Dosen Pengampu:
Dr. Keysar Panjaitan M.,Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan...............................................................................................
D. Manfaat............................................................................................
E. Profil Buku.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
A. Pengertian Pembelajaran
Microteaching.......................................................................................
B. Dasar-Dasar Pengajaran Pada
Microteaching.......................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian dalam proses pembelajaran, seorang guru yang profesional tidak
cukup hanya dengan telah menguasai sejumlah materi pembelajaran saja, akan tetapi
harus ditunjang oleh kemampuan dan keterampilan lain sesuai dengan unsur-unsur
yang terkait dengan sistem dan proses pembelajaran. Secara khusus kemampuan
utama yang harus dimiliki secara profesional, selain menguasai materi atau bahan
ajar ádalah keterampilan-keterampilan dasar mengajar.
As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar pada
dasarnya adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific
instructional behaviours) yang harus dimiliki dan diterapkan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran (1991). Adapun jenis- jenis keterampilan
dasar mengajar yang harus dikuasai oleh setiap guru antara lain: keterampilan
membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan
memberikan stimulus yang bervariasi, keterampilan menggunakan metoda dan media
secara tepat, keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran, keterampilan
bertanya, memberikan balikan dan penguatan, dan keterampilan-keterampilan
lainnya.
Selain keterampilan dasar mengajar yang menjadi kemampuan utama yang harus
dikusai oleh setiap guru, bahwa setiap guru juga harus menguasai dan mampu
melaksanakan proses pembelajaran secara logis dan sistematis dari mulai kegiatan
membuka, kegiatan inti, dan kegiatan menutup pembelajaran.
Ketika guru mata pelajaran Ahlak di kelas VII Tsanawiyah akan mengajarkan topik
“Berbuat baik kepada orang tua” misalnya, dalam prakteknya guru tidak langsung
membahas apa dan bagaimana berbuat baik kepada orang tua. Akan tetapi terlebih
dahulu guru melakukan pembukaan untuk mengkondisikan siswa agar siap untuk
mengikuti pembelajaran. Setelah perhatian dan motivasi siswa siap untuk belajar,
baru kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti dan seterusnya sampai pada kegiatan
akhir atau penutupan.
Adapun yang menjadi persoalan, apakah setiap mahasiswa calon guru yang telah
menyelesaikan seluruh program perkuliahan pada lembaga pendidikan keguruan
yang diikutinya dapat sekaligus memiliki kemampuan melaksanakan tugas
pembelajaran yang komplek itu secara profesional di sekolah tempatnya
bertugas ... ?; Apakah setiap mahasiswa calon guru atau para guru yang sudah lama
mengajar dijamin sudah menguasai dan menerapkan keterampilan dasar mengajar
secara profesional ... ?; dan apakah setiap guru sudah memahami dan mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara logis dan sistematis ... ?, atau sejumlah
pertanyaan lain yang dipersyaratkan harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut idealnya tentu saja ya
mereka sudah memiliki kemampuan itu, karena setiap mahasiswa calon guru selain
telah mempelajarai berbagai teori keguruan dan bidang studi yang harus
diajarkannya, juga mereka telah menempuh pengalaman praktis yaitu melakukan
kegiatan praktek mengajar di sekolah tempat latihan melalui Program Pengalaman
Lapangan (PPL).
Demikian halnya terhadap mereka yang sudah menjabat profesi sebagai guru,
kemampuan-kemampuan yang dipersyaratkan itu seharusnya sudah melekat pada diri
setiap guru sesuai dengan jabatan profesi yang diembannya. Secara teori ketika
mereka mengikuti pendidikan keguruan telah mempelajari konsep- konsep dan
praktek-praktek keguruan, ditambah dengan pengalaman ketika telah menjadi guru,
maka tentu saja kemampuan-kemampuan praktis sesuai dengan yang dituntut oleh
profesi guru telah dimilikinya.
Program pengalaman lapangan (PPL) sebagai suatu program akhir dalam struktur
kurikulum keguruan, bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan
yang telah dipelajari melalui kegiatan perkuliahan di kampus. Kegiatan praktek
mengajar melalui program PPL, diharapkan menjadi sarana tempat berlatih bagi
mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dalam suasana pembelajaran
yang sebenarnya. Dari kegiatan praktek mengajar yang telah diikutinya diharapkan
dapat melahirkan para calon guru yang sudah memiliki kesiapan profesional untuk
melaksanakan tugas mengajar dan tugas- tugas kependidikan lainnya ditempatnya
mengajar kelak.
