METODE RULA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Lab K3
Disusun Oleh:
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan metode RULA?
b. Bagaimana cara penilaian postur tubuh A?
c. Bagaimana cara penilaian postur tubuh B?
d. Bagaimana cara penilaian grand skor RULA?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya
pengetahuan dan wawasan tentang penilaian metode RULA dalam
pembelajaran salah satu mata kuliah Lab keselamatan dan kesehatan
kerja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
risiko relatif tinggi. Analisa dapat menentukan kontribusi tiap faktor
terhadap suatu pekerjaan secara keseluruhan dengan cara melalui nilai
tiap faktor risiko. Disamping itu, metode RULA merupakan alat untuk
melakukan analisa awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko
pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera, yaitu:
a. Postur tubuh
b. Kontraksi otot statis
c. Gerakan repetitive
d. Pengerahan tenaga dan pembebanan
5
cukup panjang, akan lebih baik untuk melakukan penelitian dengan
interval secara regular. Dalam hal demikian, maka lama waktu terhadap
postur tubuh yang mengalami pembebanan tersebut perlu di
pertimbangkan.
Pengukuran terhadap postur tubuh dengan metode RULA pada
prinsipnya adalah mengukur sudut dasar yaitu sudut yang di bentuk oleh
perbedaan anggota tubuh (limbs) degan titik tertentu pada postur tubuh
yang di nilai. Pengukuran ini dapat secara langsung dilakukan pada
pekerja dengan menggunakan peralatan pengukur sudut, seperti:
busur,elektro-goniometer, atau peralatan ukur sudut lannya atau juga
dengan kamera.
Metode ini harus dilakukan terhadap dua sisi anggota tubuh kiri dan
kanan. Metode RULA membagi anggota tubuh kedalam 2(dua) segmen
yang membentuk dua (2) grup yang terpisah yaitu grup A dan B. grup A
meliputi anggota tubuh bagian atas (lengan atas, lengan bawah, dan
pergelangan tangan). Sementara itu grup B meliputi kaki, badan (trunk)
dan leher. Selanjutnya skor A dan B dihitung dengan menggunakan tabel
dengan memasukan skor untuk masing-masing postur tubuh secara
individu. Skor postur tubuh untuk masing-masing anggota tubuh
didapatkan dari pengukuran sudut yang di bentuk oleh perbedaan anggota
tubuh pekerja.
Selanjutnya, skor postur tubuh total untuk grup A dan B dapat di
modifikasi tergantung pada jenis aktifitas otot yang terlibat dan
pengerahan tenaga selama melakukan pekerjaan. Terakhir, skor final
didapatkan dari hasil modifikasi dar inilai total. Grand skor yang diperoleh
merupakan proporsional dari risiko yang terjadii selama pekerjaan
berlangsung, sehingga skor tertinggii mengindikasikan risiko gangguan
system musculoskeletal yang tertinggi pula. Metode RULA ini membagi
grand skor kedalam tinggkatan aksi yang di lakukan (action levels)
sebagai pedoman yang di buat setelah dilakukan penilaian didalam
penentuan skor. Tingkat aktivitas ini dibuat dengan rentang nilai 1(tidak
6
ada resiko atau dalam batas diperkenankan tanpa resiko yang berarti) s/d
4(mengidikasikan perlu adanya perbaikan segera karena berada pada
tingkat risiko tinggi).
Selanjutnya, secara ringkas dibawah ini akan di jelaskan prosedur
aplikasi metode RULA, sebagai berikut:
a. Menentukan siklus dan mengobservasi pekerja selama variasi
siklus kerja tersebut
b. Memilih postur tubuh yang akan di nilai
c. Memutuskan untuk menilai kedua sisi anggota tubuh
d. Menentukan skor postur tubuh untuk masing-masing anggota tubuh
e. Menghitung grand skor dan action levels untuk menilai
kemungkinan risiko yang terjadi
f. Merevisi skor postur tubuh untuk anggota tubuh yang berbeda yang
digunakan untuk menentukan dimna perbaikan diperlukan
g. Jika perubahan untuk perbaikan telah dilakukan, perlu melakukan
penilaian kembali terhadap postur tubuh dengan metode RULA
untuk memastikan bahwa perbaikan telah berjalan sesuai yang
diinginkan.
7
Gambar 2.1. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm).
Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)
dapat dilihat pada table 2.1.
8
Penilaian terhadap lengan bawah (lower arm) adalah penilaian
yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat
melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan bawah
diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun postur lengan bawah
(lower arm) dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Postur Tubuh Bagian Bawah (Lower Arm)
Skor penilaian untuk bagian lengan bawah (lower arm) dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
c. Pergelangan Tangan
Penilaian terhadap pergelangan tangan (wrist) adalah penilaian
yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan
pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh
pergelangan tangan diukur menurut posisi lengan bawah. Adapun
postur pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada gambar 2.3.
9
Gambar 2.3. Postur Tubuh Pergelangan Tangan (Wrist)
Skor penilaian untuk bagian lengan atas (upper arm) dapat dilihat
pada tabel 2.3.
10
Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) postur netral diberi
skor :
1 = Posisi tengah dari putaran
2 = Pada atau dekat dari putaran
Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan
tangan dan putaran pergelangan tangan dimasukan ke dalam table
postur tubuh grup A untuk memperoleh skor seperti terlihat pada Tabel
2.4.
11
Gambar 2.5. Postur Tubuh Bagian Leher (neck)
Skor postur untuk leher harus ditambah dengan 1 (+1), jika posisi
leher menekuk atau memuntir.
12
Gambar 2.6. Postur Tubuh Bagian Badan
13
Gambar 2.7. Postur tubuh untuk Bagian Kaki
14
Tabel 2.7. Skor Grup A
Pergelangan tangan
1 2 3 4
Lengan Lengan Pergelangan Pergelangan Pergelangan Pergelangan
atas bawah tangan tangan tangan tangan
memuntir memuntir memuntir memuntir
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
1 2 3 3 3 3 4 4 4
2 2 3 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 5 5
1 3 3 4 4 4 4 5 5
3 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
1 4 4 4 4 4 5 5 5
4 2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Badan (trunk)
1 2 3 4 5 6
Leher
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
15
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
16
10 kg
Pembebanan dan pengerahan tenaga secara repetitif
3
atau statis 10 kg
Pengerahan tenaga dan pembebanan yang
3
berlebihan dan cepat
17
Langkah terakhir dari metode RULA ini adalah untuk menentukan
tingkat aksi (action levels), yang diperoleh dari tabel 2.10 di bawah ini
yang telah dihitung dari grand skor . dengan demikian, dari nilai grand
skor akan dapat diputuskan apakah perlu dilakukan perbaikan atau tidak
untuk mencegah terjadinya cedera pada system musculoskeletal. Dengan
kata lain, metode RULA dapat menyediakan suatu informasi penting dari
setiap kemungkinan terjadinya risiko ergonomi yang berkaitan dengan
sikap tubuh selama proses kerja.
Skor
Tingkat Kategori
akhir Tindakan
risiko risiko
RULA
Tidak ada masalah dengan postur
1-2 0 rendah
tubuh
Diperlukan investigasi lebih lanjut,
mungkin diperlukan adanya
3-4 1 sedang
perubahan untuk perbaikan sikap
kerja
Diperlukan adanya investigasi dan
5-6 2 tinggi
perbaikan segera
Sangat Diperlukan adanya investigasi dan
7+ 3
tinggi perbaikan secepat mungkin
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20