lainnya.
5. Hindari instrument dari benturan / cairan / listrik tekanan tinggi / medan magnet
yang dapat mempengaruhi instrument elektronik.
6. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
7. Dilarang memodifikasi / membuka casing / melakukan reparasi tanpa ijin teknisi.

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium / bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Apa perbedaan fungsi Sound Level Meter dan Noise Dosimeter ?
2. Mengapa seorang pekerja harus memperhatikan NAB kebisingan ?
3. Apa langkah yang harus dilakukan jika ruang kerja terdapat sumber bunyi
bising dan tidak dapat dimatikan/dihentikan ?
B. Pengambilan Data

SURVEI VENTILASI DI LABORATORIUM / BENGKEL

Gambaran Umum
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 5 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

Data hasil pengukuran


Lama
P L T Intensitas
Ruangan
(m) (m) (m) Kebisingan (dB) Terpapar
(Menit)

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang hasil pengukuran, analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Kebisingan yang diterima individu selama 8 jam bekerja
2. Daily nose dosage yang diijinkan

K. ASSESSMENT

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG


Nama Skema: Ahli K3 Muda

Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3

Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 6 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU

M. REFERENSI
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Badan Standar Nasional, 2001, Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung, SNI 03-6572-2001, Standar
Nasional Indonesia
Keputusan Menteri Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999 Tahun 1999,
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tahun
2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja
Santiasih, I., Handoko, L., 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Suma’mur, P. K., 1995. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 7 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.002
KEBISINGAN INDIVIDU
PENERANGAN

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 03 8 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

A. TEORI
1.1 Definisi Penerangan
Penerangan atau pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk
mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman serta berkaitan erat
dengan produktifitas manusia. Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari
suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan (Wibiyanti, 2008).
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (RI, 2002). Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara
jelas dan cepat. Penerangan memiliki dua aspek yang perlu mendapatkan
perhatian lebih. Kedua aspek tersebut antara lain :
a. Penerangan yang suram (intensitas rendah)
Penerangan suatu ruangan dapat dikatakan suram, jika intensitas cahaya pada
ruangan terlihat berada masih dibawah standar yang diijinkan. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan penerangan pada suatu ruangan dikatakan suram
adalah kurangnya lampu pada ruangan tersebut, lampu yang ada mengalami
kerusakan, lampu yang ada tidak memiliki jumlah lux yang cukup, atau
lampu ruangan kotor dikarenakan kurangnya perawatan dan pembersihan.
b. Penerangan yang silau (intensitas berlebihan)
Penerangan suatu ruangan dapat dikatakan intensitasnya berlebihan jika
jumlaj lux yang dipancarkan oleh lampu dalam ruangan melebihi standar
yang ada. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penerangan pada suatu
ruangan antara lain jumlah lampu terlalu banyak pada suatu ruangan, daya
lampu terlalu besar, atau banyak peralatan yang bersifat memantulkan cahaya.

1.2 Sumber Penerangan


Penerangan adalah salah satu faktor penentu nyaman tidaknya suatu
ruangan atau tempat kerja. Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibagi menjadi
2 (Indriati, 2016) yaitu :
a. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruangan
diperlukan jendela-jendela yang besar atau dinding kaca minimal 1/6 kali luas
ruangan.
b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah sumber pencahayaan yang bukan berasal dari
sinar matahari. Pencahayaan buatan dapat berupa lampu yang dipasang di
ruangan.

1.3 Jenis Lampu


Tujuan pencahayaan di industry yang terpenting adalah tersedianya
lingkungan kerja yang aman untuk melakukan prosedur kerja, melakukan control,
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 1 of 16
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

mengobservasi, dan memelihara berbagai jenis peralatan . Beberapa jenis lampu


yang dapat kita gunakan, antara lain :
a. Lampu Pijar
Lampu pijar bertindak sebagai “badan abu-abu” yang secara selektif
memancarkan radiasi dan hamper seluruhnya dapat terjadi pada daerah
Nampak. Bola lampu terdiri dari hampa udara atau berisi gas yang dapat
mengentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten.

Gambar 1 Lampu Pijar


b. Lampu halogen
Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar
seperti lampu pijar biasa, namun terisi oleh gas halogen. Atom tungsten
menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola
lampu.

Gambar 2 Lampu Halogen


c. Lampu sodium
Berdasarkan tekanannya, lampu sodium dibagi menjadi 2 jenis, yaitu lampu
sodium tekanan tinggi dan lampu sodium tekanan rendah. Lampu sodium
tekanan tinggi digunakan untuk penerangan di luar ruangan dan industry.
Lampu sodium tekanan rendah sama dengan sistem neon, biasnaya digunakan
pada taman, jalanan, dan jalan umum dalam gedung karena penggunaan
wattnya rendah.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 2 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

Gambar 3 Lampu Sodium


d. Lampu fluorescent
Beberapa jenis lampu fluorescent, antara lain :
a. Lampu Neon
b. Lampu Helium
c. Lampu Natrium
d. Lampu Xenon
e. Lampu Hg

Gambar 4 Lampu Fluorescent


e. Lampu LED
Lampu Light Emitting Diode (LED) adalah lampu yang sering digunakan,
karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain usia yang lebih panjang dan
lebih efisien .

Gambar 5 Lampu LED

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 3 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

1.4 Sistem Penerangan


Berdasarkan SNI 03-6575-2001 penerangan buatan dapat dibedakan
menjadi 3 macam, antara lain (BNSP, 2001) :
a. Sistem Pencahayaan Merata
Sistem ini memungkinakan seluruh ruangan memperoleh iluminasi cahaya
teratur secara merata di seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan didapatkan
dengan memasang armature secara merata langsung maupun tidak langsung
di seluruh langit-langit.
b. Sistem Pencahayaan Setempat
Sistem ini mengkonsentrasikan penemapatan armature pada langit-langit di
atas tempat yang mememrlukan pencahayaan yang tinggi, contohnya tugas
visual.
c. Sistem Pencahayaan Gabungan
Sistem ini menambahkan sistem pencahayaan setempat pada sistem
pencahayaan merata dengan armature yang dipasang di dekat tugas visual.

1.5 Distribusi Penerangan


Pencahayaan dapat dibedakan menjadi 5 macam berdasarkan cara
distribusinya, antara lain (Wibiyanti, 2008) :
- Distribusi pencahayaan langsung
- Distribusi pencahayaan semi langsung
- Distribusi pencahayaan umum
- Distribusi pencahayaan semi tidak langsung
- Distribusi pencahayaan tidak langsung

1.6 Pengukuran Penerangan


Intensitas penerangan dapat diukur menggunakan 2 cara, yaitu
pengukuran penerangan umum dan penerangan local. Pengukuran penerangan
umum dilakukan dengan cara mengukur pada titik tertentu sesuai dengan luas
lantai, digunakan pada sistem pencahayaan merata. Pengukuran penerangan local
dilakukan dengan cara mengukur pada meja kerja, digunakan pada sistem
pencahayaan setempat.
Pengukuran penerangan umum dilakukan dengan acuan luas lantai
(BNSP, 2004), yaitu :
a. Luas ruangan kurang dari 10 m2
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 1 m2. Contoh daerah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 m2 ditunjukkan pada Gambar 6

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 4 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

Gambar 6 Penentuan Titik Pengukuran pada Luas Ruangan Kurang dari 10


m2
b. Luas ruangan antara 10 m2 hingga 100 m2
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 m2. Contoh daerah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 m2 ditunjukkan pada Gambar 7

Gambar 7 Penentuan Titik Pengukuran pada Luas Ruangan Antara 10 - 100


m2
c. Luas ruangan lebih dari 100 m2
Titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 6 m2. Contoh daerah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 m2 ditunjukkan pada Gambar 8

Gambar 8 Penentuan Titik Pengukuran pada Luas Ruangan Lebih dari 100
m2
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 5 of 16
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

1.7 Standar-standar Penerangan


Standar penerangan untuk berbagai macam ruangan sesuai dengan
Permenaker No. 05 Tahun 2018, antara lain :
Tabel 1 Cuplikan Standar Pencahayaan berdasarkan Permenaker No. 05 Tahun
2018
No. Keterangan Intensitas (Lux)
1 Penerangan darurat 5
2 Halaman dan jalan 20
3 Pekerjaan membedakan barang kasar seperti : 50
a. Mengerjakan barang-barang kasar
b. Mengerjakan arang atau abu-abu
c. Menyisihkan barang-barang yang besar
d. Mengerjakan bahan tanah atau batu
e. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang
selalu dipakai
4 Pekerjaan yang membedakan barang-barang 100
kecil secara sepintas lalu
5 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang 200
kecil yang agak teliti
6 Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada 300
barang-barang kecil dan halus
7 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang 500 - 1000
halus dengan kontras yang sedang dan dalam
waktu yang lama
8 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang 1000
yang sangat halus dengan kontras yang sangat
kurang untuk waktu yang lama

1.8 Perhitungan Jumlah Lampu


Untuk dapat menentukan suau kualitas dari penerangan diperlukan
perhitungan tingkat pencahayaan rata-rata :

Sumber : IES, 2019

Keterangan :
F = Fluks luminous total dari semua lampu yang menerangi benda kerja (lumen)
A = luas bidang kerja (m2)
kp = koefisien penggunaan
kd = koefisien depresiasi

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 6 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

Untuk mengetahui koefisien penggunaan maka dapat dilihat dari Gambar


10 atau Gambar 11 dengan mencari pertemuan garis antara rasio tinggi langit-
langit atau lantai.

