OLEH :
HABIB SYAPUTRA RAHMANSYAH
Latar belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aplikasi dan
disiplin keilmuan yang melibatkan pendekatan multidisipliner. Praktisi K3
dapat berasal dari pelbagai latar belakang keilmuan yang kemudian saling
berinteraksi dengan praktisi dari pelbagai latar belakang yang berbeda.
Bahan-bahan kimia banyak terdapat di tempat kerja, yang dapat
menimbulkan bahaya bagi pekerja. Praktisi K3 harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang toksikologi dari bahan-bahan kimia
yang digunakan di tempat kerja untuk dapat melakukan proteksi bagi
pekerja, lingkungan kerja, dan lingkungan secara keseluruhan (Winder &
Stacey, 2005).
Pada zaman sekarang ini semakin banyak bahan kimia (toksikan)
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, demikian pula di tempat
kerja. Tercatat sekitar 100.000 jenis bahan kimia yang diperdagangkan
(European Inventory of Existing Commercial Substances/EINECS),
namun baru sekitar 4.000–8.000 yang diketahui sifat-sifatnya dan diuji
keamanannya, banyak di antaranya terbukti dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan ekosistem
lainnya, bahkan hampir 900 jenis di antaranya bersifat karsinogenik pada
manusia. Setiap tahunnya sekitar 1.000 jenis bahan kimia baru diproduksi
dan miliaran ton limbah kimia dihasilkan dari aktivitas manusia.
Pada awalnya manusia menggunakan berbagai macam toksikan
tanpa mengetahui efek buruk dari masing-masing toksikan yang
dipergunakan, seperti asbes, vinil klorida, formaldehida, dan benzena.
Namun, kejadian penyakit baik di kalangan pekerja maupun masyarakat
pengguna menimbulkan pertanyaan apakah penggunaan bahan-bahan
kimia tersebut merupakan penyebab dari atau berhubungan dengan
timbulnya penyakit yang mereka derita. Peristiwa keracunan menyadarkan
manusia bahwa ada risiko kesehatan, bahkan kematian, dalam
menggunakan bahan kimia. Masalah timbul karena manusia terpaksa
menggunakan bahan kimia, seperti pestisida diketahui beracun, tetapi tetap
digunakan untuk menghindari gagal panen yang dapat mengakibatkan
bencana kelaparan. Kata kuncinya adalah pengendalian; dengan kata lain,
kita dapat menggunakan bahan kimia, namun tidak menimbulkan bahaya
bagi manusia dan ekosistem.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan banyaknya kasus
medikolegal yang timbul terutama pada zaman revolusi industri, dilakukan
penelitian intensif terkait dengan toksikan yang dipergunakan di tempat
kerja. Dalam penelitian intensif itu, ditempuh upaya mulai dari identifikasi
sifat toksik dari tiap-tiap toksikan sebelum digunakan sampai pencarian
jalan untuk mengendalikan toksikan agar toksikan tersebut aman
digunakan di tempat kerja. Sehubungan dengan penelitian tersebut,
muncullah peristilahan seperti uji toksisitas, hewan uji, uji klinik, nilai
ambang batas (NAB), dan sebagainya.
TOKSIKOLOGI INDUSTRI DAN TOKSIKOLOGI OKUPASI
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu toksikologi
yang mempelajari toksikan di tempat kerja serta efeknya pada pekerja
yang terpajan toksikan di tempat kerja. Secara terminologis, toksikologi
industri berarti ilmu tentang toksikan yang dipakai, diolah, diproses, dan
dihasilkan dalam industri.
Study of the adverse effects of agents that may be encountered by the
workers during the course of their employment (Stacey, 2005).
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu dari toksikologi
yang diterapkan di industri. Toksikologi industri bermanfaat untuk beberapa hal,
seperti
• diagnostik dan terapi keracunan;
• perkembangan obat, baik efek maupun efek sampingnya;
• perlindungan konsumen;
• keselamatan dan kesehatan kerja;
• faktor penentu keputusan produksi;
• kelestarian lingkungan.
