Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR MINUM

A. Latar Belakang
Sistem penyediaan air bersih (IPA I)di Kesugihan Cilacap
direncanakan, dirancang, dibangun serta dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia dengan bantuan keuangan dan teknik dari Pemerintah Australia.
Rencana induk penyediaan air bersih Cilacap yang dibiayai oleh
Pemerintah Australia dimulai tahun 1975 merupakan bagian dari rencana
perbaikan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pengembangan
Cilacap sebagai kota industri. Selama periode tahun 1980 rencana
penyediaan air bersih ini ditinjau kembali karena perkiraan berubah
mengenai laju perkembangan lokasi industri Cilacap. Perencanaan secara
terinci dimulai pada tahun 1980/1981 dan pelaksanaan konstruksi dimulai
tahun 1981. Semua bahan dan peralatan pada umumnya disediakan
sebagai bantuan dari Pemerintah Australia yaitu konstruksi dan instalasi,
terkecuali untuk peralatan proses instalasi pengolahan dibiayai oleh
Pemerintah Indonesia. Proyek Penyediaan Sarana Air Bersih (PPSAB)
Cilacap Instalasi Kesugihan selesai dibangun pada tahun 1985 dan dibuka
secara resmi oleh Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Suyono Sosrodarsono
pada tanggal 15 Oktober 1985. Selanjutnya setelah mengalami beberapa
kali perubahan pengelolaan, Instalasi Pengolahan Air Kesugihan akhirnya
dikelola oleh Pemerintah Kabupaten melalui Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yaitu PDAM Kabupaten Cilacap dan sekarang menjadi PDAM
Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap.
Sistem penyediaan air bersih Instalasi Pengolahan Air (IPA I)
kesugihan merupakan sistem yang terdiri dari gabungan antara Unit Proses
dan Unit Operasi. Unit Proses pendekatannya adalah mengenai perubahan
kualitas material atau zat disertai perubahan sifat fisis atau kimiawi zat,
misalnya air keruh berubah menjadi jernih dan lain sebagainya. Sedangkan
Unit Operasi pengertianya lebih ke peristiwa perpindahan massa dengan
melibatkan neraca energi yang mengikutinya, dalam hal ini zat cair (fluid)
berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan energi pompa
listrik di dalam sistem terbuka. Setalah mengalami beberapa kali
modifikasi dalam rangka menaikkan kapasitas produksi, sistem
penyediaan air bersih Kesugihan saat ini berkapasitas alir 600 l/dt terdiri
dari IPA IA berkapasitas 550 l/dt dan IPA IB dengan kapasitas terpasang
50 l/dt.
1. Unit Operasi Pengambilan Air Baku (Water intake facilities)
Air baku diambil dari sumber air sungai Serayu dengan
dibangun tiga intake yaitu, intake I air diambil langsung dari Sungai
Serayu melalui saluran penghubung dari sungai menuju sebuah sumur
yang dioperasikan sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 2011. Pada
mulanya intake 1 dilengkapi dengan 6 unit pompa intake ditambah 4
unit pompa emergency sebagai pengganti jika level air sungai surut,
namun saat ini keberadaan pompa emergency dipindahkan ke intake 3.
Intake 1 mulai tidak digunakan sejak 2011, selanjutnya intake 3
dioperasikan secara maksimal. Sedangkan Intake emergency
difungsikan di intake 3 dengan kapasitas 2 x 50 l/dt. Bangunan Intake
2 menggunakan air baku langsung dari sungai Serayu dengan
menggunakan pompa submersible. Intake 2 dioperasikan sejak tahun
1999 untuk menambah kapasitas alir air baku ke IPA IB. Namun pada
tahun 2008 intake 2 tidak diaktifkan setelah beberapa kali kondisi air
sungai mengalami kontaminasi air payau. Intake 2 dioperasikan
kembali tahun 2015 setelah dilengkapi dengan 4 unit pompa curah
