Anda di halaman 1dari 17

MINI RISET

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

AHMAD SAYUTI 5181121012


HARFIDO JAMSIT PUTRA PRATAMA 5181121012
FERNANDEZ DANISH KHAN 5183121011
YEYEN ANDI KUSUMA 5185021002

DOSEN PENGAMPU
Ir.FIRDAUS,M.Kes

PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sebab telah
memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu
menyelesaikan tugas “MINI RISET” . Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah
saya yaitu “KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”. Tugas ini disusun dengan harapan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khususnya dalam hal cacat dalam kristal
logam . Saya menyadari bahwa tugas makalahini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam
tugas ini terdapat banyak kekurangandan kesalahan, saya mohon maaf karna sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas , karna keterbatasan ilmu dan pemahaman saya
yang belum seberapa. Karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya khususnya. Atas perhatian nya saya mengucapkan
terima kasih.

Medan, 15 November 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

LATAR BELAKANG...............................................................................................................3

RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................5

PROSES PRODUKSIAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN.............................................5

BAB III.......................................................................................................................................8

PEMANTAUAN METODE KERJA ........................................................................................8

BAB IV.....................................................................................................................................11

UPAYA PENGETAHUAN ,REKAYASA PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN


..................................................................................................................................................11

BAB V......................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

A. KESIMPULAN………………………………………………………………….……..14

B. KRITIK DAN SARAN.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dimasa ini, banyak perusahaan maupun industri garmen yang melalaikan Undang-
Undang keselamatan kerja padahal kita tahu bahwa undang-undang undang-undang ini telah
lama disahkan yaitu sekitar tahun 1970. Undang-undang mengenai K3 ini, amatlah penting
disosialisasikan di lingkungan perusahaan / badan industry lainnya. Hal ini dikarenakan untuk
memicu penerapan K3 dalam industry yang bisa berdampak pada hasil produksi dan keselamatan
tenaga kerja.
K3 sendiri merupakan kepanjangan dari kesehatan keselamatan kerja, hal ini membahas
mengenai hak serta kewajiban yang di tanggungkan pada suatu tempat kerja, bisa juga meliputi
jamsostek,cuti hamil,pemberian ganti rugi bagi pekerja yang mengalami cacat fisik. Hal ini
penting untuk di berikan kepada setiap anggota dari tenaga kerja sehingga kesejahteraan tenaga
kerja bisa tercapai.
Keterjaminan kesejahteraan tenaga kerja juga akan memberi dampak secara langsung
maupun tidak langsung pada hasil yang dihasilkan karena hal tersebut berkaitan dengan kondisi
psikis seseorang.
Mengacu pada pernyataan diatas penulis melakukan observasi di suatu tempat industry
yaitu di konveksi yang bernama “gudang soak” yang bertempat di jalan jodipan wetan no 14
malang. Tujuannya guna mengetahui seberapa jauh penerapan UU K3 di industry tersebut.
Observasi ini dilakukan selain untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penerapan K3 di industry
tersebut juga untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 yang kemudian disajikan dalam bentuk
makalah.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan membahas tentang (1) Proses produksi dan identifikasi
permasalahan keslamatan kerja,(2) Pemantauan dan metoda, (3) Upaya pengetahuan, rekayasa
pengendalian dan penanggualangan kecelakaan kerja.(4) Faktor yang mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja, (5)Penyesuaian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja.
C. Tujuan observasi

1. Menambah informasi mengenai UU yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Mengetahui seberapa tingkat penerapan K3 di industry konveksi.
3. Dapat menurunkan terjadinya kecelakaan pada pekerja.
4. Dapat meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan dan pentingnya jaminan kesehatan bagi
pekerja.
5. Mengetahui berbagai dampak penerapan K3 di industry terhadap hasil produksi
6. Mengetahui cara untuk mengatasi serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja di industry.
BAB II
PROSES PRODUKSIDAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Diagram alir dan uraian proses produksi

