DINARLIANTI SASTRAWIJAYA
Dinarlianti Sastrawijaya
NIM F44090034
ABSTRAK
DINARLIANTI SASTRAWIJAYA. Kajian Efektivitas Penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Citeureup, Bogor. Dibimbing oleh PRASTOWO.
Kata kunci: aspek lingkungan, ISO 14001, PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk., SNI 19-14001-2005
ABSTRACT
DINARLIANTI SASTRAWIJAYA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Disetujui oleh
Dr Ir Prastowo, M Eng
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
efektivitas sistem manajemen lingkungan ISO 14001, dengan judul Kajian
Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Prastowo, M.Eng.
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Guruh Sudaryanto selaku pembimbing lapang, Bapak Agus Erfin, Bapak
Junandar, dan Bapak Zainudin, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta
teman-teman Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 46, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Dinarlianti Sastrawijaya
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 3
Kebijakan Lingkungan 5
Aspek Lingkungan Penting (ALP) 5
Persyaratan Peraturan Perundang-undangan dan Lainnya 6
Tujuan, Sasaran, dan Program 6
Emisi Debu 6
Emisi Gas Buang 7
Kebisingan 7
Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) 8
METODE 8
Bahan 10
Alat 10
Prosedur Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Kebijakan Lingkungan 11
Aspek Lingkungan Penting (ALP) 12
Prosedur ALP 12
Rekaman Identifikasi ALP 13
Pengendalian ALP 13
Emsi Debu 13
Emisi Gas Buang 15
Kebisingan 17
Pemanfaatan Limbah B3 18
Tumpahan Limbah B3 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR GAMBAR
1 Siklus SML ISO 14001 4
2 Flow chart SML PT. ITP 4
3 Diagram kesesuaina efektivitas 9
4 Kerangka pemikiran 10
5 Emisi debu di lingkungan kerja 14
6 Emisi debu di lingkungan masyarakat 14
7 Emisi gas Sox 16
8 Emisi Gas NOx 16
9 Tingkat kebisingan di lingkungan masyarakat 17
10 Tingkat kebisingan di bagian produksi 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peraturan Perundang-undangan 23
2 Tujuan, sasaran, dan program 24
3 Baku mutu partikulat (emisi debu) dan emisi gas SOx serta NOx 25
4 Nilai ambang batas tingkat kebisingan 26
5 Kebijakan PT. ITP Citeureup 27
6 Muatan prosedur aspek lingkungan PT. ITP Citeureup 28
7 Contoh rekaman identifikasi aspek lingkungan PT. ITP Citeureup 29
8 Pengelolaan emisi debu di PT. ITP Citeureup 30
9 Peta penempatan EP dan bag filter 31
10 Pemantauan emisi debu PT. ITP Citeureup 32
11 Pengelolaan dan pemantauan emisi gas buang di PT. ITP Citeureup 33
12 Pengukuran kebisingan 34
13 Flow chart penggunaan limbah B3 35
14 Sarana dan prasarana PT. ITP Citeureup untuk memeanfaatkan
limbah B3 36
15 Bak separator dan sumur pantau 37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu mengenai lingkungan pada saat ini sudah menjadi perhatian banyak
kalangan, tidak hanya pemerintah tetapi juga para pemilik perusahaan. Karena
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan dapat mencemari lingkungan.
hubungan perusahaan dengan lingkungan bersifat non-reciprocal artinya kegiatan
yang dilakukan tidak memiliki timbal balik dari pihak yang berhubungan. Dalam
UU RI No. 23 Tahun 1997 pada Pasal 6 disebutkan bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara dan mengelola lingkungan (Gunarwan, 2007 dalam
Masyiah, 2011).
Perlunya peningkatan kesadaran lingkungan pada masyarakat sangat penting
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, mengingat bahwa semakin besar
kerusakan kerusakan lingkungan yang bersifat antroposentris dan adanya faktor
pembatas yaitu daya dukung lingkungan (Democratic Socialist Party, 1999 dalam
Ridwan, 2003).
Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efisien. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan
bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri
dari satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur
organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya
mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan.
Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi.