Toksikologi industri sangat dibutuhkan karena pada saat sekarang ini semua
manusia (terutama pekerja) terpaksa hidup berdampingan dengan “racun”
(toksikan), seperti bahan kimia dasar, zat antara, produk akhir, pupuk, pestisida,
cat, sabun, parfum, obat, kosmetik, dan sebagainya. Kita tidak dapat
membayangkan apa yang akan terjadi apabila tidak ada toksikologi, sementara
kita terpaksa harus hidup berdampingan dengan toksikan. Di tempat kerja
dibutuhkan peranan dari ahli toksikologi (toksikolog) industri. Toksikolog
industri memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengenal sifat toksik
bahan kimia yang ada di tempat kerja. Toksikologi industri berkompetensi dalam
mengkaji dan menilai probabilitas adanya bahan kimia di lingkungan kerja serta
besarnya risiko yang ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut. Ahli toksikologi
industri juga memberikan saran dalam pengendalian risiko.
Berikut ini merupakan ruang lingkup toksikologi industri:
• Terdapatnya toksikan di alam.
• Penggunaan dan manfaat.
• Sifat fisik dan kimia.
• Masuknya ke dalam tubuh dari lingkungan kerja.
• Metabolisme: absorpsi, distribusi, biotransformasi, retensi, dan ekskresi.
• Efek toksik pada manusia atau hewan (dosis dan masa pajanan).
• Pencegahan, berupa Nilai Ambang Batas (NAB) dan Indeks Pajanan
Biologik (IPB).
• Diagnosis/gejala, terapi, serta manajemen kasus kerjacunan.
• Aspek medikolegal.
Keterkaitan bidang toksikologi di tempat kerja ataupun toksikologi industri
dengan bidang keilmuan lainnya, seperti kimia, ilmu kesehatan, kedokteran,
higiene industri, higiene tempat kerja, serta K3, sangat erat serta bersifat dua arah
(timbal balik). Hal ini seperti disajikan pada Gambar 1.2 yang menggambarkan
interaksi antara keilmuan toksikologi dan keilmuan terkait lainnya.
Toksikologi okupasi (occupational toxicology) adalah ilmu yang
mempelajari efek merugikan dari suatu bahan yang dapat terjadi selama masa
kerja seorang pekerja. Efek kesehatan yang merugikan ini dapat terjadi pada
pekerja, hewan coba, atau sistem uji lainnya yang digunakan untuk menentukan
toksisitas suatu bahan. Istilah occupational atau okupasi atau tempat kerja sering
digunakan secara bergantian dengan industrial, namun pemahaman toksikologi
industri (industrial toxicology) umumnya memberikan arahan bahwa aplikasinya
adalah penggunaan bahan-bahan kimia di industri, sementara toksikologi okupasi
(occupational toxicology) lebih luas mencakup pelbagai tempat kerja, termasuk
industri, perkantoran, pertanian, dan tempat kerja lainnya (Winder & Stacey,
2005).
Toksikologi Kimia
Kedokteran Keselamatan
Dan kedokteran Dan Kesehatan
kerja Kerja
Toksikologi Mekanistik
Penilaian
Toksikologi Toksikolgi
Regulasi Risiko Deskriptif
Ilmu Farmasi
Biokimia
Genetika
Kimia
Mikrobiologi
Kesehatan
Ekologi
Masyarakat
Biologi
Toksikologi Patologi
Fisiologi Imunologi
Kuantitas bahan kimia yang diproduksi untuk beberapa jenis bahan kimia
seperti akrilonitril, 1,3-butadien, etilen, isopropil alkohol, propilen, stiren, urea,
dan p-xylen di Amerika pada tahun 1987, 1992, dan 1997 disajikan pada Tabel
1.5 berikut.
Tabel 1.5 Produksi Bahan-bahan Kimia (dalam Satuan Juta Pounds) untuk
Bahan Kimia Organik di Amerika
Darah
Portal
Darah dan Limfosit
Gambar 2.1 Rute Pajanan Toksikan (Sumber: Klaassen and Watkins III, 2015)
Dosis didefinsikan sebagai jumlah atau konsentrasi agen, bahan kimia, atau
toksikan yang terabsorpsi oleh manusia. Dosis sering disebut juga sebagai jumlah
toksikan per kilogram berat badan organisme hidup.