Anda di halaman 1dari 32

Dosen Pembimbing: Anugerah P, SKM, M.Kes.

Mata Kuliah: Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja

IMPLEMENTASI HIGIENI INDUSTRI LINGKUNGAN


KERJA PADA PERUSAHAAN SEMEN

DISUSUN OLEH:

Maghfira Nurul Islamiah

218240013

III a

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

2019
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada kami, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh
dosen pembimbing mata kuliah. Adapun karya tulis ilmiah ini yang berjudul
“GAMBARAN TINGGINYA TINGKAT KASUS DISPEPSIA PADA
PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNG LERO
KEC. SUPPA TAHUN 2019”

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa ada banyak kekurangn dari makalah ini, baik dari segi penyusunan
bahasa maupun segi lainnya, tetapi kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Untuk itu, kami mengharapkan adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Penyusun,
ii

Maghfira Nurul Islamiah


iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

A. Pengertian Hygiene Industri..........................................................................3

B. Prinsip Hygiene Industri...............................................................................3

C. Implementasi Program Hygiene Industri......................................................5

D. Prinsip Dasar Penerapan Higiene Industri....................................................6

E. Pengenalan Bahaya Faktor Di Lingkungan Kerja.........................................7

F. Penerepan Higiene Industri Pada Perusahaan Semen.................................11

BAB III..................................................................................................................25
iv

A. Kesimpulan.................................................................................................25

B. Saran............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses industrialisasi di suatu negara agraris merupakan upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara tersebut. Dengan
demikian industrialisasi telah mendorong penggunaan bahan-bahan kimia
sebagai bahan baku dalam proses produksi menjadi kian meningkat baik
dalam jumlah maupun jenisnya.

Pada bab III undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 telah ditetapkan


mengenai syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap
orang atau badan yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal
yang dapat berubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di kemudian hari. Terdapat dua penyebab umum kecelakaan
yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor
lingkungan). Penelitian menyebutkan bahwa 80%-85% yang
menyebabkan kecelakaan adalah unsafe action. Penelitian Krug pada tahun
1999 menyebutkan bahwa diperkirakan 5,8 juta orang meninggal karena
cedera di seluruh dunia pada tahun 1998. Hal ini setara dengan angka 0,98
per 1000 orang.

Ruang lingkup pekerja pabrik semen dikelilingi oleh berbagai


macam bahaya kerja. Debu semen merupakan occupational hazard yang
utama. Debu merupakan penyebab terjadinya masalah pernapasan yang
kronis pada industri pabrik semen. Debu yang dihirup secara terus-
menerus dalam jangka waktu yang lama menyebabkan akumulasi di
saluran pernapasan. Akumulasi debu dapat menyebabkan proses
peradangan hingga terbentuknya jaringan fibrosis. Paru akan menjadi kaku
sehingga membatasi daya pengembangan paru akibatnya kapasitas vital
2

paksa paru akan mengalami penurunan. Kapasitas vital paksa digunakan


sebagai parameter pola gangguan restriktif.(Annisa, 2019)

B. Rumusan Masalah

 Bagaimana mengetahui pengertian higiene industri?


 Bagaimana mengetahui prinsip dasar penerapan higiene industri?
 Bagaimana mengetahui pengenalan bahaya faktor fisik khususnya
kebisingan dan debu?
 Bagaimana mengetahui penerapan higiene industri pada
perusahaan semen?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui


bagaimana pengetahuan dan penerapan hiegene industri pada Perusahaan
Semen.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hygiene Industri

American Industrial Hygiene Association (AIHA) telah


mendefinisikan kebersihan industri sebagai antisipasi, pengakuan,
evaluasi, dan pengendalian faktor lingkungan yang timbul di dalam atau
dari tempat kerja yang dapat mengakibatkan cedera, penyakit, atau
gangguan, atau memengaruhi kesejahteraan pekerja. dan anggota
komunitas.

AIHA menggambarkan ahli kesehatan industri sebagai ilmuwan


dan insinyur yang berkomitmen untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan orang-orang di tempat kerja dan masyarakat. Kebersihan
industri dianggap sebagai "ilmu", tetapi juga merupakan seni yang
melibatkan penilaian, kreativitas dan interaksi manusia.

Tujuan dari kebersihan industri adalah untuk menjaga pekerja,


keluarga mereka, dan masyarakat sehat dan aman. Mereka memainkan
peran penting dalam memastikan bahwa undang-undang dan peraturan
federal, negara bagian, dan lokal dipatuhi di lingkungan kerja(Plog,
Niland, & Quinlan, 1996).

B. Prinsip Hygiene Industri

Ada sejumlah buku kebersihan industri yang telah ditulis yang


membahas bagaimana melakukan dan menerapkan kegiatan kerja
kebersihan industri. Namun apa adanya sering tidak dikomunikasikan, dan
sering disalahpahami, adalah tujuan dan fokus dari alasannya kegiatan ini
sedang dilakukan. Sebagai profesional kebersihan industri, pekerjaan itu
4

kegiatan akan bervariasi tergantung pada perusahaan atau industri, tetapi


pada dasarnya, adalah prinsip umum, atau kepercayaan, yang dipegang
oleh profesional kebersihan industri. Daftar beberapa prinsip ini yang
umum di semua perusahaan dan industri.