Proses produksi suatu baju di konveksi gudang soak ini diawali dengan pemesaan terlebih
dahulu, pemesan bisa sesuka hati memilih model busana yang dikehendaki,pemesanan ini bisa
dari luar maupun dalam kota malang sendiri, biasanya para pemesan memberi contoh baju apa
yang ingin dibuat,bila tidak ada contohnya bisa dengan menggunakan sketsa. Kemudian
dilanjutkan dengan pemilihan bahan yang akan digunakan untuk busana tersebut,pemilihan ini
amat penting,Karena hal ini juga memberi pengaruh terhadap kualiatas suatu busana. Proses
selanjutnya ialah pembuatan pola baju, dalam proses ini kain akan tata kemudian dipotong sesuai
dengan pola yang telah dibuat, cara pembuatan pola yang digunakan dalam konvesi tersebut, a)
dengan menggunakan jiplakan yang telah dibuat biasanya terbuat dari kertas, b) dengan
mendedel contoh baju yang telah dibawa oleh si pemesan, dari dedelan tersebut akan terbagi
dalam beberapa pola, pola inilah yang dijiplak di bahan c) tanpa jiplakan, maksudnya disini pola
busana yang akan dibuat langsung digambar dibahan, kemudian langsung dipotong. Pemotongan
bahan, ada 3 alat gunting yang digunakan untuk memotong bahan, a) gunting kain biasa gunting
ini biasa digunakan untuk bahan kain yang hanya beberapa lapis, tidak terlalu banyak. Gunting
inilah yang sering kita jumpai ketika ingin memotong sesuatu. b) gunting kain yang sedang,
gunting ini digunakan untuk ketebalan yang sedang, yaitu kurang lebih sekitar 10 lapis kain,
gunting ini bentiknya sama sekali berbeda dengan gunting yang sering kita jumpai. c) gunting
kain yang digunakan untuk memotong bahan dengan ketebalan yang amat tebal, cara
penggunaan mesin gunting ini hampir sama dengan yang sedang tadi,mesin gunting jenis ini bisa
menggunting dengan ketebalan mencapai kurang lebih 10 cm. proses selanjutnya yaitu
penjahitan busana, dalam konveksi ini cara menjahit busananya tidak per bagian-bagian,
maksudnya jahit busananya itu satu orang menjahit satu baju utuh dari awal sampai akhir tanpa
dioper pada orang lain. Setelah selesai menjahit proses yang paling akhir yaitu proses packing.
Proses ini meliputi pengepresan busana, melipat busana, serta pemasukan busana dalam plastik
kemas. Setelah selesai dikemas barang siap untuk dikrimkan kepada pelanggan.

B. Identifikasi permasalahan

1. Faktor lingkungan kerja

Faktor ini amat berpengaruh terhadap meningkat atau tidaknya suatu tempat usaha seperti
konvesi/garmen. Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan –
kecelakaan kerja, penyakit, dan hal – hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu
meningkatkan kulitas kehidupan kerja para pekerja, perusahan akan semakin efektif. Peningkatan
– peningkatan terhadap hal ini akan mengasilkan :
a) Mengingkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang
b) Menginkatnya efisensi dan kualitas kerja yang lebih berkomitmen
c) Menurunnya biaya – biaya kesehatan dan asuransi
d) Tingkat Kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya
pengajuan klaim
e) Felksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi
dan rasa kepemilikan
f) Rasio seleski tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan

2. Potensi bahaya kecelakaan kerja

Tentunya suatu garmen/konvesi seperti halnya di tempat observasi kami tidak


menginginkan suatu kecelakaan yang terjadi pada karyawan mereka, tetapi suatu kecelakaan
kerja bisa terjadi setiap saat, seperti halnya yang pernah terjadi di konvesi gudang soak,ada
seorang karyawan dibagian pemotong kain/bahan tledor sehingga mengakibatkan terjadinya
kecelakaan kerja,yaitu berupa tangannya terkena mesin pemotong. Suatu badan
perusahaan/industry sebaiknya lebih memperhatikan hal ini karena hal ini bila terjadi suatu
musibah pada karywan akan merugikan perusahaan sendiri,karena perusahaan harus memberi
ganti rugi, hasil yang didapat akan menurun karena kehilangan seorang pegawai. Jadi, sebaiknya
konvesi gudang soak maupun perusahaan lain lebih memperhatikan hal tersebut.agar omset yang
didapat lebih meningkat lagi.

