Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE IPA PDAM UNIT

BENGKURING

Dosen Pengampu :
Ika Meicahayanti, S.T., M. T.

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Nama NIM
Program Studi :
1. Arianta Ginting Teknik Lingkungan 1709045006
2. Weldy Dziya Millati 1709045008
3. Vicky Asriani 1709045023
4. Novaldi Juan Filemon Pesik 1709045024
5. Aldes Hernesa Yulistri 1709045030
6. Dhea Yolanda 1709045035
7. Lilantisa Angelina Simbolon 1709045042
8. Rangga Kusuma 1709045047
9. Lisa Aryanti Zulkizah 1709045053
10. Kukuh Aji Pamungkas 1709045054

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah unsur yang memiliki peran paling penting dalam kehidupan setiap makhluk
yang hidup di muka bumi ini. Pernyataan tersebut adalah salah satu pengertian air
secara umum. Secara ilmiah, air bisa diartikan sebagai sebuah senyawa kimia yang
terdiri dari dua unsur, yaitu unsur H2 (hidrogen) yang berikatan dengan unsur O2
(oksigen) yang kemudian menghasilkan senyawa air (H2O). Air adalah salah satu
kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan
lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting, agar semua
masyarakat dan kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu Instalasi Pengolahan Air

Pada umumnya Instalasi Pengolahan Air minum merupakan suatu sistem yang
mengkombinasikan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi
serta dilengkapi dengan pengontrolan proses juga instrument pengukuran yang
dibutuhkan Instalasi ini harus didesain untuk menghasilkan air yang layak dikonsumsi
masyarakat bagaimanapun kondisi cuaca dan lingkungan. Selain itu, sistem dan
subsistem dalam instalasi yang akan didesain harus sederhana, efektif, dapat diandalkan,
tahan lama, dan murah dalam pembiayaan. Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi
Pengolahan Air (IPA) adalah sistem atau sarana yang berfungsi untuk mengolah air dari
kualitaas air baku (influent) terkontaminasi untuk mendapatkan perawatan kualitas air
yang diinginkan sesuai standar mutu atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment
Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan sarana yang penting di
seluruh dunia yang akan menghasilkan air bersih dan sehat untuk di konsumsi. Biasanya
bangunan atau konstruksi ini terdiri dari 5 proses, yaitu: koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.

Instalasi Pengolahan Air PDAM Unit Bengkuring adalah salah satu Instalasi
Pengolahan Air yang ada di Samarinda, Kalimantan Timur. Instalasi Pengolahan Air
Bengkuring mengolah air yang berasal dari anak sungai karang mumus. Instalasi
Pengolahan Air Unit Bengkuring memiliki kapasitas produksi 60 – 65 liter/detik.

Oleh karena itu laporan ini ditulis untuk mengetahui karakteristik air baku yang diolah
di IPA PDAM Unit Bengkuring, parameter akhir air, unit-unit pengolahan di IPA
PDAM Bengkuring dan pendistribusian air berdasarkan kunjungan yang dilakukan ke
Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Unit Bengkuring.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui Karakteristik Air Baku yang diolah di IPA PDAM Bengkuring.
b. Untuk mengetahui Unit-unit Pengolahan di IPA PDAM Bengkuring.
c. Untuk mengetahui regulasi yang digunaka IPA PDAM Bengkuring sebagai standar
baku kualitas air dan pendistribusian air dari IPA PDAM Bengkuring.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Air Baku

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input air minum yang memenuhi baku
mutu air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari air sungai,
air danau, air tanah, air laut maupun air hujan. PDAM Unit Bengkuring mengolah air
baku menjadi air bersih dengan sistem pengolahan manual yang mencakup kegiatan
penampungan di bak intake, koagulasi flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi hingga
distribusi agar syarat kualitas air yang diolah berada dibawah standar baku mutu
lingkungan sehingga air tersebut dapat layak digunakan sebagai air bersih maupun air
minum.

Air baku yang digunakan di PDAM Unit Bengkuring yaitu diambil dari anak Sungai
Karang Mumus dimana air sungai ini dikumpulkan di dalam bak Intake lalu seterusnya
akan disalurkan ke PDAM untuk diolah selanjutnya.