Prinsip Hygiene Industri

Pastikan bahwa pekerja sadar bahaya


Lakukan pekerjaan dengan integritas
yang ditimbulkan saat melakukan
dan dalam secara kualitas
kerja.

Kepercayaan, dan pembentukan


Memfasilitasi untuk memastikan
kepercayaan, adalah atribut kunci
bersama itu kepemilikan program
dalam kinerja keselamatan dan
keselamatan antara manajemen dan
kesehatan dan industry disiplin
tenaga kerja ada.
kebersihan

Verifikasi dan validasi kepatuhan


dengan negara bagian dan federal Promosikan tempat kerja dan
diperlukan peraturan untuk pekerjaan kepuasan bekerja sebagai
memastikan hal itu pekerjaan sedang sebuah tim.
dilakukan secara patuh

Berusaha keras untuk memperbaiki


kondisi kerja agar meminimalkan Produk kerja diproduksi jadwal dan di
risiko kesehatan yang ditimbulkan bawah anggaran
pekerja.

Bangun dan laksanakan program itu Cedera dan penyakit di tempat kerja
melindungi tenaga kerja adalah berkurang
5

Beberapa dari mereka dibahas secara lebih rinci di seluruh buku


ini. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada atribut yang diperlukan untuk
memenuhi dan melampaui maksud Pekerjaan Undang-Undang
Keselamatan dan Kesehatan. Selain itu, prinsip-prinsip ini lebih jauh
mendukung misi awal Departemen Tenaga Kerja dan Kongres, dengan
fokus pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan pekerja yang diakui
sebagai salah satu sumber daya paling berharga dari sebuah perusahaan
atau bisnis, bersama dengan perdagangan antar negara. Ahli kebersihan
industri adalahintegral untuk mencapai pengurangan dalam hubungan
antara kondisi tempat kerja yang buruk dan penyakit dan penyakit akibat
kerja, seperti yang ditunjukkan selama 200 tahun terakhir.

Tabel diatas mencantumkan hanya beberapa prinsip yang


merupakan bagian integral dari ahli kesehatan industri, tetapi beberapa
dari mereka merupakan bagian integral dari membangun dan membangun
hubungan dengan pekerjaan. Memaksa dan membangun program
keselamatan dan kesehatan yang berfokus pada pencegahan cedera dan
penyakit versus menjadi reaktif terhadap insiden keselamatan.(Alston,
Millikin, & Piispanen, 2013)

C. Implementasi Program Hygiene Industri

Ada beberapa cara program higiene industri dapat dibentuk;


namun, semua program higiene industri mencakup proses, kebijakan, dan
prosedur yang menetapkan dan menerapkan unsur-unsur program higiene
industri. Gambar di bawah menggambarkan elemen umum dari program
kebersihan industri. Ringkasan umum dari masing-masing elemen ini
disajikan di bawah ini.

Fungsi kebersihan industri dapat diatur sebagai bagian dari


keseluruhan keselamatan dan program kesehatan, atau dapat dikelola
6

sebagai organisasi atau kelompok mereka sendiri pada tingkat risiko yang
ditimbulkan oleh aktivitas kerja kepada pekerja (misalnya, jika perusahaan
berurusan dengan bahan kimia atau bahaya toksikologis lainnya, maka
fokus nasional pada penyakit atau penyakit mungkin diperlukan dalam
mengelola aktivitas kerja).

Manajemen dan administrasi program

Identifikasi bahaya dan proses kontrol

Industri Manajemen kesehatan kerja


kebersihan
program
Instrumentasi dan kalibrasi
elemen

Manajemen data, catatan, dan pelaporan

Pelatihan dan kualifikasi

Perbaikan terus-menerus

D. Prinsip Dasar Penerapan Higiene Industri

Untuk penerapan higiene industri di tempat kerja suatu industri


akan diperlukan pemahaman terhadap 3 prinsip dasar yaitu:

1. Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja


2.  Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja
3. Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.

Dalam memahami dasar gambaran higiene industri kita perlu


mengetahui garis besar dasar pemikiran tentang ketiga prinsip dasar
penerapan higiene industri di tempat kerja dalam lingkungan kerja suatu
industri.
7

Langkah pertama, yaitu mengetahui berbagai macam unsur yang


mendukung penerapan pelaksanaan higiene industri, baik unsur-unsur
tersebut berdiri sendiri-sendiri ataupun berdiri secara bersama-sama.

Unsur-unsur tersebut terutama adanya ahli-ahli yang tugas dan


tanggung jawabnya adalah memperhatikan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja melalui pendekatan tekhnis yaitu dengan menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan aman, yang pada umunya ahli-ahli
tersebut dipertimbangkan sebagai bagian dari menejemen.

E. Pengenalan Bahaya Faktor Di Lingkungan Kerja

Dalam pengenalan bahaya faktor fisik sangat banyak tetapi yang


dibahas  dalam makalah ini lebih dikhusukan tentang kebisingan dan debu
karena ada jurnal yang didapat mengenai penerapan higiene industri pada
perusahaan semen membahas tentang kebisingan dan debu.