Gambar 9 Tinggi Lantai, Langit-langit, dan Meja Kerja


Rasio tinggi langit-langit, lantai, dan meja kerja dapat dicari
menggunakan perhitungan di bawah ini :

Keterangan :
hRc = tinggi meja kerja ke armatur
hCc = tinggi armature ke langit-langit
hFc = tinggi lantai ke meja kerja
L = panjang ruangan
W = lebar ruangan

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 7 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

Gambar 10 Nilai Koefisien Penggunaan untuk Armatur Umum

Gambar 11 Nilai Koefisien Penggunaan untuk Armatur Isi 4 Lampu


Untuk mengetahui koefisien depresiasi maka dapat menggunakan rumus
berikut ini :
(x SMF)*
Keterangan :
LLMF = Lamp lumen maintenance factor
LSF = Lamp survival factor
LMF = Luminaire maintenance factor
SMF = Surface maintenance factor (digunakan jika penerangan dipasang di
outdoor, contohnya trotoar)

Data didapatkan dari tabel dengan menarik garis antara umur lampu
dengan jenis lampu. Tabel ditunjukkan pada Gambar 12, 13, dan 14.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 8 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

Gambar 12 Pilihan LLMF

Gambar 13 Pilihan LSF

Gambar 14 LMF untuk Armature Open Distribution

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 9 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta sistem kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan (SOP, manual))

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS


Tabel 1. Daftar Peralatan
No Nama Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
Peralatan
1 Digital Lux 2 buah
Meter
2 Meteran 5 meter 2 buah

Tabel 2. Daftar Bahan


No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Spidol 1 Pack
2 Baterai 9V 6 buah

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Helm Putih
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Masker
6. Wearpack

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 10 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

E. DESKRIPSI PERALATAN

Keterangan:
1. Opto-sensor protection cover : Penutup untuk melindungi sensor cahaya
2. Opto-sensor : Sensor cahaya
3. LCD Display Screen : Layar LCD yang menunjukkan hasil pengukuran
4. Power on/off : Tombol untuk menyalakan alat
5. Max/min : Tombol untuk menunjukkan nilai tertinggi dan terendah dari
pengukuran
6. Lux/fc : Tombol untuk mengganti satuan unit
7. Hold : Tekan singkat untuk menunjukkan data atau masuk ke mode pengukuran
kembali
Zero : Tekan selama 1 detik untuk mengkalibrasi alat
8. Rel : Tekan singkat untuk menunjukkan nilai pengukuran relative
Peak : Tekan selama 1 detik untuk menunjukkan nilai pengukuran dalam range
tertinggi
9. Ran:
- Tekan singkat untuk mengubah range dari 20.00 Lux > 200.0 Lux > 2000
Lux > 20000 Lux > 200000 Lux (atau 20.00 Fc > 200.0 Fc > 2000 Fc >
20000 Fc)
- Tekan selama 1 detik untuk keluar dari mode pemilihan range

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 11 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

F. LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN


Prosedur penggunaan digital lux meter adalah sebagai berikut :
1. Ubahlah power on/off pada posisi ”ON”
2. Kalibrasi alat dengan cara menekan tombol REL/ZERO selama 1 detik
3. Pilih range yang sesuai dengan menekan tombol RAN (20 lux, 200 lux, 2000 lux,
20000 lux, 200000 lux)
4. Pilih mode pengukuran relatif dengan menekan singkat tombol REL/PEAK
5. Pilih satuan unit lux dengan menekan tombol lux/fc
6. Sebelum melakukan pengukuran, biarkan sensor terpapar cahaya selama 2 menit.
7. Perhatikan jangan sampai bayangan operator tertangkap oleh sensor.
8. Tandai jarak antar titik pengukuran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9. Lakukan pengukuran pada titik pengukuran yang telah ditandai ( 1 titik
pengukuran dilakukan 3 kali pengukuran).
10. Catat aspek lain yang perlu diperhatikan sesuai dengan teori perhitungan tingkat
intensitas penerangan.

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum
memulai praktikum penerangan:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Jika instrument tidak digunakan dalam waktu yang lama, keluarkan baterai dari
dalam instrument karena dapat menyebabkan korosi dan masalah teknis lainnya.
5. Hindari instrument dari benturan/cairan/listrik tekanan tinggi/medan magnet yang
dapat mempengaruhi instrument elektronik.
6. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
7. Dilarang memodifikasi/membuka casing/melakukan reparasi tanpa ijin teknisi.

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
- Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
- Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan peraturan yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang syarat
penerangan di tempat kerja, serta berikan contoh salah satu aturannya!
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 12 of 16
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

2. Suatu ruangan kerja dengan ukuran 10 x 20 m dengan tinggi 5 m diberi


penerangan dengan jenis lampu 2 x TL 40 W. Bila tiap armature
memberikan 2 x 3000 lumen. Tentukan jumlah armature yang diperlukan
dan gambarkan denahnya!
Keterangan:
• Bidang kerja 0,85 m dari lantai
• Faktor refleksi adalah rp = 0,7 rw = 0,5 rm = 0,1
• Faktor depresiasi = 0,7
• Pekerjaan yang dilakukan adalah menjahit
• Rendemen/efisiensi armature adalah penerangan langsung

B. Pengambilan Data
SURVEI PENERANGAN
A. Gambaran Umum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Survei dilakukan pada : …………………………………………………….
Keadaan Cuaca : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….

B. Karakteristik Tempat Kerja


1. Identifikasi tempat/ruang kerja
Panjang : …………………………………………………….
Lebar : …………………………………………………….
Tinggi : …………………………………………………….

2. Gambaran dinding, langit-langit, dan lantai tempat kerja


Gambaran Bahan Warna Texture Keadaan Permukaan
Bersih Sedang Kotor
Dinding
Langit-
langit
Permukaan
kerja
Lantai

Jenis lampu : …………………………………………….


Jumlah lampu per armature : …………………………………………….
Jumlah armature : …………………………………………….
Keadaan armature : …………………………………………….

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 13 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

Gambar layout armature

Uraikan tentang kondisi ruangan :


……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….

C. Informasi Penting Lainnya


1. Berapakah jumlah lampu yang telah rusak?
2. Apakah ditemukan sumber kesilauan pada tempat kerja?
3. Apakah penataan meja kerja sesuai dengan penerangan eksisting?

D. Tabel Data Hasil Pengukuran


No. Titik Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Rata-
Pengukuran (Lux) (Lux) (Lux) rata
(Lux)
1
2
3
4
5
6
7

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 14 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

E. Gambar Layout Ruangan

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang perhitungan serta analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Menentukan titik pengukuran.
2. Menyimpulkan data pengukuran intensitas penerangan pada ruangan yang dipilih.
3. Menganalisis apakah intensitas penerangan ruangan tersebut telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
4. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan kualitas intensitas penerangan di
ruangan tersebut.

K. ASSESSMENT

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 15 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG


Nama Skema: Ahli K3 Muda
Unit Kompetensi:
- Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan Persyaratan Lainnya
- Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan Identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari pekerjaan atau
lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

M. REFERENSI
BNSP. (2001). SNI 03-6575-2001 tentang Tata cara perancangan sistem
pencahayaan buatan pada sistem gedung . Jakarta: BNSP.

BNSP. (2004). SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di


tempat kerja. Jakarta: BNSP.

Indriati, M. (2016). Pencahayaan (Lighting). Jakarta: Universitas Gunadarma.