3. Kererasian peralatan dan sarana kerja dengan tenaga kerja

Di tempat konveksi gudang ini memiliki dua orang pemilik yaitu pak faisol serta adik
kandungnya yang bernama pak yudi, dari dua orang pemilik ini hasil yang di hasilkan tidak
hanya pada konveksian kemeja saja, tapi juga tempat pembordiran serta ada juga tempat
pembuatan kaos banyak yang telah memesan di tempat itu seperti halnya SMK 4 MALANG saat
membuat kaos olahraga dari sekolah mereka.
Peralatan yang ada ditempat itu beragam ada mesin pemotong kain manual,pemotong kain
mesin, mesin besar/high speed,mesin obras,mesin pembuat lubang kancing, di ruang yang
berbeda ada mesin pembuat bordiran, ada mesin untuk membuat rantai,mesin memasang
rib,mesin untuk menjahit kain kaos, serta banyak lagi mesin yang ada di tempat tersebut. Pemilik
dari gudang soak sangatlah mengerti tentang pegawainya. Beliau memempatkan orang yang
telah lama berkecimpung didunia pembuatan busana di bagian pembuatan pola dan pemotang
pola, karena ujung tombak dalam pembuatan busana ada di bagian tersebut, bila pada terjadi
kesalahan pada bagian ini akan menyebabkan gangguan juga pada bagian yang lainnya sesuai
atau tidak sesuainya model juga bergantung pada bagian ini, sehingga pak faisol mengangkat
orang bagian ini sebagai tangan kanannya, yaitu orang yang telah mendapat kepercayaan dari
pak faisol untuk mengarahkan para pegawai lain bila pak faisol tidak ada. Sebagian pegawai di
tempat itu adalah laki-laki hal ini dikarenakan agar peralatan yang berat-berat bisa dikerjakan
oleh mereka, tanpa merasa kesulitan karena pemiliknya sangat kasihan bila dikerjakan oleh
seorang wanita.

4. Faktor manusia

Faktor ini biasanya diakibatkan karena seseorang kurang teliti,kurang memperhatikan


keselamatan kerja,akhirnya berdampak pada hasil yang akan di hasilkan. Seharusnya sebagai
karyawan harus bisa melindungi dirinya sendiri sehingga dia akan tetap merasa aman dan bisa
terhindar dari hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kecelakaan kerja yang dilakukan si
pekerja sendiri dan berakibat pada kesehatan pekerja serta merugikan perusahaan atau industry
tempet si pekerja bekerja. Perlingdungan bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
pelindung diri ketika sedang bekerja, suatu alat pelindung diri seharusnya bisa memberi
kenyamanan serta keamanan bagi si pemakai

BAB III
PEMANTAUAN DAN METODA KERJA
A. Faktor teknis

1. Faktor lingkungan kerja

Karena factor ini sangat mempengaruhi adanya pemingkatan maupun penurunan omset
suatu badan industry, Kesehatan dan kerja sangat erat hubungannya, sebab lingkungan kerja
dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Pekerja mungkin saja terkena jarum mesin saat
menjahit,terkena mesin pemotong saat memotong kain, ataupun situasi kerja penuh tekanan.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan kesadaran bagi para pekerja terhadap kesehatan
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. maka perlu adanya kajian yang
membahas tentang hal ini.metode-metode untuk mengurangi kecelakaan yang dikarena factor
lingkungan perlu di adakan di suatu tempat industry. Metode yang bisa diterapkan yaitu dengan :
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan
keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya

2. Potensi bahaya kecelakaan kerja

Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang


terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum (Mathis dan Jackson 2002). Ditempat observasi
yang kami datangi, disana potensi kecelakaan yang sering terjadi yaitu terkena patahan jarum
mesin jahit, terkena sengatan arus listrik, terkena setrika saat menyetrika pakaian serta
kecelakaan berat yaitu terkena mesin pemotong saat memotong bahan, terjadi ketulian
dikarenakan terlalu seringnya pegawai menjahit. Maka dari itu perlu pencegahan agar hal
tersebut tidak sampai terjadi.
Metode yang bisa terapkan yaitu dengan adanya perlindungan bagi diri seorang pekerja
saat pekerja, bisa menggunakan alat pelindung diri. Hal ini harus disertai dengan kesadaran
pegawai tentang pentingnya memakai alat pelindung diri serta juga harus ada pengawasan
pemimpin terhadap karywannya mengenai hal tersebut.

