Anda di halaman 1dari 45

KESELAMATAN

LALU LINTAS
(TRAFFIC SAFETY)

Tyas Lilia Wardani, SST., M.KKK


KESELAMATAN LALU LINTAS
Suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari
risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang
disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan,
dan/atau lingkungan (UU No. 22 th 2009)
DASAR HUKUM
 UU 22 tahun 2009 tentang LLAJ pasal 203-205
 Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan
(RUNK)
 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
No:SK.1763/AJ 501/DRJD/2003 tentang Petunjuk
Teknis Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan
Bermotor Angkutan Penumpang
 Inpres No 4 Tahun 2013 tentang Program
Dekade Aksi Keselamatan Jalan
DEFINISI KECELAKAAN LALIN
 Suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka-
sangka & tidak disengaja melibatkan kendaraan
dengan/tanpa pemakai jalan lainnya,
mengakibatkan korban manusia/kerugian harta
benda

PP No 43 Th l993 Psl 93 dlm UU No 22 Thn 2009


Dampak Kecelakaan Transportasi Darat
• Kerugian 2,9 – 3,1 % dari total PDB
Indonesia
• Korban meninggal dunia rata-rata 30 jiwa per
hari
• Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta jiwa
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau
lebih dari 3.000 jiwa per harinya.
KLASIFIKASI KECELAKAAN LALIN
Kecelakaan Fatal korban meninggal dunia.
Kecelakaan Berat korban mengalami luka berat.
Kecelakaan Ringan korban mengalami luka ringan.
Kecelakaan dgn Kerugian Harta Benda kerugian
harta benda.
KRITERIA KEPARAHAN KORBAN
KECELAKAAN LALIN (PP Nomor 43 Tahun l993 Pasal 93)
 Korban Meninggal
Korban yang dipastikan meninggal dunia sebagai
akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu
paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
 Korban Luka Berat
Korban yang karena luka-lukanya menderita cacat
tetap/harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30
hari sejak terjadi kecelakaan.
 Korban Luka Ringan
Korban yang tidak termasuk dalam kategori korban
meninggal & korban luka berat.
Jenis Kecelakaan yg Dialami Korban
 Kecelakaan belakang
Kecelakaan antara 2 kendaraan yang tengah melaju satu arah
sehingga salah satu kendaraan menabrak bagian belakang
kendaraan lainnya.
 Kecelakaan depan
Kecelakaan antara 2 kendaraan yang tengah berlawanan arah
sehingga bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian depan
kendaraan lainnya.
 Kecelakaan samping
Kecelakaan antara 2 kendaraan yang tengah melaju dimana bagian
samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.
 Hilang kendali
Kecelakaan yang terjadi saat pengemudi tidak dapat menguasai
kendaraannya.
 Lain-lain
Kecelakaan yang bukan termasuk dalam kecelakaan belakang,
kecelakaan depan, kecelakaan samping, dan hilang kendali.
Faktor Penyebab Kecelakaan di Indonesia