RI, K. K. (2002). Kepmenkes No 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Santiasih, Indri & Handoko, Lukman. 2012. Modul Praktikum Pengukuran


Lingkungan Kerja. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Wibiyanti, P. I. (2008). Kajian Pencahayaan pada Industri Kecil Pakaian Jadi dan
Pembuatan Tas di Perkampungan Idnustri Kecil, Penggilingan Jakarta.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 16 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.003
PENERANGAN
IKLIM KERJA

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 17 of 16


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M. Kom.
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

A. TEORI
Iklim kerja adalah faktor-faktor thermis dalam lingkungan kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara
36oC – 37oC dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi,
dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme
dalam tubuh, membuat suhu tetap stabil.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah suhu


panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh adanya angin,
kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara diluar ruangan. Apabila tubuh tidak
mampu beradaptasi dengan suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan.
Tekanan panas (heat stress) ialah pengaruh suhu luar tubuh yang dapat menimbulkan
kenaikan suhu tubuh. Kenaikan suhu tubuh disebabkan karena terganggunya sistem
pengaturan keseimbangan suhu dalam tubuh. Suhu kulit meningkat disertai pelebaran
pembuluh darah (dalam jangka waktu lama mengakibatkan terganggunya peredaran
darah ke organ-organ penting). Keluarnya keringat dalam jumlah besar untuk
menetralisir peningkatan suhu pada kulit. Keringat keluar terlalu banyak sehingga
kelenjar keringat tidak mampu berproduksi. Terganggunya sistem pengaturan tubuh
secara keseluruhan dapat menimbulkan heat stroke.

Parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara
suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola, yaitu:
1. Temperature suhu kering, ( oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun hasil
pembacaan tidak terlalu tepat karena ada pengaruh radiasi panas, kecuali jika
sensornya mendapat ventilasi yang baik
2. Temperature suhu basah, (oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain / kapas untuk
menghilangkan pengaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara yang
melewati sensor minimal 5 m/s
3. Kelembaban relatif, (%)
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang ada di
dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada temperature yang sama

Setelah pembacaan suhu kering dan suhu basah dilakukan, nilai pembacaan digunakan
untuk mencari nilai kelembaban relatif (relative humidity/RH) pada psychometric
chart/diagram psikrometri, kemudian bandingkan dengan rumus untuk menghitung
indeks suhu bola basah (ISBB).

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 1 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

Gambar 1. Diagram Psikometri


Sumber: www.psycometric_chart.com

Perhitungan ISBB merujuk pada SNI 16-7061-2004 mengenai pengukuran iklim kerja
(panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola, dimana penentuan NAB iklim
kerja pada SNI ini mengacu pada Permenaker Kep 51.Men/1999 tentang NAB Iklim
Kerja ISBB yang diperkenankan, yaitu:

a) Rumus Dasar ISBB. Ada 2 rumus perhitungan ISBB, yaitu:


1. Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu
tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung.

ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu
kering
2. Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari

ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.3 suhu bola

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 2 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

b) Rumus yang dikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi kerja.


Dalam hal pemaparan ISBB yang berbeda-beda karena lokasi kerja yang
berpindah pindah menurut waktu, maka berlaku ISBB rata-rata dengan rumus
sebagai berikut:

ISBB rata-rata =

Hasil perhitungan ISBB berdasarkan rumus diatas, dianalisis dengan menggunakan


Tabel 1 Lampiran Kep-51.Men/1999 tentang NAB Iklim Kerja ISBB yang diperkenankan,
untuk menentukan NAB iklim kerja berdasarkan kategori beban kerja yang diterima.

Tabel 1. Lampiran Permenaker Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai


Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
ISBB (0C)
Pengaturan waktu kerja setiap jam Beban kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31.0 28.0 -
50% - 75% 31.0 29.0 27.5
25% - 50% 32.0 30.0 29.0
0 - 25% 32.2 31.1 30.5

Catatan :
• Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
• Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
• Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta system kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan
menggunakanpanduan (SOP, manual)

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 3 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS


Tabel 2. Daftar Peralatan
No Nama Peralatan Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Wet Bulb Globe Questtemp Heat 1 buah
Temperature stress monitor
(WBGT model 32
instrument)
2 Meteran 5 meter 2 Buah

Tabel 3. Daftar Bahan Habis


No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Spidol 1 pack
2 BateraiAAA 6 buah
3 Aquadest 50 mL

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Safety helmet
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Masker

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 4 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

E. DESKRIPSI PERALATAN
1 2

7
4

Gambar 2. Wet Bulb Globe Temperature Instrument


(Questtemp heat stress monitor model 32 series)
Sumber: Manual book Questtemp Heat stress monitor model 32

Keterangan:
1. Sensor suhu radiasi
2. Sensor suhu basah
3. Sensor suhu kering
4. Tombol naik (untuk melihat data sebelumnya)
5. Tombol turun (untuk melihat data setelahnya)
6. Layar tampilan (display)
7. Tombol I/O enter
8. Tombol run/stop

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 5 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

F. LANGKAH KERJAPENGOPERASIAN/PENGERJAAN
1. Tekan tombol I/O enter untuk menyalakan, maka akan muncul menu sebagai
berikut:

Tanda panah menunjukkan opsi menu yang dipilih.


2. Tekan I/O enter untuk memilih opsi lain.
3. Tekan I/O enter untuk melihat hasil pengukuran
4. Tekan tombol naik/turun untuk melihat hasil pengukuran sebelumnya/
sesudahnya
5. Untuk menampilkan bahasa yang berbeda, maka diarahkan pada menu utama set-
up, kemudian tekan tombol naik/turun untuk memilih bahasa yang diinginkan.
6. Untuk kembali pada menu utama, tekan tombol run/stop.

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum memulai
praktikum getaran pada manusia:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Jika instrument tidak digunakan dalam waktu yang lama, keluarkan baterai dari
dalam instrument karena dapat menyebabkan korosi dan masalah teknis lainnya.
5. Hindari instrument dari benturan/ cairan/ listrik tekanan tinggi/ medan magnet
yang dapat mempengaruhi instrument elektronik.
6. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
7. Dilarang memodifikasi/ membuka casing/ melakukan reparasi tanpa ijin teknisi.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 6 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium/ bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

I. LEMBAR KERJA
A. TugasPendahuluan
1. Jelaskan efek dari iklim kerja yang tidak sesuai dengan kapasitas manusia,
dari segi kesehatan!
2. Apabila diketahui suhu basah = 28 OC, dan suhu kering = 29 OC tentukan
Kelembaban relative
3. Hasil pengukuran lingkungan kerja sebagai berikut :

Suhu Suhu Suhu


Titik WBGT
Basah Kering Bola Rh (%) Keterangan
Pengukuran (ISBB) (0C)
(0C) (0C) (0C)
1 34 36 39 ............... ............ outdoor
2 30 35 38 ............... ............ outdoor
3 32 33 37 ............... ............ outdoor
4 22 25 26 ............... ............ indoor

Beban kerja pekerja tercantum dalam tabel dibawah ini :


Beban kerja kategori
Berjalan sedang
Berdiri ringan
Berjalan Mendaki berat
Kerja dengan 2 lengan ringan

Tentukan :
a. Kebutuhan kalori/jam
b. Pengaturan waktu kerja
c. Rekomendasi yang harus dilakukan

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 7 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

B. Pengambilan Data

SURVEI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM/ BENGKEL

A. GambaranUmum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….

Nama pekerja/mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/ alat yang digunakan):


1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………………………………..
4. …………………………………..
5. …………………………………..

B. Karakteristik Kegiatan Kerja


1. Identifikasi Mahasiswa/ Pekerja
Nama : …………………………………………………….
JenisKelamin : …………………………………………………….
Umur : …………………………………………………….
Berat Badan : …………………………………………………….

2. Gambarankegiatankerja
No. KegiatanKerja Peralatan yang DurasiKerja
digunakan (menit)

C. Informasi Penting Lainnya


1. Apakah alat dalam keadaan baik/ rusak?
2. Apakah alat sudah terkalibrasi?

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 8 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

D. Tabel Data Hasil Pengukuran

RH (%) (ISBB) (oC)


Titik Suhu Suhu Suhu Psych Psych
% Error
Pengukura Basah Kering Bola ometri Alat ometri Alat
Alat
n (0C) (0C) (0C) c c
Chart Chart

E. Gambar Layout Ruangan

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 9 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang perhitungan serta analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Pengolahan dan analisis data ISBB di laboratorium/ bengkel tempat pengambilan
data.
2. Menentukan apakah kondisi tersebut aman sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Menentukan rekomendasi perbaikan jika kondisi tersebut tidak aman sesuai
dengan hirarki pengendalian bahaya.