Kebisingan

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di


jumpai di lingkungan kerja. Di lingkungan kerja, kebisingan merupakan
masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar, seperti
pabrik semen.Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Kep-48/MENLH/11/1996, yang dimaksud dengan kebisingan adalah
bunyi yang tidak diingankan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.

a. Pengertian dan sifat fisik kebisingan


 Bunyi/suara

Bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang


yang  merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan
8

kerapatan dan juga tekanan suara. Ada juga yang memberi definisi lain
sebagai berikut:

“Bunyi atau suara adalah rangsangan yag diterima oleh telinga karena
getaran-getaran melalui media elastis”. Bunyi terjadi jika sumber bunyi
merambat. Gerakan rambatannya menjauhi dengan kecepatan ± 340
m/detik. Kecepatan akan bertambah besar apabila bunyi bergerak didalam
air = 1500 m/detik, sedangkan di dalam baja keceptan bunyi = 5000
m/detik.

 Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah gelombang lengkap yang merambat


persatuan waktu yang dinyatakan dalam getaran per detik (cps) atau dalam
Hertz (Hz).mBesar frekuensi akan menetukan nada suara. Bunyi yang
dapat didengar oleh manusia (orang muda) sangat terbatas yaitu terletak
pada kisaran frekuensi antara 20-20.000 Hz.

Frekuensi yang penting adalah center band frequency ialah 250,


500, 1000, 2000, 4000, dan 5000 Hz (naik 1 oktaf). Frekuensi antara 250-
3000 Hz adalah frekuensi yang penting untuk percakapan. Frekuensi 4000
Hz adalah frekuensi yang paling peka ditangkap telinga, sangat penting
untuk diketahui bahwa ketulian yang disebabkan oleh kebisingan ialah
adanya pengurangan (penurunan) pendengaran pada frekuensi ini. Bunyi
dapat terdiri dari nada tunggal, tetapi umumnta terdiri dari beberapa variasi
intensitas nada. Di alam jarang didapat suara yang bersifat nada tunggal.

 Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki. Pengaruh


gangguan kebisingan tergantung kepada intensitas dan frekuensi nada.
Contoh: frekuensi yang lebih tinggi akan lebih mengganggu daripada
9

frekuensi rendah, nada atau bunyi tunggal akan mengganggu daripada


bunyi yang terdiri dari beberapa nada.

b. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja

Kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga


kerja, seperti pengaruh fisiologis, pengaruh psikologis berupa gangguan,
pengaruh pada komunikasi dan pengaruh yang paling serius adalah
gangguan terjadinya ketulian.

 Pengaruh fisiologis

Apabila terus menerus terpajan bising, maka akan terjadi adaptasi


sehingga perubahan itu tidak nampak lagi. Kebisingan ini dapat
menimbulkan gangguan fisiologi melalui 3 cara:

1. Internal body system yaitu sistem fisiologi yang penting untuk


kehidupan seperti:
a) Kardiovaskuler
b) Gastro intenstinal
c) Syaraf
d) Musculoskletal
e) Endocrine

Stimulasi (rangsangan) kebisngan kepada serabut syaraf secara


tidak langsung mengenai sistem diatas. Suara ledakan dapat menimbulkan.

a) Konstriksi pada pembuluh darah


b) Meningkatkan denyut nadi (hipertensi)
c) Kelelahan
d) Pusing kepala
e) Gangguan keseimbangan
10

2. Ambang pendengaran

Ambang pendengaran adalah suara terendah yang masih dapat


didengar. Makin rendah tingkat suara yang terlepas yang dapat didengar
berarti makin rendah nilai ambang pendengaran (NAP). Hal ini semakin
baik pula telinganya.

Kebisngan dapat mempengaruhi ambang pendengaran, pengaruh


ini bersifat sementara (fisiologis) ataupun bersifat menetap (patologis).
Garis kekuatan suara untuk nada murni dan ambang dengar untuk orang
berumur 18-25 tahun. Rekomondasi ISO R 226.

3. Pola tidur

Kebisingan dapat mengganggu tidur terhadap:

 Kelelapannya
 Kontinuitasnya
 Lamanya, dan
 Recooporative value, kalau seseorang tidak bisa tidur atau
terganggu tidurnya, maka akan: Gampang marah, berperilaku
emosional, dan ingin tidur.

4. Pengaruh psikologi

Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi


psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel dan lain-lain. Reaksi
psikologis yang timbul dari kebisingan adalah:

 Pemarah
 Mudah tersinggung
 Gugup
 Jengkel.(Zulharmans, Russeng, & Wahyuni, 2015)
11

Debu

Debu merupakan salah satu sumber gangguan kesehatan yang tidak


dapat diabaikan, debu yang setiap harinya kita hirup dari udara baik di
jalan, rumah, kantor, maupun tempat-tempat umum lainnya dalam
konsentrasi tinggi dan jangka waktu yang cukup lama akan
membahayakan kesehatan manusia.

Debu yang terhirup udara pernapasan dapat mengakibatkan terjadinya


pneumokoniosis seperti:

 Bysinnosis
 Silicosis
 Asbestosis,dll.(Muis, Russeng, & Rachman, 2008)

F. Penerepan Higiene Industri Pada Perusahaan Semen

Kesehatan dan keselamatan kerja pada industri semen, Cement


Sustainability Initiative (CSI)

Kesehatan dan keselamatan kerja pada industri semen, Cement


Sustainability Initiative (CSI). Semen adalah salah satu substansi yang
paling banyak digunakan di bumi, membuat semen merupakan proses
enerji dan intensif dalam sumber daya yang membawa akibat terhadap
lingkungan lokal maupun global serta akibat bagi keselamatan &
kesehatan.