 Pengguna Jalan (lengah, mabuk, ngebut, jarak terlalu


dekat, penyeberang jalan, hewan)  93,52%
 Jalan (persimpangan, marka/rambu tidak jelas,
permukaan licin)  3,23%
 Kendaraan (ban pecah, rem blong, kemudi dan lampu
tidak berfungsi)  2,76%
 Lingkungan (mix traffic, pengawasan dan penegakan
hukum, cuaca)  0,49%
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
LALU LINTAS
1. FAKTOR MANUSIA
Penyebab kecelakaan paling besar (85%)
- Pelanggaran terhadap ketentuan peraturan
perundangan tentang lalu lintas dan angkutan.
- Keahlian yang tidak memadai dalam menjalankan
kendaraan, ceroboh (inattention)
- Sakit (illness)
- Ggn tubuh akibat miras, obat, kelelahan, ketuaan,
mengantuk, dll (impairment)
- Mengemudikan kendaraan lebih cepat dari
ketentuan
2. FAKTOR KENDARAAN
Ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana
seharusnya, peralatan yang sudah aus tidak
diganti,dll
Sangat terkait dgn teknologi yang digunakan &
perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Perlu perawatan & perbaikan kendaraan & adanya
kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan
bermotor secara reguler.
3. FAKTOR JALAN
Ketepatan rencana jalan, geometrik jalan,
kemiringan permukaan jalan,pagar pengaman di
daerah pegunungan, tidak adanya median jalan,
jarak pandang dan kondisi permukaan jalan
Tidak memadainya bahu jalan, fasilitas pejalan kaki
yang sering diabaikan/tidak tersedia.
 Jalan yang rusak/berlobang sangat
membahayakan pemakai jalan terutama bagi
pemakai sepeda motor.
4. FAKTOR CUACA
Hujan mempengaruhi unjuk kerja kendaraan
jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan
menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa
bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih
pendek.
Asap & kabut juga bisa mengganggu jarak
pandang, terutama di daerah pegunungan
INVESTIGASI KECELAKAAN JALAN
 Dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) Keppres Nomor 105
Tahun 1999 tentang Komite Nasional
Keselamatan Transportasi
 Memantau, meneliti, menganalisis, mengevaluasi
dan membuat rekomendasi keselamatan serta
melakukan penyusunan laporan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan dengan
penyebab yang sama.
Kriteria kecelakaan yang diinvestigasi dan diteliti adalah
kecelakaan lalu lintas jalan yang bersifat luar biasa:
1. Kecelakaan lalu lintas jalan yang menimbulkan
korban manusia yang meninggal 8 (delapan) orang
atau lebih;
2. Kecelakaan lalu lintas jalan yang mengundang
perhatian publik secara luas, karena melibatkan
tokoh ternama/penting atau figur publik;
3. Kecelakaan lalu lintas jalan yang menimbulkan
polemik/kontroversi;
4. Kecelakaan lalu lintas jalan yang menyebabkan
prasarana rusak berat;
5. Kecelakaan yang berulang-ulang pada merk dan
tipe kendaraan yang sama;
6. Kecelakaan yang sama pada satu titik lokasi lebih
dari tiga kali dalam setahun;
7.Kecelakaan lalu lintas jalan yang mengakibatkan
kerusakan/pencemaran lingkungan akibat
bahan/limbah berbahaya beracun (B3).
PROSES INVESTIGASI KECELAKAAN
LALIN
 Penerimaan informasi awal, dapat bersumber dari
masyarakat, petugas, media massa, dll; 2.
 Melakukan verifikasi atau mengkonfirmasi kebenaran
informasi awal kepada pihak-pihak yang terkait atau
terdekat dengan kejadian kecelakaan; seperti
kepolisian dan/atau Dishub setempat atau perusahaan
terkait;
 Membentuk tim investigasi;
 Perencanaan, persiapan dan pemberangkatan tim
investigasi (paling lambat 24 jam setelah verifikasi)
- Menyiapkan perlengkapan administrasi, yaitu :
a. Surat penugasan
b. Tanda pengenal
c. Dokumen perjalanan (SPPD)
- Menyiapkan peralatan:
a. Alat tulis
b. Alat perekam suara
c. Kamera foto dan video;
d. Personal Protective Equipment/perlengkapan
keselamatan kerja (safety boot, jas hujan, helm)
e. Peralatan investigasi lain yang dianggap perlu.
• Koordinasi dengan instansi terkait;
• Kegiatan di lokasi kejadian kecelakaan, terdiri dari:
- Memastikan tempat/lokasi dan waktu kejadian
kecelakaan
- Pengumpulan data lingkungan (cuaca, gelap/terang,
waktu)
- Pengumpulan data prasarana (rambu, marka, geometri,
vertical and horizontal alignment, dan lain-lain)
- Pengumpulan data sarana (merk, tipe, dimensi, data
perusahaan angkutan terkait, rekaman perjalanan
kendaraan berupa Tacho Graph/Tacho Link atau catatan
Global Positioning System, STNK, buku uji, surat muatan
angkutan barang, ijin trayek dan kartu pengawasan
angkutan umum, dan lain-lain)
- Pengumpulan data identitas pengemudi, korban, petugas
dan saksi
- Melakukan dokumentasi sebagai bahan informasi
yang dapat diverifikasi dan digunakan untuk
menetapkan, menjamin, membuktikan,
membenarkan atau mendukung pernyataan.
Contoh bentuk dokumentasi adalah: catatan,
rekaman suara, foto dan video.
• Wawancara
suatu alat untuk mengumpulkan data dan bukti
serta konfirmasi terhadap peristiwa kecelakaan.
 Identifikasi dan kronologi peristiwa kecelakaan
transportasi jalan
 Pengumpulan informasi tambahan dan informasi
pendukung yang terkait dengan kejadian
kecelakaan (termasuk laporan kepolisian,
keterangan ahli, hasil pengujian lab, dll)
Analisis terhadap fakta, data dan informasi yang
dikumpulkan:
- Kondisi cuaca dan lingkungan
- Kondisi prasarana jalan
- Kondisi teknis kendaraan
- Faktor manusia
- Peraturan dan kebijakan
- Kombinasi dari faktor-faktor di atas.
 Merumuskan kemungkinan penyebab kecelakaan
transportasi jalan
 Merumuskan rekomendasi keselamatan
transportasi jalan.
AKIBAT KECELAKAAN LALIN
 Cedera sampai kematian
 Cedera kepala (trauma kapitis), fraktur (patah
tulang) dari single sampai multiple, rupture lien
(pecah limpa).
 Cedera kepala merupakan bentuk cedera yang
paling sering dan berbahaya serta penyebab
utama kematian. Keadaan tersebut sering terjadi
pada pengemudi sepeda motor
PROGRAM KESELAMATAN LALIN
 Pengembangan sistem pangkalan data kecelakaan lalu
lintas yang mudah diakses oleh instansi pemerintah,
akademisi atau pun masyarakat sebagai masukan
dalam mempersiapkan langkah peningkatan
keselamatan lalu lintas.
 Melakukan koordinasi antar instansi dalam rangka
meningkatkan keselamatan lalu lintas
 Menciptakan suatu sumber pendanaan keselamatan
lalu lintas yang berkesinambungan
 Merencanakan dan merekayasa langkah-langkah
untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas
 Melakukan perbaikan terhadap lokasi-lokasi rawan
kecelakaan
 Ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pendidikan
keselamatan bagi anak sekolah
 Meningkatkan kualitas pengemudi
 Melakukan program penyuluhan keselamatan
 Meningkatkan standar keselamatan kendaraan
 Penyempurnaan peraturan perundangan lalu lintas
dan angkutan jalan
 Peningkatan pelaksanaan penegakan hukum
 Pengembangan sistem pertolongan pertama pada
kecelakaan
 Pengembangan penelitian keselamatan jalan
5 PILAR RUNK
Pilar-1: Manajemen Keselamatan Jalan
(safer Management)