3. Sarana dan peralatan kerja

Peralatan kerja yang digunakan pada saat menjahit seperti gunting tidak dilengkapi
dengan pengaman. Oleh sebab itu tingkat terjadinya cedera pada tangan semakin tinggi untuk
pengunaan gunting dalam jangka waktu yang lama.
Sebaiknya utnuk mengurangi kecelakaan kerja alat yang digunakan seperti gunting dilengkapi
dengan pelindung berupa lilitan kain pada pegangan gunting. Hal ini dilakukan untuk mencegah
cedara pada tangan. Misalnya tangan menjadi lecet seperti yang dilakukan di tempat observasi
kami, disana yang berada di bagian pemotongan mengeluhkan karena tangannya yang lecet bila
menggunakan pemotong kain manual, makanya disana di beri lilitan kain di bagian yang
bersentuhan dengan tangan saat di operasikan.

B. Faktor manusia

1. Kesehatan tenaga kerja

Kita amat tahu kesehatan tenaga kerja itu penting agar omset bisa meningkat, penjagaan
terhadap kesehatan tenaga kerja bisa dilakukan dengan cara memberikan peraturan tentang
penggunaan alat pelindung diri.ada banyak pengertian mengenai alat perlindungan diri.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik
Indonesia.
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorangdalam
pekerjaanpekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja.
APD merupakan cara terakhir untuk melindungi tenaga kerja setelah dilakukan beberapa usaha
(Syamsul Mubarok, 2007).
Alat perlindungan diri ini ada berbagai macam:
a) Alat pelindung kepala
Melindungi rambut pekerja supaya tidak tertarik mesin yang berputar, melindungi kepala dari
benturan benda keras.
a) Alat pelindung mata
Digunakan untuk melindungi mata dari terkena patahan jarum,serta melindungi mata agar
terkena debu.
b) Pelindung tangan
Hal ini penting ada untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam serta
benda yang berat.
c) Pakaian kerja
Hal ini penting bagi semua pekerja, agar setelah selesai bekerja potongan potongan
benang tidak menempel di baju serta baju tetap terlihat bersih. Pada tempat yang telah kami
datangi sebagian sudah menggunakan APD akan tetapi penggunaan APD ini tidak semua
diberlakukan pada semua aspek. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan pekerja tentang
APD itu sendiri. Akan tetapi disisi lain pekerja sudah menggunakan APD misalnya saja kursi
yang dilengkapi dengan sandaran agar sewaktu-waktu saat punggung terasa capek itu dapat
direfleksikan pada sandaran kursi.
Selain itu kursi juga dilengkapi dengan bantal kursi. Hal ini merupakan salah satu cara
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja. Penggunaan bantal kursi ini memebrikan manfaat
yang sangat besar bagi pekerja karena dapat mengurangi rasa sakit saat duduk terlalu lama di
kursi kerja. Semua alat pelindung diri yang pekerja sediakan dilandasi dengan kenyamanan dan
pengalaman saat bekerja.

Oleh sebab itu perlu adanya pengarahan dan pemberian informasi kepada pekerja tentang
penggunaan APD dan pentingnya penggunaan APD dilingkungan kerja untuk mecegah
terjadinya PAK dan kecelakaan akibat kerja.

2. Kesesuaian sikap, cara dan system kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa beban
fisik, mental dan sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka mungkin lebih cocok untuk beban fisik atau
mental atau sosial. Sesuai dengan hal teesebut sehingga perlu adanya penyesuaian mengenai
pekerjaan dengan si pekerja agar bisa terjadi kesinambungan. Hal ini bisa dengan cara dengan
memberikan training kepada pegawai baru,sehingga nantinya dikala mereka sudah benar-benar
bekerja mereka tidak merasa terbebani. Karena telah diajari terlebih dahulu bagaimana cara
menggunakan mesin jahit,, serta di ajari bagaimana cara mengoperasikan mesin tersebut, hal ini
juga bisa dimanfaatkan oleh pemilik usaha untuk menyeleksi orang-orang yang sesuai dengan
criteria yang ada, yaitu kriteria yang telah ditentukan oleh perusahaan/tempat konveksi.
BAB IV
UPAYA PENGETAHUAN, REKAYASA PENGENDALIAN DAN
PENANGGULANGAN

