PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem kerja merupakan gabungan dari beberapa atau seluruh komponen
kerja yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, dimana komponenkomponen tersebut antara lain adalah hardware, operator, software, lingkungan
fisik dan organisasi. Sistem kerja yang baik tidak terlepas dari work place
(tempat kerja) maupun langkah-langkah operasional tugas yang harus
dilakukan dalam suatu pekerjaan.
Aktivitas
pemindahan
bahan
secara
manual
(manual
material
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat
bekerja meliputi : flexion, extension, abduction, adduction, rotation, pronation
dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan. Extension adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi
peningkatan sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan menyamping
menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduction adalah
pergerakan kearah sumbu tengah tubuh (the median plane). Rotation adalah
gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. Pronation adalah
perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supination
adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh (Tayyari,
1997).
Ada empat kriteria yang dapat dijadikan sebagai pengukur yang baik
tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologi, dan sosiologis.
Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem ini memiliki efisiensi dan
produktifitas yang tinggi, yang diukur dari waktu penyelesaian yang sangat
singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan
akibat-akibat
psikologi
dan
sosiologi
yang
ditimbulkan
sangat
minim
(Sutalaksana, 1982).
Tata letak tempat kerja yang ergonomis menekankan pada efektifitas kerja
manusia pada perancangan produk, alat, mesin maupun sistem yang berbeda-beda.
Lingkungan kerja yang tidak ergonomis dapat mempengaruhi postur kerja yang
tidak alamiah timbul (Wignjosoebroto,1992):
1. Kecelakaan kerja
2. Kesalahan kerja
3. Kemampuan adaptasi terhadap kondisi darurat kurang
4. Terjadinya cedera atau luka pada otot
Metode OWAS (Ovako Working Postural Analysis system) adalah suatu
metode yang digunakan untuk mengetahui komplikasi rangka otot sehingga
menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada tubuh. OWAS adalah suatu metode
ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada
seseorang ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS adalah untuk
memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga performance kerja dapat
ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari metode OWAS, digunakan untuk
merancang metode perbaikan kerja guna meningkatkan produktifitas. Metode
OWAS dibuat oleh O. Karhu yang berasal dari negara Finlandia pada tahun 1977
untuk menganalisa postural stress pada bidang pekerjaan manual (Diyan, 2010).
OWAS merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan
pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat.
Masing-masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja.
Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan
dievaluasi (Karhu, 1981):
a. Sikap punggung
1. Lurus
2. Membungkuk
3. Memutar atau miring kesamping
4. Membungkuk dan memutarataumembungkukkedepan dan menyamping.
Klasifikasisikapkerjabagianpunggung.
b. Sikaplengan
1. Kedualenganberada di bawahbahu
2. Satu lenganberada pada ataudiatasbahu
3. Kedualengan pada ataudiatasbahuKlasifikasisikapkerjabagianlengan
c. Sikap kaki
1. Duduk
2. Berdiribertumpu pada kedua kaki lurus
3. Berdiribertumpu pada satu kaki lurus
4. Berdiribertumpu pada kedua kaki denganlututditekuk
5. Berdiribertumpu pada satu kaki denganlututditekuk.
6. Berlutut pada satuataukedualutut
7. Berjalan
Klasifikasisikapkerjabagian kaki:
a. Berat beban
1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W10 Kg )
2. Berat beban adalah 10 Kg 20 Kg (10 KgW 20 Kg )
3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg(W 20 Kg )
Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiridari empat level skala sikap kerja yang
berbahaya bagi para pekerja.
Kategori 1 : Pada sikap ini tidak masalah pada sistem muskuloskeletal.Tidak perlu
perbaikan.
Kategori 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa
yang akan datang Physical FaktorPsychosocial Faktor.
Kategori 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal, postur kerja
mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan. Perlu perbaikan
segera mungkin.
Kategori 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal,postur
kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas. Perlu perbaikan secara langsung / saat
ini juga.
Berikut tabel merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara
keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki
dan berat beban.
4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal. Perlu perbaikan
secara langsung atau saat ini (Anonim, 2010).
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah salah satu metode yang
digunakan untuk menilai postur dalam kaitannya dengan gejala musculeskeletal
disorders. REBA dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau
postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator
(pekerja). Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja (Juwita, 2009).