Menyadari kenyataan ini, beberapa perusahaan semen


memprakarsai Cement Sustainability Initiative (CSI) sebagai program
yang disponsori oleh anggota dari World Business Council for Sustainable
Development ( WBCSD) dimana saat ini, 16 (enam belas) perusahaan
semen secara bersama-sama yang mewakili lebih dari separuh industri
12

kelas dunia di luar China, mensponsori inisiatif ini. Di mulai pada akhir
tahun 1999, Lembaga ini melaksanakan

a. Riset yang bersifat independen terhadap kinerja industri dan issue


penting bagi kesinambungan yang dihadapi
b. Seri dialog yang mendapat fasilitas dari para Stakeholder di 7 kota
(Kairo, Kuritiba, Bangkok, Lisbon, Brussels, Washington DC dan
Beijing)
c. Seri rekomendasi independen untuk meningkatkan kinerja
d. Agenda industri dari tindakan-tindakan yang terkait dengan isu-isu
yang timbul.

Menjamin kondisi kesehatan dan keselamatan kerja untuk


karyawan dan kontraktor merupakan dasar dari tanggung jawab sosial
korporasi dan merupakan salah satu dari isu penting di industri semen.
Anggota CSI menyadari perlunya diberikan lebih banyak perhatian pada
area ini di seluruh industri dan komitmen untuk memainkan peran utama
dalam prosesnya.

Sebagai latar belakang kutipan-kutipan berikut ini mengihtisarkan


temuan CSI sebelumnya dalam hal keselamatan & kesehatan
kerja. Kutipan-kutipan berasal dari :

 Ringkasan laporan CSI tahun 2002


“ Prioritas terpenting bagi perusahaan semen yang berhubungan
dengan kesehatan karyawan adalah jaminan kesehatan & keselamatan
kerja, baik untuk pekerja maupun tenaga kontraktor.
Industri semen belum semaju industri manufaktur berat lainnya
dalam hal implementasi sistem K3, di masa mendatang Perusahaan semen
perlu memikirkan desain area dan peralatan kerja yang aman dan inheren
guna meminimalkan potensi kecelakaan.
13

Sebagai tambahan, konsiten dengan prinsip pengembangan yang


berkelanjutan, diketahui ada sejumlah isu lain mengenai kesehatan pekerja
yang dapat dibantu oleh pihak Perusahaan, seperti pelatihan,
pengembangan karir, peningkatan profesional; penghargaan terhadap hak
pekerja, kebebasan berkomunikasi dan berasosiasi, keseimbangan antara
komitmen kerja dan kehidupan pribadi/keluarga; peningkatan dari
pelbagai perbedaan, larangan diskriminasi dan pelecehan.
Langkah-langkah di atas akan memberi kontribusi pada
produktifitas karyawan dan kesadaran kesehatan, juga loyalitas dan
kebanggaan.”

 Substudy 10 laporan CSI


“ Kinerja kesehatan dan keselamatan di industri semen secara
keseluruhan tertinggal dibandingkan dengan yang lain, sektor industri
manufaktur terlihat lebih proaktif.
Di sektor ini, terlihat ada variasi hasil kinerja yang sangat luas
variasinya. Perusahaan- perusahaan yang lebih baik telah menunjukan
bahwa bukan tidak mungkin untuk mencapai tingkat kecelakaan yang
sama dengan rata-rata industri manufaktur.
Tetapi , bahkan dari perusahaan terbaik pun masih ada ruang guna
peningkatan lebih jauh. Dirasakan adanya kebutuhan khusus dari industri
untuk mendorong dan membantu pabrik-pabrik/perusahaan-perusahaan
yang secara nyata memiliki kinerja yang rendah untuk meningkatkan
standar keselamatan mereka guna menjamin kesinambungan industri yang
memenuhi harapan sosial dan harapan ketenagakerjaan.”

 Agenda Tindakan

“ Menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi karyawan dan
kontraktor merupakan salah satu isu paling penting bagi industri semen,
kita menyadari bahwa perhatian harus diberikan lebih banyak di area ini
14

di keseluruhan industri dan adanya komitmen untuk memainkan peranan


utama dalam proses.

Suatu Kelompok kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja telah


dimulai untuk bertemu dan mendiskusikan topik-topik untuk kegiatan
yang akan datang dan akan dipusatkan pada Proyek inisiatif dan
kesepakatan.

Sistem pelaporan untuk Tingkat Cidera dan Penyakit Akibat Kerja


di tiap perusahaan secara individual telah tersedia untuk berbagai kasus ,
tetapi hingga saat ini kita belum dapat melaporkan gambaran industri
secara luas. Lembaga Riset Battelee yang benar- benar menekankan pada
informasi publik untuk area ini kelihatannya sulit untuk dilibatkan. Dari
apa yang diketahui, kecelakaan/cidera dan tingkat cidera pada industri kita
lebih tinggi dari industri yang lain seperti petrokimia dan petroleum
refining, yakin bahwa ini tidak dapat diterima dan juga percaya bahwa
masalah ini akan pula mempengaruhi reputasi industri semen secara
keseluruhan, merupakan suatu alasan yang menyebabkan mengapa kita
meminta kelompok kerja untuk pertama-tama membuat standar dan
sistem yang berlaku antar Perusahaan untuk mengukur, mengawasi dan
melaporkan kinerja kesehatan dan keselamatan kerja, di mana perusahaan
secara mandiri kemudian dapat mengimplementasikannya.