Rendahnya kesadaran pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di
negara berkembang biasanya mengakibatkan industri mengalami kemunduran
produksi dan lingkungan serta mengalami daya dukung (Romatio, 2002). Selain
itu, fenomena yang berkembang di Indonesia adalah menurunnya kinerja
lingkungan suatu organisasi setelah mendapatkan sertifikat ISO 14001, sehingga
dapat menghambat usaha penyelarasan keseimbangan aspek ekonomi dan ekologi.
Banyak organisasi yang telah melaksanakan audit lingkungan untuk
mengkaji kinerja lingkungan mereka. Bila dilaksanakan tersendiri, maka audit
tersebut tidak cukup memberikan jaminan bahwa kinerja lingkungan tersebut
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan kebijakan organisasi.
Oleh karena itu, untuk mengetahui efektivitasnya, audit tersebut perlu
dilaksanakan dalam suatu sistem manajemen yang terstruktur dan terintegrasi
dalam suatu organisasi.
Hal yang melatar belakangi ketertarikan melakukan kajian efektifitas SML
ISO 14001 di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Pabrik Citeuruep, Bogor
yang selanjutnya akan disingkat menjadi PT. ITP Citeureup adalah karena
perusahaan telah mengimpelemntasikan ISO 14001 sejak September 2002 dan
tetap mempertahankan akreditasi tersebut.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
P
Penelitian yang dilakukkan oleh Rommatio Wulanndari pada Tahun
T 2002 telah
menun njukkan man nfaat yang diperoleh
d daari penerapaan SML ISOO 14001 di Pusat
P
Metaluurgi Mentokk, PT. Tam mbang Timaah adalah efisiensi sum mberdaya (bbahan
baku),, pengelolaaan dan peemeliharaan kualitas liingkungan, perbaikan citra
organiisasi, peninngkatan keppedulian padda kesehataan, keselam matan kerja dan
lingku
ungan hidupp serta kekuuatan pasar untuk pasar modal nnasional maaupun
internaasional.
Gamb
bar 1 Siklus SML ISO 144001
Kebijakan Lingkungan
Menurut SNI 19-14001-2005, kebijakan lingkungan adalah keseluruhan
maksud dan arahan organisasi terkait dengan kinerja lingkungannya sebagaimana
dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. Selain itu kebijakan lingkungan
juga memberikan kerangka untuk tindakan dan penentuan tujuan lingkungan serta
sasaran lingkungan. Kebijakan lingkungan harus mencerminkan komitmen
manajemen puncak untuk menaati persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan persyaratan lainnya, mencegah pencemaran, dan perbaikan terus
menerus.
SNI 19-14001-2005 menyatakan bahwa salah satu persyaratan SML adalah
kebijakan lingkungan, dimana manajemen puncak harus menetapkan kebijakan
lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan dalan lingkup sistem
manajemen lingkungannya:
1. Sesuai dengan sifat, ukuran, dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk
dan jasanya.
2. Mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutandan pencegahan
pencemaran.
3. Mencakup komitemn untuk menaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan persyaratan lain yanag diikuti organisasi, yangkterkait dengan
aspek lingkungannya.
4. Menyediakan kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran
lingkungan
5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.
6. Dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama
organisasi.
7. Tersedia untuk masyarakat.
Emisi Debu
Menurut Kepmen LH No. 13 Tahun 1995, emisi adalah makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambient. Emisi debu dan gas adalah parameter
spesifik yang paling berpengaruh terhadap kualitas udara ambien (PT.
Indocement, 2003).
Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan alam atau mekanis, seperti pengolahan, penghancuran, peleburan,
pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan-bahan organik
maupun anorganik, misal batu kayu, biji logam, arang batu, butir-butir zat padat
dan sebagaianya. Sedangkan menurut Sarudji (2010) dalam buku kesehatan
lingkungan, debu (partikulat) adalah bagian yang besar dari emisi polutan yang
berasal dari berbagai macam sumber seperti mobil, truk, pabrik baja, pabrik
semen, dan pembuangan sampah terbuka.
Menurut sifatnya, partikel dapat menimbulkan rangsangan saluran
pernapasan, kematian karena sifat beracun, alergi, fibrosis, dan penyakit demam
7
(Agusnar, 2008). Oleh karena itu dampak yang ditimbukan oleh debu adalah
penurunan kualitas udara yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan bagi
para pekerja dan masyarakat di sekitar pabrik semen.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Febrianti Lestari pada Tahun
2004, menyatakan bahwa pada awal Tahun 2000 emisi debu yang dihasilkan PT.