Pengembangan REBA menurut terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama
adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau
foto, tahap kedua adalah penentuan sudutsudut dari bagian tubuh pekerja, tahap
ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan
penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan
nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA
tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu
dilakukan untuk perbaikan kerja (Nur, 2009).
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA
melalui tahapantahapan sebagai berikut (Nur, 2009) :
1.
2.
sudut segmen tubuh pada masingmasing grup dapat diketahui skornya, kemudian
dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B
untuk grup B agar diperoleh skor untuk masingmasing tabel.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
d. Kalkulator
e. Pulpen
2. Bahan
a. Kertas
b. Foto postur pekerja
4.
3. B. Prosedur Praktikum
1. Metode OWAS dan REBA
5.
Salah
6. satu karyawan yang ada di stasiun kerja yang bekerja dengan
postur
7. kerja yang diperkirakan kurang nyaman diamati.
8.
Pekerjaan tersebut dibagi berdasarkan elemen-elemen kerjanya.
9.
10.
Waktu tiap elemen dicatat dalam 1 hari.
11.
Postur kerja dari pekerja didokumentasikan.
12.
13.
Postur kerja diobservasi, skor diberikan sesuai dengan pergerakan
masing-masing anggota badan menggunakan OWAS dan REBA.
14.
15.
Metode OWAS dan REBA dibandingkan, disumpulkan aplikasinya dan
dibahas dalam laporan.
16.
17.
18. 2.
Analisis What-If
19.
20.
Stasiun
kerja terpilih diamati area kerjanya.
21.
22.
Tabel
dibuat.
23. What-If
Kolom
NumberAnalysis
diisi dengan
urutan nomor.
24.
25. What-if diisi dengan kemungkinan resiko bahaya yang terjadi
Kolom
26. stasiun kerja tersebut.
pada
27.
28. Answer diisi dengan kemungkinan akibat yang mungkin
Kolom
29. karena bahaya yang terjadi.
timbul
30.
31. Likelihood diisi dengan tingkat frekuensi kemungkinan
Kolom
32.
terjadinya
resiko bahaya.
33.
34. Consequence diisi dengan tingkat konsekuensi yang harus
Kolom
ditanggung perusahaan akibat bahaya yang terjadi.
Kolom recommendation diisi dengan rekomendasi dari penganalisis
mengenai tindakan preventif yang harus dilakukan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya bahaya.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50. BAB IV
51. HASIL DAN PEMBAHASAN
52.
A. Pembahasan
53.
Praktikum teknik tata cara kerja acara 2 yang berjudul Analisis
Kenyamanan kerja dan Postur Kerja ini bertujuan agar dalam praktikum ini
praktikan Praktikan dapat mengidentifikasi ketidaknyamanan akibat kerja dan
dapat melakukan analisis postur/sikap tubuh pekerja saat bekerja.
54.
metode untuk mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman
dan berakibat pada cidera musculoskeletal. Prinsip metode OWAS adalah
melakukan
klasifikasi
sederhana
dan
sistematis
postur
kerja
yang
memperbaiki
55.
OWAS dan beberapa hal yang harus dilakukan yang pertama memilih salah
satu elemen kerja pada semua stasiun kerja pada industri yang diamati dan
karyawan tersebut bekerja dengan postur kerja yang ekstrim tau bahkan
membahayakan (bisa diamati melalui foto atau video). Kemudian menimbang
atau memperkirakan berat bahan yang ditangani dan menetapkan metode kerja
yang standar. Setelah semua data tersebut telah tersedia maka baru dilakukan
observasi kerja baik dengan metode OWAS.
56.
Cara penilaian dalam metode
OWAS
dimulai
dari
ringan (kategori 1), pekerjaan agak berat (kategori 2), pekerjaan berat (kategori
3), dan pekerjaan sangat berat (kategori 4). Untuk kategori pekerjaan
ringan/normal (skor 1) belum dibutuhkan perbaikan terhadap posisi pekerja,
untuk kategori pekerjaan agak berat (skor 2) diperlukan perbaikan di masa
yang akan datang, untuk pekerjaan berat (skor 3) berbahaya pada sistem
musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan sesegera mungkin, sedangkan
untuk pekerjaan sangat berat (skor 4) juga berbahaya bagi sistem
muskuloskeletal sehingga diperlukan perbaikan secara langsung saat itu juga.
59.
Setelah satu elemen selesai maka dilanjutkan pada elemen kerja
yang lain dengan tahap yang sama dengan langkah diatas sampei semua
elemen kerja pada stasiun kerja yang dipilih selesai dia analisis dengan metode
ini.
