Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI

Nama Bajra Kavalerino Winarno

NRP 0520040089

Kelas K31C

Tanggal Percobaan 12 Januari 2021

Tanggal penyelesaian 17 Januari 2021

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

TAHUN 2020-2021
I. Tujuan Percobaan

Tujuan :

1. Memahami pengaruh temperatur terhadap laju reaksi


2. Membuat grafik hubungan antara temperatur versus konstanta laju reaksi
3. Menemukan nilai energi aktivasi reaksi natrium thiosulfat dengan asam
chloride berdasarkan percobaan

II. Teori

Reaksi akan terjadi jika 2 hal dipenuhi:

1. Energi aktivasi tercapai, hal ini berhubungan erat dengan temperatur.


2. Orientasi molekul tepat, hal ini berhubungan erat dengan konsentrasi;
semakin besar konsentrasi, kemungkinan terjadi tumbukan dengan orientasi
yang benar semakin besar

Pada reaksi kimia, ikatan-ikatan putus dan ikatan baru terbentuk. Agar molekul-
molekul bereaksi, maka molekul-molekul tersebut harus saling bertumbukan.
Tumbukan yang terjadi bisa efektif atau tidak efektif, tergantung pada orientasi/arah
molekul. Tumbukan-tumbukan tersebut harus mampu mempunyai energi yang
cukup untuk mengatasi perintang energi, atau disebut energi aktivasi. Energi
aktivasi dibutuhkan untuk merenggangkan dan membentuk kembali ikatan-ikatan
di antara pereaksi agar dapat mencapai keadaan transisi. Keadaan transisi
merupakan keadaan molekul-molekul berenergi tinggi, tidak dapat diisolasi dan
tidak stabil.

2.1 Energi Aktivasi

Energi aktivasi merupakan besarnya perintang energi yang harus diatasi


agar reaksi kimia bisa berlangsung. Perintang energi ini bisa dibayangkan sebagai
bukit (Gambar 1.1). Pada puncak bukit, atom-atom berada dalam keadaan transisi
atau kompleks teraktivasi. Energi aktivasi merupakan perbedaan energi antara
reaktan dengan energi tertinggi sepanjang reaksi berlangsung. Besarnya energi
aktivasi bersifat spesifik untuk reaksi tertentu. Laju reaksi tergantung pada besarnya
energi aktivasi; umumnya suatu reaksi yang memiliki energi aktivasi yang lebih
rendah daripada reaksi lainnya, maka laju reaksinya lebih tinggi. Energi aktivasi
tidak tergantung pada temperatur.

2.2 Pengaruh Temperatur terhadap Laju Reaksi

Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar energi kinetik yang


dimiliki oleh molekul, sehingga jumlah tumbukan juga semakin banyak, jumlah
tumbukan efektif juga semakin banyak, dan pada umumnya, apabila temperatur
naik maka laju reaksi juga naik. Konstanta kecepatan reaksi, k, adalah suatu
konstanta yang spesifik untuk reaksi tertentu yang nilainya dipengaruhi oleh
temperatur.

2.3 Persamaan Arrhenius

Svante Arrhenius mengembangkan persamaan hubungan matematis antara k


(konstanta reaksi) and Ea (energi aktivasi):

k = Ae–Ea/RT …………………………………………………………….(1.1)

A adalah faktor frekuensi, yang mewakili jumlah tumbukan efektif; R adalah


konstanta gas ideal, T adalah temperatur mutlak dalam Kelvin.

2.4 Menentukan Energi Aktivasi

Jika terdapat data yang cukup, maka Ea dan A dapat ditentukan secara grafis dengan
cara menyusun kembali persamaan Arrhenius:

𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇

𝐸
ln 𝐾 = ln 𝐴 − 𝑅𝑇𝑎 ………………………………………………………………(1.2)

𝐸 1
ln 𝐾 = (− 𝑅𝑇𝑎 ) (𝑇) + ln 𝐴………………………..……………………………(1.3)
Persamaan tersebut menunjukan pola persamaan linear:

y = m.x + b

𝐸𝑎
𝑚=− → 𝐸𝑎 = −𝑚. 𝑅
𝑅𝑇

Dari persamaan di atas, plot ln k versus 1/T akan menghasilkan gradien–Ea/R dan
intersep -ln A.