Dari hasil pengamatan dan berbagai penelitian yang dilakukan, cukup banyak
memberikan bukti yang kuat, bahwa
B. Rumusan Masalah
Copyright and moral on the writter issue or economic rights on the directorate general
of education islamic minister of religions RI.
It is not allowed to multiply part of all of my mother’s content is the form and
in any way without written consent of the directorate general of islmic eduacation of
the ministry of reigions of RI
ISBN : 978-602-7774-23-0
Hang Cover : http://a0.twimg.com/profile_images/2497911161/
TeachLearnBlocks1.jpg
Dalam kegiatan belajar satu Anda sudah mempelajari yang melatar belakangi
munculnya pembelajaran mikro. Tentu Anda masih ingat betul alasan-alasan yang
menjadai pertimbangan pentingnya pembelajaran mikro dalam proses pendidikan
keguruan. Bagaimana kira-kira masih terbayang dalam ingatan Anda ... ? Baiklah
untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang pembelajaran mikro, kita
lanjutkan pada pembahasan berikutnya yaitu pengertian pembelajaran mikro.
Pembelajaran mikro (micro teaching) adalah salah satu pendekatan atau cara
untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “micro” atau
disederhanakan. Penyederhanaan ini terkait dengan setiap komponen pembelajaran,
misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar
yang dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan unsur-unsur
pembelajaran lainnya. Seperti sudah dipelajari dalam kegiatan belajar 1 bahwa
unsur-unsur pokok pembelajaran itu ada empat yaitu: a) tujuan atau kompetensi, b)
materi yang harus dipelajari siswa, c) metode dan media, dan d) evaluasi. Adapun
yang dimaksud penyederhanaan dalam pembelajaran mikro tersebut termasuk
penyederhanaan keempat aspek pembelajaran tersebut.
Jika dalam pembelajaran biasa yang normal di Madrasah Ibtidaiyah misalnya, waktu
satu jam pembelajaran berikasar antara 35 s.d 40 menit 45 menit, jumlah siswa
perkelas antara 30 s.d 35 orang sisiwa, membahas topik berbuat baik kepada orang
tua (ahlak), menerapkan beberapa jenis keterampilan mengajar, menggunakan multi
metoda dan media pembelajaran secara serentak. Dapat dibayangkan betapa
kompleknya situasi pembelajaran tersebut. Untuk menghadapinya tentu saja harus
sudah memiliki kesiapan pengetahuan dan pengalaman praktis yang memadai
sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang maksimal, itu dalam situasi
pembelajaran yang sebenanrnya (real teaching).
Dengan pendekatan micro teaching sebagai sarana berlatih mengajar, setiap unsur
pembelajaran tersebut disederhanakan. Bentuk penyederhanaan tersebut misalnya,
waktu pembelajaran yang normal antara 33 s.d 40 menit menjadi 10 s.d
15 menit, jumlah siswa dalam kondisi sebenarnya berhadapan dengan sejumlah
25 s.d 30 orang dibatasi menjadi 5 s.d 10 orang siswa, keterampilan dasar mengajar
yang bermacam-macam itu dalam latihan hanya difokuskan kepada keterampilan
tertentu saja, misalnya keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, atau
memfokuskan pada keterampilan menggunakan metoda dan media tertentu saja,
terserah Anda unsur mana yang akan dilatihkan.
Setiap calon guru yang sedang berlatih atau guru yang sedang meningkatkan
keterampilan dasar mengajarnya melalui pembelajaran mikro, diobservasi dan
dianalisis oleh observer atau supervisor yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Kegiatan observasi dimaksdukan untuk mencermati dan menyimpulkan kelebihan
dan kekurangan setiap peserta yang berlatih. Kemudian diadakan forum diksusi
umpan balik untuk membahas kelebihan dan kekurangan disertai rekomendasi dan
solusi untuk penyempurnaan dalam praktek atau latihan berikutnya. Dengan
didasarkan pada hasil kesimpulan dan rekomendasi yang didapatkan, kemudian calon
guru atau guru yang berlatih tersebut mengulang kembali melakukan proses latihan
memperbaiki kekurangan sesuai dengan masukan yang diperoleh, sampai akhirnya
diperoleh kemahiran yang maksimal, dan begitu seterusnya.
B. Pengertian
3. Sugeng Paranto, dkk. (1980) mikro teaching merupakan salah satu cara latihan
praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar yang di
“mikro”kan untuk membentuk, mengembangkan keterampilan mengajar.