A. Rekayasa teknologi pengendalian


Bila penyebabnya sudah diidentifikasi, strategi – strategi dapat dikembangkan untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya – bahaya kerja. Untuk menentukan apakah suatu
strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan, dan frekuensi
penyakit – penyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut diberlakukan

1. Memantau Tingkat Keselamtan Dan Kesehatan Kerja

Mewajibkan perusahaan – perusahaan untuk menyimpan catatan insiden – insiden


kecelakaan dan kasus penyakit yang terjadi dalam perusahaan. Perusahaan juga mencatat tingkat
kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau kasus penyakit tersebut ;

a) Tingkat Insiden
Indeks keamanan industri yang paling ekspilist adalah tingkat insiden yang
menggambarkan jumlah kecelakaan dan penyakit dalam satu tahun. Hal ini patut diterapkan
dalam suatu tempat konveksi agar, setiap tahunnya ada pengevaluasian mengenai seberapa
tingkat kecelakaan yang terjadi dalam satu tahun, sehingga kecelakaan pekerja bisa lebih
dikurangi.
b) Tingkat Frekuensi
Tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu juta jam
kerja bukan dalam tahunan seperti dalam tingkat insiden. Biasanya tingkat frekuensi ini sering di
sajikan dalam bentuk diagram batang.
c) Tingkat Kegawatan
Tingkat kegawatan menggambarkan jam kerja yang hilang karena kecelakaan atau
penyakit,inilah akibatnya bila suatu tempat konveksi kurang memperhatikan tentang keselamatan
kerja, badan usaha tersebut akan merugi dikarenakan omset yang didapat menurun.
d) Mengendalikan Kecelakaan
Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keselamatan kerja barang
kali adalah dengan merancang lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga kecelakan tidak akan
terjadi.
e) Ergonomis
Ergonomis merupakan suatu proses penyesuaian pekerjaan dengan pekerja, bukan
sebaliknya. Di tempat observasi kami sangat memperhatikan hal tersebut, karena hal ini
merupakan cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatakan keselamatan kerja yaitu dengan
membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu melelahkan bagi pekerja.
2. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja memberi dampak pada kesehatan bagi pekerja, misalnya : bila tempat
kerja tidak bersih maka kurang sedap dipandang, serta akan memimbulkan gangguan terhadap
kesehatan diri seorang karyawan/pegawai. Beradasarkan observasi yang kami lakukan disana
telah menerapkan berbagai kegiatan yang berkaitan penjagaan lingkungan, disana telah diadakan
jadwal giliran untuk piket sebelum bekerja, serta di mesin disertai dengan adanya kantong untuk
Emembuang sampah sehingga kebersihan bisa di jaga selalu.

3. Keselamatan kerja
Keselamatan saat bekerja amatlah penting, karena itu perlu adanya pantauan dari pihak
pemilik produksi sendiri.

B. Pencegahan dan penanggulangan dari aspek manusia

1. Penyakit akibat kerja


Sumber – sumber potensial penyakit- penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan sama
beragamanya seperti gejala – gejala penyakit tersebut.

a) Kategori Penyakit Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan


Dalam jangak panjang, bahaya – bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan
kanker kelenjar tiroid, hati, paru – paru, otak, ginjal dan lain – lain
b) Kelompok – kelompok Pekerja Yang Berisiko
c). Kehidupan Kerja Berkualitas Rendah
Bagi banyak pekerja, kehidupan kerja berkualitas rendah akan menyebabkan oleh kondisi
tempat kerja yang gagal untuk memenuhi preferesnis – preferensi dan minat – minat tertentu
seperti rasa tanggung jawab, keinginan akan pemberdayaan dan keterlibatan dalam pekerjaan
tantangan, harga diri, pengendalian diri, penghargaan, prestasi, keadilan, keamanan, dan
kepastian
d). Stress Pekerjaan
Penyebab umum stress bagi banyak pekerja adalah supervisor (atasan), salary (gaji),
security (keamanan), dan safety (keselamatan). Aturan – aturan kerja yang sempit dan tekanan –
tekanan yang tiada henti untuk mencapai jumlah produksi yang lebih tinggi adalah penyebab
utama stress yang dikaitkan para pekerja dengan supervisor. Berikut ini salah satu penyebab
stress kerja yaitu :
•Perubahan Organisasi
Perubahan – perubahan yang dibuat oleh perusahaan biasanya melibatkan sesuatu yang penting
dan disetai keridakpastian
Tingkat Kecepatan kerja
Tingkat kecepatan kerja dapat dikendalikan oelh mesin atau manusia
Lingkungna Fisik
Walaupun otomatisasi kantor adalah suatu cara meningkatkan produktivitas, hal itu juga
mempunyai kelemahan – kelemahan yang berhubungan dengan stress
Pekerja Yang Rentan Stres
Manusia memang berbeda dalam memberikan respon terhadap penyebab stress
e). Kelelahan Kerja
Adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan –
pekerjaan pelayanan