III. Tinjauan K3

1. Lakukan percobaan dengan prosedur yang benar


2. Bahan yang digunakan
 HCL
 Bahaya dari bahan ini yaitu korosif sehingga jika terkena kulit bisa
membuat kulit melepuh, terbakar dan nyeri, jika tertelan bisa
menyebabkan nyeri seperti terbakar yang parah, sakit perut hebat,
muntah darah dan nyeri dada, jika terhirup bisa menyebabkan
kerusakan pada paru paru yang membuat pernafasan terganggu
sehingga menyebabkan dada sesak, batuk darah, pusing, pingsan,
tersedak, jika terkena mata dapat menyebabkan kerusakan mata.
 Cara pengendaliannya yaitu menggunakan APD yang terdiri dari
gloves, safety glasses, synthetic apron dan face shield, jika terkena mata
atau kulit segera membilasnya dengan air selama 15 menit, jika tertelan
jangan memuntahkannya, segera minum air atau susu, jika terhirup
pindah ke tempat terbuka dan hirup udara segar.

 Na2S2O3
 Bahaya dari bahan ini yaitu jika terhirup menyebabkan iritasi hidung,
tenggorokan, dan sistem pernafasan seperti nafas pendek dan batuk
pada paparan jangka pendek dan menyebabkan perubahan fungsi paru
paru pada jangka panjang, jika tertelan menyebabkan gejala keracunan
seperti mual, muntah dan diare serta gejala keracunan seperti alkohol,
jika terkena kulit akan mengiritasi kulit dan sensitisasi pada individu
tertentu pada paparan jangka pendek dan menyebabkan iritasi dan
dermatitis pada jangka panjang, jika terkena mata menyebabkan iritasi
pada mata, konjungtivitas, fotopobia, nyeri, menyebabkan mata berair
serta terasa panas, kornea melepuh dan pandangan buram.
 Cara pengendaliannya yaitu menggunakan APD yang terdiri dari safety
glasses, protective gloves, dan pelindung pernafasan jika diperlukan,
lalu pertolongan pertamanya yaitu jika terhirup segera cari udara segar,
jika korban mengalami kesulitan bernafas beri oksigen atau nafas
buatan dan segera bawa ke rumah sakit, jika terkena kulit segera cuci
bagian yang terkena menggunakan sabun dan air selama 15-20 menit
dan lepas perhiasan, sepatu, pakaian yang terkontaminasi, jika iritasi
segera beri emollient pada kulit yang iritasi dan segera bawa ke dokter,
jika terkena mata segera cuci mata dengan air yang banyak selama 15-
20 menit, jika tertelan jangan dimuntahkan, segera cuci mulut dengan
air dan berikan susu 2-4 cangkir.
3. Salah satu bahaya reaksi kimia yang terjadi di dalam reactor kimia adalah
Run – away Reaction, yaitu reaksi dengan laju tak terkendali. Pada
umumnya, reaksi kimia yang dilaksanakan di dalam reaktor kimia diatur
pada tekanan dan temperature tertentu. Pada reaksi yang bersifat
eksotermik, biasanya reaktor dilengkapi dengan pendinginan. Jika
pendinginan gagal, maka temperature akan naik terus, sehingga laju reaksi
akan berlangsung sangat cepat. Akibat kenaikan temperatur selalu kenaikan
tekanan. Jika tekanan melebihi batas kekuatan dinding Cara reaktor, maka
reaktor tersebut akan meledak.

IV. Metodologi Percobaan

A. Alat

1. Erlenmeyer 250 mL
2. Pipet ukur 5 mL
3. Karet penghisap
4. Labu ukur 100 mL
5. Gelas beker 600 mL
6. Gelas beker 100 mL
7. Gelas ukur 100 mL
8. Pengaduk
9. Timbangan elektrik
10. Stopwatch
11. Pemanas listrik
12. Termometer

B. Bahan

1. Natrium tiosulfat (Na2S2O3)


2. Asam chloride (HCl)
3. Aquades
4. Kertas HVS A4, setengah halaman

C. Proedur Kerja

Mulai

Ambil aquadest 300 mL, lalu


masukkan ke gelas beker 600 mL

Timbang 3 gram Na2S2O3 dalam gelas


beker 100 mL, tambah aquadest lalu aduk
hingga larut, tuang ke labu ukur tambah
aquadest hingga batas, lalu tuang ke gelas
beker 600 mL lalu tambah aquadest 100
mL, Hitung konsentrasinya
Ambil labu ukur 100 mL lalu tuang
aquadest setengahnya, tambah HCl pekat
5 mL lalu tambah air hingga batas