berkapasitas masing-masing 350 l/dt. Bangunan Intake 3 dioperasikan
sejak tahun 2003 hingga sekarang. Air baku intake 3 merupakan
sumber air yang diambil dari saluran tersier irigasi Bendung Gerak
Serayu (BGS) desa Gambarsari Kecamatan Kebasen Kabupaten
Banyumas. Kapasitas air baku yang disediakan oleh BPSDA sebesar
1.300 l/dt. Dari jumlah tersebut yang dialokasikan ke IPA Kesugihan
baru termanfaatkan sebesar 600 l/dt.
2. Unit Proses Penjernihan Air (Clearator)
Pada tahap awal penjernihan sejumlah air baku dengan
kekeruhan tinggi (100 sd > 1000 NTU) akan mendapat perlakuan
pemisahan padatan tersuspensi dan koloid (dengan ukuran 10-9 – 10-12
m, fasa homogen) dengan penambahan bahan kimia koagulan (tawas
Al2(SO4)3. 18H2O) atau Polly Alluminium Chloride (PAC,
Aln(OH)mCl6m-n). Unit proses penjernih pada tahap ini terdiri dari tiga
kompartemen pengolahan yaitu, diffuser, floculator dan settler.
Diffuser didesain untuk mendifusikan bahan kimia ke dalam air baku
agar koagulasi dapat berjalan secara homogen. Koagulasi dapat terjadi
karena bercampurnya koagulan (tawas, PAC) dengan air baku pada
gradien kecepatan (G) > 750 dt-1, kecepatan alir linear antara 2,4 – 4
m/dt dengan waktu pengadukan selama 30 – 120 dt (SNI 19-6774-
2002).
Flokulator adalah tempat terjadinya flokulasi yaitu
terbentuknya flok-flok air yang mengandung lumpur ter-destabilisasi
oleh koagulan. Flokulasi terjadi pada gradien kecepatan 100 – 20 dt -1
dengan waktu pengadukan 15 – 40 menit. Flok yang terbentuk sudah
memiliki sifat fisik yang berbeda dengan air yaitu berat jenis dan
ukuran partikel menjadi lebih besar. Dengan perubahan sifat fisis
tersebut maka flok menjadi lebih mudah untuk dipisahkan dari air pada
unit berikutnya.
Pada unit settler air yang mengandung flok akan mengalami
pengendapan secara kontinyu hingga didapat air bebas flok. Partikel
flok dapat mengendap dengan baik pada beban permukaan 2,5 – 6
m3/m2.jam, keadaan laminer (Reynold < 500) dan tingkat keseragaman
aliran (Bilangan Fr > 10-5). Flok-flok akan mengendap ke bawah dan
sisanya adalah air yang lebih jernih menuju ke arah vertikal untuk
masuk ke unit berikutnya. Produk akhir pada tahap ini menghasilkan
air dengan kekeruhan rendah (< 5 NTU).
3. Unit Operasi Filtrasi (Filtration Operation)
Filtrasi adalah operasi penyaringan air clarifier hasil
pengendapan dengan menggunakan media filter untuk menghilangkan
sisa flok dalam bentuk float yang halus (kekeruhan 3 – 5 NTU) untuk
mendapatkan kualitas air yang lebih jernih (< 1 NTU). Perbedaan
kejernihan air sebelum dan sesudah filtrasi dapat diukur menggunakan
turbidimeter sebagai efisiensi penyaringan.
4. Unit Proses Desinfeksi dan Operasi Pompa Transmisi
Unit bangunan transmisi terdiri dari Clear Water Storage 1 & 2
(CWS) serta Unit Pompa transmisi 1, 2 dan 3. Bangunan CWS
berfungsi sebagai penyimpan sementara produk air jernih dan juga
sebagai reaktor pada proses chlorinasi. Chlorinasi dilakukan untuk
membasmi kontaminan mikrobiologi terutama bakteri pathogen dalam
air. Selama proses chlorinasi sebagian dosis chlor akan berkurang
akibat adanya penyerapan senyawa chlorin oleh kontaminan dalam air.
Dosis chlor yang tersisa sering disebut sebagai sisa chlor bebas dan
terbawa dalam produk air ke jaringan pipa distribusi. Sisa chlor bebas
dalam air harus mencukupi hingga perjalanan air ke titik pipa terjauh.
Sisa chlor bebas dalam air dipertahankan harus lebih dari 0,2 ppm di
titik terjauh pengaliran air. Sedangkan dosis chlorin maksimum
diizinkan menurut lampiran Permenkes RI No
492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 5 ppm.