2.2 Karakteristik Air

Penyediaan air bersih harus memperhatikan sumber, kualitas dan kuantitas dari air itu
sendiri. Sumber air baku merupakan pemasok air bersih, oleh karena itu perlu dan harus
diupayakan mengetahui karateristik air baku tersebut sebelum diolah. Adapaun
karakteristik air baku pada PDAM Unit Bengkuring adalah:
a. Warna
Air baku yang diambil dari anak sungai Karang Mumus berwarna coklat kekuningan.
Warna ini disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi dalam air ataupun zat-zat
organik yang larut dalam air.
b. pH
pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik adalah air yang
bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari 7 dikatakan air bersifat asam,
sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat basa. Namun pH dari air baku anak sungai
Karang Mumus yang digunakan yaitu cenderung rendah sehingga harus dinetralkan
terlebih dahulu dengan bahan soda.
c. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi di dalam air yang
menyebabkan air terlihat keruh, kotor, bahkan berlumpur. Bahan-bahan yang
menyebabkan air keruh antara lain tanah liat, pasir dan lumpur. Air baku dari anak
sungai Karang Mumus ini bersifat fluktatif tergantung cuaca di sekitar sungai.

2.3 Standar Mutu Air Minum

Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya sebelum didistribusikan
kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi standar, maka sering
dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Standar baku kualitas air
minum yang digunakan di PDAM Unit Bengkuring yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Parameter kekeruhan yang digunakan untuk kualitas
air minum maksimal 5 NTU dan untuk parameter pH netral air minum yaitu 6.5 – 8.5.
Adapun standar baku mutu untuk nilai klor yang ada dalam bak reservoir sebelum
dilakukan pendistribusian yaitu rentang 0.015 – 2.0 mg/L.

2.4 Teknologi Pengolahan

Proses pengolahan air baku menjadi air bersih pada PDAM Bengkuring diawali dengan
proses jar test yang dilakukan di laboratorium. Proses jar test dilakukan dengan alat
yang memiliki beberapa pengaduk yang berfungsi mengaduk air sesuai dengan kadar
koagulan yang dibutuhkan. Proses jar test diawali dengan penambahan air baku dengan
larutan larutan bromotimul biru (BTB) sebanyak 1 tetes sehingga diketahui pH awal air
baku, selanjutnya pH air baku dinetralkan dengan penambahan larutan soda ash
sebanyak 3 tetes. Untuk mengetahui kadar aluminium sulfat yang digunakan saat proses
pengadukan cepat, air baku dimasukan pada masing-masing gelas kimia sebanyak 4
buah dengan volume 1000 mL. Sebelum dilakukan proses pengadukan, masing-masing
air baku ditambahkan dengan larutan aluminium sulfat dengan kelipatan 5 pada masing-
masing gelas yang berisi air baku. Proses selanjutnya dilakukan dengan mengatur
kecepatan pengadukan pada alat serta mengatur waktu pengadukan pada proses
koagulasi sekitar 3-4 menit dan proses flokulasi 2-5 menit. Selanjutnya dilakukan
proses pengendapan selama ± 15 menit dan diamati air baku dengan dosis koagulan
tertentu yang lebih cepat mengendap dan lebih jernih. Hasil tes di laboratorium
selanjutnya diterapkan di lapangan.

PDAM Bengkuring menggunakan teknologi pengolahan air baku menjadi air bersih
dengan standar kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Umumnya air sungai yang dijadikan
air baku memiliki tingkat kekeruhan yang cukup tinggi dan adanya kemungkinan
terkontaminasi dengan mikroorganisme. Unit filtrasi sangat diperlukan untuk proses
pengolahan air baku dari air sungai. Adapun proses pegolahan air bersih di PDAM
Bengkuring terdiri dari beberapa proses yaitu sebagai berikut:

a. Intake

Gambar 2.1 Intake IPA PDAM Unit Bengkuring

Intake merupakan bangunan yang berfungsi mengambil air dari sumbernya. Pada
PDAM Bengkuring, intake yang digunakan adalah intake sungai karena air baku
bersumber dari anak sungai Karang Mumus. bangunan intake merupakan sebuah yang
menjadi tempat air baku pertama kali masuk dari sumbernya. Bangunan intake
umumnya dilengkapi screen bar yang berfungsi menyaring benda-benda asing yang
ikut tergenang di dalam air. Proses selanjutnya umumnya dilakukan dengan memompa
atau menyalurkan air ke proses selanjutnya dan masuk ke dalam bak besar.
b. Koagulasi

Gambar 2.2 Proses Jar Test di Laboratorium

Proses koagulasi atau biasa disebut proses pengadukan cepat merupakan proses dimana
air baku ditambahkan koagulan sesuai dengan kadar yang telah dibutuhkan yang
sebelumnya telah ditentukan dengan proses jar test di laboratorium, proses ini bertujuan
mendestabilisasikan partikel kolodi sehingga dapat terbentuk flok-flok halus. Koagulan
adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan
partikel-partikle kecil yang tak dapat megendapkan dengan sendirinya (secara
gravimetris). Proses pengadukan cepat bertujuan untuk mereaksikan koagulan secara
seragam ke seluruh bagian air di dalam bak koagulasi sehingga dapat mudah
diendapkan saat proses sedimentasi.