Tuang 20 mL aquadest ke gelas beker


100 mL, tambah HCl 10 mL, ukur pH
dan hitung konsentrasinya

Masukkan 25 mL natrium tiosulfat ke


dalam Erlenmeyer 250 mL, tambah 25
aquadest, hitung konsentrasi dan ukur
temperatur

Tambah 30 mL HCl ke Erlenmeyer


yang berisi natrium tiosulfat,
nyalakan stopwatch dan ukur
temperatur

Taruh Erlenmeyer diatas kertas HVS


yang sudah diberi tanda silang, lalu
amati dan catat waktu serta
temperatur

Ulangi langkah 4-7 pada temperature


500C, 600C,700C, dan 800C

Catat data kedalam tabel dan tulis


persamaan reaksi lalu analisis dan
hitung konstanta laju reaksi

Buat tabel baru dan buat grafik 1/T vs


ln K dan analisis, lalu hitung energi
aktivasi dan nilai faktor frekuensi
Selesai

V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Menghitung konsentrasi sebelum dan sesudah pengenceran

1. Na2S2O3
Sebelum pengenceran
gr = 3 gram n = gr/Mr = 3 / 158 = 0,019 mol
mr = 158 M=n/V
v = 200 mL= 0,2 L M = 0,019 / 0,2
M = 0,095 M
Sesudah pengenceran
M1 = 0,095 M M1 x V1 = M2 x V2
V1 = 0,2 L M2 = (M1 x V1) / V2
V2 = 50 mL = 0,05 L M2 = (0,095 x 0,2) / 0,05
M2 = 0,38 M
2. HCl
Sesudah pengenceran
pH = 2 [H+] = a x M
pH = -log 10-2 0,01 = 1 x M
[H+] = 0,01 M = 0,01 M

Sebelum pengenceran
M2 = 0,01 M M1 x V1 = M2 x V2
V2 = 30 mL = 0,03 L M1 = (M2 x V2) / V1
V1 = 100 mL = 0,1 L M1 = (0,01 x 0,03) / 0,1
M1 = 0,003 M
[H+] = a x M1 pH = -log 3x10-3
[H+] = 1 x 0,003 pH = 3 - log 3
[H+] = 3 x 10-3 pH = 2,52

Tabel hasil pengamatan larutan Na2S2O3 + HCl

Tawal (0C) Takhir (0C) Trata-rata (0C) Waktu (s)

30 31,89 30,945 125,89

50 46,89 48,445 63,89

60 54,89 57,445 48,89

70 58,89 64,445 37,89

80 60,89 70,445 32,89

Persamaan reaksi

Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) 2NaCl (aq) + S (s) + SO2 (g) + H2O (l)

Zat yang menyebabkan larutan menjadi keruh yaitu zat Na2S2O3 karena
komponen zat ini lebih banyak dari HCl dan air

Menghitung konstanta laju reaksi tiap temperature

[HCl] = 0,01 M [Na2S2O3] = 0,38 M

 Pada suhu 300C


t = 125,89 s
laju = 1/t = 1/125,89

laju = k [HCl] [Na2S2O3]


𝑙𝑎𝑗𝑢
𝑘=
[𝐻𝐶𝑙][𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ]
1/125,89
𝑘=
0,01 × 0,38
𝑘 = 2,09
 Pada suhu 500C
t = 63,89 s
laju = 1/t = 1/63,89

laju = k [HCl] [Na2S2O3]


𝑙𝑎𝑗𝑢
𝑘=
[𝐻𝐶𝑙][𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ]
1/63,89
𝑘=
0,01 × 0,38
𝑘 = 4,12

 Pada suhu 600C


t = 48,89 s
laju = 1/t = 1/48,89

laju = k [HCl] [Na2S2O3]


𝑙𝑎𝑗𝑢
𝑘=
[𝐻𝐶𝑙][𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ]
1/48,89
𝑘=
0,01 × 0,38

𝑘 = 5,38

 Pada suhu 700C


t = 37,89 s
laju = 1/t = 1/37,89

laju = k [HCl] [Na2S2O3]


𝑙𝑎𝑗𝑢
𝑘=
[𝐻𝐶𝑙][𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ]
1/37,89
𝑘=
0,01 × 0,38

𝑘 = 6,95
 Pada suhu 300C
t = 32,89 s
laju = 1/t = 1/32,89

laju = k [HCl] [Na2S2O3]


𝑙𝑎𝑗𝑢
𝑘=
[𝐻𝐶𝑙][𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ]
1/32,89
𝑘=
0,01 × 0,38