ITP berada di bawah baku mutu. Hal tersebut dikarenakan perusahaan telah
memodifikasi EP untuk mengeluarkan debu maksimum 50 mg/m3. Sesuai dengan
Keputusan Menteri LH No.13 Tahun 1995 tentang emisi sumber tidak bergerak,
baku mutu partikulat (emisi debu) dapat dilihat pada Lampiran 3.
Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin
pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan
melalui sistem pembuangan mesin. Emisi gas buang kendaraan bermotor
mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa
kimianya tergantung dari kondisi operasional, jenis mesin, alat pengendali emisi
bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain. Bahan pencemar yang terutama terdapat
didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO),
berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur
(SOx), dan partikulat debu termasuk timbal (PB) (Tugaswati, 2012).
Pemantauan yang dilakukan PT. Indocement adalah dengan memasang alat
continuous gas monitoring (CGM) di setiap cerobong kiln. Sesuai dengan
Keputusan Menteri LH No.13 Tahun 1995, baku mutu emisi sumber tidak
bergerak dengan parameter SOx dan NOx dapat dilihat pada Lampiran 3. Kadar
gas berbahaya SOx dan NOx pada gas buang kendaraan bermotor bisa ditekan
sekecil mungkin dengan perawatan yang baik terhadap mesin kendaraan tersebut.
Kebisingan
Menurut PP No. 18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup dan membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lain. Limbah yang diidentifikasikan sebagai limbah B3 apabila setelah melalui
pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut:
1. Mudah meledak
2. Mudah terbakar
3. Bersifat reaktif
4. Beracun
5. Menyebabkan infeksi
6. Bersifat korosif
Pemanfaatan limbah B3 menurut PP No. 18 Tahun 1999 adalah suatu
kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse)
dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi
suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia.
METODE
Bahan
Alat
Kebijakan Lingkungan
Prosedur ALP
PT. ITP Citeureup telah memiliki prosedur identifikasi aspek lingkungan.
Prosedur tersebut merupakan dokumen terkontrolyang dikendalikan oleh
perusahaan. Cara menetapkan aspek lingkungan penting telah dituliskan secara
jelas di dalam prosedur tersebut. Muatan prosedur aspek lingkungan perusahaan
dapat dilihat pada Lampiran 6. SNI 19-14001-2005 Pasal 4.3.1 menyatakan bahwa
Dokumentasi aspek lingkungan yang dibuat oleh PT. ITP Citeureup adalah
rekaman identifikasi aspek lingkungan. Rekaman tersebut direview sekali dalam
satu tahun dan dirubah apabila terdapat kegiatan baru, perubahan proses, serta
penambahan alat sehingga terjaga kemutakhirannya. Perusahaan harus membuat
rekaman pada semua aspek lingkungan terutama yang memiliki dampak penting
terhadap lingkungan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Pengendalian ALP
Emisi Debu
Beberapa kegiatan PT. ITP Citeureup yang menghasilkan emisi debu adalah
penambangan, transportasi bahan baku dan pengangkut semen, penggilingan
bahan baku, penggilingan serta pembuatan kantong semen. Setiap kegiatan yang
yang menghasilkan emisi debu memiliki Standard Operating Procedure (SOP)
yang dikendalikan oleh perusahaan. Pelatihan yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kompetensi dan kesadaran karyawan dalam mengelola emisi debu
adalah briefing peningkatan kesadaran umum serta training pemantauan dan
pengukuran.
Beberapa program perusahaan dalam pengelolaan emisi debu di lingkungan
kerja dan di lingkungan masyarakat adalah dengan memasang Electrostatic
Precipitator (EP) dan Bag Filter di dekat sumber pencemar, serta menyiram jalan
secara berkala dengan menggunakan truk yang telah didesain khusus untuk
keperluan penyiraman. Program pengelolaan emisi debu dapat dilihat pada
Lampiran 8 dan peta penempatan EP serta bag filter dapat dilihat pada Lampiran
9. Debu yang berhasil ditangkap oleh EP dan bag filter akan diambil dan
dimasukan kembali ke dalam proses produksi semen. Karyawan yang bekerja di
lapangan wajib menggunakan APD berupa masker dan melakukan Medical
Check-Up (MCU) secara rutin.