Pada PDAM Bengkuring digunakan koagulan atau bahan kimia berupa aluminium
sulfat untuk mempercepat terbentuknya flok. Proses ini dilakukan di sebuah bak
penampung berukuran sedang ya ng terdiri dari beberapa lorong yang berbelok. Lorong
yang berbelok ini berfungsi agar proses pengadukan cepat berjalan sempurna dengan
adanya lorong yang berbelok 90°. Koagulan berupa aluminium sulfat ditambahkan
dengan kadar yang ditentukan melalu sebuah wadah kaca yang dialirkan melalui keran.
Pembubuhan koagulan memanfaatkan gaya gravitasi karena mengalir dengan
sendirinya. Aluminium sulfat merupakan koagulan yang paling ekonomis. Air baku
yang digunakan merupakan jenis air dengan kekeruhan ringan sehingga sulit
mengendap karena itu pada PDAM Bengkuring menambahkan larutan koagulan
tambahan berupa poli elektrolit yang merupakan koagulan pembantu yang digunakan
untuk mempercepat proses pengendapan flok dengan tingkat pengendapan tinggi.

Gambar 2.3 Proses Penambahan Koagulan pada Proses Koagulasi

Gambar 2.3 Bak Koaguasi dan Pengadukan Cepat


c. Flokulasi

Flokulasi merupakan proses pengadukan lambat yang bertujuan membentuk flok-flok


yang berukuran lebih besar dari sebelum dengan kecepatan pengendapan yang lebih
besar. Koagulasi harus disertai dengan proses flokulasi atau pengumpulan koloid
terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah terendapkan sehingga kontak antar
partikel dapat terjadi. Umumnya partikel yang berukuran besar lebih mudah
terendapkan dibandingkan dengan partikel yang berukuran kecil.

Gambar 2.5 Bak Flokulasi dan Pengadukan Lambat

d. Sedimentasi

Bak sedimentasi merupakan unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang
lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil atau koloid dengan
bahan atau zat koagulan yang dibubuhkan. Flok yang mengalir ke sedimentasi atau
pengendapan akan turun ke dasar bak sedimentasi yang mengalir dari bak flokulasi.

Sedimentasi merupakan proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi.


Dalam proses pengendapan secara gravitasi untuk mengendapkan partikel-partikel
tersuspensi yang lebih berat daripada air. Tetapi, masih terdapat beberapa flok ringan
yang berada di atas dan tidak semua flok-flok yang diendapkan di sedimentasi akan
terendap. Sehingga, flok nya masih akan mengalir ke unit filtrasi.

Gambar 2.6 Bak Sedimentasi

e. Filtrasi

Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended matter) dalam
suatu fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan yang berpori-
pori, misalnya: pasir, kerikil, dan sebagainya. Fluida dapat berupa cairan (zat-zat
tersuspensi dalam cairan) atau gas. Zat-zat tersuspensi dapat berukuran sangat halus
atau kasar, akku atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak beraturan. Filtrasi juga
digunakan setelah proses sedimentasi. Proses filtrasi yang digunakan IPA PDAM unit
Bengkuring merupakan jenis saringan pasir lambat ‘up flow’ Sistem saringan pasir
lambat merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air
bersih dengan kualitas yang baik. Sistem pasir saringan lambat ini mempunyai
keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan kimia.

Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan biasanya adalah saringan pasir
lambat konvensional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga
kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan
pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara
mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula,
sehingga memerlukan tenaga yang cukup banyak.

Teknologi saringan pasir lambat ‘up flow’ dari bak pengendapan, arah aliran dari bawah
ke atas (up flow). Air yang keluar dari bak saingan pasir up flow tersebut merupakan air
olahan dan dialirkan ke bak penampung air bersih, dengan sistem penyaringan air dari
arah bawah ke atas (Up flow), jika saringan telah jenuh atau buntu dapat dilakukan
dengan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya
pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat berfungsi sebagai air
pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media penyaring
pada saringan pasir lambat up flow tersebut dilakukan tanpa pengeluaran atau
pengerukan penyaringnya.

Gambar 2.7 Bak Filtrasi

Perlakuan khusus saringan pasir lambat ‘up flow’ pada IPA PDAM unit Bengkuring
yaitu dengan pergantian pasir atau dengan penambahan pasir (pasir yang digunakan
jenis pasir silika) yang dilakukan dalam beberapa bulan (biasanya 2-3 bulan sekali). Hal
ini dikarenakan saat pencucian (back wash), pasir akan ikut terangkat dan terbuang
sehingga ketebalan pasir bekurang dan menyusut. Untuk menjaga standar ketebalan
pasir yaitu 70-100 cm. Diameter pasir silika yang digunakan yaitu 1,18 mm.