Desain bangunan dan peralatan operasional yang aman, memiliki


peranan yang penting untuk mengurangi cidera dan insiden dan
perusahaan pemasok peralatan industri secara pasti juga meningkatkan
dan memperbaiki produk mereka hingga peralatan tersebut memenuhi
standar keselamatan yang tinggi. Namun pada kenyataannya, pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif dan rutin serta budaya
selamat merupakan alat yang paling efektif guna mengurangi cidera dan
tingkat kesakitan akibat kerja.
15

Semua perusahaan yang terlibat dalam proyek ini memiliki


program K3 dan kelompok kerja akan mengembangkan adanya
pertukaran informasi agar perusahaan-perusahaan membagi pengalaman
mereka, mengidentifikasi penyebab cidera yang umum dan membuat
rekomendasi untuk peningkatan yang berkesinambungan.

Sistem menejemen K3 yang diterapkan perusahaan-perusahaan


CSI. Sebagai contoh kebijakan K3 secara umum, terlampir yang
dipergunakan oleh perusahaan CSI. Kebijakan K3 secara berkelompok
mensyaratkan semua Manajer setempat untuk :

 Mematuhi semua peraturan K3


 Menyediakan tempat kerja yang sehat dan aman bagi semua pekerja
( baik pekerja langsung maupun tidak langsung)
 Secara terus menerus meningkatkan praktek K3 industri yang terbaik
Kebijakan K3 group juga mensyaratkan semua pekerja (baik
langsung maupun tidak langsung) untuk :
 Bekerja dengan cara yang aman & sehat sebagaimana disyaratkan
oleh hukum dan diperintahkan oleh Manajemen.

Contoh lain dari kebijakan K3 yang digunakan oleh perusahaan CSI:

Perusahaan menempatkan nilai tertinggi pada jaminan keselamatan


& kesehatan bagi karyawan, sub-kontraktor , pihak ketiga, dan pengunjung
kami. Sekalipun kinerja kami dibandingkan dengan Perusahaan yang
terbaik dalam industri yang sama seperti misalnya industri pertambangan
dan industri berat memperlihatkan bahwa kami belum melaksanakan K3
sebaik yang telah mereka terapkan, kami harus tetap meningkatkannya
secara signifikan. Tujuan kami adalah untuk mencapai nihil kecelakaan
yang menyebabkan kematian atau cacat permanen dan untuk secara
substansial mengurangi kecelakaan yang menyebabkan kehilangan jam
kerja (lost time injury).
16

Perusahaan menerapkan tantangan untuk mencapai tujuan ini


secara serius. Selama tahun 2002/2003 , Komite Eksekutif telah menunjuk
K3 sebagai suatu fokus korporasi yang utama. Kami telah menetapkan
target dan standar K3 secara umum yang bersifat wajib bagi semua
perusahaan dalam group, dalam hal ini termasuk kontraktor. Untuk
membantu mencapai target dan standar ini, kami telah membuat suatu
buku panduan K3 yang menggambarkan elemen utama, sistem dan
prosedur sesuai dengan pendekatan kami. Kami juga telah membuat
protokol audit penilaian standar untuk perusahaan kami guna keperluan
memonitor kemajuan mereka dalam pencapaian standar dunia.(Holchim,
2004)

Hubungan Kebisingan Dengan Tekanan Darah Pada Karyawan


Bagian Produksi Pt Semen Tonasa.

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki,


maka dariitu kebisingan akan menyebabkan gangguan bagi siapa saja yang
bekerja padalingkungan bising tersebut. Dengan kemungkinan timbulnya
gangguanterhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
intensitaskebisingan, frekuensi kebisingan, dan lamanya seseorang berada
di tempatatau di dekat bunyi tersebut, baik dari hari ke hari ataupun
seumurhidupnya.

Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan kadar


hormon stress, seperti epinerin, non-epinerin dan kortisol tubuh yang
mengakibatkan terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah.
Bising yang terus –menerus diterima seseorang akan menimbulkan
gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan memicu emosi
yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut dapat memacu jantung
untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh dalam waktu
yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan hipertensi.
17

Kebisingan dapat berhubungan dengan terjadinya penyakit


hipertensi. Hal ini didukung dengan suatu studi epidemiologis di Amerika
Serikat. Peneliti tersebut mengaitkan masyarakat, kebisingan, serta risiko
terjangkit penyakit Hipertensi. Hasil penelitian tersebut menyebutkan
bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan, cenderung memiliki emosi
yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut akan mengakibatkan
stress. Stress yang cukup lama, akan menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras
memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah
akan naik, dan inilah yang disebut 3 hipertensi.Hipertensi seolah telah
menjadi penyakit yang wajar dan biasa terjadi dimasyarakat. Apalagi jika
didukung oleh faktor lingkungan yang dapat menimbulkan dan
meningkatkan resiko penyakit tersebut.