60.
62.
didapatkan elemen kerja yang paling kritis yaitu mencampurkan adonan. Saat
mencampurkan adonan pekerja membungkuk (skor 2), kedua tangannya
dibawah bahu (skor 1) dan bediri dengan kedua kaki lurus serta beban yang
dibawa kurang dari 10kg sehingga didapatkan final skor berdasarkan tabel
OWAS yaitu 1 dan termasuk kategori pekerjaan ringan. Sedangkan untuk
penilaian OWAS yang berdasarkan waktu, pertama-tama waktu untuk
mengambil adonan sekali dibagi dengan waktu totalnya dan dikalikan 100%.
Waktu yang digunakan berdasarkan peta proses operasi (PPO), untuk elemen
kerja mengambil adonan didapatkan hasil 3.14% (diantara 0-20% pada tabel)
sehingga didapatkan dari tabel nilai untuk back 1, arm 1, dan leg 1, dengan
tabel yang sebelumnya juga bisa didapatkan skor loadnya yaitu 1 sehingga
final skor fase kerjanya 1.
63.
Kemudian pada stasiun kerja kedua yaitu pemipihan adonan
didapatkan 3 elemen kerja yang paling kritis, yang pertama adalah mengambil
adonan. Kajiannya yaitu saat mengambil adonan badan pekerja membungkuk
sambil miring kesamping sehingga mempunyai skor 4, tangan dibawah bahu
semua (skor 1), pekerja dalam posisi duduk (skor 1) dan beban yang dibawa
kurang dari 10kg saat sekali pemipihan sehingga didapatkan final skor 2 dan
termasuk pekerjaan kategori agak berat. Yang kedua adalah memasukkan
adonan, pekerjanya dalam keadaan membungkuk kedepan (skor 2), kedua
tangan diatas bahu (skor 3), dan pekerja dalam keadaan duduk (skor 1 ) dan
beban yang dibawa kurang dari 10 kg (skor 1 ) sehingga didapatkan final skor
3 dan termasuk pekerjaan kategori berat. Yang ketiga yaitu saat pekerja
mengeluarkan/menarik adonan, saat itu pekerja membungkuk kebelakang
karena menarik adonannya sehingga diperoleh skor 2, tangan pekerja pada
bahu dan pekerja duduk (skor 1) sehingga didapatkan final skor 3 dan termasuk
pekerjaan kategori berat.
64.
Pada elemen mengambil adonan didapat persentase waktu 0,23 %
sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut
digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS
sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada
elemen memasukkan adonan didapat persentase waktu
0,21 % sehingga
didapat skor pada back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan
untuk mencari skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga
didapatkan skor 1 yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen
menarik adonan didapat persentase waktu 11,20 % sehingga didapat skor pada
back 1, arm1, leg 1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor
fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang
menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen menggulung adonan
didapat persentase waktu 0,28 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg
1 dan load 1 sesuai dengan skor awal. Skor tersebut digunakan untuk mencari
skor fase kerja pada tabel kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1
yang menunjukan kategori pekerjaan ringan. Pada elemen meletakkan adonan
didapat persentase waktu 0,26 % sehingga didapat skor pada back 1, arm1, leg
1 dan load 1. Skor tersebut digunakan untuk mencari skor fase kerja pada tabel
kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan skor 1 yang menunjukan
kategori pekerjaan ringan.
65.
Untuk stasiun kerja selanjutnya yaitu pengukusan kacang hijau,
elemen kerja paling kritisnya yaitu saat pekerja mengangkat dandang yang
berisi kacang hijau yang sudah selesai direbus dari dapur untuk dibawa ke
stasiun kerja penggilingan kacang hijau. Saat mengangkat, pekerja dalam
keadaan bungkuk (skor 2), kedua tangannya berada dibawah bahu (skor 1),
kaki pekerja berjalan/bergerak (skor 7) dan beban yang dibawa lebih dari 20 kg
kacang hijau, sehingga final skornya 3 dan termasuk pekerjaan berat.
Sedangkan penilaian OWAS yang berdasarkan waktu, didapatkan hasil 6,67%
lalu melalui tabel didapatkan skor untuk back 2, arm 1, dan leg 7 dan beban 3.