Gambar 2.8 Pasir Silika

f. Bak Penampung Resevoir dan Desinfeksi

Proses resevoir merupakan air yang telah melalui proses filter yang sudah dapat dipakai
untuk air minum. Pada pdam unit bengkuring ground resevoir yang digunakan jenisnya
yaitu resevoir bawah tanah, yang dimana ground resevoir letaknya dibangun di bawah
tanah, air yang dari pengolahan filtrasi di alir kan ke bak penampung resevoir dan
ditambahkan larutan kaporit atau Ca(ClO)2 dan soda ash. Penambahan bahan kimia
tersebut berfungsi sebagai pembasmi desinfektan.

Gambar 2.9 Bak reservoir dan Desinfeksi


Gambar 2.10 Bak reservoir dan Desinfeksi

Setelah di bak penampung resevoir, air akan di tes terlebih dahulu ph air pada wadah
yang sudah di sediakan, yang pertama wadah untuk air baku dan yang kedua untuk air
olahan. Tes pH air menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air baku lalu di
teteskan BTB satu tetes, Sedangkan untuk pengecekkan indikator di tambahkan
indikator Ortholidin. jika air berubah menjadi warna kuning yang nilainya pH 6,2 angka
tersebut didapat dari gambar laboratorium induk indikator pemeriksaan kimia, karna pH
tersebut berwarna kuning yang berarti air baku tersebut asam, lalu di ambil air
menggunakan tabung reaksi dari wadah air baku lalu di tambahkan Soda Ash sehingga
air berbah warna menjadi hijau yang berarti pH naik, penambahan Soda Ash berfungsi
untuk menaikkan pH. Dari hasil tes akhir yang didapatkan sebelum pendistribusian ke
warga di dapatkan parameter desinfeksi sebesar 0,25 mg/ L.
Gambar 2.11 Tabel Gambar 2.12 Pengambilan
Laboratorium Sampel Air
Induk Indikator Baku dengan
Pemeriksaan Tabung
Kimia Reaksi

Gambar 2.13 Penambahan Gambar 2.14 Warna Hasil


BTB Penambahan
BTB

Gambar 2.15 Penambahan Gambar 2.16 Warna Hasil


Soda Ash Penambahan
Soda Ash
Setelah pH netral, air baru bisa di distribusikan ke rumah masyarakat, kecepatan
pemompaan air ke rumah warga sebesar 60-65 m3/s. PDAM unit bengkuring
mendistribusikan air ke daerah Perumahan Bengkuring, Perumahan Puspita
Bengkuring, Jalan Padan Karya, Jalan Pinang Seribu, Jalan Muang Ilir, Lapas Narkoba,
dan lain-lain.

Gambar 2.17 Pemompaan Air Untuk Didistribusikan Ke Rumah Warga


BAB 3
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a) Air Baku yang diolah di IPA PDAM Bengkuring berasal dari anak Sungai Karang
Mumus. Adapaun karakteristik air baku pada PDAM Unit Bengkuring adalah air
baku berwarna coklat kekuningan, pH dari air baku anak sungai Karang Mumus
yang digunakan yaitu cenderung rendah atau asam sehingga harus dinetralkan
terlebih dahulu dengan bahan soda, dan kekeruhan air baku bersifat fluktatif
tergantung cuaca di sekitar sungai.
b) Teknologi pengolahan air di PDAM Unit Bengkuring antara lain bak intake,
koagulasi flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi hingga distribusi agar syarat
kualitas air yang diolah berada dibawah standar baku mutu lingkungan sehingga air
tersebut dapat layak digunakan sebagai air bersih maupun air minum.
c) Standar baku kualitas air minum yang digunakan di PDAM Unit Bengkuring yaitu
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Parameter
kekeruhan yang digunakan untuk kualitas air minum maksimal 5 NTU dan untuk
parameter pH netral air minum yaitu 6.5 – 8.5. Adapun standar baku mutu untuk
nilai klor yang ada dalam bak reservoir sebelum dilakukan pendistribusian yaitu
rentang 0.015 – 2.0 mg/L. PDAM unit bengkuring mendistribusikan air ke daerah
Perumahan Bengkuring, Perumahan Puspita Bengkuring, Jalan Padan Karya, Jalan
Pinang Seribu, Jalan Muang Ilir, Lapas Narkoba, dan lain-lain.

5.2 Saran

Sebaiknya telah mengetahui teknologi yang digunakan di suatu IPA kita tetap menjaga
kualitas air di badan air terutama yang dijadikan air baku untuk pengolahan air bersih
atau minum. Kita dapat mencegah atau mengurangi pencemaran air di badan air tersebut
sehingga selain menjaga ekosistem air tersebut kita juga dapat mengurangi beban unit
pengolahan air yang ada di IPA.

Anda mungkin juga menyukai