1. Hasil

Distribusi pekerja di dominasi oleh pekerja dengan umur tua


sebanyak 21 orang (65,6%), melebihi NAB (71,9%),dengan masa kerja >5
tahun (63,3%) dan lama paparan (62,5%) serta yang tidak menggunakan
APD (100%). Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah
bekerja menemukan pekerja yang mengalami hipertensi berjumlah 18
orang (56,3%) dan yang normal berjumlah 14 orang (43,8%). 4 Hasil
analisa antara intensitas kebisingan, umur, masa kerja, lama paparan dan
penggunaan APD dengan tekanan darah pada pekerja PT Semen Tonasa
Unit Produksi II dan III. Adapun hasil uji statistik menunjukkan bahwa
variabel intensitas kebisingan (p=0,022), umur (p=0,027), masa kerja
(p=0,029), lama paparan (p=0,028), penggunaan APD (p=0,035)memiliki
hubungan dengan tekanan darah pada pekerja, dengan demikian Ha
diterima dan Ho ditolak.
18

2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara


intensitas kebisingan dan tekanan darah. Kebisingan yanhg ditimbulkan
adalah kebisingan yang bersifat tetap steady noise. Penyebab tekanan
darah meningkat adalah kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi
dari pembuluh darah dan peningkatan volume aliran darah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur


dan tekanan darah. Bertambahnya umur akan mempengaruhi tekanan
darah sistolik dan diastolik meningkat sehingga menyebabkan kelenturan
atau elastisitas pembuluh darah semakin berkurang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara masa


kerja dan tekanan darah. Gangguan akibat bising biasanya terjadi setelah
bekerja secara kontinyu selam bertahun-tahun ditempat kerja yang
terpapar kebisingan, sementara tekanan darah yang terus- menerus tinggi
akibat terpapar kebisingan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi, hipertensi lebih banyak diderita oleh pekerja yang memiliki
lama masa kerja lebih dari 10 tahun dibandingkan dengan yang kurang
dari 10 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama


paparan dan tekanan darah. Semakin lama tenaga kerja terpapar
kebisingan yang tinggi maka tenaga kerja tersebut akan mudah mengalami
peningkatan tekanan darah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara


penggunaan APD dan tekanan darah dimana banyaknya pekerja yang tidak
menggunakan APD dikarenakan mereka sudah terbiasa bekerja tanpa
menggunakan APD, sehingga mereka sulit ketika berkomunikasi. Alat
pelindung diri yang harus digunakan pekerja adalah Ear Plug yang
berfungsi untuk menurunkan intensitas kebisingan hingga 25 Db. Hal ini
19

berarti penggunaan APD selama bekerja mampu memperkecil resiko


tenaga kerja mengalami gangguan akibat bising karena penggunaan APD
berupa Ear Plug mampu menurunkan paparan intensitas bising yang
diterima oleh pekerja sehingga tidak melebihi nilai ambang batas yang
telah ditetapkan.(Zulharmans et al., 2015)

3. Lampiran Tabel

Tabel 1Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Semen
Tonasa Unit Produksi II dan III Tahun 2014

Tekanan Darah
Total Nilai P
Intensitas Bising
Normal Hipertensi
N % n % N %
77,7
Dibawah NAB 7 2 22,22 9 100
8
30,4
Melebihi NAB 7 16 69,57 23 100 P= 0,022
3
43,7
Jumlah 14 18 56,25 32 100
5

Tabel 2 Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Semen Tonasa Unit
Produksi II dan III Tahun 2014

Tekanan Darah
Total Nilai P
Umur
Normal Hipertensi
N % n % N %
Muda (< 35 72,7
8 3 27,27 11 100
tahun) 3
28,5
Tua (> 35 tahun) 6 15 71,43 21 100 P= 0,027
7
43,7
Jumlah 14 18 56,25 32 100
5
20

Tabel 3 Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Semen Tonasa
Unit Produksi II dan III Tahun 2014

Tekanan Darah
Total Nilai P
Masa Kerja
Normal Hipertensi
N % n % N %
Baru (< 5 tahun) 10 100 0 0 10 100
Lama (> 5
12 60 8 40 20 100 P= 0,029
tahun)
73,3
Jumlah 22 8 26,67 30 100
3

Tabel 4 Hubungan Lama Paparan dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Semen Tonasa
Unit Produksi II dan III Tahun 2014

Tekanan Darah
Total Nilai P
Lama Paparan
Normal Hipertensi
N % n % N %
Memenuhi
12 60 8 40 20 100
Syarat
Tidak Memenuhi
2 16,67 10 83,33 12 100 P= 0,028
Syarat
Jumlah 14 43,75 18 56,25 32 100

Tabel 5 Hubungan Pengguaan APD dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Semen Tonasa
Unit Produksi II dan III Tahun 2014

Tekanan Darah
Penggunaan Total Nilai P
APD Normal Hipertensi
N % n % N %
Gunakan 0 0 0 0 0 100

Tidak Gunakan 14 16,67 18 83,33 32 100 P= 0,035

Jumlah 14 43,75 18 56,25 32 100


21

Study Kapasitas Paru Pada Karyawan Departement Produksi Semen


PT. Semen Tonasa Pangkep.

Perkembangan industri menimbulkan problem terhadap


keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Diantara berbagai problema tau
gangguan kesehatan yang berasal dari lingkungan kerja yaitu debu yang
timbul pada pekerjaan-pekerjaan di tempat kerja sebagai akibat proses
produksi. Debu merupakan salah satu sumber gangguan kesehatan yang
tidak dapat diabaikan.