1. Pengertian yang pertama dari Mc. Laughlin dan Moulton menyatakan; bahwa
mikro teaching merupakan suatu pendekatan untuk melatih penampilan guru
(performance training method). Yang perlu digaris bawahi dari pengertian
tersebut adalah “penampilan”, yang dimaksud dengan penampilan tersebut
adalah penampilan yang merefleksikan sosok atau figur sebagai seorang guru
yang profesional.
2. Pengertian yang kedua dari A. Perlberg; pada dasarnya hampir sama dengan
pendapat yang peretama. Mikro teaching menurut pengertian yang kedua ini
adalah merupakan sebuah laboratorium yang berfungsi untuk
menyederhanakan proses latihan mengajar. Kata kunci dari pengertian kedua
ini terletak pada penyederhanaan dari sesuatu yang komplek “simplifyng the
complexities”.
3. Pengertian yang ketiga dari Sugeng Paranto; Tentu saja sudah cukup jelas,
karena hampir sama dengan teori yang kesatu maupun yang kedua. Menurut
Sugeng Paranto bahwa Mikro teaching adalah pendekatan latihan mengajar
yang di-mikro-kan. Yang perlu digaris bawah dari pengertian ketiga ini yaitu
di-mikro-kan. Istilah di-mikro-kan dalam pengertian mikro teaching menurut
Sugeng Paranto, sama dengan istilah “simplifyng” yang dikemukakan oleh A.
Perlberg. Yaitu bentuk latihan mengajar yang disederhanakan. Maksud
penyederhanaan ini terutama agara setiap yang berlatih terfokus pada
penampilan tertentu saja, sehingga secara akurat dapat dikontrol kelebihan dan
kekurangan yang masih ada untuk kemudian dilakukan proses latihan ulang
agar diperoleh kemampuan yang diharapkan.
1. Mikro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk melatih
calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan
(kompetensi) penampilan mengajarnya.
2. Sesuai dengan namanya “micro teaching”, maka proses pelatihan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro, dapat dilakukan untuk seluruh
aspek pembelajaran. Adapun dalam teknis pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap dan hanya memfokuskan pada bagian demi bagian secara terisolasi
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh yang akan berlatih atau sesuai dengan
arahan dari supervisor.
3. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan pada dasarnya adalah mengorganisasikan isi
pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh
siswa. Dalam teori lain keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi lisan yang
diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab
akibat, atau antara yang diketahui dengan yang belum diketahui.
Tujuan dari kegiatan menjelaskan antara lain adalah a) untuk membimbing siswa
memahami dengan jelas b) untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum,
dalil dan unsur-unsur yang terkait dengan sesuatu yang dijelaskan secara objektif
dan bernalar, c) untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam
memecahkan masalah melalui penerapan cara berpikir secara kritis, analitis,
logis dan sistematis, d) untuk membantu memenuhi rasa ingin tahu siswa
(quriousity) e) untuk mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya
terhadap sesuatu yang dijelaskan.
4. Keterampilan Bertanya Dasar
Kegiatan bertanya atau menyampaikan pertanyaan hampir terjadai dan
dilakukan oleh setiap orang dalam setiap aspek kehidupan dan tidak mengenal
batas-batas tertentu. Jenis pertanyaan dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu
pertanyaan dasar, dan pertanyaan lanjut. Pertanyaan dasar adalah merupakan
pertanyaan, suruhan atau pernyataan awal yang menjadi pembuka, untuk
meminta penjelasan atau keterangan (respon) dari pihak yang ditanya. Dalam
pembelajaran menyampaikan pertanyaan memiliki tujuan dan manfaat,
antara lain yaitu; a) Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang
suatu topik, b) Memusatkan perhatian pada masalah tertentu, c) Menggalakkan
penerapan belajar aktif, d) Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri,
e) Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara
maksimal, f) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa, g) Mengkomunikasikan dan
merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, h) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan, i)
Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong
mengembangkan proses berpikir, j) Mengembangkan kebiasaan menanggapi
pernyataan teman atau pernyataan guru, k) Memberi kesempatan untuk belajar
berdiskusi, l) Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa.
Agar setiap pertanyaan yang diajukan menjadi instrumen pembelajaran, maka
harus dihindari beberapa kebiasaan buruk seperti: a) Mengulangi pertanyaan
sendiri, b) Mengulangi jawaban siswa, c) Menjawab pertanyaan sendiri, d)
Memancing jawaban serentak, e) Pertanyaan ganda, f) Menentukan siswa.
Drs. Dadang Sukirman, M.Pd. Pembelajaran Micro Teaching, jakarta pusat: Wajaj
Bahaunar Shidiq, 2009