Data hasil pengukuran emisi debu di lingkungan kerja PT. ITP Citeureup
dapat dilihat pada Gambar 5. Terlihat nilai emisi debu tertinggi terjadi pada bulan
Februari 2012 di Plant 3 yaitu sebesar 79 mg/m3. Hasil observasi lapang, nilai
emisi debu yang tinggi disebabkan oleh EP yang tidak mampu menahan gas CO
pada saat proses produksi sehingga operator harus melepas emisi debu ke udara.
Data hasil pengukuran emisi debu dilingkungan masyarakat PT. ITP Citeureup
dapat dilihat pada Gambar 6. Nilai tertinggi emisi debu di lingkungan masyarakat
sebesar 224 mg/m3. Nilai tersebut diperoleh dari hasil pengukuran di Desa
14
Puspan negara pada Bulan Agusstus dan Seppetember 201 12 serta di Desa
D Gunungg Sari
pada Bulan
B Novemmber 2012. Salah
S satu faaktor penyebbab nilai terttinggi emisi debu
adalahh angin, Sehhingga pada bulan-bulann tertentu nilai n emisi debu
d di bebeerapa
desa reelatif tinggi, seperti di Bulan
B Juni.
S
Sesuai dengan Keputusaan Menteri L LH No.13 Tahun
T 1995, baku mutu emisi
e
sumbeer tidak berg gerak dengan parameterr partikulat (debu)
( untukk industri seemen
sebesaar 80 mg/m3 dan nilai teersebut diguunakan sebaggai nilai ambbang batas emisi e
debu di
d lingkungaan kerja. Sed dangkan nilaii ambang baatas emisi debu di lingkuungan
masyaarakat sebesaar 230 mg/m m3 yang ditetaapkan di dallam PP No. 441 Tahun 19999.
90
80
70
Emisi Debu (mg/m3)
60
50
40
30
20
10
0
plant 1 plant 2 plant 3 plant 4 plant 5 p
plant 6 plant 7 plant 8 plant
p 11
Lokasi
250
200
Emisi Debu (mg/m3)
150
100
50
0
Gunungg Putri Gunung
g Sari Bantarjjati Citeureu
up Puspaneg
gara Puspasarri
Lokasi
Gambar
G 6 Em
misi debu dii lingkungann masyarakatt
15
Pemantauan emisi debu yang dilakukan PT. ITP di area kerja adalah
mengukur emisi debu secara manual menggunakan metode gravimetri dengan alat
High Volume Air Sampler (HVS) berkapasitas 500 liter/menit, memasang alat
Continuous Particulate Monitoring (CPM). Sedangkan untuk pemantauan emisi
debu di areal masyarakat adalah dengan cara pengukuran selama 24 jam
menggunakan High Volume Air Sampler (HVS) berkapasitas 500 liter/menit dan
200 liter/menit. Pemantauan emisi debu dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hingga saat ini program-program tersebut telah dilaksanakan dan mencapai
tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga tidak ada emisi
debu di lingkungan kerja perusahaan dan di lingkungan masyarakat yang melebihi
baku mutu serta karyawan dapat bekerja dengan baik di lapangan
Pengelolaan emisi debu yang dilakukaan oleh PT. ITP Citeureup sudah
efektif, oleh karena itu perusahaan harus mempertahankan pengelolaan tersebut
sebagai salah satu tindakan perbaikan berkelanjutan.
800
700
Emisi SOx (mg/m3) 600
500
400
300
200
100
0
plant 1 plant 2 plant 3 plant 4 plant 5 p
plant 6 plant 7 plant 8 plant
p 11
Lokasi
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov
v Des
G
Gambar 7 Em
misi gas Sox
x
1000
900
800
Emisi NOx (mg/m3)
700
600
500
400
300
200
100
0
plant 1 plant 2 pllant 3 plant 4 plant 5 plan
nt 6 plant 7 plant 8 plant 11
Lokasi
Jaan Feb M
Mar Apr M
Mei Jun Ju
ul Agst Seep Nov Des
D
Gaambar 8 Em
misi Gas NOxx
H
Hasil pengukuran emisi gas buang S SOx dapat dilihat
d pada G Gambar 7. Bulan
B
Juni 2012, Plant 6 menghasilkkan nilai em misi gas buanng SOx tertinnggi sebesarr 694
mg/m33. Hasil pen ngukuran NOx
N dapat dilihat
d pada Gambar 8. Nilai emisii gas
buang NOx terting ggi sebesar 801
8 mg/m3 yang dihasillkan oleh Plant 1. Keputtusan
Menteeri LH No.133 Tahun 19995 mengenaii baku mutu emisi sumber tidak berggerak
dengan n parameterr SOx sebesaar 800 mg/m m3 dan NOxx sebesar 10000 mg/m3. Salah S
satu faaktor penyebbab nilai terttinggi emisi gas adalah angin, Sehinngga pada buulan-
bulan tertentu nilaai emisi gas di
d beberapa lokasi
l relatiff tinggi.