Berdasarkan hasil kesehatan dari seksi Hiperkes RS.PT. Semen


Tonasa pada tahun 2006-2007, terdapat 78 karyawan yang menderita
gangguan pernapasa (bronchitis). Data tersebut merupakan hasil dari
pemeriksaan kesehatan semua karyawan PT. Semen Tonasa yang
dilakukan berdasarkan bulan kelahiran karyawan.

1. Hasil

Tabel 6 Kapasitas Paru Menurut Umur, Masa Kerja, kebiasaan Merokok dan Olahraga dan
Penggunaan Masker Karyawan Depatemen Produksi Semen PT. semen Tonasa Tahun 2008

Kapasitas Paru
Total
Variabel Normal Tidak Normal
n % n % n %
Umur
Muda ( ≤ 40 ) 7 38,9 11 61,1 18 100
Tua ( = 40 ) 6 50,0 6 50,0 12 100
Masa Kerja
Baru ( ≤ 5 tahun) 5 45,5 6 54,5 11 100
Lama ( = 5 tahun ) 8 42,1 11 57,9 19 100
Kebiasaan Merokok
Perokok Ringan 9 42,9 12 57,1 21 100
Perokok Sedang 2 33,3 4 66,7 6 100
Perokok Berat 2 66,7 1 33,3 3 100
Kebiasaan Berolahraga
Rutin 10 41,7 14 58,3 24 100
Tidak Rutin 3 50,0 3 50,0 6 100
Penggunaan Masker
Ya 4 40,0 6 60,0 10 100
Tidak 9 45,0 11 55,0 20 100
22

Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden, didapatkan bahwa


bberdasarkan kelompok umur, yang paling banyak adalah umur muda
yaitu 18 orang (60%) dibanding dengan umur tua yaitu 12 orang (40%).
Berdasarkan masa kerja, yang palingbanyak adalah responden dengan
masa kerja lama yaitu 19 orang(63,3%) dibanding dengan masa kerja yang
baru yaitu 11 orang (36,7%). Berdsarkan kebiasaan merokok, yang paling
banyak adalah perokok ringan yaitu 21 orang (70%), perokok sedang yaitu
6 orang (20%) dan perokok berat yaitu 3 orang (10%). Berdasarkan
kebiasaan berolah raga, yang rutin berolahraga lebih banyak yaitu 24
orang (80%) dibanding dengan yang tidak rutin berolah raga yaitu 6 orang
(20%). Berdasarkan penggunaan masker , yang menggunakan masker
dengan baik dan benar selama bekerja yaitu 10 orang (33,3%) lebih sedikit
dibandingkan yang tidak menggunakan masker dengan baik dan benar
selama bekerja yaitu 20 orang (66,7%).
2. Pembahasan
 Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas


paru-paru seseorang. Semakin bertambah umur, maka semakin berkurang
kapasitas paru-parunya. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
bahwa yang memiliki kapasitas paru tidak normal lebih banyak terjadi
pada kelompok umur muda dibawah 40 tahun yaitu sebanyak 11 orang.
Kemungkinan hal ini disebabkan karena memiliki kebiasaan merokok.

Masa kerja

Masa kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap


kapasitas paru. Masa kerja yang telah lama memungkinkan akumulasi
debu dalam paru-paru juga meningkat, karena telh lama menghirup udara
yang telah terkontaminasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh
bahwa dari 11 responden yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun
(baru), terdapat 5 orang yang memiliki kapasitas paru normal dan 6 orang
23

yang memiliki kapasitas paru yang tidak normal. Sedangkan dari 19


responden yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun (lama), terdapat 8
orang yang memiliki kapasitas paru normal dan 11 orang yang memiliki
kapasitas paru yang tidak normal. Hal ini disebabkan karena tingkat
keterpaparan tergolong tinggi.

Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan


fungsi saluran napas serta jaringan paru-paru. Dari hasil penelitian yang
dilakukan diperolah bahwa dari 21 responden yang termasuk perokok
ringan, terdapat 9 orang yang memiliki kapasitas paru normal. Dari 6
responden yang termasuk perokok sedang, terdapat 2 orang yang memiliki
kapasitas paru normal dan 4 orang yang memiliki kapasitas paru tidak
normal. Dan dari 3 responden yang termasuk perokok berat, terdapat 2
orang memiliki kapasitas paru normal dan 1 orangnya memiliki kapasitas
paru tidak normal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena umur
responden yang sudah tua diatas 40 tahun sehingga kapasitas parunya
sudah mulai menurun di tambah dengan kebiasaan merokok.