Sistem Pengawasan dan Pengendalian Kualitas Air Minum

Periode waktu uji Pelaksana Uji Materi Uji


Setiap 1 Jam Operator laborat Turbidity
(kekeruhan/kejernihan air)
Setiap 8 Jam Operator laborat Free chlorine, pH, Jar Test
dan kadar Lumpur
Setiap 24 Jam Analis laborat Alkalinitas, kesadahan Ca
dan Temperatur air
Setiap 1 bulan Labkesda Dinas Mikrobiologi (E. Coli dan
Kesehatan Kab. Total Coliform)
Cilacap
Setiap 2 bulan BBTKLPP Yogyakarta Kimia Fisik air parameter
terbatas
Setiap 6 bulan LABKESDA Kimia Fisik lengkap
a. Pengawasan Internal
Pengawasan internal kualitas air minum berdasarkan Permenkes RI
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dan Permenkes RI No.
736/MENKES/PER/VI/2010 lebih berfokus bertujuan untuk mengawasi
optimalisasi pemakaian bahan kimia proses, mengawasi agresifitas index
dan korosifitas air terhadap bahan konstruksi sistem penyediaan air minum
serta proses desinfeksi dengan khlorinasi agar berjalan secara efektif dan
efisien. Pengawasan internal kualitas air dilaksanakan oleh Sub Bagian
Laboratorium pada Bagian Produksi.
b. Pengawasan Eksternal
Dinas Kesehatan kabupaten/Kota maupun Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL &
PPM) berperan sebagai pengawas eksternal kualitas air minum.
Pengawasan external dilakukan dengan tujuan untuk melakukan inspeksi
sanitasi kualitas air minum, berbagai perubahan mendasar kontaminasi
kimiawi baik pada air baku maupun air terdistribusi ke konsumen secara
berkala.

B. Pembahasan
a. Hasil
Berdasarkan inspeksi atau praktikum kunjungan lapangan yang
dilakukan di PDAM Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap didapatkan
pernyataan dengan jawaban “ya” sebanyak 97 dari seluruh 112
peernyataan . sehingga didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
Penilaian = Jumlah jawaban YA X 100%
Jumlah soal
= 97 X 100%
112
= 86,607%
Kriteria penilaian di PDAM Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap sebesar
86,607%
b. Pembahasan
Hasil perhitungan lembar cheklist didapatkan kriteria penilaian
sebesar 86,607%. Berdasarkan kategori yang sudah ditentukan PDAM
Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap masuk kedalam kategori baik karena
mencapai 76%-100%. Dari persyaratan umum memiliki perencanaan
yang baik, tata letak dan tipe sistem distribusi baik, reservoir baik,
sistem pemompaan baik,tersedia pompa cadangan, terdapat
pencegahan terhadap gejala water hamer, kekruhan tidak melebihi 5
NTU, zat pada terlarut tidak melebihi 1000 mg/L, kualitas biologi air
tidak lebih dari 10/100 ml untuk total coliform, kualitas kimia air
beersih baik, terdapat bak penampungan air minum, kriteria koagulasi,
desinfeksi, bak penampungan air baik.

C. Kesimpulan
Hasil perhitungan lembar cheklist didapatkan kriteria penilaian
sebesar 86,607%. Berdasarkan kategori yang sudah ditentukan PDAM
Tirta Wijaya Kabupaten Cilacap masuk kedalam kategori baik karena
mencapai 76%-100%.

Anda mungkin juga menyukai