E
Emisi gas buang
b SOxx dan NOx tidak ada yang melebbihi baku mutu. m
Pengelolaan emisi gas buang g sudah efeektif, oleh karena
k itu pperusahaan harus
h
17
K
Kebisingan
Penguukuran tingkaat kebisingann dilakukan di lingkunggan masyaraakat sekitar
bbelt conveyyor dan di setiap plaant produkssi. Kegiatann yang meenghasilkan
k
kebisingan adalah
a pengoperaian power plant dand pengangkkutan bahann baku dari
p
penambanga an ke gudaang penyimppanan di pabrik dengaan menggun nakan belt
c
conveyor. Setiap
S kegiattan yang yaang menghassilkan kebissingan sudahh memiliki
S
SOP yang diikendalikan oleh perusahhaan.
Beberaapa program m pengelolaaan dan pem mantauan yanng dilakukann oleh PT.
I
ITP Citeureeup adalah menjalankaan Program Konservasi Pendengaaran (PKP)
m
meliputi an
nalisis kebissingan. Diaw wali dengann pengukuraan tingkat kebisingan
m
menggunaka an Sound Leevel Meter ((SLM) setiaap 3 bulan ssekali yang gambarnya
g
d
dapat dilihatt pada Lamppiran 12, peengendalian teknis, admministratif, peemeriksaan
a
audiometri, training bising dan alatt pelindung diri
d yaitu eaar plug sertaa ear muff.
P ITP mennanam pohonn di sekitar pabrik
PT. p yang berfungsi seebagai pemuutus rambat
e
energi bisingg dan mewaajibkan karyaawannya unntuk melakukkan Medicall Check-Up
(
(MCU) satu kali dalam setahun.
s
Data hasil
h pengukkuran kebisiingan di linggkungan maasyarakat daapat dilihat
p
pada Gambaar 9. Pada lin ngkungan mmasyarakat, kebisingan
k tiidak ada yan
ng melebihi
n
nilai ambanng batas denngan tingkatt kebisingann tertinggi ssebesar 54,9 9 dB(A) di
D
Desa Citeurreup. Sesuaii dengan Keepmen LH No. N 48 Tahuun 1996 nillai ambang
b
batas tingkaat kebisingaan di kawasan perumaahan dan peemukiman sebesar s 55
d
dB(A).
60
50
Kebisingan (dB(A))
40
30
20
10
0
Lokassi
J
Jan Feb M
Mar Apr M
Mei Jun Jul
J Agst S
Sep Okt N
Nov Des
Gambar 9 Tingkat
T kebiisingan di lin
ngkungan m
masyarakat
Penguukuran kebisingan di baagian produk ksi dapat dillihat pada Gambar
G 10.
Tingkat kebbisingan terttinggi di baagian produuksi terdapatt pada Plan
T nt 6, yaitu
18
mencaapai 116 dB B(A). Sesuaai dengan K Kepmen LH H No. 48 Tahun 1996 nilai
ambanng batas tinngkat kebisinngan di kawwasan indusstri sebesar 70 dB(A). Nilai
tingkaat kebisingann yang tingggi dapat meengganggu pendengaran
p n karyawan yang
bekerja di sekitar sumber
s bisinng.