Kebiasaan berolah raga

Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap sistem kembang


pernapasan. Dengan latihan fisik secara teratur dapat meningkatkan
pemasukan oksigen ke dalam paru-paru. Dari hasil penelitian yang
dilakukan diperoleh bahwa dari 24 responden yang memiliki kebiasaan
berolah raga, terdapat 10 orang yang memiliki kapasitas paru normal dan
14 orang yang memiliki kapasitas paru tudak normal. Sedangkan dari 6
responden, terdapat 3 orang yang memiliki kapasitas paru  normal dan 3
orang memiliki kapasitas paru tidak normal. Hal ini disebabkan
kemungkinan pada saat bekerja, pekerja melakukan kegiatan fisik yang
berat dan monoton.
24

Penggunaan masker

Salah satu APD yang digunakan ketika memasuki tempat kerja


adalah alat pelindung pernapasan. Alat pelindung pernapasan merupakan
suatu peralatan khusu yang dirancang untuk pengamanan pernapasan. Dari
hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa 10 responden yang
menggunakan masker dengan baik dan benar, terdapat 4 orang yang
memiliki kapasitas paru normal dan 6 orang yang memiliki kapasitas paru
tidak normal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jenis masker yang
digunakan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
25

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Higiene industri adalah suatu ilmu higiene yang dikembangkan dan


diterapkan atau ditingkatkan di lingkungan kerja suatu industri. Dalam
memahami dasar gambaran higiene industri kita perlu mengetahui garis
besar dasar pemikiran tentang prinsip dasar penerapan higiene industri di
tempat kerja dalam lingkungan kerja suatu industri. Yaitu:

 Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja


 Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja
 Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.

Didalam penerapan higiene industri perlu adanya pengenalan


bahaya faktor di lingkungan kerja khusunya disini mengenai kebisingan
dan pengaruh debu yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan
dilingkungan kerja.

Untuk itu makalah ini membahas tentang penerepan higienen


industri pada perusahaan semen, dimana kami mengambil 3 penelitian
yang diambil dari jurnal maupun buku, kesimpulan dari ke-3 penelitian ini
yaitu:

a. Kesehatan dan keselamatan kerja pada industri semen, Cement


Sustainability Initiative (CSI).

Dari sebagian perusahaan semen CSI ini sudah menerapkan


kesehatan dan keseelamatan kerja di perusahaannya, seperti pada
kutipannya bahwa “Perusahaan menempatkan nilai tertinggi pada jaminan
keselamatan & kesehatan bagi karyawan, sub-kontraktor , pihak ketiga,
dan pengunjung kami. Sekalipun kinerja kami dibandingkan dengan
Perusahaan yang terbaik dalam industri yang sama seperti misalnya
industri pertambangan dan industri berat memperlihatkan bahwa kami
belum melaksanakan K3 sebaik yang telah mereka terapkan, kami harus
tetap meningkatkannya secara signifikan”. Dan “Kami telah menetapkan
target dan standar K3 secara umum yang bersifat wajib bagi semua
perusahaan dalam group, dalam hal ini termasuk kontraktor. Untuk
26

membantu mencapai target dan standar ini, kami telah membuat suatu
buku panduan K3 yang menggambarkan elemen utama, sistem dan
prosedur sesuai dengan pendekatan kami”.

b. Hubungan Kebisingan Dengan Tekanan Darah Pada Karyawan


Bagian Produksi Pt Semen Tonasa, Pangkep.

Dari jurnal ini dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan,


umur, masa kerja dan lama paparan memiliki hubungan dengan tekanan
darah, walaupun PT Semen Tonasa sudah menerapkan higienen industri
tetapi masih banyak karyawan atau pekerja tidak mematuhi atauran
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Study Kapasitas Paru Pada Karyawan Departement Produksi Semen


PT. Semen Tonasa Pangkep.

Dari jurnal ini dapat disimpulkan bahwa karyawan dengan


kapasitas paru tidak normal lebih banyak berumur muda dibawah 40
tahun, dan pada masa kerja lama di atas 5 tahun, pada perokok ringan, dan
tidak menggunakan masker secara baik dan benar. Maka perlunya
mentaati prosedur kesehatan yang ditetapkan di purasahaan tersebut.

B. Saran

Disarankan agar memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja


dengan menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) serta fasilitas tempat
berisitirahat yang terpisah dari lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan . Penerapan perilaku sehat dan selamat dalam bekerja,
hendaknya perusahaan menyiapkan APD sesuai dengan standar bagi
pekerja maupun karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.
27

DAFTAR PUSTAKA

Alston, F., Millikin, E. J., & Piispanen, W. (2013). Industrial Hygiene Improving
Worker Health through an Operational Risk Approach. In F. Alston (Ed.), Journal
of Chemical Information and Modeling (1st ed., Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Annisa, S. (2019). ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI


KAPASITAS VITAL PAKSA PEKERJA PABRIK SEMEN DI KABUPATEN
JEMBER. 1(1), 77.

Holchim. (2004). Kesehatan & Keselamatan Kerja pada industri semen : Contoh
Pelaksanaan / Praktek yang baik. Holchim, 1(December), 1.

Muis, M., Russeng, S., & Rachman, A. (2008). Studi Kapasitas Paru Pada
Karyawan Departemen Produksi Semen PT Semen Tonasa Pangkep. Jurnal
MKMI, Vol. 4, pp. 40–42.

Plog, B., Niland, J., & Quinlan, P. (1996). Fundamentals of Industrial Hygiene,
4th Edition (5th ed.; P. J. Quinlan, Ed.). United States of America: NATIONAL
SAFETY COUNCIL.

Zulharmans, Russeng, S., & Wahyuni, A. (2015). Hubungan Kebisingan Dengan


Tekanan Darah Pada Karyawan Bagian Produksi Pt Semen Tonasa. Repository
Universitas Hasanuddin, 022, 1–12.

Anda mungkin juga menyukai