K. ASSESSMENT

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG

Nama Skema:Ahli K3 Muda

Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3

Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 10 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA

M. REFERENSI

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun


2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat
Kerja
Quest., 2018., Heat Stress Monitor Model 32 User Manual. USA
Santiasih, I., Handoko, L. 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
SNI 16-7063-2004 tentang Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan
dan Radiasi Ultra Ungu di Tempat Kerja

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 11 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0004
IKLIM KERJA
HUMAN VIBRATION

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 12 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

A. TEORI
1.1 Definisi Getaran
Getaran adalah Gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
yang bolak-balik dari kedudukan kesetimbangannya (RI, 2018). Setiap benda
yang memiliki massa dan elastisitas dapat mampu bergetar, jadi kebanyakan
mesin dan struktur rekayasa mengalami getaran sampai derajat tertentu dan
rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya (Widowati,
2015). Getaran merupakan salah satu faktor fisika yang ada di lingkungan kerja
yang berasal dari peralatan ataupun mesin yang memiliki motor penggerak.
Getaran atau vibrasi adalah suatu factor yang menjalar ke tubuh manusia, mulai
dari tangan sampai ke seluruh tubuh akibat getaran peralatan mekanis yang
digunakan dalam tempat kerja (Mardhatilla, 2016). Pajann vibrasi pada seluruh
tubuh dapat dibagi menjadi :
a. Vibrasi frekuensi rendah, contohnya peralatan transportasi darat (bus, truk,
kereta api)
b. Vibrasi frekuensi tinggi, contohnya mesin industry, alat-alat berat (forklift,
tractor, derek), peralatan transportasi udara/laut (helicopter dan kapal laut)
c. Vibrasi tidak beraturan, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan
yang tidak rata/berlubang

1.2 Jenis-jenis Getaran


Getaran dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu getaran mekanis dan
getaran non mekanis. Getaran mekanis adalah getaran suatu benda yang
mengalami pergeseran linear atau pergeseran sudut. Contoh dari getaran mekanis
adalah pegas, getaran pada bandul, getaran senar gitar, getaran zat atom pada zat
padat. Sedangkan getaran non mekanis adalah suatu getaran yang melibatkan
adanya perubahan pada besaran fisika. Contoh dari getaran non mekanis adalah
medan listrik dan medan magnet.
Getaran mekanis adalah salah satu factor fisika berbahaya yang
disebabkan oleh peralatan ataupun mesin yang sedang beroperasi di tempat kerja
(Candra, 2015). Getaran mekanis dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
1. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)
Getaran seluruh tubuh adalah pemaparan seluruh tubuh terhadap getaran, pada
saat pekerja sedang berdiri, atau getaran yang dirasakan saat pekerja duduk.
Getaran mekanis biasanya mempunyai frekuensi sebesar 5-20 Hz.
2. Getaran pada bagian tubuh tertentu (partial body vibration)
Getaran pada bagian tubuh tertentu adalah getaran yang terjadi pada bagian-
bagian tubuh tertentu seperti tangan atau kaki yang berkontak dengan
permukaan yang sedang bergetar. Contoh getaran mekanis yang termasuk
getaran pada bagian tubuh tertentu adalah pekerja yang sedang memakai
gergaji listrik (getaran pada tangan).

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 1 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

1.3 Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis


Untuk mengetahui apakah pada suatu tempat yang menghasilkan getaran
mekanis dapat menyebabkan gangguan kesehatan ataupun penyakit akibat kerja,
maka nilai ambang batas harus diketahui. Permenaker No 05 Tahun 2018
memuat tentang nilai ambang batas getaran mekanis, antara lain :
Table 1 Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemaparan Tangan dan Lengan
Jumlah waktu pajanan per hari kerja Nilai ambang batas (m/det2)
(jam)
6 jam sampai dengan 8 jam 5
4 jam dan kurang dari 6 jam 6
2 jam dan kurang dari 4 jam 7
1 jam dan kurang dari 2 jam 10
0,5 jam dan kurang dari 1 jam 14
Kurang dari 0,5 jam 20
Sumber : Permenaker No 05, 2018
Table 2 Nilai Ambang Batas Getaran Pemaparan Seluruh Tubuh
Jumlah waktu pajanan per hari kerja Nilai ambang batas (m/det2)
(jam)
0.5 3,4644
1 2,4497
2 1,7322
4 1,2249
8 0,8661
Sumber : Permenaker No 05, 2018

B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta sistem kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan (SOP, manual))

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 2 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS


Tabel 1. Daftar Peralatan
No Nama Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
Peralatan
1 Human HVM – 100 1 buah
Vibration ALL - 40
Meter
2 Meteran 5 meter 2 buah

Tabel 2. Daftar Bahan


No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Spidol 1 Pack
2 Baterai AAA 6 buah
3 Earplug 30 buah
4 Masker 30 buah

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Helm Putih
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Masker

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 3 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

E. DESKRIPSI PERALATAN

Keterangan:
1. Tombol Navigasi Panah : menggerakkan kursor dan memilih pilihan fungsi dan
menu
2. Tombol Checklist (OK) : konfirmasi pilihan menu dan fungsi yang dipilih
3. Tombol On/off : menyalakan dan mematikan alat
4. Tombol Setup : masuk ke menu pengaturan untuk mengatur berbagai fungsi dan
fitur alat
5. Tombol Store : menyimpan data pengukuran dan menyimpan pengaturan dalam
menu setup
6. Tombol History : melihat kembali data yang sudah tersimpan
7. Tombol Data : melihat keseluruhan data pengukuran
8. Tombol Run : menjalankan pengukuran
9. Tombol Recall : membuka data, pengaturan, hasil pengukuran yang tersimpan
10. Tombol Print : menjalankan fungsi mencetak (print)
11. Tombol Reset : menghapus data atau pengaturan
12. Tombol Range : mengatur sinyal input pengukuran
13. Tombol Tools : mengatur berbagai fungsi lainnya

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 4 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

F. LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN


Prosedur penggunaan human vibration meter adalah sebagai berikut :
1. Ubahlah power on/off pada posisi ”ON”
2. Tekan tombol setup untuk masuk ke menu pengaturan
3. Pilih menu Operating Mode
4. Pilih mode yang sesuai dengan aplikasi pengukuran :
5. Sambungkan sensor vibration pada alat di bagian input connector. Pastikan arah
dan pin nya sesuai dengan konektor. Pasang dengan perlahan-lahan.
6. Pasangka sensor pada subjek yang ingin diukur dampak getarannya, misalnya
pekerja yang menggunakan alat berat.
7. Tekan tombol Run untuk menjalankan pengukuran, layar akan menampilkan nilai
pengukuran getaran yang dibaca oleh sensor.
8. Dalam sesi pengukuran terdapat beberapa simbol yang dapat muncul pada layar
Simbol pada layar Keterangan
■ Indikator pengukuran sedang berlangsung. Juga
menjadi indikator sinyal yang dibaca oleh alat
? Indikator under range, menandakan nilai pengukuran
berada dibawah rentang ukur
| Indikator stop, menandakan pengukuran sedang tidak
berjalan
* Indikator over range, menandakan nilai pengukuran
berada melebihi rentang ukur
! Indikator ketika terdapat masalah teknis/error pada
pengukuran

9. Lihat hasil/data pengukuran


Arms 0:00:01
.01900 m/s2 FaZ
Keterangan :
- Huruf A, menunjukkan integrasi yang diterapkan dalam pengukuran. A =
acceleration
- rms, menunjukkan tampilan jenis pengukuran yang digunakan (rms/peak)
- 0:00:01, menunjukkan durasi waktu lamanya pengukuran yang dilakukan
- .01900, menunjukkan nilai pengukuran getaran yang dibaca oleh sensor
getaran
- m/s2, menunjukkan satuan pengukuran getaran
- Huruf F, menunjukkan pengukuran frekuensi
- Huruf aZ, menunjukkan channel
10. Gunakan tombol navigasi panah untuk melihat data histori pengukuran lainnya.
11. Tombol data digunakan untuk melihat secara keseluruhan data yang direkam
oleh alat.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 5 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

Tabel 3 Keterangan Tampilan pada Layar


Tampilan pada layar Keterangan
Process batch 03 19:34 03 Menampilkan waktu dan tanggal, pengaturan recall terakhir, atau
Oct 99 nama file data, yang sudah ada atau yang baru
Arms 10 sec Menampilkan detector dan rata-rata waktu (A = percepatan) dan
3.5700 m/s2 FaZ rms level, satuan, pembobotan frekuensi dan channel
Amin .0000 Menampilkan level minimum (Amin) dan level maksimum
Amax .01430 FaZ (Amax). Pembobotan frekuensi dan saluran
Peak .04780 Menampilkan level Peak dan level maksimum jangka Panjang
Amp .09550 FaZ (long term maximum peak level). Pembobotan frekuensi dan
channel.
Aeq 0:00:01 03 1.5000 Menampilkn nilai rata-rata jangka panjang (long term average)
m/s2 FaZ yang berjalan sejak sesi pengukuran dan rata-rata waktu
(averaging time). Nilai, unit, bobot frekuensi dan channel

Tabel 4 Keterangan Tampilan pada Layar (Hand Arm Vibration)