140
120
100
kebisingan (dB(A))
80
60
40
20
0
plant 1 plant 2 plaant 3 plant 4 plant 5 plan
nt 6 plant 7 plant 8 plant 11
Lokasi
Areal sumbeer bising deengan intensitas di atas NAB telah diberikan raambu
A
bising untuk mem mberikan infformasi kepaada karyawaan yang bekkerja di lapaangan
dan baagi karyawann yang bekeerja di areal tersebut diwwajibkan meenggunakan APD
ganda yaitu ear plugp e muff tipe peltor opttime 101 H7A. Pengeloolaan
dan ear
teknis yang dilaku ukan adalah penanaman pohon di arreal plantsitte yang berfuungsi
sebagaai windbreaaker atau shelterbelt,
s dan perawaatan belt cconveyor deengan
mengg ganti roller yang
y sudah aus,
a dan mennutup pintu gedung
g poweer II.
S
Seluruh proogram telahh dilaksanakkan dan tellah memenuuhi tujuan serta
sasaran yang telahh ditetapkan oleh perusaahaan. Tingkkat kebisingaan yang mellebihi
nilai ambang
a bataas dapat menngakibatkan gangguan pendengaran
p n pada karyaawan.
Oleh karena
k itu peerusahaan haarus tetap m
menjalankan program-pro
p ogram yang telah
dibuatt sebagai sallah satu tinddakan berkellanjutan, meemasang alatt peredam bising
b
pada sumber
s bisinng, dan karryawan yangg bekerja paada kegiatann produksi wajib
w
mengg gunakan AP PD ganda yaaitu ear pluug dan ear muffm serta melakukan
m M
MCU
minimmal dua kali dalam
d setahu
un.
Peman
nfaatan Lim
mbah B3
L
Limbah B3 dijadikan
d sallah satu bahan bakar dann material allternatif (BB
BMA)
oleh PT.
P ITP Citeureup. Lim mbah B3 yanng dimanfaaatkan perusaahaan adalaah oil
sludgee, paint sluddge, paper sludge, conntaminated good (plasttic waste, teextile
waste)). Perusahaaan telah meemiliki izin pengelolaan n Limbah B B3, karena telah
mengiisi formulir tata cara perrizinan penggelolaan Limmbah B3 yanng disetujui oleh
menteri negara linngkungan hidup.
h Selainn itu PT. IT
TP Citeureupp telah mem mbuat
19
SOP penggunaan limbah B3, dengan flow chart yang dapat dilihat pada Lampiran
13.
Limbah B3 yang diterima PT. ITP Citeureup harus sesuai dengan
karakteristik fisik dan kimia pabrik, K3 dan lingkungan pabrik, serta perizinan
jenis dan transportasi limbah. Limbah yang datang ke pabrik harus legal dan
sesuai dengan aspek teknis. Pemeriksaan manifest, fisik, dan pengambilan sampel
limbah untuk uji laboratorium serta penimbangan limbah dengan menggunakan
truck scale yang terkalibrasi. Limbah B3 dipilah dengan baik agar memenuhi
spesifikasi produksi semen dan menjamin tetap terpenuhinya standar lingkungan
yang berlaku. Sesuai dengan Permen LH No. 2 Tahun 2008 tentang pemanfaatan
limbah B3.
Pasal 10
“(1) Pengumpul limbah B3 memiliki fungsi pengumpul, memilah, dan
melakukan pra perawatan limbah B3, sehingga memenuhi persyaratan teknis
untuk dimanfaatkan; (2) persyaratan pengumpul limbah B3 antara lain
memiliki sarana dan prasarana pra perawatan serta memiliki sarana dan
prasarana laboratorium.”
Tumpahan Limbah B3
Limbah B3 yang memiliki kemungkinan besar tumpah adalah oil sludge,
paint sludge, paper sludge. Selama melakukan pengelolaan pada limbah B3 yang
berbentuk cair, belum pernah terjadi tumpahan limbah B3 karena pengelolaan
limbah B3 telah terkendali dengan baik oleh PT. ITP. Permen LH No. 18 Tahun
1999 tentang pengelolaan limbah B3 menyebutkan bahwa:
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3 Baku mutu partikulat (emisi debu) dan emisi gas SOx serta NOx
Kondisi
Occurrence (O)
Severity (S)
Detection (D)
RPN = S x O x D
Lampiran 11
L 1 Pengelolaan dan pemaantauan emissi gas buangg di PT. ITP Citeureup
Pra penerimaan
Penerimaan
limbah
Pemeriksaan
jumlah dan
kualitas
Pengumpanan
36
RIWAYAT HIDUP