Mendorong terciptanya kemitraan multi-sektoral


untuk mengembangkan dan menetapkan strategi
keselamatan jalan nasional, rencana dan target
yang didukung oleh pengumpulan data dan bukti
penelitian untuk menilai desain penanggulangan
dan memantau implementasi dan efektifitas.
Rencana aksi Pilar 1
 Penyelarasan dan Koordinasi Keselamatan Jalan
(BAPPENAS);
 Protokol kelalulintasan Kendaraan Darurat (Kemenhub);
 Riset Keselamatan Jalan (Kemenristek);
 Surveilance Injury dan Sistem Informasi Terpadu (Polri);
 Dana Keselamatan Jalan (Bappenas);
 Kemitraan Keselamatan Jalan (Bappenas);
 Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum
(Kemenhub);
 Penyempurnaan Regulasi Keselamatan Jalan (Kemenhub).
Pilar-2: Jalan yang Berkeselamatan (safer road)
Meningkatkan keselamatan kualitas perlindungan
atas kualitas jaringan jalan untuk kepentingan
semua pengguna jalan, terutama yang paling
rentan (misalnya pejalan kaki, sepeda dan sepeda
motor). Hal ini akan dicapai melalui implementasi
penilaian infrastruktur jalan dan peningkatan
perencanaan, desain, konstruksi dan
pengoperasian jalan yang berkeselamatan.
Rencana aksi pilar 2
 Badan Jalan yang Berkeselamatan;
 Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan
yang Berkeselamatan;
 Perencanaan dan Pelaksanaan Perlengkapan Jalan;
 Penerapan Manajemen Kecepatan;
 Menyelenggarakan Peningkatan Standar Kelaikan
Jalan yang Berkeselamatan;
 Lingkungan Jalan yang Berkeselamatan;
 Kegiatan Tepi Jalan yang Berkeselamatan
Pilar-3: Kendaraan yang Berkeselamatan (safer
vehicle)
Perkembangan global peningkatkan teknologi
keselamatan kendaraan, baik untuk keselamatan
pasif maupun aktif melalui kombinasi, harmonisasi
standar global yang relevan, informasi konsumen
dan skema insentif untuk mempercepat
penyerapan teknologi baru.
Rencana aksi pilar 3
- Kepatuhan pengoperasian kendaraan (Polri);
- Penyelenggaraan dan Perbaikan Prosedur Uji
Berkala dan Uji Tipe termasuk bagi Kendaraan
Bermotor yang diimpor dalam Keadaan Bukan
Baru dan Modifikasi (Kemenhub);
- Pembatasan kecepatan kendaraan (Kemenhub);
- Penghapusan Kendaraan (scrapping)
(kemenhub);
- Penanganan Overloading (Kemenhub);
- Standar keselamatan kendaraan angkutan umum
(Kemenhub).
Pilar-4:Perilaku Pengguna Jalan yang Berkeselamatan
(safer people)
Penegakan hukum lalu lintas jalan yang
berkelanjutan dan standar – standar peraturan
yang dikombinasikan dengan kesadaran
masyarakat atau kegiatan pendidikan (Di sektor
publik maupun sektor swasta) yang akan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang
mengurangi dampak dari faktor – faktor risiko.
Rencana aksi dari pilar 4
 Pemeriksaan Kondisi Pengemudi (polri);
 Peningkatan Sarana dan Prasarana Sistem Uji SIM
(Polri);
 Penyempurnaan Prosedur Uji SIM (Polri);
 Pembinaan Teknis Sekolah Mengemudi (Polri);
 Kampanye 5 faktor resiko utama plus (helm,
sabuk keselamatan, speeding, mabuk, penggunaan
telepon seluler, penguna jalan rentan)
(Kemenhub)
 Penggunaan Elektronik Penegakan Hukum (Polri);
 Pendidikan Formal dan Informal Keselamatan
Jalan (Diknas);
Pilar-5: Penanganan Korban Pasca Kecelakaan (Post
Crash)