Keterangan
Tampilan pada layar
(Hand Arm Mode)
A (1) .00104 Menampilkan tingkat Ekuivalen Energi rata-rata selama waktu
A (2) .00073 FaZ berjalan 1,2,4, dan 8 mengacu pada durasi pengukuran dalam jam
A (8) adalah tingkat ekuivalen energi yang diproyeksikan lebih
dari 8 jam
A (4) .00052 Menampilkan frekuensi tertimbang dan informasi channel
A (8) .00036 FaZ
A (8) Exposure Menunjukkan waktu paparan yang diizinkan berdasarkan pada
nilai A (8) yang terukur dan tingkat kriteria 2.8 m/s2
PE 0:00:00 | Tampilan untuk Mode Hand Arm sebelum mengambil
: (8) : ∑ pengukuran. Ini akan muncul sebelum melakukan pengukuran.
Tampilan axis secara otomatis akan berubah menjadi jumlah
(sigma). Indikator bar di kanan atas menunjukkan bahwa
pengukuran sedang berhenti
PE 0:00:53 ■ Saat melakukan pengukuran, tampilan ini akan muncul. Waktu
: 2(8) : 878 pengukuran akan muncul di baris atas, jumlah nilai pengukuran
yang terakumulasi selama periode pengujian ditampilkan di kiri
bawah (angka 2) dan nilai pengukuran setara 8 jam juga
ditampilkan di bagian bawah (angka 8)
PE 0:01:00 | Ketika pengukuran selesai, akan muncul tampilan ini. Simbol bar
: 2(8) : 878 ∑ di kanan atas berubah menjadi indikator “berhenti”

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 6 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

Tabel 5 Keterangan Tampilan pada Layar (Whole Arm Vibration)


Tampilan pada layar Keterangan
(Whole Arm Mode)
PE 0:00:00 | Tampilan ini adalah tampilan untuk mode seluruh tubuh (whole
: (8) : ∑ body) sebelum melakukan pengukuran. Tampilan axis secara
otomatis berubah menjadi ke jumlah (sigma). Bar di kanan atas
menunjukkan bahwa pengukuran sedang berhenti.
PE 0:00:53 ■ Saat melakukan pengukuran, tampilan ini akan muncul. Waktu
: 2(8) : 878 pengukuran akan muncul di baris atas, jumlah nilai pengukuran
yang terakumulasi selama periode pengujian ditampilkan di kiri
bawah (angka 2) dan nilai pengukuran setara 8 jam juga
ditampilkan di bagian bawah (angka 8)
VDV 0:00:00 Nilai dan Vibration Dose Value ditampilkan pada baris pertama.
2.9700 m/s7/4 WbZ Nilai, unit, bobot frekuensi, dan saluran ditampilkan pada baris
kedua
CF 20.3 dB Short Term Crest Faktor ditunjukkan pada baris pertama, faktor
CFmp 21.0 dB WbZ Long Term Crest ditunjukkan pada baris kedua. Selain itu juga
ditampilkan Frequency Weighting dan saluran frekuensi

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum memulai
praktikum getaran pada manusia:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Jika instrument tidak digunakan dalam waktu yang lama, keluarkan baterai dari
dalam instrument karena dapat menyebabkan korosi dan masalah teknis lainnya.
5. Hindari instrument dari benturan/cairan/listrik tekanan tinggi/medan magnet yang
dapat mempengaruhi instrument elektronik.
6. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
7. Dilarang memodifikasi/membuka casing/melakukan reparasi tanpa ijin teknisi.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 7 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
2. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Berikan contoh kecelakaan/penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
getaran mekanis pada alat (Hand arm vibration dan whole body vibration)
2. Apa yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis berlebihan pada
mesin/alat?
3. Jika seorang bekerja menggunakan gerinda tangan dan paparan getaran yang
diterima selama 4 jam bekerja adalah 8 m/s2. Apakah keadaan tersebut aman
berdasarkan standar yang berlaku? Rekomendasi apa yang dapat Anda
berikan?

B. Pengambilan Data
SURVEI PAPARAN GETARAN PADA TUBUH MANUSIA
A. Gambaran Umum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….

Nama pekerja/mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/alat yang


digunakan):
1. …………………………………..
2. …………………………………..
3. …………………………………..
4. …………………………………..
5. …………………………………..

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 8 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

B. Karakteristik Kegiatan Kerja


1. Identifikasi Mahasiswa/Pekerja
Nama : …………………………………………………….
Jenis Kelamin : …………………………………………………….
Umur : …………………………………………………….
Berat Badan : …………………………………………………….
2. Gambaran kegiatan kerja
No. Kegiatan Kerja Peralatan yang digunakan Durasi Kerja
(menit)

C. Informasi Penting Lainnya


1. Apakah alat dalam keadaan baik/rusak?
2. Apakah paparan getaran yang diterima tubuh hanya meliputi
tangan/lengan atau seluruh tubuh?
3. Apakah mahasiswa/pekerja yang diukur telah makan sebelumnya?

D. Tabel Data Hasil Pengukuran


No. Subjek Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Rata-
Pengukuran (m/s2) (m/s2) (m/s2) rata
(m/s2)
1
2
3
4
5

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 9 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

E. Gambar Layout Ruangan

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang perhitungan serta analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Menganalisa pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa/pekerja
beserta alat yang digunakan.
2. Menentukan apakah kondisi tersebut aman sesuai dengan peraturan yang berlaku
3. Menentukan rekomendasi perbaikan jika kondisi tersebut tidak aman sesuai
dengan hirarki pengendalian bahaya.

K. ASSESSMENT

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 10 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG


Nama Skema: Ahli K3 Muda
Unit Kompetensi:
1. 1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan Persyaratan Lainnya
2. 2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan risiko K3
Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan Identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari pekerjaan atau
lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

M. REFERENSI

Candra, F. (2015). Hubungan Lama Paparan Getaran Tangan dengan Keluhan Kesehatan
pada Pekerja Cukur Rambut di Kelurahan Padang Bulan . Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Mardhatilla, I. (2016). Hubungan Karakteristik Individu dengan Keluhan WMSDs pada


Masinis Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat . Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Plus, Indo Tekno. 2019. Buku Petunjuk Penggunaan HVM-100-All-40. Jakarta :


Indonesia

RI, K. T. (2018). Permenaker No 05 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Lingkungan Kerja. Jakarta, Indonesia.

Santiasih, Indri & Handoko, Lukman. 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan
Kerja. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Widowati, R. (2015). Aplikasi Modern Wavecom pada Sistem Pendeteksi Getaran


Bangunan Bertingkat via SMS. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 11 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0005
HUMAN VIBRATION
VENTILASI

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page: 12 of 11


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT. 03
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

A. TEORI
Ventilasi Adalah proses pertukaran udara dengan cara pengeluaran udara
terkontaminasi dari suatu ruang kerja, melalui saluran buang, dan pemasukan udara
segar melalui saluran masuk. Menurut SNI 03-6572-2001, ventilasi merupakan proses
untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan.
Tujuan dari adanya ventilasi menurut SNI 03-6572-2001 adalah :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c. Menghilangkan kalor yang berlebihan.
d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Sistem ventilasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Ventilasi alam / natural, sistem supply udara (Intake Air) dan sistem pengeluaran
udara (Exhaust Air) keduanya menggunakan aliran udara alami, yaitu dengan
membuat bukaan atau opening sehingga udara dapat mengalir dengan sendirinya.

Gambar 1. Sistem Ventilasi Natural


b. Ventilasi mekanikal, sistem Intake air dan Exhaust Air, menggunakan bantuan Fan,
Kelebihan sistem ini kita dapat mengkondisikan sesuai dengan kebutuhan, supply
udara yang bersih dengan penggunaan filter.

Gambar 2. Sistem Ventilasi Mekanikal


Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 1 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

c. Ventilasi kombinasi, sistem ini mengkombinasikan antara sistem Ventilation Natural


dan Ventilation Mekanikal.