Sehingga final skornya 1 dan termasuk pekerjaan ringan, berbeda dengan
penilaian OWAS yang tanpa waktu (skor 3 dan termasuk pekerjaan berat), hal
ini disebabkan karena meskipun pekerjaannya berat namun dilakukan dalam
waktu yang cukup singkat maka termasuk pekerjaan yang ringan.
66.
Kemudian pada stasiun kerja pemotongan adonan kulit didapatkan
elemen kerja yang paling kritis yaitu memotong adonan, saat itu pekerja
membungkuk dengan tangan yang berada dibawah bahu sambil duduk dan
membawa beban dibawah 10 kg (skor: 2-1-1-1) sehingga didapatkan final
skornya 2 dan termasuk pekerjaan agak berat. Kemudian untuk penilaian
hasil 3.33% sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 2, arm 1, legs 2, load
1, maka final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan. Hal ini
berbeda dengan penilaian OWAS yang tanpa waktu (skor 3 dan termasuk
pekerjaan berat), hal ini disebabkan karena meskipun pekerjaannya berat
namun dilakukan dalam waktu yang cukup singkat maka termasuk pekerjaan
yang ringan.
70.
Kemudian pada stasiun kerja pengisian bakpia didapatkan elemen
kerja yang paling kritis yaitu saat pekerja mengisi bakpia (merakit kulit dan
isi). Saat itu pekerja membungkuk dengan tangan yang berada dibawah bahu
sambil duduk dan membawa beban dibawah 10 kg (skor: 2-1-1-1) sehingga
didapatkan final skornya 2 dan termasuk pekerjaan agak berat. Kemudian
untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 1.67%
sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 1, arm 1, legs 1, load 1, maka
final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan.
71.
Pada stasiun kerja pengovenan bakpia didapatkan elemen kerja
yang paling kritis yaitu saat pekerja membolak balik bakpia yang dioven, saat
itu pekerja membungkuk (skor 2), kedua tangannya dibawah bahu (skor 1),
sambil berdidi (skor 2) dan beban yang dibawa kurang dari 10 kg (skor 1)
sehingga didapatkan final skor 2 dan termasuk pekerjaan agak berat. Kemudian
untuk penilaian OWAS yang berdasarkan waktu didapatkan hasil 4.22%
sehingga bisa diperoleh skor untuk back nya 1, arm 1, legs 1, load 1, maka
final skornya adalah 1 dan termasuk pekerjaan yang ringan.
72.
Stasiun kerja yang terakhir yaitu pengemasan yang didapatkan
elemen kritisnya yaitu saat pekerja mengambil bakpia untuk dimasukkan ke
dalam plastik. Saat itu pekerja dalam keadaan membungkuk sambil miring
kesamping (skor 4), kedua tangannya dibawah bahu (skor 1), posisi kaki
sambil duduk/ berdiri/jongkok dengan kedua lutut (skor 6) dan beban yang
dibawa kurang dari 10 kg (skor 1) sehingga didapatkan final skornya adalah 4
dan termasuk pekerjaan sangat berat. Kemudian untuk penilaian OWAS yang
berdasarkan waktu didapatkan hasil 66.6% sehingga bisa diperoleh skor untuk
back nya 3, arm 1, legs 4, load 1, maka final skornya adalah 3 dan termasuk
pekerjaan yang berat.
73.
Untuk kategori pekerjaan ringan/normal (skor 1) belum dibutuhkan
perbaikan terhadap posisi pekerja, untuk kategori pekerjaan agak berat (skor 2)
diperlukan perbaikan di masa yang akan datang, untuk pekerjaan berat (skor 3)
berbahaya pada sistem musculoskeletal sehingga memerlukan perbaikan
sesegera mungkin, sedangkan untuk pekerjaan sangat berat (skor 4) juga
berbahaya bagi sistem muskuloskeletal sehingga diperlukan perbaikan secara
langsung saat itu juga.
74.
Untuk OWAS dengan stasiun kerja terpilih, prisip kerjanya adalah
menganalisa postur kerja tiap elemen kerja pada stasiun keja agar dapar
memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja.
75.