𝑘 = 8,001

Tabel hasil perhitungan

Trata rata (0C) 1/T (T kelvin) Laju reaksi K ln k

30,945 0,0033 0,0079 2,09 0,737

48,445 0,0031 0,0157 4,12 1,416

57,445 0,00303 0,0205 5,38 1,683

64,445 0,00296 0,0264 6,95 1,939

70,445 0,0029 0,0304 8,001 2,08


Grafik 1/T vs ln k

2.5

1.5
ln k

1
y = -3427.7x + 12.053
R² = 0.9978

0.5

0
0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
1/T

Menghitung energi aktivasi (Ea)

𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇

𝐸𝑎
ln 𝑘 = ln 𝐴 −
𝑅𝑇

𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = (− ) ( ) + ln 𝐴
𝑅 𝑇

y=m.x+b

𝐸𝑎
𝑚=− → 𝐸𝑎 = −𝑚. 𝑅
𝑅𝑇

m = -3427,7

sehingga Ea = - (-3427,7) x 8,314 J/mol

= 28.497,8978 J/mol
Menghitung nilai faktor frekuensi (A)

𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = (− ) ( ) + ln 𝐴
𝑅 𝑇

y=m.x+b

b = ln A

b = 12,053

sehingga ln A = 12,053

A = e12,053

A = 171.613,47696

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah didapat, temperature


mempengaruhi laju reaksi, semakin tinggi suhu/temperature maka semakin cepat
laju reaksinya, hal itu dibuktikan dengan larutan yang cepat keruh saat suhunya
semakin tinggi dan waktunya semakin cepat. Pada suhu 300C laju reaksi larutan
Na2S2O3 + HCl sebesar 0,0079, pada suhu 500C laju reaksi larutan Na2S2O3 + HCl
sebesar 0,0157, pada suhu 600C laju reaksi larutan Na2S2O3 + HCl sebesar 0,0205,
pada suhu 700C laju reaksi larutan Na2S2O3 + HCl sebesar 0,0264, dan pada suhu
800C laju reaksi larutan Na2S2O3 + HCl sebesar 0,0304, Lalu untuk konstanta laju
reaksi, semakin tinggi suhunya maka nilai konstanta laju reaksinya semakin besar.
Semakin tinggi suhu maka waktu yang diperlukan untuk bereaksi semakin cepat,
hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka gaya kinetik molekul molekul
pereaksi akan semakin besar yang mengakibatkan tumbukan akan sering terjadi.

Dari data, diperoleh grafik hubungan ln k vs 1/T yang berbentuk linier


dengan persamaan garis y = -3427,7x + 12,053 dengan harga R2 = 0,9978. Harga
R2 mendekati 1 menunjukan bahwa grafik tersebut dapat membuktikan
suhu/temperature mempengaruhi laju reaksi.
VI. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa


temperature/suhu mempengaruhi laju reaksi, semakin tinggi suhu maka laju reaksi
akan semakin cepat dan waktu yang digunakan untuk reaksi juga akan semakin
cepat. Lalu grafik hubungan antara temperature versu konstanta laju reaksi yang
didapat yaitu :

2.5

1.5

1
y = -3427.7x + 12.053
R² = 0.9978

0.5

0
0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335

Dan untuk menentukan nilai energi aktivasi reaksi natrium thiosulfate dengan asam
chloride pada percobaan ini menggunakan rumus

𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇

𝐸𝑎
ln 𝑘 = ln 𝐴 −
𝑅𝑇

𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = (− ) ( ) + ln 𝐴
𝑅 𝑇

y=m.x+b

𝐸𝑎
𝑚=− → 𝐸𝑎 = −𝑚. 𝑅
𝑅𝑇
m = -3427,7

sehingga Ea = - (-3427,7) x 8,314 J/mol

= 28.497,8978 J/mol

Sehingga didapatkan nilai energi aktivasi pada reaksi natrium thiosulfat dengan
asam chloride yaitu sebesar 28.497,8978 J/mol
Daftar Pustaka :

1. MSDS Na2S2O3

http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC24990.pdf

2. Pratiwi, Wiwik Dwi, Endah W dan Agung N. 2014. Modul Praktikum Kimia.
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

3. MSDS HCl

https://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC15320.pdf
Lampiran :

 Laporan Sementara
 MSDS Na2S2O3
 MSDS HCl

Anda mungkin juga menyukai