Gambar 3. Sistem Ventilasi Kombinasi


Data yang diperlukan untuk menentukan kapasitas Ventilasi adalah :
a. Mengetahui fungsi ruangan
b. Mengetahui volume ruangan ( Panjang x Lebar x Tinggi ruangan)
c. Menentukan berapa kali per jam sirkulasi udara yang kita inginkan
d. Setelah didapatkan kapasitasnya, menentukan kapasitas fan yang sesuai dan berapa
ukuran bukaan (opening) yang dibutuhkan.
Rumus Penentuan Ventilasi Umum
Beberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran ventilasi
umum adalah :
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
general ventilati on rate
= ............... kali
luas ruangan x tinggi ruangan

b. Waktu setiap pergantian udara


volume ruangan
= ............... menit
ventilati on rate
c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
general ventilati on rate
= ............... cmm/m2
luas daerah lantai
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
general ventilati on rate
= ............... cmm/orang
jumlah pekerja

Keterangan : cmm adalah satuan udara meter kubik per menit

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 2 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

B. KATEGORI ALAT
1. Alat Ukur
2. Peralatan kategori 1
- Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya mudah,
- Risiko penggunaan rendah,
- Akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
- System kerja sederhana (pengoperasiannya cukup dengan panduan SOP / manual)

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS


Tabel 1. Daftar Peralatan
No Nama Peralatan Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Anemometer Air velocity range : 0.4 ~ 1 buah
30 m/s
Accuracy : ±3%
Operating temp : -20°C ~
60°C
Dimension (mm) : 158 x 62
x 32
Weight (kg) : 0.292
Tabel 2. Daftar Bahan Habis
No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Ballpoint 1 buah
2 Baterai 9V 1 buah
3 Kertas 5 lembar

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Masker
2. Safety Shoes
3. Wearpack

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 3 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

E. DESKRIPSI PERALATAN

Gambar 2. Anemometer
Sumber: User’s Manual Professional Anemometer

Keterangan:
1. Sensor air velocity
2. LCD
3. Pilihan unit temperatur
4. Tombol Max / MIN / HOLD
5. Pilihan unit velocity
6. Tombol AVG / Backlight
7. On / Off
8. Battery cover
F. LANGKAH KERJA PENGOPERASIAN/PENGERJAAN
1. Masukan battery dan nyalakan anemometer dengan menekan tombol On/Off
(no.7 pada gambar).
2. Pilih unit velocity (satuan kecepatan angin) dengan menekan tombol UNITS
(no.5 pada gambar)
3. Pilih unit temperatur (Celcius atau Farenheit) dengan menekan tombol °C/°F
(no.3 pada gambar)
4. Masukkan luasan area / ruang (cm2, m2 atau ft2), tekan UNITS hingga pilihan yang
diinginkan tampildi LCD. Untuk menaikan besaran data tekan MAX/MIN, dan
untuk menurunkan besaran data tekan UNITS. Air Volume akan tampil x100,
artinya data yang tampil dikali 100.
5. Arahkan sensor ke ventilasi yang akan diukur. Tekan HOLD untuk menahan data
agar tidak berubah.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 4 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

6. Jika selesai, matikan anemometer dengan menekan tombol On/Off, kemudian lepas
battrey.

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum memulai
praktikum kebisingan lingkungan adalah:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Jika instrument tidak digunakan dalam waktu yang lama, keluarkan baterai dari
dalam instrument karena dapat menyebabkan korosi dan masalah teknis lainnya.
5. Hindari instrument dari benturan / cairan / listrik tekanan tinggi / medan magnet
yang dapat mempengaruhi instrument elektronik.
6. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
7. Dilarang memodifikasi / membuka casing / melakukan reparasi tanpa ijin teknisi.

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium / bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

I. LEMBAR KERJA
A. Tugas Pendahuluan
1. Apa yang di maksud dengan velocity, acceleration dan displacement ?
2. Mengapa ventilasi sangat penting diperhatikan ?
3. Kapan ventilasi natural, mekanikan dan kombinasi harus diterapkan ? Jelaskan !
4. Bagaimana penerapan ventilasi untuk ruang yang tidak akses ke udara bebas ?
B. Pengambilan Data

SURVEI VENTILASI DI LABORATORIUM / BENGKEL

Gambaran Umum
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:
31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 5 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

Data hasil pengukuran


Vol.
Waktu tiap Aliran
Ruangan
P L T Jmlh Pergantian
pergantian Udara per
Udara
(m) (m) (m) Orang Udara perjam per
udara luas area
orang

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang hasil pengukuran, analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Pergantian udara perjam, waktu setiap pergantian udara,aliran udara per unit luas
area dan volume udara tiap orang berdasarkan hasil pengukuran.
2. Rancangan ruangan dengan sistem ventilasi umum, untuk memenuhi persyaratan
K3. Rancangan dilakukan terhadap semua ruangan yang dianalisa.

K. ASSESSMENT

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG


Nama Skema: Ahli K3 Muda

Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3

Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 6 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER

M. REFERENSI
Badan Standar Nasional, 2001, Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung, SNI 03-6572-2001, Standar
Nasional Indonesia
Santiasih, I., Handoko, L., 2012. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja.
Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Suma’mur, P. K., 1995. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 7 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.006
VENTILASI : ANEMOMETER
PARTIKULAT

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: Page:


31-10-2019 Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T Arief Subekti, S.T., M.MT. 8 of 7
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

A. TEORI

Partikulat atau particulate matter (PM) adalah kombinasi kompleks dari partikel
padat dan aerosol di udara. Partikulat terdiri dari beberapa komponen seperti asam (nitrat
dan sulfat), unsur kimia organik, logam, debu tanah (Mogireddy, 2011) dan spora jamur
(Araújo-Martins et al., 2014; Woodson, 2012). Partikulat di dalam ruangan berasal dari
penetrasi partikulat dari luar ruangan maupun partikulat yang memang terbentuk di
dalam ruangan baik dari emisi langsung proses produksi dan aktivitas di dalam ruangan
yang menghasilkan partikulat (partikulat primer) maupun dari reaksi kimia gas precursor
(partikulat sekunder).

Diameter aerodinamis merupakan salah satu criteria utama untuk


menggambarkan kemampuan transportasi partikulat di atmosfer. dan/atau kemampuan
partikulat terhirup melalui system respirasi organisme (Esworthy, 2013). Environmetal
Protection Agency (EPA) telah mengkategorikan partikel menjadi 2 berdasarkan prediksi
kemampuan kapasitas penetrasi kedalam paru-paru yaitu 1) partikulat kasar (PM10)
dengan diameter aerodinamis 10 m; dan 2) partikulat halus dengan diameter
aerodinamis 2,5 m (Esworthy, 2013). Partikulat dapat berasal dari sumber yang sangat
luas antara lain debu jalan, debu pertanian, dari sector konstruksi, river bed, pekerjaan
pertambangan dan sebagainya (Juda-Rezler et al., 2011). Hal umum yang digunakan
untuk membedakan partikulat halus (PM2,5) dan partikulat kasar (PM10) dijelaskan pada
Tabel 1. Partikel halus dengan diameter kurang dari 0,1 μm dikategorikan sebagai
partikel sangat halus (PM0,1). Gambar 1 menunjukkan perbandingan ukuran antara
(PM2,5) dan (PM10) terhadap rata-rata diameter rambut manusia (~70 μm) dan pasir
pantai halus (~90 μm). Sumber partikulat berasal dari emisi langsung ke udara atau hasil
konversi dari gas precursor (seperti sulfur dioxide, oxide nitrogen, ammonia dan
senyawa organic volatile non methane) yang dilepaskan dari aktifitas antropogenik dan
aktifitas natural (Atkinson et al., 2010).

Sumber antropogenik misalnya pembakaran di industri dan aktifitas pertanian,


erosi dan abrasi rem dan ban mobil/motor (Srimuruganandam and Nagendra, 2012).
Partikel inorganic dari proses penghancuran material mengandung silicon (Si), aluminum
(Al), potassium (K), sodium (Na), and calcium (Ca) (Lindbom et al., 2006), sedangkan
partikel dari ban dan rem kendaraan mengandung logam seperti copper (Cu), antimony
(Sb), lead (Pb), cadmium (Cd), dan zinc (Zn) (Hjortenkrans et al., 2006). Mengingat
ukurannya yang kecil, partikulat halus tersuspensi di udara dalam jangka waktu yang
lama (mingguan atau bulanan) dan dapat ditransportasikan ratusan (atau bahkan ribuan)
kilometer (Johansson et al., 2007).