2. Sikap dan system kerja


Seorang penjahit memang dituntut untuk duduk lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan lain
seperti SPG. Kondisi penjahit yang dominan berada dalam kondisi duduk, kepala menunduk,
punggung membungkuk serta leher menekuk dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
kerja.
Misalnya posisi duduk sekalipun pada saat duduk menurut tegangan pada kaki rendah, sikap tak
alami dapat dihindari, konsumsi energi terkurangi dan kebutuhan peredaran darah hanya sedikit
(Sastrowinoto, 1985). Akan tetapi untuk posisi duduk yang keliru dan terlalu lama tanpa adanya
refleksi otot punggung dapat mengakibatkan sakit punggung. Selain itu pada saat duduk otomatis
perut mengendor maka ini dapat mengakibatkan gangguan dalam salauran pencernaan dan paru-
paru.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada observasi kali ini yang menjadi objek penelitian usaha konveksi gudang soak adalah
usaha penjahitan pakaian yang dimiliki olehbapak faisol beserta adik kandungnya pak yudi.
Tempat penjahitan ini terletak di jalan jodipan wetan no 14 malang.
Beberapa kegiatan/lingkungan pada penjahit yang dapat mengakibatkan kecelakan dan penyakit
akibat kerja diantaranya adalah potensial hazard lingkungan fisik, potensial hazard lingkungan
biologi, dan potensial hazard lingkungan kimia.
Contoh potensial hazard llingkungan fisik adalah : tata ruang, kebisingan dan polusi, sikap tubuh,
peralatan kerja dan getaran. Potensial hazard lingkungan biologi adalah bakteri yang ada pada
kain yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakaian. Selain itu ada juga potensial
hazard lingkungan kimia contohnya akibat zat pewarna yang digunakan pada proses pewarnaan
pakaian yang dapat menagkibatkan perih pada mata.
Penggunaan APD pada tukang jahit tidak diberlakukan pada semua aspek kegiatan kerja
misalnya pekerja hanya menggunakan kursi dengan sandaran dilengkapi dengan bantal kursi.
Akan tetapi mereka tidak memperhitungkan kemungkinan yang dapat disebabkan karena
penggunaan gunting dalam waktu yang lama sehingga gunting yang digunakan tidak dilapisi
dengan pelindung agar tidak mencederai tangan.
Pada usaha penjahitan ini saat pekerja membuat pola dan melakukan pengguntingan kain dan
pola diletakkan diatas meja untuk digunting. Hal ini merupakan salah satu cara pencegahan PAK
pada tukang jahit.
Akan tetapi, pada tempat usaha penjahitan pakaian ini tidak dilengkapi dengan peralatan
kesehatan seperti kotak P3K. Hal ini dapat membantu jika sewaktu waktu terjadi kecelakaan
kerja. Dengan adanya kotak P3K ini dapat memberikan pertolongan pertama pada pekerja saat
mengalami cedera.

B. Kritik dan saran

Sebaiknya dalam bekerja pekerja menggunakan alat pelindung diri dan memperhatikan
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK yang disebabkan karena penggunaan alat dan
posisi dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Moeadi,M.Kes.,Drs. Ir.2006.Upaya Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Masyarakat Industri.
http://www.google.com
http://id.wikipedia.org
Ikla

Anda mungkin juga menyukai