Tahap pertama dalam menganalisa OWAS pada stasiun kerja
pemipihan adalah mengidentifikasi elemen kerja yang terdapat pada stasiun
tersebut. Setelah didapat elemen kerja, yaitu mengambil adonan, memasukkan
adonan, menarik adonan, menggulung dan meletakkan adonan, praktikan
mengamati postur kerja pada tiap elemen kerja. Pada setiap elemen kerja
memiliki beban kurang dari 10 kg sehingga tiap elemen diberi skor 1. Pada
elemen kerja mengambil adonan, postur kerja bagian punggung bergerak
miring ke samping sehingga skornya 3, bagian lengan kedua tangan bergerak di
bawah bahu sehingga diberi skor 1 dan bagian kaki jongkok dengan kedua lutut
sehingga diberi skor 4. Final skor pada elemen kerja didapat dari tabel kategori
tindakan OWAS berdasarkan penilaian pada tiap bagian diatas, yaitu sebesar 3
yang menandakan pekerjaan mengambil adonan adalah kategori pekerjaan
berat.
tanpa waktu dapat dilihat bahwa berdasarkan waktu keempat elemen kerja
tersebut (mengambil, memasukkan, menarik, menggulung dan meletakkan)
merupakan pekerjaan ringan. Hal ini dikarenakan dalam 1 hari produksi,
keempat elemen tersebut hanya dilakukan kurang dari 20% lama produksi
dalam sehari. Karena elemen tersebut hanya dilakukan sebentar, maka
pekerjaan tersebut tidak mengakibatkan ketidaknyamanan bagi perkeja.
Sedangkan bagi OWAS tanpa waktu, elemen tersebut dikatakan pekerjaan yang
berat dan agak berat karena postur tumbuh pekerja yang tidak nyaman saat
prosesnya seperti badan bergerak miring dan kedua lengan diatas bahu. Dari
kedua analisis OWAS ini, dapat dikatakan bahwa elemen kerja tersebut
merupakan pekerjaan ringan sesuai dengan OWAS dengan waktu karena lama
pekerja melakukan postur kerja tersebut merupakan pengaruh yang besar
dalam menentukan ketidaknyamanan pekerja. Waktu untuk melakukan postur
ini hanya sebentar sehingga untuk dilakukan secara berulang tidak memberikan
efek ketidaknyamanan bagi pekerja.
77.
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode
dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur
leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA
memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb
Assessment),tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang
menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan
untukpergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum,
dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya
termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi
pembebanan perorangan.
78.
Metode REBA telah
mengikuti
karakteristik,
yang
telah
peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik
para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi
untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera
yang timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis
dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari
pekerjaannya.
79.
Prinsip kerja dari metode REBA adalah melakukan penilaian
terhadap
dampak
fisik
pekerja
menggunakan
tabel
skoring
dan
activity score akan didapat nilai akhir yang akan menggambarkan hasil
analisis postur kerja.
3. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan
memberikan pannduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang
dibutuhkan. Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi
tubuh, kiri dan kanan.
80.
dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur
leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA
memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb
Assessment),tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang
menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk
pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum,
dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya
termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi
pembebanan perorangan.
81.
Metode REBA telah
mengikuti
karakteristik,
yang
telah
1.
2.
Dari hasil Penilaian REBA didapatkan 2 skor dari sisi kiri dan sisi
kanan pada tiap elemen kerja dari stasiun penggilingan kulit, pada stasiun
penggilingan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor REBA dari
kedua sisi. Pada sisi kanan di elemen kerja pertama yaitu proses mengambil
adonan, dari penilaian setelah melakukan scoring dengan menilai bagian tubuh
neck, trunk, dan leg dan digabungkan dengan nilai force load maka didapatkan
score A yaitu 3, pada penilaian leg di proses penggilingan pekerja melakukan
proses dengan duduk sedangkan tidak terdapat penilaian skor pada pekerja
duduk di REBA maka diasumsikan pekerja berdiri pada semua elemen
pekerjaan dan untuk force load sendiri pada semua elemen kerja memiliki
score 0 karena kulit yang digiling pada stasiun kerja terpilih memiliki berat
kurang dari 5 kg ,selanjutnya dilakukan scoring pada bagian upper arm,lower
arm , dan wrist dan didapatkan score B yang ditambah dengan coupling score
yaitu dengan skor 3 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam
tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 3 lalu untuk mencari nilai
akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses
mengambil adonan dan didapat nilai akhir sebesar 3, dari nilai akhir pada
elemen kerja sisi kanan pengambilan adonan dapat disimpulkan bahwa elemen
tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin diperlukan perbaikan
postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja kemudian
elemen kerja selanjutnya yaitu elemen kerja memasukkan adonan penilaian
setelah melakukan scoring sama seperti pada penilaian elemen kerja pertama
dan didapatkan score A yaitu 2, selanjutnya dilakukan scoring untuk score B
dan didapatkan skor 5 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam
tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 4 lalu untuk mencari nilai
akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses
memasukkan adonan dan didapat nilai akhir sebesar 4, dari nilai akhir pada
elemen kerja sisi kanan memasukkan adonan dapat disimpulkan bahwa elemen
tersebut memiliki resiko sedang jadi pada elemen ini diperlukan perbaikan
postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja lalu elemen
kerja selanjutnya yaitu elemen kerja menarik adonan
penilaian setelah
melakukan scoring sama seperti pada penilaian elemen kerja pertama dan
kedua,didapatkan score A yaitu 1 selanjutnya dilakukan scoring untuk score B
dan didapatkan skor 4 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam
tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 2 lalu untuk mencari nilai
akhir score C ditambah dengan activity score dari elemen kerja pada proses
menarik adonan dan didapat nilai akhir sebesar 3 karena pada elemen kerja ini
terdapat nilai activity score +1 karena pada proses penarikan adonan terdapat
pengulangan kegiatan lebih dari 4 kali dalam 1 menit, dari nilai akhir pada
elemen kerja sisi kanan menarik adonan dapat disimpulkan bahwa elemen
tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin diperlukan perbaikan
postur dalam bekerja untuk memperbaiki ketidaknyamanan pekerja. Elemen
kerja ke empat yaitu elemen kerja Menggulung Adonan setelah melakukan
scoring,didapatkan score A yaitu 3 selanjutnya dilakukan scoring untuk score B
dan didapatkan skor 3 kemudian kedua skor tersebut dikombinasikan ke dalam
tabel C untuk mencari score C yang didapat yaitu 3 lalu untuk mencari nilai
akhir score C ditambah dengan activity score makan didapatkan nilai akhir
skor 3. dari nilai akhir pada elemen kerja sisi kanan menggulung adonan dapat
disimpulkan bahwa elemen tersebut memiliki resiko yang rendah jadi mungkin
diperlukan
perbaikan
postur
dalam
bekerja
untuk
memperbaiki
perbaikan
postur
dalam
bekerja
untuk
memperbaiki
tempat / meja adonan berada di sisi kanan sehingga mengakibatkan tangan kiri
harus mengambil ke arah yang berlawanan dan pergelangan tangan harus
berputar sehingga terjadi penambahan skor +1 untuk sisi kiri pada skor B
elemen pertama dan terakhir.
84.
What if Analysis adalah metode ide terstruktur menentukan hal-hal
apa yang bisa salah dan menilai kemungkinan dan konsekuensi dari situasi
yang terjadi. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini membentuk dasar untuk
membuat penilaian mengenai batas wajar risiko tersebut dan menentukan
program tindakan yang direkomendasikan bagi yang risiko dinilai tidak dapat
diterima.
85.
consequence
cukup
diisi
dengan
ukuran
insignificant.
Pada
baris
keempat,
tindakan
berdasarkan
perilaku
berbasis
pengetahuan.
AEA
perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh
Davis dan Miller :
91. 1. Kerja total seluruh tubuh, yang menngunakan sebagian besar otot
biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh.
92. 2.Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang
digunakan lebih sedikit.
93. 3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa
kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot.
94. Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan
standar :
95. 1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.
96. 2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
97. 3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi Oksigen.
98. Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi :
99. 1. Pengetahuan baru tentang performans manusia.
100.2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlit juara.
101.3. Membantu kendala fisik seseorang
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
BAB V
KESIMPULAN
118.
121.
122.
123.
DAFTAR PUSTAKA
124.
125.
126. Anonim. 2010. Metode Ovako Working Posture Analysis (OWAS). Dalam
http://lpskeuntirta.blogspot.com/2010/12/metode-ovako-working-postureanalysis.html. Diakses Rabu 27 Maret 2013 pukul 19.10 WIB.
127. Garndjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edition. Taylor and
Francis Inc. London.
128. Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981. Observing
Works Posture in Industry: Example of OWAS Application. APPLIED
ERGONOMICS. 12 Page 13-17. Finland.
129. Nur. 2009. Rapid Entire Body assessment (REBA). Dalam http://nurw.blogspot.com/2009/05/rapid-entire-body-assessment-reba.html.
Diakses