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 1 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Tabel 1. Perbedaan Dasar Partikulat berdasarkan Ukuran Partikel


Karakteristik Partikulat kasar (PM10) Partikulat halus (PM2,5) Referensi
Diameter < 10 m < 2,5 m Atkinson et al.
(2010)
Komposisi Sulfate, SO2−4; nitrate, Debu resuspended, debu Cheung et al.
NO−3; ammonium, NH+4; tanah, debu jalan; batubara (2011)
hydrogen ion, H+ ; dan flyash minyak; metal
elemental carbon, C; oxides dari Si, Al,Mg, Ti,
organic compounds; PAH; Fe, CaCO3, NaCl, garam
metals, Pb, Cd, laut; benangsari, spora
V, Ni, Cu, Zn; partikel yang jamur, dan bagian tanaman.
berikatan dengan air; dan
biogenik organik.
Sumber Pembakaran batubara, Resuspensi dari tanah Srimuruganandam
minyak, gasoline, menjasi jalan, suspensi dari and Nagendra
transformasi produk NOx, pertanian, pertambangan, (2012)
SO2 dan organik termasuk resuspensi debu industry,
biogenic organic misalnya konstruksi, batubara dan
terpene, proses temperature pembakaran minyak dan
tinggi, peleburan, smelter ocean spray.
dan steel mills.
Lifetime Harian sampai dengan Menit sampai dengan jam Cheung et al.
mingguan (2011)

Jarak Tempuh 100 sampai 1000 1 sampai 10 Srimuruganandam


(km) and Nagendra
(2012)

Partikulat telah lama diketahui memberikan dampak buruk terhadap kesehatan untuk
diameter < 10 μm. Partikel ini akan masuk ke dalam sistem pernafasan dari saluran
hidung sampai dengan bagian dalam paru-paru yaitu alveoli karena kemampuan
penetrasi yang besar (Londahl et al., 2007). Partikel antara 5 μm sampai dengan 10 μm
akan terdeposit pada tracheobronchial, sedangkan diameter 1 - 5 μm akan terdeposit pada
bronchioles dan alveoli (tempat dimana terjadi pertukaran gas) (Gambar 2) (Londahl et
al., 2006). Partikel ini akan mempengaruhi pertukaran gas didalam paru-paru dan masuk
ke paru-paru. Pada akhirnya, partikel ini akan masuk ke dalam aliran darah yang akan
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius (Fu et al., 2011). Partikel yang lebih kecil
dari 1 m akan berperilaku mirip dengan molekul gas dan akan masuk ke alveoli
(deposisi partikel dipengaruhi oleh gaya difusi) dan dapat berpindah masuk ke dalam
jaringan sel dan/atau system sirkulasi darah (Valavanidis et al., 2008).

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 2 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Gambar 1. menunjukkan perbandingan ukuran antara (PM2,5) dan (PM10) terhadap rata-rata
diameter rambut manusia (~70 μm) dan pasir pantai halus (~90 μm)
(Sumber: Guaita et al., 2011)

Paparan partikulat telah diidentifikasi sebagai sejumlah gangguan kesehatan termasuk


peningkatan kunjungan ke rumah sakit, kondisi emergency, gelaja pada saluran
pernafasan, penyakit gangguan pernafasan kronis dan penyakit kardiovaskular,
penurunan fungsi paru, dan kematian usia muda.

Gambar 2. Diagram yang Menunjukkan Zona Pernafasan dari Partikel Debu yang Inhalable,
Thoracic, dan Respirable.
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 3 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Penelitian epidemiologi menggunakan PM10 dan PM2,5 sebagai indikator paparan. Hal ini
dikarenakan PM10 merepresentasikan massa partikel yang masuk ke dalam saluran
pernafasan dan PM10 ini meliputi ukuran partikel 2,5 µm dan 10 µm. Sedangkan PM2,5
berkontribusi memberikan dampak terhadap efek kesehatan pada lingkungan urban.
Batas aman paparan partikulat berdasarkan WHO (2005) adalah sebagai berikut:

PM10 = 10 µg/m3 rata-rata tahunan


PM10 = 25 µg/m3 rata-rata dalam 24 jam
PM2,5 = 20 µg/m3 rata-rata tahunan
PM2,5 = 50 25 µg/m3 rata-rata dalam 24 jam

B. KATEGORI ALAT
1. Ukur
2. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian dan perawatannya
mudah, risiko penggunaan rendah, akurasi kecermatan pengukurannya rendah,
serta system kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan menggunakan
panduan (SOP, manual)

C. PERALATAN DAN BAHAN HABIS

Tabel 2. Daftar Peralatan


No Nama Peralatan Kode Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Dust sampler Haz-Dust IV 1 buah
Real-Time
Personal Dust
Monitor
ModeL HD-1004

2 Meteran 5 meter 2 Buah

Tabel 3. Daftar Bahan Habis


No Nama Bahan Jumlah Satuan
1 Spidol 1 pack
2 BateraiAAA 6 buah

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 4 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

D. PERLENGKAPAN
Perlengkapan APD yang digunakan dalam praktikum, antara lain:
1. Safety helmet
2. Earplug
3. Safety Shoes
4. Wearpack
5. Respirator untuk partikulat

E. DESKRIPSI PERALATAN 1

4 2

Gambar 3. Haz-Dust IV Real-Time Personal Dust


Monitor ModeL HD-1004
Sumber: Manual book Haz-Dust IV Real-Time Personal Dust
Monitor ModeL HD-1004

Keterangan:
1. Minitor
2. On/Off
3. Enter
4. Tombol naik turun (untuk melihat data sebelumnya)
5. Tombol turun (untuk melihat data setelahnya)
6. Tombol run/stop

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 5 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Gambar 4. Diagram Inlet Sampling untuk Thoracic (A), Respirable (B) dan Inhalable (C)
Partikel Debu
Sumber: Manual book Haz-Dust IV Real-Time Personal Dust
Monitor ModeL HD-1004

Keterangan:
A : Thoracix sample inlet (sensor untuk partikulat thoracic)
B : SKC Respirable Dust 25mm Cyclone Inlet (sensor untuk partikulat respirable)
C : SKC IOM Sampling Adapter Inlet (sensor untuk partikulat inhalable)

F. LANGKAH KERJAPENGOPERASIAN/PENGERJAAN

Tahap Persiapan
1. Tekan tombol I/O untuk menyalakan alat
2. Tekan enter untuk menampilkan menu utama
3. Lakukan pengaturan waktu (tanggal dan jam)
4. Lakukan pengaturan alarm jika diperlukan
5. Lakukan auto zero baseline (baterai harus kondisi penuh).
a. Pastikan sensor yang sesuai telah terpasang pada sensor head of the Haz-
Dust IV
b. Pasang sampling inlet terpasang di sensor head, sesuai dengan Tabel 4.

Tabel 4. Tipe Sampling Inlet


Tipe partikulat Sampling inlet
Partikulat thoracic (Gambar 5a) Thoracic sampling inlet.
Partikulat respirable (Gambar 5b) SKC IOM and IA-202 sampling inlet
Partikulat inhalable (Gambar 5c) SKC GS Cyclone and GSA-202 sampling
inlet

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 6 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

c. Masukkan filter zero sesuai Tabel 5.

Tabel 5. Tipe Filter Zero


Jika Mengukur Aktifitas yang Dilakukan Kemudian
Partikulat thoracic (Gambar 5a) Masukkan filter zero ke Thoracic sampling
inlet.
Partikulat respirable (Gambar 5b) Masukkan filter zero ke (p/n ZA-202A) di
depan IOM front plate sesuai Gambar 5b.
Partikulat inhalable (Gambar 5c) Masukkan filter zero dibawah GSA-202. GS-
Cyclone adapter.

Gambar 5a. Zeroing filter (p/n ZF-102) yang dipasang pada Thoracic sampling inlet.

Gambar 5b. Zeroing filter (p/n ZA-202A) yang dipasang pada Inhalable sampling inlet.

Gambar 5c. Zeroing filter (p/n ZF-102) yang dipasang pada GSAS-202 GS-Cyclone adapter.
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 7 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

d. Pilih auto zero pada menu utama, maka tampilan layar menunjukkan
auto zeroing
e. Tunggu 50 detik, maka akan menunjukkan tahapan yang harus dilakukan
untuk mencapai baseline.
f. Hasilnya akan ditunjukkan di menu utama, yang menyatakan auto zero is
complete.
g. Sisihkan filter zero, kemudian mulai pengukuran.

Tahap Pengukuran
1. Tentukan pilihan partikulat yang hendak diukur (thoracic, respirable ataukah
inhalable), dan pastikan sensor yang dipasang sudah sesuai dengan partikulat yang
akan diukur.
2. Tekan special function pada menu utama
3. Tekan system option
4. Tekan extended option
5. Tekan size select
7. Pilih thoracic (jika yang hendak diukur thoracic)
8. Pilih sample rate pada special function
9. Pilih interval pengambilan data

Tabel 6. Interval Pengambilan Data


Interval waktu pengambilan data Maksimum Pengambilan Data
1 detik 6 jam
2 detik 12 jam
10 etik 20 jam

10. Pilih security level, gunakan security level (pilih yes), lewati security feature (pilih
no), kemudian ke tahap no 5.
11. Masukkan security code 1209, pilih angka yang sesuai dengan menggunakan tombol
naik atau turun. Jika sudah sesuai dengan angka yang diminta, tekan enter.
12. Pasang belt clip pada pekerja/mahasiswa/teknisi yang diukur
13. Pastikan clip sensor berada di krah baju pekerja/mahasiswa/teknisi yang diukur
(merepresentasikan zona pernafasan sesuai ketentuan OSHA).
14. Pengukuran dilakukan dengan cara pilih run (jika tidak memakai alarm), sedangkan
pilih Sample/Rec-ALM (jika menggunakan alarm).
15. Tekan enter untuk berhenti dari proses pengukuran.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 8 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Gambar 6. Tampilan Data Pengukuran

Keterangan:
A : Indikasi kode lokasi. Jika memilih menu overwrite dipengaturan maka #001
merupakan kode lokasi data (karena data sebelumnya telah terhapus). Jika
memilih continuation pada pengaturan, maka jika data sebelumnya tersimpan di
kode #001, maka data yang barusaja terukur berada di kode #002.
B : Tipe partikulat yang diukur (T: thoracic; R: respirable; I: inhalable)
C : Konsentrasi partikulat yang ditunjukkan. Nilai negatif menunjukkan tidak
dilakukannya pengaturan zero. Maka dilakukan tahapan seperti yang dijelaskan
pada tahap persiapan no 5 (dari a sampai dengan g).

G. ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan sebelum memulai
praktikum getaran pada manusia:
1. Sebelum memulai praktikum ke lab/bengkel yang dituju, pastikan surat ijin
pengambilan data telah dibawa.
2. Pastikan dahulu APD yang disyaratkan telah digunakan.
3. Sebelum menggunakan peralatan, hendaknya periksa dahulu kelengkapan serta
kondisi alat.
4. Hindari instrument dari benturan/ cairan/ listrik tekanan tinggi/ medan magnet
yang dapat mempengaruhi instrument elektronik.
5. Hindari penggunaan instrument dalam suhu dan kondisi ekstrim.
6. Dilarang memodifikasi/ membuka casing/ melakukan reparasi/menindahkan alat
tanpa ijin teknisi.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 9 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

H. ASPEK LINGKUNGAN
Aspek lingkungan yang harus diperhatikan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mematuhi peraturan di laboratorium/ bengkel tempat dilakukan pengukuran.
2. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
3. Menghapus kembali penanda jarak pengukuran pada lokasi praktikum

I. LEMBAR KERJA

A. TugasPendahuluan
1. Mengapa standar NAB menggunakan konsentrasi massa partikulat?
2. Apa yang dimasud dengan PM10 dan PM2,5?
3. Hasil pengukuran partikulat sebagai berikut, definisikan partikulat tersebut
sesuai ukurannya :

Ukuran Partikulat Definisi Tipe Partikulat


( m) (T atau R atau I)
10
7
4
2,5
1
0,1

B. Pengambilan Data

SURVEI PAPARAN PARTIKULAT DI LABORATORIUM/ BENGKEL

A. GambaranUmum
Nama Ruang : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
Team Pengukur : …………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
Alat yang dipakai : …………………………………………………….

Nama pekerja/mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/ alat yang digunakan):


1. …………………………………..
2. …………………………………..
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 10 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

3. …………………………………..
4. …………………………………..
5. …………………………………..

B. Karakteristik Kegiatan Kerja


1. Identifikasi Mahasiswa/ Pekerja
Nama : …………………………………………………….
JenisKelamin : …………………………………………………….
Umur : …………………………………………………….
Berat Badan : …………………………………………………….

2. Gambarankegiatankerja
No. KegiatanKerja Peralatan yang DurasiKerja
digunakan (menit)

C. InformasiPentingLainnya
1. Apakah alat dalam keadaan baik/ rusak?
2. Apakah alat sudah terkalibrasi?

D. Tabel Data Hasil Pengukuran

Kode Lokasi Tipe Partikulat Ukuran Konsentrasi


Pengukuran Partikulat (mg/m3)

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 11 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

E. Gambar Layout Ruangan

J. PEMBAHASAN HASIL KERJA


Laporan resmi yang dikumpulkan harus memuat tentang perhitungan serta analisis
dan pembahasan, tentang :
1. Pengolahan dan analisis data partikulat di laboratorium/ bengkel tempat
pengambilan data.
2. Menentukan apakah kondisi tersebut aman sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Menentukan rekomendasi perbaikan jika kondisi tersebut tidak aman sesuai
dengan hirarki pengendalian bahaya.

K. ASSESSMENT

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 12 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

L. UNIT KOMPETENSI YANG DIDUKUNG

Nama Skema:Ahli K3 Muda

Unit Kompetensi:
1. Membantu Pemenuhan Perundangan K3 dan PersyaratanLainnya
2. Membantu penerapan prinsip higiene industri untuk mengendalikan
risiko K3

Elemen Kompetensi:
1. Melaksanakan pemenuhan peraturan perundangan K3
2. Memantau pemenuhan peraturan perundangan K3 secara aktif
3. Melakukan identifikasi bahaya kesehatan yang dapat timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
4. Membantu menganalisis risiko pekerja yang terpapar terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja
5. Membantu merancang strategi pengendalian risiko dan saran dalam
penerapannya
6. Memonitor dan mengevaluasi strategi pengendalian

M. REFERENSI

Araújo-Martins, J., Carreiro Martins, P., Viegas, J., Aelenei, D., Cano, M.M., Teixeira,
J.P., Paixão, P., Papoila, A.L., Leiria-Pinto, P., Pedro, C., Rosado-Pinto, J., Annesi-
Maesano, I., Neuparth, N., 2014. Environment and Health in Children Day Care
Centres (ENVIRH) – Study rationale and protocol. Rev. Port. Pneumol. 20, 311–
323.
Atkinson RW, Fuller GW, Anderson HR, Harrison RM, Armstrong B. Urban ambient
parti- cle metrics and health. A time series analysis. Epidemiology 2010;21:501–11.
Cheung K, Daher N, Kam W, Shafer MM, Ning Z, Schauer JJ, et al. Spatial and tem-
poral variation of chemical composition and mass closure of ambient coarse
particulate matter (PM10–2.5) in the Los Angeles area. Atmos Environ 2011;
45:2651–62.
Esworthy R. Air quality: EPA's 2013 changes to the particulate matter (PM) standard.
Congressional Research Service 7-5700, n. R42934; 2013. p. 6.
FuM, Zheng F, Xu X,Niu L. Advances of study onmonitoring and evaluation of PM2.5
pol- lution.Meteorol Disaster Reduc Res 2011;34:1–6
Guaita R, Pichiule M, Mate T, Linares C, Diaz J. Short-term impact of particulatematter
(PM2. 5) on respiratorymortality inMadrid. Int J Environ Health Res 2011;21:260–
74.
Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 13 of 14
31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Hjortenkrans D, Bergback B, Haggerud A. Newmetal emission patterns in road trafficen-


vironments. Environ Monit Assess 2006;117(1–3):85–98.
JohanssonC,NormanM,Gidhagen L. Spatial & temporal variations of PM10 and par- ticle
number concentrations in urban air. Environ Monit Assess 2007;127(1–3): 477–87.
Juda-Rezler K, Reizer M, Oudinet JP. Determination and analysis of PM10 source
appor- tionment during episodes of air pollution in Central Eastern European urban
areas. The case of wintertime 2011, 45. ; 2011. p. 6557–66
Londahl J, Massling A, Pagels J, Swietlicki E, Vaclavik E, Loft S, et al. Size-resolved
respiratory-tract deposition of fine and ultrafine hydrophobic and hygroscopic aero-
sol particles during rest and exercise. Inhal Toxicol 2007;19(2):109–16.
Mogireddy, K.K.R., 2011. Physical Characterization of Particulate Matter Employing
Support Vector Machine Aided Image Processing.
SrimuruganandamB,Nagendra S. Source characterization ofPM10 and PM2.5mass using
a chemical mass balancemodel at urban roadside. Sci Total Environ 2012;433:8–19.
Valavanidis A, Fiotakis K, Vlachogianni T. Airborne particulatematter and human
health: toxicological assessment and importance of size and composition of
particles for oxidative damage and carcinogenic mechanisms. J Environ Sci Health
C Environ Carcinog Ecotoxicol Rev 2008;26(4):339–62
WHO (2005)., Air quality guidelines for particulate matter, ozone, nitrogen dioxide and
sulfur dioxide., Geneva., pp. 9
Woodson, R.D., 2012. 7 - Mold in Schools, in: Woodson, R.D.B.T.-C.H.M.C.G.S. (Ed.),
. Butterworth-Heinemann, Boston, pp. 145–185.

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 14 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T
JOB SHEET KODE DOKUMEN

IK.L-AFE.0007
PARTIKULAT

Tanggal terbit: Disusun: Disetujui: Revisi ke: 03 Page: 15 of 14


31-10-2019 Arief Subekti, S.T., M.MT.
Dr. Indri Santiasih,, S.KM., M.T
Wibowo Arninputranto, S.T., M.Kom
Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T

Anda mungkin juga menyukai