Peningkatan responsivitas untuk keadaan darurat


dan meningkatkan kemampuan sistem kesehatan
untuk memberikan perawatan darurat yang sesuai
dan rehabilitasi jangka panjang.
Rencana aksi dari pilar 5
 Sistem layanan gawat darurat terpadu (Kemenkes);
 Sistem Komunikasi gawat darurat one access code
(nomor darurat) (Kominfo);
 Penjaminan korban kecelakaan yang dirawat di rumah
sakit rujukan (Kemenkeu);
 Asuransi pihak ketiga (Kemenkeu);
 Pengalokasian sebagian premi asuransi untuk dana
keselamatan jalan (Bappenas);
 Program rehabilitasi paska kecelakaan (Kemenkes);
 Riset penanganan kecelakaan (Kemenkes);
 Pendukungan rencana aksi keselamatan jalan
Indonesia
Pembuat kebijakan (pemerintah)
 Meluncurkan Rencana Umum Nasional atau
Lokal Keselamatan yang sejalan denganGlobal
Plan;
 Membuat peraturan atau meningkatkan
penegakan hukum dari peraturan yang telah ada;
 Menjamin pendanaan untuk mendukung rencana
nasional.
Organisasi non pemerintah
 Mengupayakan peningkatan kesadaran akan
keselamatan jalan ;
 Mengorganisir kegiatan publik yang masiv;
 Mempengaruhi (ikut memberikan pengaruh)
dalam pembuatan dan perubahan peraturan-
peraturan.
Perusahaan swasta
 Meluncurkan kebijakan keselamatan di
perusahaan masing-masing;
 Mendukung kampanye keselamatan di komunitas
sekitar;
 Berkontribusi secara finansial dalam Dana
Keselamatan Jalan.
Generasi muda
 Berperan sebagai “Duta” keselamatan jalan;
 Bergabung dalam perkumpulan remaja yang
positif;
 Ikut berperan dalam keselamatan jalan di sekitar
sekolah.
Korban kecelakaan lalu lintas
 Berbagi pengalaman tentang konsekuensi
kecelakaan jalan;
 Menjadi pembicara dalam kegiatan “Peringatan
Hari Korban Kecelakaan Sedunia (World Day of
Remembrance for Road Traffic Victims)”;
 Mendukung organisasi non pemerintah.
Media
 Berkomitmen untuk melaporkan pemberitaan
dan tulisan lainnya tentang keselamatan jalan;
 Melaporkan pemberitaan kecelakaan jalan yang
dapat dipertanggung jawabkan, agar dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan kecelakaan
selanjutnya;
 Turut berperan dalam mengkampanyekan
keselamatan jalan melalui media massa.
They are NEVER to young to learn
about Traffic Safety
Final Thought
When I die, I want to die like
my grandfather – who died
peacefully in his sleep. Not
screaming like all the
passengers in his car.
- Author Unknown
TERIMA KASIH

Road Safety for Better Life

Anda mungkin juga menyukai